SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
Download to read offline
Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI
Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan
ISBN: 978-979-15649-6-0 101
PENGARUH PERLAKUAN BENIH DENGAN AGENS HAYATI TERHADAP
PERTUMBUHAN TANAMAN, HASIL PADI DAN MUTU BENIH, SERTA
PENGENDALIAN PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI
DI RUMAH KACA
Agustiansyah1
, Satriyas Ilyas2*
, Sudarsono2
dan Muhammad Machmud3
1
Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Lampung,
Jl. Prof. Soemantri Brodjonegoro No.1 Bandar Lampung 35145.
2
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB.
Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680.
3
Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian,
Jl. Tentara Pelajar No.3A, Bogor 16111
*
Corresponding author: agustiansyahn@yahoo.com
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perlakuan benih secara hayati terhadap
pertumbuhan, hasil padi, mutu benih, dan pengendalian penyakit hawar daun bakteri. Penelitian ini dilakukan
di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetika Pertanian Bogor dan
Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB. Penelitian
dilaksanakan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan Februari 2010. Sebanyak dua belas perlakuan benih
diuji dalam percobaan ini. Percobaan dilaksanakan dalam Rancangan Acak Kelompok nonfaktorial diulang
tiga kali. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan benih dengan agens hayati dapat meningkatkan
pertumbuhan tanaman berdasarkan peubah yang diamati seperti tinggi tanaman, panjang akar, bobot basah
akar, dan bobot kering akar. Semua perlakuan benih tidak berpengaruh nyata terhadap mutu fisiologis benih
yang dihasilkan. Pada komponen hasil panen benih, perlakuan perendaman benih dalam B. subtilis 11/C dan
matriconditioning + P. diminuta A54 menghasilkan jumlah gabah bernas/malai tertinggi yaitu 124.45 dan
122.68 butir/malai dan perlakuan matriconditioning + P. aeruginosa A54 menghasilkan persentase gabah
bernas/malai tertinggi (80.27%/malai). Perlakuan matriconditioning + P. aeruginosa A54, matriconditioning
+ B. subtilis 5/B, dan perendaman dalam B. subtilis 11/C menghasilkan persentase gabah bernas/rumpun
tertinggi masing-masing 81.01; 80.83 dan 80.59%. Perlakuan matriconditioning + P. diminuta A6 dan
matriconditioning + B. subtilis 11/C dapat menurunkan serangan HDB yang lebih rendah dari perlakuan
lainnya dengan persentase luas infeksi pada daun 15.94 dan 19.55%/rumpun.
Kata kunci: matriconditioning, rizobakteri, viabilitas, vigor, Xanthomonas oryzae pv.oryzae,
PENDAHULUAN
Perlakuan benih pra-tanam seperti matriconditioning dan osmoconditioning telah dilaporkan mampu
mempercepat munculnya kecambah di lapangan, meningkatkan persentase perkecambahan dan laju
pertumbuhan bibit tanaman. Khan (1992) menyatakan bahwa invigorasi dapat memperbaiki kemampuan
fisiologis dan biokimia benih melalui perbaikan metabolisme untuk berkecambah. Selain itu, menurut Ilyas
(2006b), matriconditioning dapat diintegrasikan dengan hormon untuk perbaikan perkecambahan, atau
dengan pestisida, biopestisida, dan agens hayati untuk mengendalikan penyakit benih dan bibit serta
perbaikan pertumbuhan tanaman dan hasil sayuran.
Perlakuan benih dengan agens hayati mampu meningkatkan bobot basah dan bobot kering biomassa
cabai (Estrada et al., 2004), meningkatkan produksi gandum (Khalid et al., 2004), meningkatkan bobot
batang dan akar tanaman jagung (Thuar et al., 2004), meningkatkan pertumbuhan bibit, tinggi tanaman, dan
luas daun pear millet (Niranjan et al., 2004). Pada tanaman padi, Ashrafuzzaman et al. (2009)
mengungkapkan bahwa benih padi yang diperlakukan dengan rizobakteria dapat meningkatkan tinggi bibit,
bobot kering bibit, panjang akar, dan bobot kering akar. Perlakuan benih dengan agens hayati pada tanaman
padi juga mampu menekan patogen Xanthomonas oryzae pv.oryzae (Xoo) yang menyebabkan penyakit
hawar daun bakteri (HDB) (Vidhyasekaran et al., 2001; Nandakumar et al., 2001).
Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI
Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan
102 ISBN: 978-979-15649-6-0
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan benih menggunakan
agens hayati dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil panen padi, mutu fisiologis dan mutu patologis
benih padi yang dihasilkan serta tingkat serangan HDB di rumah kaca.
BAHAN DAN METODE
Percobaan ini dilaksanakan di Rumah Kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya
Genetik Pertanian Bogor dan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih IPB. Percobaan dilaksanakan dari
bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan Februari 2010.
Perlakuan benih yang diuji terdiri atas: (1) Benih padi yang tidak diinokulasi Xoo (kontrol negatif) dan
tanpa perlakuan benih; (2) Benih terinfeksi Xoo hasil inokulasi buatan (kontrol positif) tanpa perlakuan
benih; (3) Benih terinfeksi Xoo direndam dalam bakterisida berbahan aktif streptomisin sulfat 0.2% selama
30 jam; (4) Benih terinfeksi Xoo direndam suspensi isolat P. diminuta A6; (5) Benih terinfeksi Xoo
direndam suspensi isolat P. aeruginosa A54; (6) Benih terinfeksi Xoo direndam suspensi B. subtilis 5/B; (7)
Benih terinfeksi direndam suspensi isolat B. subtilis 11/C, (8) Benih terinfeksi diberi matriconditioning +
bakterisida 0.2%; (9) Benih terinfeksi diberi matriconditioning + P. diminuta isolat A6; (10) Benih terinfeksi
diberi matriconditioning + isolat P. aeruginosa A54;(11) Benih terinfeksi diberi matriconditioning + isolat
B. subtilis 5/B, dan (12) Benih terinfeksi diberi matriconditioning + isolat B. subtilis 11/C.
Benih padi yang telah diberi perlakuan benih, ditanam dalam ember plastik berisi tanah sebanyak 8
kg/ember. Tanah yang digunakan telah disterilisasi dengan pemanasan pada suhu 120 0
C dan tekanan 1.2
kg/s selama 3 jam menggunakan otoklaf. Percobaan dilaksanakan dalam Rancangan Acak Kelompok
nonfaktorial diulang tiga kali dengan total satuan percoban 36 satuan.
Peubah pertumbuhan tanaman yang diamati meliputi tinggi tanaman, panjang akar, bobot basah dan
kering akar. Mutu fisiologis yang meliputi daya berkecambah, kecepatan tumbuh, dan indeks vigor (ISTA
2007). Pengamatan serangan penyakit dilakukan dengan cara menghitung persentase luas daun yang
terinfeks Xoo dan skoring (IRRI 1996). Perhitungan Intensitas penyakit (IP) ditentukan dengan rumus, IP=
[Σ (ni x si)/NxS) ]x100%, ni: jumlah bibit dengan skor gejala I, si:skor gejala i, N: jumlah total, S:skor gejala
tertinggi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tinggi Tanaman Panjang Akar, Bobot Basah Akar, dan Bobot Kering Akar
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua perlakuan benih mampu meningkatkan tinggi tanaman
dibandingkan dengan tanaman kontrol dan yang mendapat perlakuan bakterisida (Tabel 1).
Tabel 1. Pengaruh perlakuan benih terhadap panjang akar, bobot basah akar, dan bobot kering akar
tanaman padi
Perlakuan benih
Tinggi Tanaman
8 MST (cm)
Panjang Akar
(cm)
Bobot Basah
Akar (g)
Bobot Kering
Akar (g)
Tanpa inokulasi Xoo, tanpa perlakuan 91.20 de 38.39 b 67.21 ab 22.14 abc
Diinokulasi Xoo, tanpa perlakuan 91.53 de 38.90 b 51.20 b 16.13 cd
Perendaman dalam bakterisida 90.85 e 37.54 b 60.25 b 18.91 bcd
Perendaman dalam P. diminuta A6 99.26 a 43.63 a 73.06 ab 21.51 abcd
Perendaman dalam P. aeruginosa A54 93.70 cde 38.39 b 69.01 ab 24.30 ab
Perendaman dalam B. subtilis 5/B 93.96 cd 39.33 ab 67.53 ab 21.46 abcd
Perendaman dalam B. subtilis 11/C 92.76 cde 41.07 ab 69.78 ab 22.99 abc
Matriconditioning + bakterisida 92.86 cde 37.03 b 62.35 b 14.46 d
Matriconditioning + P. diminuta A6 97.26 ab 41.26 ab 57.55 b 19.06 bcd
Matriconditioning + P. aeruginosa A54 94.80 bc 40.70 ab 67.97 ab 21.57 abcd
Matriconditioning + B. subtilis 5/B 92.06 cde 38.33 b 88.98 a 19.64 bcd
Matriconditioning + B. subtilis 11/C 93.03 cde 37.80 b 77.50 ab 28.62 a
Keterangan: Angka pada tiap kolom yang diikuti dengan huruf sama tidak berbeda nyata menurut uji BNT pada α = 5%.
Tanaman tertinggi didapat pada perlakuan benih yang direndam dengan suspensi isolat P. diminuta
A6 yaitu 99.26 cm dan matriconditioning + P. diminuta A6 yaitu 97.26 cm. Perlakuan benih mampu
meningkatkan panjang akar tanaman. Akar terpanjang didapat pada perlakuan dengan perendaman benih
Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI
Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan
ISBN: 978-979-15649-6-0 103
dalam suspensi P. diminuta A6 yaitu 43.63 cm tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan perendaman
benih dalam B. subtilis 5/B dan B. subtilis 11/C, serta perlakuan matriconditioning + P. diminuta A6 dan
matriconditioning + P. aeruginosa A54. Bobot akar basah tertinggi didapat pada perlakuan
matriconditioning + B. subtilis 5/B (88.98 g) dan bobot basah akar terendah didapat pada perlakuan kontrol
positif (51.20 g). Bobot akar kering tertinggi didapat pada perlakuan matriconditioning + B. subtilis 11/C
(28.62 g) dan bobot akar basah terendah didapat pada perlakuan matriconditioning + bakterisida yaitu 14.46
gram.
Jumlah gabah bernas, total gabah, dan persentase gabah bernas per malai
Jumlah gabah bernas tertinggi didapat pada perlakuan perendaman benih dalam B. subtilis 11/C dan
matriconditioning + P. aeruginosa A54 yaitu masing-masing 124.45 dan 122.68 butir per malai berbeda
nyata jika dibandingkan dengan kontrol positif (benih yang diinokulasikan Xoo dan tanpa perlakuan benih
(Tabel 2).
Tabel 2. Pengaruh perlakuan benih terhadap jumlah gabah bernas, total gabah, dan persentase gabah
bernas per malai padi di rumah kaca
Perlakuan Benih
Peubah
Bernas Total Gabah Bernas
(%)
Tanpa inokulasi Xoo, tanpa perlakuan benih 119.22 ab 155.65 abc 75.50 abcd
Diinokulasi Xoo, tanpa perlakuan benih 110.04 bc 150.38 bcd 72.07 d
Perendaman dalam bakterisida 114.29 ab 156.93 ab 72.74 cd
Perendaman dalam P. diminuta A6 110.74 bc 163.95 a 65.76 e
Perendaman dalam P. aeruginosa A54 115.17 ab 146.21 bcd 77.38 abcd
Perendaman dalam B. subtilis 5/B 109.47 bc 144.73 cd 74.52 bcd
Perendaman dalam B. subtilis 11/C 124.45 a 154.05 abcd 79.79 ab
Matriconditioning + bakterisida 116.61 ab 143.42 d 77.91 abc
Matriconditioning + P. diminuta A6 103.66 c 154.94 abc 64.76 e
Matriconditioning + P. aeruginosa A54 122.68 a 151.91 bcd 80.27 a
Matriconditioning + B. subtilis 5/B 118.24 ab 146.49 bcd 79.45 ab
Matriconditioning + B. subtilis 11/C 115.63 ab 147.61 bcd 77.33 abcd
Keterangan: Angka pada tiap kolom yang diikuti dengan huruf sama tidak berbeda nyata menurut uji BNT pada α = 5%.
Jumlah gabah per malai tertinggi dihasilkan perlakuan perendaman benih dalam P. diminuta A6
(163.95 butir/malai), tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan perendaman dalam bakterisida (156.93
butir/malai). Jumlah gabah per malai terendah dihasilkan perlakuan matriconditioning + bakterisida (143.42
butir/ malai). Persentase gabah bernas per malai tertinggi dihasilkan pada perlakuan matriconditioning + P.
aeruginosa A54 (80.27%) berbeda nyata dengan perlakuan kontrol positif dan kontrol negatif serta perlakuan
perendaman benih dengan bakterisida
Persentase gabah bernas, dan persentase gabah hampa per rumpun
Persentase gabah bernas per rumpun tertinggi didapat pada perlakuan matriconditioning + P.
aeurignosa A54 (81.01%), matriconditiong + B. subtilis 5/B (80.83%), perendaman dalam B. subtilis 11/C
(80.59%), dan perendaman dalam P. aeruginosa A54 (79.56%), keempat perlakuan tersebut tidak berbeda
nyata (Tabel 3). Persentase gabah bernas terendah didapat pada perlakuan matriconditioning + P. diminuta
A6 (67.05%). Sebaliknya persentase gabah hampa terendah didapat pada perlakuan perendaman dalam B.
subtilis 11/C (19.14%), matriconditiong + B. subtilis 5/B (19.17%), perendaman dalam isolat A54 (20.43%),
matriconditioning + P. aeruginosa A54 (18.99%), dan matriconditioning + bakterisida (20.79%). Persentase
gabah hampa tertinggi didapat pada perlakuan matriconditioning + P. diminuta A6 (32.95%).
Mutu Fisiologis Benih Padi yang Dihasilkan dan Serangan Penyakit
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan benih tidak mampu meningkatkan mutu fisiologis
benih. Mutu fisiologis pada semua perlakuan memiliki mutu yang tinggi dilihat dari semua peubah yang
diamati (Tabel 4). Mutu fisiologis yang dihasilkan sangat tinggi, hal ini ditunjukkan rata-rata daya
berkecambah berkisar antara 94.67- 99.33% sedangkan persyaratan daya berkecambah benih padi yang
dapat diedarkan di Indonesia minimal 80%.
Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI
Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan
104 ISBN: 978-979-15649-6-0
Tabel 3. Pengaruh perlakuan benih terhadap persentase gabah isi dan hampa per rumpun padi
Perlakuan Benih Gabah Bernas
(%)
Gabah Hampa
(%)
Tanpa inokulasi Xoo, tanpa perlakuan benih 76.60 abc 23.39 dce
Diinokulasi Xoo, tanpa perlakuan benih 73.50 bc 26.49 cd
Perendaman dalam bakterisida 72.49 cd 27.51 bc
Perendaman dalam P. diminuta A6 67.53 de 32.46 ab
Perendaman dalam P. aeruginosa A54 79.56 a 20.43 e
Perendaman dalam B. subtilis 5/B 75.72 abc 24.28 cde
Perendaman dalam B. subtilis 11/C 80.59 a 19.14 e
Matriconditioning + bakterisida 79. 21 a 20.79 e
Matriconditioning + P. diminuta A6 67.05 e 32.95 a
Matriconditioning + P. aeruginosa A54 81.01 a 18.99 e
Matriconditioning + B. subtilis 5/B 80.83 a 19.17 e
Matriconditioning + B. subtilis 11/C 78.31 ab 21.69 de
Keterangan: Angka pada tiap kolom yang diikuti dengan huruf sama tidak berbeda nyata menurut uji BNT pada α = 5%.
Tabel 4 juga menunjukkkan bahwa pada peubah serangan HDB, berdasarkan luas daun terinfeksi,
serangan terendah didapat pada perlakuan benih yang direndam dengan agens hayati isolat P. diminuta A6
(15.45%) dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan benih matriconditioning + P. diminuta A6 (15.94%) dan
kontrol negatif (16.13%). Serangan tertinggi didapat pada perlakuan kontrol positif (29.93%), tetapi tidak
berbeda nyata dengan perlakuan perendaman benih dalam B. subtilis 5/B dan 11/C, matriconditioning +
bakterisida, matricon-ditioning + P. aeruginosa A54, dan matriconditioning + B. subtilis 5/B. Berdasarkan
peubah respon ketahanan tanaman terhadap penyakit, semua perlakuan benih memberikan respon rentan
terhadap HDB.
Tabel 4. Pengaruh perlakuan benih terhadap daya berkecambah (DB), Indeks vigor (IV), Kecepatan
tumbuh (KCT), dan serangan penyakit.
Perlakuan
benih
DB (%) IV (%) KCT(%/etmal) Luas daun
terinfeksi (%)
Respon tanaman
P1 98.67 a 65.33 a 18.91 a 16.13 d Rentan
P2 97.33 a 73.33 a 18.98 a 29.93 a Rentan
P3 95.33 a 76.67 a 18.67 a 18.43 cd Rentan
P4 97.33 a 82.00 a 18.74 a 15.45 d Rentan
P5 96.67 a 80.00 a 18.18 a 21.65 bcd Rentan
P6 96.67 a 76.00 a 19.07 a 25.67 abc Rentan
P7 96.67 a 71.33 a 19.27 a 25.51 abc Rentan
P8 99.33 a 79.33 a 18.80 a 24.00 abc Rentan
P9 98.00 a 74.67 a 18.50 a 15.94 d Rentan
P10 98.67 a 76.67 a 18.79 a 27.93 ab Rentan
P11 94.67 a 84.00 a 18.85 a 24.73 abc Rentan
P12 98.67 a 82.00 a 18.86 a 19.55 cd Rentan
Keterangan: *Angka pada tiap kolom yang diikuti dengan huruf sama tidak berbeda nyata menurut uji BNT pada α = 5%. P1= Tidak
diinokulasi Xoo, tanpa perlakuan benih; P2= diinokulasi Xoo, tanpa perlakuan benih; P3= perendaman dalam
bakterisida (Agrept 20 WP); P4= perendaman dalam Pseudomona diminuta; P5=perendaman dalam
P. aeruginosa; P6= perendaman dalam Bacillus subtilis 5/B; P7= perendaman dalam B. subtilis 11/C;P8=
Matriconditioning + Bakterisida; P9= Matriconditioning + P. diminuta; P10= Matriconditioning + P. aeruginosa; P11=
Matriconditiong + B. subtilis 5/B; P12= Matriconditiong + B. subtilis 11/C.
PEMBAHASAN
Perlakuan benih dengan agens hayati baik dari kelompok Bacillus spp. maupun dari kelompok
Pseudomonas spp. memiliki kemampuan yang sama dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil panen
tanaman berdasarkan peubah-peubah yang diamati. Akan tetapi pada peubah serangan penyakit P. diminuta
A6 memiliki kemampuan menurunkan persentase luas infeksi pada daun lebih baik dibandingkan P.
aeruginosa A54 maupun B. subtilis 5/B dan B. subtilis 11/C.
Agens hayati dari kelompok Bacillus spp. dan Pseudomonas spp. merupakan dua kelompok bakteri
yang memiliki kemampuan memacu pertumbuhan dan peningkatan hasil pada tanaman padi (Nandakumar et
Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI
Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan
ISBN: 978-979-15649-6-0 105
al., 2004; Ashrafuzzaman et al., 2009). Agens hayati dari kelompok Pseudomonas spp dapat mengendalikan
Xoo karena memiliki kemampuan menginduksi ketahanan sistemik tanaman padi (Vidhyasekaran et al.,
2001) dan Velusamy et al. (2006) melaporkan 2.4 diacetylphloroglucinol yang diproduksi oleh Pseudomonas
spp dapat menghambat pertumbuhan Xoo yang menyebabkan penyakit HDB pada tanaman padi.
Kemampuan agens hayati meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman, sangat erat kaitannya dengan
kemampuan agens hayati dalam mensintesis hormon tumbuh seperti asam indol asetat, asam indol butirat,
dan asam giberellin (Silva et al., 2004; Loon, 2007), memfiksasi N (Park et al., 2005; Loon, 2007),
melarutkan P (Loon, 2007). Kemampuan agens hayati mengendalikan patogen berhubungan dengan
kemampuan bakteri dalam memproduksi siderofor, HCN, senyawa antibiotik, dan enzim yang menginduksi
ketahanan sistemik pada tanaman (Siddiqui, 2005; Loon, 2007).
Perlakuan benih dengan matriconditioning mampu meningkatkan pertumbuhan, hasil panen, dan
menekan serangan penyakit, walaupun belum pada semua peubah yang diamati. Beberapa peneliti
melaporkan bahwa perlakuan benih dengan matriconditioning dapat mempercepat waktu munculnya
kecambah di lapang pada wortel (Khan et al., 1992), cabe (Ilyas, 1994), memperbaiki kemampuan benih
cabe mengurangi stress temperatur (Ilyas, 2006a), dan memperbaiki viabilitas dan vigor benih kacang
panjang (Ilyas, 2006b). Budiman (2009) melaporkan terjadinya peningkatan tinggi tanaman, jumlah anakan
pada tanaman padi yang benihnya diperlakukan matriconditioning yang diperkaya dengan Pseudomonas
diminuta.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perlakuan benih dengan agens hayati
dengan dan tanpa matriconditioning dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman berdasarkan peubah yang
diamati seperti tinggi tanaman, panjang akar, bobot basah akar, dan bobot kering akar. Semua perlakuan
benih tidak berpengaruh terhadap mutu fisiologis benih benih yang dihasilkan.
Pada komponen hasil panen benih, perlakuan perendaman benih dalam isolat B. subtilis 11/C dan
matriconditioning + P. aeruginosa A54 menghasilkan jumlah gabah bernas/malai tertinggi yaitu 124.45 dan
122.68 butir/malai dan perlakuan matriconditioning + P. aeruginosa A54 menghasilkan persentase gabah
bernas/malai tertinggi (80.27%/malai). Perlakuan matriconditioning + P. aeruginosa A54, matriconditioning
+ B. subtilis 5/B, dan perendaman dalam B. subtilis 11/C menghasilkan persentase gabah bernas/rumpun
tertinggi masing-masing 81.01; 80.83 dan 80.59%. Perlakuan matriconditioning + P. diminuta A6 dan
matriconditioning + B. subtilis 11/C dapat menurunkan serangan penyakit yang lebih rendah dari perlakuan
lainnya dengan persentase luas infeksi pada daun 15.94 dan 19.55%/rumpun.
DAFTAR PUSTAKA
Ashrafuzzaman, M., F.A. Hossen, M.R. Ismail, M.A. Hoque, M.Z. Islam, S. M. Shahidullah and S.Meon.
2009. Efficiency of plant growth-promoting rhizobacteria (PGPR) for the enhancement of rice growth.
African Journal of Biotechnology 8(7):1247-1252.
Budiman, C. 2009. Pengaruh perlakuan pada benih padi yang teinfeksi hawar daun bakteri (Xanthomonas
oryzae pv. oryzae) terhadap pertumbuhan tanaman dan hasil padi di rumah kaca. Skripsi. Departemen
Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Estrada, J.D., M.S. Rossi, J.A. Andres, M.Rovera, N.S. Correa and S.B. Rosas. 2004. Greenhouse evaluation
of Pseudomonas aurantiaca formulated as inoculation for the biocontrol of plant pathogen fungi.
http://www.ag.auburn.edu/argentina/pdfmanuscripts/estrada.pdf.
Ilyas, S. 2006a. Matriconditioning improves thermotolerance in pepper seeds through increased in 1-
Aminocylopropane-1-Carboxylic Acid Synthesis and Utilization. Hayati 13(1):13-18.
Ilyas, S. 2006b. Seed treatment using matriconditioning to improve vegetable seed quality. Bulletin Agronomi
34(2):124-132.
Ilyas, S. 1994. Matriconditioning benih cabe (Capsicum annuum L.) untuk memperbaiki performansi benih.
Keluarga Benih 5(1):59-66.
Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI
Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan
106 ISBN: 978-979-15649-6-0
Khalid, A., S. Tahir, M. Arshad and Z.A. Zahir. 2004. Relative efficiency of rhizobacteria for auxin
biosynthesis in rhizosphere and non-rhizosphere soil (abstract). Aus J Soil Res. 42:921-926.
Khan, A. A., J. D. Maguire, S.G. Abawi and S. Ilyas. 1992. Matriconditioning of vegetables seeds to improve
stand establishment in early filed plantings. J. Amer. Soc. Hort.Sci. 117(1):41-47.
Kazempour, M.N. 2004. Biological control of Rhizoctonia solani, the causal agent of rice sheath blight by
antagonis bacteria in green house and field conditions. Plant Pathol J. 3:88-96.
Nandakumar, R., S. Babu, R. Viswanathan, Raguchander and R. Samiyappan. 2001. Induction of systemic
resistance in rice against sheath blight disease by Pseudomonas fluorescens. Soil Biology and
Biochemistry 33:603-612.
Niranjan, S., N. P. Shetty and H. S. Shetty. Seed bio-priming with Pseudomonas fluorescens isolate enhances
growth of pearl millet plant and induces resistance against downy mildew. International Journal of
Pest Management 50(1):41-48.
Park, M., C. Kim, Y.C. Jin, L.S. Hyoung, W. Shin, S. Kim and T. Sa. 2005. Isolation and characterization of
diazotrophic growth promoting bacteria from rhizophere of agricultural crop of Korea.
Microbiological Research 160:127-133.
Rangrajan, S., L.M. Saleena, P. Vasudevan and S. Nair . Biological suppression of rice diseases by
pseudomonas spp. under saline conditions. Plant and Soil 251:73-82.
Silva, H.S.A., R.S.R. Romeiro, D. Macagnan, B.A.H. Viera, M.C.B. Pereira and A. Mounteer. 2004.
Rhizobacterial Induction of systemic resistance in tomato plants: non-spesific protection and increace in
enzyme activities. Bio Control 29:288-295.
Siddiqui, Z.A. 2005. PGPR: Prospective Biocontrol Agents of Plant Pathogens. Netherlands:Springer.
Thuar, A.M., C.A. Olmedo and C. Bellone. 2004. Greenhouse studies on growth promotion of maize
inoculated with plant growth promoting rhizobacteria (PGPR). http://www.ag.auburn.edu/argentina/
pdfmanuscripts/thuar.pdf
Loon, L.C. V. 2007. Plant response to plant growth-promoting rhizobacteria. Eur J Plant Pathol 119:243-254.
Velusamy, P., J.E. Immanuel, S.S. Gnanamanickam, and L. Thomashow. 2006. Biological control of
bacterial blight by plant associated bacteria producing 2,4 diacetylphloroglucinol. Canadian Journal of
Microbiology 52(1):56-65.
Vidhyasekaran, R., Kamala N, A. Ramanathan, K. Rajappan, V. Paranidharan and R. Velazhahan. 2001.
Induction of Systemic Resistance by Pseudomonas fluorescens Pfl against Xanthomonas oryzae pv.
oryzae in rice leaves. Phytoparasitica 29(2):155-166.

More Related Content

What's hot

7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang barangan
7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang barangan7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang barangan
7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang baranganxie_yeuw_jack
 
Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...
Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...
Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...Sultan Herlino
 
Presentasi sidang usulan penelitian pengaruh jamur resisten logam berat terha...
Presentasi sidang usulan penelitian pengaruh jamur resisten logam berat terha...Presentasi sidang usulan penelitian pengaruh jamur resisten logam berat terha...
Presentasi sidang usulan penelitian pengaruh jamur resisten logam berat terha...Bondan the Planter of Palm Oil
 
Hama dan Penyakit Tanaman Kacang Panjang
Hama dan Penyakit Tanaman Kacang PanjangHama dan Penyakit Tanaman Kacang Panjang
Hama dan Penyakit Tanaman Kacang PanjangIda Haerani
 
Kultur Meristem dan Kultur Pucuk - Kultur Jaringan Tumbuhan
Kultur Meristem dan Kultur Pucuk - Kultur Jaringan TumbuhanKultur Meristem dan Kultur Pucuk - Kultur Jaringan Tumbuhan
Kultur Meristem dan Kultur Pucuk - Kultur Jaringan TumbuhanDewi Ayu Maryati
 
Amrullah Mukhtar, S.Pd
Amrullah Mukhtar, S.PdAmrullah Mukhtar, S.Pd
Amrullah Mukhtar, S.PdSMPN 4 Kerinci
 
Wirausaha Berkebun Anggur
Wirausaha Berkebun AnggurWirausaha Berkebun Anggur
Wirausaha Berkebun AnggurWarta Wirausaha
 
Pengendalian hama terpadu (PHT) Kacang Hijau (Vigna radiata)
Pengendalian hama terpadu (PHT) Kacang Hijau (Vigna radiata)Pengendalian hama terpadu (PHT) Kacang Hijau (Vigna radiata)
Pengendalian hama terpadu (PHT) Kacang Hijau (Vigna radiata)Novayanti Simamora
 
Makalah kuljar (amrullah m) PERBANYAKAN JERUK SECARA IN VITRO
Makalah kuljar (amrullah m) PERBANYAKAN JERUK SECARA IN VITROMakalah kuljar (amrullah m) PERBANYAKAN JERUK SECARA IN VITRO
Makalah kuljar (amrullah m) PERBANYAKAN JERUK SECARA IN VITROSMPN 4 Kerinci
 
7 hardiningsih-jamur antagonis
7 hardiningsih-jamur antagonis7 hardiningsih-jamur antagonis
7 hardiningsih-jamur antagonisxie_yeuw_jack
 
Kuisioner tingkat penggunaan pestisida dikalangan petani kecamatan darussalam
Kuisioner tingkat  penggunaan pestisida dikalangan petani kecamatan darussalamKuisioner tingkat  penggunaan pestisida dikalangan petani kecamatan darussalam
Kuisioner tingkat penggunaan pestisida dikalangan petani kecamatan darussalamAnggi Purnama
 
PPT.analisis kritis
PPT.analisis kritisPPT.analisis kritis
PPT.analisis kritisHeri Cahyono
 

What's hot (20)

7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang barangan
7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang barangan7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang barangan
7 nurasiah dj - reaksi bibit pisang barangan
 
Ppt project kelompok 5 b kultur jaringan.
Ppt project kelompok 5 b kultur jaringan.Ppt project kelompok 5 b kultur jaringan.
Ppt project kelompok 5 b kultur jaringan.
 
Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...
Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...
Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...
 
Presentasi sidang usulan penelitian pengaruh jamur resisten logam berat terha...
Presentasi sidang usulan penelitian pengaruh jamur resisten logam berat terha...Presentasi sidang usulan penelitian pengaruh jamur resisten logam berat terha...
Presentasi sidang usulan penelitian pengaruh jamur resisten logam berat terha...
 
Penyakit Bulai Pada Jagung
Penyakit Bulai Pada JagungPenyakit Bulai Pada Jagung
Penyakit Bulai Pada Jagung
 
Koch2
Koch2Koch2
Koch2
 
Hama dan Penyakit Tanaman Kacang Panjang
Hama dan Penyakit Tanaman Kacang PanjangHama dan Penyakit Tanaman Kacang Panjang
Hama dan Penyakit Tanaman Kacang Panjang
 
3 eli korlina jeruk
3 eli korlina jeruk3 eli korlina jeruk
3 eli korlina jeruk
 
Kultur Meristem dan Kultur Pucuk - Kultur Jaringan Tumbuhan
Kultur Meristem dan Kultur Pucuk - Kultur Jaringan TumbuhanKultur Meristem dan Kultur Pucuk - Kultur Jaringan Tumbuhan
Kultur Meristem dan Kultur Pucuk - Kultur Jaringan Tumbuhan
 
Amrullah Mukhtar, S.Pd
Amrullah Mukhtar, S.PdAmrullah Mukhtar, S.Pd
Amrullah Mukhtar, S.Pd
 
Laporan pesti 7
Laporan pesti 7Laporan pesti 7
Laporan pesti 7
 
Wirausaha Berkebun Anggur
Wirausaha Berkebun AnggurWirausaha Berkebun Anggur
Wirausaha Berkebun Anggur
 
Pengendalian hama terpadu (PHT) Kacang Hijau (Vigna radiata)
Pengendalian hama terpadu (PHT) Kacang Hijau (Vigna radiata)Pengendalian hama terpadu (PHT) Kacang Hijau (Vigna radiata)
Pengendalian hama terpadu (PHT) Kacang Hijau (Vigna radiata)
 
ISOLATION_METARHIZIUM_DADANG HM_PT AAL
ISOLATION_METARHIZIUM_DADANG HM_PT AALISOLATION_METARHIZIUM_DADANG HM_PT AAL
ISOLATION_METARHIZIUM_DADANG HM_PT AAL
 
Makalah kuljar (amrullah m) PERBANYAKAN JERUK SECARA IN VITRO
Makalah kuljar (amrullah m) PERBANYAKAN JERUK SECARA IN VITROMakalah kuljar (amrullah m) PERBANYAKAN JERUK SECARA IN VITRO
Makalah kuljar (amrullah m) PERBANYAKAN JERUK SECARA IN VITRO
 
7 hardiningsih-jamur antagonis
7 hardiningsih-jamur antagonis7 hardiningsih-jamur antagonis
7 hardiningsih-jamur antagonis
 
Hama jahe-dan-pengendaliannya
Hama jahe-dan-pengendaliannyaHama jahe-dan-pengendaliannya
Hama jahe-dan-pengendaliannya
 
Bioteknologi kel 3
Bioteknologi kel 3Bioteknologi kel 3
Bioteknologi kel 3
 
Kuisioner tingkat penggunaan pestisida dikalangan petani kecamatan darussalam
Kuisioner tingkat  penggunaan pestisida dikalangan petani kecamatan darussalamKuisioner tingkat  penggunaan pestisida dikalangan petani kecamatan darussalam
Kuisioner tingkat penggunaan pestisida dikalangan petani kecamatan darussalam
 
PPT.analisis kritis
PPT.analisis kritisPPT.analisis kritis
PPT.analisis kritis
 

Similar to PENGARUH PERLAKUAN BENIH DENGAN AGENS HAYATI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN, HASIL PADI DAN MUTU BENIH, SERTA PENGENDALIAN PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI DI RUMAH KACA

ppt tekben presentasi ujian praktikum-1.pptx
ppt tekben presentasi ujian praktikum-1.pptxppt tekben presentasi ujian praktikum-1.pptx
ppt tekben presentasi ujian praktikum-1.pptxMuhammadnurIbrahim3
 
BIOTEKNOLOGI TANAMAN PANGAN(1).docx
BIOTEKNOLOGI TANAMAN PANGAN(1).docxBIOTEKNOLOGI TANAMAN PANGAN(1).docx
BIOTEKNOLOGI TANAMAN PANGAN(1).docxssuser04c576
 
PPT_08_Cabai.pptx
PPT_08_Cabai.pptxPPT_08_Cabai.pptx
PPT_08_Cabai.pptxazarief
 
contoh laporan uji benih
contoh laporan uji benihcontoh laporan uji benih
contoh laporan uji benihRiva Anggraeni
 
8 yusmani - efikasi cendawan entomopatogens
8 yusmani - efikasi cendawan entomopatogens8 yusmani - efikasi cendawan entomopatogens
8 yusmani - efikasi cendawan entomopatogensxie_yeuw_jack
 
IDENTIFIKASI KETAHANAN TANAMAN PISANG AMPYANG HASIL MUTASI INDUKSI TERHADAP P...
IDENTIFIKASI KETAHANAN TANAMAN PISANG AMPYANG HASIL MUTASI INDUKSI TERHADAP P...IDENTIFIKASI KETAHANAN TANAMAN PISANG AMPYANG HASIL MUTASI INDUKSI TERHADAP P...
IDENTIFIKASI KETAHANAN TANAMAN PISANG AMPYANG HASIL MUTASI INDUKSI TERHADAP P...Repository Ipb
 
SELEKSI IN VITRO KLON-KLON KENTANG BASIL PERSILANGAN CV. ATLANTIK DAN GRANOLA...
SELEKSI IN VITRO KLON-KLON KENTANG BASIL PERSILANGAN CV. ATLANTIK DAN GRANOLA...SELEKSI IN VITRO KLON-KLON KENTANG BASIL PERSILANGAN CV. ATLANTIK DAN GRANOLA...
SELEKSI IN VITRO KLON-KLON KENTANG BASIL PERSILANGAN CV. ATLANTIK DAN GRANOLA...Repository Ipb
 
Bioteknologi dalam bidang pertanian
Bioteknologi dalam bidang pertanianBioteknologi dalam bidang pertanian
Bioteknologi dalam bidang pertanianFirman Ali Tatag
 
Peranan Biologi di bidang pertanian
Peranan Biologi di bidang pertanianPeranan Biologi di bidang pertanian
Peranan Biologi di bidang pertanianf' yagami
 
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...Repository Ipb
 
257 260-pembuatan-formula-pestisida-surtikanti
257 260-pembuatan-formula-pestisida-surtikanti257 260-pembuatan-formula-pestisida-surtikanti
257 260-pembuatan-formula-pestisida-surtikantiAlvi Maya
 
Pengantar Bioteknologi_Teknologi Fermentasi, Manfaat dan Aplikasinya.pptx
Pengantar Bioteknologi_Teknologi Fermentasi, Manfaat dan Aplikasinya.pptxPengantar Bioteknologi_Teknologi Fermentasi, Manfaat dan Aplikasinya.pptx
Pengantar Bioteknologi_Teknologi Fermentasi, Manfaat dan Aplikasinya.pptxAnnaHeirina1
 
Analisis matematis pendugaan umur simpan benih cabai merah (capsicum annum l.)
Analisis matematis pendugaan umur simpan benih cabai merah (capsicum annum l.)Analisis matematis pendugaan umur simpan benih cabai merah (capsicum annum l.)
Analisis matematis pendugaan umur simpan benih cabai merah (capsicum annum l.)Young Farmers
 
079_Dewi Oktavianti_Laprak Acara 2 Bakterisida dan Fungisida.pdf
079_Dewi Oktavianti_Laprak Acara 2 Bakterisida dan Fungisida.pdf079_Dewi Oktavianti_Laprak Acara 2 Bakterisida dan Fungisida.pdf
079_Dewi Oktavianti_Laprak Acara 2 Bakterisida dan Fungisida.pdfdewioktavianti4
 

Similar to PENGARUH PERLAKUAN BENIH DENGAN AGENS HAYATI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN, HASIL PADI DAN MUTU BENIH, SERTA PENGENDALIAN PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI DI RUMAH KACA (20)

ppt tekben presentasi ujian praktikum-1.pptx
ppt tekben presentasi ujian praktikum-1.pptxppt tekben presentasi ujian praktikum-1.pptx
ppt tekben presentasi ujian praktikum-1.pptx
 
Food Savety
Food SavetyFood Savety
Food Savety
 
Penelitian tanaman
Penelitian tanamanPenelitian tanaman
Penelitian tanaman
 
Dampak poly β-hydroxybutirate pada pemeliharaan larva udang galah macrobrachi...
Dampak poly β-hydroxybutirate pada pemeliharaan larva udang galah macrobrachi...Dampak poly β-hydroxybutirate pada pemeliharaan larva udang galah macrobrachi...
Dampak poly β-hydroxybutirate pada pemeliharaan larva udang galah macrobrachi...
 
bakteri filosfer
bakteri filosferbakteri filosfer
bakteri filosfer
 
BIOTEKNOLOGI TANAMAN PANGAN(1).docx
BIOTEKNOLOGI TANAMAN PANGAN(1).docxBIOTEKNOLOGI TANAMAN PANGAN(1).docx
BIOTEKNOLOGI TANAMAN PANGAN(1).docx
 
PPT_08_Cabai.pptx
PPT_08_Cabai.pptxPPT_08_Cabai.pptx
PPT_08_Cabai.pptx
 
contoh laporan uji benih
contoh laporan uji benihcontoh laporan uji benih
contoh laporan uji benih
 
8 yusmani - efikasi cendawan entomopatogens
8 yusmani - efikasi cendawan entomopatogens8 yusmani - efikasi cendawan entomopatogens
8 yusmani - efikasi cendawan entomopatogens
 
IDENTIFIKASI KETAHANAN TANAMAN PISANG AMPYANG HASIL MUTASI INDUKSI TERHADAP P...
IDENTIFIKASI KETAHANAN TANAMAN PISANG AMPYANG HASIL MUTASI INDUKSI TERHADAP P...IDENTIFIKASI KETAHANAN TANAMAN PISANG AMPYANG HASIL MUTASI INDUKSI TERHADAP P...
IDENTIFIKASI KETAHANAN TANAMAN PISANG AMPYANG HASIL MUTASI INDUKSI TERHADAP P...
 
SELEKSI IN VITRO KLON-KLON KENTANG BASIL PERSILANGAN CV. ATLANTIK DAN GRANOLA...
SELEKSI IN VITRO KLON-KLON KENTANG BASIL PERSILANGAN CV. ATLANTIK DAN GRANOLA...SELEKSI IN VITRO KLON-KLON KENTANG BASIL PERSILANGAN CV. ATLANTIK DAN GRANOLA...
SELEKSI IN VITRO KLON-KLON KENTANG BASIL PERSILANGAN CV. ATLANTIK DAN GRANOLA...
 
Tugas makalah
Tugas makalahTugas makalah
Tugas makalah
 
Bioteknologi dalam bidang pertanian
Bioteknologi dalam bidang pertanianBioteknologi dalam bidang pertanian
Bioteknologi dalam bidang pertanian
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Peranan Biologi di bidang pertanian
Peranan Biologi di bidang pertanianPeranan Biologi di bidang pertanian
Peranan Biologi di bidang pertanian
 
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
 
257 260-pembuatan-formula-pestisida-surtikanti
257 260-pembuatan-formula-pestisida-surtikanti257 260-pembuatan-formula-pestisida-surtikanti
257 260-pembuatan-formula-pestisida-surtikanti
 
Pengantar Bioteknologi_Teknologi Fermentasi, Manfaat dan Aplikasinya.pptx
Pengantar Bioteknologi_Teknologi Fermentasi, Manfaat dan Aplikasinya.pptxPengantar Bioteknologi_Teknologi Fermentasi, Manfaat dan Aplikasinya.pptx
Pengantar Bioteknologi_Teknologi Fermentasi, Manfaat dan Aplikasinya.pptx
 
Analisis matematis pendugaan umur simpan benih cabai merah (capsicum annum l.)
Analisis matematis pendugaan umur simpan benih cabai merah (capsicum annum l.)Analisis matematis pendugaan umur simpan benih cabai merah (capsicum annum l.)
Analisis matematis pendugaan umur simpan benih cabai merah (capsicum annum l.)
 
079_Dewi Oktavianti_Laprak Acara 2 Bakterisida dan Fungisida.pdf
079_Dewi Oktavianti_Laprak Acara 2 Bakterisida dan Fungisida.pdf079_Dewi Oktavianti_Laprak Acara 2 Bakterisida dan Fungisida.pdf
079_Dewi Oktavianti_Laprak Acara 2 Bakterisida dan Fungisida.pdf
 

More from Repository Ipb

Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Repository Ipb
 
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Repository Ipb
 
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...Repository Ipb
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...Repository Ipb
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...Repository Ipb
 
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...Repository Ipb
 
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...Repository Ipb
 
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMTHERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMRepository Ipb
 
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKSTUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKRepository Ipb
 
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIATHERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIARepository Ipb
 
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...Repository Ipb
 
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...Repository Ipb
 
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...Repository Ipb
 
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFBRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFRepository Ipb
 
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...Repository Ipb
 
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...Repository Ipb
 
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Repository Ipb
 
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...Repository Ipb
 
UDAH BUAYA (Aloe vera) SEBAGAI TANAMAN PENGHASIL ZAT ANTI BAKTERI
UDAH BUAYA (Aloe vera) SEBAGAI TANAMAN PENGHASIL ZAT ANTI BAKTERIUDAH BUAYA (Aloe vera) SEBAGAI TANAMAN PENGHASIL ZAT ANTI BAKTERI
UDAH BUAYA (Aloe vera) SEBAGAI TANAMAN PENGHASIL ZAT ANTI BAKTERIRepository Ipb
 

More from Repository Ipb (20)

Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
 
Peta ipb
Peta ipbPeta ipb
Peta ipb
 
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
 
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
 
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
 
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
 
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMTHERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
 
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKSTUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
 
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIATHERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
 
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
 
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
 
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
 
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFBRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
 
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
STUDI IN VIVO KHASIAT ANTIINFLAMASI EKSTRAK HERBA SURUHAN (PEPEROMIA PELLUCID...
 
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
 
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
 
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
 
UDAH BUAYA (Aloe vera) SEBAGAI TANAMAN PENGHASIL ZAT ANTI BAKTERI
UDAH BUAYA (Aloe vera) SEBAGAI TANAMAN PENGHASIL ZAT ANTI BAKTERIUDAH BUAYA (Aloe vera) SEBAGAI TANAMAN PENGHASIL ZAT ANTI BAKTERI
UDAH BUAYA (Aloe vera) SEBAGAI TANAMAN PENGHASIL ZAT ANTI BAKTERI
 

Recently uploaded

AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 

Recently uploaded (20)

AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 

PENGARUH PERLAKUAN BENIH DENGAN AGENS HAYATI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN, HASIL PADI DAN MUTU BENIH, SERTA PENGENDALIAN PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI DI RUMAH KACA

  • 1. Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan ISBN: 978-979-15649-6-0 101 PENGARUH PERLAKUAN BENIH DENGAN AGENS HAYATI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN, HASIL PADI DAN MUTU BENIH, SERTA PENGENDALIAN PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI DI RUMAH KACA Agustiansyah1 , Satriyas Ilyas2* , Sudarsono2 dan Muhammad Machmud3 1 Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Jl. Prof. Soemantri Brodjonegoro No.1 Bandar Lampung 35145. 2 Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB. Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680. 3 Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Jl. Tentara Pelajar No.3A, Bogor 16111 * Corresponding author: agustiansyahn@yahoo.com Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perlakuan benih secara hayati terhadap pertumbuhan, hasil padi, mutu benih, dan pengendalian penyakit hawar daun bakteri. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetika Pertanian Bogor dan Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB. Penelitian dilaksanakan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan Februari 2010. Sebanyak dua belas perlakuan benih diuji dalam percobaan ini. Percobaan dilaksanakan dalam Rancangan Acak Kelompok nonfaktorial diulang tiga kali. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan benih dengan agens hayati dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman berdasarkan peubah yang diamati seperti tinggi tanaman, panjang akar, bobot basah akar, dan bobot kering akar. Semua perlakuan benih tidak berpengaruh nyata terhadap mutu fisiologis benih yang dihasilkan. Pada komponen hasil panen benih, perlakuan perendaman benih dalam B. subtilis 11/C dan matriconditioning + P. diminuta A54 menghasilkan jumlah gabah bernas/malai tertinggi yaitu 124.45 dan 122.68 butir/malai dan perlakuan matriconditioning + P. aeruginosa A54 menghasilkan persentase gabah bernas/malai tertinggi (80.27%/malai). Perlakuan matriconditioning + P. aeruginosa A54, matriconditioning + B. subtilis 5/B, dan perendaman dalam B. subtilis 11/C menghasilkan persentase gabah bernas/rumpun tertinggi masing-masing 81.01; 80.83 dan 80.59%. Perlakuan matriconditioning + P. diminuta A6 dan matriconditioning + B. subtilis 11/C dapat menurunkan serangan HDB yang lebih rendah dari perlakuan lainnya dengan persentase luas infeksi pada daun 15.94 dan 19.55%/rumpun. Kata kunci: matriconditioning, rizobakteri, viabilitas, vigor, Xanthomonas oryzae pv.oryzae, PENDAHULUAN Perlakuan benih pra-tanam seperti matriconditioning dan osmoconditioning telah dilaporkan mampu mempercepat munculnya kecambah di lapangan, meningkatkan persentase perkecambahan dan laju pertumbuhan bibit tanaman. Khan (1992) menyatakan bahwa invigorasi dapat memperbaiki kemampuan fisiologis dan biokimia benih melalui perbaikan metabolisme untuk berkecambah. Selain itu, menurut Ilyas (2006b), matriconditioning dapat diintegrasikan dengan hormon untuk perbaikan perkecambahan, atau dengan pestisida, biopestisida, dan agens hayati untuk mengendalikan penyakit benih dan bibit serta perbaikan pertumbuhan tanaman dan hasil sayuran. Perlakuan benih dengan agens hayati mampu meningkatkan bobot basah dan bobot kering biomassa cabai (Estrada et al., 2004), meningkatkan produksi gandum (Khalid et al., 2004), meningkatkan bobot batang dan akar tanaman jagung (Thuar et al., 2004), meningkatkan pertumbuhan bibit, tinggi tanaman, dan luas daun pear millet (Niranjan et al., 2004). Pada tanaman padi, Ashrafuzzaman et al. (2009) mengungkapkan bahwa benih padi yang diperlakukan dengan rizobakteria dapat meningkatkan tinggi bibit, bobot kering bibit, panjang akar, dan bobot kering akar. Perlakuan benih dengan agens hayati pada tanaman padi juga mampu menekan patogen Xanthomonas oryzae pv.oryzae (Xoo) yang menyebabkan penyakit hawar daun bakteri (HDB) (Vidhyasekaran et al., 2001; Nandakumar et al., 2001).
  • 2. Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan 102 ISBN: 978-979-15649-6-0 Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan benih menggunakan agens hayati dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil panen padi, mutu fisiologis dan mutu patologis benih padi yang dihasilkan serta tingkat serangan HDB di rumah kaca. BAHAN DAN METODE Percobaan ini dilaksanakan di Rumah Kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor dan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih IPB. Percobaan dilaksanakan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan Februari 2010. Perlakuan benih yang diuji terdiri atas: (1) Benih padi yang tidak diinokulasi Xoo (kontrol negatif) dan tanpa perlakuan benih; (2) Benih terinfeksi Xoo hasil inokulasi buatan (kontrol positif) tanpa perlakuan benih; (3) Benih terinfeksi Xoo direndam dalam bakterisida berbahan aktif streptomisin sulfat 0.2% selama 30 jam; (4) Benih terinfeksi Xoo direndam suspensi isolat P. diminuta A6; (5) Benih terinfeksi Xoo direndam suspensi isolat P. aeruginosa A54; (6) Benih terinfeksi Xoo direndam suspensi B. subtilis 5/B; (7) Benih terinfeksi direndam suspensi isolat B. subtilis 11/C, (8) Benih terinfeksi diberi matriconditioning + bakterisida 0.2%; (9) Benih terinfeksi diberi matriconditioning + P. diminuta isolat A6; (10) Benih terinfeksi diberi matriconditioning + isolat P. aeruginosa A54;(11) Benih terinfeksi diberi matriconditioning + isolat B. subtilis 5/B, dan (12) Benih terinfeksi diberi matriconditioning + isolat B. subtilis 11/C. Benih padi yang telah diberi perlakuan benih, ditanam dalam ember plastik berisi tanah sebanyak 8 kg/ember. Tanah yang digunakan telah disterilisasi dengan pemanasan pada suhu 120 0 C dan tekanan 1.2 kg/s selama 3 jam menggunakan otoklaf. Percobaan dilaksanakan dalam Rancangan Acak Kelompok nonfaktorial diulang tiga kali dengan total satuan percoban 36 satuan. Peubah pertumbuhan tanaman yang diamati meliputi tinggi tanaman, panjang akar, bobot basah dan kering akar. Mutu fisiologis yang meliputi daya berkecambah, kecepatan tumbuh, dan indeks vigor (ISTA 2007). Pengamatan serangan penyakit dilakukan dengan cara menghitung persentase luas daun yang terinfeks Xoo dan skoring (IRRI 1996). Perhitungan Intensitas penyakit (IP) ditentukan dengan rumus, IP= [Σ (ni x si)/NxS) ]x100%, ni: jumlah bibit dengan skor gejala I, si:skor gejala i, N: jumlah total, S:skor gejala tertinggi. HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman Panjang Akar, Bobot Basah Akar, dan Bobot Kering Akar Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua perlakuan benih mampu meningkatkan tinggi tanaman dibandingkan dengan tanaman kontrol dan yang mendapat perlakuan bakterisida (Tabel 1). Tabel 1. Pengaruh perlakuan benih terhadap panjang akar, bobot basah akar, dan bobot kering akar tanaman padi Perlakuan benih Tinggi Tanaman 8 MST (cm) Panjang Akar (cm) Bobot Basah Akar (g) Bobot Kering Akar (g) Tanpa inokulasi Xoo, tanpa perlakuan 91.20 de 38.39 b 67.21 ab 22.14 abc Diinokulasi Xoo, tanpa perlakuan 91.53 de 38.90 b 51.20 b 16.13 cd Perendaman dalam bakterisida 90.85 e 37.54 b 60.25 b 18.91 bcd Perendaman dalam P. diminuta A6 99.26 a 43.63 a 73.06 ab 21.51 abcd Perendaman dalam P. aeruginosa A54 93.70 cde 38.39 b 69.01 ab 24.30 ab Perendaman dalam B. subtilis 5/B 93.96 cd 39.33 ab 67.53 ab 21.46 abcd Perendaman dalam B. subtilis 11/C 92.76 cde 41.07 ab 69.78 ab 22.99 abc Matriconditioning + bakterisida 92.86 cde 37.03 b 62.35 b 14.46 d Matriconditioning + P. diminuta A6 97.26 ab 41.26 ab 57.55 b 19.06 bcd Matriconditioning + P. aeruginosa A54 94.80 bc 40.70 ab 67.97 ab 21.57 abcd Matriconditioning + B. subtilis 5/B 92.06 cde 38.33 b 88.98 a 19.64 bcd Matriconditioning + B. subtilis 11/C 93.03 cde 37.80 b 77.50 ab 28.62 a Keterangan: Angka pada tiap kolom yang diikuti dengan huruf sama tidak berbeda nyata menurut uji BNT pada α = 5%. Tanaman tertinggi didapat pada perlakuan benih yang direndam dengan suspensi isolat P. diminuta A6 yaitu 99.26 cm dan matriconditioning + P. diminuta A6 yaitu 97.26 cm. Perlakuan benih mampu meningkatkan panjang akar tanaman. Akar terpanjang didapat pada perlakuan dengan perendaman benih
  • 3. Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan ISBN: 978-979-15649-6-0 103 dalam suspensi P. diminuta A6 yaitu 43.63 cm tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan perendaman benih dalam B. subtilis 5/B dan B. subtilis 11/C, serta perlakuan matriconditioning + P. diminuta A6 dan matriconditioning + P. aeruginosa A54. Bobot akar basah tertinggi didapat pada perlakuan matriconditioning + B. subtilis 5/B (88.98 g) dan bobot basah akar terendah didapat pada perlakuan kontrol positif (51.20 g). Bobot akar kering tertinggi didapat pada perlakuan matriconditioning + B. subtilis 11/C (28.62 g) dan bobot akar basah terendah didapat pada perlakuan matriconditioning + bakterisida yaitu 14.46 gram. Jumlah gabah bernas, total gabah, dan persentase gabah bernas per malai Jumlah gabah bernas tertinggi didapat pada perlakuan perendaman benih dalam B. subtilis 11/C dan matriconditioning + P. aeruginosa A54 yaitu masing-masing 124.45 dan 122.68 butir per malai berbeda nyata jika dibandingkan dengan kontrol positif (benih yang diinokulasikan Xoo dan tanpa perlakuan benih (Tabel 2). Tabel 2. Pengaruh perlakuan benih terhadap jumlah gabah bernas, total gabah, dan persentase gabah bernas per malai padi di rumah kaca Perlakuan Benih Peubah Bernas Total Gabah Bernas (%) Tanpa inokulasi Xoo, tanpa perlakuan benih 119.22 ab 155.65 abc 75.50 abcd Diinokulasi Xoo, tanpa perlakuan benih 110.04 bc 150.38 bcd 72.07 d Perendaman dalam bakterisida 114.29 ab 156.93 ab 72.74 cd Perendaman dalam P. diminuta A6 110.74 bc 163.95 a 65.76 e Perendaman dalam P. aeruginosa A54 115.17 ab 146.21 bcd 77.38 abcd Perendaman dalam B. subtilis 5/B 109.47 bc 144.73 cd 74.52 bcd Perendaman dalam B. subtilis 11/C 124.45 a 154.05 abcd 79.79 ab Matriconditioning + bakterisida 116.61 ab 143.42 d 77.91 abc Matriconditioning + P. diminuta A6 103.66 c 154.94 abc 64.76 e Matriconditioning + P. aeruginosa A54 122.68 a 151.91 bcd 80.27 a Matriconditioning + B. subtilis 5/B 118.24 ab 146.49 bcd 79.45 ab Matriconditioning + B. subtilis 11/C 115.63 ab 147.61 bcd 77.33 abcd Keterangan: Angka pada tiap kolom yang diikuti dengan huruf sama tidak berbeda nyata menurut uji BNT pada α = 5%. Jumlah gabah per malai tertinggi dihasilkan perlakuan perendaman benih dalam P. diminuta A6 (163.95 butir/malai), tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan perendaman dalam bakterisida (156.93 butir/malai). Jumlah gabah per malai terendah dihasilkan perlakuan matriconditioning + bakterisida (143.42 butir/ malai). Persentase gabah bernas per malai tertinggi dihasilkan pada perlakuan matriconditioning + P. aeruginosa A54 (80.27%) berbeda nyata dengan perlakuan kontrol positif dan kontrol negatif serta perlakuan perendaman benih dengan bakterisida Persentase gabah bernas, dan persentase gabah hampa per rumpun Persentase gabah bernas per rumpun tertinggi didapat pada perlakuan matriconditioning + P. aeurignosa A54 (81.01%), matriconditiong + B. subtilis 5/B (80.83%), perendaman dalam B. subtilis 11/C (80.59%), dan perendaman dalam P. aeruginosa A54 (79.56%), keempat perlakuan tersebut tidak berbeda nyata (Tabel 3). Persentase gabah bernas terendah didapat pada perlakuan matriconditioning + P. diminuta A6 (67.05%). Sebaliknya persentase gabah hampa terendah didapat pada perlakuan perendaman dalam B. subtilis 11/C (19.14%), matriconditiong + B. subtilis 5/B (19.17%), perendaman dalam isolat A54 (20.43%), matriconditioning + P. aeruginosa A54 (18.99%), dan matriconditioning + bakterisida (20.79%). Persentase gabah hampa tertinggi didapat pada perlakuan matriconditioning + P. diminuta A6 (32.95%). Mutu Fisiologis Benih Padi yang Dihasilkan dan Serangan Penyakit Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan benih tidak mampu meningkatkan mutu fisiologis benih. Mutu fisiologis pada semua perlakuan memiliki mutu yang tinggi dilihat dari semua peubah yang diamati (Tabel 4). Mutu fisiologis yang dihasilkan sangat tinggi, hal ini ditunjukkan rata-rata daya berkecambah berkisar antara 94.67- 99.33% sedangkan persyaratan daya berkecambah benih padi yang dapat diedarkan di Indonesia minimal 80%.
  • 4. Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan 104 ISBN: 978-979-15649-6-0 Tabel 3. Pengaruh perlakuan benih terhadap persentase gabah isi dan hampa per rumpun padi Perlakuan Benih Gabah Bernas (%) Gabah Hampa (%) Tanpa inokulasi Xoo, tanpa perlakuan benih 76.60 abc 23.39 dce Diinokulasi Xoo, tanpa perlakuan benih 73.50 bc 26.49 cd Perendaman dalam bakterisida 72.49 cd 27.51 bc Perendaman dalam P. diminuta A6 67.53 de 32.46 ab Perendaman dalam P. aeruginosa A54 79.56 a 20.43 e Perendaman dalam B. subtilis 5/B 75.72 abc 24.28 cde Perendaman dalam B. subtilis 11/C 80.59 a 19.14 e Matriconditioning + bakterisida 79. 21 a 20.79 e Matriconditioning + P. diminuta A6 67.05 e 32.95 a Matriconditioning + P. aeruginosa A54 81.01 a 18.99 e Matriconditioning + B. subtilis 5/B 80.83 a 19.17 e Matriconditioning + B. subtilis 11/C 78.31 ab 21.69 de Keterangan: Angka pada tiap kolom yang diikuti dengan huruf sama tidak berbeda nyata menurut uji BNT pada α = 5%. Tabel 4 juga menunjukkkan bahwa pada peubah serangan HDB, berdasarkan luas daun terinfeksi, serangan terendah didapat pada perlakuan benih yang direndam dengan agens hayati isolat P. diminuta A6 (15.45%) dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan benih matriconditioning + P. diminuta A6 (15.94%) dan kontrol negatif (16.13%). Serangan tertinggi didapat pada perlakuan kontrol positif (29.93%), tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan perendaman benih dalam B. subtilis 5/B dan 11/C, matriconditioning + bakterisida, matricon-ditioning + P. aeruginosa A54, dan matriconditioning + B. subtilis 5/B. Berdasarkan peubah respon ketahanan tanaman terhadap penyakit, semua perlakuan benih memberikan respon rentan terhadap HDB. Tabel 4. Pengaruh perlakuan benih terhadap daya berkecambah (DB), Indeks vigor (IV), Kecepatan tumbuh (KCT), dan serangan penyakit. Perlakuan benih DB (%) IV (%) KCT(%/etmal) Luas daun terinfeksi (%) Respon tanaman P1 98.67 a 65.33 a 18.91 a 16.13 d Rentan P2 97.33 a 73.33 a 18.98 a 29.93 a Rentan P3 95.33 a 76.67 a 18.67 a 18.43 cd Rentan P4 97.33 a 82.00 a 18.74 a 15.45 d Rentan P5 96.67 a 80.00 a 18.18 a 21.65 bcd Rentan P6 96.67 a 76.00 a 19.07 a 25.67 abc Rentan P7 96.67 a 71.33 a 19.27 a 25.51 abc Rentan P8 99.33 a 79.33 a 18.80 a 24.00 abc Rentan P9 98.00 a 74.67 a 18.50 a 15.94 d Rentan P10 98.67 a 76.67 a 18.79 a 27.93 ab Rentan P11 94.67 a 84.00 a 18.85 a 24.73 abc Rentan P12 98.67 a 82.00 a 18.86 a 19.55 cd Rentan Keterangan: *Angka pada tiap kolom yang diikuti dengan huruf sama tidak berbeda nyata menurut uji BNT pada α = 5%. P1= Tidak diinokulasi Xoo, tanpa perlakuan benih; P2= diinokulasi Xoo, tanpa perlakuan benih; P3= perendaman dalam bakterisida (Agrept 20 WP); P4= perendaman dalam Pseudomona diminuta; P5=perendaman dalam P. aeruginosa; P6= perendaman dalam Bacillus subtilis 5/B; P7= perendaman dalam B. subtilis 11/C;P8= Matriconditioning + Bakterisida; P9= Matriconditioning + P. diminuta; P10= Matriconditioning + P. aeruginosa; P11= Matriconditiong + B. subtilis 5/B; P12= Matriconditiong + B. subtilis 11/C. PEMBAHASAN Perlakuan benih dengan agens hayati baik dari kelompok Bacillus spp. maupun dari kelompok Pseudomonas spp. memiliki kemampuan yang sama dalam meningkatkan pertumbuhan dan hasil panen tanaman berdasarkan peubah-peubah yang diamati. Akan tetapi pada peubah serangan penyakit P. diminuta A6 memiliki kemampuan menurunkan persentase luas infeksi pada daun lebih baik dibandingkan P. aeruginosa A54 maupun B. subtilis 5/B dan B. subtilis 11/C. Agens hayati dari kelompok Bacillus spp. dan Pseudomonas spp. merupakan dua kelompok bakteri yang memiliki kemampuan memacu pertumbuhan dan peningkatan hasil pada tanaman padi (Nandakumar et
  • 5. Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan ISBN: 978-979-15649-6-0 105 al., 2004; Ashrafuzzaman et al., 2009). Agens hayati dari kelompok Pseudomonas spp dapat mengendalikan Xoo karena memiliki kemampuan menginduksi ketahanan sistemik tanaman padi (Vidhyasekaran et al., 2001) dan Velusamy et al. (2006) melaporkan 2.4 diacetylphloroglucinol yang diproduksi oleh Pseudomonas spp dapat menghambat pertumbuhan Xoo yang menyebabkan penyakit HDB pada tanaman padi. Kemampuan agens hayati meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman, sangat erat kaitannya dengan kemampuan agens hayati dalam mensintesis hormon tumbuh seperti asam indol asetat, asam indol butirat, dan asam giberellin (Silva et al., 2004; Loon, 2007), memfiksasi N (Park et al., 2005; Loon, 2007), melarutkan P (Loon, 2007). Kemampuan agens hayati mengendalikan patogen berhubungan dengan kemampuan bakteri dalam memproduksi siderofor, HCN, senyawa antibiotik, dan enzim yang menginduksi ketahanan sistemik pada tanaman (Siddiqui, 2005; Loon, 2007). Perlakuan benih dengan matriconditioning mampu meningkatkan pertumbuhan, hasil panen, dan menekan serangan penyakit, walaupun belum pada semua peubah yang diamati. Beberapa peneliti melaporkan bahwa perlakuan benih dengan matriconditioning dapat mempercepat waktu munculnya kecambah di lapang pada wortel (Khan et al., 1992), cabe (Ilyas, 1994), memperbaiki kemampuan benih cabe mengurangi stress temperatur (Ilyas, 2006a), dan memperbaiki viabilitas dan vigor benih kacang panjang (Ilyas, 2006b). Budiman (2009) melaporkan terjadinya peningkatan tinggi tanaman, jumlah anakan pada tanaman padi yang benihnya diperlakukan matriconditioning yang diperkaya dengan Pseudomonas diminuta. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perlakuan benih dengan agens hayati dengan dan tanpa matriconditioning dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman berdasarkan peubah yang diamati seperti tinggi tanaman, panjang akar, bobot basah akar, dan bobot kering akar. Semua perlakuan benih tidak berpengaruh terhadap mutu fisiologis benih benih yang dihasilkan. Pada komponen hasil panen benih, perlakuan perendaman benih dalam isolat B. subtilis 11/C dan matriconditioning + P. aeruginosa A54 menghasilkan jumlah gabah bernas/malai tertinggi yaitu 124.45 dan 122.68 butir/malai dan perlakuan matriconditioning + P. aeruginosa A54 menghasilkan persentase gabah bernas/malai tertinggi (80.27%/malai). Perlakuan matriconditioning + P. aeruginosa A54, matriconditioning + B. subtilis 5/B, dan perendaman dalam B. subtilis 11/C menghasilkan persentase gabah bernas/rumpun tertinggi masing-masing 81.01; 80.83 dan 80.59%. Perlakuan matriconditioning + P. diminuta A6 dan matriconditioning + B. subtilis 11/C dapat menurunkan serangan penyakit yang lebih rendah dari perlakuan lainnya dengan persentase luas infeksi pada daun 15.94 dan 19.55%/rumpun. DAFTAR PUSTAKA Ashrafuzzaman, M., F.A. Hossen, M.R. Ismail, M.A. Hoque, M.Z. Islam, S. M. Shahidullah and S.Meon. 2009. Efficiency of plant growth-promoting rhizobacteria (PGPR) for the enhancement of rice growth. African Journal of Biotechnology 8(7):1247-1252. Budiman, C. 2009. Pengaruh perlakuan pada benih padi yang teinfeksi hawar daun bakteri (Xanthomonas oryzae pv. oryzae) terhadap pertumbuhan tanaman dan hasil padi di rumah kaca. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Estrada, J.D., M.S. Rossi, J.A. Andres, M.Rovera, N.S. Correa and S.B. Rosas. 2004. Greenhouse evaluation of Pseudomonas aurantiaca formulated as inoculation for the biocontrol of plant pathogen fungi. http://www.ag.auburn.edu/argentina/pdfmanuscripts/estrada.pdf. Ilyas, S. 2006a. Matriconditioning improves thermotolerance in pepper seeds through increased in 1- Aminocylopropane-1-Carboxylic Acid Synthesis and Utilization. Hayati 13(1):13-18. Ilyas, S. 2006b. Seed treatment using matriconditioning to improve vegetable seed quality. Bulletin Agronomi 34(2):124-132. Ilyas, S. 1994. Matriconditioning benih cabe (Capsicum annuum L.) untuk memperbaiki performansi benih. Keluarga Benih 5(1):59-66.
  • 6. Prosiding Simposium dan Seminar Bersama PERAGI-PERHORTI-PERIPI-HIGI Mendukung Kedaulatan Pangan dan Energi yang Berkelanjutan 106 ISBN: 978-979-15649-6-0 Khalid, A., S. Tahir, M. Arshad and Z.A. Zahir. 2004. Relative efficiency of rhizobacteria for auxin biosynthesis in rhizosphere and non-rhizosphere soil (abstract). Aus J Soil Res. 42:921-926. Khan, A. A., J. D. Maguire, S.G. Abawi and S. Ilyas. 1992. Matriconditioning of vegetables seeds to improve stand establishment in early filed plantings. J. Amer. Soc. Hort.Sci. 117(1):41-47. Kazempour, M.N. 2004. Biological control of Rhizoctonia solani, the causal agent of rice sheath blight by antagonis bacteria in green house and field conditions. Plant Pathol J. 3:88-96. Nandakumar, R., S. Babu, R. Viswanathan, Raguchander and R. Samiyappan. 2001. Induction of systemic resistance in rice against sheath blight disease by Pseudomonas fluorescens. Soil Biology and Biochemistry 33:603-612. Niranjan, S., N. P. Shetty and H. S. Shetty. Seed bio-priming with Pseudomonas fluorescens isolate enhances growth of pearl millet plant and induces resistance against downy mildew. International Journal of Pest Management 50(1):41-48. Park, M., C. Kim, Y.C. Jin, L.S. Hyoung, W. Shin, S. Kim and T. Sa. 2005. Isolation and characterization of diazotrophic growth promoting bacteria from rhizophere of agricultural crop of Korea. Microbiological Research 160:127-133. Rangrajan, S., L.M. Saleena, P. Vasudevan and S. Nair . Biological suppression of rice diseases by pseudomonas spp. under saline conditions. Plant and Soil 251:73-82. Silva, H.S.A., R.S.R. Romeiro, D. Macagnan, B.A.H. Viera, M.C.B. Pereira and A. Mounteer. 2004. Rhizobacterial Induction of systemic resistance in tomato plants: non-spesific protection and increace in enzyme activities. Bio Control 29:288-295. Siddiqui, Z.A. 2005. PGPR: Prospective Biocontrol Agents of Plant Pathogens. Netherlands:Springer. Thuar, A.M., C.A. Olmedo and C. Bellone. 2004. Greenhouse studies on growth promotion of maize inoculated with plant growth promoting rhizobacteria (PGPR). http://www.ag.auburn.edu/argentina/ pdfmanuscripts/thuar.pdf Loon, L.C. V. 2007. Plant response to plant growth-promoting rhizobacteria. Eur J Plant Pathol 119:243-254. Velusamy, P., J.E. Immanuel, S.S. Gnanamanickam, and L. Thomashow. 2006. Biological control of bacterial blight by plant associated bacteria producing 2,4 diacetylphloroglucinol. Canadian Journal of Microbiology 52(1):56-65. Vidhyasekaran, R., Kamala N, A. Ramanathan, K. Rajappan, V. Paranidharan and R. Velazhahan. 2001. Induction of Systemic Resistance by Pseudomonas fluorescens Pfl against Xanthomonas oryzae pv. oryzae in rice leaves. Phytoparasitica 29(2):155-166.