SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
Download to read offline
1.Apakah filsafat itu? Menurut C VERHAAK, JWM bakker SY, H.Burhanuddin Salam, THE
LIANG GIE, JUJUN S SURIASUMANTRI)
2.Uraikan cara memperoleh pengetahuan?
3.Arti dari Fenomenologi, eklektisisme, skeptisisme
4.Alur berpikir yang tercakup dalam metode ilmiah dapat dijabarkan dalam beberapa langkah
yang mencerminkan tahap-tahap dalam kegiatan ilmiah, uraikan langkah tersebut dan buatlah
skema penjelasannya
5.Uraikan secara singkat azas logika dwi nilai (Ekuivalensi, Disjungsi, Alternatif dan Implikasi
material atau proposisi hipotesis)
6.Uraikan secara singkat tentang Silogisme hipotesis

1. Filsafat menurut C Veerhak (1997)
Filsafat dapat dirumuskan secara sangat umum, sebagai upaya untuk mempelajari dan
mengungkapkan pengembaraan manusia didunianya menuju akhirat secara mendasar.
Filsafat menurut JWM Bakker, SY (1984)
Refleksi rasional atas seluruh keadaan untuk mencapai hakikat dan memperoleh hikmah.
Filsafat menurut H. Burhanuddin Salam (1997)
Filsafat adalah berpikir secara radikal, sistematis dan universal dari segala sesuatu.
Filsafat menurut The Liang Gie (1999)
Filsafat itu merupakan suatu pertanyaan filsafat yang tidak ada kesatuan pendapat, bahkan
bertentangan satu sama lain dalam jawabannya.
Filsafat menurut JUJUN S SURIASUMANTRI?
Filsafat adalah upaya pengerahan akal budi berupa berpikir yang mendalam dan holistik
namun spekulatif mengenai hakikat sesuatu yang bertujuan untuk menemukan jawaban dari
persoalan yang dipertanyakan.
Namun filsafat bersifat spekulatif / asumtif sehingga kebenarannya pun bersifat
spekulatif/asumtif.

2. Mendasarkan diri pada rasio (rasionalisme)
Mendasarkan diri pda pengalaman (empirisme)
Intusi = pengetahuan tanpa melalui proses penalaran tertentu
Wahyu = pengetahuan yang disampaikan Tuhan kepada manusia (lewat nabi-nabi)
Agama = pengetahuan mengenai kehidupan sekarang yang terjangkau pengalaman dan
menyangkut masalah trusenduntal seperti latar belakang penciptaan manusia dan hari
kemudian di akhirat nanti. Jadi dimulai dengan rasa percaya.
Ilmu = dimulai rasa tidak percaya dan setelah lewat pengkajian ilmiah, kita bisa yakin atau
tetap pada pendirian semula.
3.

Fenomenologi = suatu tradisi pengkajian yang digunakan untuk mengeksplorasi pengalaman
manusia. (sebuah studi dalam bidang filsafat yang mempelajari manusia sebagai sebuah
fenomena). Kamus = ilmu tentang perkembangan kesadaran dan pengenalan diri manusia sbg
ilmu yg mendahului ilmu filsafat atau bagian dr filsafat
Eklektisisme = sikap berfilsafat dengan mengambil teori yang sudah ada dan memilah mana
yang disetujui dan mana yang tidak sehingga dapat selaras dengan semua teori itu. Hal ini
dilakukan agar dapat mengambil nilai yang berguna dan dapat diterima.
(paham atau aliran filsafat yg mengambil yg terbaik dr semua sistem)
Skeptisisme = Cara pandang suatu hal, dimana selalu meragukan/curiga akan kebenaran

4. Alur pikir yang tercakup dalam metode ilmiah dapat dijabarkan dalam beberapa langkah
yang mencerminkan tahap-tahap dalam kegiatan ilmiah. Kerangka berpikir ilmiah yang
berintikan proses logico-hypo-thetico-verifikasi pada dasarnya terdiri dari langkah langkah
tertentu seperti berikut ini.
a. Perumusan masalah,.
b.Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis.
c. Pengumpulan data-data atau fakta dan pengujian hipotesis.
d. Penarikan kesimpulan.
Langkah-langkah tersebut dapat digambarkan seperti berikut ini (Susiasumantri)
Dari bagan itu dapat kita lihat bahwa perumusan masalah adalah pertama kali dilakukan.
Dalam perumusan masalah ini perlu disusun masalah sejelas mungkin, mulai dari variablevariabel penelitian sampai dengan definisi variabel tu sendiri.
Selanjutnya dengan proses deduksi maka dirumuskanlah hipotesis. Hipotesis adalah dugaan
sementara atau anggapan sementara yang belum tentu kebenarannya dan masih harus
dibuktikan dengan pengambilan data di lapangan dan menganalisisnya. Setelah data diambil
kemudian diolah dan dianalisis, selanjutnya menguji hipotesis. Hipotesis yang ditolak akan
dikembalikan ke penyusunan kerangka berpikir. Sedangkan hipotesis yang diterima akan
dijadikan referensi atau menjadi ilmu pengetahuan. Proses itulah yang disebut metode ilmiah
atau metode penelitian ilmiah yang sampai sekarang masih digunakan dan dikembangkan
guna menguak misteri alam jagat raya ini.
5. Proposisi Hipotesis
Pernyataan yang terdiri atas dua bagian, saling ketergantungan: satu sebagi anteseden
(premis) satu sebagai konsekuen (kesimpulan)

Proposisi hipotesis ada 3 (tiga):
a. Proposisi Hipotesis kondisional (implikasi);
b. Proposisi Hipotesis Bikondisional (ekuivalen atau biimplikasi).

a. Proposisi Hipotesis Kondisional
Ditandai dengan “ jika… maka …” atau “jika p maka q dan q belum tentu p”.
Proposisi hipotesis kondisional bernilai salah jika nilai anteseden benar dan konsekuen salah.
b. Proposisi Hipotesis Bikondisional
a. Ditandai dengan “jika dan hanya jika…maka…” atau “jika p maka q dan jika q maka p”.
b. Proposisi ini bernilai benar jika nilai kedua komponennya bernilai sama, yakni benarbenar atau salah-salah.

Proposisi Disjungtif
Ditandai dengan “atau”
Proposisi disjungtif dibagi menjadi 3 macam :
1. Disjungsi eksklusif;
2. Disjungsi inklusif;
3. Disjungsi alternatif.

a. Disjungsi Eksklusif
i. Ditandai dengan “ atau “
ii. Dua bagian merupakan pilihan, tidak dapat menyatu dan ada kemungkinan ketiga;
iii.Proposisi ini bernilai benar kalau salah satu komponennya bernilai salah.
b. Disjungsi Inklusif
1. Ditandai dengan “dan atau” salah satu atau keduanya dapat benar.
2. Disjungsi inklusif bernilai benar jika salah satu komponennya bernilai benar.

c. Disjungsi Alternatif
1. Ditandai dengan “atau” tetapi dua bagian itu tidak dapat menyatu dan tidak ada
kemungkinan ketiga;
2. Bernilai benar jika nilai kedua komponennya bernilai berbeda, yaitu benar-salah, atau
salah-benar.
3. Proposisi Konjungtif
1. Proposisi majemuk yang menegaskan dua predikat dihubungkan dengan subjek yang
sama.
2. Ditandai dengan “… dan …”
3. Bernilai benar jika nilai kedua komponennya bernilai benar.
6. Silogisme Hipotesis adalah jenis silogisme yang terdiri atas premis mayor yang bersifat
hipotesis ,dan premis minornya bersifat katagorial . Silogisme Hipotesis ini dapat dibedakan
menjadi 4 macam , yaiu :
Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagian antecedent.
Contoh :
Jika hari ini cerah , saya akan ke rumah kakek ( premis mayor )
Hari ini cerah ( premis minor )
Maka saya akan kerumah kakek ( kesimpulan ).
Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagian konsekuen
Contoh :
Jika hutan banyak yang gundul , maka akan terjadi global warming ( premis mayor )
Sekarang terjadi global warming ( premis minor )
Maka hutan banyak yang gundul ( kesimpulan ).
Silogisme hipotesis yang premis minornya mengingkari antecedent
Contoh :
Jika pembuatan karya tulis ilmiah belum di persiapkan dari sekarang, maka hasil tidak
akan maksimal
pembuatan karya ilmiah telah di persiapkan
maka hasil akan maksimal
Silogisme hipotesis yang premis minornya mengingkari konsekuen
Contoh :
Bila presiden Mubarak tidak turun , Para demonstran akan turun ke jalan
Para demonstran akan turun ke jalan
Jadi presiden Mubarak tidak turun.
Kaidah silogisme hipotesis
Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme
kategorik. Tetapi yang penting di sini dalah menentukan ‘kebenaran konklusinya bila premispremisnya merupakan pernyataan yang benar.
Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen .engan B, jadwal hukum silogisme
hipotetik adalah:
1) Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
2) Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
3) Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
4) Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.
Kebenaran hukum di atas menjadi jelas dengan penyelidikan
berikut:
Bila terjadi peperangan harga bahan makanan membubung tinggi
Nah, peperangan terjadi.
Jadi harga bahan makanan membubung tinggi.( benar = terlaksana)
Benar karena mempunyai hubungan yang diakui kebenarannya
Bila terjadi peperangan harga bahan makanan membubung tinggi
Nah, peperangan terjadi.
Jadi harga bahan makanan tidak membubung tinggi (tidak sah = salah)
Tidak sah karena kenaikan harga bahan makanan bisa disebabkan oleh sebab atau faktor lain.
silogisme alternatif
Jenis silogisme yang ketiga adalah silogisme alternatif atau disebut juga silogisme disjungtif.
Silogisme ini dinamakan demikian, karena proposisi mayornya merupakan sebuah proposisi
alternatif, yaitu proposisi yang mengandung kemungkinan-kemungkinan atau pilihan-pilihan.
Sebaliknya proposisi minornya adalah proposisi kategorial yang menerima atau menolak
salah satu alternatifnya. Konklusi silogisme ini tergantung dari premis minornya; kalau
premis minornya menerima satu alternatif, maka alternatif lainnya ditolak; kalau premis
minornya menolak satu alternatif, maka alternatif lainnya diterima dalam konklusi.
Contoh
My : Nenek susi berada di Bandung atau woniosobo.
Mn : Nenek Susi berada di Bandung.
K : Jadi, Nenek Susi tidak berada di wonosobo.
My : Nenek Susi berada di Bandung atau wonosobo.
Mn : Nenek Susi tidak berada di wonosobo.
K : Jadi, Nenek Susi berada di Bandung.
kaidah Silogisme alternatif
1. Silogisme alternatif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila
prosedur penyimpulannya valid, seperti :
Hasan berbaju putih atau tidak putih.
Ternyata berbaju putih.
Jadi ia bukan tidak berbaju putih.
Hasan berbaju putih atau tidak putih.
Ternyata ia tidak berbaju putih.
Jadi ia berbaju non-putih.
2. Silogisme alternatif dalam arti luas, kebenaran koi adalah sebagai berikut:
a. Bila premis minor mengakui salah satu alterna konklusinya sah (benar), seperti:
Budi menjadi guru atau pelaut.
la adalah guru.
Jadi bukan pelaut
Budi menjadi guru atau pelaut.
la adalah pelaut.
Jadi bukan guru
b. Bila premis minor mengingkari salah satu a konklusinya tidak sah (salah), seperti:
Penjahat itu lari ke Solo atau ke Yogya.
Ternyata tidak lari ke Yogya.
Jadi ia lari ke Solo. (Bisa jadi ia lari ke kota lain).
Budi menjadi guru atau pelaut.
Ternyata ia bukan pelaut.
Jadi ia guru. (Bisa j’adi ia seorang pedagang).

More Related Content

What's hot

Bab ii landasan teori
Bab ii landasan teoriBab ii landasan teori
Bab ii landasan teoriCindar Tyas
 
Kelompok 12 Rangkuman Seluruh PPT Pengantar Filsafat Ilmu_S
Kelompok 12 Rangkuman Seluruh PPT Pengantar Filsafat Ilmu_SKelompok 12 Rangkuman Seluruh PPT Pengantar Filsafat Ilmu_S
Kelompok 12 Rangkuman Seluruh PPT Pengantar Filsafat Ilmu_SAyuRatnaSari14
 
Artikel dan berita tentang makalah kritisisme dalam filsafat ilmu mungkin tel...
Artikel dan berita tentang makalah kritisisme dalam filsafat ilmu mungkin tel...Artikel dan berita tentang makalah kritisisme dalam filsafat ilmu mungkin tel...
Artikel dan berita tentang makalah kritisisme dalam filsafat ilmu mungkin tel...Cep Yusup
 
Buku "Logika Penemuan Ilmiah" (armstrong sompotan)
Buku "Logika Penemuan Ilmiah" (armstrong sompotan)Buku "Logika Penemuan Ilmiah" (armstrong sompotan)
Buku "Logika Penemuan Ilmiah" (armstrong sompotan)Armstrong Sompotan
 
Pertemuan ke 1
Pertemuan ke 1Pertemuan ke 1
Pertemuan ke 1setiawan02
 
Ujian 1 met lit
Ujian 1 met litUjian 1 met lit
Ujian 1 met litutarigitam
 
Paradigma positif
Paradigma positifParadigma positif
Paradigma positifAjeng Pipit
 
Bab Ii
Bab IiBab Ii
Bab IiPutri
 
Powerpoint filsafat 10
Powerpoint filsafat 10Powerpoint filsafat 10
Powerpoint filsafat 10Lukman Hakkim
 
Logika deduktif, induktif dan kebanaran
Logika deduktif, induktif dan kebanaranLogika deduktif, induktif dan kebanaran
Logika deduktif, induktif dan kebanaranastrianto
 
Kelompok 9 Pengantar Filsafat Ilmu
Kelompok 9 Pengantar Filsafat IlmuKelompok 9 Pengantar Filsafat Ilmu
Kelompok 9 Pengantar Filsafat IlmuNovaniAzis
 
Kelompok 5 filsafat ilmu ( a )
Kelompok 5 filsafat ilmu ( a )Kelompok 5 filsafat ilmu ( a )
Kelompok 5 filsafat ilmu ( a )DebbyAmmarAlfaruq
 

What's hot (15)

Bab ii landasan teori
Bab ii landasan teoriBab ii landasan teori
Bab ii landasan teori
 
Penalaran (bahasa indonesia2)
Penalaran (bahasa indonesia2)Penalaran (bahasa indonesia2)
Penalaran (bahasa indonesia2)
 
Metodologi penelitian tugas 1
Metodologi penelitian tugas 1Metodologi penelitian tugas 1
Metodologi penelitian tugas 1
 
Kelompok 12 Rangkuman Seluruh PPT Pengantar Filsafat Ilmu_S
Kelompok 12 Rangkuman Seluruh PPT Pengantar Filsafat Ilmu_SKelompok 12 Rangkuman Seluruh PPT Pengantar Filsafat Ilmu_S
Kelompok 12 Rangkuman Seluruh PPT Pengantar Filsafat Ilmu_S
 
Artikel dan berita tentang makalah kritisisme dalam filsafat ilmu mungkin tel...
Artikel dan berita tentang makalah kritisisme dalam filsafat ilmu mungkin tel...Artikel dan berita tentang makalah kritisisme dalam filsafat ilmu mungkin tel...
Artikel dan berita tentang makalah kritisisme dalam filsafat ilmu mungkin tel...
 
Buku "Logika Penemuan Ilmiah" (armstrong sompotan)
Buku "Logika Penemuan Ilmiah" (armstrong sompotan)Buku "Logika Penemuan Ilmiah" (armstrong sompotan)
Buku "Logika Penemuan Ilmiah" (armstrong sompotan)
 
Pertemuan ke 1
Pertemuan ke 1Pertemuan ke 1
Pertemuan ke 1
 
Ujian 1 met lit
Ujian 1 met litUjian 1 met lit
Ujian 1 met lit
 
Paradigma positif
Paradigma positifParadigma positif
Paradigma positif
 
Bab Ii
Bab IiBab Ii
Bab Ii
 
Powerpoint filsafat 10
Powerpoint filsafat 10Powerpoint filsafat 10
Powerpoint filsafat 10
 
Logika deduktif, induktif dan kebanaran
Logika deduktif, induktif dan kebanaranLogika deduktif, induktif dan kebanaran
Logika deduktif, induktif dan kebanaran
 
UAS FILSAFAT 2015
UAS FILSAFAT 2015UAS FILSAFAT 2015
UAS FILSAFAT 2015
 
Kelompok 9 Pengantar Filsafat Ilmu
Kelompok 9 Pengantar Filsafat IlmuKelompok 9 Pengantar Filsafat Ilmu
Kelompok 9 Pengantar Filsafat Ilmu
 
Kelompok 5 filsafat ilmu ( a )
Kelompok 5 filsafat ilmu ( a )Kelompok 5 filsafat ilmu ( a )
Kelompok 5 filsafat ilmu ( a )
 

Similar to Jawaban filsafat

Similar to Jawaban filsafat (20)

FILSAFAT 1.docx
FILSAFAT 1.docxFILSAFAT 1.docx
FILSAFAT 1.docx
 
Pengertian logika dan silogisme
Pengertian logika dan silogismePengertian logika dan silogisme
Pengertian logika dan silogisme
 
1 Ilmu Pengetahuan dan pengetahuan ilmiah.pptx
1 Ilmu Pengetahuan dan pengetahuan ilmiah.pptx1 Ilmu Pengetahuan dan pengetahuan ilmiah.pptx
1 Ilmu Pengetahuan dan pengetahuan ilmiah.pptx
 
Filsafat Peripatetik Islam.docx
Filsafat Peripatetik Islam.docxFilsafat Peripatetik Islam.docx
Filsafat Peripatetik Islam.docx
 
Filsafat Peripatetik Islam.pdf
Filsafat Peripatetik Islam.pdfFilsafat Peripatetik Islam.pdf
Filsafat Peripatetik Islam.pdf
 
Filsafat peluang dalam ilmu
Filsafat peluang dalam ilmuFilsafat peluang dalam ilmu
Filsafat peluang dalam ilmu
 
silogisme
silogismesilogisme
silogisme
 
Filsafat Iptek
Filsafat IptekFilsafat Iptek
Filsafat Iptek
 
hipotesis
hipotesishipotesis
hipotesis
 
Filsafat Ilmu Ninik Charmila
Filsafat Ilmu Ninik Charmila Filsafat Ilmu Ninik Charmila
Filsafat Ilmu Ninik Charmila
 
Hakekat Ilmu : Mencari Alternatif Kebenaran Baru
Hakekat Ilmu : Mencari Alternatif Kebenaran BaruHakekat Ilmu : Mencari Alternatif Kebenaran Baru
Hakekat Ilmu : Mencari Alternatif Kebenaran Baru
 
Penalaran deduktif
Penalaran deduktifPenalaran deduktif
Penalaran deduktif
 
BAB 3 LOGIK DAN METODOLOGI BERFIKIR (4).ppt
BAB 3 LOGIK DAN METODOLOGI BERFIKIR (4).pptBAB 3 LOGIK DAN METODOLOGI BERFIKIR (4).ppt
BAB 3 LOGIK DAN METODOLOGI BERFIKIR (4).ppt
 
Mata kuliah filsafat ilmu
Mata kuliah filsafat ilmuMata kuliah filsafat ilmu
Mata kuliah filsafat ilmu
 
mata-kuliah-filsafat-ilmu1.ppt
mata-kuliah-filsafat-ilmu1.pptmata-kuliah-filsafat-ilmu1.ppt
mata-kuliah-filsafat-ilmu1.ppt
 
mata-kuliah-filsafat-ilmu1.ppt
mata-kuliah-filsafat-ilmu1.pptmata-kuliah-filsafat-ilmu1.ppt
mata-kuliah-filsafat-ilmu1.ppt
 
Mata kuliah-filsafat-ilmu1 (1)
Mata kuliah-filsafat-ilmu1 (1)Mata kuliah-filsafat-ilmu1 (1)
Mata kuliah-filsafat-ilmu1 (1)
 
materi_filsafat_ilmu_ppt.ppt
materi_filsafat_ilmu_ppt.pptmateri_filsafat_ilmu_ppt.ppt
materi_filsafat_ilmu_ppt.ppt
 
Isi tugas logika
Isi tugas logikaIsi tugas logika
Isi tugas logika
 
Makna Filsafat Ilmu.ppt
Makna Filsafat Ilmu.pptMakna Filsafat Ilmu.ppt
Makna Filsafat Ilmu.ppt
 

Jawaban filsafat

  • 1. 1.Apakah filsafat itu? Menurut C VERHAAK, JWM bakker SY, H.Burhanuddin Salam, THE LIANG GIE, JUJUN S SURIASUMANTRI) 2.Uraikan cara memperoleh pengetahuan? 3.Arti dari Fenomenologi, eklektisisme, skeptisisme 4.Alur berpikir yang tercakup dalam metode ilmiah dapat dijabarkan dalam beberapa langkah yang mencerminkan tahap-tahap dalam kegiatan ilmiah, uraikan langkah tersebut dan buatlah skema penjelasannya 5.Uraikan secara singkat azas logika dwi nilai (Ekuivalensi, Disjungsi, Alternatif dan Implikasi material atau proposisi hipotesis) 6.Uraikan secara singkat tentang Silogisme hipotesis 1. Filsafat menurut C Veerhak (1997) Filsafat dapat dirumuskan secara sangat umum, sebagai upaya untuk mempelajari dan mengungkapkan pengembaraan manusia didunianya menuju akhirat secara mendasar. Filsafat menurut JWM Bakker, SY (1984) Refleksi rasional atas seluruh keadaan untuk mencapai hakikat dan memperoleh hikmah. Filsafat menurut H. Burhanuddin Salam (1997) Filsafat adalah berpikir secara radikal, sistematis dan universal dari segala sesuatu. Filsafat menurut The Liang Gie (1999) Filsafat itu merupakan suatu pertanyaan filsafat yang tidak ada kesatuan pendapat, bahkan bertentangan satu sama lain dalam jawabannya. Filsafat menurut JUJUN S SURIASUMANTRI? Filsafat adalah upaya pengerahan akal budi berupa berpikir yang mendalam dan holistik namun spekulatif mengenai hakikat sesuatu yang bertujuan untuk menemukan jawaban dari persoalan yang dipertanyakan. Namun filsafat bersifat spekulatif / asumtif sehingga kebenarannya pun bersifat spekulatif/asumtif. 2. Mendasarkan diri pada rasio (rasionalisme) Mendasarkan diri pda pengalaman (empirisme) Intusi = pengetahuan tanpa melalui proses penalaran tertentu
  • 2. Wahyu = pengetahuan yang disampaikan Tuhan kepada manusia (lewat nabi-nabi) Agama = pengetahuan mengenai kehidupan sekarang yang terjangkau pengalaman dan menyangkut masalah trusenduntal seperti latar belakang penciptaan manusia dan hari kemudian di akhirat nanti. Jadi dimulai dengan rasa percaya. Ilmu = dimulai rasa tidak percaya dan setelah lewat pengkajian ilmiah, kita bisa yakin atau tetap pada pendirian semula. 3. Fenomenologi = suatu tradisi pengkajian yang digunakan untuk mengeksplorasi pengalaman manusia. (sebuah studi dalam bidang filsafat yang mempelajari manusia sebagai sebuah fenomena). Kamus = ilmu tentang perkembangan kesadaran dan pengenalan diri manusia sbg ilmu yg mendahului ilmu filsafat atau bagian dr filsafat Eklektisisme = sikap berfilsafat dengan mengambil teori yang sudah ada dan memilah mana yang disetujui dan mana yang tidak sehingga dapat selaras dengan semua teori itu. Hal ini dilakukan agar dapat mengambil nilai yang berguna dan dapat diterima. (paham atau aliran filsafat yg mengambil yg terbaik dr semua sistem) Skeptisisme = Cara pandang suatu hal, dimana selalu meragukan/curiga akan kebenaran 4. Alur pikir yang tercakup dalam metode ilmiah dapat dijabarkan dalam beberapa langkah yang mencerminkan tahap-tahap dalam kegiatan ilmiah. Kerangka berpikir ilmiah yang berintikan proses logico-hypo-thetico-verifikasi pada dasarnya terdiri dari langkah langkah tertentu seperti berikut ini. a. Perumusan masalah,. b.Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis. c. Pengumpulan data-data atau fakta dan pengujian hipotesis. d. Penarikan kesimpulan. Langkah-langkah tersebut dapat digambarkan seperti berikut ini (Susiasumantri) Dari bagan itu dapat kita lihat bahwa perumusan masalah adalah pertama kali dilakukan. Dalam perumusan masalah ini perlu disusun masalah sejelas mungkin, mulai dari variablevariabel penelitian sampai dengan definisi variabel tu sendiri. Selanjutnya dengan proses deduksi maka dirumuskanlah hipotesis. Hipotesis adalah dugaan sementara atau anggapan sementara yang belum tentu kebenarannya dan masih harus dibuktikan dengan pengambilan data di lapangan dan menganalisisnya. Setelah data diambil kemudian diolah dan dianalisis, selanjutnya menguji hipotesis. Hipotesis yang ditolak akan
  • 3. dikembalikan ke penyusunan kerangka berpikir. Sedangkan hipotesis yang diterima akan dijadikan referensi atau menjadi ilmu pengetahuan. Proses itulah yang disebut metode ilmiah atau metode penelitian ilmiah yang sampai sekarang masih digunakan dan dikembangkan guna menguak misteri alam jagat raya ini. 5. Proposisi Hipotesis Pernyataan yang terdiri atas dua bagian, saling ketergantungan: satu sebagi anteseden (premis) satu sebagai konsekuen (kesimpulan) Proposisi hipotesis ada 3 (tiga): a. Proposisi Hipotesis kondisional (implikasi); b. Proposisi Hipotesis Bikondisional (ekuivalen atau biimplikasi). a. Proposisi Hipotesis Kondisional Ditandai dengan “ jika… maka …” atau “jika p maka q dan q belum tentu p”. Proposisi hipotesis kondisional bernilai salah jika nilai anteseden benar dan konsekuen salah. b. Proposisi Hipotesis Bikondisional a. Ditandai dengan “jika dan hanya jika…maka…” atau “jika p maka q dan jika q maka p”. b. Proposisi ini bernilai benar jika nilai kedua komponennya bernilai sama, yakni benarbenar atau salah-salah. Proposisi Disjungtif Ditandai dengan “atau” Proposisi disjungtif dibagi menjadi 3 macam : 1. Disjungsi eksklusif; 2. Disjungsi inklusif; 3. Disjungsi alternatif. a. Disjungsi Eksklusif i. Ditandai dengan “ atau “ ii. Dua bagian merupakan pilihan, tidak dapat menyatu dan ada kemungkinan ketiga; iii.Proposisi ini bernilai benar kalau salah satu komponennya bernilai salah.
  • 4. b. Disjungsi Inklusif 1. Ditandai dengan “dan atau” salah satu atau keduanya dapat benar. 2. Disjungsi inklusif bernilai benar jika salah satu komponennya bernilai benar. c. Disjungsi Alternatif 1. Ditandai dengan “atau” tetapi dua bagian itu tidak dapat menyatu dan tidak ada kemungkinan ketiga; 2. Bernilai benar jika nilai kedua komponennya bernilai berbeda, yaitu benar-salah, atau salah-benar. 3. Proposisi Konjungtif 1. Proposisi majemuk yang menegaskan dua predikat dihubungkan dengan subjek yang sama. 2. Ditandai dengan “… dan …” 3. Bernilai benar jika nilai kedua komponennya bernilai benar. 6. Silogisme Hipotesis adalah jenis silogisme yang terdiri atas premis mayor yang bersifat hipotesis ,dan premis minornya bersifat katagorial . Silogisme Hipotesis ini dapat dibedakan menjadi 4 macam , yaiu : Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagian antecedent. Contoh : Jika hari ini cerah , saya akan ke rumah kakek ( premis mayor ) Hari ini cerah ( premis minor ) Maka saya akan kerumah kakek ( kesimpulan ). Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagian konsekuen Contoh : Jika hutan banyak yang gundul , maka akan terjadi global warming ( premis mayor ) Sekarang terjadi global warming ( premis minor ) Maka hutan banyak yang gundul ( kesimpulan ). Silogisme hipotesis yang premis minornya mengingkari antecedent Contoh : Jika pembuatan karya tulis ilmiah belum di persiapkan dari sekarang, maka hasil tidak
  • 5. akan maksimal pembuatan karya ilmiah telah di persiapkan maka hasil akan maksimal Silogisme hipotesis yang premis minornya mengingkari konsekuen Contoh : Bila presiden Mubarak tidak turun , Para demonstran akan turun ke jalan Para demonstran akan turun ke jalan Jadi presiden Mubarak tidak turun. Kaidah silogisme hipotesis Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting di sini dalah menentukan ‘kebenaran konklusinya bila premispremisnya merupakan pernyataan yang benar. Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen .engan B, jadwal hukum silogisme hipotetik adalah: 1) Bila A terlaksana maka B juga terlaksana. 2) Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah) 3) Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah) 4) Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana. Kebenaran hukum di atas menjadi jelas dengan penyelidikan berikut: Bila terjadi peperangan harga bahan makanan membubung tinggi Nah, peperangan terjadi. Jadi harga bahan makanan membubung tinggi.( benar = terlaksana) Benar karena mempunyai hubungan yang diakui kebenarannya Bila terjadi peperangan harga bahan makanan membubung tinggi Nah, peperangan terjadi. Jadi harga bahan makanan tidak membubung tinggi (tidak sah = salah) Tidak sah karena kenaikan harga bahan makanan bisa disebabkan oleh sebab atau faktor lain. silogisme alternatif Jenis silogisme yang ketiga adalah silogisme alternatif atau disebut juga silogisme disjungtif. Silogisme ini dinamakan demikian, karena proposisi mayornya merupakan sebuah proposisi
  • 6. alternatif, yaitu proposisi yang mengandung kemungkinan-kemungkinan atau pilihan-pilihan. Sebaliknya proposisi minornya adalah proposisi kategorial yang menerima atau menolak salah satu alternatifnya. Konklusi silogisme ini tergantung dari premis minornya; kalau premis minornya menerima satu alternatif, maka alternatif lainnya ditolak; kalau premis minornya menolak satu alternatif, maka alternatif lainnya diterima dalam konklusi. Contoh My : Nenek susi berada di Bandung atau woniosobo. Mn : Nenek Susi berada di Bandung. K : Jadi, Nenek Susi tidak berada di wonosobo. My : Nenek Susi berada di Bandung atau wonosobo. Mn : Nenek Susi tidak berada di wonosobo. K : Jadi, Nenek Susi berada di Bandung. kaidah Silogisme alternatif 1. Silogisme alternatif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya valid, seperti : Hasan berbaju putih atau tidak putih. Ternyata berbaju putih. Jadi ia bukan tidak berbaju putih. Hasan berbaju putih atau tidak putih. Ternyata ia tidak berbaju putih. Jadi ia berbaju non-putih. 2. Silogisme alternatif dalam arti luas, kebenaran koi adalah sebagai berikut: a. Bila premis minor mengakui salah satu alterna konklusinya sah (benar), seperti: Budi menjadi guru atau pelaut. la adalah guru. Jadi bukan pelaut Budi menjadi guru atau pelaut. la adalah pelaut. Jadi bukan guru b. Bila premis minor mengingkari salah satu a konklusinya tidak sah (salah), seperti: Penjahat itu lari ke Solo atau ke Yogya.
  • 7. Ternyata tidak lari ke Yogya. Jadi ia lari ke Solo. (Bisa jadi ia lari ke kota lain). Budi menjadi guru atau pelaut. Ternyata ia bukan pelaut. Jadi ia guru. (Bisa j’adi ia seorang pedagang).