Dalam kasus ini, Ibu Dani menghadapi kesulitan mengajar Fajar yang sering acuh tak acuh dan tidak memperhatikan pelajaran. Ibu Dani mencoba mengontrol Fajar dengan menyuruhnya maju ke depan dan menjawab soal, namun Fajar tetap tidak bisa menjawab. Ibu Dani mengungkapkan kekecewaannya karena usahanya mengajar Fajar. Kebutuhan dasar Fajar mungkin kebebasan dan kesenangan. J
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
TUGAS MODUL 1.4 KELOMPOK C.pdf
1. TUGAS MODUL 1.4
CGP Angkatan 9
Anggota Kelompok C :
1. Nasrawati
2. Rustina
3. Irnawati Safar
4. Muhamad
RUANG KOLABORASI
Studi Kasus
2. KASUS 1
Guru Matematika dan wali kelas 8, Ibu Santi sakit, sehingga tidak dapat masuk dan
mengajar.Akhirnya dicarikan guru pengganti, Ibu Eni. Ibu Eni baru 2 tahun menjadi guru
SMP. Beberapa murid perempuan, Fifi dan Natali, mengetahui hal ini dan mulai
menggunakan kesempatan dan bersikap seenaknya, tertawa dan tidak mengindahkan
kehadiran Ibu Eni. Ibu Eni mencoba menyapa Fifi dan Natali dengan ramah, sambil
mengingatkan mereka untuk tetap fokus pada pengerjaan tugas,“Ayolah tugasnya
dikerjakan, nanti Ibu ditegur Bapak Kepala Sekolah kalau kalian tidak kerjakan tugas.Tolong
bantu Ibu ya?” Namun Fifi dan Natali malah jadi tertawa,“Ah Ibu, santai saja bu”. Mereka
tetap tidak mengerjakan tugas dan malah mengobrol.
Keesokan harinya, Ibu Santi memanggil Fifi dan Natali serta menanyakan tentang laporan
Ibu Eni. Ibu Santi menanyakan apakah mereka bersedia melakukan memperbaiki
permasalahan yang ada? Fifi dan Natali sempat ragu-ragu dan membela diri, namun pada
akhirnya mengatakan akan meminta maaf. Ibu Santi menanggapi bahwa tindakan itu boleh
saja dilakukan bila mereka sungguh-sungguh ingin meminta maaf, namun Ibu Santi
menanyakan kembali, apa yang mereka bisa lakukan untuk menggantikan rasa tidak
dihormati Ibu Santi? Baik Fifi maupun Natali mengakui bahwa perilaku mereka tidak sesuai
dengan Keyakinan Kelas. Ibu Santi melanjutkan kembali apa yang akan mereka lakukan
untuk memperbaiki masalah, apakah ada gagasan?
Setelah berpikir sejenak, Natali dan Fifi mengusulkan bagaimana kalau mereka mengadakan
sebuah diskusi kelompok dengan teman-teman sekelasnya.Tema yang mereka pilih adalah
penerapan keyakinan kelas, terutama tentang sikap saling menghormati dan bagaimana
penerapannya di kehidupan sehari-hari di sekolah. Usulan kedua adalah mengirim email
kepada Ibu Eni tentang gagasan mereka tersebut. Mereka pun memberitahu Ibu Eni bahwa
mereka telah memberitahu Kepala Sekolah, Pak Hasan, bila lain waktu ada ketiadaan guru,
maka mereka akan mengusulkan Ibu Eni sebagai guru pengganti.
3. Dalam kasus di atas, langkah-langkah restitusi apa
saja yang sudah dijalankan oleh Ibu Santi?
Ibu Santi pertama-tama mencari informasi tentang situasi yang
terjadi di kelas setelah dia sakit. Ini penting untuk memahami
masalah dan tindakan yang harus diambil.
Ibu Santi memanggil Fifi dan Natali untuk berbicara dengan
mereka secara pribadi. Hal ini menunjukkan bahwa Ibu Santi
peduli terhadap perilaku mereka dan ingin memahami alasan di
balik tindakan mereka.
Ibu Santi menanyakan kepada Fifi dan Natali apakah mereka
bersedia memperbaiki permasalahan yang ada. Ini merupakan
langkah penting untuk menuntut pertanggungjawaban dan
memberikan kesempatan kepada mereka untuk memperbaiki
perilaku mereka.
Mendorong Refleksi: Ibu Santi mendorong Fifi dan Natali untuk
merenungkan tindakan mereka dan dampaknya terhadap Ibu Eni
serta keyakinan kelas. Hal ini dapat membantu mereka
menyadari kesalahan mereka.
4. Menurut Anda, apakah restitusi yang diusulkan
Fifi dan Natali sudah sesuai dengan pelanggaran
yang telah dibuat? Apakah langkah-langkah
restitusi yang telah diusulkan mereka?
Restitusi yang diusulkan Fifi & Natali sudah sesuai.
Fifi dan Natali mengusulkan beberapa solusi,
termasuk mengadakan diskusi kelompok dengan
teman-teman sekelas mereka tentang penerapan
keyakinan kelas dan mengirim email kepada Ibu Eni
dengan gagasan tersebut. Fifi dan Natali memberi
tahu Ibu Santi bahwa mereka telah memberitahu
Kepala Sekolah, Pak Hasan, tentang usulan mereka
untuk mengusulkan Ibu Eni sebagai guru pengganti
jika terjadi ketiadaan guru lain.
5. Dalam kasus di atas, posisi apakah yang telah diambil
oleh Ibu Eni dalam menangani Fifi dan Natali?
Jelaskan jawaban Anda.
Ada 2 posisi yang diambil oleh Ibu Eni dalam
menangani Fifi dan Natali pada kasus di atas.
1. Posisi Pembuat Merasa bersalah. Ini terlihat dari
pernyataan/ ungkapan Ibu Eni yaitu :“Ayolah
tugasnya dikerjakan, nanti Ibu ditegur Bapak
Kepala Sekolah kalau kalian tidak kerjakan tugas.
2. Posisi sebagai Teman. Ini terlihat dari
pernyataan/ ungkapan Ibu Eni yaitu :“Tolong
bantu Ibu ya?”
6. Jika Anda adalah Pak Hasan, bagaimana Anda
menyikapi langkah yang ditempuh Ibu Santi?
Sebagai Pak Hasan, saya akan menyikapi langkah-langkah yang telah
ditempuh oleh Ibu Santi dengan beberapa pertimbangan:
Saya akan mendukung langkah-langkah restitusi yang telah diambil
oleh Ibu Santi. Ini termasuk mengumpulkan informasi tentang
masalah, berbicara dengan Fifi dan Natali secara pribadi, dan
mendorong mereka untuk memperbaiki perilaku mereka. Langkah-
langkah ini menunjukkan bahwa Ibu Santi berusaha untuk mengatasi
masalah dengan cara yang konstruktif.
Saya akan menghargai inisiatif Fifi dan Natali untuk mengusulkan
solusi seperti mengadakan diskusi kelompok tentang keyakinan
kelas dan mengirim email kepada Ibu Eni. Ini menunjukkan bahwa
mereka berusaha untuk memperbaiki hubungan di kelas dan
menghormati keyakinan kelas.
Saya akan mendorong kolaborasi antara Ibu Santi, Fifi, Natali, dan
teman-teman sekelas lainnya dalam pelaksanaan diskusi kelompok
dan penerapan keyakinan kelas. Kolaborasi ini dapat membantu
menciptakan lingkungan yang lebih positif di sekolah.
7. KASUS 2
Sabrina hari itu bangun terlambat, dan terburu-buru sampai di sekolah.
Dia pun akhirnya sampai di gerbang sekolah, tapi baru menyadari kalau
tidak menggunakan sepatu hitam seperti tertera di peraturan sekolah. Di
depan pintu kelas, Bapak Lukman memperhatikan sepatu Sabrina yang
berwarna coklat. Sabrina berusaha menjelaskan bahwa dia terburu-buru
dan salah mengenakan sepatu.
Pak Lukman menanyakan Sabrina, apa peraturan sekolah tentang
seragam warna sepatu. Sabrina menjawab sudah mengetahui sepatu
harus berwarna hitam, namun terburu-buru dan salah mengenakan
sepatu, selain tidak mungkin kembali pulang karena rumahnya jauh
sekali. Pak Lukman tetap bersikeras pada peraturan yang berlaku dan
mengatakan,“Ya sudah, kamu sudah melanggar peraturan sekolah. Kamu
salah. Sudah terlambat, salah pula warna sepatunya. Segera buka
sepatumu kalau tidak bisa mengenakan warna sepatu sesuai peraturan”.
Sabrina meminta maaf dan memohon kembali kepada pak Lukman agar
tetap dapat mengenakan sepatunya dan berjanji tidak akan mengulang
kesalahannya. Namun pak Lukman tidak mau tahu,“Tidak, kamu telah
melanggar peraturan sekolah, kalau tidak sanggup ambil sepatu di rumah
atau diantarkan sepatu ke sekolah, ya sudah kamu tidak bersepatu saja
seharian di sekolah. Sekarang copot sepatumu dan silakan belajar tanpa
sepatu seharian.” Sabrina pun dengan berat hati mencopot sepatunya
dan memberikannya kepada pak Lukman. Seharian dia tidak berani
berkeliling sekolah karena malu, dan lebih banyak berdiam diri di kelas
tanpa alas sepatu.
8. Dalam kasus di atas, sikap posisi apakah yang diambil
oleh Bapak Lukman? Jelaskan, apakah indikatornya?
Pak Lukman memposisikan dirinya sebagai penghukum.
Indikatornya adalah:
1. Menggunakan hukuman secara verbal dengan
menghardik dan tidak mau tahu dengan alasan
yang diungkapkan Sabrina.
2. Menyuruh Sabrina mencopot sepatunya dan
belajar tanpa sepatu.
3. Sabrina tidak berani berkeliling sekolah karena
malu.
9. Bila Bapak Lukman mengambil posisi seorang Manajer,
apa yang akan dikatakannya, pertanyaan-pertanyaan
seperti apakah yang akan diajukan ke Sabrina? Jelaskan.
Sebagai seorang manajer, tujuannya mungkin lebih
berfokus pada pembelajaran, pengembangan karyawan,
dan produktivitas. Berikut adalah beberapa pertanyaan
dan pendekatan yang mungkin dia gunakan:
1. Bisakah Sabrina menjelaskan apa yang menyebabkan terlambat dan
mengenakan sepatu yang salah?
2. Bagaimana Sabrina merencanakan untuk menghindari situasi seperti
ini di masa depan?
3. Saya mengerti bahwa kesalahan bisa terjadi kepada siapa saja. Apa
yang Sabrina pelajari dari pengalaman ini?
4. Apa ide Sabrina untuk memastikan bahwa hal ini tidak terjadi lagi di
masa depan?
5. Apakah ada keyakinan tertentu yang perlu diperbaiki terkait waktu
dan kedisiplinan?
10. Kira-kira bila Anda adalah Kepala Sekolah di sekolah tersebut,
Nilai kebajikan apa yang ingin dituju oleh peraturan harus
berwarna hitam?
Penerapan peraturan yang mengharuskan sepatu sekolah
berwarna hitam mencerminkan nilai kebajikan disiplin
berupa ketaatan terhadap aturan sekolah dan
keseragaman mengurangi perbedaan sosial dan
mempromosikan persamaan di antara siswa, tanpa
membedakan berdasarkan status sosial atau ekonomi.
11. Kira-kira bila Anda adalah Kepala Sekolah di sekolah
tersebut, Bagaimana Anda menyikapi langkah yang
diambil Pak Lukman mengenai kasus tersebut?
Menggali informasi dan mengkonfirmasikan persoalan
tersebut dengan Pak Lukman. Mengajaknya berdiskusi,
mengarahkan, dan memberi solusi/ saran untuk
bertindak sebagai manajer dalam menyelesaikan
permasalahan peserta didik dengan menggunakan
pendekatan restitusi melalui tiga langkah yang
digambarkan dengan segitiga restitusi. 1. Menstabilkan
identitas, 2. Validasi tindakan yang salah, 3. Menanyakan
keyakinan.
12. KASUS 3
Ibu Dani sedang menjelaskan pelajaran Bahasa Inggris di papan
tulis, namun beliau memperhatikan bahwa Fajar malah tidur-
tiduran dan tampak acuh tak acuh pada pelajarannya.“Fajar
coba jawab pertanyaan nomor 3. Maju ke depan dan kerjakan
di papan tulis”. Fajar pun tampak malas-malasan maju ke depan,
dan sesampai di depan papan tulis pun, Fajar hanya diam
terpaku, sambil memegang buku bahasa Inggrisnya dan
memainkan spidol di tangannya.“Ayo Fajar makanya jangan
tidur-tiduran, lain kali perhatikan! Sudah sana, duduk kembali,
kira-kira siapa yang bisa?”
Fajar pun kembali duduk di bangkunya. Hal seperti ini sudah
seringkali terjadi pada Fajar, seperti tidak memperhatikan, acuh
tak acuh, dan nilai-nilainya pun tidak terlalu baik untuk
pelajaran Bahasa Inggris. Pada saat ditegur oleh Ibu Dani, Fajar
hanya menjawab,“Tidak tahu Bu”. Ibu Dani pun menjawab lirih,
“Gimana kamu Fajar, kamu tidak kasihan sama Ibu ya, Ibu sudah
capek-capek mengajarkan kamu.Tidak kasihan sama Ibu?” dan
Fajar pun diam membisu.
13. Posisi kontrol apa yang diambil oleh Ibu
Dani dalam pendekatannya kepada Fajar?
Posisi kontrol penghukum dengan memerintahkan Fajar
menjawab pertanyaan dan maju ke depan.
Posisi kontrol sebagai teman dengan memberi
peringatan jangan tidur-tiduran dengan kata-kata ajakan
“Ayo Fajar makanya jangan tidur-tiduran, lain kali
perhatikan!”
Posisi kontrol pembuat mersa bersalah dengan ungkapan
“Gimana kamu Fajar, kamu tidak kasihan sama Ibu ya, Ibu
sudah capek-capek mengajarkan kamu.Tidak kasihan
sama Ibu?”
14. Membaca sikap Fajar, kira-kira
kebutuhan apa yang diperlukan oleh
Fajar?
Kebutuhan apa yang
diperlukan oleh Fajar
adalah Kebebasan dan
Kesenangan.
15. Bilamana Ibu Dani mengambil posisi Pemantau, apa
yang akan dilakukan atau dikatakan olehnya?
Pertanyaan-pertanyaan seperti apa yang akan
diajukan? Jelaskan.
Pertanyaan-pertanyaan yang mungkin bisa diajukan Ibu
Dani jika mengambil posisi Pemantau antara lain :
1. Apa Fajar tahu peraturan di kelas saat berlangsungnya
pembelajaran?
2. Apa Fajar sadar apa yang telah dilakukan?
3. Apa Fajar tahu sanksi atau konsekuensinya jika tidak
mengikuti pembelajaran dengan baik?
16. Apabila Anda adalah kepala sekolah di sekolah
Fajar dan mengetahui hal ini, bagaimana tindak
lanjut Anda?
Melakukan komunikasi dan berdiskusi dengan Ibu Dani agar
menggunakan metode yang kreatif dan menyenangkan.
Melakukan komunikasi dengan Fajar, menggali dan mencari
tahu permasalahan yang terjadi.
Melakukan dan menerapkan langkah-langkah restitusi.
Menstabilkan identitas dengan pernyataan-pernyataan:
membuat kesalahan sesuatu yang wajar, kita bisa memperbaiki
masalah ini, saya tidak menanyakan kesalahannya tetapi fokus
memperbaiki masalah ini.
Memvalidasi tindakan yang salah dengan pernyataan: kamu
bukan melakukannya tanpa alasan tertentu.
Menanyakan keyakinan dengan pertanyaan-perntanyaan:
sebagai keluarga/ kelas, apa yang kamu yakini? Nilai-nilai apa
yang telah kita sepakati? Seperti apa gambaran kelas yang
ideal bagi kamu? Kamu ingin menjadi orang seperti apa?
17. KASUS 4
Anto dan Dino sedang bermain bersama di lapangan basket, dan tiba-tiba terlibat dalam
sebuah pertengkaran adu mulut. Dino pun menjadi emosi dan mengadakan kontak fisik,
menarik kemeja Anto dengan kasar, sampai 3 kancingnya terlepas. Pada saat itu guru piket
langsung melerai mereka, dan membawa mereka ke ruang kepala sekolah. Ibu Suti sebagai
kepala sekolah berupaya menenangkan keduanya, terutama Dino.“Dino sepertinya kamu saat
ini sedang marah sekali.” Mendengar itu, Dino pun mengalir bercerita tentang kekesalan
hatinya. Ibu Suti pun melanjutkan bahwa membuat kesalahan adalah hal yang manusiawi, dan
bahwa mempertahankan diri adalah hal yang penting. Namun meminta Dino memikirkan cara
lain yang mungkin lebih efektif, karena saat ini Dino berada di ruang kepala sekolah.
Ibu Suti melanjutkan bertanya tentang keyakinan sekolah yang disepakati, serta apakah Dino
bersedia memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan terhadap Anto? Dino pun akhirnya
perlahan mengangguk. Kemudian Ibu Suti balik bertanya kepada Anto, hal apa yang bisa
dilakukan Dino untuk memperbaiki masalah.Anto menjawab,“Saya perlu kancing saya
diperbaiki bu. Ibu saya akan sangat marah kalau melihat kancing baju saya sampai copot 3
kancing begini.” Ibu Suti pun kembali bertanya ke Dino apakah yang akan dia lakukan untuk
menggantikan 3 kancing Anto yang terlepas?
Dino berpikir sejenak, namun menjawab,“Wah tidak tahu bu, saya lem kembali mungkin ya
bu?” Ibu Suti berpikir sebentar dan menanggapi,“Kalau di lem akan mudah terlepas kembali
Dino. Bagaimana kalau kamu menjahitkan saja, bersediakah kamu?” Dino tampak ragu-ragu
dan menanggapi,“Menjahit? Mana saya tau bagaimana menjahit bu.” Ibu Suti meneruskan,
“Apakah kamu bersedia belajar menjahit?” Dino berpikir sejenak, memandang kemeja Anto,
dan menanggapi,“Yang mengajari saya siapa bu?” Dengan cepat Ibu Suti menjawab,“Pak Irfan,
guru Tata Busana”. Dino kembali diam sejenak, memandang kemeja Anto yang tanpa kancing.
Akhirnya Dino mengangguk tanda menyetujui dan sepanjang siang itu Dino belajar menjahit
dan memperbaiki kemeja Anto.Terakhir kali terlihat kedua anak laki-laki tersebut, Dino dan
Anto pada jam pulang sekolah, mereka sudah bercengkrama dan bersenda gurau kembali.
18. Posisi kontrol apa yang telah dipraktikkan oleh Kepala
Sekolah Ibu Suti? Hal-hal apa saja yang dilakukannya
sehingga Anda berkesimpulan demikian?
Posisi kontrol apa yang telah dipraktikkan oleh Kepala Sekolah Ibu
Suti adalah sebagai manajer. Mempersilakan murid
mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat
menemukan solusi atas permasalahannya sendiri.
Hal-hal yang dilakukannya sehingga kami berkesimpulan demikian
yaitu bahwa Ibu Suti telah menggunakan langkah-langkah restitusi.
Mulai dari menstabilkan identitas yang tercermin saat Ibu Suti
bertanya .“Dino sepertinya kamu saat ini sedang marah sekali.”
Memvalidasi kesalahan yang tercermin saat Ibu Suti pun melanjutkan
bahwa membuat kesalahan adalah hal yang manusiawi, dan bahwa
mempertahankan diri adalah hal yang penting. Namun meminta Dino
memikirkan cara lain yang mungkin lebih efektif.
Menanyakan keyakinan sekolah yang disepakati, kesediaan Dino
memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan beserta solusi yang
ditawarkan.
19. Dalam kasus tersebut, bagaimana Dino dikuatkan,
bagaimana Anto dikuatkan oleh Ibu Suti?
Dino dikuatkan dengan cara ditanya : akan alasan
mengapa dia berbuat kesalahan, kesediaan untuk
memperbaiki, dan memberikan solusi agar dijahit dan
belajar menjahit di Pak Irfan.
Anto dikuatkan oleh Ibu Suti dengan cara bertanya
kepada Anto, hal apa yang bisa dilakukan Dino untuk
memperbaiki masalah.
20. Kira-kira nilai-nilai kebajikan (keyakinan sekolah)
apa yang dituju dalam kasus tersebut? Jelaskan!
Nlai-nilai kebajikan (keyakinan sekolah) yang
hendak dituju dalam kasus tersebut antara lain:
bertanggung jawab, saling menghormati dan
menghargai, mandiri, kerja sama/ kolaboratif,
serta kreatif.