Ejaan yang Disempurnakan (disingkat EYD) adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku dari tahun 1972 hingga 2015. Ejaan ini menggantikan Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. Ejaan ini digantikan oleh Ejaan Bahasa Indonesia sejak tahun 2015.
Ejaan yang Disempurnakan (disingkat EYD) adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku dari tahun 1972 hingga 2015. Ejaan ini menggantikan Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. Ejaan ini digantikan oleh Ejaan Bahasa Indonesia sejak tahun 2015.
Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antarhubungan antara lambang-lamabang itu (pemisahan dan penggambungan dalam suatu bahasa), secara teknis yakni dimaksud dengan ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata dan pemakaian tanda baca.
Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antarhubungan antara lambang-lamabang itu (pemisahan dan penggambungan dalam suatu bahasa), secara teknis yakni dimaksud dengan ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata dan pemakaian tanda baca.
aksi nyata TRANSISI PAUD-SD 1 BU HJ. EUIS SRININGRUM, S.Pd.pptx
Ejaan
1. EJAAN
Kelompok 6:
• Agustinus R. Bimo (10112410)
• Rahmat Andre Pratama (15112932)
• Ramaditya Satria (15112989)
Kelas : 3KA07
Tugas : Bahasa Indonesia
2. PENGERTIAN DAN MACAM-MACAM EJAAN
Ejaan ialah penggambaran bunyi bahasa dengan
kaidah tulis-menulis yang distandardisasikan.
Umumnya, ejaan mempunyai tiga aspek, yakni
aspekfonologis yang menyangkut
penggambaran fonem dengan huruf
penyusunan abjad aspek morfologi yang
menyangkut penggambaransatuan-satuan
morfemis, dan
aspek sintaksis yang menyangkut
penandaujaran tanda baca
3. Ejaan Van Ophuysen
Ejaan Van Ophuysen disebut juga Ejaan Balai
pustaka. Masyarakat pengguna bahasa
menerapkannya sejak tahun 1901 sampai 1947.
Ejaan ini merupakan karya Ch.A. Van Ophuysen,
dimuat dalam kitab Logat Melayoe (1901).
Ciri khusus ejaan Van Ophuysen:
Ejaan ini digunakan untuk menuliskan kata-kata
Melayu menurut model yang dimengerti
oleh orang Belanda, yaitu menggunakan huruf
latin dan bunyi yang mirip dengan tuturan
Belanda.
4. Ejaan Republik/Ejaan Suwandi
Ejaan Republik dimuat dalam surat keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Mr. Soewandi No.264/Bhg.
A tanggal 19 maret 1947. Sebab ejaan ini disebut
sebagai Ejaan Suwandi. Sistem ejaan suwandi
merupakan sistem ejaan latin untuk Bahasa Indonesia.
Ejaan Malindo
Ejaan Malindo (Melayu-Indonesia) adalah suatu ejaan
dari perumusan ejaan melayu dan
Indonesia.Perumusan ini berangkat dari kongres
Bahasa Indonesia tahun 1954 di Medan, Sumatera
Utara.Ejaan Malindo ini belum sempat diterapkan dalam
kegiatan sehari-hari karena saat itu terjadi konfrontasi
antara Indonesia dan Malaysia.
5. EYD (Ejaan yang Disempurnakan)
EYD (Ejaan yang Disempurnakan) adalah tata bahasa dalam
Bahasa Indonesia yang mengatur penggunaan bahasa
Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian dan penulisan
huruf capital dan huruf miring, serta penulisan unsur serapan.
EYD disini diartikan sebagai tata bahasa yang
disempurnakan.Dalam penulisan karya ilmiah perlu adanya
aturan tata bahasa yang menyempurnakan sebuah karya
tulis.
Karena dalam sebuah karya tulis memerlukan tingkat
kesempurnaan yang mendetail. Singkatnya EYD digunakan
untuk membuat tulisan dengan cara yang baik dan benar.
Oleh karena itu untuk memahami EYD sangatlah penting,
untuk mengetahui lebih spesifik berikut ini pokok-pokok dari
EYD.
6. 1. Pelafalan
Salah satu hal yang diatur dalam ejaan ialah cara pelafalan atau
cara pengucapan dalam bahasa Indonesia. Kaidah pelafalan
bunyi bahasa Indonesia berbeda dengan kaidah bunyi bahasa
lain, terutama bahasa asing, seperti bahasa Inggris, bahasa
Belanda, dan bahasa Jerman. Dalam bahasa tersebut, satu bunyi
yang dilambangkan dengan satu huruf, misalnya /a/ atau /g/,
dapat diucapkan dengan berbagai wujud bunyi bergantung pada
bunyi atau fonem yang ada di sekitarnya.
Lain halnya dengan bahasa Indonesia, ketentuan pelafalan yang
berlaku dalam bahasa Indonesia cukup sederhana, yaitu bunyi-bunyi
dalam bahasa Indonesia harus dilafalkan sesuai dengan
apa yang tertulis. Jelasnya, lafal dalam bahasa Indonesia
disesuaikan dengan tulisan. Masalah lain yang sering muncul
dalam pelafalan ialah mengenai singkatan kata dengan huruf.
Sebaiknya pemakai bahasa memperhatikan pelafalan yang benar
seperti yang sudah dibakukan dalam ejaan.
7. 2. Pemakaian Huruf
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
menggunakan 26 huruf didalam abjadnya, yaitu mulai
dengan huruf /a/ sampai dengan huruf /z/. Beberapa huruf
di antaranya, yaitu huruf /f/, /v/, /x/, dan /z/, merupakan
huruf serapan dan sekarang huruf-huruf tersebut dipakai
secara resmi di dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian,
pemakaian huruf itu tetap dipertahankan dan jangan diganti
dengan huruf lain.
Contoh:
- fakta tidak boleh diganti dengan pakta
- aktif tidak boleh diganti dengan aktip
- pasif tidak boleh diganti dengan pasip
8. 3. Pemisahan Suku Kata
Setiap suku kata bahasa Indonesia ditandai oleh
sebuah vokal. Huruf vokal itu dapat didahului atau
diikuti oleh huruf konsonan. Persukuan atau
pemisahan suku kata biasanya kita dapati pada
penggantian baris, yaitu terdapat pada bagian akhir
setiap baris tulisan. Pengguna bahasa tidak boleh
melakukan pemotongan kata berdasarkan kepentingan
lain, misalnya mencari kelurusan baris pada pinggir
baris setiap halaman atau hanya untuk memudahkan
pengetikan. Penulisan harus mengikuti kaidah-kaidah
pemisahan suku kata yang diatur dalam Ejaan yang
Disempurnakan.
9. 4. Penulisan Huruf
Penulisan Huruf Kapital
1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata
pada awal kalimat.
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan
ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan,
termasuk kata ganti untuk Tuhan.
4. a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar
kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
b. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar
kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama
orang.
5. a.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan
yang diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat yang
digunakan sebagai pengganti nama orang tertentu.
b.Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau
nama instansi yang merujuk kepada bentuk lengkapnya.
10. 5. Penulisan Kata
a. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu-kesatuan.
Contoh:
Ibu percaya bahwa engkau tahu.
Kantor pajak penuh sesak.
b. Kata Turunan
1. Imbuhan (awalan,sisipan,akhiran) ditulis serangkai dengan kata
dasarnya.
Contoh: bergeletar, dikelola, penatapan, menengok,
mempermainkan.
2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran
ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau
mendahuluinya.
Misalnya:
bertepuk tangan,garis bawahi,menganak sungai,sebar luaskan
11. 6. Partikel
1. Partikel lah, kah, dan tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Misalnya:
Bacalah buku itu baik-baik!
Apakah yang tersirat dalam surat itu?
2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa pun permasalahannya, dia dapat mengatasinya dengan bijaksana.
Hendak pulang tengah malam pun sudah ada kendaraan.
3. Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari
kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Mereka masuk ke dalam ruang satu per satu.
Harga kain itu Rp50.000,00per helai.
12. 7. Angka dan Bilangan
Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata.Angka dipakai
sebagai lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim
digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Angka Arab : 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C
(100), D (500), M (1.000), V (5.000), M (1.000.000)
1.Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau
dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika bilangan itu dipakai
secara berurutan seperti dalam perincian atau paparan.
Misalnya:
Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.
Koleksi perpustakaan itu mencapai dua juta buku.
13. 2. Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf, jika lebih dari dua kata, susunan
kalimat diubah agar bilangan yang tidak dapat ditulis dengan huruf itu tidak ada
pada awal kalimat.
Misalnya:
Seratus dua puluh siswa kelas 9 lulus ujian.
Panitia mengundang 500 orang peserta.
Bukan:
500 orang peserta diundang Panitia dalam seminar itu.
3. Angka yang menunjukkan bilangan utuh besar dapat dieja sebagian supaya lebih
mudah dibaca.
Misalnya:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 1 miliar rupiah.
Dia mendapatkan bantuan Rp150 juta rupiah untuk mengembangkan usahanya.
4. Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, dan isi; (b)
satuan waktu; (c) nilai uang; dan (d) jumlah.
Misalnya:
50 2/3 (lima puluh dua-pertiga)
21/30 (dua-puluh-satu pertiga puluh)
14. KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas maka kita bisa menarik kesimpulan
berdasarkan data-data dan fakta menunjukkan masih banyak
orang-orang tidak memahami pemakain bahasa Indonesia yang
baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah yang benar. Di lihat
dari fungsinya bahasa merupakan jantung dari kehidupan ini
karena tanpa bahasa kita tidak akan bisa berinteraksi sesama
yang lain.
Oleh karena itu kita sebagai warga negara Indonesia harus bisa
menjaga keaslian berbahasa Indonesia yang baik dan benar,
karena dipandangnya suatu bangsa itu tidak lepas dari
bagaimana kita menggunakan basaha yang dapat dipahami atau
mudah dimengerti oleh bangsa lain. Kami berharap urain singkat
ini dapat memberi pengetahuan lebih dari makna Ejaan. Kurang
lebihnya dari penulisn ini, kami selaku penulis memohon untuk
memahaminya dan terima kasih bagi yang telah membacanya…