Dokumen tersebut membahas tentang penyakit jantung koroner yang merupakan penyebab kematian nomor satu di Indonesia. Penyakit ini dapat dicegah meskipun angka kejadiannya terus meningkat. Dokumen ini juga membahas tentang definisi, etiologi, anatomi, fisiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, dan komplikasi dari infark miokard akut.
Word seminar rs. muhammadiyah palembang (repaired)
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
[
Seperti halnya di Amerika Serikat, saat ini Penyakit Jantung dan Pembuluh
Darah (PJPD) telah menjadi penyebab kematian nomor satu di Indonesia. Seringkali
penyakit ini mengakibatkan kematian mendadak, ketika karier korban mulai menanjak
atau mencapai puncaknya. Jenis PJPD, antara lain: 1) Penyakit Jantung Koroner (PJK),
2) Penyakit Jantung Hipertensi, 3) Penyakit Jantung Reumatik, 4) Penyakit Jantung
Bawaan, 5) Penyakit Jantung Paru, 6) Penyakit Pembuluh Darah Otak, 7) Penyakit
Pembuluh Darah Perifer/Tepi.
Meskipun beberapa jenis Penyakit Jantung, khususnya Penyakit Jantung
Koroner yang menjadi penyebab utama kematian, sebenarnya dapat dicegah. Akan
tetapi, angka kejadiannya di tanah air kita cenderung terus meningkat. Keberhasilan
upaya pencegahan terlihat dengan berkurangnya angka kejadian Penyakit Jantung
Koroner di beberapa negara maju, di mana sistem penanggulangan Penyakit
Kardiovaskular sudah terstruktur rapi.
Gagal jantung kongestif merupakan penyulit/ komplikasi Tekanan Darah
Tinggi yang tak terkontrol dengan baik, atau PJK yang luas, cukup sering ditemukan.
Bagi orang awam, umumnya mereka tidak dapat membedakan apakah terjadi iskemia
atau infark miokard yang mereka kenal hanyalah serangan jantung. Keluhan awal
serangan jantung : rasa berat, tertekan, nyeri, diremas-remas didada tengah yang dalam
istilah medis disebut Angina Pektoris, sebagai tanda otot jantung kekurangan oksigen.
Bil keluhan ini berlangsung kurang dari 15 menit, belum terjadi kerusakan sel-sel otot
jantung dan disebut iskemia Miokard. Bila berlangsung 15 menit atau lebih, maka sudah
terjadi kerusakan sel miokard dan disebut infark miokard.
Pengobatan Penyakit Jantung yang dilakukan sesuai dengan standar
Internasional sangat besar biayanya, dan merupakan beban yang berat untuk negara.
Permasalahan ini sudah dikeluhkan oleh negara-negara maju, baik di benua Amerika,
Eropa, maupun Australia. Bagi negara-negara yang sedang berkembang seperti
Indonesia, sulit rasanya pengobatan yang ideal dapat dilaksanakan pada semua pasien.
Oleh karenanya, upaya pencegahan sebaiknya lebih digalakkan dengan menyertakan
2. 2
partisipasi masyarakat, agar penyakit ini dapat dihindari. Upaya mengenali gejala awal
Penyakit Jantung Koroner sangat penting, agar penderita terhindar dari serangan jantung
yang fatal.
B. Ruang Lingkup Masalah
Adapun ruang lingkup masalah pada Asuhan keperawatanAcute Myocard
Infarct yaitu :
1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan Asuhan Keperawatan pada Tn “S” dengan
Acute Myocard Infarct (AMI) di Ruang ICCU Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang.
2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang terjadi sampai dengan penerapan
Asuhan Keperawatan pada Tn “S” dengan Acute Myocard Infarct (AMI) di Ruang
ICCU Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.
3. Untuk mengetahui rencana dan tindakan apa saja yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah pada Tn “S” dengan Acute Myocard Infarct (AMI) di Ruang
ICCU Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan pengalaman belajar bagaimana penerapan atau
pelaksanaan manajemen asuhan keperawatan dengan baik dan benar sesuai
konsep teori dan praktek secara tepat, aktual dan sistematis semaksimal
mungkin.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian pada Tn “S” dengan Acute Myocard Infarct
(AMI)
b. Dapat merumuskan diagnosa perawatan pada Tn “S” dengan Acute
Myocard Infarct (AMI)
c. Dapat membuat perencanaan pada Tn “S” dengan Acute Myocard Infarct
(AMI)
3. 3
d. Dapat melaksanakan rencana tindakan pada Tn “S” dengan Acute Myocard
Infarct (AMI)
e. Dapat mengevaluasi semua hasil tindakan pada Tn “S” dengan Acute
Myocard Infarct (AMI)
D. Manfaat Penulisan
a. Untuk Mahasiswa
sebagai gambaran dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada Tn “S” dengan
Acute Myocard Infarct (AMI).
b. Untuk Rumah Sakit
sebagai informasi dan sumbangan pemikiran dalam pelaksanaan Asuhan
Keperawatan pada Tn “S” dengan Acute Myocard Infarct (AMI)
c. Untuk Institusi Pendidikan
merupakan umpan balik terhadap penerapan teori secara terpadu oleh mahasiswa
dan dapat berguna untuk perbaikan serta peningkatan mutu pendidikan.
E. Waktu dan Tempat
1. Waktu
Asuhan Keperawatan dilakukan pada tanggal 20september2011 sampai dengan
23September2011.
2. Tempat
Tempat pengkajian dilakukan di ruang ICCU Rumah Sakit Muhammadiyah
Palembang tahun 2011
F. Strategi dan Teknik Penulisan
Dalam kegiatan studi kasus ini teknik dan strategi dalam pengumpulan datanya
menggunakan teknik.
a. Wawancara
Suatu metode tanya jawab yang dilakukan secara langsung pada istriTn “S”,
keluarga, perawat dalam perawatan pada Tn “S” dengan menggunakan format
pengkajian.
4. 4
b. Observasi
Dengan melakukan pengamatan, pencatatan secara langsung
c. Kepustakaan
Dengan mempelajari buku-buku penunjang, serta materi-materi yang berkaitan
dengan pembuatan laporan kasus ini yang kemudian di gabungkan secara
alamiah dan disimpulkan.
G. SistematikaPenulisanLaporan
Sistematika penulisan dalam laporan ini sesuai dengan sistematika bentuk laporan
yang telah diberikan selama kami mendapat pembekalan pra praktek belajar
lapangan dalam bentuk :
BAB I : Pendahuluan.
BAB ini terdiri dari latar belakang masalah, ruang lingkup
masalah,
tujuan penulisan
BAB II : Tinjauan Teori (Konsep dasar Acute Myocard Infarct
(AMI)dan
asuhankeperawatan)
BAB III : Tinjauan Kasus.
Bab ini terdiri dari pengkajian, analisa data , prioritas masalah,
diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, catatan
perkembangan dan evaluasi keperawatan
BAB IV : Pembahasan
Pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan diagnosa
keperawatan.
BAB V : Kesimpulan dan Saran.
DAFTAR PUSTAKA
5. 5
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Defenisi Acute Myocard Infarct
Infark adalah iskemia yang berlangsung lebih dari 30-45 menit akan
menyebabkan kerusakan sel irreversible serta nekrosis atau kematian otot.(Sylvia A.
price, 2005)
Infark miokard adalah nekrosis miokard akibat gangguan aliran darah ke otot
jantung. (Kapita selekta Kedokteran, 2000)
Infark Myokard Akut (IMA) adalah suatu keadaan nekrosis miokard yang akibat
aliran darah ke otot jantung terganggu. (Hudack & Galo 1996).
Infark Miocard Akut adalah kematian jaringan miokard diakibatkan oleh
kerusakan aliran darah koroner miokard (penyempitan atau sumbatan arteri koroner
diakibatkan olehaterosklerosis atau penurunan aliran darah akibat syok atau perdarahan.
(Carpenito L.J. , 2000).
Infark miokardium mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibat suplai
darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang. (Brunner &
Suddarth, 2001)
B. Etiologi
1. Gangguan pada arteri koronaria – berkaitan dengan atherosclerosis, kekakuan, atau
penyumbatan total pada arteri oleh emboli atau trombus.
Menurunnya suplai oksigen disebabkan oleh tiga faktor, antara lain:
a. Faktor pembuluh darah
Hal ini berkaitan dengan kepatenan pembuluh darah sebagai jalan darah
mencapai sel-sel jantung. Beberapa hal yang bisa mengganggu kepatenan pembuluh
darah diantaranya: atherosclerosis (arteroma mengandung kolesterol), spasme
(kontraksi otot secara mendadak/ penyempitan saluran), dan arteritis (peradangan
arteri).
Spasme pembuluh darah bisa juga terjadi dan biasanya dihubungkan dengan
beberapa hal antara lain : (i) mengkonsumsi obat-obatan tertentu, (ii) stress
emosional atau nyeri, (iii) terpapar suhu dingin yang ekstrim, (iv) merokok.
6. 6
b. Faktor Sirkulasi
Sirkulasi berkaitan dengan kelancaran peredaran darah dari jantung ke
seluruh tubuh sampai lagi ke jantung. Kondisi yang menyebabkan gangguan pada
sirkulasi diantaranya kondisi hipotensi. Stenosis (penyempitan aorta dekat katup)
maupun insufisiensi yang terjadi pada katup-katup jantung (aorta, maupun
trikuspidalis) menyebabkan menurunnya cardiak out put (COP)
c. Faktor darah
Darah merupakan pengangkut oksigen menuju seluruh bagian tubuh. Hal-hal
yang menyebabkan terganggunya daya angkut darah antara lain : anemia,
hipoksemia, dan polisitemia.
2. Penurunan aliran darah system koronaria – menyebabkan ketidakseimbangan antara
myocardial O2 Supply dan kebutuhan jaringan terhadap O2.
Pada penderita penyakit jantung, meningkatnya kebutuhan oksigen tidak
mampu dikompensasi, diantaranya dengan meningkatnya denyut jantung untuk
meningkatkan COP. Oleh karena itu, segala aktivitas yang menyebabkan
meningkatnya kebutuhan oksigen akan memicu terjadinya infark. Misalnya :
aktivitas berlebih, emosi, makan terlalu banyak dan lain-lain. Hipertropi miokard
bisa memicu terjadinya infark karena semakin banyak sel yang harus disuplai
oksigen, sedangkan asupan oksigen menurun akibat dari pemompaan yang tidak
efektive.
C. Anatomi dan Fisiologi
Jantung memiliki empat ruang terpisah atau ruang . Majelis tinggi pada setiap
sisi jantung, yang disebut atrium, menerima dan mengumpulkan darah yang datang ke
7. 7
jantung. atrium kemudian memberikan darah ke ruang bawah yang kuat, yang disebut
ventrikel , yang memompa darah jauh dari jantung melalui kuat, kontraksi berirama.
Jantungmanusia sebenarnya adalah dua pompa di satu. Sisi kanan menerima
darah oksigen-miskin dari berbagai daerah tubuh dan memberikan ke paru-paru. Dalam
paru-paru, oksigen diserap dalam darah. Sisi kiri dari heartreceives darah kaya oksigen
dari paru-paru dan menyampaikan ke seluruh tubuh.
Sinoatrial Node (sering disebut node node SA atau sinus) berfungsi sebagai
alat pacu jantung alami bagi jantung. Terletak di daerah atas atrium kanan, itu
mengirimkan impuls listrik yang memicu detak jantung masing-masing.
D. Patofisiologi
Penyebab sumbatan tidak diketahui. Diperkirakan adanya penyempitan arteri
koronaria yang disebabkan karena penebalan dari dinding pembuluh darah, vasospasme,
emboli atau trombus. Karena penyempitan dinding pembuluh darah pada arteri
koronaria menyebabkan suplay oksigen yang menuju ke jantung berkurang, jantung
yang kekurangan oksigen akan mengubah metabolisme yang bersifat aerob menjadi
anaerob, perubahan ini menyebabkan penurunan pembentukan fosfat yang berenergi
tinggi dimana hasil akhir dari metabolisme anaerob ini berupa asam laktat, apabila
berlangsung lebih dari 20 menit akan terjadi ischemia jantung yang meningkat, sehingga
akan menyebabkan nyeri dada yang hebat bahkan karena nyeri dada yang hebat tersebut
terjadi shock kardiogenik.
Hemodinamik mengalami perubahan yang menyebabkan berkurangnya curah
jantung. Meningkatkan tekanan ventrikel kiri, retensi air dan garam sehingga dapat
menimbulkan kelebihan cairan dalam tubuh. Perubahan hemodinamik ini bila
berlangsung lama akan menyebabkan jaringan rusak bahkan kematian pada otot
jantung.
E. Manifestasi Klinis
Adapun Manifestasi Klinis Acute Myocard Infarct (AMI) yakni
1. Nyeri dada menetap, nyeri dada bagian tengah dan epigastrium tidak hilang dengan
istirahat atau nitrat, nyeri menyebar secara luas ; dapat menyebabkan arrhythmias,
hypotension, shock, gagal jantung
8. 8
2. Banyak keringat, kulit lengas lembab
3. Tekanan darah menurun
4. Dyspnea, kelemahan, dan membuat pingsan
5. Nausea dan vomiting
6. Cemas dan gelisah
7. Tachycardia atau bradycardia
8. kelelahan berat
9. abdominal distres atau epigastric distres
10. nafas pendek.
Banyak pasien tidak memiliki tanda dan gejala di atas yang disebut dengan ”silent
myocardial infarctions”. Meskipun terjadi kerusakan myocardium.
F. Patoflow
9. 9
G. Komplikasi
1. Infark menyebar ke organ lain
Kontraktilitas berkurang sehingga menimbulkan tromboembolus,
tromboembolus ini akan menyebabkan sumbatan di bagian jantung lain yang tidak
terkena infark
2. Gagal jantung kongestif
10. 10
Jantung tidak mampu memompa keluar semua darh yang diterimanya. Dapat
timbul pada infark yang cukup luas timbul setelah pengaktifan reflex baroreseptor.
Pengaktifan tersebut mningkatkan aliran darah kebagian jantung yang rusak serta
kontriksi arteri dan arteriol disebelah hilir. Hal ini menyebabkan darah berkumpul
dijantung yang menimbulkan peregangan berlebihan terhadap sel-sel otot jantung.
Apabila peregangan cukup hebat maka kontraktilitas jantung dapat berkurang
karena sel-sel otot tertinggal pada kurvapanjang tegangan.
3. Syok kardiogenik
Terjadi apabila curah jantung sangat berkurangdalam waktu lama. Syok
kardiogenik dapat fatal pada waktu infark atau menimbulkan kematian atau
kelemahan beberapa hari atau minggu kemudian akibat gagal paru atau ginjal
karena iskemia.
4. Perikarditis
Terjadi beberapa hari setelah infark dan timbul akibat reaksi peradangan
setelah cedera atau kematian sel. Sebagian jenis perikarditis dapat timbul beberapa
minggu setelah infark dan mencerminkan reaksi hipersensitifitas imun terhadap
reaksi jaringan.
5. Aneurisma ventrikel
Setelah infark kontraktillitas miokardium berkurang akibat timbulnya
jaringan parut sehingga terjadi kelemahan pada otot jantung.
6. Ruptur miokardium
Selama atau setelah infark berlangsung
H. Pemeriksaan Penunjang
1. EKG : menunjukkna peningkatan gelombang S – T, iskemia berarti ; penurunan
atau datarnya gelombang T, menunjukkan cedera, : dan atau adanya gelombang Q.
2. Enzim jantung dan iso enzim : CPK –MB (isoenzim yang ditemukan pada otot
jantung ) meningkat antara 4-6 jam, memuncak dalam 12 – 24 jam, kembali
normal dalam 36-48 jam : LDH meningkat dalam 12-24 jam, memuncak dalam 24-
48 jam, dan memakan waktu lama untuk kembali normal. AST ( aspartat
amonitransfarase )meningkat (kurang nyata / khusus) terjadi dalam 6-12 jam,
memuncak dalam 24 jam, kembali normal dalam 3-4 hari.
11. 11
3. Elektrolit : ketidak seimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan dapat
mempengaruhi kontraktilitas.
4. Sel darah putih : leukosit (10.000-20.000) biasanya tampak pada hari kedua setelah
IM sehubungan dengan proses inflamasi.
5. Kecepatan sedimentasi : meningkat pada hari kedua-ketiga setelah IM, menjukan
iflamasi.
6. Kimia : mungkin normal tergantung abnormalitas fungsi / perfusi organ akut /
kronis
7. GDA/oksimetri nadi : dapat menunjukkan hipoksia atau proses penyakit paru akut
atau kronis.
8. Kolesteron atau trigelisarida serum : meningkat, menunjukkan arteriosklerosis
sebagai penyebab IM.
9. Foto dada : mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK
atau aneurisma ventrikuler.
I. Penatalaksanaan Medis
1. Istirahat total
2. Diet makanan lunak atau saring serta rendah garam bila ada gagal jantung
3. Pasang infuse dekstrose 5% untuk persiapan pemberian obat intravena
4. Atasi nyeri
Morfin 2,5 – 5 mg iv atau petidin 25-50 mg im bisa di ulang-ulang
Lain-lain nitrat, antagonis kalsium dan beta bloker
5. Oksigen 2-4 liter/menit
6. Sedatif sedang seperti diazepam 3-4 x 2-5 mg peroral. Pada insomnia dapat
ditambah flurazepam 15-30 mg
7. Antikoagulasi
Heparin 20.000 – 40.000 U/ jam iv tiap 4-6 jam atau drip iv dilakukan atas indikasi.
Diteruskan asetakumarol atau warfarin
8. Streptokinase/trombolisis
9. Pengobatan ditujukan untuk sedapat mungkin memperbaiki kembali aliran
pembuluh darah koroner. Bila ada tenaga terlatih, trombolisis dapat diberikan
12. 12
sebelum dibawa ke rumah sakit. Dengan trombolisis kematian dapat diturunkan
sebesar 40%.
J. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Aktifitas
Gejala :Kelemahan, Kelelahan, Tidak dapat tidur, Pola hidup menetap,
Jadwal olah raga tidak teratur
Tanda :TakikardiDispnea pada istirahat atau aaktifitas.
b) Sirkulasi
Gejala : riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah tekanan
darah, diabetes mellitus.
Tanda : - Tekanan darah dapat normal / naik / turun, Perubahan postural
dicatat dari tidur sampai duduk atau berdiri, Nadi dapat normal ,
penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat kualitasnya dengan
pengisian kapiler lambat, tidak teratur (disritmia).
- Bunyi jantungBunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin
menunjukkan gagal jantung atau penurunan kontraktilits atau
komplain ventrikel.
- MurmurBila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot
jantung
- Friksi ; dicurigai Perikarditis
- Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur
- Edema
Distensi vena juguler, edema dependent , perifer, edema umum,
krekles mungkin ada dengan gagal jantung atau ventrikel.
- WarnaPucat atau sianosis, kuku datar , pada membran mukossa
atau bibir
c) Integritas ego
13. 13
Gejala : menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut mati, perasaan
ajal sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan, khawatir
tentang keuangan , kerja , keluarga.
Tanda : menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah,
perilaku menyerang, fokus pada diri sendiri, koma nyeri.
d) Eliminasi
Tanda : normal, bunyi usus menurun.
e) Makanan atau cairan
Gejala : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau rasa terbakar
Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat, muntah, perubahan
berat
badan
f) Higiene
Gejala atau tanda : kesulitan melakukan tugas perawatan
g) Neurosensori
Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau istrahat )
Tanda : perubahan mental, kelemahan
h) Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala :Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak berhubungan
dengan aktifitas ), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin
(meskipun kebanyakan nyeri dalam dan viseral).
Lokasi :Tipikal pada dada anterior, substernal , prekordial, dapat menyebar ke
tangan, ranhang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrium,
siku, rahang, abdomen, punggung, leher.
Kualitas :“Crushing ”, menyempit, berat, menetap, tertekan.
Intensitas :Biasanya 10 (pada skala 1 -10), mungkin pengalaman nyeri paling
buruk yang pernah dialami.
i) Pernafasan:
14. 14
Gejala :dispnea saat aktivitas ataupun saat istirahat, dispnea nokturnal, batuk
dengan atau tanpa produksi sputum, riwayat merokok, penyakit
pernafasan kronis.
j) Tanda :peningkatan frekuensi pernafasan, nafas sesak / kuat, pucat, sianosis,
bunyi
nafas ( bersih, krekles, mengi ), sputum
k) Interaksi sosial
Gejala :Stress, Kesulitan koping dengan stressor yang ada misal : penyakit,
perawatan di RS
Tanda :Kesulitan istirahat dengan tenang, Respon terlalu emosi ( marah terus-
menerus, takut ), Menarik diri
2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan
arteri koroner
Intervensi :
a) Ukurskala nyeri yang dirasakan klien
b) Ajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri seperti menarik nafas
dalam, mendengarkan musik atau guided imagery.
c) Kontrol faktor lingkungan yang mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan seperti menjaga suhu ruangan 25º C, jaga agar ruangan
tetap tengang dan batasi pengunjung
d) Monitor tanda-tanda vital klien
e) Kolaborasi : berikan obat sesuai indikasi
2. Pola nafas in efektif berhubungan dengan hiperventilasi
Rencana tindakan yang diberikan adalah :
a) Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal atau masker sesuai indikasi
b) Kaji tanda-tanda vital klien
c) Kaji kemampuan toleransi pasien dalam pelepasan alat oksigenasi saat makan
d) Monitor aliran O2dan kondisi alat
e) Monitor tingkatefektivitas terapi O2
15. 15
f) Berikan pasien lingkungan yang kondusif untuk istirahat dan proses
penyembuhan
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
miokard dan kebutuhan
Rencana tindakan yang diberikan adalah :
a) Kaji tanda-tanda vital klien
b) Bantu pasien mengkaji aktivitas ringan yang mampu dilakukan
c) Bantu pasien untuk melakukan aktivitas fisik sehari-hari seperti ambulansi,
pindah dan perawatan diri secara bertahap
d) Anjurkan klien untuk Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas pada saat nyeri
e) Batasi kunjungan kepada klien
f) Anjurkan klien untuk menghindari peningkatan tekanan abomen, contoh
mengejan saat defekasi
g) Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat akivitas
4. (Risiko tinggi) Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan/sumbatan aliran darah
koroner.
Intervensi :
a) Pantau perubahan kesadaran/keadaan mental yang tiba-tiba seperti bingung,
letargi, gelisah, syok.
b) Pantau tanda-tanda sianosis, kulit dingin/lembab dan catat kekuatan nadi
perifer.
c) Pantau fungsi pernapasan (frekuensi, kedalaman, kerja otot aksesori, bunyi
napas)
d) Pantau fungsi gastrointestinal (anorksia, penurunan bising usus, mual-muntah,
distensi abdomen dan konstipasi).
e) Pantau asupan caiaran dan haluaran urine, catat berat jenis.
f) Kolaborasi pemeriksaan laboratorium (gas darah, BUN, kretinin, elektrolit)
g) Kolaborasi pemberian agen terapeutik yang diperlukan:
- Hepari / Natrium Warfarin (Couma-din)
16. 16
- Simetidin (Tagamet), Ranitidin (Zantac), Antasida.
- Trombolitik (t-PA, Streptokinase)Rawat bayi dengan suhu lingkungan sesuai
5. Kecemasan b/d ancaman/perubahan kesehatan-status sosio-ekonomi; ancaman
kematian.
Intervensi:
1. Pantau respon verbal dan non verbal yang menunjukkan kecemasan klien.
2. Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan marah, cemas/takut terhadap
situasi krisis yang dialaminya.
3. Orientasikan klien dan orang terdekat terhadap prosedur rutin dan aktivitas
yang diharapkan.
4. Kolaborasi pemberian agen terapeutik anti cemas/sedativa sesuai indikasi
(Diazepam/Valium, Flurazepam/Dal-mane, Lorazepam/Ativan).
Klien mungkin tidak menunjukkan keluhan secara langsung tetapi kecemasan
dapat dinilai dari perilaku verbal dan non verbal yang dapat menunjukkan
adanya kegelisahan, kemarahan, penolakan dan sebagainya.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn “S”
DENGAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER
ACUTE MYOCARD INFARCT (AMI)
DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2011
A. Pengkajian
I. IdentitasKlien
Nama : Tn. “S”
Umur : 52 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Menikah
No MR : 033436
17. 17
Alamat : Jl. Ki.A Marogan Lr. RT 10/03 Kel. SU II
Tgl Masuk Rumah Sakit : 20 September 2011 pukul:04.30WIB.
Tgl Pengkajian : 20 September 2011 Pukul 09.00WIB
Penanggung jawab
Nama : Ny.”S”
Umur : 48Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Hubungan dengan klien : Istri
Alamat : Jl. Ki.A Marogan Lr. RT 10/03 Kel. SU II
II. Riwayat Penyakit
Keluhan Utama saat masuk RS
Klien mengeluh nyeri dada sebelah kiri seperti tertekan yang muncul secara tiba-
tiba pada saat beraktivitas, klien mengatakan sesak nafas dan pusing.
Keluhan yang dirasakan pada saat pengkajian
Klien mengatakan merasa pusing dan terlihat sesak serta merasakan nyeri dada
sebelah kiri seperti tertekan pada saat beraktivitas.
Riwayat Perjalanan Penyakit
klien datang ke Rumah Sakit langsung ke IGD RS.Muhammadiyah Palembang
dengan keluhan Nyeri dada sebelah kiri seperti tertekan yang muncul tiba-tiba pada
saat beraktivitas, Keluarga mengatakan klien mengeluh BAB Cair selama 3 hari
dan dalam 1 hari bisa lebih dari 5 kali hingga dibawa ke IGD, setelah kondisi
pasien mulai stabil pasien lalu dipindahkan ke ruang ICCU.
III. Riwayat Penyakit Dahulu
Sekitar 1 tahun yang lalu klien menderita Diabetes Melitus serta alergi pada
makanan tertentu
IV. Pemeriksaa Fisik
18. 18
1. Status Kesehatan Umum
Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda Vital : TD : 90/70 mmHg RR : 28 x/menit
S : 36 0C N : 108 x/menit
2. Kepala
Inspeksi : Muka simetris,rambut warna hitam, kulit kepala bersih, tak ada
lesi, wajah menyeringai menahan nyeri
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan/benjolan/massa pada kulit kepala
3. Kulit, Rambut, Kuku
Inspeksi : Warna putih, pucat dan tidak ada lesi.
Palpasi : Kulit teraba dingin dan lembab
Textur : baik
Turgor kulit : elastis
4. Mata
Inspeksi : Mata simetris ka/ki, konjungtiva anemis, Pupil: isokor, sclera putih,
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada bola mata(TIO)
5. Telinga
Inspeksi : Telinga simetris ka/ki, ada serumen, tidak ada lesi
6. Hidung
Inspeksi : Hidung tampak simetris, tidak ada massa atau benjolan, tidak ada
lesi dan secret, tidak ada epitaksis.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada polip
7. Mulut
Inspeksi : Simetris, tidak ada stomatitis, mukosa bibir lembab, gigi tlengkap,
tidak ada pembesaran kelenjar tonsil.
8. Leher
Inspeksi : Simetris ka/ki, warna kulit merata, tidak ada jejas.
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
9. Sistem Kardiovaskuler
Irama Jantung : Ireguler
19. 19
Nyeri dada : Ada, sebelah kiri seperti tertekan.
Bunyi Jantung : Bunyi jantung III gallop
10. Sistem Pernafasan
Perkusi : Sonor inspeksi : dada simetris, RR: 28 x/menit
Auskultasi : Vesikuler sesak (+).
11. Sistem Persyarafan
GCS : 15, M: 6. V: 5. E: 4.
Reflek fisiologis reflek patologi : Tidak ada masalah
12. Sistem Pencernaan
Mulut : Bersih
Tenggorokan : Tidak ada massa
BAB : -Konstipasi: Cair, frekuensi: >5x sehari.
13. Sistem Endokrin
Tiroid : tidak ada pembesaran pada kelenjer tyroid
XI. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Tanggal : 20 September 2011
Pemeriksaan Hasil Normal
Hemoglobin 14,1 L: 13,2 - 17,3 s/dl,
P: 11,7 – 15,5 s/dl
Leukosit 11.600
LED 58 L: <10 mm/jam
P: <15 mm/jam
Trombosit 272.000 150.000 - 400.000/L
Hematokrit 41 L: 40 - 54%
P: 35 – 47%
Na serum 137 135 – 150 mE q/L
Kalium Serum 3,9 3,5 – 5,0 mEq/L
Urea 35 10 -50 mg/dL
Creatinin 0,7 L: 0,6 – 1,1 mg/L
P: 55 – 59 mg/L
BSS 394 60 – 120 mg/dL
CPK 30 L : 60 – 400
P : 40 – 150
20. 20
CKMB 19 >25
Hasil EKG: ST elevasi di lead III, aVF.
ST depresi di lead V3-V6, I AVL
V. Therapy
1. O2tambahan dengan kanula nasal 3 ltr
2. IVFD RL gtt 20 x/m micro
3. Aspilet tablet 1 x 1
4. Laxadin syrup 3 x mg/ sendok makan
5. Clobazam 2 x 10 mg
6. Injeksi Insulin (Noporavid) 3 x 8 unit melalui IntraMuskuler(IM) deltoid.
7. Isobrit Dinitrat (ISDN) 3 x 1
VI. Diet: Diet DJ III.
NAMA : Tn “S”
UMUR : 52 Tahun
DIAGNOSA MEDIS : Acute Myocard Infacrt
TANGGAL : 20 Juli 2011
B. ANALISA DATA
No Data Etiologi Problem
1. Ds: Klien mengatakan
Nyeri seperti
tertekan sebelah
kiri.
Do:
- Pasien tampak
pucat dan wajah
Iskemia miokardium
Kemampuan sel
menghasilkan ATP
aerobis lenyap
Sel melepaskan kalium &
enzim intra sel
Nyeri Akut
21. 21
menyeringai
menahan nyeri.
- Nyeri dada (+)
sebelah kiri
- klien terlihat lemas
-Pemeriksaan EKG :
ST elevasi di lead III,
aVF
ST depresi di lead
V3-V6, I AVL
- - Vital sign
suhu : 360 C
Nadi : 108 x/menit
TD :90/70 mmHg
RR : 28 x/menit
Menciderai sel lebih
lanjut
reaksi peradangan
menstimulasi reseptor
nyeri (bradikinin &
prostaglandin)
Afferent
Medulla spinalis
Thalamus
Korteks Serebri
Efferent
Nyeri
2. Ds: Klien mengatakan sulit
untuk bernafas
Do:
- klien terlihat lemas
- sesak (+)
- klien teraba dingin
& pucat
-Pemeriksaan EKG :
ST elevasi di lead III,
aVF
ST depresi di lead
V3-V6, I AVL
- - Vital sign
suhu : 360 C
Nadi : 108 x/menit
TD :90/70 mmHg
RR : 28 x/menit
Iskemia miokardium
kontraktilitas
pemompaan menurun
respons baroreseptor
peningkatan vol plasma
peningkatan aliran balik
vena
peningkatan preload
penumpukan darah d
jantung& paru
peningkatan frekuensi
pernapasan
pola nafas inefektif
pola nafas inefektif
3. Ds: - klien mengatakan
masih sesak ketika
bernapas
Klien mengatakan
Nyeri seperti
tertekan pada dada
sebelah kiri
Kontraktilitas
pemompaan menurun
Penurunan vol. Sekuncup
Penurunan Tek.Darah
sistemik
Intoleransi aktivitas
22. 22
Do:
- Pasien tampak
pucat dan wajah
menyeringai
menahan nyeri.
- Sesak (+)
- Rentang gerak
terbatas
- klien terlihat lemas
-Pemeriksaan EKG :
ST elevasi di lead III,
aVF
ST depresi di lead
V3-V6, I AVL
- - Vital sign
suhu : 360 C
Nadi : 108 x/menit
TD :90/70 mmHg
RR : 28 x/menit
Penurunan darah ke otot
rangka
Kelemahan persendian
Intoleransi aktivitas
4 Ds: - klien mengatakan
masih sesak ketika
bernapas
Klien mengatakan Nyeri
seperti tertekan
pada dada sebelah
kiri
Do:
- Pasien tampak
pucat dan wajah
menyeringai
menahan nyeri.
- Sesak (+)
- Kulit teraba dingin
- Ektrimitas lemah
- klien terlihat lemas
- Vital sign
S: 360 C
N : 108 x/menit
TD :90/70 mmHg
RR : 28 x/menit
Penurunan Darah
sistemik
HipoksiaJaringan
Sianosis
Penurunan Perfusi
jaringan
(Risiko tinggi)
Perubahan perfusi
jaringan.
23. 23
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan
arteri koroner
2. Pola nafas in efektif berhubungan dengan hiperventilasi
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
miokard dan kebutuhan
4. (Risiko tinggi) Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan/sumbatan aliran darah
koroner.
NAMA : Tn “S”
UMUR : 52 Tahun
DIAGNOSA MEDIS : Acute Myocard Infacrt
TANGGAL : 20 September 2011
D. RENCANA KEPERAWATAN
N
o
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan atau Kriteria
Hasil
Intervensi
1
.
Nyeri (akut)
berhubungan
dengan
iskemia
jaringan
Setelah dilakukan
asuhan keperawatan
selama 1 x24 jam
diharapkan pasien
mampu mengontrol
nyeri dengan kriteria
hasil :
1. Ukur skala nyeri yang dirasakan klien
2. Ajarkan teknik relaksasi untuk
mengurangi nyeri seperti menarik nafas
dalam, mendengarkan musik atau guided
imagery.
24. 24
sekunder
terhadap
sumbatan
arteri koroner
- Nyeri klien berkurang
dengan skala 2
- Ekspresi wajah dan
oral tidak tampak
menahan nyeri berat
- Vital sign dalam
rentang normal:
S: 36,5ºC-37,5ºC
TD: 110/70 mmHg-
139/89 mmHg
N: 60-100 x/ menit
RR: 16-24 x/ menit
3. Kontrol faktor lingkungan yang
mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan seperti menjaga suhu
ruangan 25º C, jaga agar ruangan tetap
tengang dan batasi pengunjung
4. Monitor tanda-tanda vital klien
Kolaborasi
1. berikan obat sesuai indikasi
2 Pola nafas in
efektif
berhubungan
dengan
hiperventilasi
Setelah dilakukan
asuhan keperawatan
selama 1x24 jam
diharapkan pasien
mampu meningkatkan
ventilasi yang
adekuat dengan
kriteria hasil:
§ - RR dalam rentang
normal (16-24 x/mnt)
§ - Penggunaan otot-otot
bantu pernafasan tidak
tampak (3 point
position)
- Tidak ada retraksi dada
1. Berikan oksigen tambahan dengan kanula
nasal atau masker sesuai indikasi
2. Kaji tanda-tanda vital klien
3. Kaji kemampuan toleransi pasien dalam
pelepasan alat oksigenasi saat makan
4. Monitor aliran O2dan kondisi alat
5. Monitor tingkatefektivitas terapi O2
6. Berikan pasien lingkungan yang kondusif
untuk istirahat dan proses penyembuhan
25. 25
3 Intoleransi
aktivitas b.d
ketidakseim
bangan
antara
suplai
oksigen
miokard
dan
kebutuhan
Setelah di lakukan
tindakan keperawatan
selama 2 x 24 jam
pasien mampu
meningkatkan aktivitas
kriteria hasil sebagai
berikut:
· - Suara jantung
abnormal (BJ III
gallop) tak tampak
ketika beraktivitas
· - Vital sign dalam
rentang normal ketika
beraktivitas
RR:16-24x/menit
N:60-100x/menit
S: 36,50C – 37,50C
TD: 110/70 -
139/89mmHg
· - Kelemahan berat tak
tampak
1. Kaji tanda-tanda vital klien
2. Bantu pasien mengkaji aktivitas ringan
yang mampu dilakukan
3. Bantu pasien untuk melakukan aktivitas
fisik sehari-hari seperti ambulansi, pindah
dan perawatan diri secara bertahap
4. Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas pada
dasar nyeri
5. Batasi kunjungan kepada klien
6. Anjurkan klien untuk menghindari
peningkatan tekanan abomen, contoh
mengejan saat defekasi
7. Jelaskan pola peningkatan bertahap dari
tingkat akivitas
4 4.(Risiko
tinggi)
Perubahan
perfusi
jaringan b/d
penurunan/su
mbatan aliran
darah
koroner.
Setelah dilakukan
asuhan keperawatan
selama 2x24 jam
diharapkan pasien dapat
mendemonstrasikan
perfusi jarinngan
kembali adekuat dengan
kriteria hasil:
- Vital sign dalam
rentang normal
S: 36,5ºC-37,5ºC
TD: 110/70 mmHg-
139/89 mmHg
N : 60-100 x/ menit
RR: 16-24 x/ mnt
- Tidak tampak kulit
dingin dan pucat.
- Tidak terdapat nyeri
dada
1. Catat frekuensi pernafasan
2. Lakukan tindakan untuk memperbaiki /
mempertahankan jalan nafas misalnya ,
batuk, penghisapan lendir dll.
3. Tinggikan kepala / tempat tidur sesuai
kebutuhan / toleransi pasien
4. Kaji toleransi aktifitas misalnya keluhan
kelemahan/ kelelahan selama kerja atau
tanda vital berubah.
5. Pantau tanda-tanda sianosis, kulit
dingin/lembab dan catat kekuatan nadi
perifer.
26. 26
NAMA : Tn“S”
UMUR : 52 Tahun
DIAGNOSA MEDIS : Acute Myocard Infacrt
TANGGAL : 21 September 2011
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tangg
al
Diagnosa Wakt
u
Implementasi Catatan Perkembangan
21Sep
t 2011
Dx 1 : Nyeri
(akut)
berhubungan
dengan
iskemia
jaringan
sekunder
terhadap
sumbatan
07.30 1. Mengukur skala nyeri
yang dirasakan klien,
yakni skala 5(sedang).
2. mengajarkan teknik
relaksasi untuk
mengurangi nyeri seperti
menarik nafas dalam.
3. Mengontrol faktor
lingkungan yang
mempengaruhi respon
pasien terhadap
ketidaknyamanan seperti
S: Klien mengatakan nyeri
berkurang
O: - KU :Lemah
- Nyeri dada (+)
- klien terlihat lemas
-Pemeriksaan EKG :
Sinus rytme
-skala nyeri yakni:
5(sedang).
- - Vital sign
suhu : 36,3 C
Nadi : 104 x/menit
27. 27
arteri koroner menjaga suhu ruangan
25º C, jaga agar ruangan
tetap tengang dan
membatasi pengunjung
4. mengukur tanda-tanda
vital klien
Kolaborasi
1. memberikan obat sesuai
indikasi
TD :120/80 mmHg
RR : 23 x/menit
A : Masalah belum teratasi
P :Intervensi dilanjutkan
- Kaji skala nyeri yang
dirasakan klien
- Ajarkan teknik relaksasi
untuk mengurangi
nyeri seperti menarik
nafas dalam,
mendengarkan musik
atau guided imagery.
- Kontrol faktor
lingkungan yang
mempengaruhi respon
pasien terhadap
ketidaknyamanan
seperti menjaga suhu
ruangan 25º C, jaga
agar ruangan tetap
tengang dan batasi
pengunjung
- Monitor tanda-tanda
vital klien
Kolaborasi
- berikan obat sesuai
indikasi
21Sep
t 2011
Dx 2: Pola
nafas in
efektif
berhubungan
dengan
hiperventilasi
09.00 1. Memberikan oksigen
tambahan dengan kanula
nasal sebanyak 3 ltr yang
memang telah terpasang
sejak tanggal 20 sept 2011
2. Mengukur tanda-tanda
vital klien
3. Mengkaji kemampuan
toleransi pasien dalam
pelepasan alat oksigenasi
saat makan
S: Klien mengatakan sesak
berkurang
O:
- klien terlihat lemas
- sesak (+)
- Respirasi masih
dibantu O2tambahan
- klien teraba hangat
-Pemeriksaan EKG :
Sinus Rytme
- - Vital sign
suhu : 36,50 C
Nadi : 92 x/menit
TD :110/70 mmHg
RR : 21 x/menit
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
28. 28
4. Memonitor aliran O2 dan
kondisi alat
5. Memonitor tingkat
efektivitas terapi O2
6. Memberikan pasien
lingkungan yang kondusif
untuk istirahat dan proses
penyembuhan
- Berikan oksigen
tambahan dengan kanula
nasal atau masker sesuai
indikasi
- Kaji tanda-tanda vital
klien
- Kaji kemampuan
toleransi pasien dalam
pelepasan alat oksigenasi
saat makan
- Monitor aliran O2 dan
kondisi alat
- Monitor tingkat
efektivitas terapi O2
- Berikan pasien
lingkungan yang
kondusif untuk istirahat
dan proses penyembuhan
21
sept
2011
Dx3:
Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan
ketidakseimb
angan antara
suplai
oksigen
miokard dan
kebutuhan
10.30 1. Mengukur tanda-tanda
vital klien
2. Membantu pasien
mengkaji aktivitas ringan
yang mampu dilakukan
3. Membantu pasien untuk
melakukan aktivitas fisik
sehari-hari seperti
ambulansi, pindah dan
perawatan diri secara
bertahap
4. Meningkatkan istirahat,
batasi aktivitas pada dasar
nyeri
5. Membatasi kunjungan
kepada klien
6. Menganjurkan klien untuk
S: - Klien mengatakan Nyeri
berkurang
- Sesak yang dirasakan
klien berkurang
O:
- Respiraasi masih dibantu
O2tambahan
- Rentang gerak terbatas
- klien terlihat lemas
-Pemeriksaan EKG :
Sinus Rytme
- Vital sign
suhu : 36,7 C
Nadi : 88 x/menit
TD :110/70 mmHg
RR : 21 x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
- Kaji tanda-tanda vital
klien
- Bantu pasien mengkaji
29. 29
menghindari peningkatan
tekanan abomen, contoh
mengejan saat defekasi
7. Menjelaskan pola
peningkatan bertahap dari
tingkat akivitas yakni
bangun dari tempat tidur
bila tidak ada nyeri
aktivitas ringan yang
mampu dilakukan
- Bantu pasien untuk
melakukan aktivitas
fisik sehari-hari seperti
ambulansi, pindah dan
perawatan diri secara
bertahap
- Tingkatkan istirahat,
batasi aktivitas pada
dasar nyeri
- Batasi pengunjung yang
mengunjungi klien
21
Sept
2011
Dx 4: (Risiko
tinggi)
Perubahan
perfusi
jaringan b/d
penurunan/su
mbatan aliran
darah
koroner.
11.00 1. Mencatat frekuensi
pernafasan yakni 21 x/m
2. Melakukan tindakan
untuk memperbaiki /
mempertahankan jalan
nafas dengan pemberian
O2tambahan
3. Meninggikan tempat tidur
sesuai kebutuhan /
toleransi pasien
4. Mengkaji toleransi
aktifitas misalnya keluhan
kelemahan/ kelelahan
selama kerja
5. Memantau tanda-tanda
sianosis, kulit
dingin/lembab
dan Mencatat kekuatan
nadi perifer.
Ds: - klien mengatakan
sesaknya berkurang
Do:
- Pasien tidak lagi tampak
pucat
- Kulit teraba hangat
- Ektrimitas lemah
- klien terlihat lemas
- Vital sign
Nadi : 88 x/menit
TD :110/70 mmHg
RR : 21 x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
- Catat frekuensi
pernafasan
- Lakukan tindakan
untuk memperbaiki /
mempertahankan jalan
nafas
- Tinggikan kepala /
tempat tidur sesuai
kebutuhan / toleransi
pasien
- Kaji toleransi aktifitas
misalnya keluhan
kelemahan/ kelelahan
selama kerja atau
tanda vital berubah.
- Pantau tanda-tanda
30. 30
sianosis, kulit
dingin/lembab dan
catat kekuatan nadi
perifer.
NAMA : Tn“S”
UMUR : 52 Tahun
DIAGNOSA MEDIS : Acute Myocard Infacrt
TANGGAL : 23 September 2011
F. EVALUASI
Tanggal Dx Waktu Evaluasi
23 Sept
2011
Dx 1 11.45 S: Klien mengatakan nyeri dada menghilang
O: - KU :Membaik
- Nyeri dada (-)
- klien terlihat membaik
-Pemeriksaan EKG :
Sinus rytme
- - Vital sign
suhu : 36,3 C
Nadi : 80 x/menit
TD :110/70 mmHg
RR : 20 x/menit
A: Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan di ruang penyakit dalam
- Ajarkan teknik relaksasi saat nyeri dada timbul
- Kontrol faktor lingkungan yang mempengaruhi
respon pasien terhadap ketidaknyamanan seperti
membatasi pengunjung
- Monitor tanda-tanda vital klien
- Berikan obat sesuai indikasi
23 Sept
2011
Dx 2 12.15 S: Klien mengatakan tidak lagi merasa sesak
O: - KU :membaik
- Nyeri dada (-)
- Sudah tidak menggunakan O2tambahan
31. 31
- klien terlihat membaik
-Pemeriksaan EKG :
Sinus rytme
- - Vital sign
suhu : 36,1 C
Nadi : 73 x/menit
TD :110/70 mmHg
RR : 20x/menit
A : Masalah Teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan di Ruang Penyakit Dalam
- Kaji tanda-tanda vital klien
- Berikan pasien lingkungan yang kondusif untuk
istirahat dan proses pemulihan
23Sept
2011
Dx 3 12.30 S: - Klien mengatakan sesak hilang
- Klien mengatakan tidak lagi merasakan nyeri dada
O:
- klien terlihat membaik
- sesak (-)
- Nyeri dada (-)
- akral teraba hangat
- sudah mampu ke kamar mandi sendiri walaupun
masih di bantu keluarga
-Pemeriksaan EKG :
Sinus Rytme
- - Vital sign
suhu : 36,1 C
Nadi : 73 x/menit
TD :110/70 mmHg
RR : 20x/menit
A : masalah teratasi sebagian
P : Intervensi Dilanjutkandi ruang penyakit dalam
- Kaji tanda-tanda vital klien
- Bantu pasien mengkaji aktivitas ringan yang
mampu dilakukan
- Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas saat timbul
nyeri
- batasi pengunjung dan atau kunjungan oleh klien
23 sept Dx4 12.30 S:
32. 32
2011 - klien mengatakan tidak lagi sesak
O:
- Klien tidak lagi tampak pucat
- Klien tidak lagi menggunakan O2 tambahan
- Kulit teraba hangat
- Ektrimitas membaik
- Vital sign:
S : 36,1 C
N : 73 x/menit
TD :110/70 mmHg
RR : 20x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan di Ruang Penyakit dalam
- Catat frekuensi pernafasan
- Kaji toleransi aktifitas misalnya keluhan
kelemahan/ kelelahan selama kerja atau tanda
vital berubah.
BAB IV
PEMBAHASAN
33. 33
Setelah mengadakan pengamatan langsung pada Asuhan Keperawatan pada Tn
“S” dengan Acute Myocard Infacrt (AMI) di ruang ICCU RS. Muhammadiyah
Palembang, maka dalam Bab pembahasan ini penulis akan membahas kesenjangan
antara teori yang didapat dengan praktek yang dilakukan di lapangan serta faktor-faktor
penghambat dan cara-cara menanggulanginya, sesuai hambatan atau masalah yang
dihadapi.
Sehubungan dengan hal yang diatas dalam bab ini akan dibahas mengenai
jalannya proses keperawatan yang meliputi kesulitan – kesulitan yang dapat
menghambat dan cara-cara menanggulanginya.
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan oleh karena itu
pengkajian harus dilakukan secara cermat dan teliti melalui wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dalam melakukan pengkajian ini penulis menemukan faktor penunjang.
Adapun faktor penunjang atau pendukung yang penulis temukan:
1. Sikap keluarga yang memberikan jawaban atas pertanyaan –pertanyaan yang
diajukan
2. Data yang diperlukan dapat diperoleh dari sumber yang ada (perawat dan data
status pasien)
3. Telah tersedia format pengkajian mulai hal ini dapat mempermudah dalam
pengumpulan data sebagai pertanyaan yang diajukan pada klien terarah dan
sistematis.
Pengkajian merupakan langkah awal untuk mengumpulan data danmencari
masalah yang ada berdasarkan teori, pengkajian dari data-data objektif dan subjektif.
1. Data Objektif
- Pasien tampak pucat dan wajah menyeringai menahan nyeri pada dada sebelah
kiri dan ulu hati.
- Sesak (+)
- Rentang gerak terbatas
- klien terlihat lemas
34. 34
- Pemeriksaan EKG :
ST elevasi di lead III, aVF
ST depresi di lead V3-V6, I AVL
- Vital sign
suhu : 360 C
Nadi : 108 x/menit
TD :90/70 mmHg
RR : 28 x/menit
2. Data Subjektif
- Klien mengatakan sesak ketika bernapas
- Klien mengatakan Nyeri seperti tertekan pada dada sebelah kiri.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pertanyaan yang menjelaskan status kesehatan
atau masalah aktual atau potensial perawat mamakai proses keperawatan dalam
mengidentifikasi dan mensintesis data klinis dan menentukan intervensi keperawatan
untuk mengurangi, menghilangkan, mencegah masalah kesehatan klien yang ada pada
tanggung jawabnya
Menurut Doenges kemungkinan diagnosa yang muncul yaitu:
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan
arteri koroner
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
miokard dan kebutuhan
4. (Risiko tinggi) Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan/sumbatan aliran darah
koroner.
5. Kecemasan b/d ancaman/perubahan kesehatan-status sosio-ekonomi; ancaman
kematian.
Dari lima diagnosa keperawatan yang muncul pada Tn. “S” penulis dapat
mengangkat4 diagnosa keperawatan yaitu:
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan
arteri koroner
35. 35
2. Pola nafas in efektif berhubungan dengan hiperventilasi
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
miokard dan kebutuhan
4. (Risiko tinggi) Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan/sumbatan aliran darah
koroner.
C. Intervensi Keperawatan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan langkah selanjutnya adalah
menyusun rencana keperawatan langkah didalam perencanaan ini sangat pentingnya
karena merupakan langkah yang menentukan dalam mencapai keberhasilan asuhan
keperawatan yang dilakukan perencanaan disusun sesuai dengan diagnosa keperawatan
yang ditemukan. Adapun rencana yang dibuat oleh penulis berdasarkan perawatan klien
adalah sebagai berikut :
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan
arteri koroner
Rencana tindakan yang diberikan adalah :
a) Ukurskala nyeri yang dirasakan klien
b) Ajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri seperti menarik nafas dalam,
mendengarkan musik atau guided imagery.
c) Kontrol faktor lingkungan yang mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan seperti menjaga suhu ruangan 25º C, jaga agar ruangan tetap
tengang dan batasi pengunjung
d) Monitor tanda-tanda vital klien
e) Kolaborasi : berikan obat sesuai indikasi
Faktor pendukung :
Adanya kerjasama yang baik dengan perawat ruangan dan keluarga sehingga
pelaksanaan intervensi berjalan dengan baik.
2. Pola nafas in efektif berhubungan dengan hiperventilasi
Rencana tindakan yang diberikan adalah :
a) Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal atau masker sesuai indikasi
b) Kaji tanda-tanda vital klien
c) Kaji kemampuan toleransi pasien dalam pelepasan alat oksigenasi saat makan
36. 36
d) Monitor aliran O2dan kondisi alat
e) Monitor tingkatefektivitas terapi O2
f) Berikan pasien lingkungan yang kondusif untuk istirahat dan proses
penyembuhan
Faktor Pendukung :
Adanya kerja sama yang baik dengan perawat ruangan dan keluarga sehingga
pelaksanaan keperawatan intervensi berjalan dengan baik.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
miokard dan kebutuhan
Rencana tindakan yang diberikan adalah :
a) Kaji tanda-tanda vital klien
b) Bantu pasien mengkaji aktivitas ringan yang mampu dilakukan
c) Bantu pasien untuk melakukan aktivitas fisik sehari-hari seperti ambulansi,
pindah dan perawatan diri secara bertahap
d) Anjurkan klien untuk Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas pada saat nyeri
e) Batasi kunjungan kepada klien
f) Anjurkan klien untuk menghindari peningkatan tekanan abomen, contoh
mengejan saat defekasi
g) Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat akivitas
Faktor Pendukung :
Adanya kerja sama yang baik dengan perawat ruangan dan keluarga sehingga
pelaksanaan keperawatan intervensi berjalan dengan baik.
4. (Risiko tinggi) Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan/sumbatan aliran darah
koroner.
Rencana tindakan yang diberikan adalah :
a) Catat frekuensi pernafasan
b) Lakukan tindakan untuk memperbaiki / mempertahankan jalan nafas misalnya ,
batuk, penghisapan lendir dll.
c) Tinggikan kepala / tempat tidur sesuai kebutuhan / toleransi pasien
37. 37
d) Kaji toleransi aktifitas misalnya keluhan kelemahan/ kelelahan selama kerja
atau tanda vital berubah.
e) Pantau tanda-tanda sianosis, kulit dingin/lembab dan catat kekuatan nadi
perifer.
Faktor Pendukung :
Adanya kerja sama yang baik dengan perawat ruangan dan keluarga sehingga
pelaksanaan keperawatan intervensi berjalan dengan baik.
D. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan adalah kegiatan keperawatan yang penulis lakukan berdasarkan
rencana tindakan yang ditetapkan sebelumnya. Dalam melaksanakan tindakan
keperawatan dari setiap dari setiap Diagnosa Keperawatan penulis tidak mengalami
kesuliatan dan hambatan-hambatan.
Dalam pelaksanaan perencanaan keperawatan pada Tn “S” disini penulis
mengacu pada rencana tindakan yang telah disusun sesuai dengan tujuan dan kriteria
hasil yang ingin dicapai dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi sarana yang tersedia
diruang kebidanan.
Adapun Implementasi pada Tn “S” dengan Acute Myocard Infarct (AMI) adalah
sebagai berikut:
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan
arteri koroner
Implementasi yang diberikan adalah :
a) Mengkaji skala nyeri yang dirasakan klien yakni skala 5
b) Mengajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri seperti menarik nafas
dalam.
c) Mengontrol faktor lingkungan yang mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan yakni menjaga suhu ruangan 25º C, menjaga agar ruangan
tetap tenang dan membatasi pengunjung
d) Memonitor tanda-tanda vital klien
e) Kolaborasi : Memberikan obat sesuai indikasi
2. Pola nafas in efektif berhubungan dengan hiperventilasi
38. 38
Implementasi yang diberikan adalah :
a) memberikan oksigen tambahan dengan kanula nasal sebanyak 3 liter
h) Mengkaji tanda-tanda vital klien
i) Mengkaji kemampuan toleransi pasien dalam pelepasan alat oksigenasi saat
makan
j) Memonitor aliran O2 dan kondisi alat
k) Memonitor tingkatefektivitas terapi O2
l) Memberikan pasien lingkungan yang kondusif untuk istirahat dan proses
penyembuhan
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
miokard dan kebutuhan
Implementasi yang diberikan adalah :
a) Mengkaji tanda-tanda vital klien
b) Membantu pasien mengkaji aktivitas ringan yang mampu dilakukan
c) Membantu pasien untuk melakukan aktivitas fisik sehari-hari yakni ambulansi,
pindah dan perawatan diri secara bertahap
d) Menganjurkan Klien untuk meningkatkan istirahat dan membatasi aktivitas
pada saat nyeri
e) Membatasi pengunjung dan atau kunjungan oleh klien
f) Menganjurkan klien untuk menghindari peningkatan tekanan abomen, yakni
jangan mengejan saat defekasi
g) Menjelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat akivitas
4. (Risiko tinggi) Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan/sumbatan aliran darah
koroner.
a) Mencatat frekuensi pernafasan yakni 21 x/m
b) Melakukan tindakan untuk memperbaiki / mempertahankan jalan nafas dengan
pemberian O2 tambahan
c) Meninggikan tempat tidur sesuai kebutuhan / toleransi pasien
d) Mengkaji toleransi aktifitas misalnya keluhan kelemahan/ kelelahan selama
kerja
e) Memantau tanda-tanda sianosis, kulit dingin/lembabdan mencatat kekuatan
nadi perifer.
39. 39
E. Evaluasi
Evaluasi adalah bagian terakhir dari proses keperawatan. Adapun evaluasi yang
dibuat oleh penulis berdasarkan intervensi dan implementasi adalah sebagai berikut:
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan
arteri koroner, setelah dilakukan intervensi dan implementasi hasil evaluasi yang
dilakukan bahwa Kondisi kesehatan Tn. “S” membaik dengan tidak merasakan
nyeri dada lagi di sebelah kiri dan masih merasakan nyeri pada abdomen serta TTV
dalam batas normal
2. Pola nafas in efektif berhubungan dengan hiperventilasi, setelah dilakukan
intervensi dan implementasi hasil evaluasi yang dilakukan kondisi Tn “S”
membaik, Tn “S” tidak perlu menggunakan O2 tambahan untuk
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
miokard dan kebutuhan, setelah dilakukan intervensi dan implementasi hasil
evaluasi yang dilakukan, kondisi Tn “S”membaik, serta mampu ke kamar mandi
sendiri tanpa di sertai nyeri dada dan sesak nafas.
4. (Risiko tinggi) Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan/sumbatan aliran darah
koroner, setelah dilakukan intervensi dan implementasi hasil evaluasi yang
dilakukan, kondisi Tn “S” membaik, akral kulit hangat dan tidak tampak sianosis.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
40. 40
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Tn. “S” dengan Acute
Myocard Infacrt (AMI) di ruang ICCU di rumah sakit Muhammadiyah Palembang, serta
membahas kesenjangan-kesenjangan antara teori dan praktek setiap tahapan proses
perawatan yang dilakukan maka penulis dapat menyimpulkan bahwa :
1. Infark Myokard Akut (IMA) adalah suatu keadaan nekrosis miokard yang akibat
aliran darah ke otot jantung terganggu. (Hudack & Galo 1996).
2. Dalam melakukan asuhan keperawatan pada Tn “S” dengan dengan Acute Myocard
Infacrt (AMI) menggunakan metode pendekatan yaitu proses keperawatan. Dengan
adanya proses keperawatan ini membantu penulis menganalisa faktor-faktor situasi
dan kondisi Tn “S”, sehingga penulis mampu mengambil keputusan dalam
mengatasi masalah yang dihadapi.
3. Dalam memberikan asuhan keperawatan diperlukan kerjasama dan partisipasi
antara perawat/tim kesehatan dengan klien dan keluarga yang bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan secara optimal
B. Saran
1. Untuk rumah sakit
Sebaiknya pihak rumah sakit lebih meningkatkan kegiatan pemberian
layanan informasi dan lebih giat dalam melakukan penyebaran informasi tentang
bahaya atau dampak yang akan terjadi bila penyakit DM,Hipertensi,penyakit
jantung atau lainnya tidak ditanggulangi dengan baik
2. Untuk Institusi Pendidikan
Hendaknya instasi pendidikan dapat melengkapi buku-buku di perpustakaan
sehingga menambah referensi.
DAFTAR PUSTAKA
41. 41
Brunner & Suddarth. 1997. Buku Ajar Keperawatan Mdikal Bedah, edisi 8. EGC :
Jakarta.
Doenges E. 2000. Marlynn, Rencana Asuhan Keperawatan. EGC : Jakarta.
Gallo &Hudak. 1997. Keperawatan Kritis, edisi VI, , EGC: Jakarta
Nursalam. M.Nurs. 2002.Managemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktek
Keperawatan Profesional. Salemba Medika : Jakarta
http://keperawatanmedikalbedah.blogspoPt.com diakses pada tanggal 20 September
2011
http://teguhsubianto.blogspot.com diakses pada tanggal 20 September 2011