SlideShare a Scribd company logo
1 of 3
PENALARAN DEDUKSI & INDUKSI
Proses berpikir manusia untuk menghubungkan hubungan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada
suatu kesimpulan disebut penalaran. Dalam karangan penalaran berarti penggunaan pikiran untuk suatu
kesimpulan yang dituangkan dalam bentuk tertulis. Dengan penalaran yang tepat, hal-hal yang akan
dituangkan dalam karangan menjadi kuat. Penyajian materi karangan akan sesuaidengan jalan pikiran
yang tepat. Oleh karena itu, setiap pengungkapan harus dipertimbangkan terlebih dahulu agar hal-hal
yang tidak tepat tidak masuk dalam karangan.
Penalaran yang baik berarti ketepatan pengorganisasian dan penyajian semua gagasan. Segala pernyataan
benar-benar kuat dan dapat dipertanggung jawabkan, tanpaa meragukan pembaca. Alasan-alasan yang
dikemukakan merupakan hal yang dapat diterima.
Ada dua macam penalaran yang biasa dilakukan dalam menarik suatu kesimpulan, yakni penalaran
induksi dan penalaran deduksi. PENALARAN INDUKSI
Dalam penalaran induksi/induktif kita mulai dengan menyebutkan peristiwa atau keterangan atau data
yang khusus untuk menuju kepada kesimpulan umum yang mencakup semua peristiwa khusus itu.
1. PENALARAN DEDUKSI
A. SILOGISME
Penalaran deduksi yang biasa digunakan ialah silogisme. Silogisme disebut juga penalaran deduksi secara
tidak langsung. Dalam silogisme kita dapati dua premis dan satu premis kesimpulan. Kedua premis itu
adalah premis umum/premis mayor dan premis khusus/premis minor. Dari kedua premis tersebut
kesimpulan dirumuskan.
Premis umum (=PU) : menyatakan bahwa semua anggota golongan tertentu (=semua A) memiliki
sifat atau hal tertentu (=B).
Premis khusus (=PK) : menyatakan bahwa sesuatu atau seseorang (=C) adalah anggota golongan
tertentu itu (=A).
Kesimpulan (=K) : menyatakan bahwa sesuatu atau seseorang (=C) memiliki sifat atau hal
tersebut pada B (=B)
Jika ketentuan-ketentuan di atas kita rumuskan, rumus itu akan berbunyi sebagai berikut:
PU : semua A = B
PK : C = A
K : C = B
Contoh 1:
PU : Semua jenis parasit merugikan inangnya.
PK : Benalu tergolong parasit.
K : Benalu tentu merugikan inangnya.
Contoh 2:
PU : Binatang menyusui melahirkan anak dan tidak bertelur.
PK : Ikan paus binatang menyusui.
K : Ikan paus melahirkan anak dan tidak bertelur.
Silogisme Negatif
Silogisme negatif adalah silogisme yang salah satu premisnya bersifat negatif. Silogisme jenis ini
biasanya di salah satu premisnya ditandai dengan kata-kata ingkar, yaitu tidak atau bukan.
Contoh
PU : Semua penderita diabetes tidak boleh banyak makan tepung-tepungan.
PK : Paman penderita doabetes.
K : Paman tidak boleh banyak makan tepung-tepungan.
B. ENTIMEM
Penggunaan silogisme dalam kehidupan sehari-hari atau karang-mengarang terasa sangat kaku. Oleh
karena itu, silogisme dapat diperpendek dengan tidak menyebutkan premis umumnya. Kita dapat
langsung mengetengahkan kesimpulan, dengan premis khusus sebagaipenyebabnya. Bentuk silogisme
yang demikian disebut entimem.
Entimem merupakan penalaran deduksi secara langsung.
Entimem dapat dirumuskan: C = B, karena C = A.
Contoh 1:
Silogisme:
PU : Pegawaiyang baik tidak mau menerima suap.
PK : Budiman pegawaiyang baik.
K : Budiman tidak mau menerima suap.
Entimem:
Budiman tidak mau menerima uang suap, karena ia pegawai yang baik.
Contoh 2:
Silogisme:
PU : Orang yang ingin sukses hidupnya harus bekerja keras.
PK : Diah orang yang ingin sukses hidupnya.
K : Diah harus bekerja keras.
Entimem:
Diah harus bekerja keras, karena ia ingin sukses hidupnya
2. PenalaranInduksi
Ada tiga jenis penalaran induksi :
A. GENERALISASI
Generalisasi adalah proses penalaran yang dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus untukl diambil
kesimpulan yang bersifat umum. Generalisasi adalah pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau
sebagian besar gejala yang diamati. Generalisasi mencakup ciri-ciri esensial, bukan rincian. Dalam
pengembangan karangan, generalisasi dibuktikan dengan fakta, contoh, data statistik, dan lain-lain.
Contoh:
Pemakain bahasa Indonesia di seluruh daerah di Indonesia dewasa ini belumdapat dikatakan seragam.
Perbedaan dalamstruktur kalimat, lagu kalimat,ucapan terlihat dengan mudah.Pemakaian bahasa
Indonesia sebagai bahasa pergaulan sering dikalahkan oleh bahasa daerah.Di lingkungan
persuratkabaran,radio,dan TV pemakaian bahasa Indonesia belumlagi dapat dikatakan sudah terjaga
baik. Para pemuka kita pun pada umumnya juga belummemperlihatkan penggunaan bahasa Indonesia
yang terjaga baik.Fakta-fakta di atas menunjukkan bahwa pengajaran bahasa Indonesia perlu
ditingkatkan.
B. ANALOGI
Analogi adalah penalaran yang membandingkan dua hal yang memiliki banyak persamaan sifat. Cara ini
didasarkan asumsi bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi, maka akan ada persamaan pula
dalam bidang/hal lainnya.
Contoh:
Seseorang yang menuntut ilmu sama halnya dengan mendaki gunung.Sewaktu mendaki, ada saja
rintangan seperti jalan yang licin yang membuat seseorang jatuh. Ada pula semak belukaryang sukar
dilalui. Dapatkah seseorang melaluinya? Begitu pula bila menuntut ilmu, seseorang akan mengalami
rintangan seperti kesulitan ekonomi, kesulitan memahami pelajaran,dan sebagainya. Apakah Dia
sanggup melaluinya? Jadi, menuntut ilmu sama halnya dengan mendaki gunung untuk mencapai
puncaknya.
Penalaran secara analogi memiliki peluang untuk salah apabila kita beranggapan bahwa persamaan satu
segi akan memberikan kepastian persamaan pada segi-segi yang lain.
C. HUBUNGAN SEBAB AKIBAT
Hubungan sebab akibat dimulai dari beberapa fakta yang kita ketahui. Dengan m,enghubungkan fakta
yang satu dengan fakta yang lain, dapatlah kita sampai kepada kesimpulan yang menjadi sebab dari fakta
itu atau dapat juga kita sampai kepada akibat fakta itu.
Penalaran induksi sebab akibat dibedakan menjadi 3 macam:
1. Hubungan sebab – akibat
Dalam hubungan ini dikemukakan terlebih dahulu hal-hal yang menjadi sebab, kemudian ditarik
kesimpulan yang berupa akibat.
Contoh penalaran hubungan sebab akibat:
Belajar menurut pandangan tradisional adalah usaha untuk memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan.
“Pengetahuan” mendapat tekanan yang penting, oleh sebab pengetahuan memegang peranan utama
dalamkehidupan manusia. Pengetahuan adalah kekuasaan.Siapa yang memiliki pengetahuan, ia
mendapat kekuasaan.
2. Hubungan akibat – sebab
Dalam hubungan ini dikemukakan terlebih dahulu hal-hal yang menjadi akibat, selanjutnya ditarik
kesimpulan yang merupakan penyebabnya.
Contoh penalaran hubungan akibat sebab:
Dewasa ini kenakalan remaja sudah menjurus ke tingkat kriminal. Remaja tidak hanya terlibat dalam
perkelahian-perkelahian biasa,tetapi sudah berani menggunakan senjata tajam. Remaja yang telah
kecanduan obat-obat terlarang tidak segan-segan merampok bahkan membunuh. Hal ini disebabkan
kurangnya perhatian dari orang tua,pengaruh masyarakat, dan pengaruh televisi dan filmyang cukup
besar.
3. Hubungan sebab – akibat 1 – akibat 2
Suatu penyebab dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat pertama menjadi sebab hingga
menimbulkan akibat kedua. Akibat kedua menjadi sebab yang menimbulkan akibat ketiga, dan
seterusnya.
Contoh penalaran hubungan sebab – akibat 1 – akibat 2:
Setiap menjelang lebaran arus mudik sangat ramai.Seminggu sebelumlebaran jalanan sudah dipenuhi
kendaraan-kendaraan umummaupun pribadi yang mengangkut penumpang yang akan pulang ke
daerahnya masing-masing. Banyaknya kendaraan tersebut mau tidak mau mengakibatkan arus lalu lintas
menjadi semrawut. Kesemrawutan ini tidak jarang sering menimbulkan kemacetan di mana-mana.Lebih
dari itu bahkan tidak mustahil kecelakaan menjadi sering terjadi. Keadaan tersebut pada akhirnya akan
menghambat perjalanan.

More Related Content

Similar to PENALARAN DEDUKSI & INDUKSI

PENALARAN-SALAH NALAR.docx
PENALARAN-SALAH NALAR.docxPENALARAN-SALAH NALAR.docx
PENALARAN-SALAH NALAR.docxDiahAyuPuspaRani
 
Bab_8_Penalaran dan Pendfinisian.ppt
Bab_8_Penalaran dan Pendfinisian.pptBab_8_Penalaran dan Pendfinisian.ppt
Bab_8_Penalaran dan Pendfinisian.pptOmDaman
 
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV.docx
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV.docxGAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV.docx
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV.docxjosen sembiring
 
Tugas soft skill bahasa indonesia
Tugas soft skill bahasa indonesiaTugas soft skill bahasa indonesia
Tugas soft skill bahasa indonesiaMira Erviana
 
Teori penelitian dalam keilmua sosial.ppt
Teori penelitian dalam keilmua sosial.pptTeori penelitian dalam keilmua sosial.ppt
Teori penelitian dalam keilmua sosial.pptmuntahamardhatillah
 
Tugas Psikologi Pendidikan
Tugas Psikologi PendidikanTugas Psikologi Pendidikan
Tugas Psikologi PendidikanIIKCASIKIN
 
Sosiologi sebagai ilmu masyarakat
Sosiologi sebagai ilmu masyarakatSosiologi sebagai ilmu masyarakat
Sosiologi sebagai ilmu masyarakatAnisa Fitri
 
Filsafat Ilmu Ninik Charmila
Filsafat Ilmu Ninik Charmila Filsafat Ilmu Ninik Charmila
Filsafat Ilmu Ninik Charmila Ninik Charmila
 
Psikologi gejala gejala psikologis
Psikologi gejala gejala psikologisPsikologi gejala gejala psikologis
Psikologi gejala gejala psikologisIndra Gunawan
 
Rangkuman (Metode Penelitian)
Rangkuman (Metode Penelitian) Rangkuman (Metode Penelitian)
Rangkuman (Metode Penelitian) Awang Ramadhani
 
PENALARAN INDUKSI
PENALARAN INDUKSIPENALARAN INDUKSI
PENALARAN INDUKSIsyoretta
 
Modul 2 dan 3 Pendidikan IPS di SD
Modul 2 dan 3 Pendidikan IPS di SDModul 2 dan 3 Pendidikan IPS di SD
Modul 2 dan 3 Pendidikan IPS di SDBudiHerijanto2
 
Proses adaptasi-psikologi-pada-wanita-setiap-tahap-perkembangan-sepanjang-dau...
Proses adaptasi-psikologi-pada-wanita-setiap-tahap-perkembangan-sepanjang-dau...Proses adaptasi-psikologi-pada-wanita-setiap-tahap-perkembangan-sepanjang-dau...
Proses adaptasi-psikologi-pada-wanita-setiap-tahap-perkembangan-sepanjang-dau...Ismail Mattalatta
 
Teori belajar-behavioristik
Teori belajar-behavioristikTeori belajar-behavioristik
Teori belajar-behavioristikVirlinda Siska
 

Similar to PENALARAN DEDUKSI & INDUKSI (20)

PENALARAN-SALAH NALAR.docx
PENALARAN-SALAH NALAR.docxPENALARAN-SALAH NALAR.docx
PENALARAN-SALAH NALAR.docx
 
Bab_8_Penalaran dan Pendfinisian.ppt
Bab_8_Penalaran dan Pendfinisian.pptBab_8_Penalaran dan Pendfinisian.ppt
Bab_8_Penalaran dan Pendfinisian.ppt
 
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV.docx
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV.docxGAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV.docx
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV.docx
 
Tugas soft skill bahasa indonesia
Tugas soft skill bahasa indonesiaTugas soft skill bahasa indonesia
Tugas soft skill bahasa indonesia
 
FILSAFAT 1.docx
FILSAFAT 1.docxFILSAFAT 1.docx
FILSAFAT 1.docx
 
Teori penelitian dalam keilmua sosial.ppt
Teori penelitian dalam keilmua sosial.pptTeori penelitian dalam keilmua sosial.ppt
Teori penelitian dalam keilmua sosial.ppt
 
Tugas Psikologi Pendidikan
Tugas Psikologi PendidikanTugas Psikologi Pendidikan
Tugas Psikologi Pendidikan
 
Penalaran induktif
Penalaran induktifPenalaran induktif
Penalaran induktif
 
Sosiologi sebagai ilmu masyarakat
Sosiologi sebagai ilmu masyarakatSosiologi sebagai ilmu masyarakat
Sosiologi sebagai ilmu masyarakat
 
Filsafat Ilmu Ninik Charmila
Filsafat Ilmu Ninik Charmila Filsafat Ilmu Ninik Charmila
Filsafat Ilmu Ninik Charmila
 
Psikologi gejala gejala psikologis
Psikologi gejala gejala psikologisPsikologi gejala gejala psikologis
Psikologi gejala gejala psikologis
 
Rangkuman (Metode Penelitian)
Rangkuman (Metode Penelitian) Rangkuman (Metode Penelitian)
Rangkuman (Metode Penelitian)
 
Ppt penalaran
Ppt penalaranPpt penalaran
Ppt penalaran
 
PENALARAN INDUKSI
PENALARAN INDUKSIPENALARAN INDUKSI
PENALARAN INDUKSI
 
Modul 2 dan 3 Pendidikan IPS di SD
Modul 2 dan 3 Pendidikan IPS di SDModul 2 dan 3 Pendidikan IPS di SD
Modul 2 dan 3 Pendidikan IPS di SD
 
Teori thorndike
Teori thorndikeTeori thorndike
Teori thorndike
 
Proses adaptasi-psikologi-pada-wanita-setiap-tahap-perkembangan-sepanjang-dau...
Proses adaptasi-psikologi-pada-wanita-setiap-tahap-perkembangan-sepanjang-dau...Proses adaptasi-psikologi-pada-wanita-setiap-tahap-perkembangan-sepanjang-dau...
Proses adaptasi-psikologi-pada-wanita-setiap-tahap-perkembangan-sepanjang-dau...
 
Makalah humas 1
Makalah humas 1Makalah humas 1
Makalah humas 1
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter ii
 
Teori belajar-behavioristik
Teori belajar-behavioristikTeori belajar-behavioristik
Teori belajar-behavioristik
 

PENALARAN DEDUKSI & INDUKSI

  • 1. PENALARAN DEDUKSI & INDUKSI Proses berpikir manusia untuk menghubungkan hubungan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu kesimpulan disebut penalaran. Dalam karangan penalaran berarti penggunaan pikiran untuk suatu kesimpulan yang dituangkan dalam bentuk tertulis. Dengan penalaran yang tepat, hal-hal yang akan dituangkan dalam karangan menjadi kuat. Penyajian materi karangan akan sesuaidengan jalan pikiran yang tepat. Oleh karena itu, setiap pengungkapan harus dipertimbangkan terlebih dahulu agar hal-hal yang tidak tepat tidak masuk dalam karangan. Penalaran yang baik berarti ketepatan pengorganisasian dan penyajian semua gagasan. Segala pernyataan benar-benar kuat dan dapat dipertanggung jawabkan, tanpaa meragukan pembaca. Alasan-alasan yang dikemukakan merupakan hal yang dapat diterima. Ada dua macam penalaran yang biasa dilakukan dalam menarik suatu kesimpulan, yakni penalaran induksi dan penalaran deduksi. PENALARAN INDUKSI Dalam penalaran induksi/induktif kita mulai dengan menyebutkan peristiwa atau keterangan atau data yang khusus untuk menuju kepada kesimpulan umum yang mencakup semua peristiwa khusus itu. 1. PENALARAN DEDUKSI A. SILOGISME Penalaran deduksi yang biasa digunakan ialah silogisme. Silogisme disebut juga penalaran deduksi secara tidak langsung. Dalam silogisme kita dapati dua premis dan satu premis kesimpulan. Kedua premis itu adalah premis umum/premis mayor dan premis khusus/premis minor. Dari kedua premis tersebut kesimpulan dirumuskan. Premis umum (=PU) : menyatakan bahwa semua anggota golongan tertentu (=semua A) memiliki sifat atau hal tertentu (=B). Premis khusus (=PK) : menyatakan bahwa sesuatu atau seseorang (=C) adalah anggota golongan tertentu itu (=A). Kesimpulan (=K) : menyatakan bahwa sesuatu atau seseorang (=C) memiliki sifat atau hal tersebut pada B (=B) Jika ketentuan-ketentuan di atas kita rumuskan, rumus itu akan berbunyi sebagai berikut: PU : semua A = B PK : C = A K : C = B Contoh 1: PU : Semua jenis parasit merugikan inangnya. PK : Benalu tergolong parasit. K : Benalu tentu merugikan inangnya. Contoh 2: PU : Binatang menyusui melahirkan anak dan tidak bertelur. PK : Ikan paus binatang menyusui. K : Ikan paus melahirkan anak dan tidak bertelur.
  • 2. Silogisme Negatif Silogisme negatif adalah silogisme yang salah satu premisnya bersifat negatif. Silogisme jenis ini biasanya di salah satu premisnya ditandai dengan kata-kata ingkar, yaitu tidak atau bukan. Contoh PU : Semua penderita diabetes tidak boleh banyak makan tepung-tepungan. PK : Paman penderita doabetes. K : Paman tidak boleh banyak makan tepung-tepungan. B. ENTIMEM Penggunaan silogisme dalam kehidupan sehari-hari atau karang-mengarang terasa sangat kaku. Oleh karena itu, silogisme dapat diperpendek dengan tidak menyebutkan premis umumnya. Kita dapat langsung mengetengahkan kesimpulan, dengan premis khusus sebagaipenyebabnya. Bentuk silogisme yang demikian disebut entimem. Entimem merupakan penalaran deduksi secara langsung. Entimem dapat dirumuskan: C = B, karena C = A. Contoh 1: Silogisme: PU : Pegawaiyang baik tidak mau menerima suap. PK : Budiman pegawaiyang baik. K : Budiman tidak mau menerima suap. Entimem: Budiman tidak mau menerima uang suap, karena ia pegawai yang baik. Contoh 2: Silogisme: PU : Orang yang ingin sukses hidupnya harus bekerja keras. PK : Diah orang yang ingin sukses hidupnya. K : Diah harus bekerja keras. Entimem: Diah harus bekerja keras, karena ia ingin sukses hidupnya 2. PenalaranInduksi Ada tiga jenis penalaran induksi : A. GENERALISASI Generalisasi adalah proses penalaran yang dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus untukl diambil kesimpulan yang bersifat umum. Generalisasi adalah pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau sebagian besar gejala yang diamati. Generalisasi mencakup ciri-ciri esensial, bukan rincian. Dalam pengembangan karangan, generalisasi dibuktikan dengan fakta, contoh, data statistik, dan lain-lain. Contoh: Pemakain bahasa Indonesia di seluruh daerah di Indonesia dewasa ini belumdapat dikatakan seragam. Perbedaan dalamstruktur kalimat, lagu kalimat,ucapan terlihat dengan mudah.Pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan sering dikalahkan oleh bahasa daerah.Di lingkungan persuratkabaran,radio,dan TV pemakaian bahasa Indonesia belumlagi dapat dikatakan sudah terjaga baik. Para pemuka kita pun pada umumnya juga belummemperlihatkan penggunaan bahasa Indonesia yang terjaga baik.Fakta-fakta di atas menunjukkan bahwa pengajaran bahasa Indonesia perlu ditingkatkan.
  • 3. B. ANALOGI Analogi adalah penalaran yang membandingkan dua hal yang memiliki banyak persamaan sifat. Cara ini didasarkan asumsi bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi, maka akan ada persamaan pula dalam bidang/hal lainnya. Contoh: Seseorang yang menuntut ilmu sama halnya dengan mendaki gunung.Sewaktu mendaki, ada saja rintangan seperti jalan yang licin yang membuat seseorang jatuh. Ada pula semak belukaryang sukar dilalui. Dapatkah seseorang melaluinya? Begitu pula bila menuntut ilmu, seseorang akan mengalami rintangan seperti kesulitan ekonomi, kesulitan memahami pelajaran,dan sebagainya. Apakah Dia sanggup melaluinya? Jadi, menuntut ilmu sama halnya dengan mendaki gunung untuk mencapai puncaknya. Penalaran secara analogi memiliki peluang untuk salah apabila kita beranggapan bahwa persamaan satu segi akan memberikan kepastian persamaan pada segi-segi yang lain. C. HUBUNGAN SEBAB AKIBAT Hubungan sebab akibat dimulai dari beberapa fakta yang kita ketahui. Dengan m,enghubungkan fakta yang satu dengan fakta yang lain, dapatlah kita sampai kepada kesimpulan yang menjadi sebab dari fakta itu atau dapat juga kita sampai kepada akibat fakta itu. Penalaran induksi sebab akibat dibedakan menjadi 3 macam: 1. Hubungan sebab – akibat Dalam hubungan ini dikemukakan terlebih dahulu hal-hal yang menjadi sebab, kemudian ditarik kesimpulan yang berupa akibat. Contoh penalaran hubungan sebab akibat: Belajar menurut pandangan tradisional adalah usaha untuk memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan. “Pengetahuan” mendapat tekanan yang penting, oleh sebab pengetahuan memegang peranan utama dalamkehidupan manusia. Pengetahuan adalah kekuasaan.Siapa yang memiliki pengetahuan, ia mendapat kekuasaan. 2. Hubungan akibat – sebab Dalam hubungan ini dikemukakan terlebih dahulu hal-hal yang menjadi akibat, selanjutnya ditarik kesimpulan yang merupakan penyebabnya. Contoh penalaran hubungan akibat sebab: Dewasa ini kenakalan remaja sudah menjurus ke tingkat kriminal. Remaja tidak hanya terlibat dalam perkelahian-perkelahian biasa,tetapi sudah berani menggunakan senjata tajam. Remaja yang telah kecanduan obat-obat terlarang tidak segan-segan merampok bahkan membunuh. Hal ini disebabkan kurangnya perhatian dari orang tua,pengaruh masyarakat, dan pengaruh televisi dan filmyang cukup besar. 3. Hubungan sebab – akibat 1 – akibat 2 Suatu penyebab dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat pertama menjadi sebab hingga menimbulkan akibat kedua. Akibat kedua menjadi sebab yang menimbulkan akibat ketiga, dan seterusnya. Contoh penalaran hubungan sebab – akibat 1 – akibat 2: Setiap menjelang lebaran arus mudik sangat ramai.Seminggu sebelumlebaran jalanan sudah dipenuhi kendaraan-kendaraan umummaupun pribadi yang mengangkut penumpang yang akan pulang ke daerahnya masing-masing. Banyaknya kendaraan tersebut mau tidak mau mengakibatkan arus lalu lintas menjadi semrawut. Kesemrawutan ini tidak jarang sering menimbulkan kemacetan di mana-mana.Lebih dari itu bahkan tidak mustahil kecelakaan menjadi sering terjadi. Keadaan tersebut pada akhirnya akan menghambat perjalanan.