Buku ini membahas tentang penggunaan dan tata tulis ejaan bahasa Indonesia, termasuk pelafalan, penulisan huruf dan kata, penulisan unsur serapan, singkatan, dan tanda baca. Juga dibahas tentang pemilihan kata, pembentukan kalimat, pembentukan paragraf, dan pengenalan karya ilmiah. Buku ini bertujuan membantu memahami aturan penulisan bahasa Indonesia yang benar dan efektif.
1. BAB I
PENGGUNAAN DAN TATA TULIS EJAAN
( PELAFALAN, PENULISAN HURUF, DAN KATA )
1. Pelafalan
Pada akhir-akhir ini sering kita dengar orang melafalkan bunyi bahasa
indonesia. Keraguan yang di maksud ialah ketidakteraturan pengguna bahasa
dalam malafalkan huruf. Kaidah pelafalan bunyi bahasa Indonesia berbeda
dengan kaidah bunyi bahasa lain, terutama bahasa asing, seperti bahasa
inggris, bahasa belanda, dan bahasa jerman. Lain halnya dengan bahasa
Indonesia, ketentuan pelafalan yang berlaku dalam bahasa Indonesia harus di
lafalkan sesuai dengan apa yang tertulis. Masalah lain yang sering muncul
dalam pelafalan ialah mengenai singkatan kata dan huruf.
2. Pemakaian Huruf
Ejaan bahasa Indonesia yang di sempurnakan menggunakan 26 huruf di dalam
abjadnya, yaitu mulai dengan huruf /a/ sampai dengan huruf /z/. Beberapa
huruf diantaranya, yaitu /f/, /v/, /x/, dan /z/, merupakan huruf serapan dan
sekarang huruf tersebut dipakai secara resmi di dalam bahasa Indonesia.
3. Pemisahan suku kata
Persukuan atau pemisahan suku kata biasanya kita dapati pada penggantian
baris, yaitu terdapat pada bagian akhir setiap baris tulisan. Misalnya, mencari
kelurusan baris pada pinggir baris setiap halaman atau hanya untuk
memudahkan pengetikan.
4. Penulisan Huruf
Ada dua hal yang di atur dalam penulisan huruf di dalam ejaan yang
disempurkan, yaitu aturan penulisa huruf besar atau kapital dan aturan
penulisa huruf miring.
5. Penulisan kata
Kaidah penulisa kata yang di atur dalam buku Pedoman Ejaan Bahasa
Indonesia yang disempurnakan berjumlah 22 kaidah.
2. BAB II
PENGGUNAAN DAN TATA TULIS EJAAN
( PENULISAN UNSUR SERAPAN, SINGKATAN, DAN TANDA BACA )
1. Penulisan Unsur Serapan
Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan itu ada yang sudah di sesuaikan
dengan kaidah bahasa Indonesia, baik pengucapannya maupun penulisanya,
dan ada pula yang belum sepenuhnya disesuaikan dengan kaidah bahasa
Indonesia. Berikut ini akan di jelaskan secara singkat hal-hal yang
berhubungan dengan kaidah penyerapan, yaitu penyerapan secara ilmiah,
penyerapan seperti bentuk asal, penyerapan dengan Terjemahaan,
penyerapan dengan perubahan, penyerapan Akhiran Asing.
2. Penulisan Singkatan Dan Akronim
Singkata dan Akronim merupakan hasil proses pelepasan atau penanggalan
bagian kata atau bagian-bagian dari gabungan kata sehingga menjadi sebuah
bentuk singkat yang maknanya sama dengan bentuk utuhnya. Yang dimaksud
dengan singkatan adalah proses pemendekan yang dilakukan dengan
pengekalan sebuah atau beberapa huruf yang tidak membentuk kata. Akronim
merupakan hasil proses pemendekan yang membentuk kata sehingga
dilafalkan seperti kata.
3. Pemakaian Tanda Baca
Bahasa tulisan merupakan gambaran bahasa lisan. Bahasa tulis juga dapat
menggunakan alat bantu sebagai pengganti alat bantu yang terdapat pada
bahasa lisan, berupa tanda baca. Adanya pemakaian tanda baca yang tepat
dapat membantu pembaca memahamitulisan dengan cepat. Sebaliknya, tidak
adanya tanda baca atau tidak tepatnya penggunaan tanda baca dapat
menyulitkan pembaca memahami suatu tulisan, bahkan dapat mengubah
pengertian kalimat.
3. HIMPUNAN MATERI MATA KULIAH
BAHASA INDONESIA
PENYUSUN :
NISMA ISKANDAR
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
MUHAMMDIYAH PALOPO
4.
5. BAB III
PEMILIHAN DAN PENGGUNAAN KATA
1.Kaidah Makna
Kaidah makna dalam pemilihan kata mengacu kepada persyaratan ketetapan
pemilihan kata sebagai lambang objek pengertian atau konsep-konsep yang
meliputi berbagai aspek. Denotasi adalah konsep dasar yang didukung oleh
suatu kata, sedangkan nilai rasa atau gambaran tambahan yang ada disamping
denotasi disebut konotasi. Kata yang denotatif mengandung makna yang
sebenarnya , makna kata yang sesuai dengan konsepnya sehingga disebut juga
makan konseptual, makna yang sesuai dengan makna kata dalam kamus atau
makna leksiakal. Kata-kata gadis, dara, dan perawan secara denotatif
maknanya sama, yaitu wanita atau wanita muda yang belum kawin, tetapi
secara konotatif maknanya berbeda. Dalam kaidah makna kata terdapat
beragam konotasi social, yaitu ada yang bersifat positif, dan negatif, tinggi,
rendah,sopan, dan porno atau sakral.
Sinonim ialah kata yang maknanya sama atau mirip dengan kata lain.
Contohnya terlihat pada penggunaan kata indah, cantik, dan bagus yang
mengandung makna yang sama tetang suatu yang sedap dipandang mata.
Homonim ialah kata dalam satu bentuk yang sama ejaannya dan lafalannya,
tetapi memiliki makna yang berbeda. Misalnya, kata buku dapat bermakna
sendi( pada tulang, bamboo, dan tebut ), dapat pula bermakna kertas tulis
yang dijilid (buku tulis, atau buku bacaan). Homofon ialah kata-kata yang sama
lafalnya, tetapi berbeda ejaannya. Misalnya, kata bang dan bank, sangsi dan
sanksi. Homograf ialah kata-kata yang sama ejaannya, tetapi berbeda lafalnya.
6. Kata-kata umum termaksud kata yang mempunyai hubungan luas, sedangkan
kata-kata khusus mempunyai hubungan sempit, terbatas, bahkan khusus atau
unik. Kata-kata yang tergolong kata populer adalah kata yang populer atau
terkenal dikalangan masyarakat atau kata-kata yang banyak digunakan pada
berbagai kesempatan dalam komunikasi. Sebaliknya, kata kajian ialah kata-kata
yang digunakan secara terbatas pada kesempatan-kesempatan tertentu
berupa kata-kata atau istilah yang digunakan oleh golongan ilmuan dalam
pembicaraan tulisan-tulisan ilmiah.Tuturan dan tulisan resmi harus
menggunakan kata-kata baku, yaitu kata-kata yang telah resmi dan standard
dalam penggunaannya. Kata mubazir ialah kata-kata bersinonim atau kata-kata
yang sama maknanya dan digunakan bersama-sama sekaligus sehingga
menjadi mubazir. Kata mirip adalah kata-kata yang tampak mirip dari segi
bentuknya atau kata-kata yang rasanya mirip dari segi makannya.
7. BAB IV
PEMBENTUKAN DAN PERLUASAN KALIMAT
1. Pengertian kalimat
Kalimat sebagai suatu bahasa yang lebih besar dari pada kata atau rasa
umumnya muncul dalam tulisan atau pembicaraan berupa rangkaian kata
yang menyatakan pikiran tertentu yang secara relatif dapat berdiri sendiri, dan
intonasinya menunjukkan batas antara sesamanya, itulah yang disebut kalimat.
2. Bagian-bagiankalimat
Kalimat adalah rangkaian kata yang menyatakan pikiran tertentu yang secara
relatifdapat berdiri sendiri, dan intonasi menunjukan batas antara sesama.
Bagian inti yang harus terdapat pada kalimat adalah subjek (S) dan Predikat (P).
Bagian inti kalimat adalah bagian yang tidak dapat dihilangkan dalam struktur
kalimat. Subjek kalimat berfungsi sebagai inti pembicaraan , sedangkan
Predikat berfungsi sebagai penjelasan terhadap subjek, yang dapat di lengkapi
dengan objek (O) atau keterangan (K).
3. Kalimat Tunggal
Kalimat Tunggal adalah kalimat yang hanya menyatakan satu pokok
pembicaraan yang dinyatakan pada subjek (S) kalimat.
4. Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang terbentuk dari
penggabungan beberapa kalimat tunggal yang setara kedudukannya dan
menyatakan peristiwa-peristiwa yang terjadi secara berturut-turut atau dalam
waktu bersamaan.
5. Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat majemuk yang terbentuk dari
sebuah kalimat tunggal yang salah satu bagiannya mengalami perluasan atau
penggantian dengan kalimat lain.
8. BAB V
KALIMAT EFEKTIF
1. Kepaduan Bagian Kalimat
Hubungan yang jelas di antara bagian kalimat tersebut akan menghasilkan
kepaduan bagian kalimat dalam struktur kalimat. Kalimat yang bagian-
bagiannya terpadu menjadi sarana pengembangan pikiran yang efektif dan
jelas maknanya.
2. Kelogisan
Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam pembentukan kalimat yang logis,
yaitu : Pemahaman makna kata secara cermat, dan Penempatan kata secara
tepat dalam struktur kalimat.
3. Pemusatan Perhatian
Penonjolan atau pemusatan perhatian pada bagian-bagian tertentu dalam
suatu kalimat dapat dilakukan dengan berbagai cara tanpa mengubah makna
kalimat secara keseluruhan. Pemusata perhatian pembaca langsung tertuju
pada awal pembacaan. Cara ini cukup efektif mengundang perhatian pembaca
dan dilakukan secara bergilir dalam seperangkat kalimat.
4. KehematanPenggunaan kata
Penulisan harus mampu menggunakan kata secara hemat agar pikiran yang
diungkapkan dalam kalimat cepat dipahami maksudnya. Keborosan
penggunaan kata dalam kalimat akan menciptakan kalimat yang kaku,
sedangkan kehematan pemakaian kata akan menciptakan kalimat yang
dinamis. Kita dapat menggunakan cara-cara tertentu untuk mengefektifkan
kalimat menurut gaya yang kita miiki. Dalam penyusunan karya ilmiah,
sebaiknya penulis menggunakan cara yang bervariasi sebagai sebagai upaya
mengefektifkan kalimat untuk mengundang minat pembaca mengikuti uraian
kita.
9. BAB VI
PEMBENTUKAN PARAGRAF
1. PengertianParagraf
Paragraf adalah satu kesatuan pikiran yang lebih luas daripada kalimat.
Paragraf merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam
suatu rangkaian untuk menjelaskan sebuah pikiran utama.
2. Tujuan PembentukanParagraf
Ada dua tujuan utama dalam pembentukan paragraf . Pertama, pembentukan
paragraf bertujuan memudahkan pengertian dan pemahaman dengan
memisahkan pikiran utama bertujuan memudahkan pengertian dan
pemahaman dengan memisahkan pikiran utama yang satu pikiran utama yang
lain.Kedua, pembentukan paragraph bertujuan memisahkan dan menegaskan
perhentian secara wajar dan foramal untuk memungkinkan kita berhenti lebih
lama dari pada perhentian pada akhir kalimat.
3. Jenis-Jenis Paragraf
Paragraf-paragraf yang membangun suatu tulisan dilihat dari segi sifat dan
wujudnya dibagi atas (1) paragraf pembuka, (2) paragraf penghubung, dan (3)
paragraf penutup.
4. Tanda Paragraf
Penandaan paragraf dapat juga dilakukan dengan cara memberikan jarak yang
agak renggang dari paragraf sebelumnya dan sesudahnya.
5. Kalimat Utama dan Kalimat Penjelas
Pikiran utama dituangkan dalam kalimat utama dan pikiran-pikiran penjelas
atau perincian dituangkan dalam kalimat-kalimat penjelas.
6. KeterkaitanKalimat
Kalimat-kalimat yang menyusun paragraf saling terkait. Tidak boleh satu pun
kalimat yang menyimpang dari hal yang sedang dijelaskan.
7. Syarat-syarat PembentukanParagraf
Syarat-syarat yang dimaksud adalah : kesatuan pikiran, koherensi atau
kepaduan, penggunaan repetisi, Penggunaan kata ganti, Penggunaan kata
Transisi.
10. BAB VII
TEKNIK PENGEMBANGAN PARAGRAF
1. Cara Penempatanpikiran utama
Penempatan kalimat utama pada awal paragraf menunjukkan adanya pikiran
utama yang mudah terbaca oleh pembaca dan dapat mengundang perhatian
yang bersangkutan untuk mengikuti penjelasan selanjutnya. Pikiran utama
pada sebuah paragraf dapat juga ditempatkan pada akhir paragraf.
2. Pengurutankalimat utama dan kalimat penjelas
Kalimat utama dan kalimat penjelas dapat disusun menjadi paragraf yang baik
dengan menggunakan urutan tertentu. Urutan kalimat dalam paragraf dapat
disusun menurut urutan logis, urutan kronologis, dan urutan klimaks atau
antiklimaks. Urutan Logis ialah urutan yang menyebutkan lebih dahulu hal-hal
yang umum, kemudian ke hal-hal yang khusus atau sebaliknya.Urutan
kronologis adalah urutan kejadian menurut waktu. Kalimat yang terakhir
merupakan pernyataan yang paling penting dan menjadi klimaks dari serangkai
pernyataan sebelumnya.
3. PengembanganParagraf
Dalam pengembangannya pikiran utama dituangkan ke dalam kalimat utama,
sedangkan pikiran-pikiran penjelas dituangkan kedalam kalimat-kalimat
penjelas sebagai rincian kalimat utama. Ada beberapa pola pengembangan
paragraf antara lain:
Dengan hal-hal yang khusus
Dengan alasan-alasan
Dengan perbandingan
Dengan contoh-contoh
Dengan definisi luas, dan
Dengan campuran
11. BAB VIII
PENGENALAN KARYA ILMIAH
1. Fakta dan Penilaian
Dalam menyusun pernyataan harus dibedakan antara fakta dan
penilaian. Fakta adalah apa yang ada, yang dapat dilihat, disaksikan
atau dirasakan. Sesuatu perbuatan yang dilakukan atau sesuatu
peristiwa yang terjadi adalah fakta. Fakta selalu benar dan
menyatakan apa adanya tanpa memperhitungkan pendapat orang
tentangnya.
2. Evidensi dan Penilaian
Apabila fakta-fakta yang ada itu dihubungkan satu sama lain dengan
metode tertentu, dalam usaha untuk membuktikan adanya suatu,
disebut evidensi. Pada evidensi, fakta-fakta yang ada itu bukan
merupakan fakta yang satu sama lainnya berdiri sendiri melainkan
bersatu dalam satu fakta yang utuh. Cara menguji fakta melalui:
Observasi, Kesaksian, Skripsi, Tesis, dan Disertasi.
12. BAB IX
KOMPOSISI KARYA ILMIAH ( SKRIPSI )
1. Bagian Isi/Inti Skripsi
Bagian inti atau isi skripsi terdiri atas bab-bab, yaitu bab
pendahuluan,tinjauan pustaka, metode penilaian, pembahasan (hasil
penelitian) dan penutup.
2. Bagian Pelengkap Penutup
Bagian penutup berisikan daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan
indeks. Pencantuman daftar pustaka dalam skripsi merupakan
keharusan. Setiap karya ilmiah selalu dilengkapi dengan daftar
pustaka yaitu sebuah daftar yang memuat secara lengkap sumber
tertulis berupa buku-buku, majalah-majalah, jurnal-jurnal, surat-
surat kabar, dan bahan-bahan lain yang menjadi rujukan dalam
penulisa karya ilmiah (skripsi ). Bahan-bahan informasi tersebut
dapat ditempatkan sebagai lampiran atau indeks skripsi, seperti
korpus data, gambar/peta, instrumen dalam penelitian, transkripsi,
riwayat hidup, surat perintah jalan, daftar informasi, dan lain-lain.
Indeks adalah salah satu bagian pelengkap penutup karya ilmiah (
skripsi ) yang memuat daftar nama atau istilah digunakan dalam
uraian pada bab dan halaman sebelumnya. Pencantuman indeks
dalam penyusunan skripsi tidak merupakan keharusan. Jika
kesalahan penulisan tersebut tidak sempat diperbaiki pada halaman
masing-masing sebelum ujian skriipsi perbaikan disusun dalam suatu
daftar yang disebut daftar ralat.
13. BAB X
PERENCANAAN KARYA TULIS ILMIAH
(PERUMUSAN TOPIK DAN JUDUL)
1. Topik Karangan
Milih topik berarti memilih apa yang akan menjadi pokok pembicaraan dalam
tulisan/karangan. Pokok pembicaraan yang dimaksud adalah sesuatu yang
belum terurai. Topik diperoleh dari berbagai sumber seperti pengalaman,
pendapat penelaran, pengamatan dan penyelidikan terhadap sesuatu, baik
yang akan dilakukan sendiri dilapangan maupun melalui buku-buku dan
karang-karangan lainnya. Menemukan sejumlah topik yang dapat dijadikan
tulisan/karangan, maka langkah selanjutnya ialah mengadakan evaluasi untuk
memilih satu diantara sekian banyak topik yang telah ditemukan. Memilih
topik yang baik untuk dijadikan karangan, terutama karangan ilmiah maka hal-
hal dibawah ini perlu dipertimbangkan, antara lain:
Topik menarik perhatian penulis
Topik dikenal/ diketahui dengan baik
Bahannya dapat diperoleh
Topik dibatasi ruang lingkup
2. Judul Karangan
Tahap selanjutnya dari rangkaian kegiatan dalam perencanaan karangan ialah
menentukan judul yang cocok/sesuai. Judul karangan sering dikacaukan
dengan pengertian topic atau pokok pembicaraan. Topik dan Judul berbeda.
Topik seperti yang telah disebut diatas ialah pokok pembicaraan atau pokok
masalah yang dibahas dalam karangan, sedangkan judul ialah kepala atau
nama sebuah karangan. Topik harus ditentukan sebelum penulis memulai
menulis, sedangkan judul tidak selalu demikian dapat dibuat setelah karangan
itu selesai. Itulah sebebnya kata-kata yang dipilih untuk judul karangan harus
dipertimbangkan sedemikian rupa, antara judul, topik, dan isi karangan ada
hubungannya yang erat, terutama karangan yang bersifat ilmiah.
14. BAB XI
PERENCANAAN KARYA TULIS ILMIAH
(LATAR BELAKANG, IDENTIFIKASI, BATASAN, DAN
PERUMUSAN MASALAH, TUJUAN DAN METODE
PENULISAN)
1. Latar Belakang Masalah
Pada latar belakang masalah dikemukakan juga masalah yang akan dibahas ada
relevansinya dalam bidang studi penulis. Masalah tersebut dapat dikajidengan
dukungan data yang memadai, baik data pustaka maupun data lapangan.
2. Identifikasi Masalah
Berkaitan dengan objek yang akan dikaji terdapat beberapa masalah yang
menarik untuk dibahas. Masalah-masalah yang menarik tersebut diidentifikasi.
3. BatasanMasalah
Agar masalah yang dibahas mencapai sasarannya maka masalah tersebutperlu
dibatasi sebagaipokus pengkajian. Dijelaskan juga bahwa keterbatasan waktu
dan dana mengharuskan masalah dibatasi.
4. Rumusan Masalah
Kata tanya yang dapat dipakai adalah: apa, mengapa, bagaimana, siapa, kapan,
dimana, dan seterusnya. Persamaan masalah pokok yang akan dibahas
dinyatakan dalam bentuk pertanyaan yang jelas dan aksplisit.
5. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dapat menjelaskan, mendeskripsikan,menunjukkan cara/
hubungan terhadap masalah yang telah dirumuskan sebelumnya.
6. Metode Penilaiann
Dijelaskan tentang metode yang digunakan, baik metode yang digunakan
untuk mengumpulkan data, penyajian data maupun analisi data. Analisi data
dapat menggunakan metode deskriptif, komporatif, eksperimental.
15. BAB XII
TINJAUAN PUSTAKA
1. Sumber Bahan Penulisan
Yang dimaksud bahan penulisa ialah semua informasi atau data yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan penulisan. Data tersebut mungkin
berupa contoh-contoh, perincian atauu detail, perbandingan, sejarah, kasus,
fakta, hubungan sebab-akibat, pengujian dan pembuktian, angka-angka,
kutipan, gagasan, dan sebagainya yang dapat membantu dalam
mengembangkan pokok permasalahan (topik). Sebagaian besar bahan
penulisan dapat diperoleh dari dua sumber utama, yaitu inferensi dan
pengalaman. Inferensi ialah simpulan atau nila-nilai yang ditarik dari
pengamatan. Pengalaman ialah semua pengetahuan yang telah diperoleh
melalui persepsi indrawi.
2. Menetapkan Landasan Teori
Menetepkan masalah yang telah dirumuskan di dalam kerangka teoritis yang
relevan yang mampu menangkap, menerangkan, dan menunjukkan perspektif
terhadap masalah tersebut. Cara berpikir ke arah memperoleh jawaban itu
adalah dengan cara berpikir deduktif, yaitu cara berfikir yang beolak dari hal-
hal yang bersifat general (yang berlaku umum) kepada hal-hal yang berlaku
(khusus). Kedua hal itu (umum dan khusus) harus dapat menunjukkan adanya
hubungan langsung. Artinya, antara teori dengan masalah yang di rumuskan
harus menunjukkan adanya hubungan secara langsung.
3. Membuat Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan atau jawaban atau simpulan yang sifatnya sementara.
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang telah
dirumuskan sebelumnya. Ada perbedaan antara hipotesis dengan teori
.Hipotesis merupakan pemecahan masalah yang telah dirumuskan, sedangkan
teori merupakan pemecahan atau jawaban terakhir yang diperoleh setelah
pengujian hipotesis. Menurut bentuknya hipotesis dapat dibedakan antara
hipotesis kerja (H-1) dan hipotesis nol (H-0) atau hipotesis statistik.
16. BAB XIII
PENGUTIPAN DAN CATATAN KAKI
1. Jenis Kutipan
Menurut jenisnya kutipan dapat dibedakan atas kutipan langsung dan kutipan
tidak langsung. Kutipan langsung adalah kutipan yang diambil secara lengkap
kata demi kata, kalimat sesuaidengan teks aslinya. Kutipan langsung ini
bentuknya ada yang panjang dan ada yang pendek. Kutipan tidak langsung
biasa juga disebut kutipan isi. Kutipan ini merupakan pinjaman pendapat dari
seseorang pengarang atau penulis inti sariatau iktisart.
2. Catatan kaki
Yang dimaksud catatan kakiadalah keterangan-keterangan terhadap teks
karangan yang ditempatkan pada kaki halaman karangan. Catatan kaki
mempunyaihubungan yang erat dengan teks karangan. Hubungan antara
catatan kaki dengan teks karangan biasanya dinyatakan dengan menggunakan
nomor urut penunjukkan atau tanda asterisk (*), baik yang terdapat pada teks
karangan maupun yang terdapat pada catatan kaki. Untuk membuat catatan
kaki, perlu diperhatikan beberapa prinsip berikit:
Hubungan catatan kakidengan teks
Nomor urut penunjukan
17. BAB XIV
RUJUKAN DAN DAFTAR PUSTAKA
1. Rujukan
Rujukan adalah sumber tempat pengambilan kutipan yang ditempatkan
didepan atau dibelakang kutipan. Unsur-unsur rujukan mencakup nama
pengarang, tahun terbit, dan halaman yang dikutip melalui dua cara. Pertama,
sebelum kutipan dengan menuliskan unsur nama (Pendek) pengarang, tahun
dan halaman yang ditempatkan dalam tanda kurung, misalnya parera (1990 :
168). Kedua, ditempatkan sesudah kutipan dengan menuliskan unsur nama
(Pendek) pengarang, tahun, dan halaman semuanya dalam tanda kurung,
misalnya (parera, 1990 : 168).
2. Cara Penyajian Rujukan
Jika kutipan bersumber daribuku suntingan atau risalah, yang ditulis adalah
nama penulis asli bukan nama penyuntingnya. Contoh ( Soejarno, 1997 : 9 )
3. Daftar Pustaka
Cara menyusun daftar pustaka tidak seragambagi semua bahan referensi,
bergantung pada sifat bahan referensiitu. Daftar pustaka disusun menurut
alfabetis dari nama pengarangnya. Untuk maksud tersebutnama pengarang
harus dibalik susunanya : nama keluarga lebih dahulu kemudian disusuldengan
nama kecil dan gelar ( kalau ada ).