Pengambilan keputusan merupakan fungsi utama pimpinan dan manajer organisasi. Dokumen menjelaskan proses pengambilan keputusan beretika di PT RDS meliputi identifikasi masalah, pencarian alternatif solusi, evaluasi alternatif, pemilihan alternatif terbaik, dan evaluasi hasil keputusan. Faktor-faktor seperti lingkungan organisasi dan perkembangan moral si pengambil keputusan mempengaruhi pengambilan keputusan yang
Unikbet: Situs Slot Pragmatic Bank Seabank Terpercaya
23,be & gg,ratih dewi sumantri,prof,dr,ir,hapzi ali, mm,cma,corporate governance,universitas mercu buana,2018,pdf
1. (Periode 11 Des – 17 Des 2018)
Corporate Governance
Mata Kuliah Business Ethic & GCG
Mahasiswi : Ratih Dewi Sumantri – 55117120116
Dosen : Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA
2. GOVERNANCE & BUSINESS ETHICS IN DECISION MAKING
EXECUTIVE SUMMARY :
PENDAHULUAN :
Decission making /Pengambilan keputusan merupakan fungsi utama seorang
pimpinan atau manajer di dalam organisasi. Keberhasilan pimpinan membuat dan
menetapkan suatu keputusan bergantung dengan data dan informasi yang
diberikan padanya .
Keputusan juga harus mempertimbangkan masalah governance atau pengelolaan
perusahaan yang sehat dan baik atau God Corporate Governance.
Untuk pembuatan suatu keputusan yang baik memerlukan langkah langkah
sebagai berikut :
• Pengidentifikasian masalah, ( What is the problem)
• Pencarian alternatif penyelesaian masalah, ( Wahat are the alternative
problem solvings)
• Evaluasi dari alternatif-alternatif tersebut dan
• Pemilihaan alternatif keputusan yang terbaik.
Seorang pimpinan atau manajer dalam pembuatan keputusan perlu memahami
dan menguasi teori dan praktek dan data-data yang objektif sebagai landasan
dalam membuat keputusan.
LANDASAN TEORI :
1. Hakekat Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan merupakan kunci kepemimpinan (Gore,1959). Higgins
(1979), Menyatakan, bahwa pengambilan keputusan adalah kegiatan yang paling
penting dari semua kegiatan. Karena didalamnya manajer terlibat. Hoy dan
Miskel (1978). Mengatakan pengambilan keputusan merupakam tanggung jawab
utama dari semua administrator. Kompleksitasnya pengambilan keputusan maka
di perlukan semua disiplin ilmu dari berbagai bidang karena itu seorang pimpinan
atau manajer haruslah deanga teliti dan cermat serta menganalisis apa dampak
dari pengambuilan keputusan yang dibuat agar di belakang hari tidak terjadi
kerusakan-kerusakan yang berakibat merugikan banyak pihak atau kemunduran
suatu perusahaan.
3. 2. Pentingnya Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan mempunyai arti penting bagi maju mundurnya suatu
organisasi, terutama karena masa depan suatu organisasi banyak di tentukan oleh
pengambilan keputusan sekarang. Karena keputusan yang diambil oleh pimpinan
merupakan hasil pemikiran akhir yang harus dilaksanakan oleh bawahannya atau
mereka yang bersangkutan dengan organisasi yang ia pimpin. Penting karena
menyangkut semua aspek manajemen. Kesalahan dalam mengambil keputusan
bisa merugikan organisasi, mulai dari kerugian citra sampai kepada kerugian
uang. Ada kalanya keputusan diambil oleh manajer sendiri, tetapi tidak jarang
juga bersama staf, tergantung dari besar kecilnya masalah dan gaya
kepemimpinan yang dianut oleh si manajer.
Sesungguhnya pengambilan keputusan itu sangat penting juga merupakan suatu
kegiatan dalam manajemen yang paling kompleks dalam suatu organisasi. Bukan
hanya keputusan-keputusan mengenai kebjaksanaan pokok yang rumit, tetapi
juga pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan program,
penempatan, dan penganggaran, merupakan titik-titik kritis terhadap mantapnya
suatu kebijaksanan (Gortner et al dalam Salusus. 200).
3. Proses Pengambilan Keputusan :
Pengambilan keputusan adalah suatu proses yang memrlukan tahapan . Adapun
tahapan-tahapan dalam pengambilan keputusan ialah sebagai berikut :
a. Menganalisis masalah :
Mengenali masalah dari perbedaan hasil aktual dengan hasil yang
diharapkan, mendefinisikan apa masalahnya. ( To define what are the
problems)
Dengan demikian Langkah pertama dalam pengambilan keputusan
yang bertanggung jawab secara etis adalah menentukan fakta-fakta
dalam situasi tersebut, membedakan fakta-fakta dari opini belaka,
adalah hal yang sangat penting. Perbedaan persepsi dalam bagaimana
seseorang mengalami dan memahami situasi dapat menyebabkan
banyak perbedaan etis. Sebuah penilaian etis yang dibuat berdasarkan
penentuan yang cermat atas fakta-fakta yang ada merupakan sebuah
penilaian etis yang lebih masuk akal daripada penilaian yang dibuat
tanpa fakta.
4. b. Membuat asumsi
Maksudnya bagaimana asumsinya ? apakah keputusan itu Secara
struktural terletak di dalam / di luar tanggung jawab nya ? Secara
personal bersedia menerima resiko / tidak ? Tersedia sumber daya atau
tidak ? Masalahnya urgen / tidak ?
Langkah kedua dalam pengambilan keputusan yang etis yang
bertanggung jawab mensyaratkan kemampuan untuk mengenali sebuah
keputusan atau permasalahn sebagai sebuah keputusan etis atau
permasalahan etis.
c. Membuat alternatif pemecahan masalah :
Setelah masalahnya teridentifikasi dengan jelas dengan asumsinya ,
maka disini pembuat keputusan harus membuat beberapa alternatif
pemecahan masalah yang bersifat layak, efektif dan efisien.
Langkah ketiga ini melibatkan satu dari elemen vitalnya. Kita diminta
untuk mengidentifikasi dan mempertimbangkan semua pihak yang
dipengaruhi oleh sebuah keputusan, orang-orang ini biasa disebut
dengan para pemangku kepentingan (stakeholder).
d. Mengevaluasi alternatif :
Disini pembuat keputusan harus mengumpulkan data untuk
mengevaluasi setiap alternatif, menolak / menerima alternatif dari sudut
kelayakan, efektifitas dan efisiensi setiap alternative.
Dalam membuat altrnatif pengambilan keputusan harus
membandingkan dan mempertimbangkan alternatif-alternatif, membuat
suatu spreadsheet mental yang mengevaluasi setiap dampak tiap
alternatif yang telah dipikirkan terhadap masing-masing pemegang
kepentingan yang telah identifikasi.
Salah satu cara yang paling mudah adalah menempatkan diri terhadap
posisi orang lain. Sebuah elemen penting dalam evaluasi ini adalah
pertimbangan cara untuk mengurangi, meminimalisasi atau mengganti
kensekuensi kerugian yang mungkin terjadi atau meningkatkan dan
memajukan konsekuensi-konsekuensi yang mendatangkan manfaat. Selain
itu juga perlu mempertimbangkan kewajiban, hak-hak dan prinsip-prinsip,
serta dampak bagi integritas dan karakter pribadi.
e. Memilih dan menerapkan alternatif :
Pengambil keputusan dalam hal ini harus memilih alternatif yang
paling layak, efektif, dan efisien.
5. Note :
• Lebih baik menerapkan alternatif yang kurang layak daripada
di luar kemampuan,
• lebih baik menerapkan alternatif yang kurang efektif daripada
tidak bertindak dan
• lebih baik menerapkan alternatif yang mahal daripada murah
tak bermutu.
f. Mengevaluasi hasil :
Selesai, jika sesuai harapan. Ulangi, jika belum sesuai.
4. Beberapa Kriteria dalam pengambilan keputusan yang berdasarkan etika
:
Pengambilan keputusan semata-mata bukan karena kepentingan pribadi dari
seorang si pengambil keputusannnya. Beberapa hal kriteria dalam pengambilan
keputusan yang etis diantaranya harus mempertimbangkan :
a. Pendekatan bermanfaat (utilitarian approach),
Pendekatan ini dudukung oleh filsafat abad kesembilan belas
,pendekatan bermanfaat itu sendiri adalah konsep tentang etika
bahwa prilaku moral menghasilkan kebaikan terbesar bagi jumlah
terbesar. Benefiting to majority.
b. Pendekatan individualisme
adalah konsep tentang etika bahwa suatu tindakan dianggap pantas
ketika tindakan tersebut mengusung kepentingan terbaik jangka
panjang seorang indivudu.
c. Konsep tentang etika bahwa keputusan yang dengan sangat baik
menjaga hak-hak yang harus dipertimbangkan dalam pengambilan
keputusan.
d. Hak persetujuan bebas. Individu akan diperlakukan hanya jika
individu tersebut secara sadar dan tidak terpaksa setuju untuk
diperlakukan.
e. Hak atas privasi. Individu dapat memilih untuk melakukan apa yang
ia inginkan di luar pekerjaanya.
f. Hak kebebasan hati nurani. Individu dapat menahan diri dari
memberikan perintah yang melanggar moral dan norma agamanya.
6. g. Hak untuk bebas berpendapat. Individu dapat secara benar
mengkritik etika atau legalitas tindakan yang dilakukan orang lain.
h. Hak atas proses hak. Individu berhak untuk berbicara tanpa berat
sebelah dan berhak atas perlakuan yang adil.
i. Hak atas hidup dan keamanan. Individu berhak untuk hidup tanpa
bahaya dan ancaman terhadap kesehatan dan keamananya.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan yang etis
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan yang
etis bagi seorang decision maker diantaranya :
a. Tahap perkembangan moral
Tahap ini merupakan suatu tahap penilaian (assessment) dari kapasitas
seseorang untuk menimbang nimbang apakah secara moral benar, makin
tinggi perkembangan moral seorang berarti makin kurang
ketergantungannya pada pengaruh- pengaruh luar sehingga ia akan makin
cenderung berperilaku etis.
Sebagai misal, kebanyakan orang dewasa berada dalam tingkat menengah
dari perkembangan moral, mereka sangat dipengaruhi oleh rekan
sekerja dan akan mengikuti aturan dan prosedur suatu organisasi.
Individu-individu yang telah maju ketahap-tahap yang lebih tinggi iu
menaruh nilai yang bertambah pada hak-hak orang lain, tak peduli akan
pendapat mayoritas, dan kemungkinan besar menantang praktik-praktik
organisasi yang mereka yakini secara pribadi sebagai sesuatu hal yang
keliru.
b. Lingkungan Organisasi
Dalam lingkungan organisasional merujuk pada persepsi karyawan
mengenai pengharapan (ekspetasi) organisasional. Apakah organisasi itu
mendorong dan mendukung perilaku etis dengan meberi ganjaran atau
menghalangi perilaku tak-etis dengan memberikan hukuman/sangsi. Kode
etis yang tertulis, perilaku moral yang tinggi dari para seniornya,
pengharapan yang realistis akan kinerja, penilaian kinerja sebagai dasar
promosi bagi individu-individu, dan hukuman bagi individu-individu yang
bertindak tak-etis merupakan suatu contoh nyata dari kondisi atau keadaan
terhadap lingkungan lingkungan organisasional sehingga kemungkinan
7. besar dapat menumbuh kembangkan pengambilan keputusan yang
sangat etis.
c. Tempat kedudukan kendali
Tempat kedudukan kendali tidak lepas dengan struktur organisasi,
pada umumnya individu individu yang memiliki moral kuat dan baik akan
sangat jauh lebih kecil kemungkinannya untuk mengambil keputusan
yang tak etis, namun jika mereka dikendalai oleh suatu lingkungan
organisasi sebagai tempat kedudukannya yang sedikit banyak tidak
menyukai pengambilan keputusan etis, ada kemungkinan individu-
individu yang telah mempunyai moral yang kuatpun dapat tercemari oleh
suatu lingkaungan organisasi sebagai tempat kedudukannya yang
mengizinkan atau mendorong praktik-praktik pengambilan keputusan tak-
etis.
6. Pengaruh Etika dalam Pengambilan Keputusan
Etika merupakan pertimbangan etis yang seharusnya suatu kriteria yang
pentingdalam pengambilan keputusan organisasional.
Ada lima kriteria dalam mengambil keputusan yang etis, yaitu:
a. Utilitarian, Keputusan-keputusan yang diamabil semata-mata atas dasar
hasil atau konsekuensi mereka. Tujuannya adalah memberikan kebaikan
yang terbesar untuk jumlah yang terbesar. Pandangan ini cenderung
mendominasi pengambilan keputusan bisnis, seperti efisiensi,
prokduktifitas dan laba yang tinggi.
b. Universalisme (duty), Ini menekankan pada baik buruk nya perilaku
tergantung pada niat (intention) dari keputusan atau perilaku. Paham ini
adalah kebalikan (contrast) dari utilitarianisme. Berdasarkan prinsip
Immanuel Kant (categorical imperative), paham ini mempunyai dua
prinsip. Pertama, seseorang seharusnya memilih suatu perbuatan. Kedua,
orang - orang lain harus diperlakukan sebagai akhir (tujuan), bukan sekedar
alat untuk mencapai tujuan.
c. Penekanan pada hak, Kriteria ini memberikan kesempatan kepada individu
untuk mengambil keputusan yang konsisten dengan kebebasan dan
keistimewaan mendasr seperti dikemukakan dalam dokumen - dokumen
(contoh Piagam Hak Asasi). Suatu tekanan pada hak dalam pengambilan
keputusan berarti menghormati dan melindungi hak dasar dari individu.
8. d. Penekanan pada keadilan, Ini mensyaratkan individu untuk menegakan dan
memperkuat aturan - aturan yang adil dan tidak berat sebelah sehingga ada
pembagian manfaat dan biaya yang pantas. Keadilan distributif, perilaku
didasarkan pada satu nilai: keadilan.
e. Relativisme (self-interest), Ini menekankan bahwa baik buruknya perilaku
manusia didasarkan pada kepentingan atau kebutuhan pribadi (self-interest
and needs). Dengan demikian, setiap individu akan mempunyai kriteria
moral yang berbeda dengan individu lainnya, atau akan terjadi perbedaan
kriteria moral dari satu kultur ke kultur lainnya.
Praktek Pengambilan keputusan bisnis berlandasan etika ATAU Good
Corporate Governance di RDS .
RINGKASAN :
Pengambilan keputusan merupakan fungsi utama seorang pimpinan atau manajer
di dalam organisasi. Keberhasilan pimpinan membuat dan menetapkan suatu
keputusan yang memenuhi syarat etika dan Good Corporate Govanance
bergantung dengan data dan informasi yang diberikan padanya serta kematangan
moral si decision maker.
Dalam pengambilan keputusan PT RDS mengikuti langkah langkah atau
tahapan pengambilan keputusan sbb :
• Pengidentifikasian masalah,
• pencarian alternatif penyelesaian masalah,
• evaluasi dari alternatif-alternatif tersebut dan
• pemilihaan alternatif keputusan yang terbaik.
• Evaluasi .
Dalam membuat keputusan bisnis yang ber etika dan memenuhi Governance
RDS dipengaruhi oleh 3 hal yaitu :
a. Tahap perkembangan moral ( Kematangan )
b. Lingkungan Organisasi ( Environment)
c. Tempat kedudukan kendali ( Keberadaan )
9. Berikut adalah praktek pengambilan keputusan bisnis yg bertika dan memenuhi
Good Corporate Governance di RDS.
MAIN GOAL /OBJECTIVE
Pada tahun 2016 dan 2017, pasar RDS adalah bank bank asing di Indonesia. Pada
tahun 2018 RDS akan masuk ke pasar yang baru yaitu Bank Pembangunan
Daerah dan bank pemerintah.
PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN YG BERETIKA BISNIS DAN BER
GOVERNANCE :
I. Identifikasi masalah :
A. Bank Pembangunan Daerah dikenal DI ISSUE KAN ( bukan fakta) ada
cash back ( uang sogok) utk pengambil keputusan bisnis, sementara di
Bank asing dilarang memberikan cash back bagi pengambil keputusan
bisnis.
B. Bank Pembangunan Daerah terkenal di pasar memberikan harga beli jasa
Training sangat murah , dan ada issue ( bukan fakta) menggunakan
perantara ( vendor harus lewat broker) untuk mendapatkan harga dan
bisnis.
II. Mencari alternative pemecahan masalah :
a. Masalahnya adalah issue ( belum fakta) adanya cash back , yang bisa
benar ada dan mungkin juga tidak ada.
b. Alternatif :
Alternatif 1.Melawan arus yaitu mencoba masuk dg konsep fairness dan
transfaran tanpa cash back. Menggunakan startegi lautan biru
dengan menekan biaya yg bisa ditekan dan memberikan nilai
tambah bagi BPD menngkatkan manfaat/benefit yg
diberikan. Di sini menggunakan sistim coba -salah ( Trial and
Error)
Pertimbangan yg mendkung :
• Direksi BJB adalah orang dari luar yg terkenal dengan
penerapan Good Corporate Governance
10. • Pejabat penentu pemilihan vendor sebelumnya , adalah
orang yang diajak lunch saja tidak mau dibayarin.
• Pejabat BJB yg kita kenal adalah orang orang yang
memegang etika bisnis dan memegang GCG.
• Pejabat yg pegang training adalah orang dari bank lain
yg dikenal menerapkan GCG .
Alternatif 2. Mencoba masuk dg ikut arus . Cash back ini mungkin benar
mungkin tidak benar, angkanya tidak terbuka, dan
management RDS berkeyakinan tidak semua manager BPD
mau menerima cash back karena budaya, etika bisnis ( GCG)
.
Pertimbangan yg mendukung :
• Info adanya cash back adalah info dari orang yg layak dipercaya.
• Orang yg layak dipercaya tersebut adalah Stakeholder RDS.
• Orang tersebut menginfokan di BPD lain juga menerapkan hal yg
sama ( Cashback).
III. Menentukan pilihan alternative terbaik .
PILIH ALTERNATIF :
Dari ke dua alternative di atas maka RDS memilih alternative ke 1 yaitu
masuk dengan menggunakan prinsip No Cash Back dengan mengikuti
prosedur dan GCG serta Business Ethics.
IV. EVALUASI HASIL :
Dengan langkah memilih alternative 1 (No Cash back) maka RDS ternyata
mampu masuk ke market BPD tanpa Cash Back.
Dari hasil tersebut yaitu RDS dapat masuk ke BJB tanpa cashback proses
pengambilan keputusan dianggap telah selesai.
KESIMPULAN :
Proses pengambilan keputusan yang ber etika bisnis di RDS telah berjalan lancer
karena mengikuti proses pengambilan keputusan dalam teori Pengamblan
keputusan dan business ethics serta prinsip Governance.
11. Dengan berhasilnya RDS penetrasi pasar ke Bank Pembangunan Daerah ( BJB) ,
maka RDS semakin yakin bahwa mengambil keputusan yang
mempertimbangkan etika bisnis dan Good Corporate Governance , akan lebih
elegan dari pada sebaliknya sebagaimana issue yang beredar di para vendor/
perusahaan sejenis.
Daftar Pustaka
Pustaka Utama:
1) Fernando, A. C. (2012). Business Ethics and Corporate Governance,
Second Edition. india. Pearson.
Pendukung:
2) LoRusso, James Dennis. (2017). Spirituality, Corporate Culture, and
American Business: The Neoliberal Ethic and the Spirit of Global Capital
(Critiquing Religion: Discourse, Culture, Power), London. Bloomsbury .
3) Prof,dr,Ir,Hapzi Ali,MM,CMA, 2018. Modul BE & GG, Univeristas
Mercu Buana.
4) Sumber Lain yang Relevan.
12. Filename: QUIZ governance rating SM.docx
Folder: /Users/ratihdewi/Library/Containers/com.microsoft.Word/Data/Documents
Template: /Users/ratihdewi/Library/Group Containers/UBF8T346G9.Office/User
Content.localized/Templates.localized/Normal.dotm
Title:
Subject:
Author: USER
Keywords:
Comments:
Creation Date: 12/16/18 12:48 AM
Change Number: 2
Last Saved On: 12/16/18 12:48 AM
Last Saved By: Microsoft Office User
Total Editing Time: 1 Minute
Last Printed On: 12/16/18 12:48 AM
As of Last Complete Printing
Number of Pages: 11
Number of Words: 2,527 (approx.)
Number of Characters: 14,406 (approx.)