SlideShare a Scribd company logo
1 of 55
ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT KATUP JANTUNG
Disusun Oleh :
Ns. Rajatol, S.Kep
Rahmat halim saputra, Amd.Kep
Ns. Syafril wirja, S.kep
IKATAN NERS KARDIOVASKULER INDONESIA ( INKAVIN )
JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta
karunianya-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat
pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas presentasi kasus pelatihan
keperawatan kardiologi tingkat dasar, dengan judul “Asuhan Keperawatan pada
Penyakit Katup Jantung”
Penulis juga tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada semua pihak atas
bantuan, dukungan dan do’anya. Kami berharap makalah ini bermanfaat dalam
membantu proses pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan bagi para peserta
pelatihan.
Makalah ini mungkin kurang sempurna, untuk itu kami mengharap kritik dan
saran untuk penyempurnaan makalah ini.
Jakarta , September 2022
DAFTAR ISI
Halaman Sampul .......................................................................................................i
Kata Pengantar ...........................................................................................................ii
Daftar Isi.....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian .....................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep ........................................................................................................4
2.1.1 Pengertian ..........................................................................................4
2.1.2 Etiologi ..............................................................................................11
2.1.3 Patofisiologi ......................................................................................13
2.1.4 Pemeriksaaan Diagnostik ..................................................................14
2.1.5 Penatalaksaan Medik .........................................................................15
2.2 Asuhan Keperawatan .................................................................................18
2.2.1 Pengkajian .........................................................................................19
2.2.2 Diagnosa Keperawatan ......................................................................20
2.2.3 Perencanaan .......................................................................................20
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian ..................................................................................................22
3.1.1 Pathway Kasus ...................................................................................22
3.1.2 Data Demografi..................................................................................22
3.1.3 Riwayat Penyakit Dahulu...................................................................22
3.1.4 Riwayat Penyakit Sekarang ...............................................................23
3.1.5 Faktor Risiko .....................................................................................23
3.1.6 Pemeriksaan Fisik ..............................................................................24
3.1.7 Pemeriksaan Penunjang ....................................................................29
3.1.8 Terapi .................................................................................................31
3.2 Diagnosa Keperawatan ...............................................................................31
3.2.1 Analisa Data ......................................................................................31
3.2.2 Diagnosa Keperawatan ......................................................................33
3.3 Perencanaan ................................................................................................34
3.4 Implementasi ..............................................................................................38
3.5 Evaluasi ......................................................................................................41
BAB IV PEMBAHASAN .........................................................................................43
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .................................................................................................47
5.2 Saran ...........................................................................................................47
Lampiran Pathway Kasus........................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................49
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit katup jantung masih banyak dijumpai pada masyarakat
Indonesia, walaupun angka yang tepat belum diketahui (M, Amiliana, 2012).
Perhatian para ahli jantung di Indonesia terhadap penyakit ini tidak sebesar
perhatian terhadap penyakit jantung koroner, namun bukan berarti penyakit ini tidak
menimbulkan masalah kesehatan yang bermakna. Keterlambatan intervensi akan
mengakibatkan luaran yang buruk dengan penurunan kualitas hidup, serta
peningkatan angka kesakitan dan kematian.
Data epidemiologi global mengatakan bahwa kelainan katup jantung
prevalensinya meningkat seiring usia yang disebabkan etiologi predominan yaitu
proses degeneratif. Prevalensi kelainan katup derajat moderat keatas berkisar 2,5%
dan meningkat seiring usia. ¾ dari kelainan katup jantung adalah katup mitral (Lung
B, 2011). Data epidemiologi nasional terkait kelainan katup jantung belum tersedia.
Penyakit katup jantung adalah disfungsi jantung akibat abnormalitas struktur
fungsi jantung. Umumnya penyakit katup jantung berupa stenosis, regurgitasi atau
kombinasi keduanya. Salah satu komplikasi infark miokard menyebabkan
komplikasi mekanik yang dapat berujung pada kelainan-kelainan atau disfungsi
katup jantung. Terdapat beberapa jenis gangguan fungsional yang disebabkan oleh
kelainan katup, salah satunya stenosis katup dan insufisiensi katup. Insufisiensi/
regurgitasi katup terjadi bila daun katup gagal menutup dengan baik yang
memungkinkan aliran balik darah menyebabkan peningkatan volume kerja jantung
perlu memompa volume untuk mengganti darah yang mengalir balik.
Angka kejadian tersering adalah regurgitasi katup mitral (J Kardiol Indones.
2015;36:111-9). Pada kelainan ini ditemukan beban volume yang berlebihan pada
ventrikel kiri yang akhirnya berakibat pada dilatasi dan gangguan fungsi ventrikel
kiri.
Hal ini disebabkan oleh adanya STEMI inferior dan anterior yang
menyebabkan ruptur muskulus papilaris yang berujung pada dilatasi annulus
sehingga menyebabkan regurgitasi katup mitral (Thaler MS, 2013). Regurgitasi
mitral (MR) adalah insufisiensi katup mitral yang tidak menutup dengan sempurna
pada saat sistolik, sehingga menyebabkan aliran balik ke atrium kiri. MR dapat
disebabkan oleh proses rematik atau penyebab lain misalnya Prolaps katup mitral
(MVP) yaitu abnormalitas penutupan katup mitral pada saat sistolik, dimana salah
satu atau kedua daun katup terdesak lebih superior ke ruang atrium; MVP berawal
tanpa regurgitasi dan ruptur chorda tendinae atau rupture muskulus papilaris sebagai
komplikasi infark miokard akut (PERKI, 2015). Keadaan ini biasanya ditandai
dengan perburukan hemodinamik dengan dyspneu akut, kongesti paru dan murmur
sistolik baru. Edema paru dan syok kardiogenik dapat terjadi dengan cepat (PERKI,
2018).
Intervensi yang dilakukan dapat berupa terapi medikamentosa, terapi infark
miokard bila terjadi ruptur corda tendinae atau musculus papilaris sebagai
komplikasi dan terapi pembedahan dengan repair dan replacement katup (PERKI,
2015).
Dalam makalah ini kelompok memfokuskan pada asuhan keperawatan dengan
penyakit katup jantung Mitral Regurgitasi berbasis standar diagnosis, luaran dan
intervensi keperawatan Indonesia yang dilakukan secara komprehensif sehingga
dapat memberikan penanganan yang optimal.
1.2 Rumusan
Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit mitral
regurgitasi.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Mengimplementasikan penerapan asuhan keperawatan pasien dengan
penyakit mitral regurgitasi dengan pendekatan standar diagnosa, luaran dan
intervensi keperawatan Indonesia
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mampu menjelaskan penyakit mitral regurgitasi.
2. Mampu memahami patofisiologi mitral regurgitasi.
3. Mampu menerapkan asuhan keperawatan pasien dengan penyakit mitral
regurgitasi dengan pendekatan standar diagnosa, luaran dan intervensi
keperawatan Indonesia
1.4 Manfaat
Dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit mitral
regurgitas dengan pendekatan standar asuhan keperawatan SDKI, SLKI dan SIKI
secara lebih komprehensif sehingga pasien mendapatkan pelayanan keperawatan
secara optimal.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Katup mitral terletak di sisi kiri jantung. Katup ini berfungsi untuk membantu
mengendalikan aliran darah dari atas ke ruang jantung bagian bawah. Jika gagal
menutup sepenuhnya seperti yang seharusnya dilakukan saat jantung berkontraksi,
maka sebagian darah yang semula ditujukan untuk dikirimkan ke tubuh malah mengalir
kembali ke ruang jantung bagian atas. Hal ini akan menimbulkan masalah, karena tubuh
akan kekurangan pasokan darah yang kaya oksigen. Untuk mencegah komplikasi
termasuk kerusakan organ, tubuh membuat penyesuaian dan jantung dipaksa bekerja
lebih keras daripada seharusnya untuk memompa lebih banyak darah.
2.1 Konsep
2.1.1 Pengertian Mitral Regurgitasi
Regurgitasi mitral (MR) adalah insufisiensi katup mitral yang tidak
menutup dengan sempurna pada saat sistolik, sehingga menyebabkan aliran
balik ke atrium kiri. MR dapat disebabkan oleh proses rematik atau penyebab
lain misalnya Prolaps katup mitral (MVP) yaitu abnormalitas penutupan katup
mitral pada saat sistolik, dimana salah satu atau kedua daun katup terdesak
lebih superior ke ruang atrium. MVP berawal tanpa regurgitasi. - Ruptur
chordatendinae atau rupture muskulus papilaris sebagai komplikasi infark
miokard akut MR rematik sering terjadi bersama-sama dengan stenosis mitral
(MS) rematik. (PERKI, 2015).
Gambar 2.1 Katup mitral normal dan katup mitral regurgitasi
Regurgitasi mitral adalah proses kebocoran darah kembali ke atrium
(serambi). Katup mitral jantung merupakan katup yang memisahkan ruang
jantung yang disebut atrium/ serambi kiri dan ventrikel/ bilik kiri. Regurgitasi
mitral adalah suatu keadaan ketidakmampuan katup mitral menutup dengan
sempurna sehingga menyebabkan aliran darah balik dari ventrikel kiri ke
dalam atrium kiri pada saat sistolik/ ventrikel kiri berkontraksi. Pada saat
ventrikel kiri memompa darah dari jantung menuju aorta, sebagian darah
mengalir kembali kedalam atrium kiri dan menyebabkan meningkatnya
volume dan tekanan di atrium kiri. Selanjutnya terjadi peningkatan tekanan
darah di dalam pembuluh yang berasal dari paru-paru yang mengakibatkan
penimbunan cairan (kongesti) di dalam paru-paru (Inkavin, 2018).
Mitral regurgitasi terjadi akibat kesukaran katup mitral menutup
sehingga pada fase sistolik ventrikel kiri tidak semua darah mengalir ke aorta,
namun sebagian darah kembali ke atrium kiri. Murmur mitral regurgitasi
terdengar pada fase sistolik di apek dan menjalar ke aksila sebagai akibat
regurgitasi darah ke atrium kiri. Regurgitasi darah ke atrium kiri
mengakibatkan stroke volume berkurang sehingga ventrikel kiri bekerja lebih
keras untuk memenuhi kebutuhan darah seluruh tubuh sebagai mekanisme
kompensasi. Keadaan ini menimbulkan hipertropi ventrikel kiri dan
menyebabkan gagal jantung kiri (Bonow, et al, 2012)
Mitral Regurgitasi (MR) dapat disebabkan oleh gangguan bagian yang
berbeda dari katup mitral. Hal ini dapat menyebabkan perforasi daun katup
atau ruptur chorda. Ruptur chorda spontan dapat terjadi pada pasien dengan
penyakit katup mitral miksomatosa. Ruptur otot papilar terjadi pada pasien
dengan infark miokard akut dengan elevasi segmen ST, biasanya berhubungan
dengan inferior. Kelebihan volume akut pada Ventrikel kiri dan Atrium kiri
menghasilkan kongesti paru dan curah jantung yang rendah (ACC/AHA,
2020)
Gambar 2.2 Kelainan struktur jantung pada
mitral regurgitasi (ACC/AHA, 2020)
Gambar 2.3 Patofisiologi dan Aspek Klinik MR
Menurut Guideline ACC/AHA 2020 tentang manajemen penyakit katup
secara umum MR dibagi menjadi 3 yaitu MR akut, MR primer kronis dan MR
sekunder kronis
1. MR Akut
Diagnosis pada MR akut memerlukan intervensi segera untuk
menyelamatkan nyawa. Pemeriksaan dengan TTE/ Transthoracic
Echocardiography adalah modalitas pencitraan awal pilihan untuk
mengevaluasi fungsi ventrikel kiri dan ventrikel kanan, tekanan arteri
pulmonalis dan mekanisme MR. Pasien dengan MR akut berat terjadi
akibat ruptur korda, biasanya mengalami dekompensasi hemodinamik
akut. Kelebihan volume cairan yang tiba-tiba meningkatkan atrium kanan
dan tekanan vena pulmonal sehingga menyebabkan kongesti paru dan
hipoksia sedangkan penurunan perfusi darah ke jaringan dengan
penurunan tekanan sistolik ventrikel kiri secara bersamaan membatasi
gradien tekanan, mendorong MR ke sistolik awal. Dengan demikian
murmur mungkin pendek dan tidak mengesankan, seperti pancaran warna
MR oleh TTE. Pada keadaan akut mendadak dan menyebabkan
ketidakstabilan hemodinamik setelah miokard infark, dengan fungsi
ventrikel kiri hiperdinamik oleh TTE dan tidak ada penyebab lain untuk
perburukan, TEE dapat sangat membantu dalam mendeteksi otot papiler
atau ruptur korda atau vegetasi katup dan abses annular yang selanjutnya
membutuhkan pendekatan terapi pembedahan segera.
Terapi Medis
Terapi vasodilator meningkatkan kompensasi hemodinamik pada MR
akut. Penggunaan vasodilator pada MR akut ini bertujuan untuk
mengurangi tahanan aliran aorta sehingga secara efektif menurunkan MR
dan meningkatkan curah jantung ke aorta. Penggunaan obat ini biasanya
dilakukan dengan infus titrasi, seperti natrium, nitroprusid atau nikardipin.
Penggunaan vasodilator kontraindikasi dengan hipotensi sistemik yang
diperburuk ketika resistensi perifer menurun. Penggunaan intra aortic
balon pump (IABP) dapat membantu mengobati MR akut yang parah.
Dengan menurunkan tekanan aorta sistolik, IABP menurunkan afterload
ventrikel kiri, meningkatkan curah jantung dan menurukan volume
regurgitasi. Secara simultan IABP meningkatkan diastolik dan rerata
tekanan aortik.
Intervensi
Pembedahan katup mitral segera lebih diutamakan dalam perbaikan mitral
jika memungkinkan, menyelamatkan nyawa pada pasien simptomatik
dengan MR akut yang parah. Tingkat keparahan MR akut bervariasi dan
beberapa pasien dengan MR yang lebih moderat dapat mengalami
kompensasi karena pelebaran ventrikel kiri memungkinkan tekanan
pengisian yang lebih rendah dan peningkatan curah jantung.
Bagaimanapun juga, sebagian besar pasien dengan MR akut yang parah
memerlukan tindakan pembedahan segera untuk mengembalikan
hemodinamik dan menghilangkan keluhan pasien.
2. MR Primer Kronis
Dalan menilai pasien dengan MR kronis penting untuk membedakan
antara MR primer kronis (degeneratif) dan MR kronis sekunder
(fungsional) karena 2 kondisi ini memliki banyak perbedaan. MR primer
adalah penyakit pada bagian katup mitral dan MR sekunder adalah
penyakit ventrikel atau atrium. Pada MR primer kronis, patologi jika ≥ 1
komponen katup (daun katup, korda tendinea, otot papilari, anulus)
menyebabkan inkompetensi katup dengan regurgitasi darah dari ventrikel
kiri ke atrium kiri.
Tabel 3.1 Stase Kronik Primary MR
Stage Definisi Anatomi katup Hemodinamik
Katup
Hemodinamik
Konsekuensi
Gejala
A Berisiko Mitral
Regurgitasi
Katup mitral prolap
ringan dengan normal
koaptasi. Katup
menebal ringan dan
pergerakan daun katup
terbatas
Aliran balik <
20% LA di
dopler Small
Vena contracta
< 0,3 cm
Tidak ada Tidak ada
B Progresif MR Tingkat sedang
sampai berat prolapse
katup mitral dengan
normal koaptasi
Katup rematik
berubah dengan
keterbatasan daun
katup dan hilang pusat
koaptasi khususnya
infeksi endokarditis
Aliran balik MR
20-40%LA atau
late systolic
eksentrik jet MR
Vena kontrakta
< 0,7 cm
Regurgitasi
volume <60 ml
Regurgitasi
fraksi < 50%
ERO < 0,40 cm2
Angiographic
grade 1+ sampai
2+
Pembesaran
ringan pada
LA
LV tidak
membesar
Tekanan
pulmonary
pressure
normal
Tidak ada
C Asimptomatik
MR berat
Katup mitral prolapse
berat dengan
kehilangan koaptasi
atau daun katup yang
mengambang
Katup rematik
mengubah pergerakan
daun katup yang
terbatas dan
Aliran balik MR
>40% LA atau
holosistolic
eksentrik jet
MR
Vena contracta ≥
0,7 cm
Regurgitasi
volume ≥ 60ml
Sedang atau
berat
LA
enlargement
LV
enlargement
Pulmonary
hipertensi
mungkin
muncul saat
Tidak ada
kehilangan central
koaptasi
Utamanya pada
infeksi endokarditis
Penebalan daun katup
Regurgitasi
fraksi ≥ 50%
ERO ≥ 0,40 cm2
Angiograpi
grade 3+ sampai
4+
istirahat atau
latihan
C1: LVEF
>60% dan LV
ESD < 40
mm
C2: LVEF ≤
60% dan atau
LVESD ≥ 40
mm
D Simptomatik MR
berat
Katup mitral prolapse
berat dengan
kehilangan koaptasi
atau daun katup yang
mengambang
Katup rematik
mengubah pergerakan
daun katup yang
terbatas dan
kehilangan central
koaptasi
Utamanya pada
infeksi endokarditis
Penebalan daun katup
Aliran balik MR
>40% LA atau
holosistolic
eksentrik jet
MR
Vena contracta ≥
0,7 cm
Regurgitasi
volume ≥ 60ml
Regurgitasi
fraksi ≥ 50%
ERO ≥ 0,40 cm2
Angiograpi
grade 3+ sampai
4+
Tingkat
sedang atau
berat
LA melebar
LV melebar
Hipertensi
pulmonal
Penurunan
toleransi
latihan
Sesak saat
aktifitas
Beberapa kriteria hemodinamik katup untuk penilaian keparahan MR,
tetapi tidak semua kriteria untuk setiap kategori akan ada pada setiap
pasien. Kategorisasi keparahan MR digolongkan ke tingkat ringan,
sedang dan berat tergantung pada kualitas data dan integrasi parameter
dalam hubungannya dengan bukti klinis lainnya.
3. MR Sekunder Kronis
Pada MR sekunder kronis, daun katup biasanya normal dan sedikit
melebar. Sebaliknya MR dikaitkan dengan disfungsi LV berat yang
disebabkan CAD (MR sekunder kronis iskemik) atau penyakit miokard
idiopatik (MR sekunder kronis non iskemik). LV yang abnormal dan
melebar menyebabkan perpindakan otot papiler yang pada gilirannya
terjadi penarikan leaflet (daun katup) dengan pelebaran annular yang
mencegah koaptasi. MR sekunder juga dapat berkembang karena
pelebaran atrium kiri dan pembesaran annulus mitral yang sering terjadi
AF dan kardiomyopati
Tabel 3.2 Stase Sekunder MR
Stage Definisi Anatomi Katup Hemodinamik
katup
Associated cardiac
finding
Gejala
A Berisiko MR Normal valve
leaflet, chorda
dan annulus pada
pasien CAD /
cardiomyopaty
Tidak ada aliran
balik atau aliran
balik< 20% LA on
doppler
Small vena
contracta < 0,30 cm
Normal atau dilatasi
ringan
Ukuran LV dg fixed
(infarction) atau
inducible (ischemia)
pergerakan dinding
regional abnormal
Primary penyakit
miokard dengan LV
dilatasi dan disfungsi
sistolik
Gejala yang
disebabkan
karena
ischemia
koroner dan
heart failure
mungkin ada
B Progresif MR Abnormalitas
gerakan dinding
regional daun
katup ringan
Annulus dilatasi
ringan dengan
kehilangan
koaptasi mitral
leaflet
ERO < 0,40 cm2
Regurgitan volume
< 60 ml
Regurgitan fraksi <
50%
Pergerakan diding
regional abnormal
dengan penurunan
fungsi sistolik LV
Sistolik disfungsi
dikarenakan CAD
Gejala yang
disebabkan
karena
ischemia
koroner dan
heart failure
mungkin ada
C Asymptomatik
severe MR
Abnormalitas
pergerakan
dinding regional
dan atau LV
dilatasi dengan
daun katup yang
tertarik
ERO ≥ 0,40 cm2
Regurgitan volume
> 60 ml
Regurgitan fraksi >
50%
Pergerakan diding
regional abnormal
dengan penurunan
fungsi sistolik LV
Sistolik disfungsi
dikarenakan CAD
Gejala yang
disebabkan
karena
ischemia
koroner dan
heart failure
mungkin ada
D Symptomatik
severe MR
Abnormalitas
pergerakan
dinding regional
dan atau LV
dilatasi dengan
daun katup yang
tertarik
ERO ≥ 0,40 cm2
Regurgitan volume
> 60 ml
Regurgitan fraksi >
50%
Pergerakan diding
regional abnormal
dengan penurunan
fungsi sistolik LV
Sistolik disfungsi
dikarenakan CAD
Tanda gejala
seperti heart
failure
Intoleransi
aktifitas
Sesak nafas
saat aktivitas
Tabel 3.3. Qualitative and quantitative parameters useful in grading MR severity by
Doppler echocardiography; (Ref : Published in Journal of the American Society of
Echocardiography : official publication of the American Society of Echocardiography 2017)
2.1.2 Etiologi
Penyebab paling umum dari Mitral Regurgitasi adalah prolaps katup mitral,
miksomatous, disfungsi fibroblast karena usia lanjut dimana kurangnya jaringan
ikat yang menyebabkan ruptur korda. Penyebab lainnya infeksi endokarditis,
gangguan jaringan ikat, penyakit jantung rematik, katup mitral sumbing dan
penyakit jantung radiasi. Diferensiasi antara 2 etiologi mungkin memiliki
implikasi untuk intervensi operatif (ACC/AHA, 2020)
Menurut Inkavin (2018), penyebabnya antara lain:
1. Penyakit jantung rematik
2. Infeksi tenggorokan
3. Ruptur corda tendinae
4. Ruptur papilary muscle
5. Trauma
6. Malformasi bawaan katup mitral, chorda tendinae atau annulus
7. Degenerasi miksomatous (keadaan dimana katup secara bertahap menjadi
terkulai)
8. Iskemia
2.1.3 Patofisiologi Mitral Regurgitasi
1. Katup mitral mengalami kegagalan saat menutup selama sistole ventrikel.
2. Lebih dari 50% jumlah darah kembali ke atrium kiri dari ventrikel kiri
3. Terjadi peningkatan volume darah di ventrikel kiri akan menyebabkan
dilatasi ventrikel
4. LVEDP dan tekanan di atrium kiri meningkat
5. Peningkatan tekanan di arteri pulmonalis akan menyebabkan hipertensi
pulmonal
6. Terjadi kegagalan jantung kanan
Hipertensi
Pulmonal
Bendungan di
kanan, JVP,
Hepatomegali,
Edema Perifer
Kelebihan volume
cairan
Gangguan
keseimbangan
cairan dan
elektrolit
Auto imun disease: RHD, SLE,
Endokarditis, PJB, Trauma,
Kalsifikasi, Infark miokard, Gagal
Jantung, Sindrom Marfan,
Aterosklerosis
Fibrosis dan retriksi
penebalan daun katup
Komisura lengket dan
korda tendinea
memendek
Lubang katup
mitral mengecil
(Mitral Stenosis)
Meregangkan/
merobek korda
tendinae
Katup mitral tidak
dapat menutup
sempurna
Mitral Regurgitasi
Peregangan annulus
ventrikel kiri menarik
sebagian tepi daun
katup
Saat Katup
Atrioventrikuler
terbuka, Aliran
darah dari LA ke
LV menurun
Ansietas
Defisit pengetahuan
Kesiapan meningkatkan
manajemen kesehatan
Saat Katup
Atrioventrikuler
tertutup, Aliran darah
dari LV kembali ke
LA menurun
Volume LV
menurun
Stroke
volume
menurun
Volume darah di LA
meningkat
Tekanan di LA
meningkat
Remodelling ruang
LA
(Hipertropi/ dilatasi
LA)
Kongesti paru
Kelainan struktural jaringan
penyambung pada katup
Selama sistol, daun katup mitral
anterior dan posterior menonjol
kedalam atrium
Korda tendinae memanjang
Degenerasi miksomatus katup
Saat Katup
semilunaris
terbuka, Aliran
darah dari LV
ke aorta
menurun
Saat Katup
Semilunaris
tertutup, Aliran
darah kembali
ke LV
Penyebab katup
aorta bocor
Daun katup
tidak dapat
menutup
optimal
Penyebab katup
aorta
menyempit
Daun katup
tidak dapat
membuka
optimal
Volume di LV
meningkat
Remodelling
LV
Stenosis
Trikuspid
Perubahan
struktur katup
menebal, korda
tendineae
memndek
Aliran darah ke
RV terhambat Volume RV
menurun
Aliran ke
Paru
menurun
Perubahan atrium
kanan
Penurunan curah jantung
Risiko Perfusi Cerebral tidak
efektif
Risiko Perfusi Miokard tidak
efektif
Risiko Perfusi Renal tidak efektif
Kelemahan FisikGangguan ventilasi
spontan
Gangguan pertukaran
gas
Pola Nafas tidak efektif
Intoleransi aktivitas
Pathway Penyakit Katup
Jantung
Kongesti vena
pulmonalis
Tekanan Paru
meningkat
Perawatan di RS
2.1.4 Pemeriksaaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis kelainan
katup jantung antara lain :
1. Elektrokardiogram (EKG)
Pada kelainan katup, pemeriksaan dilakukan untuk menilai adanya penebalan
atau hipertrofi otot jantung atau kerusakan otot jantung akibat penyakit jantung
koroner yang dapat mempengaruhi fungsi katup. Biasanya ditemukan
gambaran RV hipertropi dan P Mitral
2. Trans thoracal Echocardiography (TTE)
TTE memberikan data diagnostik yang diperlukan untuk pengambilan
keputusan klinis pada MR. Hasil pasien dengan MR primer kronis ditentukan
oleh keparahan lesi, status gejala, adanya disfungsi LV dan apakah kelainan
katup dapat diperbaiki dengan repair katup bila memungkinkan penggantian
katup. Biasanya hanya MR berat yang menyebabkan gejala sisa negatif. LVEF
normal pada MR adalah sekitar 70%. Onset disfungsi LV disimpulkan ketika
LVEF menurun menuju 60% atau ketika LV tidak dapat berkontraksi
Echocardiography dilakukan untuk menilai fungsi, ukuran, bentuk, dan
pergerakan jantung dan katup. Pemeriksaan ini juga mampu mengidentifikasi
kebocoran katup dan aliran balik jika ada.
3. Stres Test
Stres test dilakukan untuk menilai tekanan darah, denyut jantung, dan
perubahan EKG selama aktivitas fisik. Pada kelainan katup, tujuan utama
pemeriksaan ini adalah untuk menilai gejala yang mungkin tidak dikeluhkan
pasien sebelumnya dan muncul saat latihan.
4. Rontgen Thorak
Rontgen toraks dapat bermanfaat dalam mendeteksi adanya pembesaran
atrium kiri dan pembesaran ventrikel kiri.
5. Computed Tomography (CT)
Pemeriksaan CT multislice dilakukan untuk mengevaluasi tingkat keparahan
kelainan katup, terutama kelainan katup aorta. Pemeriksaan ini juga dilakukan
pada pasien yang akan menjalani penggantian katup transcatheter sebagai
bagian dari evaluasi pre prosedur.
6. Kateterisasi Jantung
Kateterisasi jantung merupakan suatu pemeriksaan invasif yang menilai
kondisi jantung secara langsung. Pemeriksaan ini dapat menilai jenis kelainan
pada katup, seperti stenosis atau insufisiensi, juga dapat menilai aliran balik
pada jantung akibat kelainan katup. Terjadi peningkatan tekanan diastol akhir,
ventrikel kiri dan atrium kiri.
2.1.5 Penatalaksanaan Medik
2.1.5.1 Terapi obat-obatan
Belum ada ada obat-obatan yang dapat sepenuhnya mengobati penyakit
katup jantung. Akan tetapi, dokter dapat meresepkan obat yang bisa
meringankan gejala dan menghambat perkembangan penyakit. Obat-
obatan digunakan bila ada tanda gagal jantung antara lain :
1. Diuretik
Mengeluarkan cairan dari dalam aliran darah dan jaringan tubuh,
sehingga beban jantung dapat berkurang
2. Beta Bloker
Seperti Bisoprolol berfungsi untuk menurunkan tekanan darah dan
meringankan kerja jantung dengan cara membuat jantung berdetak
lebih lambat
3. Antiaritmia
Seperti amiodaron, berfungsi untuk mengontrol gangguan irama
jantung.
4. ACE Inhibitor
Seperti Captoril dan Ramipril, berfungsi untuk mengurangi beban
kerja jantung.
5. Vasodilator
Seperti Nitrogliserin yang berfungsi untuk meringankan kerja jantung
dan menjaga aliran darah tidak berbalik kembali
6. Obat Statin
Jika kadar kolesterol pasien sangat tinggi, dokter mungkin juga akan
memberikan obat untuk menurunkannya dan menyarankan pasien
untuk menerapkan pola makan yang sehat. Hal ini penting untuk
mencegah terjadinya penyakit jantung lain, misalnya , yang akan
memperburuk gejala penyakit katup jantung.
2.1.5.2 Intervensi non bedah
1. Percutaneous Tranvenous Mitral Commisurotomy
Tindakan intervensi non bedah (intervensi perkutan) dengan metode
balonisasi dari kelainan katup jantung yang ditujukan terutama pada
katup yang mengalami penyempitan atau stenosis seperti stenosis
mitral, stenosis pulmonal, stenosis aorta dan stenosis tricuspid.
2. Valvuloplasty
Valvuloplasti adalah operasi untuk memperbaiki katup jantung yang
sudah menyempit. Prosedur ini disebut juga sebagai balloon
valvuloplasty atau penggantian katup jantung ballon valvotomy.
Valvuloplasti dilakukan apabila seseorang mengalami penyakit
jantung yang ditandai dengan penebalan lipatan . Saat mengalami
kondisi ini, katup bisa saling menempel dan kaku, sehingga
mengakibatkan stenosis. Akibatnya, katup jantung tidak dapat
terbuka lebar dan aliran darah pun berkurang.
2. Annuloplasty
Annuloplasty adalah prosedur yang dilakukan untuk menguatkan
atau mengencangkan cincin (annulus) di sekeliling katup jantung.
Operasi ini dapat dilaksanakan bersama dengan prosedur lain untuk
memperbaiki kelainan katup jantung. Misalnya, katup jantung yang
bocor. Annuloplasty melibatkan pemasangan alat berbentuk seperti
cincin di sekitar katup jantung. Dengan ini, bentuk dan fungsi katup
jantung yang bocor diharapkan bisa diperbaiki sehingga fungsinya
kembali normal.
2.1.5.3 Intervensi Bedah
Replacement katup
Jika katup tidak dapat diperbaiki, maka akan diganti dengan katup yang
baru. Katup baru dijahit di tepi jaringan dari katup asli. Terdapat
beberapa jenis katup yang digunakan yaitu
a. Katup biologis
Berasal dari katup manusia atau hewan. Katup hewan biasanya dari
babi atau sapi, dipasang diatas logam yang ditutupi kain atau rangka
plastik agar mudah disisipkan. Katup manusia berasal dari donor
jantung dan bisa dijahit langsung.
b. Katup mekanik
Memiliki beberapa kelebihan karena bertahan lebih lama. Namun
bekuan darah bisa terjadi pada bahan sintetiknya sehingga
memerlukan obat anti koagulan. Indikasi penggantian katup adalah
stenosis dengan gradien >50 mmHg atau regurgitasi dengan gejala
berast yang tidak mampu diterpi dengan medikamentosa atau terjadi
hipertensi pulmonal. Kebanyakan penggantian katup jantung terjadi
pada katup aorta dan mitral.
2.1.5.4 Elektrikal
Pada kasus penyakit katup jantung kadang timbul komplikasi seperti atrial
ekstrasistol, PVC dan VT, VF. Adapun untuk penatalaksanaan dilakukan
defibrilasi dan cardioversi. Defibrilasi merupakan sebuah cara yang tepat
untuk mengembalikan normalitas jantung dengan memberikan energi
secara asinkronise pada kasus VT tanpa nadi dan VF. Cardioversi adalah
prosedur medis untuk mengembalikan detak jantung abnormal ke ritme
yang normal secara sinkronized.
2.2 Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Identitas pasien :
a. Nama Pasien
b. Tanggal lahir Pasien
c. Alamat
d. Agama
e. Suku
f. Jenis Kelamin
Riwayat Kesehatan:
a. Riwayat penyakit sekarang
b. Riwayat penyakit dahulu
c. Riwayat kesehatan keluarga
d. Faktor risiko dan faktor pencetus
e. Tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
f. Riwayat sosial ekonomi
g. Kebiasaan sehari-hari
2. Pemeriksaan fisik
a. Mata: konjungtiva, sklera
b. Leher: JVP, bising arteri karotis (-)
c. Kulit Turgor kulit kembali setelah 3 detik
d. Thorak
Paru
1) Inspeksi: terdapat edema, petekie, frekuensi nafas, irama
2) Palpasi: vocal fremitus tidak sama
3) Perkusi redup
4) Auskultasi apakah terdapat suara nafas tambahan, pericardial friction
rub, ronchi, crackles
e. Jantung
Tekanan darah, nadi
1) Inspeksi, iktus kordis tampak
2) Palpasi
3) Perkusi : redup
4) Auskultasi : murmur, gallop
f. Abdomen
1) Inspeksi perut : kesimetrisan
2) Palpasi : tanda hepatomegali, ascites
3) Perkusi tympani
4) Auskultasi bising usus
g. Genetalia
h. Ekstermitas: Pada inspeksi sendi terlihat bengkak dan merah, ada
gerakan yang tidak disadari, pada palpasi teraba hangat dan terjadi
kelemahan otot. Terdapat edema, kelembaban udara.
Data fokus pengkajian
a. Regurgitasi Mitral
1) Palpitasi jantung (berdebar)
2) Nafas pendek
3) Batuk akibat kongesti paru pasif kronis
4) Denyut nadi mungkin kadang tidak teratur akibat ekstra systole/
fibrilasi atrium yang bias menutup selamaya
5) Pada pemeriksaan auskultasi : bising sepanjang fase systole
6) Pada pemeriksaan elektrokardiogram ; pembesaran atrium kiri,
irama sinus normal, fibrilasi atrium hipertropi atrium kiri
7) Pada pemeriksaan radiogram dada : pembesaran atrium kiri,
pembesaran vertikal kiri, kongesti vaskuler paru-paru dalam
berbagai derajat.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraksi
otot jantung, preload dan after load.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
perfusi ventilasi sekunder terhadap backward failure hipertropi left
atrium, ventrikel kiri.
3. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis
4. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
7. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan
neuromuskuler.
2.2.3 Rencana Keperawatan
Tujuan yang diharapkan :
1. Curah jantung adekuat sesuai kebutuhan pasien
2. Komplikasi dapat dicegah atau diatasi
3. Pasien mengerti tentang proses/ prognosis/ pengobatan penyakit
katup jantung
Perencanaan sesuai standar SDKI
1. Berikan posisi semifowler
2. Berikan lingkungan aman dan nyaman
3. Berikan Oksigen sesuai indikasi
4. Monitor tanda-tanda vital
5. Berikan obat-obatan sesuai indikasi
6. Jelaskan tujuan, efek obat, efek samping dari obat-obatan yang
diberikan
7. Monitor pengeluaran urin, catat jumlah, konsentrasi, warna
8. Ukur keseimbangan cairan masuk dan keluar dalam 24 jam
9. Berikan cairan sesuai kebutuhan
10. Auskultasi paru : adanya suara nafas tambahan
11. Auskultasi pulsasi apeks, nilai denyut jantung, irama
12. Monitor dan catat suara jantung
13. Monitor pulsasi perifer
14. Monitor JVP
15. Monitor ukuran lingkar perut (ascites)
16. Monitor warna kulit, kelembaban, cyanosis dan temperatur
17. Monitor EKG : aritmia
18. Berikan bantuan dalam pemenuhan kebutuhan sehari hari
19. Berikan makanan sedikit tapi sering
20. Kolaborasi dengan ahli gizi
21. Monitr nilai laboratorium
22. Anjurkan pasien untuk menghindari aktivitas berlebihan
Evaluasi
1. Proses dan hasil
2. Proses: setiap tindakan lakukan evaluasi langsung
3. Hasil : tujuan yang diharapkan
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Asuhan Keperawatan
3.1.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. T
Tanggal lahir : 12 November 1957
Alamat : Banjar, Banjarmasin Kalimantan Timur
Agama : Islam
Suku : Banjar
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal MRS : 26 Juni 2022
Tanggal Pengkajian : 03 Agustus 2022
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri (score : 6 )
P : Penyebab : Saat berjalan lebih dari 500 meter dan Beraktivitas
Q : Quality : Nyeri tumpul (Thypical Chest Pain)
R : Region/Radiasi : Di dada sebelah kiri, tidak menyebar
S : Skala Seviritas : Numerik Rating Scale (NRS) Score (6)/Sedang
T : Timing : Saat beraktivitas dan berolahraga terasa nyeri jika
sudah lama, nyeri di rasakan secara bertahap, muncul
durasi 3-4 x saat aktivitas
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit tekanan darah tinggi, TD:
154/ 76 mmHg, tetapi tidak minum obat. Pasien pernah berobat dan
didiagnosa penyakit jantung (lupa diagnosa) dan pasien tidak kontrol.
Sekitar 2 tahun yang lalu pasien pernah merasakan nyeri dada, tetapi
diabaikan. Beberapa bulan terakhir pasien mengeluh nyeri dada dirasakan
berulang saat beraktivitas maupun istirahat. Lalu pasien berobat di Rumah
Sakit Ciputra Banjarmasin, dilakukan pemeriksaan echocardiography dan
corangiography dengan hasil 3 VD dan MR Mild. Kemudian pasien
dirujuk ke JHC untuk dilakukan pemeriksaan atau tindakan lanjutan.
4. Faktor Risiko
Pasien memiliki riwayat merokok dan baru berhenti merokok sejak 2 bulan
yang lalu. Pasien suka makan-makanan yang berminyak dan bersantan.
Pasien jarang berolahraga. Keluarga tidak memiliki riwayat penyakit
jantung. Pasien Mengatakan tidak rutin minum obat anti hipertensi. Pasien
bekerja di perusahaan unit kerja perkantoran.
5. Perilaku yang mempengaruhi kesehatan
Perilaku sebelum sakit yang mempengaruhi kesehatan: Pasien tidak pernah
minum alkohol, namun semenjak SMA pasien mulai merokok. Di rumah
pasien jarang berolahraga.
6. Pola aktivitas latihan
Kemampuan dalam perawatan diri, pasien mandiri. Pasien tidak
menggunakan alat bantu. Pasien mengatakan saat aktivitas berdiri terlalu
lama cepat Lelah dan nyeri dada kadang-kadang.
7. Pola Nutrisi dan Metabolik di RS
Pasien mengatakan diet rendah garam dan rendah kolesterol.
Pasien makan sehari 3x.
Nafsu makan : normal
Berat badan stabil : 60 kg
Kesukaran menelan : tidak ada
Gigipalsu : tidak ada
Gigiompong : Bagian bawah ada 2
Jumlah cairan/minum : 1 liter /hari
8. Pola eliminasi
Kebiasaandefekasi (BAB): 1 kali/hari
Pola BABsaatini: dalambatas normal
Kebiaasan BAK : 4-5 x/Hari Jumlah 800 cc/hari
Warna Urin : kuning muda, Alat bantu kateter
9. Pola istirahat tidur di RS
Kebiasaan tidur pasien 6 -7 jam/malam hari, tidak pernah tidur siang
Nyenyak tidur : Ya
Masalah tidur: Tidak ada
10. Pola hubungan peran
Peran saat ini yang dijalankan :Sebagai ayah
Penampilan peran sehubungan dengan sakit :Digantikan dengan anak
kandungnya
Sistempendukung : Istri dan anaknya
Interaksi denganorang lain : Baik
Menutup diri : Tidak
Mengisolasi diri/diisolasioranglain : Tidak
11. Pola Keyakinan
Agamayang dianut :Katolik
Pantanganagama : Tidak ada
Nilai/keyakinan terhadap penyakit :Pasien yakin akan sembuh dengan
berobat
Distres Spiritual : Tidak ada
12. Pemeriksaan Fisik
a. Kesan Umum / Keadaan Umum : cukup
b. Tanda-tanda Vital
Suhu Tubuh : 36,2 0
C Nadi: 67x/mnt,
Tekanan darah: 154/76 mmHgRespirasi: 20 x/mnt
Tinggi badan: 166 cm Berat Badan : 60 kg
Pengkajian nyeri
P: nyeri saat aktivitas ringan dan kadang muncul saat istirahat
Q: panas, terasa seperti tertimpa benda berat
R : dada, menjalar ke lengan kiri dan tembus sampai ke punggung
S : skala 6 (NRS)
T : 2 bulan yang lalu mulai nyeri, lambat laun nyeri berulang semakin
sering saat aktivitas dan istirahat
c. Pemeriksaan Kepala dan Leher :
1) Kepala dan rambut
a) Bentuk Kepala : Bulat
b) Rambut : Beruban,
Penyebaran dan keadaan rambut : tidak merata
Warna : putih dan hitam
c) Warna kulit : sawo matang
2) Mata
a) Kesimetrisan :
Simetris
b) Kelopak Mata ( Palpebra ) :
Tidak ada kelainan
c) Konjunctiva dan sclera :
Konjungtiva merah muda, ptechie (-), sclera ikterik (-),
d) Pupil :
Pupil isochor, 3mm/3mm, reflek cahaya (+/ +)
e) Kornea dan Iris :
Garis melingkar abu-abu pada kornea (-), iris normal
f) Ketajaman Penglihatan / Visus : *)
Tidak ada kelainan
g) Tekanan Bola Mata : *)
Normal
h) Eksopthalmus (-), gerakan bola mata simetris normal,
strabismus (-)
3) Hidung
Normal, pernafasancupinghidung (-)
4) Telinga
a) Bentuk Telinga : normal, simetris
b) Ukuran Telinga : normal
c) Lubang Telinga : normal
5) Mulut dan Faring :
Keadaan bibir normal dan lembab, gusi dan gigi normal, tidak ada
perdarahan, tidak ada caries. Keadaan lidah normal dan bersih.
6) Leher :
a) Posisi Trakhea : simetris
b) Tiroid : normal
c) Suara : normal
d) Kelenjar Lymphe : tidak ada pembesaran
e) Jugularis Vena Pressure : 6 cm H2O
f) Denyut Nadi Coratis : teraba kuat, suara bruit (-)
g) Trachea : Tanda oliver (-), deviasi trakea (-)
d. Pemeriksaan Integumen ( Kulit ) :
1) Kebersihan : Bersih
2) Kehangatan : Hangat
3) Warna : kuning langsat
4) Turgor : elastis, < 2 detik
5) Tekstur : halus
6) Kelembapan : lembab
e. Pemeriksaan Payudara dan Ketiak :
Bentuk normal, tidak ada benjolan pada payudara dan ketiak, tidak
ada nyeri.
f. Pemeriksaan Thorak / Dada :
1) Inspeksi Thorak
Bentuk Thorak : bentuk normal/ simetris, tidak ada kelainan, dada
cekung (-), dada cembung (-)
a) Pernafasan
Irama : teratur
b) Tanda-tanda kesulitan bernafas : Tidak ada, tidak ada retraksi
intercostae
2) Pemeriksaan Paru
a) Palpasi getaran suara ( vokal Fremitus ) kanan kiri normal
b) Perkusi : sonor (+/+)
c) Auskultasi
Suara nafas : vesikuler (+/+), Suara Ucapan : normal
Suara nafas tambahan : wheezing (-/-), rhonki (-/-), rales
(-/-)
3) Pemeriksaan Jantung
a) Inspeksi : bentuk dada normal
b) Palpasi : teraba ictus cordis di bagian sela iga 5 (kiri)
c) Perkusi :
Batas-batas Jantung :
Sebelahkanan : pekak di parasternal kanan
Sebelahkiri : pekak di mid clavicula ICS 5
Sebelah atas : pekak di ICS parasternal kanan dan kiri
Sebelahbawah:pekak di ICS 5 midcalvicula sinistra
d) Aukultasi
Bunyi Jantung I : normal, terdengar tunggal
Bunyi Jantung II : normal, terdengar tunggal
Bising/murmur : murmur sistolik di ICS 5 midclavicula
sinistra
Frekuensi Denyut Jantung : 75x/ mnt
4). Pemeriksaan Abdomen
a) Inspeksi
Bentuk Abdomen : normal, simetris
Benjolan/massa : tidak tampak benjolan
b) Auskultasi
Peristaltik Usus : bising usus 12x /mnt
c) Palpasi
Tanda nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan
Benjolan /massa : tidak ada
Turgor kulit : normal
Tanda-tanda Ascites : tidak ada
Hepar : nyeri tekan (-), hepatomegali (-)
Lien : nyeri tekan (-), splenomegali (-)
d) Perkusi
Suara Abdomen : timpani
Pemeriksaan Ascites : tidak ada
5) Pemeriksaan Kelamin dan Daerah Sekitarnya
Genetalia
Kebersihan baik, tidak mengalami kelainan pada alat kelamin
dan anus.
6) Pemeriksaan Muskuloskeletal ( Ekstrimitas)
a) Kesimestrisan otot : simetris
b) Oedema: tidak ada, baik ekstremitas bawah maupun atas
c) Kekuatan otot : normal 5 5
5 5
a) Kelainan pada ekstrimitas dan kuku : clubbing finger (-),
7) Pemeriksaan Neorologi
a) Tingkat kesadaran ( secara kwantitatif )/ GCS :
Compos mentis, GCS 4 5 6
b) Tanda-tanda rangsangan Otak ( Meningeal Sign ) :Tidak ada
c) Fungsi Motorik :Tidak ada kelainan
d) Fungsi Sensorik :Tidak ada kelainan
e) Refleks :
a) Refleks Fisiologis : reflek patela (+)
b) Refleks Patologis : reflek babinski (-)
8) Pemeriksaan Status Mental
a) Kondisi emosi/Perasaan : pasien selalu mempertanyakan
kondisi kesehatannya.
b) Orientasi : pasien sadar baik
c) Proses berfikir ( ingatan, atensi, keputusan, perhitungan )
:baik
d) Persepsi : persepsi pasien baik
e) Bahasa : pasien berbicara dengan bahasa indonesia dengan
baik
3.1.7 Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang Medis
1. Laboratorium :
Hematologi rutin
Hb
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
PCV
15,7
51.2
7770
153.000
93
13-16 g/dL
40-48%
5000-10000 uL
150.000-400.000 uL
80-95 fL
Protrombin Time 10.0 9,8 – 12,6 detik
INR 10.08
APTT 35,1 31.0 – 47.0 detik
Glukosa sewaktu 98 < 140 mg/dL
Ureum 23 13 – 43
Creatinin 1.07 0.6- 1.2 mg/dL
HbSAg Negatif Negatif
Anti HCV Negatif Negatif
Anti HIV Negatif Negatif
SGOT 31 < 50 u/L
SGPT 18 < 50 u/L
Albumin 5,29 3.4- 4.8
Gol darah O rhesus +
2. Rontgen :
Hasil thorak foto : Cor: CTR > 50%, apek bergeser ke latero
kaudal. Elongasi dan kalsifikasi arkus aorta. Kedua hilus tidak
melebar. Sinus costofrenicus masih lancip
Kesimpulan cardiomegali dengan elongasi dan atherosklerotik
arkus aorta. Tidak tampak gambaran kongesti pulmonal.
3. EKG
Hasil EKG :
a. Irama : Sinus Arytmia
b. Heart rate : 83 x/menit
c. Gel P : Normal (0,12 detik) di ikuti Komplek QRS
d. PR Interval : Normal (0,20 Detik)
e. Komp. QRS : Normal (0,12) Sempit
f. Hypertropi : Tidak Ada
g. ST Elevasi : Tidak Ada
h. ST Depresi : Lead I, AVL, V5 (Lateral)
i. Tanda2 Lain : Terdapat VES di lead I, II, AVL, AVF
j. Kesimpulan : Sinus Arytmia dengan ST depresi lateral
4. Echocardiography :
a. Deskripsi
Dimensi ruang jantung dalam batas normal
LVH (-)
Hipokinetik di segmen anterior setinggi basal s.d mid,
segmen lain normokinetik
Fungsi sistolik LV baik dengan LVEF 67% (Teicholz)
Fungsi diastolik LV menurun dengan E/A 2.2
Fungsi sistolik RV baik
Katup-katup jantung :
Mitral valve : Mild MR, MS (-)
Trikuspid Valve : TR (-), TS (-)
Aortic Valve : AR (-), AS (-)
Pulmonal Valve : PR (-), PS (-), PH (-)
Vegetasi (-), LV SEC (-), trombus (-)
Pericardial effusion (-), Pleural effusion (-)
Kesimpulan : IHD, Disfungsi Diastolik Grade II
Mild MR
5. Corangiography ( 27Juli 2022)
Left Main Stem (LMS) : Stenosis 50% di distal
(calcified)
Left Anterior Desendent (LAD) : Stenosis 50-90% di ostel-
proksimal (calcified)
Left Circumflex (LCx) : Stenosis 60% di proksimal
Right Coronary Artery (RCA) : Diffuse disease proksimal-
distal, maks stenosis 90%
Kesimpulan : LMS / 3 Vessel Disease
6. Lain – lain : -
3.1.8 Terapi
1. Provital 2 x 1 tablet
2. Cedocard 5 mg S.L kalau perlu
3. Atorvastatin 1x20 mg
4. Microlac 1 tube
5. Chest fisioterapi
6. Latihan spironometri
7. Hasil konferen kardiac :
Pro operasi CABG , LIMA ---- LAD , SVG ---- OM , SVG --
--- RCA Distal
Tanggal operasi 4/ 11/ 2021
Asisten Operasi dr. Gusti Reza Sp. BTKV
Kebutuhan darah: PRC 450 cc, FFP 1 unit
3.2 Diagnosa Keperawatan
3.2.1 Analisa Data
Data Penunjang Analisa Masalah
DS : Pasien mengatakan nyeri dada
berulang
DO :
P: nyeri saat aktivitas ringan dan kadang
muncul saat istirahat
Q: panas, terasa seperti tertimpa benda
berat
R : dada, menjalar ke lengan kiri dan
tembus sampai ke punggung
S : skala 6 (NRS)
T : 2 bulan yang lalu mulai nyeri, lambat
laun nyeri berulang semakin sering saat
aktivitas dan istirahat
HR : 67 x/mnt
Gelisah (-)
Tampak meringis (+)
Gangguan rasa
nyaman
Gejala penyakit
DS : Pasien mengatakan akhir-akhir
mudah lelah saat berdiri dan berjalan >
dari 500 Meter
DO :
Sesak (-), RR : 20x/mnt
Risiko
penurunan curah
jantung
Perubahan
kontraktilitas
Perubahan afterload
Batuk (-)
Palpitasi (-), EKG : OMI anterior dan
inferior
TD : 154/ 76 mmHg
Nadi : 67 x/mnt, nadi perifer teraba
kuat
MAP : 102 mmHg
Murmur sistolik (+)
Akral hangat, kulit pucat (-)
Edema (-)
Distensi vena jugularis (-)
JVP 6 cmH2O
CRT <3 dtk
EF : 61%
Echo: IHD (Ischemic Heart Disease),
Mild MR
Hipokinetik anterior
Thorak Foto : Cardiomegali , CTR
>50%
Corangiography: LMS / 3 VD
(calcified vessel)
Kesadaran compos mentis
Hasil lab:
Hb: 15,7 g/dL
Ht: 51,2
Kadar gula darah: 98
Kalium : 4,59
Natrium :141,2
SpO2 : 98 %
JVP : 6 cmH2O
DS: Pasien mengatakan belum paham
sepenuhnya tentang penyakitnya
DO:
TD: 154/ 76 mmHg
Nadi 67 x/mnt
Hasil EKG: OMI anteroseptal dan
inferior
Hasil Corangiography: LMS/ 3 VD
(calcified vessel)
Hasil Thorax foto : Cardiomegaly
Hasil Echo : IHD, Mitral regurgitasi
Mild
Kesiapan
peningkatan
manajemen
kesehatan
3.2 Diagnosa Keperawatan
Nama Pasien : Tn T
Umur : 64 tahun
No. Reg. : 05.09.03
1. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas.
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit d.d pasien sering
bertanya tentang penyakitnya, tampak gelisah
3. Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan ditandai dengan pasien belum
paham penuh tentang penyakitnya, hasil Echo: Mitral Regurgitasi, Thorak Foto:
Cardiomegali, EKG: Sinus Arytmia dengan ST depresi lateral
No Hari/Tgl Diagnosa Kep Tujuan Dan Kriteria Hasil Rencana Keperawatan Rasional
1 Rabu,
03-08-
2022
Risiko
penurunan
curah jantung
Setelah dilakukan Tindakan
keperawatan selama 6 jam
curah jantung pasien adekuat
KH:
1. Komplikasi dapat dicegah/
diatasi
2. RR 12-20 x/mnt
3. Suara nafas
4. Aktifitas mencapai batas
normal
5. Kekuatan nadi perifer
meningkat
6. EF tidak mengalami
penurunan
7. Palpitasi tidak terjadi
8. Bradikardi tidak terjadi
9. Tachicardy tidakterjadi
10. Suara jantung BJ 1 dan 2
tunggal
11. EKG tidak ada gambaran
aritmia / sinus rhytm
12. Pasien tidak pucat
13. Tensi :membaik
14. Nadi 60-100 x/mnt
15. Nyeri dada berkurang
16. Tekanan nadi kuat
17. SpO2 >95%
18. CRT < 3dtk
19. Balance cairan seimbang
20. Pasien mengerti tentang
proses/ prognosis/
pengobatan penyakit
jantung
Observasi
1. Identifikasi tanda atau gejala primer
penurunan curah jantung (meliputi dispnue,
kelelahan, edema, ortopnue, paroxymal nocturnal
dyspnue, peningkatam CVP)
2. Identifikasi tanda atau gejala skunder
penurunan curah jantung (meliputi peningkatan
berat badan, hepatomegali, distensi vena jugularis,
palpitasi, ronki basah, oliguria, batuk,kulit pucat)
3. Monitor tekanan darah
4. Monitor intake dan output cairan
5. Monitor Saturasi oksigen
Terapeutik
6. Posisikan pasien semi fowler atau fowler
dengan kaki kebawah atau posisi nyaman
7. Berikan diet jantung yang sesuai
8. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi
stres jika perlu
9. Berikan dukungan emosional dan spiritual
10. Berikan oksigen untuk mempertahankan
Saturasi oksigen >94% jika perlu
Edukasi
11. Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
12. Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
13. Ajarkan pasien dan keluarga untuk
mengukur intake dan output cairan harian
Kolaborasi
14. Rujuk ke program rehabilitasi jantung jika
perlu
15. Berikan vitamin jika perlu
16. Operasi CABG 3VD
1. Untuk mengetahui apakah
ada Tanda-tanda gejala
primer penurunan curah
jantung
2. Untuk mengetahui tanda dan
gejala skunder penurunan
curah jantung
3. Memantau perubahan
tekanan darah
4. Mengetahui berapa banyak
cairan yang masuk dan
keluar
5. Kebutuhan oksigen
terpenuhi
6. Agar Pernapasan dan
kenyamanan pasien dapat
dipertahankan
7. Menjaga asupan nutrisi yang
tepat bagi pasien
8. Mengalihkan perhatian
pasien dari hal yang
membuat dia stress
9. Pasien dapat bersemangat
dan selalu berpikiran positif
10. Agar kebutuhan oksigen
pasien terpenuhi
11. Membatasi kinerja yang
dapat memperberat kondisi
12. Melatih kemampuan secara
bertahap
13. Mengetahui jumlah cairan
yang masuk dan keluar
secara mandiri
No Hari/Tgl Diagnosa
Kep
Tujuan Dan Kriteria Hasil Rencana Keperawatan Rasional
2 Rabu,
03-08-
2022
Gangguan rasa
nyaman
Setelah dilakukan Tindakan
keperawatan selama 12 jam, nyeri
pasien berkurang
KH:
Nyeri berkurang dengan skala < 3
(NRS)
Meringis (-)
Gelisah (-)
Sulit tidur (-)
1 Observasi
a. Identifikasilokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri
b. Identifikasi skala nyeri
c. Identifikasi respon nyeri non verbal
d. Monitor efek samping obat
2. Terapeutik nursing
a. Berikan teknik non farmakologi (nafas dalam)
b. Kontrol lingkungan (suhu, pencahayaan, bising )
3. Edukasi :
a. Penyebab, periode dan pemicu
b. Penggunaan analgetik secara tepat
c. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi :
Pemberian analgetik, jika perlu
1. Pemantauan diperlukan untuk menunjang keberhasilan
a. Sumber nyeri dapat diidentifikasi
b. Tingkat nyeri pasien dapat diketahui (ringan,
sedang dan berat)
c. Penilaian perubahan status nyeri secara obyektif
d. Meminimalisir efek negatif dari pemakaian
analgetik
2. Terapi keperawatan
a. Alternatif terapi selain pemakaian analgetic
b. Kenyamanan pasien dapat terpenuhi
3. Pendidikan kesehatan
a. Pasien memahami penyebab, periode dan
pemicu timbulnya nyeri
b. Penggunaan obat sesuai dengan dosis yang telah
ditentukan dokter
c. Secara mandiri pasien dapat menerapkan teknik
nonfarmakologi dengan benar
4. Menurunkan tingkat nyeri pasien
14. Untuk membantu pemulihan
secara lebih maksimal
15. Vitamin membantu
pemulihan
16. Meningkatkan
Vaskulerisasi koroner
No Hari/Tgl Diagnosa Kep Tujuan Dan Kriteria Hasil Rencana Keperawatan Rasional
3 Rabu,
03-08-
2022
Kesiapan peningkatan
manajemen kesehatan
Setelah dilakukan Tindakan
keperawatan selama 1x 24 jam
pasien mampu mengatur dan
mengintegrasikan penanganan
masalah Kesehatan dalam
kehidupan sehari-hari
KH:
1. Melakukan Tindakan untuk
mengurangi factor risiko
meningkat
2. Menerapkan program
perawatan
3. Aktivitas hidup efektif
memenuhi tujuan
kesehatan
4. Verbalisasi kesulitan dalam
menjalani program
perawatan berkurang
Edukasi program terapi
1. Observasi
a. Identifikasi kesiapan menerima informasi
b. Identifikasi pengetahuan pengobatan yang
direkomendasikan
2. Nursing Terapiutik
a. Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai
kesepakatan
b. Berikan dukungan untuk menjalani program
pengobatan yang baik dan benar
c. Berikan kesempatan untuk bertanya
d. Libatkan keluarga untuk
memberikan dukungan pada pasien
selama pengobatan/ perawatan
3. Edukasi
a. Jelaskan penyebab dan faktor risiko penyakit
b. Jelaskan proses patofisiologi munculnya
penyakit
c. Jelaskan tanda dan gejala yang ditimbulkan
oleh penyakit
d. Jelaskan kemungkinan terjadinya komplikasi
e. Ajarkan cara mengatasi gejala yang dirasakan
dan cara meminimalkan efek samping dari
intervensi/ pengobatan
f. Informasikan kondisi pasien saat ini
g. Anjurkan melapor jika tanda dan gejala
memberat.
Edukasi program terapi
Pemantauan
a. Melihat kesiapan pasien dalam menerima
informasi
b. Pasien mengetahui program terapi
yang telah diberikan.
Nursing terapeutik
Informasi yang diberikan lebih optimal
c. Support sistem yang baik, program terapi
berjalan dengan baik
d. Memberi kesempatan pasien mengeksplorasi
sejauh mana pemahaman pasien tentang
informasi
e. Dukungan keluarga penting untuk pengobatan
dan perawatan pasien
Pendidikan kesehatan
a. Pemahaman pasien akan kondisi penyakit
meningkat
b. Pemahaman pasien terhadap proses penyakit
meningkat
c. Optimalisasi program pengobatan dapat
terealisasi
d. Pasien dapat secara mandiri memahami gejala
yang muncul dan meminimalkan efek samping
intervensi
e. Informasi kondisi actual meningkatkan kepuasan
pasien
f. Deteksi dini terhada pmasalah dan segera
dilakukan tindakan
3.4 Implementasi
Tanggal
Jam
Dx.
Keperawatan
Implementasi Paraf
Nama
3-8-2022,
10.30 WIB
Resiko
penurunan
curah jantung
Observasi
1. Mengidentifikasi tanda atau gejala primer
penurunan curah jantung (meliputi dispnue,
kelelahan, edema, ortopnue, paroxymal nocturnal
dyspnue, peningkatam CVP)
Hasil :
Pasien tampak lelah, sesak (-), RR: 20 x/mnt,
edema (-), peningkatan CVP (-)
2. Mengidentifikasi tanda atau gejala sekunder
penurunan curah jantung (meliputi peningkatan
berat badan, hepatomegali, distensi vena jugularis,
palpitasi, ronki basah, oliguria, batuk,kulit pucat)
Hasil :
BB = 60 kg, hepatomegaly (-), distensi vena
jugularis (-), palpitasi (-), ronkhi basah (-), batuk
(-),
3. Memonitor tekanan darah
Hasil :
TD : 150/70 mmHg
4. Memonitor intake dan output cairan
Hasil :
Intake : 400 cc
Output : 300 cc, warna kuning
5. Memonitor Saturasi oksigen
Hasil :
Saturasi oksigen : 96 %
Terapeutik
6. Memposisikan pasien semi fowler atau fowler
dengan kaki kebawah atau posisi nyaman
Hasil :
Posisi semi fowler: 45 derajat
7. Memberikan diet jantung yang sesuai
Hasil :
Diet rendah garam
8. Memberikanterapirelaksasiuntukmengurangistres
Hasil :
Pasien terlihat tenang
9. Memberikan dukungan emosional dan spiritual
Hasil :
Pasien mengatakan siap untuk menjalani operasi,
pasien tampak tenang
Disi nama
Edukasi
10. Menganjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi
Hasil :
Setiap ke kamar mandi pasien melapor ke
petugas, pasien dilarang mengejan saat BAB
11. Menganjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
Hasil :
Melakukan kegiatan dengan bantuan Perawat
12. Mengajarkan pasien dan keluarga untuk mengukur
intake dan output cairan harian
Hasil :
Pasien dan keluarga dapat melakukan pengukuran
secara mandiri
Kolaborasi
13. Merujuk ke program rehabilitasi jantung jika perlu
Hasil :
Pasien akan mengikuti program rehabilitasi
jantung setelah tindakan operasi CABG
14. Memberikan vitamin provital 1 tablet
Hasil
Pasien merasa lebih bugar
15. Berkolaborasi dalam rencana tindakan operasi
CABG
Hasil
Pasien setuju dilakukan operasi dan memahami
manfaat operasi
3-8-2022
Jam 10.30WIB
Gangguan rasa
nyaman
Observasi
1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitasnyeri
Hasil :
P: nyeri saataktivitas ringan dan kadang muncul
saat istirahat
Q: panas, terasa seperti tertimpa benda berat
R : dada
S : 6
T :berulang saat aktivitas dan istirahat
2. Mengidentifikasi skala nyeri
Hasil :
Skala Nyeri : 6
3. Mengidentifikasi respon nyeri non verbal
Hasil :
Gelisah berkurang, wajah rileks
4. Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
Hasil :
Jika beraktivitas dan istirahat
Terapeutik
5. Memberikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Hasil :
Teknik relaksasi nafas dalam
6. Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri
Hasil :
Batasikunjungan dan privasi
7. Memfasilitasi istirahat dan tidur
Hasil :
Pasien dapat beristirahat
Edukasi
8. Menjelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
Hasil :
Pasien mengerti penyebab, periode dan pemicu nyeri
9. Menjelaskan strategi meredakan nyeri
Hasil :
Pasien mengerti cara meredakan nyeri
10.Menganjurkan memonitor nyari secara mandiri
Hasil :
Pasien dapat memonitor nyerinya secara mandiri
11.Mengajarkan teknik non Farmakologi untuk
mengurangi
Hasil :
Pasiendapat melakukan teknik relaksasi nafas dalam
Kolaborasi
12. Berkolaborasi pemberian analgetik jika perlu
Hasil :
Paracetamol 500 mg (tablet) jika perlu
3-8-2022
Jam 12.30 WIB
Kesiapan
peningkatan
manajemen
kesehatan
Observasi
1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi
Hasil :
Pasien dan keluarga koperatif
2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat
meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku
hidup sehat
Hasil :
Pasien dan keluarga koperatif
Terapeutik
3.Menyediakan materi dan media pendidikan
kesehatan
Hasil :
Pasien dan keluarga koperatif
4.Memberikan kesempatan untukbertanya
Hasil :
Pasien dan keluarga koperatif
Edukasi
5.Menjelaskan proses penyakit, prognosis dan faktor
resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan dan
terapi pengobatan
Hasil :
Pasien dan keluarga kooperatif dan memahami apa
yang disampaikan perawat
6.Mengajarkan perilaku hidup sehat
Hasil :
Pasien dan keluarga koperatif
7.Mengajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup sehat
Hasil :
Pasien dan keluarga koperatif
3.5 Evaluasi (Catatan perkembangan)
No Dx.Kep Tanggal Evaluasi Paraf Nama
1 3/08/2022
15.00 WIB
S : Pasien mengatakan rasa lelah berkurang
O :
1. Kesadaran compos mentis
2. TD : 142/ 76 mmHg
3. Nadi :75 x/mnt, nadi kuat
4. Akral hangat
5. CRT < 2dtk
6. EF : 61%
7. Gambaran EKG : OMI antero septal, inferior
8. Edema (-)
9. Distensi vena jugularis (-)
10. PND (-)
11. Batuk (-)
12. Murmur sistolik (+)
13. Echo: Ischemia Heart Disease (IHD), Mild MR
14. Hipokinetik anterior
15. Thorak Foto :Cardiomegali , CTR >50%
16. Cor angiography: LMS / 3 VD (calcified vessel)
A : Intake output
Masalah teratasi sebagian
P :
Intervensi di lanjutkan
2 3/08/2022
15.00 WIB
S :Pasien mengatakan nyeri dada berkurang
O :
P :masih ada sedikit tidak nyaman di dada saat makan, miring
kanan dan miring kiri
Q: rasa panas berkurang
R : dada
S : skala2
T : hilang timbul
HR : 75 x/mnt
Gelisah (-)
Tampak meringis (-)
A :Masalah teratasi sebagian
P :Intervensi di lanjutkan
3 3/08/2022
15.00 WIB
S : Pasien mengatakan memahami apa yang sudah disarankan
perawat dan bersungguh sungguh ingin menjalani prosedur
terapi secara benar
O:
Pasien tampak tenang
Pasien bisa menjawab 70% pertanyaan
A : Masalah teratasi sebagian
P :Intervensi di lanjutkan
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus kelompok disini pasien mengalami coronary artery disease (CAD) atau
terjadi infark miokard. Pasien atas nama Tn. T dengan usia 64 tahun di diagnosa MR
Mild. Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri dada berulang. Hasil
Echocardiografi didapatkan MR Mild. Pemeriksaan penunjang thorak foto
menunjukkan CTR > 50%, Cardiomegali. Sedangkan dari hasil PCI menyimpulkan
adanya 3 vessel disease, yaitu Left Main Stem (LMS), terdapat stenosis 50% di distal
(calcified), Left Anterior Desendent (LAD) terdapat stenosis 50-90% di ostel-proksimal
(calcified), Left Circumflex (LCx) terdapat stenosis 60% di proksimal, Right
coronary Artery (RCA) terdapat diffuse disease proksimal-distal, maks stenosis 90%.
Coronary artery disease menyebabkan komplikasi mekanik yang dapat berujung pada
kelainan-kelainan atau disfungsi katup jantung. Dalam hal ini regurgitasi katup jantung
(MS Thaler, 2013). Angka kejadian tersering adalah regurgitasi katup mitral.Adanya
Infark miokard berakibat ruptur muskulus papilaris dan corda tendinaedan dapat
diakibatkan karena terjadi dilatasi pada annulus sehingga menyebabkan regurgitasi
katup mitral.
Regurgitasi mitral iskemi merupakan komplikasi yang sering terjadi pada remodelling
patologis global atau regional ventrikel kiri akibat penyakit jantung koroner kronis.
Mitral regurgitasi iskemia bersifat dinamis, keparahannya dapat bervariasi sesuai
dengan kondisi hemodinamik. Baik tingkat keparahan regurgitasi mitral iskemi dan
komponen dinamisnya memperburuk prognosis (Pierard, A, etc. 2010).
Kasus kelolaan kelompok berjenis kelamin laki-laki. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Susilo pada tahun 2015 di RSD dr Soebandi Jember,
yang menunjukkan bahwa penderita infark miokard dengan jenis kelamin laki-laki
sebanyak (16 orang) dan perempuan sebanyak (4 orang).Hal ini disebabkan oleh karena
laki-laki mempunyai faktor resiko lebih besar dibandingkan perempuan. Sesuai dengan
teori mengenai jenis kelamin, faktor risiko pada laki-laki lebih tinggi dari perempuan,
terutama pada perempuan sebelum menopause. Hal ini dipengaruhi oleh adanya
estrogen yang bersifat protective pada perempuan namun setelah menopause
insidenspenyakit jantung koroner meningkat dengan cepat dan sebanding dengan
insidens pada laki-laki. Menurut cleveland clinic, 2021 bahwa estrogen sangat berperan
dalam setiap jaringan dan organ setiap wanita termasuk jantung dan pembuluh darah
dengan manfaat meningkatkan HDL, menurunkan LDL dan mempengaruhi sistem
kardiovaskuler.
Hasil penelitian yang dilaporkan oleh American Heart Association pada tahun 1994
mengenai hubungan antara jenis kelamin dan umur sebagai faktor resiko penyakit
kardiovaskuler yang dikaitkan dengan penyakit jantung koroner diungkapkan bahwa
pada kedua kelompok jenis kelamin, peningkatan risiko penyakit jantung koroner makin
bertambah seiring pertambahan usia seseorang.
Hasil penelitian Mawarni, dkk (2015) yang berjudul gambaran kelainan katup jantung
pada pasien infark miokard di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 1 Januari
2015-31 Desember 2015 didapatkan 20 kasus (90,9%) NSTEMI dan 2 kasus (9,1%)
STEMI. Lokasi infark terbanyak yaitu inferior sebanyak 10 kasus (45,5%), didapati
kelainan katup terbanyak yaitu kombinasi sebanyak 16 kasus (72,7%), dengan derajat
terbanyak yaitu MR mild 5 kasus (55,6%), PR mild 5 kasus (55,6%) dan TR mild
sebanyak 3 kasus (33,3%) pada pasien NSTEMI, yang didominasi oleh pasien laki-laki
(54,5%), usia 56 – 66 tahun (40,9%), yang memiliki 4 faktor resiko mayor (59,1%).
Berdasarkan hasil penelitian oleh Grasso ditemukan 13-45 % kasus infark miokard
inferior mengalami MR dengan derajat mild.
Sedangkan berdasar klasifikasi ACC/AHA 2020 Kasus kelolaan kelompok tergolong
pada MR sekunder kronis, daun katup biasanya normal dan sedikit melebar. Sebaliknya
MR dikaitkan dengan disfungsi LV berat yang disebabkan CAD (MR sekunder kronis
iskemik). LV yang abnormal dan melebar menyebabkan perpindahan otot papiler yang
pada gilirannya terjadi penarikan leaflet (daun katup) dengan pelebaran annular yang
mencegah koaptasi. MR sekunder juga dapat berkembang karena pelebaran atrium kiri
dan pembesaran annulus mitral yang sering terjadi AF dan kardiomyopati.
Berdasarkan kasus kelolaan kelompok terdapat kesesuaian dengan hasil penelitian
bahwa Mitral Regurgitasi dapat terjadi pada pasien CAD dikarenakan adanya infark
miokard yang menyebabkan ruptur muskulus papilaris dan corda tendinae dan dapat
diakibatkan karena dilatasi annulus.
Sesuai dengan kasus diatas kelompok mengangkat diagnosa risiko penurunan curah
jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas. Hal ini dapat dilihat dari hasil
pemeriksaan penunjang, didapatkan adanya cardiomegali pada thorax foto, hipokinetik
segmen anterior setinggi basala sampai mid, fungsi diastolik LV menurun. Pada
pemeriksaan EKG didapatkan hasil OMI anteroseptal dan inferior.
Penelitian di dalam European Journal of Cardiology, dikatakan bahwa infark inferior
menyebabkan kelainan katup kombinasi yaitu MR dan TR, dengan adanya ruptur
chordae tendinea menyebabkan regurgitasi katup mitral, akibatnya terjadi penurunan
COP (Cardiac Output) karena darah yang dipompa dari ventrikel menuju katup aorta
kembali ke atrium kiri, akibatnya jantung melakukan reaksi kompensasi untuk
meningkatkan kontraktilitas dari ventrikel kiri agar dapat memompa darah yang
mengandung O2 demi memenuhi kebutuhan otot jantung, namun tidak seimbang dengan
pasokan O2 akibat sumbatan parsial maupun total di arteri koroner kanan, dengan
demikian ventrikel kiri mengalami hipertrofi yang mengakibatkan peningkatan tekanan
di ventrikel dan atrium kiri.
Selain itu kelompok mengangkat diagnosa keperawatan tentang gangguan rasa nyaman
dan kesiapan peningkatan manajamen kesehatan. Gangguan rasa nyaman pada pasien
ini dipengaruhi faktor fisik berupa respon nyeri berulang karena ischemia miokard.
Kondisi tersebut tentunya mempengaruhi psikologis pasien terkait gejala penyakitnya.
Sesuai hasil pengkajian, pasien tampak kooperatif saat proses pelayanan keperawatan
dan merespon dengan baik sehingga kelompok mengangkat diagnosa kesiapan
peningkatan manajemen kesehatan yang bertujuan untuk pengelolaan masalah penyakit
secara optimal dan dapat menerapkan program perawatan dengan baik sehingga kualitas
hidup pasien tetap terjaga.
Tetapi untuk pasien kelolaan kelompokterkait mitral regurgitasi tidak dilakukan
intervensi operasi karena tergolong mitral regurgitasi yang ringan (MR Mild) dengan
didukung oleh
1. Secara klinis, kondisi MR pasien berpengaruh secara signifikan dibuktikan
dengan suara murmur sistolik terdengar minimal.
2. Hemodinamik pasien yang stabil ditandai dengan tekanan darah 154/76 mmHg,
MAP 102 mmHg, Pulse pressure 78 mmHg, CRT < 2 detik, Akral hangat.
3. Hasil Echo : Mitral Regurgitasi Mild, EF 61 %
Dari hasil cardiac conference diputuskan dilakukan Operasi CABG.Oleh karena itu
kelompok kami menekankan pada edukasi tentang proses penyakit, prognosa serta
program terapi dengan tujuan mempertahankan status kesehatan pasien, mengurangi
risiko komplikasi sehingga kualitas hidup pasien optimal.
Program edukasi kami berikan kepada pasien dan keluarga yang terdiri dari:
1. Menganjurkan pasien untuk melakukan aktivitas fisik sesuai yang
direkomendasikan.
2. Menjelaskan program terapi dan tindakan selama yang akan dilakukan terhadap
pasien
3. Menganjurkan pasien untuk berperilaku hidup sehat diantaranya berhenti
merokok, mengatur pola makan (membatasi garam, lemak dan gula), mengelola
stress, mematuhi program terapi yang diberikan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Bahwa penyakit Mitral insufiensi atau regurgitasi bisa disebabkan karena
komplikasi CAD yang menyebabkan rupture corda tendinae dan muskulus papilaris
dan bisa juga disebabkan karena dilatasi annulus sehingga menyebabkan regurgitasi
katup mitral. Mitral regurgitasi mild tidak perlu dilakukan operasi berupa repair
maupun replacement. Mitral regurgitasi pada pasien Kelola anter golong pada jenis
MR sekunder kronis iskemik yang disebabkan CAD. Hal ini mengakibatkan
ventrikel kiri abnormal dan melebar yang menyebabkan perpindahan otot papiler
yang pada gilirannya terjadi penarikan leaflet (daun katup) dengan pelebaran
annular yang mencegah koaptasi.
Pada pasien kelolaan kelompok, intervensi keperawatan ditekankan pada masalah
Pendidikan Kesehatan sehingga pengelolaan MR ini bisa optimal, tidak muncul
komplikasi komplikasi lainnya dan kualitas hidup pasien meningkat.
5.2 Saran
Sesuai dengan diskusi kelompok untuk saran kasus yang ditemukan diharapkan
untuk dapat ditindak lanjuti terkait dengan asuhan keperawatan pasien mitral
regurgitasi akibat CAD 3 vessel disease selama menjalani proses Tindakan operasi
CABG, asuhan keperawatan perioperative sampai dengan rehabilitas
PATHWAY KASUS
Ketidakstabi
lan
electricity
Gangguan
irama
jantung
Aterosklerosi
s
OMI inferior
&
anteroseptal
Kontraktilit
as menurun
Ruptur
corda
tendinae,
m.papilaris
Disfungsi
katup mitral
Stroke
vol
menurun
Risk
perfusi
miokard
tidak
efektif
Gangguan saat
menutup : Mitral
Regurgitasi
(MR)
Backward:
Gangguan di
LA
Forward:Ganggu
an di LV
Risiko
penurunan
curah jantung
Volume di
LA
meningkat
Tekanan di
LA
meningkat
Saat ejeksi/
sistolik
Darah kembali ke
LA
Tekanan
paru
meningkat
Kontraktilita
s
Pre
Load
Afterloa
d
Echo : MR mild, Hipokinetik segmen
anterior, fungsi diastolik LV menurun,
Corangiografi: LMS/3VD (calcified)
EKG : OMI anteroseptal dan inferior
Thorak Foto : Cardiomegali, CTR >
50%
Viskositas :
Hb: 15,7 g/dl, Ht
51,2 %,
GDS: 98mg/dl
Osmolaritas
K+
: 4,59, Na+
:
141,2, SpO2 : 98%
TD : 154/76
mmHg
MAP: 102
mmHg
Pulse Pressure
CRT< 2 detik
Akral hangat
CAD
3 Vessel
Disease
Hipertensi, Merokok, Kurang Olahraga, Usia Tn U 63
tahun
Komplikasi
Kesiapan
peningkata
n
manajemen
kesehatan
Iskemia
Perfusi
Menurun
Risk
perfusi
cerebral
tidak
efektif
Risk perfusi
perifer tidak
efektif
SV X HR
: Diteliti
LVEDV
menurun
Risk
perfusi
renal tidak
efektif
Iskemia
Infark
Gangguan
rasa
nyaman
DAFTAR PUSTAKA
Baradero, Mary. 2005. Patiens With Cardiovascular and Hematological System
Problem.
Baumgartner Helmut, Falk Volkmar, Bax Jeroen J, et al. 2017. ESC/EACTS Guidelines
For Management Valvular Heart Disease. European Heart Journal, Volume 38,
Issue 36, 21 September 2017, Pages 2739–
2791,https://doi.org/10.1093/eurhttps://capitalcardiology.com/patient-
education/mitral-valve-repair/?lang=idheartj/ehx391
Bauersachs R, Zeymer U, Brière JB, Marre C, Bowrin K, Huelsebeck M. Burden of
Coronary Artery Disease and Peripheral Artery Disease: A Literature
Review. Cardiovasc Ther. 2019;2019:8295054. [PMC free article] [PubMed]
Bonow R et, al. (2012). Beaunwald’s Heart Disease: Textboox of Cardiovascular
Medicine 9th edition. Philadelpia: Elsevier Saunders, pp 107-124, 126-163, 277-
291
Brown JC, Gerhardt TE, Kwon E. StatPearls [Internet]. StatPearls Publishing; Treasure
Island (FL): Jun 5, 2021. Risk Factors For Coronary Artery Disease. [PubMed]
Centers for Disease Control and Prevention, National Center for Health Statistics.
Underlying Cause of Death 1999-2017 on CDC WONDER Online Database,
released December, 2018. Data are from the Multiple Cause of Death Files, 1999-
2017, as compiled from data provided by the 57 vital statistics jurisdictions
through the Vital Statistics Cooperative Program. Accessed at
http://wonder.cdc.gov/ucd-icd10.html on Oct 24, 2019.
Enriquez S, et.al. (1999). Functional anatomy of mitral regurgitation: accuracy and
outcome implication of tranesophageal echocardiograpy. J Am Coll Cardiol
1994, 34: 1129
Germativum, Fahmi.2002. Asuhan Keperawatan Kelainan Jantung.
(http://fahmifununi.blogspot.com/2012/07/asuhan-keperawatan-pada-
kelainan.html diakses tanggal 03 Agustus 2022)
Jackson Lee, Jackson Marilynn, 2011. Seri Panduan Praktis Keperawatan Klinis.
Jakarta: Erlangga
Lung B, Vahanian A (2011). Epidemiology of valvular heart disease in the adult. Nat
Rev Cardiol. 2011; 8 (3): 162-172. doi: 10.1038/ nr cardio.2010.202
M. Amiliana. 2012. Penyakit Jantung Katup Indonesia: Masalah yang hampurterlupakan.
JurnalKardiologi Indonesia. 2012:33: 205. ISSN 0126/37732020
M. Catherine, etc (2020). ACC/AHA Guideline for the Management of Patients With
Valvular Heart Disease: A Report of the American College of Cardiology/American
Heart Association Joint Committee on Clinical Practice Guideline. Originally
published 17 Des 2021. https: // doi.org/10.1161/CIR.00000000000000923.
Circulation
Muttaqin, Arif, 2006. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Kardiovaskuler.
Banjarmasin
Maganti K, Rigolin VH, Sarano ME, Bonow RO. Valvular heart disease: diagnosis and
management. Mayo Clin Proc. 2010;85(5):483-500.
doi:10.4065/mcp.2009.0706
Otto CM, Bonow RO. Valvular Heart Disease: A Companion to Braunwald’s Heart
Disease. 4th ed. Philadelphia, PA: Elsevier Saunders; 2014.
Pierard and Blase A. Carabello2 1. 2010. Ischaemic mitral regurgitation:
pathophysiology, outcomes and the conundrum of treatment Luc A. Department
of Cardiology, University Hospital Sart Tilman, University of Lie`ge, B-4000,
Lie`ge, Belgium; and 2 Department of Medicine, Baylor College of Medicine and
the Veteran Affairs Medical Centre, Houston, TX, USA Received 16 July 2010;
revised 8 September 2010; accepted 5 October 2010; online publish-ahead.
Susilo C. Identifikasi faktor usia, jenis kelamin dengan luas infark miokard pada
penyakit jantung koroner (PJK) di ruang ICCU RSD DR. Soebandi Jember.
Indonesian J. 2015;6:3-4. 7.
Thygesen K, Joseph S, Alpert et al. Third universal definition of myocardial infarction.
American Heart Assosiaction J. 2012;126:2020-35.
Zainal A. Faktor resiko penyakit jantung koroner pada pasien rawat inap di
Cardiovaskular Care Unit (CVCU) Cardiac Centre di RSUP DR. Wahidin Sudiro
Husodo Makasar Periode Januari-Juli 2008 [Skripsi]. Makassar: Universitas
Hasanuddin; 2012.

More Related Content

What's hot

Laporan pendahuluan hipertensi
Laporan pendahuluan hipertensiLaporan pendahuluan hipertensi
Laporan pendahuluan hipertensiYabniel Lit Jingga
 
Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan
Anatomi Fisiologi Sistem PerkemihanAnatomi Fisiologi Sistem Perkemihan
Anatomi Fisiologi Sistem PerkemihanYandrawati S.KM
 
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolitmasantian
 
2. bab 123 kep kritis kel 2
2. bab 123 kep kritis kel 22. bab 123 kep kritis kel 2
2. bab 123 kep kritis kel 2Sri Rahayu
 
Materi 1 M1KB3 : Gangguan Komunikasi Pada pasien
Materi 1 M1KB3   : Gangguan Komunikasi Pada pasienMateri 1 M1KB3   : Gangguan Komunikasi Pada pasien
Materi 1 M1KB3 : Gangguan Komunikasi Pada pasienppghybrid4
 
Anatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Sistem PerkemihanAnatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Sistem PerkemihanWidya Puspitasari
 
Anatomi dan fisiologi jantung
Anatomi dan fisiologi jantungAnatomi dan fisiologi jantung
Anatomi dan fisiologi jantungGunk Arie'sti
 
Kelenjar tiroid dan kelenjar paratiroid
Kelenjar tiroid dan kelenjar paratiroidKelenjar tiroid dan kelenjar paratiroid
Kelenjar tiroid dan kelenjar paratiroidAulia Rizqi
 
Volume dan kapasitas paru paru - Biologi Kelas 11 Sistem Pernafasan
Volume dan kapasitas paru paru - Biologi Kelas 11 Sistem PernafasanVolume dan kapasitas paru paru - Biologi Kelas 11 Sistem Pernafasan
Volume dan kapasitas paru paru - Biologi Kelas 11 Sistem PernafasanAdisa Alifya
 
Makalah manajemen keperawatan akper
Makalah manajemen keperawatan akperMakalah manajemen keperawatan akper
Makalah manajemen keperawatan akperMJM Networks
 
ASKEP PATEN DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)
ASKEP PATEN DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)ASKEP PATEN DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)
ASKEP PATEN DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)Sulistia Rini
 

What's hot (20)

Laporan pendahuluan hipertensi
Laporan pendahuluan hipertensiLaporan pendahuluan hipertensi
Laporan pendahuluan hipertensi
 
Kanker kandung kemih
Kanker kandung kemihKanker kandung kemih
Kanker kandung kemih
 
Konsep psikofarmaka
Konsep psikofarmakaKonsep psikofarmaka
Konsep psikofarmaka
 
Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan
Anatomi Fisiologi Sistem PerkemihanAnatomi Fisiologi Sistem Perkemihan
Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan
 
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
 
Makalah sistem pernapasan
Makalah sistem pernapasanMakalah sistem pernapasan
Makalah sistem pernapasan
 
2. bab 123 kep kritis kel 2
2. bab 123 kep kritis kel 22. bab 123 kep kritis kel 2
2. bab 123 kep kritis kel 2
 
decompensasi cordis
 decompensasi  cordis decompensasi  cordis
decompensasi cordis
 
Materi 1 M1KB3 : Gangguan Komunikasi Pada pasien
Materi 1 M1KB3   : Gangguan Komunikasi Pada pasienMateri 1 M1KB3   : Gangguan Komunikasi Pada pasien
Materi 1 M1KB3 : Gangguan Komunikasi Pada pasien
 
Anatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Sistem PerkemihanAnatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan
 
Makalah sistem persarafan
Makalah sistem persarafanMakalah sistem persarafan
Makalah sistem persarafan
 
Ppt. panca indra
Ppt. panca indraPpt. panca indra
Ppt. panca indra
 
Anatomi dan fisiologi jantung
Anatomi dan fisiologi jantungAnatomi dan fisiologi jantung
Anatomi dan fisiologi jantung
 
Jaringan Ikat
Jaringan IkatJaringan Ikat
Jaringan Ikat
 
Kelenjar tiroid dan kelenjar paratiroid
Kelenjar tiroid dan kelenjar paratiroidKelenjar tiroid dan kelenjar paratiroid
Kelenjar tiroid dan kelenjar paratiroid
 
Volume dan kapasitas paru paru - Biologi Kelas 11 Sistem Pernafasan
Volume dan kapasitas paru paru - Biologi Kelas 11 Sistem PernafasanVolume dan kapasitas paru paru - Biologi Kelas 11 Sistem Pernafasan
Volume dan kapasitas paru paru - Biologi Kelas 11 Sistem Pernafasan
 
Sistem endokrin
Sistem endokrinSistem endokrin
Sistem endokrin
 
Makalah manajemen keperawatan akper
Makalah manajemen keperawatan akperMakalah manajemen keperawatan akper
Makalah manajemen keperawatan akper
 
ASKEP PATEN DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)
ASKEP PATEN DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)ASKEP PATEN DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)
ASKEP PATEN DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)
 
2. mekanisme adaptasi sel
2. mekanisme adaptasi sel2. mekanisme adaptasi sel
2. mekanisme adaptasi sel
 

Similar to ASUHAN KATUP

Makalah gagal jantung kongestif (chf)
Makalah gagal jantung kongestif (chf)Makalah gagal jantung kongestif (chf)
Makalah gagal jantung kongestif (chf)Sri Nala
 
Makalah gagal jantung 2
Makalah gagal jantung 2Makalah gagal jantung 2
Makalah gagal jantung 2Warnet Raha
 
Makalah gagal jantung 2
Makalah gagal jantung 2Makalah gagal jantung 2
Makalah gagal jantung 2Warnet Raha
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG. pjj_kemenkes
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG. pjj_kemenkes
 
Word seminar rs. muhammadiyah palembang (repaired)
Word seminar rs. muhammadiyah palembang (repaired)Word seminar rs. muhammadiyah palembang (repaired)
Word seminar rs. muhammadiyah palembang (repaired)Paranse Elsando
 
MAKALAH CHF fixx.docx
MAKALAH CHF fixx.docxMAKALAH CHF fixx.docx
MAKALAH CHF fixx.docxbaiqasriati
 
Stenosis nanda oleh kelompok III
Stenosis nanda oleh kelompok IIIStenosis nanda oleh kelompok III
Stenosis nanda oleh kelompok IIISri Nala
 
panda rehabilitate kardiovaskular perki
panda rehabilitate kardiovaskular perkipanda rehabilitate kardiovaskular perki
panda rehabilitate kardiovaskular perkiAstrid Pramudya
 
Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis d...
Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis d...Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis d...
Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis d...Operator Warnet Vast Raha
 
Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis d...
Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis d...Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis d...
Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis d...Operator Warnet Vast Raha
 
GAGAL JANTUNG KONGESTIF DAN HIPERTENSI
GAGAL JANTUNG KONGESTIF DAN HIPERTENSIGAGAL JANTUNG KONGESTIF DAN HIPERTENSI
GAGAL JANTUNG KONGESTIF DAN HIPERTENSISulistia Rini
 
Modul kegawatdaruratan dan trauma combine (1)
Modul kegawatdaruratan dan trauma combine (1)Modul kegawatdaruratan dan trauma combine (1)
Modul kegawatdaruratan dan trauma combine (1)rickygunawan84
 
Analisa jurnal kardiovaskuler sinus arrest
Analisa jurnal kardiovaskuler sinus arrestAnalisa jurnal kardiovaskuler sinus arrest
Analisa jurnal kardiovaskuler sinus arrestNovita Nurkamilah
 

Similar to ASUHAN KATUP (20)

Makalah gagal jantung kongestif (chf)
Makalah gagal jantung kongestif (chf)Makalah gagal jantung kongestif (chf)
Makalah gagal jantung kongestif (chf)
 
Makalah gagal jantung 2
Makalah gagal jantung 2Makalah gagal jantung 2
Makalah gagal jantung 2
 
Makalah gagal jantung 2
Makalah gagal jantung 2Makalah gagal jantung 2
Makalah gagal jantung 2
 
Makalah gagal jantung 2
Makalah gagal jantung 2Makalah gagal jantung 2
Makalah gagal jantung 2
 
Makalah gagal jantung 2
Makalah gagal jantung 2Makalah gagal jantung 2
Makalah gagal jantung 2
 
Makalah gagal jantung 2
Makalah gagal jantung 2Makalah gagal jantung 2
Makalah gagal jantung 2
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
 
Askep Chf
Askep ChfAskep Chf
Askep Chf
 
Word seminar rs. muhammadiyah palembang (repaired)
Word seminar rs. muhammadiyah palembang (repaired)Word seminar rs. muhammadiyah palembang (repaired)
Word seminar rs. muhammadiyah palembang (repaired)
 
MAKALAH CHF fixx.docx
MAKALAH CHF fixx.docxMAKALAH CHF fixx.docx
MAKALAH CHF fixx.docx
 
Stenosis nanda oleh kelompok III
Stenosis nanda oleh kelompok IIIStenosis nanda oleh kelompok III
Stenosis nanda oleh kelompok III
 
panda rehabilitate kardiovaskular perki
panda rehabilitate kardiovaskular perkipanda rehabilitate kardiovaskular perki
panda rehabilitate kardiovaskular perki
 
Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis d...
Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis d...Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis d...
Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis d...
 
Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis d...
Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis d...Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis d...
Asuhan keperawatan pada klien an. h usia sekolah dengan decompensasi kordis d...
 
GAGAL JANTUNG KONGESTIF DAN HIPERTENSI
GAGAL JANTUNG KONGESTIF DAN HIPERTENSIGAGAL JANTUNG KONGESTIF DAN HIPERTENSI
GAGAL JANTUNG KONGESTIF DAN HIPERTENSI
 
Asuhan keperawatan chf
Asuhan keperawatan chfAsuhan keperawatan chf
Asuhan keperawatan chf
 
Modul kegawatdaruratan dan trauma combine (1)
Modul kegawatdaruratan dan trauma combine (1)Modul kegawatdaruratan dan trauma combine (1)
Modul kegawatdaruratan dan trauma combine (1)
 
Analisa jurnal kardiovaskuler sinus arrest
Analisa jurnal kardiovaskuler sinus arrestAnalisa jurnal kardiovaskuler sinus arrest
Analisa jurnal kardiovaskuler sinus arrest
 
Askep chv (gagal jantung)
Askep chv (gagal jantung)Askep chv (gagal jantung)
Askep chv (gagal jantung)
 

Recently uploaded

ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatSyarifahNurulMaulida1
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptxssuser1f6caf1
 

Recently uploaded (20)

ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
 

ASUHAN KATUP

  • 1. ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT KATUP JANTUNG Disusun Oleh : Ns. Rajatol, S.Kep Rahmat halim saputra, Amd.Kep Ns. Syafril wirja, S.kep IKATAN NERS KARDIOVASKULER INDONESIA ( INKAVIN ) JAKARTA 2022
  • 2. KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah serta karunianya-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas presentasi kasus pelatihan keperawatan kardiologi tingkat dasar, dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Penyakit Katup Jantung” Penulis juga tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada semua pihak atas bantuan, dukungan dan do’anya. Kami berharap makalah ini bermanfaat dalam membantu proses pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan bagi para peserta pelatihan. Makalah ini mungkin kurang sempurna, untuk itu kami mengharap kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini. Jakarta , September 2022
  • 3. DAFTAR ISI Halaman Sampul .......................................................................................................i Kata Pengantar ...........................................................................................................ii Daftar Isi.....................................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...........................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................2 1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................2 1.4 Manfaat Penelitian .....................................................................................3 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Konsep ........................................................................................................4 2.1.1 Pengertian ..........................................................................................4 2.1.2 Etiologi ..............................................................................................11 2.1.3 Patofisiologi ......................................................................................13 2.1.4 Pemeriksaaan Diagnostik ..................................................................14 2.1.5 Penatalaksaan Medik .........................................................................15 2.2 Asuhan Keperawatan .................................................................................18 2.2.1 Pengkajian .........................................................................................19 2.2.2 Diagnosa Keperawatan ......................................................................20 2.2.3 Perencanaan .......................................................................................20 BAB III TINJAUAN KASUS 3.1 Pengkajian ..................................................................................................22 3.1.1 Pathway Kasus ...................................................................................22 3.1.2 Data Demografi..................................................................................22 3.1.3 Riwayat Penyakit Dahulu...................................................................22 3.1.4 Riwayat Penyakit Sekarang ...............................................................23 3.1.5 Faktor Risiko .....................................................................................23 3.1.6 Pemeriksaan Fisik ..............................................................................24 3.1.7 Pemeriksaan Penunjang ....................................................................29 3.1.8 Terapi .................................................................................................31
  • 4. 3.2 Diagnosa Keperawatan ...............................................................................31 3.2.1 Analisa Data ......................................................................................31 3.2.2 Diagnosa Keperawatan ......................................................................33 3.3 Perencanaan ................................................................................................34 3.4 Implementasi ..............................................................................................38 3.5 Evaluasi ......................................................................................................41 BAB IV PEMBAHASAN .........................................................................................43 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan .................................................................................................47 5.2 Saran ...........................................................................................................47 Lampiran Pathway Kasus........................................................................................... 48 DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................49
  • 5. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit katup jantung masih banyak dijumpai pada masyarakat Indonesia, walaupun angka yang tepat belum diketahui (M, Amiliana, 2012). Perhatian para ahli jantung di Indonesia terhadap penyakit ini tidak sebesar perhatian terhadap penyakit jantung koroner, namun bukan berarti penyakit ini tidak menimbulkan masalah kesehatan yang bermakna. Keterlambatan intervensi akan mengakibatkan luaran yang buruk dengan penurunan kualitas hidup, serta peningkatan angka kesakitan dan kematian. Data epidemiologi global mengatakan bahwa kelainan katup jantung prevalensinya meningkat seiring usia yang disebabkan etiologi predominan yaitu proses degeneratif. Prevalensi kelainan katup derajat moderat keatas berkisar 2,5% dan meningkat seiring usia. ¾ dari kelainan katup jantung adalah katup mitral (Lung B, 2011). Data epidemiologi nasional terkait kelainan katup jantung belum tersedia. Penyakit katup jantung adalah disfungsi jantung akibat abnormalitas struktur fungsi jantung. Umumnya penyakit katup jantung berupa stenosis, regurgitasi atau kombinasi keduanya. Salah satu komplikasi infark miokard menyebabkan komplikasi mekanik yang dapat berujung pada kelainan-kelainan atau disfungsi katup jantung. Terdapat beberapa jenis gangguan fungsional yang disebabkan oleh kelainan katup, salah satunya stenosis katup dan insufisiensi katup. Insufisiensi/ regurgitasi katup terjadi bila daun katup gagal menutup dengan baik yang memungkinkan aliran balik darah menyebabkan peningkatan volume kerja jantung perlu memompa volume untuk mengganti darah yang mengalir balik. Angka kejadian tersering adalah regurgitasi katup mitral (J Kardiol Indones. 2015;36:111-9). Pada kelainan ini ditemukan beban volume yang berlebihan pada ventrikel kiri yang akhirnya berakibat pada dilatasi dan gangguan fungsi ventrikel kiri. Hal ini disebabkan oleh adanya STEMI inferior dan anterior yang menyebabkan ruptur muskulus papilaris yang berujung pada dilatasi annulus sehingga menyebabkan regurgitasi katup mitral (Thaler MS, 2013). Regurgitasi mitral (MR) adalah insufisiensi katup mitral yang tidak menutup dengan sempurna
  • 6. pada saat sistolik, sehingga menyebabkan aliran balik ke atrium kiri. MR dapat disebabkan oleh proses rematik atau penyebab lain misalnya Prolaps katup mitral (MVP) yaitu abnormalitas penutupan katup mitral pada saat sistolik, dimana salah satu atau kedua daun katup terdesak lebih superior ke ruang atrium; MVP berawal tanpa regurgitasi dan ruptur chorda tendinae atau rupture muskulus papilaris sebagai komplikasi infark miokard akut (PERKI, 2015). Keadaan ini biasanya ditandai dengan perburukan hemodinamik dengan dyspneu akut, kongesti paru dan murmur sistolik baru. Edema paru dan syok kardiogenik dapat terjadi dengan cepat (PERKI, 2018). Intervensi yang dilakukan dapat berupa terapi medikamentosa, terapi infark miokard bila terjadi ruptur corda tendinae atau musculus papilaris sebagai komplikasi dan terapi pembedahan dengan repair dan replacement katup (PERKI, 2015). Dalam makalah ini kelompok memfokuskan pada asuhan keperawatan dengan penyakit katup jantung Mitral Regurgitasi berbasis standar diagnosis, luaran dan intervensi keperawatan Indonesia yang dilakukan secara komprehensif sehingga dapat memberikan penanganan yang optimal. 1.2 Rumusan Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit mitral regurgitasi. 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan umum Mengimplementasikan penerapan asuhan keperawatan pasien dengan penyakit mitral regurgitasi dengan pendekatan standar diagnosa, luaran dan intervensi keperawatan Indonesia 1.3.2 Tujuan khusus 1. Mampu menjelaskan penyakit mitral regurgitasi. 2. Mampu memahami patofisiologi mitral regurgitasi. 3. Mampu menerapkan asuhan keperawatan pasien dengan penyakit mitral regurgitasi dengan pendekatan standar diagnosa, luaran dan intervensi keperawatan Indonesia
  • 7. 1.4 Manfaat Dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit mitral regurgitas dengan pendekatan standar asuhan keperawatan SDKI, SLKI dan SIKI secara lebih komprehensif sehingga pasien mendapatkan pelayanan keperawatan secara optimal.
  • 8. BAB II TINJAUAN TEORI Katup mitral terletak di sisi kiri jantung. Katup ini berfungsi untuk membantu mengendalikan aliran darah dari atas ke ruang jantung bagian bawah. Jika gagal menutup sepenuhnya seperti yang seharusnya dilakukan saat jantung berkontraksi, maka sebagian darah yang semula ditujukan untuk dikirimkan ke tubuh malah mengalir kembali ke ruang jantung bagian atas. Hal ini akan menimbulkan masalah, karena tubuh akan kekurangan pasokan darah yang kaya oksigen. Untuk mencegah komplikasi termasuk kerusakan organ, tubuh membuat penyesuaian dan jantung dipaksa bekerja lebih keras daripada seharusnya untuk memompa lebih banyak darah. 2.1 Konsep 2.1.1 Pengertian Mitral Regurgitasi Regurgitasi mitral (MR) adalah insufisiensi katup mitral yang tidak menutup dengan sempurna pada saat sistolik, sehingga menyebabkan aliran balik ke atrium kiri. MR dapat disebabkan oleh proses rematik atau penyebab lain misalnya Prolaps katup mitral (MVP) yaitu abnormalitas penutupan katup mitral pada saat sistolik, dimana salah satu atau kedua daun katup terdesak lebih superior ke ruang atrium. MVP berawal tanpa regurgitasi. - Ruptur chordatendinae atau rupture muskulus papilaris sebagai komplikasi infark miokard akut MR rematik sering terjadi bersama-sama dengan stenosis mitral (MS) rematik. (PERKI, 2015). Gambar 2.1 Katup mitral normal dan katup mitral regurgitasi Regurgitasi mitral adalah proses kebocoran darah kembali ke atrium (serambi). Katup mitral jantung merupakan katup yang memisahkan ruang jantung yang disebut atrium/ serambi kiri dan ventrikel/ bilik kiri. Regurgitasi
  • 9. mitral adalah suatu keadaan ketidakmampuan katup mitral menutup dengan sempurna sehingga menyebabkan aliran darah balik dari ventrikel kiri ke dalam atrium kiri pada saat sistolik/ ventrikel kiri berkontraksi. Pada saat ventrikel kiri memompa darah dari jantung menuju aorta, sebagian darah mengalir kembali kedalam atrium kiri dan menyebabkan meningkatnya volume dan tekanan di atrium kiri. Selanjutnya terjadi peningkatan tekanan darah di dalam pembuluh yang berasal dari paru-paru yang mengakibatkan penimbunan cairan (kongesti) di dalam paru-paru (Inkavin, 2018). Mitral regurgitasi terjadi akibat kesukaran katup mitral menutup sehingga pada fase sistolik ventrikel kiri tidak semua darah mengalir ke aorta, namun sebagian darah kembali ke atrium kiri. Murmur mitral regurgitasi terdengar pada fase sistolik di apek dan menjalar ke aksila sebagai akibat regurgitasi darah ke atrium kiri. Regurgitasi darah ke atrium kiri mengakibatkan stroke volume berkurang sehingga ventrikel kiri bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan darah seluruh tubuh sebagai mekanisme kompensasi. Keadaan ini menimbulkan hipertropi ventrikel kiri dan menyebabkan gagal jantung kiri (Bonow, et al, 2012) Mitral Regurgitasi (MR) dapat disebabkan oleh gangguan bagian yang berbeda dari katup mitral. Hal ini dapat menyebabkan perforasi daun katup atau ruptur chorda. Ruptur chorda spontan dapat terjadi pada pasien dengan penyakit katup mitral miksomatosa. Ruptur otot papilar terjadi pada pasien dengan infark miokard akut dengan elevasi segmen ST, biasanya berhubungan dengan inferior. Kelebihan volume akut pada Ventrikel kiri dan Atrium kiri menghasilkan kongesti paru dan curah jantung yang rendah (ACC/AHA, 2020) Gambar 2.2 Kelainan struktur jantung pada mitral regurgitasi (ACC/AHA, 2020)
  • 10. Gambar 2.3 Patofisiologi dan Aspek Klinik MR Menurut Guideline ACC/AHA 2020 tentang manajemen penyakit katup secara umum MR dibagi menjadi 3 yaitu MR akut, MR primer kronis dan MR sekunder kronis 1. MR Akut Diagnosis pada MR akut memerlukan intervensi segera untuk menyelamatkan nyawa. Pemeriksaan dengan TTE/ Transthoracic Echocardiography adalah modalitas pencitraan awal pilihan untuk mengevaluasi fungsi ventrikel kiri dan ventrikel kanan, tekanan arteri pulmonalis dan mekanisme MR. Pasien dengan MR akut berat terjadi akibat ruptur korda, biasanya mengalami dekompensasi hemodinamik akut. Kelebihan volume cairan yang tiba-tiba meningkatkan atrium kanan dan tekanan vena pulmonal sehingga menyebabkan kongesti paru dan hipoksia sedangkan penurunan perfusi darah ke jaringan dengan penurunan tekanan sistolik ventrikel kiri secara bersamaan membatasi gradien tekanan, mendorong MR ke sistolik awal. Dengan demikian murmur mungkin pendek dan tidak mengesankan, seperti pancaran warna
  • 11. MR oleh TTE. Pada keadaan akut mendadak dan menyebabkan ketidakstabilan hemodinamik setelah miokard infark, dengan fungsi ventrikel kiri hiperdinamik oleh TTE dan tidak ada penyebab lain untuk perburukan, TEE dapat sangat membantu dalam mendeteksi otot papiler atau ruptur korda atau vegetasi katup dan abses annular yang selanjutnya membutuhkan pendekatan terapi pembedahan segera. Terapi Medis Terapi vasodilator meningkatkan kompensasi hemodinamik pada MR akut. Penggunaan vasodilator pada MR akut ini bertujuan untuk mengurangi tahanan aliran aorta sehingga secara efektif menurunkan MR dan meningkatkan curah jantung ke aorta. Penggunaan obat ini biasanya dilakukan dengan infus titrasi, seperti natrium, nitroprusid atau nikardipin. Penggunaan vasodilator kontraindikasi dengan hipotensi sistemik yang diperburuk ketika resistensi perifer menurun. Penggunaan intra aortic balon pump (IABP) dapat membantu mengobati MR akut yang parah. Dengan menurunkan tekanan aorta sistolik, IABP menurunkan afterload ventrikel kiri, meningkatkan curah jantung dan menurukan volume regurgitasi. Secara simultan IABP meningkatkan diastolik dan rerata tekanan aortik. Intervensi Pembedahan katup mitral segera lebih diutamakan dalam perbaikan mitral jika memungkinkan, menyelamatkan nyawa pada pasien simptomatik dengan MR akut yang parah. Tingkat keparahan MR akut bervariasi dan beberapa pasien dengan MR yang lebih moderat dapat mengalami kompensasi karena pelebaran ventrikel kiri memungkinkan tekanan pengisian yang lebih rendah dan peningkatan curah jantung. Bagaimanapun juga, sebagian besar pasien dengan MR akut yang parah memerlukan tindakan pembedahan segera untuk mengembalikan hemodinamik dan menghilangkan keluhan pasien.
  • 12. 2. MR Primer Kronis Dalan menilai pasien dengan MR kronis penting untuk membedakan antara MR primer kronis (degeneratif) dan MR kronis sekunder (fungsional) karena 2 kondisi ini memliki banyak perbedaan. MR primer adalah penyakit pada bagian katup mitral dan MR sekunder adalah penyakit ventrikel atau atrium. Pada MR primer kronis, patologi jika ≥ 1 komponen katup (daun katup, korda tendinea, otot papilari, anulus) menyebabkan inkompetensi katup dengan regurgitasi darah dari ventrikel kiri ke atrium kiri. Tabel 3.1 Stase Kronik Primary MR Stage Definisi Anatomi katup Hemodinamik Katup Hemodinamik Konsekuensi Gejala A Berisiko Mitral Regurgitasi Katup mitral prolap ringan dengan normal koaptasi. Katup menebal ringan dan pergerakan daun katup terbatas Aliran balik < 20% LA di dopler Small Vena contracta < 0,3 cm Tidak ada Tidak ada B Progresif MR Tingkat sedang sampai berat prolapse katup mitral dengan normal koaptasi Katup rematik berubah dengan keterbatasan daun katup dan hilang pusat koaptasi khususnya infeksi endokarditis Aliran balik MR 20-40%LA atau late systolic eksentrik jet MR Vena kontrakta < 0,7 cm Regurgitasi volume <60 ml Regurgitasi fraksi < 50% ERO < 0,40 cm2 Angiographic grade 1+ sampai 2+ Pembesaran ringan pada LA LV tidak membesar Tekanan pulmonary pressure normal Tidak ada C Asimptomatik MR berat Katup mitral prolapse berat dengan kehilangan koaptasi atau daun katup yang mengambang Katup rematik mengubah pergerakan daun katup yang terbatas dan Aliran balik MR >40% LA atau holosistolic eksentrik jet MR Vena contracta ≥ 0,7 cm Regurgitasi volume ≥ 60ml Sedang atau berat LA enlargement LV enlargement Pulmonary hipertensi mungkin muncul saat Tidak ada
  • 13. kehilangan central koaptasi Utamanya pada infeksi endokarditis Penebalan daun katup Regurgitasi fraksi ≥ 50% ERO ≥ 0,40 cm2 Angiograpi grade 3+ sampai 4+ istirahat atau latihan C1: LVEF >60% dan LV ESD < 40 mm C2: LVEF ≤ 60% dan atau LVESD ≥ 40 mm D Simptomatik MR berat Katup mitral prolapse berat dengan kehilangan koaptasi atau daun katup yang mengambang Katup rematik mengubah pergerakan daun katup yang terbatas dan kehilangan central koaptasi Utamanya pada infeksi endokarditis Penebalan daun katup Aliran balik MR >40% LA atau holosistolic eksentrik jet MR Vena contracta ≥ 0,7 cm Regurgitasi volume ≥ 60ml Regurgitasi fraksi ≥ 50% ERO ≥ 0,40 cm2 Angiograpi grade 3+ sampai 4+ Tingkat sedang atau berat LA melebar LV melebar Hipertensi pulmonal Penurunan toleransi latihan Sesak saat aktifitas Beberapa kriteria hemodinamik katup untuk penilaian keparahan MR, tetapi tidak semua kriteria untuk setiap kategori akan ada pada setiap pasien. Kategorisasi keparahan MR digolongkan ke tingkat ringan, sedang dan berat tergantung pada kualitas data dan integrasi parameter dalam hubungannya dengan bukti klinis lainnya. 3. MR Sekunder Kronis Pada MR sekunder kronis, daun katup biasanya normal dan sedikit melebar. Sebaliknya MR dikaitkan dengan disfungsi LV berat yang disebabkan CAD (MR sekunder kronis iskemik) atau penyakit miokard idiopatik (MR sekunder kronis non iskemik). LV yang abnormal dan melebar menyebabkan perpindakan otot papiler yang pada gilirannya terjadi penarikan leaflet (daun katup) dengan pelebaran annular yang
  • 14. mencegah koaptasi. MR sekunder juga dapat berkembang karena pelebaran atrium kiri dan pembesaran annulus mitral yang sering terjadi AF dan kardiomyopati Tabel 3.2 Stase Sekunder MR Stage Definisi Anatomi Katup Hemodinamik katup Associated cardiac finding Gejala A Berisiko MR Normal valve leaflet, chorda dan annulus pada pasien CAD / cardiomyopaty Tidak ada aliran balik atau aliran balik< 20% LA on doppler Small vena contracta < 0,30 cm Normal atau dilatasi ringan Ukuran LV dg fixed (infarction) atau inducible (ischemia) pergerakan dinding regional abnormal Primary penyakit miokard dengan LV dilatasi dan disfungsi sistolik Gejala yang disebabkan karena ischemia koroner dan heart failure mungkin ada B Progresif MR Abnormalitas gerakan dinding regional daun katup ringan Annulus dilatasi ringan dengan kehilangan koaptasi mitral leaflet ERO < 0,40 cm2 Regurgitan volume < 60 ml Regurgitan fraksi < 50% Pergerakan diding regional abnormal dengan penurunan fungsi sistolik LV Sistolik disfungsi dikarenakan CAD Gejala yang disebabkan karena ischemia koroner dan heart failure mungkin ada
  • 15. C Asymptomatik severe MR Abnormalitas pergerakan dinding regional dan atau LV dilatasi dengan daun katup yang tertarik ERO ≥ 0,40 cm2 Regurgitan volume > 60 ml Regurgitan fraksi > 50% Pergerakan diding regional abnormal dengan penurunan fungsi sistolik LV Sistolik disfungsi dikarenakan CAD Gejala yang disebabkan karena ischemia koroner dan heart failure mungkin ada D Symptomatik severe MR Abnormalitas pergerakan dinding regional dan atau LV dilatasi dengan daun katup yang tertarik ERO ≥ 0,40 cm2 Regurgitan volume > 60 ml Regurgitan fraksi > 50% Pergerakan diding regional abnormal dengan penurunan fungsi sistolik LV Sistolik disfungsi dikarenakan CAD Tanda gejala seperti heart failure Intoleransi aktifitas Sesak nafas saat aktivitas
  • 16. Tabel 3.3. Qualitative and quantitative parameters useful in grading MR severity by Doppler echocardiography; (Ref : Published in Journal of the American Society of Echocardiography : official publication of the American Society of Echocardiography 2017) 2.1.2 Etiologi Penyebab paling umum dari Mitral Regurgitasi adalah prolaps katup mitral, miksomatous, disfungsi fibroblast karena usia lanjut dimana kurangnya jaringan ikat yang menyebabkan ruptur korda. Penyebab lainnya infeksi endokarditis, gangguan jaringan ikat, penyakit jantung rematik, katup mitral sumbing dan penyakit jantung radiasi. Diferensiasi antara 2 etiologi mungkin memiliki implikasi untuk intervensi operatif (ACC/AHA, 2020)
  • 17. Menurut Inkavin (2018), penyebabnya antara lain: 1. Penyakit jantung rematik 2. Infeksi tenggorokan 3. Ruptur corda tendinae 4. Ruptur papilary muscle 5. Trauma 6. Malformasi bawaan katup mitral, chorda tendinae atau annulus 7. Degenerasi miksomatous (keadaan dimana katup secara bertahap menjadi terkulai) 8. Iskemia 2.1.3 Patofisiologi Mitral Regurgitasi 1. Katup mitral mengalami kegagalan saat menutup selama sistole ventrikel. 2. Lebih dari 50% jumlah darah kembali ke atrium kiri dari ventrikel kiri 3. Terjadi peningkatan volume darah di ventrikel kiri akan menyebabkan dilatasi ventrikel 4. LVEDP dan tekanan di atrium kiri meningkat 5. Peningkatan tekanan di arteri pulmonalis akan menyebabkan hipertensi pulmonal 6. Terjadi kegagalan jantung kanan
  • 18. Hipertensi Pulmonal Bendungan di kanan, JVP, Hepatomegali, Edema Perifer Kelebihan volume cairan Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit Auto imun disease: RHD, SLE, Endokarditis, PJB, Trauma, Kalsifikasi, Infark miokard, Gagal Jantung, Sindrom Marfan, Aterosklerosis Fibrosis dan retriksi penebalan daun katup Komisura lengket dan korda tendinea memendek Lubang katup mitral mengecil (Mitral Stenosis) Meregangkan/ merobek korda tendinae Katup mitral tidak dapat menutup sempurna Mitral Regurgitasi Peregangan annulus ventrikel kiri menarik sebagian tepi daun katup Saat Katup Atrioventrikuler terbuka, Aliran darah dari LA ke LV menurun Ansietas Defisit pengetahuan Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan Saat Katup Atrioventrikuler tertutup, Aliran darah dari LV kembali ke LA menurun Volume LV menurun Stroke volume menurun Volume darah di LA meningkat Tekanan di LA meningkat Remodelling ruang LA (Hipertropi/ dilatasi LA) Kongesti paru Kelainan struktural jaringan penyambung pada katup Selama sistol, daun katup mitral anterior dan posterior menonjol kedalam atrium Korda tendinae memanjang Degenerasi miksomatus katup Saat Katup semilunaris terbuka, Aliran darah dari LV ke aorta menurun Saat Katup Semilunaris tertutup, Aliran darah kembali ke LV Penyebab katup aorta bocor Daun katup tidak dapat menutup optimal Penyebab katup aorta menyempit Daun katup tidak dapat membuka optimal Volume di LV meningkat Remodelling LV Stenosis Trikuspid Perubahan struktur katup menebal, korda tendineae memndek Aliran darah ke RV terhambat Volume RV menurun Aliran ke Paru menurun Perubahan atrium kanan Penurunan curah jantung Risiko Perfusi Cerebral tidak efektif Risiko Perfusi Miokard tidak efektif Risiko Perfusi Renal tidak efektif Kelemahan FisikGangguan ventilasi spontan Gangguan pertukaran gas Pola Nafas tidak efektif Intoleransi aktivitas Pathway Penyakit Katup Jantung Kongesti vena pulmonalis Tekanan Paru meningkat Perawatan di RS
  • 19. 2.1.4 Pemeriksaaan Diagnostik Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis kelainan katup jantung antara lain : 1. Elektrokardiogram (EKG) Pada kelainan katup, pemeriksaan dilakukan untuk menilai adanya penebalan atau hipertrofi otot jantung atau kerusakan otot jantung akibat penyakit jantung koroner yang dapat mempengaruhi fungsi katup. Biasanya ditemukan gambaran RV hipertropi dan P Mitral 2. Trans thoracal Echocardiography (TTE) TTE memberikan data diagnostik yang diperlukan untuk pengambilan keputusan klinis pada MR. Hasil pasien dengan MR primer kronis ditentukan oleh keparahan lesi, status gejala, adanya disfungsi LV dan apakah kelainan katup dapat diperbaiki dengan repair katup bila memungkinkan penggantian katup. Biasanya hanya MR berat yang menyebabkan gejala sisa negatif. LVEF normal pada MR adalah sekitar 70%. Onset disfungsi LV disimpulkan ketika LVEF menurun menuju 60% atau ketika LV tidak dapat berkontraksi Echocardiography dilakukan untuk menilai fungsi, ukuran, bentuk, dan pergerakan jantung dan katup. Pemeriksaan ini juga mampu mengidentifikasi kebocoran katup dan aliran balik jika ada. 3. Stres Test Stres test dilakukan untuk menilai tekanan darah, denyut jantung, dan perubahan EKG selama aktivitas fisik. Pada kelainan katup, tujuan utama pemeriksaan ini adalah untuk menilai gejala yang mungkin tidak dikeluhkan pasien sebelumnya dan muncul saat latihan. 4. Rontgen Thorak Rontgen toraks dapat bermanfaat dalam mendeteksi adanya pembesaran atrium kiri dan pembesaran ventrikel kiri. 5. Computed Tomography (CT) Pemeriksaan CT multislice dilakukan untuk mengevaluasi tingkat keparahan kelainan katup, terutama kelainan katup aorta. Pemeriksaan ini juga dilakukan
  • 20. pada pasien yang akan menjalani penggantian katup transcatheter sebagai bagian dari evaluasi pre prosedur. 6. Kateterisasi Jantung Kateterisasi jantung merupakan suatu pemeriksaan invasif yang menilai kondisi jantung secara langsung. Pemeriksaan ini dapat menilai jenis kelainan pada katup, seperti stenosis atau insufisiensi, juga dapat menilai aliran balik pada jantung akibat kelainan katup. Terjadi peningkatan tekanan diastol akhir, ventrikel kiri dan atrium kiri. 2.1.5 Penatalaksanaan Medik 2.1.5.1 Terapi obat-obatan Belum ada ada obat-obatan yang dapat sepenuhnya mengobati penyakit katup jantung. Akan tetapi, dokter dapat meresepkan obat yang bisa meringankan gejala dan menghambat perkembangan penyakit. Obat- obatan digunakan bila ada tanda gagal jantung antara lain : 1. Diuretik Mengeluarkan cairan dari dalam aliran darah dan jaringan tubuh, sehingga beban jantung dapat berkurang 2. Beta Bloker Seperti Bisoprolol berfungsi untuk menurunkan tekanan darah dan meringankan kerja jantung dengan cara membuat jantung berdetak lebih lambat 3. Antiaritmia Seperti amiodaron, berfungsi untuk mengontrol gangguan irama jantung. 4. ACE Inhibitor Seperti Captoril dan Ramipril, berfungsi untuk mengurangi beban kerja jantung. 5. Vasodilator Seperti Nitrogliserin yang berfungsi untuk meringankan kerja jantung dan menjaga aliran darah tidak berbalik kembali 6. Obat Statin
  • 21. Jika kadar kolesterol pasien sangat tinggi, dokter mungkin juga akan memberikan obat untuk menurunkannya dan menyarankan pasien untuk menerapkan pola makan yang sehat. Hal ini penting untuk mencegah terjadinya penyakit jantung lain, misalnya , yang akan memperburuk gejala penyakit katup jantung. 2.1.5.2 Intervensi non bedah 1. Percutaneous Tranvenous Mitral Commisurotomy Tindakan intervensi non bedah (intervensi perkutan) dengan metode balonisasi dari kelainan katup jantung yang ditujukan terutama pada katup yang mengalami penyempitan atau stenosis seperti stenosis mitral, stenosis pulmonal, stenosis aorta dan stenosis tricuspid. 2. Valvuloplasty Valvuloplasti adalah operasi untuk memperbaiki katup jantung yang sudah menyempit. Prosedur ini disebut juga sebagai balloon valvuloplasty atau penggantian katup jantung ballon valvotomy. Valvuloplasti dilakukan apabila seseorang mengalami penyakit jantung yang ditandai dengan penebalan lipatan . Saat mengalami kondisi ini, katup bisa saling menempel dan kaku, sehingga mengakibatkan stenosis. Akibatnya, katup jantung tidak dapat terbuka lebar dan aliran darah pun berkurang.
  • 22. 2. Annuloplasty Annuloplasty adalah prosedur yang dilakukan untuk menguatkan atau mengencangkan cincin (annulus) di sekeliling katup jantung. Operasi ini dapat dilaksanakan bersama dengan prosedur lain untuk memperbaiki kelainan katup jantung. Misalnya, katup jantung yang bocor. Annuloplasty melibatkan pemasangan alat berbentuk seperti cincin di sekitar katup jantung. Dengan ini, bentuk dan fungsi katup jantung yang bocor diharapkan bisa diperbaiki sehingga fungsinya kembali normal. 2.1.5.3 Intervensi Bedah Replacement katup Jika katup tidak dapat diperbaiki, maka akan diganti dengan katup yang baru. Katup baru dijahit di tepi jaringan dari katup asli. Terdapat beberapa jenis katup yang digunakan yaitu a. Katup biologis Berasal dari katup manusia atau hewan. Katup hewan biasanya dari babi atau sapi, dipasang diatas logam yang ditutupi kain atau rangka plastik agar mudah disisipkan. Katup manusia berasal dari donor jantung dan bisa dijahit langsung. b. Katup mekanik Memiliki beberapa kelebihan karena bertahan lebih lama. Namun bekuan darah bisa terjadi pada bahan sintetiknya sehingga memerlukan obat anti koagulan. Indikasi penggantian katup adalah stenosis dengan gradien >50 mmHg atau regurgitasi dengan gejala
  • 23. berast yang tidak mampu diterpi dengan medikamentosa atau terjadi hipertensi pulmonal. Kebanyakan penggantian katup jantung terjadi pada katup aorta dan mitral. 2.1.5.4 Elektrikal Pada kasus penyakit katup jantung kadang timbul komplikasi seperti atrial ekstrasistol, PVC dan VT, VF. Adapun untuk penatalaksanaan dilakukan defibrilasi dan cardioversi. Defibrilasi merupakan sebuah cara yang tepat untuk mengembalikan normalitas jantung dengan memberikan energi secara asinkronise pada kasus VT tanpa nadi dan VF. Cardioversi adalah prosedur medis untuk mengembalikan detak jantung abnormal ke ritme yang normal secara sinkronized. 2.2 Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Identitas pasien : a. Nama Pasien b. Tanggal lahir Pasien c. Alamat d. Agama e. Suku f. Jenis Kelamin
  • 24. Riwayat Kesehatan: a. Riwayat penyakit sekarang b. Riwayat penyakit dahulu c. Riwayat kesehatan keluarga d. Faktor risiko dan faktor pencetus e. Tingkat pengetahuan pasien dan keluarga f. Riwayat sosial ekonomi g. Kebiasaan sehari-hari 2. Pemeriksaan fisik a. Mata: konjungtiva, sklera b. Leher: JVP, bising arteri karotis (-) c. Kulit Turgor kulit kembali setelah 3 detik d. Thorak Paru 1) Inspeksi: terdapat edema, petekie, frekuensi nafas, irama 2) Palpasi: vocal fremitus tidak sama 3) Perkusi redup 4) Auskultasi apakah terdapat suara nafas tambahan, pericardial friction rub, ronchi, crackles e. Jantung Tekanan darah, nadi 1) Inspeksi, iktus kordis tampak 2) Palpasi 3) Perkusi : redup 4) Auskultasi : murmur, gallop f. Abdomen 1) Inspeksi perut : kesimetrisan 2) Palpasi : tanda hepatomegali, ascites 3) Perkusi tympani 4) Auskultasi bising usus
  • 25. g. Genetalia h. Ekstermitas: Pada inspeksi sendi terlihat bengkak dan merah, ada gerakan yang tidak disadari, pada palpasi teraba hangat dan terjadi kelemahan otot. Terdapat edema, kelembaban udara. Data fokus pengkajian a. Regurgitasi Mitral 1) Palpitasi jantung (berdebar) 2) Nafas pendek 3) Batuk akibat kongesti paru pasif kronis 4) Denyut nadi mungkin kadang tidak teratur akibat ekstra systole/ fibrilasi atrium yang bias menutup selamaya 5) Pada pemeriksaan auskultasi : bising sepanjang fase systole 6) Pada pemeriksaan elektrokardiogram ; pembesaran atrium kiri, irama sinus normal, fibrilasi atrium hipertropi atrium kiri 7) Pada pemeriksaan radiogram dada : pembesaran atrium kiri, pembesaran vertikal kiri, kongesti vaskuler paru-paru dalam berbagai derajat. 2.2.2 Diagnosa Keperawatan 1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraksi otot jantung, preload dan after load. 2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi sekunder terhadap backward failure hipertropi left atrium, ventrikel kiri. 3. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis 4. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit 5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia. 6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik. 7. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan neuromuskuler.
  • 26. 2.2.3 Rencana Keperawatan Tujuan yang diharapkan : 1. Curah jantung adekuat sesuai kebutuhan pasien 2. Komplikasi dapat dicegah atau diatasi 3. Pasien mengerti tentang proses/ prognosis/ pengobatan penyakit katup jantung Perencanaan sesuai standar SDKI 1. Berikan posisi semifowler 2. Berikan lingkungan aman dan nyaman 3. Berikan Oksigen sesuai indikasi 4. Monitor tanda-tanda vital 5. Berikan obat-obatan sesuai indikasi 6. Jelaskan tujuan, efek obat, efek samping dari obat-obatan yang diberikan 7. Monitor pengeluaran urin, catat jumlah, konsentrasi, warna 8. Ukur keseimbangan cairan masuk dan keluar dalam 24 jam 9. Berikan cairan sesuai kebutuhan 10. Auskultasi paru : adanya suara nafas tambahan 11. Auskultasi pulsasi apeks, nilai denyut jantung, irama 12. Monitor dan catat suara jantung 13. Monitor pulsasi perifer 14. Monitor JVP 15. Monitor ukuran lingkar perut (ascites) 16. Monitor warna kulit, kelembaban, cyanosis dan temperatur 17. Monitor EKG : aritmia 18. Berikan bantuan dalam pemenuhan kebutuhan sehari hari 19. Berikan makanan sedikit tapi sering 20. Kolaborasi dengan ahli gizi 21. Monitr nilai laboratorium 22. Anjurkan pasien untuk menghindari aktivitas berlebihan
  • 27. Evaluasi 1. Proses dan hasil 2. Proses: setiap tindakan lakukan evaluasi langsung 3. Hasil : tujuan yang diharapkan
  • 28. BAB III TINJAUAN KASUS 3.1 Asuhan Keperawatan 3.1.1 Pengkajian 1. Identitas Pasien Nama : Tn. T Tanggal lahir : 12 November 1957 Alamat : Banjar, Banjarmasin Kalimantan Timur Agama : Islam Suku : Banjar Jenis Kelamin : Laki-laki Tanggal MRS : 26 Juni 2022 Tanggal Pengkajian : 03 Agustus 2022 2. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri (score : 6 ) P : Penyebab : Saat berjalan lebih dari 500 meter dan Beraktivitas Q : Quality : Nyeri tumpul (Thypical Chest Pain) R : Region/Radiasi : Di dada sebelah kiri, tidak menyebar S : Skala Seviritas : Numerik Rating Scale (NRS) Score (6)/Sedang T : Timing : Saat beraktivitas dan berolahraga terasa nyeri jika sudah lama, nyeri di rasakan secara bertahap, muncul durasi 3-4 x saat aktivitas 3. Riwayat Penyakit Dahulu Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit tekanan darah tinggi, TD: 154/ 76 mmHg, tetapi tidak minum obat. Pasien pernah berobat dan didiagnosa penyakit jantung (lupa diagnosa) dan pasien tidak kontrol. Sekitar 2 tahun yang lalu pasien pernah merasakan nyeri dada, tetapi diabaikan. Beberapa bulan terakhir pasien mengeluh nyeri dada dirasakan berulang saat beraktivitas maupun istirahat. Lalu pasien berobat di Rumah Sakit Ciputra Banjarmasin, dilakukan pemeriksaan echocardiography dan
  • 29. corangiography dengan hasil 3 VD dan MR Mild. Kemudian pasien dirujuk ke JHC untuk dilakukan pemeriksaan atau tindakan lanjutan. 4. Faktor Risiko Pasien memiliki riwayat merokok dan baru berhenti merokok sejak 2 bulan yang lalu. Pasien suka makan-makanan yang berminyak dan bersantan. Pasien jarang berolahraga. Keluarga tidak memiliki riwayat penyakit jantung. Pasien Mengatakan tidak rutin minum obat anti hipertensi. Pasien bekerja di perusahaan unit kerja perkantoran. 5. Perilaku yang mempengaruhi kesehatan Perilaku sebelum sakit yang mempengaruhi kesehatan: Pasien tidak pernah minum alkohol, namun semenjak SMA pasien mulai merokok. Di rumah pasien jarang berolahraga. 6. Pola aktivitas latihan Kemampuan dalam perawatan diri, pasien mandiri. Pasien tidak menggunakan alat bantu. Pasien mengatakan saat aktivitas berdiri terlalu lama cepat Lelah dan nyeri dada kadang-kadang. 7. Pola Nutrisi dan Metabolik di RS Pasien mengatakan diet rendah garam dan rendah kolesterol. Pasien makan sehari 3x. Nafsu makan : normal Berat badan stabil : 60 kg Kesukaran menelan : tidak ada Gigipalsu : tidak ada Gigiompong : Bagian bawah ada 2 Jumlah cairan/minum : 1 liter /hari 8. Pola eliminasi Kebiasaandefekasi (BAB): 1 kali/hari Pola BABsaatini: dalambatas normal Kebiaasan BAK : 4-5 x/Hari Jumlah 800 cc/hari Warna Urin : kuning muda, Alat bantu kateter
  • 30. 9. Pola istirahat tidur di RS Kebiasaan tidur pasien 6 -7 jam/malam hari, tidak pernah tidur siang Nyenyak tidur : Ya Masalah tidur: Tidak ada 10. Pola hubungan peran Peran saat ini yang dijalankan :Sebagai ayah Penampilan peran sehubungan dengan sakit :Digantikan dengan anak kandungnya Sistempendukung : Istri dan anaknya Interaksi denganorang lain : Baik Menutup diri : Tidak Mengisolasi diri/diisolasioranglain : Tidak 11. Pola Keyakinan Agamayang dianut :Katolik Pantanganagama : Tidak ada Nilai/keyakinan terhadap penyakit :Pasien yakin akan sembuh dengan berobat Distres Spiritual : Tidak ada 12. Pemeriksaan Fisik a. Kesan Umum / Keadaan Umum : cukup b. Tanda-tanda Vital Suhu Tubuh : 36,2 0 C Nadi: 67x/mnt, Tekanan darah: 154/76 mmHgRespirasi: 20 x/mnt Tinggi badan: 166 cm Berat Badan : 60 kg Pengkajian nyeri P: nyeri saat aktivitas ringan dan kadang muncul saat istirahat Q: panas, terasa seperti tertimpa benda berat R : dada, menjalar ke lengan kiri dan tembus sampai ke punggung S : skala 6 (NRS) T : 2 bulan yang lalu mulai nyeri, lambat laun nyeri berulang semakin sering saat aktivitas dan istirahat
  • 31. c. Pemeriksaan Kepala dan Leher : 1) Kepala dan rambut a) Bentuk Kepala : Bulat b) Rambut : Beruban, Penyebaran dan keadaan rambut : tidak merata Warna : putih dan hitam c) Warna kulit : sawo matang 2) Mata a) Kesimetrisan : Simetris b) Kelopak Mata ( Palpebra ) : Tidak ada kelainan c) Konjunctiva dan sclera : Konjungtiva merah muda, ptechie (-), sclera ikterik (-), d) Pupil : Pupil isochor, 3mm/3mm, reflek cahaya (+/ +) e) Kornea dan Iris : Garis melingkar abu-abu pada kornea (-), iris normal f) Ketajaman Penglihatan / Visus : *) Tidak ada kelainan g) Tekanan Bola Mata : *) Normal h) Eksopthalmus (-), gerakan bola mata simetris normal, strabismus (-) 3) Hidung Normal, pernafasancupinghidung (-) 4) Telinga a) Bentuk Telinga : normal, simetris b) Ukuran Telinga : normal c) Lubang Telinga : normal
  • 32. 5) Mulut dan Faring : Keadaan bibir normal dan lembab, gusi dan gigi normal, tidak ada perdarahan, tidak ada caries. Keadaan lidah normal dan bersih. 6) Leher : a) Posisi Trakhea : simetris b) Tiroid : normal c) Suara : normal d) Kelenjar Lymphe : tidak ada pembesaran e) Jugularis Vena Pressure : 6 cm H2O f) Denyut Nadi Coratis : teraba kuat, suara bruit (-) g) Trachea : Tanda oliver (-), deviasi trakea (-) d. Pemeriksaan Integumen ( Kulit ) : 1) Kebersihan : Bersih 2) Kehangatan : Hangat 3) Warna : kuning langsat 4) Turgor : elastis, < 2 detik 5) Tekstur : halus 6) Kelembapan : lembab e. Pemeriksaan Payudara dan Ketiak : Bentuk normal, tidak ada benjolan pada payudara dan ketiak, tidak ada nyeri. f. Pemeriksaan Thorak / Dada : 1) Inspeksi Thorak Bentuk Thorak : bentuk normal/ simetris, tidak ada kelainan, dada cekung (-), dada cembung (-) a) Pernafasan Irama : teratur b) Tanda-tanda kesulitan bernafas : Tidak ada, tidak ada retraksi intercostae 2) Pemeriksaan Paru a) Palpasi getaran suara ( vokal Fremitus ) kanan kiri normal b) Perkusi : sonor (+/+)
  • 33. c) Auskultasi Suara nafas : vesikuler (+/+), Suara Ucapan : normal Suara nafas tambahan : wheezing (-/-), rhonki (-/-), rales (-/-) 3) Pemeriksaan Jantung a) Inspeksi : bentuk dada normal b) Palpasi : teraba ictus cordis di bagian sela iga 5 (kiri) c) Perkusi : Batas-batas Jantung : Sebelahkanan : pekak di parasternal kanan Sebelahkiri : pekak di mid clavicula ICS 5 Sebelah atas : pekak di ICS parasternal kanan dan kiri Sebelahbawah:pekak di ICS 5 midcalvicula sinistra d) Aukultasi Bunyi Jantung I : normal, terdengar tunggal Bunyi Jantung II : normal, terdengar tunggal Bising/murmur : murmur sistolik di ICS 5 midclavicula sinistra Frekuensi Denyut Jantung : 75x/ mnt 4). Pemeriksaan Abdomen a) Inspeksi Bentuk Abdomen : normal, simetris Benjolan/massa : tidak tampak benjolan b) Auskultasi Peristaltik Usus : bising usus 12x /mnt c) Palpasi Tanda nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan Benjolan /massa : tidak ada Turgor kulit : normal Tanda-tanda Ascites : tidak ada Hepar : nyeri tekan (-), hepatomegali (-) Lien : nyeri tekan (-), splenomegali (-)
  • 34. d) Perkusi Suara Abdomen : timpani Pemeriksaan Ascites : tidak ada 5) Pemeriksaan Kelamin dan Daerah Sekitarnya Genetalia Kebersihan baik, tidak mengalami kelainan pada alat kelamin dan anus. 6) Pemeriksaan Muskuloskeletal ( Ekstrimitas) a) Kesimestrisan otot : simetris b) Oedema: tidak ada, baik ekstremitas bawah maupun atas c) Kekuatan otot : normal 5 5 5 5 a) Kelainan pada ekstrimitas dan kuku : clubbing finger (-), 7) Pemeriksaan Neorologi a) Tingkat kesadaran ( secara kwantitatif )/ GCS : Compos mentis, GCS 4 5 6 b) Tanda-tanda rangsangan Otak ( Meningeal Sign ) :Tidak ada c) Fungsi Motorik :Tidak ada kelainan d) Fungsi Sensorik :Tidak ada kelainan e) Refleks : a) Refleks Fisiologis : reflek patela (+) b) Refleks Patologis : reflek babinski (-) 8) Pemeriksaan Status Mental a) Kondisi emosi/Perasaan : pasien selalu mempertanyakan kondisi kesehatannya. b) Orientasi : pasien sadar baik c) Proses berfikir ( ingatan, atensi, keputusan, perhitungan ) :baik d) Persepsi : persepsi pasien baik e) Bahasa : pasien berbicara dengan bahasa indonesia dengan baik
  • 35. 3.1.7 Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang Medis 1. Laboratorium : Hematologi rutin Hb Hematokrit Leukosit Trombosit PCV 15,7 51.2 7770 153.000 93 13-16 g/dL 40-48% 5000-10000 uL 150.000-400.000 uL 80-95 fL Protrombin Time 10.0 9,8 – 12,6 detik INR 10.08 APTT 35,1 31.0 – 47.0 detik Glukosa sewaktu 98 < 140 mg/dL Ureum 23 13 – 43 Creatinin 1.07 0.6- 1.2 mg/dL HbSAg Negatif Negatif Anti HCV Negatif Negatif Anti HIV Negatif Negatif SGOT 31 < 50 u/L SGPT 18 < 50 u/L Albumin 5,29 3.4- 4.8 Gol darah O rhesus + 2. Rontgen : Hasil thorak foto : Cor: CTR > 50%, apek bergeser ke latero kaudal. Elongasi dan kalsifikasi arkus aorta. Kedua hilus tidak melebar. Sinus costofrenicus masih lancip Kesimpulan cardiomegali dengan elongasi dan atherosklerotik arkus aorta. Tidak tampak gambaran kongesti pulmonal.
  • 36. 3. EKG Hasil EKG : a. Irama : Sinus Arytmia b. Heart rate : 83 x/menit c. Gel P : Normal (0,12 detik) di ikuti Komplek QRS d. PR Interval : Normal (0,20 Detik) e. Komp. QRS : Normal (0,12) Sempit f. Hypertropi : Tidak Ada g. ST Elevasi : Tidak Ada h. ST Depresi : Lead I, AVL, V5 (Lateral) i. Tanda2 Lain : Terdapat VES di lead I, II, AVL, AVF j. Kesimpulan : Sinus Arytmia dengan ST depresi lateral 4. Echocardiography : a. Deskripsi Dimensi ruang jantung dalam batas normal LVH (-) Hipokinetik di segmen anterior setinggi basal s.d mid, segmen lain normokinetik Fungsi sistolik LV baik dengan LVEF 67% (Teicholz) Fungsi diastolik LV menurun dengan E/A 2.2 Fungsi sistolik RV baik Katup-katup jantung : Mitral valve : Mild MR, MS (-) Trikuspid Valve : TR (-), TS (-) Aortic Valve : AR (-), AS (-) Pulmonal Valve : PR (-), PS (-), PH (-) Vegetasi (-), LV SEC (-), trombus (-) Pericardial effusion (-), Pleural effusion (-) Kesimpulan : IHD, Disfungsi Diastolik Grade II Mild MR 5. Corangiography ( 27Juli 2022) Left Main Stem (LMS) : Stenosis 50% di distal (calcified) Left Anterior Desendent (LAD) : Stenosis 50-90% di ostel- proksimal (calcified)
  • 37. Left Circumflex (LCx) : Stenosis 60% di proksimal Right Coronary Artery (RCA) : Diffuse disease proksimal- distal, maks stenosis 90% Kesimpulan : LMS / 3 Vessel Disease 6. Lain – lain : - 3.1.8 Terapi 1. Provital 2 x 1 tablet 2. Cedocard 5 mg S.L kalau perlu 3. Atorvastatin 1x20 mg 4. Microlac 1 tube 5. Chest fisioterapi 6. Latihan spironometri 7. Hasil konferen kardiac : Pro operasi CABG , LIMA ---- LAD , SVG ---- OM , SVG -- --- RCA Distal Tanggal operasi 4/ 11/ 2021 Asisten Operasi dr. Gusti Reza Sp. BTKV Kebutuhan darah: PRC 450 cc, FFP 1 unit 3.2 Diagnosa Keperawatan 3.2.1 Analisa Data Data Penunjang Analisa Masalah DS : Pasien mengatakan nyeri dada berulang DO : P: nyeri saat aktivitas ringan dan kadang muncul saat istirahat Q: panas, terasa seperti tertimpa benda berat R : dada, menjalar ke lengan kiri dan tembus sampai ke punggung S : skala 6 (NRS) T : 2 bulan yang lalu mulai nyeri, lambat laun nyeri berulang semakin sering saat aktivitas dan istirahat HR : 67 x/mnt Gelisah (-) Tampak meringis (+) Gangguan rasa nyaman Gejala penyakit DS : Pasien mengatakan akhir-akhir mudah lelah saat berdiri dan berjalan > dari 500 Meter DO : Sesak (-), RR : 20x/mnt Risiko penurunan curah jantung Perubahan kontraktilitas Perubahan afterload
  • 38. Batuk (-) Palpitasi (-), EKG : OMI anterior dan inferior TD : 154/ 76 mmHg Nadi : 67 x/mnt, nadi perifer teraba kuat MAP : 102 mmHg Murmur sistolik (+) Akral hangat, kulit pucat (-) Edema (-) Distensi vena jugularis (-) JVP 6 cmH2O CRT <3 dtk EF : 61% Echo: IHD (Ischemic Heart Disease), Mild MR Hipokinetik anterior Thorak Foto : Cardiomegali , CTR >50% Corangiography: LMS / 3 VD (calcified vessel) Kesadaran compos mentis Hasil lab: Hb: 15,7 g/dL Ht: 51,2 Kadar gula darah: 98 Kalium : 4,59 Natrium :141,2 SpO2 : 98 % JVP : 6 cmH2O DS: Pasien mengatakan belum paham sepenuhnya tentang penyakitnya DO: TD: 154/ 76 mmHg Nadi 67 x/mnt Hasil EKG: OMI anteroseptal dan inferior Hasil Corangiography: LMS/ 3 VD (calcified vessel) Hasil Thorax foto : Cardiomegaly Hasil Echo : IHD, Mitral regurgitasi Mild Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan
  • 39. 3.2 Diagnosa Keperawatan Nama Pasien : Tn T Umur : 64 tahun No. Reg. : 05.09.03 1. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas. 2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit d.d pasien sering bertanya tentang penyakitnya, tampak gelisah 3. Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan ditandai dengan pasien belum paham penuh tentang penyakitnya, hasil Echo: Mitral Regurgitasi, Thorak Foto: Cardiomegali, EKG: Sinus Arytmia dengan ST depresi lateral
  • 40. No Hari/Tgl Diagnosa Kep Tujuan Dan Kriteria Hasil Rencana Keperawatan Rasional 1 Rabu, 03-08- 2022 Risiko penurunan curah jantung Setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama 6 jam curah jantung pasien adekuat KH: 1. Komplikasi dapat dicegah/ diatasi 2. RR 12-20 x/mnt 3. Suara nafas 4. Aktifitas mencapai batas normal 5. Kekuatan nadi perifer meningkat 6. EF tidak mengalami penurunan 7. Palpitasi tidak terjadi 8. Bradikardi tidak terjadi 9. Tachicardy tidakterjadi 10. Suara jantung BJ 1 dan 2 tunggal 11. EKG tidak ada gambaran aritmia / sinus rhytm 12. Pasien tidak pucat 13. Tensi :membaik 14. Nadi 60-100 x/mnt 15. Nyeri dada berkurang 16. Tekanan nadi kuat 17. SpO2 >95% 18. CRT < 3dtk 19. Balance cairan seimbang 20. Pasien mengerti tentang proses/ prognosis/ pengobatan penyakit jantung Observasi 1. Identifikasi tanda atau gejala primer penurunan curah jantung (meliputi dispnue, kelelahan, edema, ortopnue, paroxymal nocturnal dyspnue, peningkatam CVP) 2. Identifikasi tanda atau gejala skunder penurunan curah jantung (meliputi peningkatan berat badan, hepatomegali, distensi vena jugularis, palpitasi, ronki basah, oliguria, batuk,kulit pucat) 3. Monitor tekanan darah 4. Monitor intake dan output cairan 5. Monitor Saturasi oksigen Terapeutik 6. Posisikan pasien semi fowler atau fowler dengan kaki kebawah atau posisi nyaman 7. Berikan diet jantung yang sesuai 8. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stres jika perlu 9. Berikan dukungan emosional dan spiritual 10. Berikan oksigen untuk mempertahankan Saturasi oksigen >94% jika perlu Edukasi 11. Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi 12. Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap 13. Ajarkan pasien dan keluarga untuk mengukur intake dan output cairan harian Kolaborasi 14. Rujuk ke program rehabilitasi jantung jika perlu 15. Berikan vitamin jika perlu 16. Operasi CABG 3VD 1. Untuk mengetahui apakah ada Tanda-tanda gejala primer penurunan curah jantung 2. Untuk mengetahui tanda dan gejala skunder penurunan curah jantung 3. Memantau perubahan tekanan darah 4. Mengetahui berapa banyak cairan yang masuk dan keluar 5. Kebutuhan oksigen terpenuhi 6. Agar Pernapasan dan kenyamanan pasien dapat dipertahankan 7. Menjaga asupan nutrisi yang tepat bagi pasien 8. Mengalihkan perhatian pasien dari hal yang membuat dia stress 9. Pasien dapat bersemangat dan selalu berpikiran positif 10. Agar kebutuhan oksigen pasien terpenuhi 11. Membatasi kinerja yang dapat memperberat kondisi 12. Melatih kemampuan secara bertahap 13. Mengetahui jumlah cairan yang masuk dan keluar secara mandiri
  • 41. No Hari/Tgl Diagnosa Kep Tujuan Dan Kriteria Hasil Rencana Keperawatan Rasional 2 Rabu, 03-08- 2022 Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama 12 jam, nyeri pasien berkurang KH: Nyeri berkurang dengan skala < 3 (NRS) Meringis (-) Gelisah (-) Sulit tidur (-) 1 Observasi a. Identifikasilokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri b. Identifikasi skala nyeri c. Identifikasi respon nyeri non verbal d. Monitor efek samping obat 2. Terapeutik nursing a. Berikan teknik non farmakologi (nafas dalam) b. Kontrol lingkungan (suhu, pencahayaan, bising ) 3. Edukasi : a. Penyebab, periode dan pemicu b. Penggunaan analgetik secara tepat c. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri 4. Kolaborasi : Pemberian analgetik, jika perlu 1. Pemantauan diperlukan untuk menunjang keberhasilan a. Sumber nyeri dapat diidentifikasi b. Tingkat nyeri pasien dapat diketahui (ringan, sedang dan berat) c. Penilaian perubahan status nyeri secara obyektif d. Meminimalisir efek negatif dari pemakaian analgetik 2. Terapi keperawatan a. Alternatif terapi selain pemakaian analgetic b. Kenyamanan pasien dapat terpenuhi 3. Pendidikan kesehatan a. Pasien memahami penyebab, periode dan pemicu timbulnya nyeri b. Penggunaan obat sesuai dengan dosis yang telah ditentukan dokter c. Secara mandiri pasien dapat menerapkan teknik nonfarmakologi dengan benar 4. Menurunkan tingkat nyeri pasien 14. Untuk membantu pemulihan secara lebih maksimal 15. Vitamin membantu pemulihan 16. Meningkatkan Vaskulerisasi koroner
  • 42. No Hari/Tgl Diagnosa Kep Tujuan Dan Kriteria Hasil Rencana Keperawatan Rasional 3 Rabu, 03-08- 2022 Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan Setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama 1x 24 jam pasien mampu mengatur dan mengintegrasikan penanganan masalah Kesehatan dalam kehidupan sehari-hari KH: 1. Melakukan Tindakan untuk mengurangi factor risiko meningkat 2. Menerapkan program perawatan 3. Aktivitas hidup efektif memenuhi tujuan kesehatan 4. Verbalisasi kesulitan dalam menjalani program perawatan berkurang Edukasi program terapi 1. Observasi a. Identifikasi kesiapan menerima informasi b. Identifikasi pengetahuan pengobatan yang direkomendasikan 2. Nursing Terapiutik a. Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai kesepakatan b. Berikan dukungan untuk menjalani program pengobatan yang baik dan benar c. Berikan kesempatan untuk bertanya d. Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan pada pasien selama pengobatan/ perawatan 3. Edukasi a. Jelaskan penyebab dan faktor risiko penyakit b. Jelaskan proses patofisiologi munculnya penyakit c. Jelaskan tanda dan gejala yang ditimbulkan oleh penyakit d. Jelaskan kemungkinan terjadinya komplikasi e. Ajarkan cara mengatasi gejala yang dirasakan dan cara meminimalkan efek samping dari intervensi/ pengobatan f. Informasikan kondisi pasien saat ini g. Anjurkan melapor jika tanda dan gejala memberat. Edukasi program terapi Pemantauan a. Melihat kesiapan pasien dalam menerima informasi b. Pasien mengetahui program terapi yang telah diberikan. Nursing terapeutik Informasi yang diberikan lebih optimal c. Support sistem yang baik, program terapi berjalan dengan baik d. Memberi kesempatan pasien mengeksplorasi sejauh mana pemahaman pasien tentang informasi e. Dukungan keluarga penting untuk pengobatan dan perawatan pasien Pendidikan kesehatan a. Pemahaman pasien akan kondisi penyakit meningkat b. Pemahaman pasien terhadap proses penyakit meningkat c. Optimalisasi program pengobatan dapat terealisasi d. Pasien dapat secara mandiri memahami gejala yang muncul dan meminimalkan efek samping intervensi e. Informasi kondisi actual meningkatkan kepuasan pasien f. Deteksi dini terhada pmasalah dan segera dilakukan tindakan
  • 43. 3.4 Implementasi Tanggal Jam Dx. Keperawatan Implementasi Paraf Nama 3-8-2022, 10.30 WIB Resiko penurunan curah jantung Observasi 1. Mengidentifikasi tanda atau gejala primer penurunan curah jantung (meliputi dispnue, kelelahan, edema, ortopnue, paroxymal nocturnal dyspnue, peningkatam CVP) Hasil : Pasien tampak lelah, sesak (-), RR: 20 x/mnt, edema (-), peningkatan CVP (-) 2. Mengidentifikasi tanda atau gejala sekunder penurunan curah jantung (meliputi peningkatan berat badan, hepatomegali, distensi vena jugularis, palpitasi, ronki basah, oliguria, batuk,kulit pucat) Hasil : BB = 60 kg, hepatomegaly (-), distensi vena jugularis (-), palpitasi (-), ronkhi basah (-), batuk (-), 3. Memonitor tekanan darah Hasil : TD : 150/70 mmHg 4. Memonitor intake dan output cairan Hasil : Intake : 400 cc Output : 300 cc, warna kuning 5. Memonitor Saturasi oksigen Hasil : Saturasi oksigen : 96 % Terapeutik 6. Memposisikan pasien semi fowler atau fowler dengan kaki kebawah atau posisi nyaman Hasil : Posisi semi fowler: 45 derajat 7. Memberikan diet jantung yang sesuai Hasil : Diet rendah garam 8. Memberikanterapirelaksasiuntukmengurangistres Hasil : Pasien terlihat tenang 9. Memberikan dukungan emosional dan spiritual Hasil : Pasien mengatakan siap untuk menjalani operasi, pasien tampak tenang Disi nama
  • 44. Edukasi 10. Menganjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi Hasil : Setiap ke kamar mandi pasien melapor ke petugas, pasien dilarang mengejan saat BAB 11. Menganjurkan beraktivitas fisik secara bertahap Hasil : Melakukan kegiatan dengan bantuan Perawat 12. Mengajarkan pasien dan keluarga untuk mengukur intake dan output cairan harian Hasil : Pasien dan keluarga dapat melakukan pengukuran secara mandiri Kolaborasi 13. Merujuk ke program rehabilitasi jantung jika perlu Hasil : Pasien akan mengikuti program rehabilitasi jantung setelah tindakan operasi CABG 14. Memberikan vitamin provital 1 tablet Hasil Pasien merasa lebih bugar 15. Berkolaborasi dalam rencana tindakan operasi CABG Hasil Pasien setuju dilakukan operasi dan memahami manfaat operasi 3-8-2022 Jam 10.30WIB Gangguan rasa nyaman Observasi 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitasnyeri Hasil : P: nyeri saataktivitas ringan dan kadang muncul saat istirahat Q: panas, terasa seperti tertimpa benda berat R : dada S : 6 T :berulang saat aktivitas dan istirahat 2. Mengidentifikasi skala nyeri Hasil : Skala Nyeri : 6 3. Mengidentifikasi respon nyeri non verbal Hasil : Gelisah berkurang, wajah rileks 4. Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri Hasil : Jika beraktivitas dan istirahat Terapeutik 5. Memberikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri Hasil : Teknik relaksasi nafas dalam
  • 45. 6. Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri Hasil : Batasikunjungan dan privasi 7. Memfasilitasi istirahat dan tidur Hasil : Pasien dapat beristirahat Edukasi 8. Menjelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri Hasil : Pasien mengerti penyebab, periode dan pemicu nyeri 9. Menjelaskan strategi meredakan nyeri Hasil : Pasien mengerti cara meredakan nyeri 10.Menganjurkan memonitor nyari secara mandiri Hasil : Pasien dapat memonitor nyerinya secara mandiri 11.Mengajarkan teknik non Farmakologi untuk mengurangi Hasil : Pasiendapat melakukan teknik relaksasi nafas dalam Kolaborasi 12. Berkolaborasi pemberian analgetik jika perlu Hasil : Paracetamol 500 mg (tablet) jika perlu 3-8-2022 Jam 12.30 WIB Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan Observasi 1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi Hasil : Pasien dan keluarga koperatif 2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku hidup sehat Hasil : Pasien dan keluarga koperatif Terapeutik 3.Menyediakan materi dan media pendidikan kesehatan Hasil : Pasien dan keluarga koperatif 4.Memberikan kesempatan untukbertanya Hasil : Pasien dan keluarga koperatif Edukasi 5.Menjelaskan proses penyakit, prognosis dan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan dan terapi pengobatan
  • 46. Hasil : Pasien dan keluarga kooperatif dan memahami apa yang disampaikan perawat 6.Mengajarkan perilaku hidup sehat Hasil : Pasien dan keluarga koperatif 7.Mengajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup sehat Hasil : Pasien dan keluarga koperatif 3.5 Evaluasi (Catatan perkembangan) No Dx.Kep Tanggal Evaluasi Paraf Nama 1 3/08/2022 15.00 WIB S : Pasien mengatakan rasa lelah berkurang O : 1. Kesadaran compos mentis 2. TD : 142/ 76 mmHg 3. Nadi :75 x/mnt, nadi kuat 4. Akral hangat 5. CRT < 2dtk 6. EF : 61% 7. Gambaran EKG : OMI antero septal, inferior 8. Edema (-) 9. Distensi vena jugularis (-) 10. PND (-) 11. Batuk (-) 12. Murmur sistolik (+) 13. Echo: Ischemia Heart Disease (IHD), Mild MR 14. Hipokinetik anterior 15. Thorak Foto :Cardiomegali , CTR >50% 16. Cor angiography: LMS / 3 VD (calcified vessel) A : Intake output Masalah teratasi sebagian P : Intervensi di lanjutkan 2 3/08/2022 15.00 WIB S :Pasien mengatakan nyeri dada berkurang O : P :masih ada sedikit tidak nyaman di dada saat makan, miring kanan dan miring kiri Q: rasa panas berkurang R : dada S : skala2 T : hilang timbul HR : 75 x/mnt Gelisah (-) Tampak meringis (-) A :Masalah teratasi sebagian P :Intervensi di lanjutkan
  • 47. 3 3/08/2022 15.00 WIB S : Pasien mengatakan memahami apa yang sudah disarankan perawat dan bersungguh sungguh ingin menjalani prosedur terapi secara benar O: Pasien tampak tenang Pasien bisa menjawab 70% pertanyaan A : Masalah teratasi sebagian P :Intervensi di lanjutkan
  • 48. BAB IV PEMBAHASAN Pada kasus kelompok disini pasien mengalami coronary artery disease (CAD) atau terjadi infark miokard. Pasien atas nama Tn. T dengan usia 64 tahun di diagnosa MR Mild. Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri dada berulang. Hasil Echocardiografi didapatkan MR Mild. Pemeriksaan penunjang thorak foto menunjukkan CTR > 50%, Cardiomegali. Sedangkan dari hasil PCI menyimpulkan adanya 3 vessel disease, yaitu Left Main Stem (LMS), terdapat stenosis 50% di distal (calcified), Left Anterior Desendent (LAD) terdapat stenosis 50-90% di ostel-proksimal (calcified), Left Circumflex (LCx) terdapat stenosis 60% di proksimal, Right coronary Artery (RCA) terdapat diffuse disease proksimal-distal, maks stenosis 90%. Coronary artery disease menyebabkan komplikasi mekanik yang dapat berujung pada kelainan-kelainan atau disfungsi katup jantung. Dalam hal ini regurgitasi katup jantung (MS Thaler, 2013). Angka kejadian tersering adalah regurgitasi katup mitral.Adanya Infark miokard berakibat ruptur muskulus papilaris dan corda tendinaedan dapat diakibatkan karena terjadi dilatasi pada annulus sehingga menyebabkan regurgitasi katup mitral. Regurgitasi mitral iskemi merupakan komplikasi yang sering terjadi pada remodelling patologis global atau regional ventrikel kiri akibat penyakit jantung koroner kronis. Mitral regurgitasi iskemia bersifat dinamis, keparahannya dapat bervariasi sesuai dengan kondisi hemodinamik. Baik tingkat keparahan regurgitasi mitral iskemi dan komponen dinamisnya memperburuk prognosis (Pierard, A, etc. 2010). Kasus kelolaan kelompok berjenis kelamin laki-laki. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Susilo pada tahun 2015 di RSD dr Soebandi Jember, yang menunjukkan bahwa penderita infark miokard dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak (16 orang) dan perempuan sebanyak (4 orang).Hal ini disebabkan oleh karena laki-laki mempunyai faktor resiko lebih besar dibandingkan perempuan. Sesuai dengan teori mengenai jenis kelamin, faktor risiko pada laki-laki lebih tinggi dari perempuan, terutama pada perempuan sebelum menopause. Hal ini dipengaruhi oleh adanya estrogen yang bersifat protective pada perempuan namun setelah menopause insidenspenyakit jantung koroner meningkat dengan cepat dan sebanding dengan
  • 49. insidens pada laki-laki. Menurut cleveland clinic, 2021 bahwa estrogen sangat berperan dalam setiap jaringan dan organ setiap wanita termasuk jantung dan pembuluh darah dengan manfaat meningkatkan HDL, menurunkan LDL dan mempengaruhi sistem kardiovaskuler. Hasil penelitian yang dilaporkan oleh American Heart Association pada tahun 1994 mengenai hubungan antara jenis kelamin dan umur sebagai faktor resiko penyakit kardiovaskuler yang dikaitkan dengan penyakit jantung koroner diungkapkan bahwa pada kedua kelompok jenis kelamin, peningkatan risiko penyakit jantung koroner makin bertambah seiring pertambahan usia seseorang. Hasil penelitian Mawarni, dkk (2015) yang berjudul gambaran kelainan katup jantung pada pasien infark miokard di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 1 Januari 2015-31 Desember 2015 didapatkan 20 kasus (90,9%) NSTEMI dan 2 kasus (9,1%) STEMI. Lokasi infark terbanyak yaitu inferior sebanyak 10 kasus (45,5%), didapati kelainan katup terbanyak yaitu kombinasi sebanyak 16 kasus (72,7%), dengan derajat terbanyak yaitu MR mild 5 kasus (55,6%), PR mild 5 kasus (55,6%) dan TR mild sebanyak 3 kasus (33,3%) pada pasien NSTEMI, yang didominasi oleh pasien laki-laki (54,5%), usia 56 – 66 tahun (40,9%), yang memiliki 4 faktor resiko mayor (59,1%). Berdasarkan hasil penelitian oleh Grasso ditemukan 13-45 % kasus infark miokard inferior mengalami MR dengan derajat mild. Sedangkan berdasar klasifikasi ACC/AHA 2020 Kasus kelolaan kelompok tergolong pada MR sekunder kronis, daun katup biasanya normal dan sedikit melebar. Sebaliknya MR dikaitkan dengan disfungsi LV berat yang disebabkan CAD (MR sekunder kronis iskemik). LV yang abnormal dan melebar menyebabkan perpindahan otot papiler yang pada gilirannya terjadi penarikan leaflet (daun katup) dengan pelebaran annular yang mencegah koaptasi. MR sekunder juga dapat berkembang karena pelebaran atrium kiri dan pembesaran annulus mitral yang sering terjadi AF dan kardiomyopati. Berdasarkan kasus kelolaan kelompok terdapat kesesuaian dengan hasil penelitian bahwa Mitral Regurgitasi dapat terjadi pada pasien CAD dikarenakan adanya infark miokard yang menyebabkan ruptur muskulus papilaris dan corda tendinae dan dapat diakibatkan karena dilatasi annulus. Sesuai dengan kasus diatas kelompok mengangkat diagnosa risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas. Hal ini dapat dilihat dari hasil
  • 50. pemeriksaan penunjang, didapatkan adanya cardiomegali pada thorax foto, hipokinetik segmen anterior setinggi basala sampai mid, fungsi diastolik LV menurun. Pada pemeriksaan EKG didapatkan hasil OMI anteroseptal dan inferior. Penelitian di dalam European Journal of Cardiology, dikatakan bahwa infark inferior menyebabkan kelainan katup kombinasi yaitu MR dan TR, dengan adanya ruptur chordae tendinea menyebabkan regurgitasi katup mitral, akibatnya terjadi penurunan COP (Cardiac Output) karena darah yang dipompa dari ventrikel menuju katup aorta kembali ke atrium kiri, akibatnya jantung melakukan reaksi kompensasi untuk meningkatkan kontraktilitas dari ventrikel kiri agar dapat memompa darah yang mengandung O2 demi memenuhi kebutuhan otot jantung, namun tidak seimbang dengan pasokan O2 akibat sumbatan parsial maupun total di arteri koroner kanan, dengan demikian ventrikel kiri mengalami hipertrofi yang mengakibatkan peningkatan tekanan di ventrikel dan atrium kiri. Selain itu kelompok mengangkat diagnosa keperawatan tentang gangguan rasa nyaman dan kesiapan peningkatan manajamen kesehatan. Gangguan rasa nyaman pada pasien ini dipengaruhi faktor fisik berupa respon nyeri berulang karena ischemia miokard. Kondisi tersebut tentunya mempengaruhi psikologis pasien terkait gejala penyakitnya. Sesuai hasil pengkajian, pasien tampak kooperatif saat proses pelayanan keperawatan dan merespon dengan baik sehingga kelompok mengangkat diagnosa kesiapan peningkatan manajemen kesehatan yang bertujuan untuk pengelolaan masalah penyakit secara optimal dan dapat menerapkan program perawatan dengan baik sehingga kualitas hidup pasien tetap terjaga. Tetapi untuk pasien kelolaan kelompokterkait mitral regurgitasi tidak dilakukan intervensi operasi karena tergolong mitral regurgitasi yang ringan (MR Mild) dengan didukung oleh 1. Secara klinis, kondisi MR pasien berpengaruh secara signifikan dibuktikan dengan suara murmur sistolik terdengar minimal. 2. Hemodinamik pasien yang stabil ditandai dengan tekanan darah 154/76 mmHg, MAP 102 mmHg, Pulse pressure 78 mmHg, CRT < 2 detik, Akral hangat. 3. Hasil Echo : Mitral Regurgitasi Mild, EF 61 % Dari hasil cardiac conference diputuskan dilakukan Operasi CABG.Oleh karena itu kelompok kami menekankan pada edukasi tentang proses penyakit, prognosa serta
  • 51. program terapi dengan tujuan mempertahankan status kesehatan pasien, mengurangi risiko komplikasi sehingga kualitas hidup pasien optimal. Program edukasi kami berikan kepada pasien dan keluarga yang terdiri dari: 1. Menganjurkan pasien untuk melakukan aktivitas fisik sesuai yang direkomendasikan. 2. Menjelaskan program terapi dan tindakan selama yang akan dilakukan terhadap pasien 3. Menganjurkan pasien untuk berperilaku hidup sehat diantaranya berhenti merokok, mengatur pola makan (membatasi garam, lemak dan gula), mengelola stress, mematuhi program terapi yang diberikan.
  • 52. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Bahwa penyakit Mitral insufiensi atau regurgitasi bisa disebabkan karena komplikasi CAD yang menyebabkan rupture corda tendinae dan muskulus papilaris dan bisa juga disebabkan karena dilatasi annulus sehingga menyebabkan regurgitasi katup mitral. Mitral regurgitasi mild tidak perlu dilakukan operasi berupa repair maupun replacement. Mitral regurgitasi pada pasien Kelola anter golong pada jenis MR sekunder kronis iskemik yang disebabkan CAD. Hal ini mengakibatkan ventrikel kiri abnormal dan melebar yang menyebabkan perpindahan otot papiler yang pada gilirannya terjadi penarikan leaflet (daun katup) dengan pelebaran annular yang mencegah koaptasi. Pada pasien kelolaan kelompok, intervensi keperawatan ditekankan pada masalah Pendidikan Kesehatan sehingga pengelolaan MR ini bisa optimal, tidak muncul komplikasi komplikasi lainnya dan kualitas hidup pasien meningkat. 5.2 Saran Sesuai dengan diskusi kelompok untuk saran kasus yang ditemukan diharapkan untuk dapat ditindak lanjuti terkait dengan asuhan keperawatan pasien mitral regurgitasi akibat CAD 3 vessel disease selama menjalani proses Tindakan operasi CABG, asuhan keperawatan perioperative sampai dengan rehabilitas
  • 53. PATHWAY KASUS Ketidakstabi lan electricity Gangguan irama jantung Aterosklerosi s OMI inferior & anteroseptal Kontraktilit as menurun Ruptur corda tendinae, m.papilaris Disfungsi katup mitral Stroke vol menurun Risk perfusi miokard tidak efektif Gangguan saat menutup : Mitral Regurgitasi (MR) Backward: Gangguan di LA Forward:Ganggu an di LV Risiko penurunan curah jantung Volume di LA meningkat Tekanan di LA meningkat Saat ejeksi/ sistolik Darah kembali ke LA Tekanan paru meningkat Kontraktilita s Pre Load Afterloa d Echo : MR mild, Hipokinetik segmen anterior, fungsi diastolik LV menurun, Corangiografi: LMS/3VD (calcified) EKG : OMI anteroseptal dan inferior Thorak Foto : Cardiomegali, CTR > 50% Viskositas : Hb: 15,7 g/dl, Ht 51,2 %, GDS: 98mg/dl Osmolaritas K+ : 4,59, Na+ : 141,2, SpO2 : 98% TD : 154/76 mmHg MAP: 102 mmHg Pulse Pressure CRT< 2 detik Akral hangat CAD 3 Vessel Disease Hipertensi, Merokok, Kurang Olahraga, Usia Tn U 63 tahun Komplikasi Kesiapan peningkata n manajemen kesehatan Iskemia Perfusi Menurun Risk perfusi cerebral tidak efektif Risk perfusi perifer tidak efektif SV X HR : Diteliti LVEDV menurun Risk perfusi renal tidak efektif Iskemia Infark Gangguan rasa nyaman
  • 54. DAFTAR PUSTAKA Baradero, Mary. 2005. Patiens With Cardiovascular and Hematological System Problem. Baumgartner Helmut, Falk Volkmar, Bax Jeroen J, et al. 2017. ESC/EACTS Guidelines For Management Valvular Heart Disease. European Heart Journal, Volume 38, Issue 36, 21 September 2017, Pages 2739– 2791,https://doi.org/10.1093/eurhttps://capitalcardiology.com/patient- education/mitral-valve-repair/?lang=idheartj/ehx391 Bauersachs R, Zeymer U, Brière JB, Marre C, Bowrin K, Huelsebeck M. Burden of Coronary Artery Disease and Peripheral Artery Disease: A Literature Review. Cardiovasc Ther. 2019;2019:8295054. [PMC free article] [PubMed] Bonow R et, al. (2012). Beaunwald’s Heart Disease: Textboox of Cardiovascular Medicine 9th edition. Philadelpia: Elsevier Saunders, pp 107-124, 126-163, 277- 291 Brown JC, Gerhardt TE, Kwon E. StatPearls [Internet]. StatPearls Publishing; Treasure Island (FL): Jun 5, 2021. Risk Factors For Coronary Artery Disease. [PubMed] Centers for Disease Control and Prevention, National Center for Health Statistics. Underlying Cause of Death 1999-2017 on CDC WONDER Online Database, released December, 2018. Data are from the Multiple Cause of Death Files, 1999- 2017, as compiled from data provided by the 57 vital statistics jurisdictions through the Vital Statistics Cooperative Program. Accessed at http://wonder.cdc.gov/ucd-icd10.html on Oct 24, 2019. Enriquez S, et.al. (1999). Functional anatomy of mitral regurgitation: accuracy and outcome implication of tranesophageal echocardiograpy. J Am Coll Cardiol 1994, 34: 1129 Germativum, Fahmi.2002. Asuhan Keperawatan Kelainan Jantung. (http://fahmifununi.blogspot.com/2012/07/asuhan-keperawatan-pada- kelainan.html diakses tanggal 03 Agustus 2022) Jackson Lee, Jackson Marilynn, 2011. Seri Panduan Praktis Keperawatan Klinis. Jakarta: Erlangga Lung B, Vahanian A (2011). Epidemiology of valvular heart disease in the adult. Nat Rev Cardiol. 2011; 8 (3): 162-172. doi: 10.1038/ nr cardio.2010.202
  • 55. M. Amiliana. 2012. Penyakit Jantung Katup Indonesia: Masalah yang hampurterlupakan. JurnalKardiologi Indonesia. 2012:33: 205. ISSN 0126/37732020 M. Catherine, etc (2020). ACC/AHA Guideline for the Management of Patients With Valvular Heart Disease: A Report of the American College of Cardiology/American Heart Association Joint Committee on Clinical Practice Guideline. Originally published 17 Des 2021. https: // doi.org/10.1161/CIR.00000000000000923. Circulation Muttaqin, Arif, 2006. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Banjarmasin Maganti K, Rigolin VH, Sarano ME, Bonow RO. Valvular heart disease: diagnosis and management. Mayo Clin Proc. 2010;85(5):483-500. doi:10.4065/mcp.2009.0706 Otto CM, Bonow RO. Valvular Heart Disease: A Companion to Braunwald’s Heart Disease. 4th ed. Philadelphia, PA: Elsevier Saunders; 2014. Pierard and Blase A. Carabello2 1. 2010. Ischaemic mitral regurgitation: pathophysiology, outcomes and the conundrum of treatment Luc A. Department of Cardiology, University Hospital Sart Tilman, University of Lie`ge, B-4000, Lie`ge, Belgium; and 2 Department of Medicine, Baylor College of Medicine and the Veteran Affairs Medical Centre, Houston, TX, USA Received 16 July 2010; revised 8 September 2010; accepted 5 October 2010; online publish-ahead. Susilo C. Identifikasi faktor usia, jenis kelamin dengan luas infark miokard pada penyakit jantung koroner (PJK) di ruang ICCU RSD DR. Soebandi Jember. Indonesian J. 2015;6:3-4. 7. Thygesen K, Joseph S, Alpert et al. Third universal definition of myocardial infarction. American Heart Assosiaction J. 2012;126:2020-35. Zainal A. Faktor resiko penyakit jantung koroner pada pasien rawat inap di Cardiovaskular Care Unit (CVCU) Cardiac Centre di RSUP DR. Wahidin Sudiro Husodo Makasar Periode Januari-Juli 2008 [Skripsi]. Makassar: Universitas Hasanuddin; 2012.