4. Pengertian Menurut Ahli
Menurut Bakry (1986:1) menyatakan bahwa
Penalaran atau Reasoning merupakan suatu
konsep yang paling umum menunjuk pada salah
satu proses pemikiran untuk sampai pada suatu
kesimpulan sebagai pernyataan baru dari beberapa
pernyataan lain yang telah diketahui.
Menurut Suriasumantri (2001:42)
mengemukakan secara singkat bahwa penalaran
adalah suatu aktivitas berpikir dalam pengambilan
suatu simpulan yang berupa pengetahuan.
Menurut Keraf (1985:5) berpendapat bahwa
penalaran adalah suatu proses berpikir dengan
menghubung-hubungkan bukti, fakta, petunjuk atau
eviden, menuju kepada suatu kesimpulan.
6. PENGERTIAN
PROPOSISI
Proposisi adalah apa yang dihasilkan
dengan mengucapkan suatu kalimat.
Proposisi disebut sebagai “tempat
kebenaran” bukan bahwa proposisi itu
selalu benar, melainkan karena hubungan
yang diakui atau diingkarinya itu dapat diuji
dengan kenyataan, dan hasilnya pun dapat
benar dan dapat salah.
7. Unsur - Unsur
Proposisi
Term subyek : hal yang tentangnya
pengakuan atau pengingkaran ditujukan.
Term predikat : apa yang diakui atau
diingkari tentang subyek
Kopula : penghubung (adalah, bukan/tidak)
antara term subyek dan term predikat, dan
sekaligus member bentuk (pengakuan
atau pengingkaran) pada hubungan itu.
9. JENIS DAN BENTUK
PROPOSISI
Dari bentuknya proposisi terbagi
menjadi :
1. Proposisi Tunggal
2. Proposisi Majemuk
10. 1. Proposisi Tunggal yaitu proporsi yang
hanya memiliki atau terdiri dari satu
Subjek dan satu Predikat.
Contoh :
Mahasiswa harus menjaga kebersihan.
2. Proposisi majemuk yaitu proporsi yang
terdiri dari satu Subjek dan terdapat lebih
dari satu Predikat.
Contoh:
Semua kelas harus bersih dan
nyaman.
11. JENIS DAN BENTUK
PROPOSISI
Dari sifatnya proporsi terbagi menjadi :
1. Proporsi Kategorial
2. Proporsi Kondisional
3. Proporsi Kualitatif
a. Proporsi Positif
b. Proposisi Negatif
4. Proposisi Kuantitas
a. Proposisi Universal
b. Proposisi Khusus
12. 1. Proposisi Kategorial yaitu proporsi
dimana hubungan Subjek dan
Predikat tanpa membutuhkan syarat
apapun.
Contoh :
Semua Kelinci berkaki empat
2. Proposisi Kondisional yaitu proporsi
dimana Subjek dan Predikat
memerlukan syarat tertentu.dalam
proporsi ini haruslah terdapat sebab
dan akibat.
Contoh :
Jika tidak rajin membaca,maka saya
akan menjadi bodoh.
13. 4. Proposisi Kualitatif, terbagi menjadi :
a. Proposisi Positif yaitu proposisi yang
Subjek dan Predikatnya terdapat
penyesuaian atau proposisi yang
memiliki Predikat yang membetulkan
Subjek.
Contoh :
Semua anak SMP adalah lulusan SD.
b. Proposisi Negatif yaitu proposisi
dimana Subjek dan Predikatnya tidak
memiliki hubungan atau Predikatnya
tidak membetulkan Subjek.
Contoh:
Semua tumbuhan bukanlah manusia.
14. 4. Proposisi Kuantitas terdiri dari :
a. Proposisi Universal yaitu proposisi
yang Predikatnya membenarkan
semua Subjek.
Contoh :
Semua mobil memiliki roda.
b. Proposisi Khusus yaitu proposisi
yang Predikatnya tidak
membenarkan semua Subjek.
Contoh :
Tidak semua daun berwarna hijau.
15. PENALARAN DEDUKTIF
Penalaran deduktif merupakan
prosedur yang berpangkal dari
peristiwa umum yang
kebenarannya telah diketahui,
dan berakhir pada suatu
kesimpulan baru yang bersifat
lebih khusus.
16. Penarikan kesimpulan secara
deduktif
1. Menarik Simpulan secara
Langsung
2. Menarik Simpulan secara Tidak
Langsung
17. 1. Menarik Simpulan secara Langsung
Simpulan (konklusi) secara langsung
ditarik dari satu premis.
Misalnya:
a. Semua S adalah P. (premis)
Sebagian P adalah S. (simpulan)
Contoh:
Semua ikan berdarah dingin. (premis)
Sebagian yang berdarah dingin adalah
ikan. (simpulan)
18. b. Tidak satu pun S adalah P. (premis)
Tidak satu pun P adalah S. (simpulan)
Contoh:
Tidak seekor nyamuk pun adalah lalat.
(premis)
Tidak seekor lalat pun adalah nyamuk.
(simpulan)
c. Semua S adalah P. (premis)
Tidak satu pun S adalah tak-P. (simpulan)
Tidak satu pun tak-P adalah S. (simpulan)
Contoh:
Semua gajah adalah berbelalai. (premis)
Tak satu pun gajah adalah tak berbelalai.
(simpulan)
19. 2. Menarik Simpulan secara Tidak
Langsung
Penarikan simpulan secara tidak
langsung memerlukan dua premis
sebagai data. Dari dua premis ini akan
dihasilkan sebuah simpulan. Premis
yang pertama adalah premis yang
bersifat umum dan premis yang kedua
adalah premis yang bersifat khusus.
Untuk itu, kita memerlukan suatu premis
(pernyataan dasar) yang bersifat
pengetahuan yang semua orang sudah
tahu, umpamanya setiap manusia akan
mati, semua ikan berdarah dingin,
semua sarjana adalah lulusan perguruan
tinggi, atau semua pohon kelapa berakar
20. Silogisme Kategorial
Silogisme Hipotesis
Silogisme Alterntif
Entimen
Jenis Penalaran Deduksi dengan
Penarikan secara Tidak Langsung
21. 1. Silogisme Kategorial
Kategorial adalah silogisme yang terjadi dari
tiga proposisi. Dua proposisi merupakan
premis dan satu proposisi merupakan
simpulan. Premis yang bersifat umum
disebut premis mayordan premis yang bersifat
khusus disebut premis minor. Dalam simpulan
terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan
disebut term minor dan predikat simpulan
disebut term mayor.
Contoh:
Semua manusia bijaksana.
Semua polisi adalah bijaksana.
Jadi, semua polisi bijaksana.
22. 2. Silogisme Hipotesis
Silogisme hipotesis adalah silogisme yang
terdiri atas premis mayor yang berproposisi
kondisional hipotesis. Kalau premis minornya
membernarkan anteseden, simpulannya
membenarkan konsekuen. Kalau premis
minornya menolak anteseden, simpulan juga
menolak konsekuen.
Contoh:
Jika besi dipanaskan, besi akan memuai.
Besi dipanaskan.
Jadi, besi memuai.
23. 3. Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif adalah silogisme
yang terdiri atas premis mayor berupa
proposisi alternatif. Kalau premis
minornya membenarkan salah satu
alternatif, simpulannya akan menolak
alternatif yang lain.
Contoh:
Dia adalah seorang kiai atau profesor.
Dia seorang kiai.
Jadi, dia bukan seorang profesor.
24. 4. Entimen
Silogisme yang tidak mempunyai premis
mayor karena premis mayor itu sudah
diketahui secara umum. Yang dikemukakan
hanya premis minor dan simpulan.
Contoh:
Semua sarjana adalah orang cerdas.
Ali adalah seorang sarjana.
Jadi, Ali adalah orang cerdas.
Dari silogisme ini dapat ditarik satu entimen,
yaitu “Ali adalah orang cerdas karena dia
adalah seorang sarjana”.
25. PENALARAN
INDUKTIF
Penalaran induktif adalah proses
penalaran untuk manarik kesimpulan
berupa prinsip atau sikap yang
berlaku umum berdasarkan fakta –
fakta yang bersifat khusus, prosesnya
disebut Induksi.
26. BENTUK PENALARAN
INDUKTIF
1. Generalisasi ialah proses penalaran yang
megandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai
sifat tertentu untuk mendapatkan simpulan yang
bersifat umum.
Contoh:
Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, tembaga
memuai.
Jika dipanaskan, emas memuai.
Jadi, jika dipanaskan, logam
memuai.
27. Hal untuk menentukan benar
atau tidaknya generalisasi
1. Data itu harus memadai jumlahnya.
Semakin banyak data yang
dipaparkan, semakin benar simpulan
yang diperoleh.
2. Data itu harus mewakili keseluruhan.
Dari data yang sama itu akan
dihasilkan simpulan yang benar.
3. Pengecualian perlu diperhitungkan
karena data-data yang mempunyai
sifat khusus tidak dapat dijadikan
data.
28. Bentuk Generalisasi
1. Generalisasi sempurna
Generalisasi sempurna adalah generalisasi
dimana seluruh fenomena yang menjadi
dasar penyimpulan diselidiki. Generalisasi
macam ini memberikan kesimpulan amat
kuat dan tidak dapat diserang. Tetapi tetap
saja yang belum diselidiki.
Contoh :
Perhitungan jumlah siswa disuatu sekolah.
29. Bentuk Generalisasi
2. Generalisasi tidak sempurna
Generalisasi tidak sempurna adalah
generalisasi berdasarkan sebagian
fenomena untuk mendapatkakn
kesimpulan yang berlaku bagi
fenomena sejenis yang belum
diselidiki.
Contoh:
Hampir seluruh wanita dewasa
gemar menggunakan sepatu hak
tinggi (high-heeled).
30. 2. Analogi adalah cara penarikan penalaran
secara membandingkan dua hal yang
mempunyai sifat yang sama.
Contoh:
Nina adalah lulusan akademi A.
Nina dapat menjalankan tugasnya
dengan baik.
Ali adalah lulusan akademi A.
Oleh sebab itu, Ali dapat menjalankan
tugasnya dengan baik.
31. Tujuan
penalaran
secara analogi
Analogi dilakukan untuk meramalkan
sesuatu.
Analogi diakukan untuk
menyingkapkan kekeliruan.
Analogi digunakan untuk menyusun
klasifikasi.
32. Hubungan Kausal adalah penalaran yang
diperoleh dari gejala-gejala yang saling
berhubungan.
Misalnya:
Tombol ditekan, akibatnya bel
berbunyi.
Hujan turun dan jalan-jalan
becek.
Ia kena penyakit kanker darah
dan meninggal dunia
33. Hubungan Antarmasalah yang
Berkaitan dengan Hubungan
Klausal
1. Sebab-Akibat
Sebab-akibat ini berpola A menyebabkan B.
Disamping itu, hubungan ini dapat pula
berpola A menyebabkan B, C, D, dan
seterusnya. Jadi, efek dari satu peristiwa
yang dianggap penyebab kadang-kadang
lebih dari satu.
Misalnya:
Andaikata angin tiba-tiba bertiup. (A), dan
hujan yang tiba-tiba turun. (B), ternyata
tidak sebuah manggapun yang jatuh. (E),
tentu kita dapat menyimpulkan bahwa
jatuhnya mangga itu disebabkan oleh
lemparan anak-anak. (C).
34. 2. Akibat-Sebab
Akibat-Sebab ini dapat kita lihat pada
peristiwa seseorang yang pergi kedokter.
Ke dokter merupakan akibat dan sakit
merupakan sebab, jadi mirip dengan
entimen. Akan tetapi, dalam penalaran
jenis akibat-sebab ini, peristiwa sebab
merupakan simpulan.
35. 3. Akibat-akibat
Akibat-akibat adalah suatu
penalaran yang menyiratkan
penyebabnya. Peristiwa “akibat”
langsung disimpulkan pada suatu
“akibat” yang lain.
Contoh :
Ketika pulang dari pasar, Ibu Sonya
melihat tanah di halamannya becek.
Ibu langsung menyimpulkan bahwa
kain jemuran di belakang rumahnya
pasti basah.
36. SALAH
NALAR
Merupakan gagasan,
pikiran, kepercayaan,
atau simpulan yang
salah, keliru, atau cacat.
37. Macam-Macam Salah Nalar
1. Deduksi yang salah
2. Generalisasi terlalu luas,
dan
3. Pemilihan terbatas pada
dua alternatif
38. 1. Deduksi yang salah
Salah nalar yang disebabkan oleh
deduksi yang salah merupakan salah
nalar yang amat sering dilakukan orang.
Contoh :
Pak Ruslan tidak dapat dipilih sebagai
lurah disini karena dia miskin.
39. 2. Generalisasi Terlalu
Luas
Salah nalar jenis ini disebabkan oleh
jumlah premis yang mendukung
generalisasi tidak seimbang dengan
besarnya generalisasi tersebut sehingga
kesimpulan yang diambil menjadi salah. Selain
itu, salah nalar jenis ini terjadi dikarenakan
kurangnya data yang dijadikan dasar
generalisasi, sikap “menggampangkan”, malas
untuk mengumpulkan dan menguji data secara
memadai, atau ingin segera meyakinkan orang
lain dengan bahan yang terbatas.
Contoh :
Anak-anak tidak boleh
memegang barang Anak-anak
tidak boleh memegang barang
orselen karena barang itu cepat
pecah.
40. Dua bentuk kesalahan
generalisasi
1. Generalisasi Sepintas
Kesalahan ini terjadi dikarenakan penulis
membuat generalisasi berdasarkan data atau
evidensi yang sangat sedikit.
Contoh:
Semua anak yang jenius akan sukses dalam
belajar.
2. Generalisasi Apriori
Salah nalar ini terjadi ketika seorang penulis
melakukan generalisasi atas gejala atau peristiwa
yang belum diuji kebenaran atau kesalahannya.
Contoh:
Semua pejabat pemerintah melakukan tindakan
korupsi.
41. 3. Pemilihan Terbatas pada
Dua Alternatif
Salah nalar ini dilandasi oleh penalaran
alternatif yang tidak tepat dengan
pemilihan “itu” atau “ini”.
Contoh :
Engkau harus mengikuti kehendak ayah,
atau engkau harus berangkat kerumah ini.
42. Faktor
Penyeba
b salah
Nalar
1. Analogi yang salah
2. Argumentasi bidik
orang
3. Meniru-niru yang
sudah ada, dan
4. Penyamarataan
para ahli
43. 1. Analogi yang
Salah
Salah nalar ini dapat terjadi bila orang
menganalogikan sesuatu dengan yang lain
dengan anggapan persamaan salah satu segi
akan memberikan kepastian persamaan pada
segi yang lain. Contoh:
Sumini, seorang alumni
Universitas Indonesia, dapat
mengerjakan tugasnya dengan
baik. Oleh sebab itu, Tata,
seorang alumni Universitas
Indonesia, tentu dapat
menyelesaikan tugasnya dengan
baik.
44. 2. Argumentasi Bidik Orang
Salah nalar jenis ini disebabkan oleh sikap
menghubungkan sifat seseorang dengan
tugas yang diembannya. Dengan kata lain,
sesuatu itu selalu dihubungkan dengan
orangnya.
Contoh:
Peserta penataran boeh
pulang sebelum waktunya
karena para undangan yang
mengahadiri acara
pembukaan pun sudah
pulang semua.
45. 3. Meniru-niru yang Sudah
Ada
Salah nalar jenis ini adalah salah nalar
yang berhubungan dengan anggapan
bahwa sesuatu itu dapat kita lakukan
kalau atasan kita melakukan hal itu.
Contoh:
Peserta penataran boleh
pulang sebelum waktu nya
karna para undangan yang
menghadiri acara
pembukaan pun sudah
pulang semua.
46. 4. Penyamarataan Para Ahli
Salah nalar ini disebapkan oleh anggapan
orang tentang berbagai ilmu dengan
pandangan yang sama. Hal ini akan
mengakibatkan kekeliruan mengambil
simpulan. Contoh:
Perkembangan sistem
pelayanan kita dapat
dibahas secara panjang
lebar oleh Amad Panu,
seorang kayu yang terkenal
itu.