2. CURRICULUM VITAE
PENDIDIKAN: SPK, D3,
S1/NERS, S2 KMB
P E K E R J A A N : M E D I K D I S K J ,
A P E X I N D O , R S U D A W S .
P R A K T I K M A N D I R I D A N H O M E
C A R E “ P E L I T A C A R E
S A M A R I N D A ” , I n s t r u k t u r M S T 1 1 9
n s . a w a l
Awal Darmawan
N s . A w a l
A w a l D a r m a w a n
3. Obat adalah:
Semua zat baik dari alam (hewan maupun tumbuhan) atau kimiawi
yang dalam takaran (dosis) yang tepat atau layak dapat
menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit atau
gejala-gejalanya.
Tujan Pemberian Obat:
Mengatasi diagnosa penyakit
Mengobati/menyembuhkan
Mengurangi penderitaan
Pencegahan penyakit
DEFINISI & TUJUAN OBAT
DEFINISI
OBAT
6. Permenkes No. 917/MENKES/PER/X/1993 tentang Wajib
Daftar Obat:
Golongan Obat bebas:
Merupakan obat yang tingkat keamanannya sudah terbukti
tidak membahayakan. Obat ini diberikan tanda atau logo
lingkaran hitam mengelilingi lingkaran berwarna hijau.
Obat ini dapat dibeli tanpa resep dari dokter dan dapat
dijual di apotek maupun toko obat, misalnya Antasida
DOEN, Parasetamol, Calcium Lactate, dll. Dalam istilah
lain untuk obat bebas adalah obat Over The Counter
(OTC).
JENIS
OBAT Ada beberapa jenis tanda yang
terdapat dalam kemasan obat
7. P.No.1. Awas obat keras : Bacalah aturan pakai !
P.No.2. Awas obat keras : Hanya untuk dikumur, jangan ditelan !
P.No.3. Awas obat keras : Hanya bagian luar dalam !
P.No.4. Awas obat keras : Hanya untuk dibakar !
P.No.5. Awas obat keras : Tidak boleh ditelan!
P.No.6. Awas obat keras : Obat wasir, jangan ditelan !
JENIS
OBAT
Gol. Obat Bebas Terbatas:
Obat bebas t’batas ialah obat keras yang dapat diberikan dalam
jumlah terbatas, baik dosis maupun jumlah unit sediaannya. Misalnya
tablet diberikan dalam jumlah 4 tablet Obat bebas dalam jumlah
tertentu masih bisa dibeli di apotek, tanpa resep dokter. Obat ini
diberikan bersama dengan peringatan obat tertulis. Peringatan obat
tertulis tersebut dituliskan dalam bentuk tulisan putih dengan latar
belakang hitam yang berisi :
8. Gol. Obat Keras;
Obat keras adalah obat yg termasuk dalam daftar
obat yg hanya boleh disertakan oleh apoteker
atau dokter. Apoteker hanya menyerahkan obat
keras tsb hanya berdasarkan permintaan (resep)
dari dokter. Dan dokter hanya menyerahkan obat
tsb, jika obat tsb diperoleh dari apotek.
JENIS
OBAT
9. PATHOLOGY
Obat Narkotika bersifat adiksi & penggunaannya diawasi dengan sangat
ketat, sehingga obat golongan narkotika hanya dapat diperoleh di
Apotek dengan menggunakan resep dokter yang asli (bukan coppy
resep). Bebeerapa contoh dari obat narkotik diantaranya: Morfin,
Heroin, Coca, Codein, Methadone, Cannabis/ marijuana/ganja. Dalam
bidang kedokteran, obat-obat narkotika biasa digunakan sebagai
anestesi dan analgetika.
Gol. Obat Narkotika:
Adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintetis maupun semisintetis, yg dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, kehilangan rasa, rangsangan semangat ,
halusinasi, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dapat
menimbulkan ketergantungan. Peredaran produk jadi obat narkotika
dikemas dalam wadah kemasan yg diberi bulatan berwarna hitam
mengelilingi palang merah dengan dasar putih.
10. MACAM
TEKHNIK
PEMBERIAN
OBAT
Oral: Pemberian obat melalui mulut merupakan cara
paling mudah dan paling sering digunakan. Obat yang
digunakan biasanya memiliki onset yang lama dan efek
yang lama.
Parenteral: Pemberian obat melalui perenteral
merupakan pemberian obat melalui jaringan tubuh,
pemberian obat parenteral, merupakan pilihan jika
pemberian obat dari mulut merupakan ktrak indikasi.
Topical: Obat diberikan pada kulit atau mukosa. Obat-
obat yang diberikan biasanya memiliki efek lokal, obat
dapat di oleskan pada areah yang diobati atau medicated
baths. Efek sistematik dapat timbul jika kulit klien tipis.
Inhalasi :Jalan nafas memberikan tempat yang luas untuk
absorbsi obat, obat diinhalasi melalui mulut atau pun
hidung.
11. OBAT
DAN
CAIRAN
ASPEK LEGAL OBAT DAN CAIRAN PADA PRAKTIK
BIDAN MANDIRI
PMK no.1464, 2010 dan PMK, no.28,2017: Pasal 36(1)Persyaratan obat dan bahan
habis pakai Praktik Mandiri Bidan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2)
meliputi pengelolaan obat dan bahan habis pakai yang diperlukan untuk pelayanan
antenatal, persalinan normal, penatalaksanaan bayi baru lahir, nifas, keluarga
berencana, dan penanganan awal kasus kedaruratan kebidanan dan bayi baru lahir.
(2)Obat dan bahan habis pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya
diperoleh dari apotek melaluisurat pesanan kebutuhan obat dan bahan habis pakai.
(3)Bidan yang melakukan praktik mandiri harus melakukan pendokumentasian surat
pesanankebutuhan obat dan bahan habis pakai sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) serta melakukan pengelolaan obat yang baik sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
13. REAKSI
OBAT
Reaksi obat : Kemampuan obat
Waktu Paruh : Interval waktu yang dibutuhkan utk
proses eliminasi tubuh utk mengurangi konsentrasi
obat didalam tubuh separuhnya.
Ex : waktu paruh 8 jam, awalnya 100 %.
Setelah 8 jam : 50 %
Setelah 16 jam : 25 %
Setelah 24 jam : 12,5 %
Setelah 32 jam : 6,25 %
14. Faktor – faktor yg mempengaruhi reaksi
obat :
Usia
Waktu pemberian
Berat badan
Jenis kelamin
Lingkungan
Faktor genetik
Kondisi Individu
15. MASALAH DALAM
PEMBERIAN OBAT
Menolak pemberian obat
Kerusakan Integritas kulit terganggu
Disorientasi dan bingung
Menelan obat bukal atau sublingual
Alergi kulit
17. CARA ORAL
• Keuntungan:
Relatif aman
Praktis dan ekonomis
• Kerugian:
Timbulnya efek lambat
Tidak bermanfaat pada pasien: muntah, tidak sadar, tidak
kooperatif, diare berat.
Untuk obat iritatif dan rasa tidak enak penggunaannya
terbatas.
Obat yang inaktif, terurai dg cairan lambung/ usus tidak
bermanfaat
Obat absorbsi tidak teratur
18. SUBLINGUAL
• Cara: obat diletakkan di bawah lidah yang
kaya akan pembuluh darah.
• Contoh obat: Nitgrogliserin (angina pectoris),
isosorbid, nifedipin, dll
• Keuntungan:
Efek obat cepat
Kerusakan obat di saluran cerna dan
metabolisme di dinding usus dan hati dapat
dihindari (karena tidak lewat vena porta)
19. SOP Pemberian obat oral, Sublingual
Persiapan alat/bahan:
– Kartu obat, kardex, atau formula pencatat
– Baki/tray obat
– Cangkir obat sekali pakai/gelas pengukur/sendok
– Segelas air atau sari buah
– Sedotan untuk minum
Persiapan pasien :
• Kaji apakah pasien alergi terhadap obat
• Kaji terhadap setiap kontraindikasi untuk pemberian obat oral
• Apakah pasien mengalami kesulitan dalam menelan, mual atau muntah,
inflamasi usus atau penurunan peristaltik, operasi gastrointestinal
terakhir, penurunan atau tidak terdengar bising usus, dan suksion
lambung.
• Kaji pengetahuan dan kebutuhan pembelajaran tentang pengobatan.
• Kaji tanda-tanda vital pasien
20. • Cek obat yang akan diberikan dan bawa obat ke pasien
sesuai dengan waktu yang tepat dan jelaskan tindakan
yang akan dilakukan
• Jaga privasi pasien
• Indentifikasi pasien dengan cara membandingkan nama
pada kartu, formulir, atau instruksi tertulis dengan nama
pada pita identifikasi/ gelang pasien.
• Minta pasien untuk menyebutkan namanya.
• Jelaskan tujuan obat dan aksinya pada pasien.
• Bantu pasien untuk duduk atau posisi miring.
• Berikan obat dengan tepat.
21. • Bila tablet - Tawarkan pasien pilihan air atau sari buah dengan obat
yang akan diminum. Pasien mungkin berkeinginan untuk memegang
obat padat ditangan atau cangkir obat sebelum meminumnya.
Beberapa klien ingin memegang obat padat terlebih dahulu.
• Sub lingual - Minta klien untuk menempatkan obat dibawah lidah
dan biarkan larut sempurna. Ingatkan klien untuk tidak menelan
tablet.
• Bukal - Minta klien menempatkan obat di membrane mukosa pipi
sampai larut sempurna. Hindari pemberian cairan sampai obat larut
sempurna
• Bubuk - Campur dengan cairan disisi tempat tidur dan berikan
kepada klien untuk diminum.
22. • Jika pasien tidak mampu memegang obat, letakkan dengan perlahan
obat di bibirnya dan dengan perlahan masukkan kedalam mulutnya.
• Jika tablet atau kapsul jatuh ke lantai, buang dan ulangi persiapan
dari awal.
• Tetap bersama pasien sampai ia telah selesai menelan setiap obat
yang didapatnya.
• Jika merasa tidak pasti apakah obat telah ditelan, minta pasien untuk
membuka mulutnya.
• Cuci tangan.
• Catat setiap obat yang telah diberikan pada catatan obat.
• Kembalikan kartu formulir atau instruksi tertulis pemberian berikutnya.
• Buang peralatan yang telah digunakan, isi ulang stok (mis., cangkir
dan sedotan), dan bersihkan tempat kerja.
• Kembali dalam 30 menit untuk mengevaluasi respons pasien
terhadap obat.
23. SOP pemberian Obat topikal
• Persiapan klien:
1.Memperkenalkan diri
2.Meminta pengunjung/keluarga menunggu di luar
kamar
3.Menjelaskan tujuan
4.Menjelaskan langkah –langkah yang akan
dilakukan
5. Menjaga privasi pasien
24. Persiapan alat:
Troli, Perlak, Bengkok, Air DTT dalam kom, Sarung
tangan, Kassa kecil steril (sesuai kebutuhan),
Kassa balutan dan plester (sesuai kebutuhan), Lidi
kapas, Obat topikal sesuai yang dipesankan (krim,
salep, lotion, lotion yang mengandung suspensi,
bubuk atau powder, spray aerosol), dan Buku obat
25. Prosedur Kerja
1. Cek instruksi dokter untuk memastikan nama obat, daya
kerja dan tempat pemberian.
2.Cuci tangan
3.Atur peralatan disamping tempat tidur klien
4.Tutup tirai
5.Identifikasi klien secara tepat
6.Posisikan klien dengan tepat dan nyaman, pastikan hanya
membuka area yang akan diberi obat
7.Inspeksi kondisi kulit.
8.Gunakan sarung tangan
26. 9.Oleskan agen topical :
a. Krim, salep dan losion yang mengandung minyak
1)Letakkan satu sampai dengan dua sendok teh obat di telapak tangan
kemudian lunakkandengan menggosok lembut diantara kedua tangan
2)Usapkan merata diatas permukaan kulit, lakukan gerakan memanjang
searah pertumbuhan bulu.
3)Jelaskan pada klien bahwa kulit dapat terasa berminyak setelah
pemberian
b. Lotion mengandung suspensi
1)Kocok wadah dengan kuat
2)Oleskan sejumlah kecil lotion pada kassa balutan atau bantalan kecil
3)Jelaskan pada klien bahwa area akan terasa dingin dan kering.
27. c. Bubuk (Powder)
1)Pastikan bahwa permukaan kulit kering secara menyeluruh
2)Regangkan dengan baik lipatan bagian kulit seperti diantara ibu jari
atau bagian bawah lengan
3)Bubuhkan secara tipis pada area yang bersangkutan
d. Spray aerosol
1)Kocok wadah dengan keras
2)Baca label untuk jarak yang dianjurkan untuk memegang spray
menjauhi area (biasanya 15-30 cm)
3)Bila leher atau bagian atas dada harus disemprot, minta klien untuk
memalingkan wajah dari arah spray.
4)Semprotkan obat dengan cara merata pada bagian yang sakit
5)Rapikan kembali peralatan yang masih dipakai, buang peralatan yang
sudah tidak digunakan pada tempat yang sesuai.
6)Cuci tangan
28. • Tahap Akhir:
1.Evaluasi perasaan klien
2.Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
3.Dokumentasikan prosedur dan hasil observasi
29.
30. SOP Injeksi IM
• Definisi:
Pemberian obat/cairan dengan dimasukkan langsung ke
dalam otot (muskulus) baik paha (vastus lateralis), lengan
atas (deltoid), paha bagian depan (rectus femoris), bokong
(gluteus medius). Dengan posisi ventrogluteal (berbaring),
dorsogluteal (tengkurap), maupun duduk.
• Tujuan:
Agar obat cepat diabsorbsi karena dalam otot banyak
pembuluh darah
Untuk memasukkan obat dala jumlah besar
Mencegah/mengurangi iritasi
31. • Indikasi :
Pada pasien yang tidak mungkin diberikan obat secara
oral
Pasien tidak sadar
Tidak ada alergi obat
• Kontra indikasi:
Alergi
Infeksi
Lesi kulit
Jaringan parut
Benjolan tulang
Terdapat syaraf besar dibawahnya
32. • Kerugian:
Dapat terjadi alergi
Potensi kerusakan syaraf
Rasa nyeri
Dapat menyebabkan luka pada kulit
Dapat menyebabkan ketakutan berlebihan pada
pasien
33. • Persiapan alat:
1. Buku daftar pemberian obat
2. Spuit 3 cc atau 5 cc, neddle 2,5-3,75cm untuk
dewasa, 1,25-2,5cm untuk anak.
3. Bak instrumen
4. Kom kecil berisi kapas alkohol
5. Obat sesuai advis (pelarut aquades)
6. Bengkok
7. Kassa
8. Hanscon steril
34. • Persiapan pasien:
1. Jelaskan prosedur tindakan
2. Jaga privacy pasien
3. Atur posisi pasien
• Prosedur pelaksnaan:
1. Cuci tangan
2. Identifikasi pasien dg prinsip 5B (benar obat, dosis,
pasien, cara dan waktu pemberian)
3. Pasang hanscoon
4. Ambil obat dan masuk ke dalam spuit sesuai dosis dan
tempatkan ke bak instrumen
5. Tentukan lokasi yang akan dilakukan injeksi
6. Desinfektan dg kapas alkohol secara sirkuler dari dalam
ke luar atau dari atas ke bawah sekali usap
35. Prosedur……..
7. Lakukan cubitan atau peregangan menggunakan tangan
nondominan agar otot lebih tebal dan memudahkan
penusukan.
8. Lakukan penusukan dengan jarum pada posisi tegak lurus
dengan sudut 90 derajat dg kulit
9. Setelah jarum masuk , lakukan aspirasi dengan cara
tangan nondominan menahan barell dan tangan dominan
menarik plunger
10. Apabila tidak ada darah yg masuk ke spuit, masukkan
obat secara perlahan sampai habis.
11. Cabut jarum dg cepat, sambil menekan daerah tusukan
dengan kapas alkohol sambil melakukan pijatan.
12. Lepas hanscoon, cuci tangan dan rapikan peralatan
13. Catat dan evaluasi hasil tindakan
36.
37.
38. SOP SC
• Persiapan Alat.
– Bak injeksi steril
– Kapas alkohol
– Spuit injeksi 3 cc
– Obat dalam sediaan vial/ampule
– Tempat sampah (infeksius, safety box, non infeksius)
– Larutan klorin 0,5 %
– Sarung tangan karet sekali pakai
– Buku kecil
– Bengkok.
39. • Persiapan Pasien:
1. Jelaskan kepada pasien tujuan dan tindakan
yang akan diberikan.
2. Pasien duduk dengan rileks dan berikan privacy
• Prosedur tindakan:
1. Penolong menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
pada pasien
2. Penolong mencuci tangan.
3. Penolong menyiapkan alat-alat, menyiapkan diri, dan
menyiapkan obat.
4. Penolong mengidentifikasi pasien dengan prinsip 5 B
(Benar obat, dosis, pasien, cara pemberian dan waktu)
5. Mengatur posisi senyaman mungkin.
40. • Pilih area penyuntikan
• Pakai sarung tangan
• Bersihkan area penusukan dengan kapas alcohol dengan gerakan
sirkuler
• Pegang kapas alcohol pada jari tangan non dominan
• Buka tutup jarum
• Dengan ujung jarum menghadap ke atas dan dengan tangan dominan
masukkan jarum tepat didalam jaringan kulit dengan sudut 45°
• Lakukan aspirasi dengan cara tangan non dominan menahan barrel
dan tangan dominan menarik plunger
• Masukkan obat perlahan-lahan,
• Cabut jarum sesuai sudut masuknya
• Usap pelan daerah penusukan dengan kapas alcohol
• Observasi kulit terhadap kemerahan, bengkak, gatal
• Kembalikan posisi klein
• Merapikan alat-alat dan cuci tangan.
• Dokumentasi hasil tindakan.
41. SOP IC
• Persiapan Alat.
– Bak injeksi steril
– Kapas alkohol
– Spuit injeksi 1 cc
– Obat dalam sediaan vial/ampule
– Tempat sampah (infeksius, safety box, non infeksius)
– Larutan klorin 0,5 %
– Sarung tangan karet sekali pakai
– Pulpen/spidol
– Buku kecil
– Bengkok.
42. • Persiapan Pasien:
1. Jelaskan kepada pasien tujuan dan tindakan
yang akan diberikan.
2. Pasien duduk dengan rileks.
3. Privacy pasien
43. Langkah-Langkah.
• Penolong menjelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien
• Penolong mencuci tangan.
• Penolong menyiapkan alat-alat, menyiapkan diri, dan menyiapkan
obat.
• Penolong mengidentifikasi pasien dengan prinsip 6 B (Benar obat,
dosis, pasien, cara pemberian dan waktu pemberian, benar
dokumentasi)
• Mengatur posisi senyaman mungkin.
• Pilih area penyuntikan
• Pakai sarung tangan
• Bersihkan area penusukan dengan kapas alcohol dengan gerakan
sirkuler
• Pegang kapas alcohol pada jari tangan non dominan
• Buka tutup jarum
44. • Tempatkan ibu jari tangan non dominan 2,5 cm di bawah area
penusukan
• Dengan ujung jarum menghadap ke atas dan dengan tangan dominan
masukkan jarum tepat dibawah kulit dengan sudut 5-15°
• Masukkan obat perlahan-lahan, perhatikan sampai adanya bula
• Cabut jarum sesuai sudut masuknya
• Usap pelan daerah penusukan dengan kapas alcohol (jangan
dimasase)
• Buat lingkaran pada bula degan menggunakan pulpen/ spidol. Dengan
diameter + 5 cm
• Observasi kulit terhadap kemerahan, bengkak, gatal (10-15 menit)
• Kembalikan posisi klein
• Merapikan alat-alat dan cuci tangan.
• Dokumentasi hasil tindakan.
45. SPO IV
• Pengertian:
Injeksi intravena adalah pemberian obat dengan
cara memasukkan obat ke dalam pembuluh darah
vena dengan menggunakan spuit.
• Tujuan:
1. Untuk memperoleh reaksi obat yang cepat
diabsorbsi daripada dengan injeksi parenteral
lain.
2. Untuk menghindari terjadinya kerusakan jaringan
3. Untuk memasukkan obat dalam jumlah yang
lebih besar
46. • Tempat injeksi
1. Pada lengan (vena basalika dan vena sefalika)
2. Pada tungkai (vena saphenous)
3. Pada leher (vena jugularis)
4. Pada kepala (vena frontalis atau vena
temporalis)
47. • Peralatan:
1. Buku catatan pemberian obat atau kartu obat
2. Kapas alkohol
3. Sarung tangan
4. Obat yang sesuai
5. Spuit 2 ml – 10 ml
6. Bak spuit, Baki obat
7. Plester, Perlak pengalas
8. Pembendung vena (torniquet)
9. Kassa steril (bila perlu), Bengkok
48. Prosedur kerja
1. Cuci tangan
2. Siapkan obat dengan prinsip 6 benar
3. Salam terapeutik
4. Identifikasi klien
5. Beritahu klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan
6. Atur klien pada posisi yang nyaman
7. Pasang perlak pengalas
8. Bebaskan lengan klien dari baju atau kemeja
9. Letakkan pembendung
10.Pilih area penusukan yang bebas dari tanda kekakuan,
peradangan, atau rasa gatal. Menghindari gangguan
absorbsi obat atau cidera dan nyeri yang berlebihan.
49. • Pakai sarung tangan
• Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol,
dengan gerakan sirkuler dari arah dalam keluar dengan diameter
sekitar 5 cm, tunggu sampai kering.
• Buka tutup jarum.
• Tarik kulit kebawah kurang lebih 2,5 cm dibawah area penusukan
dengan tangan non dominan. Membuat kulit menjadi lebih kencang
dan vena tidak bergeser, memudahkan penusukan. Sejajar vena yang
akan ditusuk perlahan dan pasti.
• Pegang jarum pada posisi 30. Rendahkan posisi jarum sejajar kulit
dan teruskan jarum ke dalam vena
• Lakukan aspirasi dengan tangan non dominan menahan barel dari
spuit dan tangan dominan menarik plunger. Observasi adanya darah
pada spuit.
50. • Jika ada darah, lepaskan terniquet dan masukkan obat
perlahan-lahan.
• Keluarkan jarum dengan sudut yang sama seperti saat
dimasukkan, sambil melakukan penekanan dengan
menggunakan kapas alkohol pada area penusukan.
• Tutup area penusukan dengan menggunakan kassa steril
yang diberi betadin
• Kembalikan posisi klien
• Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan ke dalam
bengkok
• Buka sarung tangan dan Cuci tangan
• Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
51. INHALASI
• Memasukkan obat kesaluran nafas dengan
uap/asap, maupun spray
• Tujuan: efek lokal dan sistemik
• Keuntungan:
Absorbsi terjadi cepat dan homogen
Kadar obat dapat dikontrol
Terhindar dari efek lintas pertama
Dapat diberikan langsung pada bronkus
(ashma)
52. • Tujuan
1. Mengencerkan sekret agar mudah dikeluarkan
2. Melonggarkan jalan nafas
• Kerugian:
Diperlukan alat dan metode khusus
Sukar mengatur dosis
Sering mengiritasi epitel paru, sekresi saluran nafas
Toksisitas pada jantung, paru
Contoh obat:
Oksigen
Nebuliser
Anastesi uap
53. SOP NEBULIZER
• Persiapan Alat dan Bahan
1. Set nebulizer
2. Obat bronkodilator
3. Bengkok 1 buah
4. Tissue
5. Spuit 5 cc
6. Aquades
54. • Pelaksanaan
A. Tahap PraInteraksi
1. Mengecek program terapi
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
Tahap Orientasi
1. Memberikan salam dan sapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien
55. • Tahap Kerja
1. Menjaga privacy pasien
2. Mengatur pasien dalam posisi duduk
3. Menempatkan meja/troly di depan pasien yang berisi
set nebulizer
4. Mengisi nebulizer dengan aquades sesuai takaran
5. Memastikan alat dapat berfungsi dengan baik
6. Memasukkan obat sesuai dosis
7. Memasang masker pada pasien
8. Menghidupkan nebulizer dan meminta pasien nafas
dalam sampai obat habis
9. Bersihkan mulut dan hidung dengan tissue
56. • Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Berpamitan dengan pasien/keluarga
3. Membereskan alat
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
keperawatan
57. Obat Rektal
• Tujuan: Efek lokal dan sistemik
• Contoh obat: Asetosal, PCT, tramadol, dulcolax, dll
• Indikasi:
Kontra indikasi pengobatan melalui oral, bahan obat yang di
berikan dapat mengiritasi saluran pencernaan, pasien
mengalami mual muntah dan tidak mampu untuk makan dan
minum, pasien puasa atau terpasang alat in situ, pasien
dengan tingkat kesadaran rendah, pasien dengan kontipasi
• Kontra Indikasi
Pasien dengan nyeri di rectal/rectum
Riwayat operasi anorectal atau anal steosis
Pasien yang mengalami masalah jantung
58. Komplikasi:
• Pada pasien yang mengalami masalah pada kardiak
output,jadi pemasukan melalui rectum
dapat menstimulasi saraf vagus yag meyebabkan
disritmia jantung
• Pasien trauma pada jaringan rectum dan resiko infeksi
luka operasi area rectum
• Efek sampig dari obat
• Tanda dan gejala yang jadi keluhan pasien sebelumnya
juga tidak hilang
• Pasien mengeluh nyeri saat insersi supositoria rectal
59. • Persiapan Alat dan Bahan
Obat supositria
Pelumas yang larut air
Perlak/pengalas
Handscoon
Tisu
Bengkok
60. Prosedur kerja
• Sapa pasien beri salam
• Perkenalkan diri pada pasien
• Menjelaskan prosedur tindakan
• Jaga privasi pasien dengan memasang tirai atau sampiran
• Cuci tangan dan pakai handscoon
• Atur posisi pasien miring ke kiri/kanan dengan kaki yang di sebelah
atas di tekuk
• Pasang pengalas di bawag bokong pasien
• Buka supositoria dan lumasi ujungya denga jari telunjuk
• Renggangkan bokong klien dengan tangan nondominan sampai anus
terlihat
• Masukan obat perlahan lahan dalam anus ,sphincter anal internal
serta mengenai dindinga rectal 10cm pada orang dewasa dan pada
bayi atau anak dorong hingga masuk 5 cm sambil menganjurkan
pasien menarik nafas dalam
61. • Minta klien untuk tidak mengejan dan pastikan obat sudah masuk
• Tarik jari dan bersihkan area kanal
• Arahkan klien untuk berbaring terlentang atau miring selama 5 menit
• Lepaskan handscoon
• Rapikan pasien dan Bereskan alat
• Cuci tangan setelah tindakan
• Dokumentasi hasil tindakan
• Evaluasi terjadinya efek samping dan perasaan pasien
• Kontrak waktu untuk tindakan selanjutnya
• Dokumentasi hasil tindakan.
62.
63. Pemberian Obat per vagina
• Tujuan Pemberian Obat Vaginal:
Untuk mengobati infeksi pada vagina
Untuk menghilangkan nyeri, rasa terbakar dan ketidaknyamanan
pada vagina
Untuk mengurangi peradangan
• Persiapan pasien:
1. Telaah pesanan dokter untuk memastikan nama obat, dosis dan
rute pemberian.
2. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan.
3. Jelaskan prosedur pada pasien.
4. Jaga privasi pasien dengan menutup pintu ruangan atau menarik
korden
5. Pastikan pencahayaan yang cukup
64. Persiapan Alat dan Bahan
• Kartu atau formulir obat
• Supositoria vagina
• Sarung tangan bersih, sekali pakai
• Jeli untuk pelumas, tisu bersih
• Alat untuk memasukkan supositoria (bila ada)
• Balutan perineal (bila ada)
• Krim vagina
• Aplikator plastic
• Sarung tangan bersih, sekali pakai
• Handuk kertas
65. Prosedur kerja
Periksa identitas pasien atau tanyakan nama pasien. Minta pasien berbaring
dalam posisi dorsal rekumben. Pertahankan selimut abdomen dan turunkan
selimut ekstremitas. Kenakan sarung tangan sekali pakai.
• SUPOSITORIA Lepaskan bungkus alumunium foil supositoria dan oleskan
jelly pelicin yang larut dalam air pada ujung supositoria yang bulat dan halus.
Lumaskan jari telunjuk yang telah dipasang sarung tangan dari tangan
dominan.
• Dengan tangan non dominan yang sudah terpasang sarung tangan, lihat
lubang vagina dengan cara membuka dengan lembut labia mayora.
• Masukkan ujung bulat supositoria sepanjang dinding kanal vagina posterior
sepanjang dinding posterior lubang vagina sampai sepanjang jari telunjuk
(7.5-10 cm), untuk memastikan distribusi obat sepanjang dinding vagina.
• Tarik jari dan bersihkan pelumas yang tersisa di sekitar orifisium dan labia.
66. • KRIM VAGINA Isi aplikator krim, ikuti petunjuk
yang tertera pada kemasan.
• Dengan tangan non dominan Anda yang memakai
sarung tangan, perlahan regangkan lipatan labia.
• Dengan tangan dominan Anda yang bersarung
tangan, masukkan aplikator sekitar 7.5 cm. Dorong
penarik aplikator untuk mengeluarkan obat.
• Tarik plunger dan letakkan pada handuk kertas.
Bersihkan sisa krim pada labia atau orifisium
vagina
67. Instruksikan pasien untuk tetap pada posisi
terlentang selama sedikitnya 10 menit.
Tawarkan pembalut perineal sebelum pasien
melakukan ambulasi.
Lepaskan sarung tangan dengan menarik bagian
dalamnya ke arah luar/terbalik dan buang pada
wadah yang tersedia.
Cuci tangan dan Catat obat yang telah diberikan
pada catatan obat.
69. SOP pemberian obat tetes mata
• Tujuan:
Mendilatasi pupil
Pemeriksaan struktur internal mata
Melemahkan otot lensa
Pengukuran refraksi lensa
Menghilangkan iritasi lokal
Mengobati gangguan mata
Meminyaki kornea dan konjungtiva
70. Persiapan Peralatan
• Botol obat dengan penetes steril atau salep dalam tube
• Kartu atau formulir obat
• Bola kapas atau tisu
• Baskom cuci dengan air hangat
• Penutup mata (bila diperlukan)
• Sarung tangan
Persiapan Pasien
• Kaji apakah pasien alergi terhadap obat
• Kaji terhadap setiap kontraindikasi untuk pemberian obat
• Kaji pengetahuan dan kebutuhan pembelajaran tentang pengobatan
• Kaji tanda-tanda vital pasien
71. Prosedur Tindakan
• Telaah program pengobatan dokter untuk memastikan nama obat,
dosis, waktu pemberian dan rute obat.
• Cuci tangan dan gunakan sarung tangan.
• Periksa identitas pasien dengan benar atau tanyakan nama pasien
langsung.
• Jelaskan prosedur pemberian obat
• Minta pasien untuk berbaring terlentang dengan leher agak
hiperekstensi (mendongak)
• Bila terdapat belek (tahi mata) di sepanjang kelopak mata atau
kantung dalam, basuh dengan perlahan.
• Basahi semua belek yang telah mengering dan sulit di buang dengan
memakai lap basah atau bola kapas mata selama beberapa menit.
• Selalu membersihkan dari bagian dalam ke luar kantus.
• Pegang bola kapas atau tisu bersih pada tangan non dominan di atas
tulang pipi pasien tepat di bawah kelopak mata bawah
72. • Dengan tisu atau kapas di bawah kelopak mata bawah, perlahan
tekan bagian bawah dengan ibu jari atau jari telunjuk di atas tulang
orbita, minta pasien untuk melihat pada langit-langit
• Teteskan obat tetes mata, dengan cara: Dengan tangan dominan
bersandar di dahi pasien, pegang penetes mata atau larutan mata
sekitar 1 sampai 2 cm di atas sakus konjungtiva
• Teteskan sejumlah obat yang diresepkan ke dalam sakus konjungtiva.
• Bila pasien berkedip atau menutup mata atau bila tetesan jatuh ke
pinggiran luar kelopak mata, ulangi prosedur ini.
• Setelah meneteskan obat tetes, minta pasien untuk menutup mata
dengan perlahan.
• Bila memberikan obat yang menyebabkan efek sistemik, lindungi jari
Anda dengan sarung tangan atau tisu bersih dan berikan tekanan
lembut pada duktus nasolakrimalis pasien selama 30-60 detik
73. • Memasukkan salep mata, dengan cara: Minta
pasien untuk melihat ke langit langit
• Dengan aplikator salep di atas pinggir kelopak
mata, tekan tube sehingga memberikan aliran tipis
sepanjang tepi dalam kelopak mata bawah pada
konjungtiva.
• Berikan aliran tipis sepanjang kelopak mata atas
pada konjungtiva dalam.
• Biar pasien memejamkan mata secara perlahan
dengan gerakan sirkular menggunakan bola
kapas.
74. • Bila terdapat kelebihan obat pada kelopak mata, usap
dengan perlahan dari bagian dalam ke luar.
• Bila pasien mempunyai penutup mata, pasang penutup
mata yang bersih di atas mata yang sakit sehingga
seluruh mata terlindungi. Plester dengan aman tanpa
memberikan tekanan pada mata
• Lepaskan sarung tangan, cuci tangan dan buang
peralatan yang sudah dipakai
• Catat obat, konsentrasi, jumlah tetesan, waktu pemberian,
dan mata yang menerima obat (kiri, kanan atau
keduanya).
75.
76. SOP pemberian tetes telinga
• Persiapan alat:
1. Botol obat tetes dengan penetes steril yang diperlukan
2. Handscoon sekali pakai(bila perlu)
3. Cotton bud/kapas lidi
4. Larutan NaCl/ Normal Salin (NS)
5. Nierbekken atau kantung plastik
6. Sarung tangan
7. Mangkok berisi air panas
8. Bola kapas
9. Tissue
10. Pen light
77. • Persiapan pasien:
1. Menjelaskan tujuan pemberian obat tetes
2. Menjelaskan langkah/ prosedur tindakan yang akan
dilakukan
3. Beri klien kesempatan bertanya
4. Atur posisi pasien senyaman mungkin
• Persiapan lingkungan:
1. Menutup pintu/ jendela/ memasang sampiran
2. Jaga privasi Pasien
78. PROSEDUR KERJA
1) Cek kembali pengobatan, waktu, jumlah dan dosis serta pada telinga
bagian mana obat harus diberikan.
2) Mencuci tangan
3) Kenakan sarung tangan
4) Siapkan pasien
a. Identifikasi pasien dengan tepat dan tanyakan namanya
b. Sediakan asisten bila diperlukan, untuk mencegah cidera pada bayi
dan anak kecil
c. Kaji struktur telinga luar dan salurannya
d. Jelaskan prosedur pada pasien
e. Atur posisi pasien miring kesamping (side lying) dengan telinga yang
akan diobati pada bagian atas.
f. Pastikan dan lihat serumen atau drainase yang menyumbat pada
bagian paling luar saluran telinga dengan pen light.
79. 5) Bersihkan daun telinga dan lubang telinga yang
sudah dihadapkan ke atas
Dengan menggunakan cotton bud/lidi kapas yang dibasahi cairan,
bersihkan daun telinga dan meatus auditory. Jangan mendorong
serumen kedalam untuk menghambat atau menyumbat saluran.
6) Hangatkan obat dengan tangan anda atau rendam obat ke dalam air
hangat dalam waktu yang singkat
7) Tarik daun telinga ke atas dan ke belakang (untuk dewasa dan anak-
anak diatas 3 tahun), tarik daun telinga kebawah dan kebelakang (untuk
bayi)
8) Teteskan obat yang telah dihangatkan pada sisi liang telinga, pegang
alat tetes 1 cm diatas saluran telinga
9) Berikan penekanan/pijtan yang lembut beberapa kali pada tragus
telinga dengan menggunakan jari tangan.
80. 10) Anjurkan pasien untuk tetap berada pada posisi
miring selama 5 menit
11) Pasang bola kapas ke bagian terluar saluran telinga jangan menekan
kapas ke bagian terdalam saluran selama 15-20 menit, lalu lepaskan
bola kapas tersebut.
12) Bersihkan sisa obat disekitar telinga dengan tissue
13) Rapikan alat dan buang peralatan yang sudah tidak dipakai
14) Bantu pasien mengambil posisi yang nyaman setelah tetesan obat
diabsorbsi
15) Mencuci tangan
16) Kaji respon pasien: Kaji pada karakter dan jumlah pengeluaran,
adanya ketidaknyamanan dan lain sebagainya. Lakukan segera setelah
obat dimasukkan dan ulangi pada saat efek obat telah bekerja.
17) Dokumentasikan semua tindakan
81.
82. Perhitungan Dosis Anak
1. Usia
Rumus Fried = Usia anak dlm bln x dosis dewasa
150 bulan
2. Berat Badan
Rumus Clark = BB anak (kg) x dosis dewasa
70
83. Contoh soal
1. Anak usia 8 bulan, mengalami demam tinggi,
untuk menurunkan panas anak tersebut
mendapatkan resep obat paracetamol, berapa
dosis yang diberikan untuk anak tersebut?
Jawab:
Rumus Fried = usia anak dlm bln x dosis dewasa
150 bulan
8 x 500 = 26,6 mg= 27 mg
150
84. 2. Anak BB 20 kg, mendapatkan resep
amoksisilin dengan dosis 3x sehari, berapa
dosis yang diberikan untuk anak tersebut?
Jawab:
Rumus Clark = BB anak (kg)x dosis dewasa
70
20 x 500 = 142,85 mg= 143 mg
70
85. Contoh soal………..
3. Pasien A mendapatkan antibiotik ceftriaxone 250
mg inj.via IV, obat yang tersedia dalam 1 vial
ceftriaxone berisi 1 gram = 1000 mg yang diuplos
aquades 10cc . berapa jumlah yang diberikan?
Jawab:
Jumlah obat yang diberikan(mg) x Jumlah aquades diaplos
Jumlah obat dalam sediaan (mg)
250 mg x 10 cc = 2,5 cc
1000 mg
86. 4. Berapa cc harus dihisap untuk mendapatkan
penisilin 150.000 unit dari vial yg berlabel 600.000
unit/cc?
Jawab:
150.000 unit x 1cc = 0,25 cc
600.000 unit
Contoh soal………..
87. 5. Dari insulin vial mengandung 100 iu/ml,
berapa cc yang disiapkan jika pasien
mendapatkan 10 iu?
Jawab:
10 iu x 1 cc = 0,1 cc
100 iu
Contoh soal………..