1. PENALARAN DEDUKSI & INDUKSI
Proses berpikir manusia untuk menghubungkan hubungan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada
suatu kesimpulan disebut penalaran. Dalam karangan penalaran berarti penggunaan pikiran untuk suatu
kesimpulan yang dituangkan dalam bentuk tertulis. Dengan penalaran yang tepat, hal-hal yang akan
dituangkan dalam karangan menjadi kuat. Penyajian materi karangan akan sesuaidengan jalan pikiran
yang tepat. Oleh karena itu, setiap pengungkapan harus dipertimbangkan terlebih dahulu agar hal-hal
yang tidak tepat tidak masuk dalam karangan.
Penalaran yang baik berarti ketepatan pengorganisasian dan penyajian semua gagasan. Segala pernyataan
benar-benar kuat dan dapat dipertanggung jawabkan, tanpaa meragukan pembaca. Alasan-alasan yang
dikemukakan merupakan hal yang dapat diterima.
Ada dua macam penalaran yang biasa dilakukan dalam menarik suatu kesimpulan, yakni penalaran
induksi dan penalaran deduksi. PENALARAN INDUKSI
Dalam penalaran induksi/induktif kita mulai dengan menyebutkan peristiwa atau keterangan atau data
yang khusus untuk menuju kepada kesimpulan umum yang mencakup semua peristiwa khusus itu.
1. PENALARAN DEDUKSI
A. SILOGISME
Penalaran deduksi yang biasa digunakan ialah silogisme. Silogisme disebut juga penalaran deduksi secara
tidak langsung. Dalam silogisme kita dapati dua premis dan satu premis kesimpulan. Kedua premis itu
adalah premis umum/premis mayor dan premis khusus/premis minor. Dari kedua premis tersebut
kesimpulan dirumuskan.
Premis umum (=PU) : menyatakan bahwa semua anggota golongan tertentu (=semua A) memiliki
sifat atau hal tertentu (=B).
Premis khusus (=PK) : menyatakan bahwa sesuatu atau seseorang (=C) adalah anggota golongan
tertentu itu (=A).
Kesimpulan (=K) : menyatakan bahwa sesuatu atau seseorang (=C) memiliki sifat atau hal
tersebut pada B (=B)
Jika ketentuan-ketentuan di atas kita rumuskan, rumus itu akan berbunyi sebagai berikut:
PU : semua A = B
PK : C = A
K : C = B
Contoh 1:
PU : Semua jenis parasit merugikan inangnya.
PK : Benalu tergolong parasit.
K : Benalu tentu merugikan inangnya.
Contoh 2:
PU : Binatang menyusui melahirkan anak dan tidak bertelur.
PK : Ikan paus binatang menyusui.
K : Ikan paus melahirkan anak dan tidak bertelur.
2. Silogisme Negatif
Silogisme negatif adalah silogisme yang salah satu premisnya bersifat negatif. Silogisme jenis ini
biasanya di salah satu premisnya ditandai dengan kata-kata ingkar, yaitu tidak atau bukan.
Contoh
PU : Semua penderita diabetes tidak boleh banyak makan tepung-tepungan.
PK : Paman penderita doabetes.
K : Paman tidak boleh banyak makan tepung-tepungan.
B. ENTIMEM
Penggunaan silogisme dalam kehidupan sehari-hari atau karang-mengarang terasa sangat kaku. Oleh
karena itu, silogisme dapat diperpendek dengan tidak menyebutkan premis umumnya. Kita dapat
langsung mengetengahkan kesimpulan, dengan premis khusus sebagaipenyebabnya. Bentuk silogisme
yang demikian disebut entimem.
Entimem merupakan penalaran deduksi secara langsung.
Entimem dapat dirumuskan: C = B, karena C = A.
Contoh 1:
Silogisme:
PU : Pegawaiyang baik tidak mau menerima suap.
PK : Budiman pegawaiyang baik.
K : Budiman tidak mau menerima suap.
Entimem:
Budiman tidak mau menerima uang suap, karena ia pegawai yang baik.
Contoh 2:
Silogisme:
PU : Orang yang ingin sukses hidupnya harus bekerja keras.
PK : Diah orang yang ingin sukses hidupnya.
K : Diah harus bekerja keras.
Entimem:
Diah harus bekerja keras, karena ia ingin sukses hidupnya
2. PenalaranInduksi
Ada tiga jenis penalaran induksi :
A. GENERALISASI
Generalisasi adalah proses penalaran yang dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus untukl diambil
kesimpulan yang bersifat umum. Generalisasi adalah pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau
sebagian besar gejala yang diamati. Generalisasi mencakup ciri-ciri esensial, bukan rincian. Dalam
pengembangan karangan, generalisasi dibuktikan dengan fakta, contoh, data statistik, dan lain-lain.
Contoh:
Pemakain bahasa Indonesia di seluruh daerah di Indonesia dewasa ini belumdapat dikatakan seragam.
Perbedaan dalamstruktur kalimat, lagu kalimat,ucapan terlihat dengan mudah.Pemakaian bahasa
Indonesia sebagai bahasa pergaulan sering dikalahkan oleh bahasa daerah.Di lingkungan
persuratkabaran,radio,dan TV pemakaian bahasa Indonesia belumlagi dapat dikatakan sudah terjaga
baik. Para pemuka kita pun pada umumnya juga belummemperlihatkan penggunaan bahasa Indonesia
yang terjaga baik.Fakta-fakta di atas menunjukkan bahwa pengajaran bahasa Indonesia perlu
ditingkatkan.
3. B. ANALOGI
Analogi adalah penalaran yang membandingkan dua hal yang memiliki banyak persamaan sifat. Cara ini
didasarkan asumsi bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi, maka akan ada persamaan pula
dalam bidang/hal lainnya.
Contoh:
Seseorang yang menuntut ilmu sama halnya dengan mendaki gunung.Sewaktu mendaki, ada saja
rintangan seperti jalan yang licin yang membuat seseorang jatuh. Ada pula semak belukaryang sukar
dilalui. Dapatkah seseorang melaluinya? Begitu pula bila menuntut ilmu, seseorang akan mengalami
rintangan seperti kesulitan ekonomi, kesulitan memahami pelajaran,dan sebagainya. Apakah Dia
sanggup melaluinya? Jadi, menuntut ilmu sama halnya dengan mendaki gunung untuk mencapai
puncaknya.
Penalaran secara analogi memiliki peluang untuk salah apabila kita beranggapan bahwa persamaan satu
segi akan memberikan kepastian persamaan pada segi-segi yang lain.
C. HUBUNGAN SEBAB AKIBAT
Hubungan sebab akibat dimulai dari beberapa fakta yang kita ketahui. Dengan m,enghubungkan fakta
yang satu dengan fakta yang lain, dapatlah kita sampai kepada kesimpulan yang menjadi sebab dari fakta
itu atau dapat juga kita sampai kepada akibat fakta itu.
Penalaran induksi sebab akibat dibedakan menjadi 3 macam:
1. Hubungan sebab – akibat
Dalam hubungan ini dikemukakan terlebih dahulu hal-hal yang menjadi sebab, kemudian ditarik
kesimpulan yang berupa akibat.
Contoh penalaran hubungan sebab akibat:
Belajar menurut pandangan tradisional adalah usaha untuk memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan.
“Pengetahuan” mendapat tekanan yang penting, oleh sebab pengetahuan memegang peranan utama
dalamkehidupan manusia. Pengetahuan adalah kekuasaan.Siapa yang memiliki pengetahuan, ia
mendapat kekuasaan.
2. Hubungan akibat – sebab
Dalam hubungan ini dikemukakan terlebih dahulu hal-hal yang menjadi akibat, selanjutnya ditarik
kesimpulan yang merupakan penyebabnya.
Contoh penalaran hubungan akibat sebab:
Dewasa ini kenakalan remaja sudah menjurus ke tingkat kriminal. Remaja tidak hanya terlibat dalam
perkelahian-perkelahian biasa,tetapi sudah berani menggunakan senjata tajam. Remaja yang telah
kecanduan obat-obat terlarang tidak segan-segan merampok bahkan membunuh. Hal ini disebabkan
kurangnya perhatian dari orang tua,pengaruh masyarakat, dan pengaruh televisi dan filmyang cukup
besar.
3. Hubungan sebab – akibat 1 – akibat 2
Suatu penyebab dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat pertama menjadi sebab hingga
menimbulkan akibat kedua. Akibat kedua menjadi sebab yang menimbulkan akibat ketiga, dan
seterusnya.
Contoh penalaran hubungan sebab – akibat 1 – akibat 2:
Setiap menjelang lebaran arus mudik sangat ramai.Seminggu sebelumlebaran jalanan sudah dipenuhi
kendaraan-kendaraan umummaupun pribadi yang mengangkut penumpang yang akan pulang ke
daerahnya masing-masing. Banyaknya kendaraan tersebut mau tidak mau mengakibatkan arus lalu lintas
menjadi semrawut. Kesemrawutan ini tidak jarang sering menimbulkan kemacetan di mana-mana.Lebih
dari itu bahkan tidak mustahil kecelakaan menjadi sering terjadi. Keadaan tersebut pada akhirnya akan
menghambat perjalanan.