Makalah ini membahas tentang penyakit gagal jantung kongestif (CHF) yang merupakan kondisi dimana jantung tidak dapat memompa darah secara adekuat, menyebabkan edema dan sesak napas. Makalah ini menjelaskan definisi, faktor risiko, penyebab, klasifikasi, patofisiologi, diagnosa, dan terapi dari penyakit CHF."
2. 2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih
atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
materi maupun pikirannya.Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami,
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Semarang , 30 Maret 2022
3. 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................... 1
DAFTAR ISI ............................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................
A. Latar Belakang.................................................................................................3
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan Makalah ............................................................................ 5
D. Manfaat Penulisan Makalah .......................................................................... 6
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................
A. Definisi .......................................................................................................... 7
B. Faktor Resiko................................................................................................. 8
C. Etiologi .......................................................................................................... 9
D. Klasifikasi...................................................................................................... 10
E. Patofisiologi................................................................................................... 11
F. Diagnosa ........................................................................................................ 12
G. Terapi............................................................................................................. 13
BAB III PENUTUP...................................................................................................
A. Simpulan........................................................................................................ 14
B. Saran .............................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................16
4. 4
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Gagal jantung kongestif atau yang dikenal juga dengan Congestive Heart
Failure (CHF) merupakan suatu keadaan dimana terdapat ketidakmampuan jantung
untuk memompakan darah secara adekuat ke seluruh tubuh.(1,2) Gagal jantung
kongestif merupakan suatu sindrom klinis yang terjadi pada pasien yang mengalami
abnormalitas (baik akibat keturunan atau didapat) pada struktur dan fungsi jantung,
sehingga menyebabkan terjadinya perkembangan serangkaian gejala klinis
(kelemahan dan sesak) dan tanda klinis (edema dan ronkhi) yang mengakibatkan
harus dirawat inap, kualitas hidup yang buruk, dan harapan hidup yang memendek.
Menurut World Health Organization (WHO), penyakit kardiovaskular akan
menjadi penyebab terbanyak kasus kematian di seluruh dunia. Di Indonesia, penyakit
gagal jantung kongestif telah menjadi pembunuh nomor satu. Menurut data WHO
menunjukkan bahwa sebanyak 17,3 juta orang di dunia meninggal karena penyakit
kardiovaskuler dan diperkirakan akan mencapai 23,3 juta penderita yang meninggal
tahun 2020, dan lebih dari 23 juta orang akan meninggal setiap tahun dengan
gangguan kardiovaskuler. Indonesia menempati nomor empat Negara dengan
jumlah kematian akibat penyakit kardiovaskuler.
Prevalensi penyakit jantung di Indonesia dari tahun ke tahun semakin
meningkat. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun (2013), provinsi
dengan prevalensi penyakit jantung koroner pada umur ≥ 15 tahun menurut
diagnosis dokter ialah Provinsi Nusa Tenggara Timur (4,4%). Kemudian disusul
oleh Sulawesi Tengah (3,8%) dan Sulawesi Selatan (2,9%). Sedangkan prevalensi
terendah terdapat di Provinsi Riau (0,3%), Lampung (0,4%), Jambi (0,5%), dan
Banten (0,2%).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan gagal jantung?
2. Apa saja faktor resiko penyakit gagal jantung?
3. Apakah penyebab penyakit gagal jantung?
4. Apa saja klasifikasi penyakit gagal jantung?
5. Bagaimana patofisiologi penyakit gagal jantung?
6. Apa saja diagnosa penyakit gagal jantung?
7. Apa saja bentuk terapi yang harus diberikan pada penderita penyakit gagal jantung?
5. 5
C. Tujuan Penulisan Makalah
1. Mengetahui definisi penyakit gagal jantung
2. Mengetahui faktor resiko penyakit gagal jantung
3. Mengetahui etiologi/penyebab terjadinya penyakit gagal jantung
4. Mengetahui klasifikasi penyakit gagal jantung
5. Memahami patofisiologi penyakit gagal jantung
6. Mengetahui diagnosa penyakit gagal jantung
7. Mengetahui terapi yang diberikan pada penderita gagal jantung
D. Manfaat Penulisan Makalah
1. Sebagai bahan ajar mata kuliah patologi
2. Sebagai acuan untuk penulisan makalah selanjutnya
3. Sebagai bahan referensi penelitian/pembuatan karya ilmiah
6. 6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung
mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh
akan nutrien dan oksigen secara adekuat. Hal ini mengakibatkan peregangan ruang
jantung (dilatasi) guna menampung darah lebih banyak untuk dipompakan ke seluruh
tubuh atau mengakibatkan otot jantung kaku dan menebal. Jantung hanya mampu
memompa darah untuk waktu yang singkat dan dinding otot jantung yang melemah
tidak mampu memompa dengan kuat. Sebagai akibatnya, ginjal sering merespons
dengan menahan air dan garam. Hal ini akan mengakibatkan bendungan cairan dalam
beberapa organ tubuh seperti tangan, kaki, paru, atau organ lainnya sehingga tubuh
klien menjadi bengkak (congestive) (Udjianti, 2010).
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah suatu keadaan patofisiologis berupa
kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memom pada darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolis mejaringan dan/ kemampuannya hanya ada kalau
disertai peninggian volume diastolik secara abnormal (Mansjoerdan Triyanti, 2007).
Gagal jantung adalah sindrom klinik dengan abnormalitas dari struktur atau
fungsi jantung sehingga mengakibatkan ketidakmampuan jantung untuk memompa
darah ke jaringan dalam memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh (Darmojo, 2004 cit
Ardini 2007).
B. Faktor Resiko
a. Faktor resiko mayor meliputi usia, jenis kelamin, hipertensi, hipertrofi pada LV,
infark miokard, obesitas, diabetes.
b. Faktor resiko minor meliputi merokok, dislipidemia, gagal ginjal kronik,
albuminuria, anemia, stress, lifestyle yang buruk.
c. Sistem imun, yaitu adanya hipersensitifitas.
d. Infeksi yang disebabkan oleh virus, parasit, bakteri.
e. Toksik yang disebabkan karena pemberian agen kemoterapi (antrasiklin,
siklofosfamid, 5 FU), terapi target kanker (transtuzumab, tyrosine kinase inhibitor),
NSAID, kokain, alkohol. f. Faktor genetik seperti riwayat dari keluarga. (Ford et
al., 2015)
7. 7
C. Etiologi
Berbagai gangguan penyakit jantung yang mengganggu kemampuan jantung
untuk memompa darah menyebabkan gagal jantung yang biasanya diakibatkan karena
kegagalan otot jantung yang menyebabkan hilangnya fungsi yang penting setelah
kerusakan jantung, keadaan hemodinamis kronis yang menetap yang disebabkan karena
tekanan atau volume overload yang menyebabkan hipertrofi dan dilatasi dari ruang
jantung, dan kegagalan jantung dapat juga terjadi karena beberapa faktor eksternal yang
menyebabkan keterbatasan dalam pengisian ventrikel. Mekanisme fisiologis yang
menjadi penyebab gagal jantung dapat berupa :
a. Meningkatnya beban awal karena regurgitasi aorta dan adanya cacat septum
ventrikel
b. Meningkatnya beban akhir karena stenosis aorta serta hipertensi sistemik.
c. Penurunan kontraktibilitas miokardium karena infark miokard, ataupun
kardiomiopati. Gagal jantung dan adanya faktor eksaserbasi ataupun
beberapa penyakit lainnya, mempunyai pengaruh yang sangat penting
dalam penanganannya dan seharusnya dilakukan dengan penuh
pertimbangan.
Menurut Wajan Juni Udjianti (2010) etiologi gagal jantung kongestif (CHF)
dikelompokan berdasarkan faktor etiologi eksterna maupun interna, yaitu:
1. Faktor eksterna (dari luar jantung); hipertensi renal, hipertiroid, dan anemia kronis/
berat.
2. Faktor interna (dari dalam jantung):
a. Disfungsi katup: Ventricular Septum Defect (VSD), Atria Septum Defect
(ASD), stenosis mitral, dan insufisiensi mitral.
b. Disritmia: atrial fibrilasi, ventrikel fibrilasi, dan heart block.
c. Kerusakan miokard: kardiomiopati, miokarditis, dan infark miokard.
d. Infeksi: endokarditis bacterial sub-akut
8. 8
D. Klasifikasi
Berdasarkan American Heart Association (Yancy et al., 2013), klasifikasi dari
gagal jantung kongestif yaitu sebagai berikut :
a. Stage A
Stage A merupakan klasifikasi dimana pasien mempunyai resiko tinggi,
tetapi belum ditemukannya kerusakan struktural pada jantung serta tanpa
adanya tanda dan gejala (symptom) dari gagal jantung tersebut. Pasien yang
didiagnosa gagal jantung stage A umumnya terjadi pada pasien dengan
hipertensi, penyakit jantung koroner, diabetes melitus, atau pasien yang
mengalami keracunan pada jantungnya (cardiotoxins).
b. Stage B Pasien dikatakan mengalami gagal jantung stage B apabila
ditemukan adanya kerusakan struktural pada jantung tetapi tanpa
menunjukkan tanda dan gejala dari gagal jantung tersebut. Stage B pada
umumnya ditemukan pada pasien dengan infark miokard, disfungsi sistolik
pada ventrikel kiri ataupun penyakit valvular asimptomatik.
c. Stage C Stage C menunjukkan bahwa telah terjadi kerusakan struktural pada
jantung bersamaan dengan munculnya gejala sesaat ataupun setelah terjadi
kerusakan. Gejala yang timbul 12 dapat berupa nafas pendek, lemah, tidak
dapat melakukan aktivitas berat.
d. Stage D Pasien dengan stage D adalah pasien yang membutuhkan
penanganan ataupun intervensi khusus dan gejala dapat timbul bahkan pada
saat keadaan istirahat, serta pasien yang perlu dimonitoring secara ketat The
New York Heart Association (Yancy et al., 2013)mengklasifikasikan gagal
jantung dalam empat kelas, meliputi :
Kelas I Aktivitas fisik tidak dibatasi, melakukan aktivitas fisik
secara normal tidak menyebabkan dyspnea, kelelahan, atau palpitasi.
Kelas II Aktivitas fisik sedikit dibatasi, melakukan aktivitas fisik
secara normal menyebabkan kelelahan, dyspnea, palpitasi, serta
angina pektoris (mild CHF).
Kelas III Aktivitas fisik sangat dibatasi, melakukan aktivitas fisik
sedikit saja mampu menimbulkan gejala yang berat (moderate
CHF).
Kelas IV
9. 9
asien dengan diagnosa kelas IV tidak dapat melakukan aktivitas fisik
apapun, bahkan dalam keadaan istirahat mampu menimbulkan
gejala yang berat (severe CHF). Klasifikasi gagal jantung baik
klasifikasi menurut AHA maupun NYHA memiliki perbedaan yang
tidak signifikan. Klasifikasi menurut AHA berfokus pada faktor
resiko dan abnormalitas struktural jantung, sedangkan klasifikasi
menurut NYHA berfokus pada pembatasan aktivitas dan gejala yang
ditimbulkan yang pada akhirnya kedua macam klasifikasi ini
menentukan seberapa berat gagal jantung yang dialami oleh pasien.
E. Patofisiologi
Patofisiologi dari gagal jantung dibagi menjadi beberapa bagian yaitu :
a. Berdasarkan bagian jantung yang mengalami kegagalan (failure)
1. Gagal jantung kiri (Left-Sided Heart Failure)
Bagian ventrikel kiri jantung kiri tidak dapat memompa dengan baik sehingga
keadaan tersebut dapat menurunkan aliran dari jantung sebelah kiri keseluruh
tubuh. Akibatnya, darah akan mengalir balik ke dalam vaskulator pulmonal
(Berkowitz, 2013). Pada saat terjadinya aliran balik darah kembali menuju
ventrikular pulmonaris, tekanan kapiler paru akan meningkat (>10 mmHg)
melebihi tekanan kapiler osmotik (>25 mmHg). Keadaan ini akan menyebabkan
perpindahan cairan intravaskular ke dalam interstitium paru dan menginisiasi
edema (Porth, 2007).
2. Gagal jantung kanan (Right-Sided Heart Failure)
Disfungsi ventrikel kanan dapat dikatakan saling berkaitan dengan disfungsi
ventrikel kiri pada gagal jantung apabila dilihat dari kerusakan yang diderita
oleh kedua sisi jantung, misalnya setelah terjadinya infark miokard atau
tertundanya komplikasi yang ditimbulkan akibat adanya progresifitas pada
bagian jantung sebelah kiri. Pada gagal jantung kanan dapat terjadi penumpukan
cairan di hati dan seluruh tubuh terutama di ekstermitas bawah (Acton, 2013).
b. Mekanisme neurohormonal
Istilah neurohormon memiliki arti yang sangat luas, dimana neurohormon pada
gagal jantung diproduksi dari banyak molekul yang diuraikan oleh neuroendokrin
(Mann, 2012). Renin merupakan salah satu neurohormonal yang diproduksi atau
dihasilkan sebagai respon dari penurunan curah jantung dan peningkatan aktivasi
sistem syaraf simpatik.
10. 10
c. Aktivasi sistem Renin Angiotensin Aldosteron (RAAS)
Pelepasan renin sebagai neurohormonal oleh ginjal akan mengaktivasi RAAS.
Angiotensinogen yang diproduksi oleh hati dirubah menjadi angiotensin I dan
angiotensinogen II.Angiotensin II berikatan dengan dinding pembuluh darah
ventrikel dan menstimulasi pelepasan endotelin sebagai agen vasokontriktor. Selain
9 itu, angiotensin II juga dapat menstimulasi kelenjar adrenal untuk mensekresi
hormon aldosteron. Hormon inilah yang dapat meningkatkan retensi garam dan air
di ginjal, akibatnya cairan didalam tubuh ikut meningkat. Hal inilah yang mendasari
timbulnya edema cairan pada gagal jantung kongestif (Mann, 2012).
d. Cardiac remodeling
Cardiac remodeling merupakan suatu perubahan yang nyata secara klinis sebagai
perubahan pada ukuran, bentuk dan fungsi jantung setelah adanya stimulasi stress
ataupun cedera yang melibatkan molekuler, seluler serta interstitial (Kehat dan
Molkentin, 2010)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hitung sel darah lengkap: anemia berat atau anemia gravis atau polisitemia vera
2. Hitung sel darah putih: Lekositosis atau keadaan infeksi lain
3. Analisa gas darah (AGD): menilai derajat gangguan keseimbangan asam basa baik
metabolik maupun respiratorik.
4. Fraksi lemak: peningkatan kadar kolesterol, trigliserida, LDL yang merupakan
resiko CAD dan penurunan perfusi jaringan
5. Serum katekolamin: Pemeriksaan untuk mengesampingkan penyakit adrenal
6. Sedimentasi meningkat akibat adanya inflamasi akut.
7. Tes fungsi ginjal dan hati: menilai efek yang terjadi akibat CHF terhadap fungsi
hepar atau ginjal
8. Tiroid: menilai peningkatan aktivitas tiroid
9. Echocardiogram: menilai senosis/ inkompetensi, pembesaran ruang jantung,
hipertropi ventrikel
10. Cardiac scan: menilai underperfusion otot jantung, yang menunjang penurunan
kemampuan kontraksi.
11. Rontgen toraks: untuk menilai pembesaran jantung dan edema paru.
12. Kateterisasi jantung: Menilai fraksi ejeksi ventrikel.
13. EKG: menilai hipertropi atrium/ ventrikel, iskemia, infark, dan disritmiaSumber:
Wajan Juni Udjianti (2010)
11. 11
G. Diagnosa
Pemeriksaan laboratorium pada pasien gagal jantung harus mencakup evaluasi awal
pada jumlah darah lengkap, urinalisis, elektrolit serum (termasuk pemeriksaan kalsium,
magnesium), blood urea nitrogen (BUN), kreatinin serum, glukosa, profil lipid puasa,
tes fungsi ginjal dan hati, x-ray dada, elektrokardiogram (EKG) dan thyroid-stimulating
hormone (Yancy et al., 2013). Pasien yang dicurigai mengalami gagal jantung, dapat
pula dilakukan pemeriksaan kadar serum natrium peptida (NICE, 2010).
Gambaran radiografi pada kelainan akibat kegagalan jantung adalah cardiomegali,
cephalization dari pembuluh darah, peningkatan marker interstitial, dan adanya pleural
efusi. Apabila didapatkan beberapa tanda, gejala, dan gambaran radiologi seperti yang
disebutkan diatas maka diagnosa untuk CHF dapat ditegakkan. Pasien dengan riwayat
penyakit jantung, diabetes melitus, hipertensi, atau riwayat penyakit arteri koroner
meningkatkan resiko terkena CHF (Storrow, 2007).
H. Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan pasien dengan gagal jantung adalah:
1. Meningkatkan oksigenasi dengan terapi O2 dan menurunkan konsumsi oksigen
dengan pembatasan aktivitas.
2. Meningkatkan kontraksi (kontraktilitas) otot jantung dengan digitalisasi.
3. Menurunkan beban jantung dengan diet rendah garam, diuretik, dan vasodilator.
I. TERAPI
1. TERAPI PERTAMA Yang dapat dilakukan adalah mengoreksi atau stabilisasi
berbagai keabnormalan yang terjadi yang dapat menginduksi munculnya CHF,
misalkan iskemia dapat dikontrol dengan terapi medis atau pembedahan, hipertensi
harus selalu terkontrol, dan kelainan pada katup jantung dapat ditangani dengan
perbaikan pada katup tersebut (National Clinical Guideline Centre, 2010).
2. TERAPI NON FARMAKOLOGIS Dapat dilakukan dengan restriksi garam,
penurunan berat badan, diet rendah garam dan rendah kolesterol, tidak merokok,
olahraga (National Clinical Guideline Centre, 2010).
3. TERAPI FARMAKOLOGIS
i. Diuretics
ii. Vasodilator Drugs
Nitrate (isosorbide)
12. 12
Hydralazine (terutama apabila ditambah dengan regimen digoxin
dan terapi diuretic)
Ace inhibitors (captopril, enalapril) : obat ini bekerja dengan
menghambat conversi angiotensin 1 menjadi angiotensin 2 melalui
angiotensin- converting enzyme (ACE).
ACE2 reseptor blocker (losartan) : obat ini mengeblok reseptor A2,
menyebabkan vasodilatasi dan menghambat proliferasi dari sel otot.
Obat ini biasanya digunakan pada pasien yang intolerance terhadap
ACE inhibitor, akibat efek samping yang dapat ditimbulkan yaitu
batuk. (National Clinical Guideline Centre, 2010).
13. 13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gagal jantung adalah sindroma klinik yang ditandai oleh adanya kelainan pada struktur
atau fungsi jantung yang mengakibatkan jantung tidak dapat memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan.
B. Saran Melalui makalah ini penulis ingin menyampaikan hal-hal yang perlu diperhatikan
bagi pembaca :
1. Menerapkan pola hidup sehat (tidak merokok, minum-minuman keras, narkoba,
dll.)
2. Menjaga kesehatan jantung dengan rajin berolahraga dan mengonsumsi
makanan yang bergizi seimbang
14. 14
DAFTAR PUSTAKA
El-HayahVol. 4, No.2 Maret 2014
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/6350/BAB%20II.PDF?seque
nce= 6&isAllowed=y