Ejaan merupakan peraturan untuk melambangkan bunyi ujaran dan hubungan antara lambangnya. Ejaan berfungsi sebagai landasan pembakuan bahasa dan alat penyaring unsur bahasa asing. Perkembangan ejaan meliputi Ejaan Van Ophuijsen, Soewandi, Melindo, dan yang Disempurnakan. Ejaan dalam peristilahan mencakup fonemik, etimologi, transliterasi, dan penyesuaian.
1. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belakangan ini banyak orang Indonesia yang kurang mengetahui bahasanya sendiri, serta
pengetahuan tentang tanda baca. Bukan berarti tidak tahu melainkan kurang sesuai dengan
kaidah-kaidah yang ada di dalam bahasa Indonesia.Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia
menyerap unsur berbagai bahas, baik dari bahasa daerah maupun bahasa asing, seperti Sanskerta,
inggris, arab, dan lain-lain. Dalam hal ini di usahakan agar ejaan bahasa asing hanya di ubah
seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat di bandingkan dengan bentuk aslinya.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini kami merumuskan beberapa masalah, yaitu :
1. Pengertian Ejaan
2. Fungsi Ejaan
3. Perkembangan Ejaan
4. Ejaan Dalam Peristilahan
C. Tujuan Pembahasan
Mengetahui dan memahami ejaan dan tanda baca serta fungsi-fungsi dari ejaan dan tanda
baca yang ada di dalam bahasa Indonesia, dan cara penggunaanya dengan baik dan sesuai dengan
kaidah-kaidah bahasa Indonesia.
2. BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ejaan
Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana
antarhubungan antara lambang-lamabang itu (pemisahan dan penggambungan dalam suatu
bahasa), secara teknis yakni dimaksud dengan ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata dan
pemakaian tanda baca.
Adanya hal-hal tersebut yang ada dalam bahasa Indonesia, maka kita selalu berusaha
untuk menyempurnakan ejaan-ejaan yang kita pakai. Ini tampak jelas dari perkembangan ejaan
bahasa Indonesia yang pernah kita pakai,yaitu dari sebelum tahun 1947 maupun sesudah tahun
1972.
B. Fungsi Ejaan
Dalam rangka menunjang pembakuan bahasa, baik yang menyangkut pembakuan tata bahasa
maupun kosa kata dan peristilahan, ejaan memiliki fungsi yang cukup penting. Oleh karena itu
pembakuan ejaan perlu di beri prioritas terlebih dahulu. Dalam hubungan itu, ejaan antara lain
berfungsi sebagai :
1. Landasan pembakuan tata bahasa
2. Landasan pembakuan kosa kata dan peristilahan
3. Alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia
Apabila pembakuan ejaan telah di laksanakan, maka pembakuan aspek kebahasaan yang
lain pun dapat di tunjang dengan keberhasilan itu, terutama jika segenap pemakai bahasa yang
bersangkutan telah menaati segala ketentuan yanag terdapat di dalam buku pedoman.
Secara praktis ejaan memiliki fungsi untuk membantu pemahaman pembaca di dalam
mencerna informasi yang di sampaikan secara tertulis. Dalam hal ini fungsi praktis itu dapat di
pahami jika segala ketentuan yang terdapat di dalam kaidah telah di terapkan dengan baik.
C, Perkembangan Ejaan
Perkembangan ejaan meliputi :
a. Ejaan Van Ophuijsen
3. Pada tahun 1901 ditetapkan ejaan bahasa melayu dengan huruf latin,yang disebut ejaan Van
ophuijsen merancang ejaan itu yang dibantu oleh Engku Nawawi gelar Soetan Ma’moer dan
Moehammad Taibsoetan Ibrahim. Hal-hal yang menonjol dalam ejaan Van Ophuijsen yaitu:
1. Huruf ‘’j’’ untuk menuliskan kata-kata ‘’jang, pajang, sajang’’
2. Huruf ‘’oe’’ untuk menuliskan kata-kata ‘’goeroe, Itoe, Oemoer’’
3. Tanda diakritik seperti koma ain dan trerna, untuk menuliskan kata-kata
ma’moer,’akal,ta’,pa’,dan dinamai’.
b. Ejaan Soewandi
Pada tanggal 19 Maret 1947 Ejaan Soewandi diresmikan untuk menggantikan ejaan Van
Ophuijsen, ejaan ini dikena oleh masyarakat dengan julukan ejaan republik. Hal-hal yang perlu
diketahui sehubungan dengan pergantian ejaan itu, yaitu:
1. Huruf oe diganti dengan u seperti pada guru, itu, umur
2. Bunyi hamzah dengan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti kepada kata-kata tak, pak,
maklum dan rakjat.
3. Kata ulang bisa ditulis dengan angka-2, seperti anak2, ber-jalan2 dan ke-barat2-an
4. Awalan di dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutnya, seperti kata depan di, pada, dirumah, dikebun, disamakan, dengan imbuhan
di-pada ditulis dan di karang.
c, Ejaan Melindo
Kongres bahasa Indonesia II Medan (1959) sidang perutusan Indonesia dan melayu (Slamet
mulyana-syeh Nasir bin Ismail, ketua) menghasilkan konsep ejaan bersama yang kemudian
dikenal dengan ejaan Melindo (melayu –indonesia). Perkembangan politik selama tahun-tahun
berikutnya mengurungkan peresmian ejaan itu.
d. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
Pada tanggal 16 Agustus 1972 melalui pidato Kenegaraannya Presiden Republik Indonesia
Meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Peresmian ejaan baru itu
berdasarkan keputusan Presiden No. 57, Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan bahasa Indonesia yang Disempurnakan,
sebagai patokan pemakaian ejaan itu. Selain itu, juga direalisasikan Pedoman Umum
Pembentukan Istilah-istilah. Karena penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia pengembangan
4. Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat keputusanya tanggal
12 Oktober 1972,No. 156/P/1972 (Amran Halim, Ketua), menyusun buku pedoman umum
Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang lebih
luas. setelah itu, Meneri pendidikan dan kebudayaan dengan surat keputusannya No. 0196/1975
memberlakukan pedoman umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan pedoman
umum pembentukan istilah. Pada tahun 1987 kedua pedoman terseut direvisi. Edisi revisi
dikuatkan dengan surat putusan menteri pendidikan kebudayaan No. 0543a/1987, tanggal 9
September1987.
Penelusari di- atau ke- sebagai awalan dan di atau ke sebagai kata depan dibedakan, yakni di-atau
ke- sebagai awalan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
D, Ejaan Dalam Peristilahan
a. Ejaan Fonemik
Penulisan istilah pada umumnya berdasarkan ejaan fonemik; artinya hanya satuan
bunyi yang berfungsi dalam bahasa Indonesia yang di lambangkan dengan huruf.
Misalnya :
Presiden bukan President
Teks bukan Text
Standar bukan Standard
b. Ejaan Etimologi
Untuk menegaskan makna yang berbeda, istilah yang homonim dengan kata lain dapat di
tulis dengan mempertimbangkan etimologinya, yakni sejarahnya, sehingga bentuknya berlainan
walaupun lafalnya mungkin sama.
Misalnya :
Bank dengan bang
Sanksi dengan sangsi
5. c. Transliterasi
Pengejaan istilah dapat juga di lakukan menurut aturan transliterasi, yakni penggantian
huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain, lepas dari bunyi lafal yang sebenarnya.
Hal itu, misalnya, di terapkan menurut aturan International Organization for
Standardization(ISO) pada huruf Arab (rekomendasi ISO-R 233), Yunani (rekomendasi ISO-R
315), Kiril (Rusia)(rekomendasi ISO-R 9) yang di alihkan ke huruf latin.
Misalnya :
Yaum ul-adha (hari kurban)
Suksma (sukma)
Psyche (jiwa,batin)
Moskva (Moskwa,Moskou)
d. Ejaan Nama Diri
Ejaan nama diri, termasuk merek dagang, yang di dalam bahasa aslinya di tulis dengan
huruf Latin tidak di ubah.
Misalnya :
Baekelund Cannizaro
Aquadag Daeron
e. Penyesuaian Ejaan
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur pelbagai bahasa lain, baik
dari bahasa daerah maupun bahasa asing, seperti Sanskerta, inggris, arab, dan lain-lain.
Berdasarkan taraf integrasinyaunsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat di bagi atas tiga
golongan.
Pertama, unsur-unsur yang sudah lama terserap ke dalam bahasa Indonesia yang tidak
perlu lagi di ubah ejaannya. Misalnya sirsa, iklan, otonomi, dongkrak, pikir, aki, dan lain-lain.
Kedua, unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia,
sepertishuttle cock, real estate. Unsur-unsur ini di pakai di dalam konteks bahasa Indonesia,
tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing.
6. Ketiga, unsur yang pengucapannya dan penulisannya di sesuaikan dengan kaidah bahasa
Indonesia. Dalam hal ini di usahakan agar ejaan bahasa asing hanya di ubah seperlunya sehingga
bentuk Indonesianya masih dapat di bandingkan dengan bentuk aslinya.
f. Penyesuaian Imbuhan Asing
1) Penyesuaian Awalan
Awalan asing yang bersumber dari bahasa Indo-Eropa dapat di pertimbangkan pemakaiannya di
dalam peristilahan Indonesia setelah di sesuaikan ejaannya.
2) Penyesuaian Akhiran
Di samping pegangan untuk penyesuaian huruf istilah asing tersebut di atas, berikut ini di
daftarkan juga akhiran-akhiran asing serta penyesuaiannya dalam bahasa Indonesia. Akhiran itu
di serap sebagai bagian kata yang utuh. Kata sepertistandardisasi, implementasi, dan objektif di
serap secara utuh di samping katastandar, implemen, dan objek.
7. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah kita memahami apa yang telah di paparkan di atas, kita dapat mengambil sebuah
kesimpulan bahwa :
Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan
bagaimana antarhubungan antara lambang-lamabang itu (pemisahan dan penggambungan dalam
suatu bahasa), secara teknis yakni dimaksud dengan ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata
dan pemakaian tanda baca.
Ejaan antara lain berfungsi sebagai :
1. Landasan pembakuan tata bahasa.
2. Landasan pembakuan kosa kata dan peristilahan.
3. Alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia.
Perkembangan ejaan meliputi :
1. Ejaan Van Ophuijsen
2. Ejaan Soewandi
3. Ejaan Melindo
4. Ejaan yang Di sempurnakan
B. Kritik dan Saran
Kami sadar masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Mohon kritik dan
sarannya supaya ke depan bisa lebih baik lagi.
8. DAFTAR PUSTAKA
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman
Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Yrama Widya, 2004.
http://budipurnomoagung.blogspot.co.id/2013/11/fungsi-ragam-bahasa-dan-ejaan.html?m=1.
http://huartzimucz.blogspot.co.id/2012/10/fungsi-fungsi-tanda-baca-html?m=1.
Yaqin,M. Zubad Nurul.Bahasa Indonesia Keilmuan. Malang: UIN Maliki Press2011.
https://arifinmuhammadweeeh.blogspot.co.id/2016/07/makalah-bahasa-indonesia-ejaan-
dan_2.html