SlideShare a Scribd company logo
1 of 89
CARA PEMBERIAN OBAT
Ns. Awal Darmawan, M.Kep
CURRICULUM VITAE
PENDIDIKAN: SPK, D3,
S1/NERS, S2 KMB
P E K E R J A A N : M E D I K D I S K J ,
A P E X I N D O , R S U D A W S .
P R A K T I K M A N D I R I D A N H O M E
C A R E “ P E L I T A C A R E
S A M A R I N D A ” , I n s t r u k t u r M S T 1 1 9
n s . a w a l
Awal Darmawan
N s . A w a l
A w a l D a r m a w a n
Obat adalah:
Semua zat baik dari alam (hewan maupun tumbuhan) atau kimiawi
yang dalam takaran (dosis) yang tepat atau layak dapat
menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit atau
gejala-gejalanya.
Tujan Pemberian Obat:
 Mengatasi diagnosa penyakit
 Mengobati/menyembuhkan
 Mengurangi penderitaan
 Pencegahan penyakit
DEFINISI & TUJUAN OBAT
DEFINISI
OBAT
1. Pulvis (serbuk)
2. Pulveres (puyer)
3. Tablet (compressi)
4. Pil (pilulae)
5. Kapsul (capsule)
6. Kaplet (kapsul tablet)
7. Larutan (solutiones)
8. Suspensi (suspensiones)
9. Emulsi (elmusiones)
BENTUK & JENIS OBAT
BENTUK
OBAT
10. Galenik (extrak tumbuhan
dan hewan)
11. Ekstrak (extractum)
12. Infusa
13. Imunoserum (immunosera)
14. Salep (unguenta)
15. Suppositoria
16. Obat tetes (guttae)
17. Injeksi (injectiones)
Permenkes No. 917/MENKES/PER/X/1993 tentang Wajib
Daftar Obat:
Golongan Obat bebas:
Merupakan obat yang tingkat keamanannya sudah terbukti
tidak membahayakan. Obat ini diberikan tanda atau logo
lingkaran hitam mengelilingi lingkaran berwarna hijau.
Obat ini dapat dibeli tanpa resep dari dokter dan dapat
dijual di apotek maupun toko obat, misalnya Antasida
DOEN, Parasetamol, Calcium Lactate, dll. Dalam istilah
lain untuk obat bebas adalah obat Over The Counter
(OTC).
JENIS
OBAT Ada beberapa jenis tanda yang
terdapat dalam kemasan obat
P.No.1. Awas obat keras : Bacalah aturan pakai !
P.No.2. Awas obat keras : Hanya untuk dikumur, jangan ditelan !
P.No.3. Awas obat keras : Hanya bagian luar dalam !
P.No.4. Awas obat keras : Hanya untuk dibakar !
P.No.5. Awas obat keras : Tidak boleh ditelan!
P.No.6. Awas obat keras : Obat wasir, jangan ditelan !
JENIS
OBAT
Gol. Obat Bebas Terbatas:
Obat bebas t’batas ialah obat keras yang dapat diberikan dalam
jumlah terbatas, baik dosis maupun jumlah unit sediaannya. Misalnya
tablet diberikan dalam jumlah 4 tablet Obat bebas dalam jumlah
tertentu masih bisa dibeli di apotek, tanpa resep dokter. Obat ini
diberikan bersama dengan peringatan obat tertulis. Peringatan obat
tertulis tersebut dituliskan dalam bentuk tulisan putih dengan latar
belakang hitam yang berisi :
Gol. Obat Keras;
Obat keras adalah obat yg termasuk dalam daftar
obat yg hanya boleh disertakan oleh apoteker
atau dokter. Apoteker hanya menyerahkan obat
keras tsb hanya berdasarkan permintaan (resep)
dari dokter. Dan dokter hanya menyerahkan obat
tsb, jika obat tsb diperoleh dari apotek.
JENIS
OBAT
PATHOLOGY
Obat Narkotika bersifat adiksi & penggunaannya diawasi dengan sangat
ketat, sehingga obat golongan narkotika hanya dapat diperoleh di
Apotek dengan menggunakan resep dokter yang asli (bukan coppy
resep). Bebeerapa contoh dari obat narkotik diantaranya: Morfin,
Heroin, Coca, Codein, Methadone, Cannabis/ marijuana/ganja. Dalam
bidang kedokteran, obat-obat narkotika biasa digunakan sebagai
anestesi dan analgetika.
Gol. Obat Narkotika:
Adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintetis maupun semisintetis, yg dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, kehilangan rasa, rangsangan semangat ,
halusinasi, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dapat
menimbulkan ketergantungan. Peredaran produk jadi obat narkotika
dikemas dalam wadah kemasan yg diberi bulatan berwarna hitam
mengelilingi palang merah dengan dasar putih.
MACAM
TEKHNIK
PEMBERIAN
OBAT
 Oral: Pemberian obat melalui mulut merupakan cara
paling mudah dan paling sering digunakan. Obat yang
digunakan biasanya memiliki onset yang lama dan efek
yang lama.
 Parenteral: Pemberian obat melalui perenteral
merupakan pemberian obat melalui jaringan tubuh,
pemberian obat parenteral, merupakan pilihan jika
pemberian obat dari mulut merupakan ktrak indikasi.
 Topical: Obat diberikan pada kulit atau mukosa. Obat-
obat yang diberikan biasanya memiliki efek lokal, obat
dapat di oleskan pada areah yang diobati atau medicated
baths. Efek sistematik dapat timbul jika kulit klien tipis.
Inhalasi :Jalan nafas memberikan tempat yang luas untuk
absorbsi obat, obat diinhalasi melalui mulut atau pun
hidung.
OBAT
DAN
CAIRAN
ASPEK LEGAL OBAT DAN CAIRAN PADA PRAKTIK
BIDAN MANDIRI
PMK no.1464, 2010 dan PMK, no.28,2017: Pasal 36(1)Persyaratan obat dan bahan
habis pakai Praktik Mandiri Bidan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2)
meliputi pengelolaan obat dan bahan habis pakai yang diperlukan untuk pelayanan
antenatal, persalinan normal, penatalaksanaan bayi baru lahir, nifas, keluarga
berencana, dan penanganan awal kasus kedaruratan kebidanan dan bayi baru lahir.
(2)Obat dan bahan habis pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya
diperoleh dari apotek melaluisurat pesanan kebutuhan obat dan bahan habis pakai.
(3)Bidan yang melakukan praktik mandiri harus melakukan pendokumentasian surat
pesanankebutuhan obat dan bahan habis pakai sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) serta melakukan pengelolaan obat yang baik sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
PRINSIP 6 BENAR DALAM PEMBERIAN OBAT
REAKSI
OBAT
Reaksi obat : Kemampuan obat
Waktu Paruh : Interval waktu yang dibutuhkan utk
proses eliminasi tubuh utk mengurangi konsentrasi
obat didalam tubuh separuhnya.
Ex : waktu paruh 8 jam, awalnya 100 %.
Setelah 8 jam : 50 %
Setelah 16 jam : 25 %
Setelah 24 jam : 12,5 %
Setelah 32 jam : 6,25 %
Faktor – faktor yg mempengaruhi reaksi
obat :
 Usia
 Waktu pemberian
 Berat badan
 Jenis kelamin
 Lingkungan
 Faktor genetik
 Kondisi Individu
MASALAH DALAM
PEMBERIAN OBAT
Menolak pemberian obat
Kerusakan Integritas kulit terganggu
Disorientasi dan bingung
Menelan obat bukal atau sublingual
Alergi kulit
BENTUK SEDIAAN OBAT
1. Sediaan padat:
Tablet, kaplet (bentuk tablet dengan
lapisan gula), kapsul, pil (60-300 mg),
granula (20-60mg), boli (>300mg)
2. Sediaan semi padat:
Salep, krim, gel, suppositoria
3. Sediaan cair:
Sirup, lalrutan, suspensi, emulsi
CARA ORAL
• Keuntungan:
 Relatif aman
 Praktis dan ekonomis
• Kerugian:
 Timbulnya efek lambat
 Tidak bermanfaat pada pasien: muntah, tidak sadar, tidak
kooperatif, diare berat.
 Untuk obat iritatif dan rasa tidak enak penggunaannya
terbatas.
 Obat yang inaktif, terurai dg cairan lambung/ usus tidak
bermanfaat
 Obat absorbsi tidak teratur
SUBLINGUAL
• Cara: obat diletakkan di bawah lidah yang
kaya akan pembuluh darah.
• Contoh obat: Nitgrogliserin (angina pectoris),
isosorbid, nifedipin, dll
• Keuntungan:
 Efek obat cepat
 Kerusakan obat di saluran cerna dan
metabolisme di dinding usus dan hati dapat
dihindari (karena tidak lewat vena porta)
SOP Pemberian obat oral, Sublingual
 Persiapan alat/bahan:
– Kartu obat, kardex, atau formula pencatat
– Baki/tray obat
– Cangkir obat sekali pakai/gelas pengukur/sendok
– Segelas air atau sari buah
– Sedotan untuk minum
 Persiapan pasien :
• Kaji apakah pasien alergi terhadap obat
• Kaji terhadap setiap kontraindikasi untuk pemberian obat oral
• Apakah pasien mengalami kesulitan dalam menelan, mual atau muntah,
inflamasi usus atau penurunan peristaltik, operasi gastrointestinal
terakhir, penurunan atau tidak terdengar bising usus, dan suksion
lambung.
• Kaji pengetahuan dan kebutuhan pembelajaran tentang pengobatan.
• Kaji tanda-tanda vital pasien
• Cek obat yang akan diberikan dan bawa obat ke pasien
sesuai dengan waktu yang tepat dan jelaskan tindakan
yang akan dilakukan
• Jaga privasi pasien
• Indentifikasi pasien dengan cara membandingkan nama
pada kartu, formulir, atau instruksi tertulis dengan nama
pada pita identifikasi/ gelang pasien.
• Minta pasien untuk menyebutkan namanya.
• Jelaskan tujuan obat dan aksinya pada pasien.
• Bantu pasien untuk duduk atau posisi miring.
• Berikan obat dengan tepat.
• Bila tablet - Tawarkan pasien pilihan air atau sari buah dengan obat
yang akan diminum. Pasien mungkin berkeinginan untuk memegang
obat padat ditangan atau cangkir obat sebelum meminumnya.
Beberapa klien ingin memegang obat padat terlebih dahulu.
• Sub lingual - Minta klien untuk menempatkan obat dibawah lidah
dan biarkan larut sempurna. Ingatkan klien untuk tidak menelan
tablet.
• Bukal - Minta klien menempatkan obat di membrane mukosa pipi
sampai larut sempurna. Hindari pemberian cairan sampai obat larut
sempurna
• Bubuk - Campur dengan cairan disisi tempat tidur dan berikan
kepada klien untuk diminum.
• Jika pasien tidak mampu memegang obat, letakkan dengan perlahan
obat di bibirnya dan dengan perlahan masukkan kedalam mulutnya.
• Jika tablet atau kapsul jatuh ke lantai, buang dan ulangi persiapan
dari awal.
• Tetap bersama pasien sampai ia telah selesai menelan setiap obat
yang didapatnya.
• Jika merasa tidak pasti apakah obat telah ditelan, minta pasien untuk
membuka mulutnya.
• Cuci tangan.
• Catat setiap obat yang telah diberikan pada catatan obat.
• Kembalikan kartu formulir atau instruksi tertulis pemberian berikutnya.
• Buang peralatan yang telah digunakan, isi ulang stok (mis., cangkir
dan sedotan), dan bersihkan tempat kerja.
• Kembali dalam 30 menit untuk mengevaluasi respons pasien
terhadap obat.
SOP pemberian Obat topikal
• Persiapan klien:
1.Memperkenalkan diri
2.Meminta pengunjung/keluarga menunggu di luar
kamar
3.Menjelaskan tujuan
4.Menjelaskan langkah –langkah yang akan
dilakukan
5. Menjaga privasi pasien
Persiapan alat:
Troli, Perlak, Bengkok, Air DTT dalam kom, Sarung
tangan, Kassa kecil steril (sesuai kebutuhan),
Kassa balutan dan plester (sesuai kebutuhan), Lidi
kapas, Obat topikal sesuai yang dipesankan (krim,
salep, lotion, lotion yang mengandung suspensi,
bubuk atau powder, spray aerosol), dan Buku obat
Prosedur Kerja
1. Cek instruksi dokter untuk memastikan nama obat, daya
kerja dan tempat pemberian.
2.Cuci tangan
3.Atur peralatan disamping tempat tidur klien
4.Tutup tirai
5.Identifikasi klien secara tepat
6.Posisikan klien dengan tepat dan nyaman, pastikan hanya
membuka area yang akan diberi obat
7.Inspeksi kondisi kulit.
8.Gunakan sarung tangan
9.Oleskan agen topical :
a. Krim, salep dan losion yang mengandung minyak
1)Letakkan satu sampai dengan dua sendok teh obat di telapak tangan
kemudian lunakkandengan menggosok lembut diantara kedua tangan
2)Usapkan merata diatas permukaan kulit, lakukan gerakan memanjang
searah pertumbuhan bulu.
3)Jelaskan pada klien bahwa kulit dapat terasa berminyak setelah
pemberian
b. Lotion mengandung suspensi
1)Kocok wadah dengan kuat
2)Oleskan sejumlah kecil lotion pada kassa balutan atau bantalan kecil
3)Jelaskan pada klien bahwa area akan terasa dingin dan kering.
c. Bubuk (Powder)
1)Pastikan bahwa permukaan kulit kering secara menyeluruh
2)Regangkan dengan baik lipatan bagian kulit seperti diantara ibu jari
atau bagian bawah lengan
3)Bubuhkan secara tipis pada area yang bersangkutan
d. Spray aerosol
1)Kocok wadah dengan keras
2)Baca label untuk jarak yang dianjurkan untuk memegang spray
menjauhi area (biasanya 15-30 cm)
3)Bila leher atau bagian atas dada harus disemprot, minta klien untuk
memalingkan wajah dari arah spray.
4)Semprotkan obat dengan cara merata pada bagian yang sakit
5)Rapikan kembali peralatan yang masih dipakai, buang peralatan yang
sudah tidak digunakan pada tempat yang sesuai.
6)Cuci tangan
• Tahap Akhir:
1.Evaluasi perasaan klien
2.Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
3.Dokumentasikan prosedur dan hasil observasi
SOP Injeksi IM
• Definisi:
Pemberian obat/cairan dengan dimasukkan langsung ke
dalam otot (muskulus) baik paha (vastus lateralis), lengan
atas (deltoid), paha bagian depan (rectus femoris), bokong
(gluteus medius). Dengan posisi ventrogluteal (berbaring),
dorsogluteal (tengkurap), maupun duduk.
• Tujuan:
 Agar obat cepat diabsorbsi karena dalam otot banyak
pembuluh darah
 Untuk memasukkan obat dala jumlah besar
 Mencegah/mengurangi iritasi
• Indikasi :
 Pada pasien yang tidak mungkin diberikan obat secara
oral
 Pasien tidak sadar
 Tidak ada alergi obat
• Kontra indikasi:
 Alergi
 Infeksi
 Lesi kulit
 Jaringan parut
 Benjolan tulang
 Terdapat syaraf besar dibawahnya
• Kerugian:
 Dapat terjadi alergi
 Potensi kerusakan syaraf
 Rasa nyeri
 Dapat menyebabkan luka pada kulit
 Dapat menyebabkan ketakutan berlebihan pada
pasien
• Persiapan alat:
1. Buku daftar pemberian obat
2. Spuit 3 cc atau 5 cc, neddle 2,5-3,75cm untuk
dewasa, 1,25-2,5cm untuk anak.
3. Bak instrumen
4. Kom kecil berisi kapas alkohol
5. Obat sesuai advis (pelarut aquades)
6. Bengkok
7. Kassa
8. Hanscon steril
• Persiapan pasien:
1. Jelaskan prosedur tindakan
2. Jaga privacy pasien
3. Atur posisi pasien
• Prosedur pelaksnaan:
1. Cuci tangan
2. Identifikasi pasien dg prinsip 5B (benar obat, dosis,
pasien, cara dan waktu pemberian)
3. Pasang hanscoon
4. Ambil obat dan masuk ke dalam spuit sesuai dosis dan
tempatkan ke bak instrumen
5. Tentukan lokasi yang akan dilakukan injeksi
6. Desinfektan dg kapas alkohol secara sirkuler dari dalam
ke luar atau dari atas ke bawah sekali usap
Prosedur……..
7. Lakukan cubitan atau peregangan menggunakan tangan
nondominan agar otot lebih tebal dan memudahkan
penusukan.
8. Lakukan penusukan dengan jarum pada posisi tegak lurus
dengan sudut 90 derajat dg kulit
9. Setelah jarum masuk , lakukan aspirasi dengan cara
tangan nondominan menahan barell dan tangan dominan
menarik plunger
10. Apabila tidak ada darah yg masuk ke spuit, masukkan
obat secara perlahan sampai habis.
11. Cabut jarum dg cepat, sambil menekan daerah tusukan
dengan kapas alkohol sambil melakukan pijatan.
12. Lepas hanscoon, cuci tangan dan rapikan peralatan
13. Catat dan evaluasi hasil tindakan
SOP SC
• Persiapan Alat.
– Bak injeksi steril
– Kapas alkohol
– Spuit injeksi 3 cc
– Obat dalam sediaan vial/ampule
– Tempat sampah (infeksius, safety box, non infeksius)
– Larutan klorin 0,5 %
– Sarung tangan karet sekali pakai
– Buku kecil
– Bengkok.
• Persiapan Pasien:
1. Jelaskan kepada pasien tujuan dan tindakan
yang akan diberikan.
2. Pasien duduk dengan rileks dan berikan privacy
• Prosedur tindakan:
1. Penolong menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
pada pasien
2. Penolong mencuci tangan.
3. Penolong menyiapkan alat-alat, menyiapkan diri, dan
menyiapkan obat.
4. Penolong mengidentifikasi pasien dengan prinsip 5 B
(Benar obat, dosis, pasien, cara pemberian dan waktu)
5. Mengatur posisi senyaman mungkin.
• Pilih area penyuntikan
• Pakai sarung tangan
• Bersihkan area penusukan dengan kapas alcohol dengan gerakan
sirkuler
• Pegang kapas alcohol pada jari tangan non dominan
• Buka tutup jarum
• Dengan ujung jarum menghadap ke atas dan dengan tangan dominan
masukkan jarum tepat didalam jaringan kulit dengan sudut 45°
• Lakukan aspirasi dengan cara tangan non dominan menahan barrel
dan tangan dominan menarik plunger
• Masukkan obat perlahan-lahan,
• Cabut jarum sesuai sudut masuknya
• Usap pelan daerah penusukan dengan kapas alcohol
• Observasi kulit terhadap kemerahan, bengkak, gatal
• Kembalikan posisi klein
• Merapikan alat-alat dan cuci tangan.
• Dokumentasi hasil tindakan.
SOP IC
• Persiapan Alat.
– Bak injeksi steril
– Kapas alkohol
– Spuit injeksi 1 cc
– Obat dalam sediaan vial/ampule
– Tempat sampah (infeksius, safety box, non infeksius)
– Larutan klorin 0,5 %
– Sarung tangan karet sekali pakai
– Pulpen/spidol
– Buku kecil
– Bengkok.
• Persiapan Pasien:
1. Jelaskan kepada pasien tujuan dan tindakan
yang akan diberikan.
2. Pasien duduk dengan rileks.
3. Privacy pasien
 Langkah-Langkah.
• Penolong menjelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien
• Penolong mencuci tangan.
• Penolong menyiapkan alat-alat, menyiapkan diri, dan menyiapkan
obat.
• Penolong mengidentifikasi pasien dengan prinsip 6 B (Benar obat,
dosis, pasien, cara pemberian dan waktu pemberian, benar
dokumentasi)
• Mengatur posisi senyaman mungkin.
• Pilih area penyuntikan
• Pakai sarung tangan
• Bersihkan area penusukan dengan kapas alcohol dengan gerakan
sirkuler
• Pegang kapas alcohol pada jari tangan non dominan
• Buka tutup jarum
• Tempatkan ibu jari tangan non dominan 2,5 cm di bawah area
penusukan
• Dengan ujung jarum menghadap ke atas dan dengan tangan dominan
masukkan jarum tepat dibawah kulit dengan sudut 5-15°
• Masukkan obat perlahan-lahan, perhatikan sampai adanya bula
• Cabut jarum sesuai sudut masuknya
• Usap pelan daerah penusukan dengan kapas alcohol (jangan
dimasase)
• Buat lingkaran pada bula degan menggunakan pulpen/ spidol. Dengan
diameter + 5 cm
• Observasi kulit terhadap kemerahan, bengkak, gatal (10-15 menit)
• Kembalikan posisi klein
• Merapikan alat-alat dan cuci tangan.
• Dokumentasi hasil tindakan.
SPO IV
• Pengertian:
Injeksi intravena adalah pemberian obat dengan
cara memasukkan obat ke dalam pembuluh darah
vena dengan menggunakan spuit.
• Tujuan:
1. Untuk memperoleh reaksi obat yang cepat
diabsorbsi daripada dengan injeksi parenteral
lain.
2. Untuk menghindari terjadinya kerusakan jaringan
3. Untuk memasukkan obat dalam jumlah yang
lebih besar
• Tempat injeksi
1. Pada lengan (vena basalika dan vena sefalika)
2. Pada tungkai (vena saphenous)
3. Pada leher (vena jugularis)
4. Pada kepala (vena frontalis atau vena
temporalis)
• Peralatan:
1. Buku catatan pemberian obat atau kartu obat
2. Kapas alkohol
3. Sarung tangan
4. Obat yang sesuai
5. Spuit 2 ml – 10 ml
6. Bak spuit, Baki obat
7. Plester, Perlak pengalas
8. Pembendung vena (torniquet)
9. Kassa steril (bila perlu), Bengkok
Prosedur kerja
1. Cuci tangan
2. Siapkan obat dengan prinsip 6 benar
3. Salam terapeutik
4. Identifikasi klien
5. Beritahu klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan
6. Atur klien pada posisi yang nyaman
7. Pasang perlak pengalas
8. Bebaskan lengan klien dari baju atau kemeja
9. Letakkan pembendung
10.Pilih area penusukan yang bebas dari tanda kekakuan,
peradangan, atau rasa gatal. Menghindari gangguan
absorbsi obat atau cidera dan nyeri yang berlebihan.
• Pakai sarung tangan
• Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol,
dengan gerakan sirkuler dari arah dalam keluar dengan diameter
sekitar 5 cm, tunggu sampai kering.
• Buka tutup jarum.
• Tarik kulit kebawah kurang lebih 2,5 cm dibawah area penusukan
dengan tangan non dominan. Membuat kulit menjadi lebih kencang
dan vena tidak bergeser, memudahkan penusukan. Sejajar vena yang
akan ditusuk perlahan dan pasti.
• Pegang jarum pada posisi 30. Rendahkan posisi jarum sejajar kulit
dan teruskan jarum ke dalam vena
• Lakukan aspirasi dengan tangan non dominan menahan barel dari
spuit dan tangan dominan menarik plunger. Observasi adanya darah
pada spuit.
• Jika ada darah, lepaskan terniquet dan masukkan obat
perlahan-lahan.
• Keluarkan jarum dengan sudut yang sama seperti saat
dimasukkan, sambil melakukan penekanan dengan
menggunakan kapas alkohol pada area penusukan.
• Tutup area penusukan dengan menggunakan kassa steril
yang diberi betadin
• Kembalikan posisi klien
• Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan ke dalam
bengkok
• Buka sarung tangan dan Cuci tangan
• Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
INHALASI
• Memasukkan obat kesaluran nafas dengan
uap/asap, maupun spray
• Tujuan: efek lokal dan sistemik
• Keuntungan:
 Absorbsi terjadi cepat dan homogen
 Kadar obat dapat dikontrol
 Terhindar dari efek lintas pertama
 Dapat diberikan langsung pada bronkus
(ashma)
• Tujuan
1. Mengencerkan sekret agar mudah dikeluarkan
2. Melonggarkan jalan nafas
• Kerugian:
 Diperlukan alat dan metode khusus
 Sukar mengatur dosis
 Sering mengiritasi epitel paru, sekresi saluran nafas
 Toksisitas pada jantung, paru
Contoh obat:
 Oksigen
 Nebuliser
 Anastesi uap
SOP NEBULIZER
• Persiapan Alat dan Bahan
1. Set nebulizer
2. Obat bronkodilator
3. Bengkok 1 buah
4. Tissue
5. Spuit 5 cc
6. Aquades
• Pelaksanaan
A. Tahap PraInteraksi
1. Mengecek program terapi
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
Tahap Orientasi
1. Memberikan salam dan sapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien
• Tahap Kerja
1. Menjaga privacy pasien
2. Mengatur pasien dalam posisi duduk
3. Menempatkan meja/troly di depan pasien yang berisi
set nebulizer
4. Mengisi nebulizer dengan aquades sesuai takaran
5. Memastikan alat dapat berfungsi dengan baik
6. Memasukkan obat sesuai dosis
7. Memasang masker pada pasien
8. Menghidupkan nebulizer dan meminta pasien nafas
dalam sampai obat habis
9. Bersihkan mulut dan hidung dengan tissue
• Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Berpamitan dengan pasien/keluarga
3. Membereskan alat
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
keperawatan
Obat Rektal
• Tujuan: Efek lokal dan sistemik
• Contoh obat: Asetosal, PCT, tramadol, dulcolax, dll
• Indikasi:
Kontra indikasi pengobatan melalui oral, bahan obat yang di
berikan dapat mengiritasi saluran pencernaan, pasien
mengalami mual muntah dan tidak mampu untuk makan dan
minum, pasien puasa atau terpasang alat in situ, pasien
dengan tingkat kesadaran rendah, pasien dengan kontipasi
• Kontra Indikasi
 Pasien dengan nyeri di rectal/rectum
 Riwayat operasi anorectal atau anal steosis
 Pasien yang mengalami masalah jantung
Komplikasi:
• Pada pasien yang mengalami masalah pada kardiak
output,jadi pemasukan melalui rectum
dapat menstimulasi saraf vagus yag meyebabkan
disritmia jantung
• Pasien trauma pada jaringan rectum dan resiko infeksi
luka operasi area rectum
• Efek sampig dari obat
• Tanda dan gejala yang jadi keluhan pasien sebelumnya
juga tidak hilang
• Pasien mengeluh nyeri saat insersi supositoria rectal
• Persiapan Alat dan Bahan
 Obat supositria
 Pelumas yang larut air
 Perlak/pengalas
 Handscoon
 Tisu
 Bengkok
Prosedur kerja
• Sapa pasien beri salam
• Perkenalkan diri pada pasien
• Menjelaskan prosedur tindakan
• Jaga privasi pasien dengan memasang tirai atau sampiran
• Cuci tangan dan pakai handscoon
• Atur posisi pasien miring ke kiri/kanan dengan kaki yang di sebelah
atas di tekuk
• Pasang pengalas di bawag bokong pasien
• Buka supositoria dan lumasi ujungya denga jari telunjuk
• Renggangkan bokong klien dengan tangan nondominan sampai anus
terlihat
• Masukan obat perlahan lahan dalam anus ,sphincter anal internal
serta mengenai dindinga rectal 10cm pada orang dewasa dan pada
bayi atau anak dorong hingga masuk 5 cm sambil menganjurkan
pasien menarik nafas dalam
• Minta klien untuk tidak mengejan dan pastikan obat sudah masuk
• Tarik jari dan bersihkan area kanal
• Arahkan klien untuk berbaring terlentang atau miring selama 5 menit
• Lepaskan handscoon
• Rapikan pasien dan Bereskan alat
• Cuci tangan setelah tindakan
• Dokumentasi hasil tindakan
• Evaluasi terjadinya efek samping dan perasaan pasien
• Kontrak waktu untuk tindakan selanjutnya
• Dokumentasi hasil tindakan.
Pemberian Obat per vagina
• Tujuan Pemberian Obat Vaginal:
 Untuk mengobati infeksi pada vagina
 Untuk menghilangkan nyeri, rasa terbakar dan ketidaknyamanan
pada vagina
 Untuk mengurangi peradangan
• Persiapan pasien:
1. Telaah pesanan dokter untuk memastikan nama obat, dosis dan
rute pemberian.
2. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan.
3. Jelaskan prosedur pada pasien.
4. Jaga privasi pasien dengan menutup pintu ruangan atau menarik
korden
5. Pastikan pencahayaan yang cukup
Persiapan Alat dan Bahan
• Kartu atau formulir obat
• Supositoria vagina
• Sarung tangan bersih, sekali pakai
• Jeli untuk pelumas, tisu bersih
• Alat untuk memasukkan supositoria (bila ada)
• Balutan perineal (bila ada)
• Krim vagina
• Aplikator plastic
• Sarung tangan bersih, sekali pakai
• Handuk kertas
Prosedur kerja
 Periksa identitas pasien atau tanyakan nama pasien. Minta pasien berbaring
dalam posisi dorsal rekumben. Pertahankan selimut abdomen dan turunkan
selimut ekstremitas. Kenakan sarung tangan sekali pakai.
• SUPOSITORIA Lepaskan bungkus alumunium foil supositoria dan oleskan
jelly pelicin yang larut dalam air pada ujung supositoria yang bulat dan halus.
Lumaskan jari telunjuk yang telah dipasang sarung tangan dari tangan
dominan.
• Dengan tangan non dominan yang sudah terpasang sarung tangan, lihat
lubang vagina dengan cara membuka dengan lembut labia mayora.
• Masukkan ujung bulat supositoria sepanjang dinding kanal vagina posterior
sepanjang dinding posterior lubang vagina sampai sepanjang jari telunjuk
(7.5-10 cm), untuk memastikan distribusi obat sepanjang dinding vagina.
• Tarik jari dan bersihkan pelumas yang tersisa di sekitar orifisium dan labia.
• KRIM VAGINA Isi aplikator krim, ikuti petunjuk
yang tertera pada kemasan.
• Dengan tangan non dominan Anda yang memakai
sarung tangan, perlahan regangkan lipatan labia.
• Dengan tangan dominan Anda yang bersarung
tangan, masukkan aplikator sekitar 7.5 cm. Dorong
penarik aplikator untuk mengeluarkan obat.
• Tarik plunger dan letakkan pada handuk kertas.
Bersihkan sisa krim pada labia atau orifisium
vagina
 Instruksikan pasien untuk tetap pada posisi
terlentang selama sedikitnya 10 menit.
 Tawarkan pembalut perineal sebelum pasien
melakukan ambulasi.
 Lepaskan sarung tangan dengan menarik bagian
dalamnya ke arah luar/terbalik dan buang pada
wadah yang tersedia.
 Cuci tangan dan Catat obat yang telah diberikan
pada catatan obat.
Persiapan pasien
SOP pemberian obat tetes mata
• Tujuan:
Mendilatasi pupil
Pemeriksaan struktur internal mata
Melemahkan otot lensa
Pengukuran refraksi lensa
Menghilangkan iritasi lokal
Mengobati gangguan mata
Meminyaki kornea dan konjungtiva
 Persiapan Peralatan
• Botol obat dengan penetes steril atau salep dalam tube
• Kartu atau formulir obat
• Bola kapas atau tisu
• Baskom cuci dengan air hangat
• Penutup mata (bila diperlukan)
• Sarung tangan
 Persiapan Pasien
• Kaji apakah pasien alergi terhadap obat
• Kaji terhadap setiap kontraindikasi untuk pemberian obat
• Kaji pengetahuan dan kebutuhan pembelajaran tentang pengobatan
• Kaji tanda-tanda vital pasien
Prosedur Tindakan
• Telaah program pengobatan dokter untuk memastikan nama obat,
dosis, waktu pemberian dan rute obat.
• Cuci tangan dan gunakan sarung tangan.
• Periksa identitas pasien dengan benar atau tanyakan nama pasien
langsung.
• Jelaskan prosedur pemberian obat
• Minta pasien untuk berbaring terlentang dengan leher agak
hiperekstensi (mendongak)
• Bila terdapat belek (tahi mata) di sepanjang kelopak mata atau
kantung dalam, basuh dengan perlahan.
• Basahi semua belek yang telah mengering dan sulit di buang dengan
memakai lap basah atau bola kapas mata selama beberapa menit.
• Selalu membersihkan dari bagian dalam ke luar kantus.
• Pegang bola kapas atau tisu bersih pada tangan non dominan di atas
tulang pipi pasien tepat di bawah kelopak mata bawah
• Dengan tisu atau kapas di bawah kelopak mata bawah, perlahan
tekan bagian bawah dengan ibu jari atau jari telunjuk di atas tulang
orbita, minta pasien untuk melihat pada langit-langit
• Teteskan obat tetes mata, dengan cara: Dengan tangan dominan
bersandar di dahi pasien, pegang penetes mata atau larutan mata
sekitar 1 sampai 2 cm di atas sakus konjungtiva
• Teteskan sejumlah obat yang diresepkan ke dalam sakus konjungtiva.
• Bila pasien berkedip atau menutup mata atau bila tetesan jatuh ke
pinggiran luar kelopak mata, ulangi prosedur ini.
• Setelah meneteskan obat tetes, minta pasien untuk menutup mata
dengan perlahan.
• Bila memberikan obat yang menyebabkan efek sistemik, lindungi jari
Anda dengan sarung tangan atau tisu bersih dan berikan tekanan
lembut pada duktus nasolakrimalis pasien selama 30-60 detik
• Memasukkan salep mata, dengan cara: Minta
pasien untuk melihat ke langit langit
• Dengan aplikator salep di atas pinggir kelopak
mata, tekan tube sehingga memberikan aliran tipis
sepanjang tepi dalam kelopak mata bawah pada
konjungtiva.
• Berikan aliran tipis sepanjang kelopak mata atas
pada konjungtiva dalam.
• Biar pasien memejamkan mata secara perlahan
dengan gerakan sirkular menggunakan bola
kapas.
• Bila terdapat kelebihan obat pada kelopak mata, usap
dengan perlahan dari bagian dalam ke luar.
• Bila pasien mempunyai penutup mata, pasang penutup
mata yang bersih di atas mata yang sakit sehingga
seluruh mata terlindungi. Plester dengan aman tanpa
memberikan tekanan pada mata
• Lepaskan sarung tangan, cuci tangan dan buang
peralatan yang sudah dipakai
• Catat obat, konsentrasi, jumlah tetesan, waktu pemberian,
dan mata yang menerima obat (kiri, kanan atau
keduanya).
SOP pemberian tetes telinga
• Persiapan alat:
1. Botol obat tetes dengan penetes steril yang diperlukan
2. Handscoon sekali pakai(bila perlu)
3. Cotton bud/kapas lidi
4. Larutan NaCl/ Normal Salin (NS)
5. Nierbekken atau kantung plastik
6. Sarung tangan
7. Mangkok berisi air panas
8. Bola kapas
9. Tissue
10. Pen light
• Persiapan pasien:
1. Menjelaskan tujuan pemberian obat tetes
2. Menjelaskan langkah/ prosedur tindakan yang akan
dilakukan
3. Beri klien kesempatan bertanya
4. Atur posisi pasien senyaman mungkin
• Persiapan lingkungan:
1. Menutup pintu/ jendela/ memasang sampiran
2. Jaga privasi Pasien
PROSEDUR KERJA
1) Cek kembali pengobatan, waktu, jumlah dan dosis serta pada telinga
bagian mana obat harus diberikan.
2) Mencuci tangan
3) Kenakan sarung tangan
4) Siapkan pasien
a. Identifikasi pasien dengan tepat dan tanyakan namanya
b. Sediakan asisten bila diperlukan, untuk mencegah cidera pada bayi
dan anak kecil
c. Kaji struktur telinga luar dan salurannya
d. Jelaskan prosedur pada pasien
e. Atur posisi pasien miring kesamping (side lying) dengan telinga yang
akan diobati pada bagian atas.
f. Pastikan dan lihat serumen atau drainase yang menyumbat pada
bagian paling luar saluran telinga dengan pen light.
5) Bersihkan daun telinga dan lubang telinga yang
sudah dihadapkan ke atas
Dengan menggunakan cotton bud/lidi kapas yang dibasahi cairan,
bersihkan daun telinga dan meatus auditory. Jangan mendorong
serumen kedalam untuk menghambat atau menyumbat saluran.
6) Hangatkan obat dengan tangan anda atau rendam obat ke dalam air
hangat dalam waktu yang singkat
7) Tarik daun telinga ke atas dan ke belakang (untuk dewasa dan anak-
anak diatas 3 tahun), tarik daun telinga kebawah dan kebelakang (untuk
bayi)
8) Teteskan obat yang telah dihangatkan pada sisi liang telinga, pegang
alat tetes 1 cm diatas saluran telinga
9) Berikan penekanan/pijtan yang lembut beberapa kali pada tragus
telinga dengan menggunakan jari tangan.
10) Anjurkan pasien untuk tetap berada pada posisi
miring selama 5 menit
11) Pasang bola kapas ke bagian terluar saluran telinga jangan menekan
kapas ke bagian terdalam saluran selama 15-20 menit, lalu lepaskan
bola kapas tersebut.
12) Bersihkan sisa obat disekitar telinga dengan tissue
13) Rapikan alat dan buang peralatan yang sudah tidak dipakai
14) Bantu pasien mengambil posisi yang nyaman setelah tetesan obat
diabsorbsi
15) Mencuci tangan
16) Kaji respon pasien: Kaji pada karakter dan jumlah pengeluaran,
adanya ketidaknyamanan dan lain sebagainya. Lakukan segera setelah
obat dimasukkan dan ulangi pada saat efek obat telah bekerja.
17) Dokumentasikan semua tindakan
Perhitungan Dosis Anak
1. Usia
Rumus Fried = Usia anak dlm bln x dosis dewasa
150 bulan
2. Berat Badan
Rumus Clark = BB anak (kg) x dosis dewasa
70
Contoh soal
1. Anak usia 8 bulan, mengalami demam tinggi,
untuk menurunkan panas anak tersebut
mendapatkan resep obat paracetamol, berapa
dosis yang diberikan untuk anak tersebut?
Jawab:
Rumus Fried = usia anak dlm bln x dosis dewasa
150 bulan
8 x 500 = 26,6 mg= 27 mg
150
2. Anak BB 20 kg, mendapatkan resep
amoksisilin dengan dosis 3x sehari, berapa
dosis yang diberikan untuk anak tersebut?
Jawab:
Rumus Clark = BB anak (kg)x dosis dewasa
70
20 x 500 = 142,85 mg= 143 mg
70
Contoh soal………..
3. Pasien A mendapatkan antibiotik ceftriaxone 250
mg inj.via IV, obat yang tersedia dalam 1 vial
ceftriaxone berisi 1 gram = 1000 mg yang diuplos
aquades 10cc . berapa jumlah yang diberikan?
Jawab:
Jumlah obat yang diberikan(mg) x Jumlah aquades diaplos
Jumlah obat dalam sediaan (mg)
250 mg x 10 cc = 2,5 cc
1000 mg
4. Berapa cc harus dihisap untuk mendapatkan
penisilin 150.000 unit dari vial yg berlabel 600.000
unit/cc?
Jawab:
150.000 unit x 1cc = 0,25 cc
600.000 unit
Contoh soal………..
5. Dari insulin vial mengandung 100 iu/ml,
berapa cc yang disiapkan jika pasien
mendapatkan 10 iu?
Jawab:
10 iu x 1 cc = 0,1 cc
100 iu
Contoh soal………..
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

More Related Content

Similar to PEMBERIAN OBAT -OBATAN SESUAI STANDAR OPERASIONAL PROSEDURE.pptx

Similar to PEMBERIAN OBAT -OBATAN SESUAI STANDAR OPERASIONAL PROSEDURE.pptx (20)

Pemberian obat
Pemberian obatPemberian obat
Pemberian obat
 
Pemberian obat AKPER PEMKAB MUNA
Pemberian obat AKPER PEMKAB MUNA Pemberian obat AKPER PEMKAB MUNA
Pemberian obat AKPER PEMKAB MUNA
 
Pemberian obat
Pemberian obatPemberian obat
Pemberian obat
 
Pemberian obat
Pemberian obatPemberian obat
Pemberian obat
 
(Pertemuan 2) Pengantar Swamedikasi.pptx
(Pertemuan 2) Pengantar Swamedikasi.pptx(Pertemuan 2) Pengantar Swamedikasi.pptx
(Pertemuan 2) Pengantar Swamedikasi.pptx
 
Pemberian obat AKPER PEMKAB MUNA
Pemberian obat AKPER PEMKAB MUNA Pemberian obat AKPER PEMKAB MUNA
Pemberian obat AKPER PEMKAB MUNA
 
Pemberian obat AKPER PEMKAB MUNA
Pemberian obat AKPER PEMKAB MUNA Pemberian obat AKPER PEMKAB MUNA
Pemberian obat AKPER PEMKAB MUNA
 
SPO Obat Oral.pptx
SPO Obat Oral.pptxSPO Obat Oral.pptx
SPO Obat Oral.pptx
 
Edukasi peduli obat.pdf
Edukasi peduli obat.pdfEdukasi peduli obat.pdf
Edukasi peduli obat.pdf
 
PRINSIP DALAM PEMBERIAN OBAT DISTRIBUSI OBAT RESEP.pptx
PRINSIP DALAM PEMBERIAN OBAT DISTRIBUSI OBAT RESEP.pptxPRINSIP DALAM PEMBERIAN OBAT DISTRIBUSI OBAT RESEP.pptx
PRINSIP DALAM PEMBERIAN OBAT DISTRIBUSI OBAT RESEP.pptx
 
Pengelompokan Obat.pptx
Pengelompokan Obat.pptxPengelompokan Obat.pptx
Pengelompokan Obat.pptx
 
Konsep dasar pemberian obat
Konsep dasar pemberian obatKonsep dasar pemberian obat
Konsep dasar pemberian obat
 
Penggolongan obat
Penggolongan obatPenggolongan obat
Penggolongan obat
 
farmasetika (Penggolongan obat)
farmasetika (Penggolongan obat)farmasetika (Penggolongan obat)
farmasetika (Penggolongan obat)
 
KONSEP_FARMAKOLOGI.pptx
KONSEP_FARMAKOLOGI.pptxKONSEP_FARMAKOLOGI.pptx
KONSEP_FARMAKOLOGI.pptx
 
KONSEP_FARMAKOLOGI.pptx
KONSEP_FARMAKOLOGI.pptxKONSEP_FARMAKOLOGI.pptx
KONSEP_FARMAKOLOGI.pptx
 
KONSEP_FARMAKOLOGI (1).pptx
KONSEP_FARMAKOLOGI (1).pptxKONSEP_FARMAKOLOGI (1).pptx
KONSEP_FARMAKOLOGI (1).pptx
 
pertemuan 2-Gol Obat.pptx hhhhhjhhhhhhhh
pertemuan 2-Gol Obat.pptx hhhhhjhhhhhhhhpertemuan 2-Gol Obat.pptx hhhhhjhhhhhhhh
pertemuan 2-Gol Obat.pptx hhhhhjhhhhhhhh
 
MEDIKASI (Pemberian Obat-obatan).ppt
MEDIKASI (Pemberian Obat-obatan).pptMEDIKASI (Pemberian Obat-obatan).ppt
MEDIKASI (Pemberian Obat-obatan).ppt
 
PPT study.pptx
PPT study.pptxPPT study.pptx
PPT study.pptx
 

More from awaldarmawan3

ELEMEN KOLABORASI DALAM HOME CARE NURSING.pptx
ELEMEN KOLABORASI DALAM HOME CARE NURSING.pptxELEMEN KOLABORASI DALAM HOME CARE NURSING.pptx
ELEMEN KOLABORASI DALAM HOME CARE NURSING.pptxawaldarmawan3
 
NURSING MANAGEMENT BRAIN INJURY FOR PATIEN.ppt
NURSING MANAGEMENT BRAIN INJURY FOR PATIEN.pptNURSING MANAGEMENT BRAIN INJURY FOR PATIEN.ppt
NURSING MANAGEMENT BRAIN INJURY FOR PATIEN.pptawaldarmawan3
 
KONSEP PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI DAN IMMOBILISASI.pptx
KONSEP PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI DAN IMMOBILISASI.pptxKONSEP PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI DAN IMMOBILISASI.pptx
KONSEP PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI DAN IMMOBILISASI.pptxawaldarmawan3
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
ASUHAN PRE DAN PASCA BEDAH KEBIDANAN.pptx
ASUHAN PRE DAN PASCA BEDAH KEBIDANAN.pptxASUHAN PRE DAN PASCA BEDAH KEBIDANAN.pptx
ASUHAN PRE DAN PASCA BEDAH KEBIDANAN.pptxawaldarmawan3
 
THERAPY OKSIGENASI PADA PASIEN SESAK.ppt
THERAPY OKSIGENASI PADA PASIEN SESAK.pptTHERAPY OKSIGENASI PADA PASIEN SESAK.ppt
THERAPY OKSIGENASI PADA PASIEN SESAK.pptawaldarmawan3
 
MAKP Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Wahab Sjahranie Samarindax
MAKP Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Wahab Sjahranie SamarindaxMAKP Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Wahab Sjahranie Samarindax
MAKP Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Wahab Sjahranie Samarindaxawaldarmawan3
 

More from awaldarmawan3 (8)

ELEMEN KOLABORASI DALAM HOME CARE NURSING.pptx
ELEMEN KOLABORASI DALAM HOME CARE NURSING.pptxELEMEN KOLABORASI DALAM HOME CARE NURSING.pptx
ELEMEN KOLABORASI DALAM HOME CARE NURSING.pptx
 
NURSING MANAGEMENT BRAIN INJURY FOR PATIEN.ppt
NURSING MANAGEMENT BRAIN INJURY FOR PATIEN.pptNURSING MANAGEMENT BRAIN INJURY FOR PATIEN.ppt
NURSING MANAGEMENT BRAIN INJURY FOR PATIEN.ppt
 
KONSEP PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI DAN IMMOBILISASI.pptx
KONSEP PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI DAN IMMOBILISASI.pptxKONSEP PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI DAN IMMOBILISASI.pptx
KONSEP PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI DAN IMMOBILISASI.pptx
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
ASUHAN PRE DAN PASCA BEDAH KEBIDANAN.pptx
ASUHAN PRE DAN PASCA BEDAH KEBIDANAN.pptxASUHAN PRE DAN PASCA BEDAH KEBIDANAN.pptx
ASUHAN PRE DAN PASCA BEDAH KEBIDANAN.pptx
 
THERAPY OKSIGENASI PADA PASIEN SESAK.ppt
THERAPY OKSIGENASI PADA PASIEN SESAK.pptTHERAPY OKSIGENASI PADA PASIEN SESAK.ppt
THERAPY OKSIGENASI PADA PASIEN SESAK.ppt
 
MAKP Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Wahab Sjahranie Samarindax
MAKP Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Wahab Sjahranie SamarindaxMAKP Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Wahab Sjahranie Samarindax
MAKP Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Wahab Sjahranie Samarindax
 

Recently uploaded

PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 

Recently uploaded (18)

PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 

PEMBERIAN OBAT -OBATAN SESUAI STANDAR OPERASIONAL PROSEDURE.pptx

  • 1. CARA PEMBERIAN OBAT Ns. Awal Darmawan, M.Kep
  • 2. CURRICULUM VITAE PENDIDIKAN: SPK, D3, S1/NERS, S2 KMB P E K E R J A A N : M E D I K D I S K J , A P E X I N D O , R S U D A W S . P R A K T I K M A N D I R I D A N H O M E C A R E “ P E L I T A C A R E S A M A R I N D A ” , I n s t r u k t u r M S T 1 1 9 n s . a w a l Awal Darmawan N s . A w a l A w a l D a r m a w a n
  • 3. Obat adalah: Semua zat baik dari alam (hewan maupun tumbuhan) atau kimiawi yang dalam takaran (dosis) yang tepat atau layak dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit atau gejala-gejalanya. Tujan Pemberian Obat:  Mengatasi diagnosa penyakit  Mengobati/menyembuhkan  Mengurangi penderitaan  Pencegahan penyakit DEFINISI & TUJUAN OBAT DEFINISI OBAT
  • 4. 1. Pulvis (serbuk) 2. Pulveres (puyer) 3. Tablet (compressi) 4. Pil (pilulae) 5. Kapsul (capsule) 6. Kaplet (kapsul tablet) 7. Larutan (solutiones) 8. Suspensi (suspensiones) 9. Emulsi (elmusiones) BENTUK & JENIS OBAT BENTUK OBAT 10. Galenik (extrak tumbuhan dan hewan) 11. Ekstrak (extractum) 12. Infusa 13. Imunoserum (immunosera) 14. Salep (unguenta) 15. Suppositoria 16. Obat tetes (guttae) 17. Injeksi (injectiones)
  • 5.
  • 6. Permenkes No. 917/MENKES/PER/X/1993 tentang Wajib Daftar Obat: Golongan Obat bebas: Merupakan obat yang tingkat keamanannya sudah terbukti tidak membahayakan. Obat ini diberikan tanda atau logo lingkaran hitam mengelilingi lingkaran berwarna hijau. Obat ini dapat dibeli tanpa resep dari dokter dan dapat dijual di apotek maupun toko obat, misalnya Antasida DOEN, Parasetamol, Calcium Lactate, dll. Dalam istilah lain untuk obat bebas adalah obat Over The Counter (OTC). JENIS OBAT Ada beberapa jenis tanda yang terdapat dalam kemasan obat
  • 7. P.No.1. Awas obat keras : Bacalah aturan pakai ! P.No.2. Awas obat keras : Hanya untuk dikumur, jangan ditelan ! P.No.3. Awas obat keras : Hanya bagian luar dalam ! P.No.4. Awas obat keras : Hanya untuk dibakar ! P.No.5. Awas obat keras : Tidak boleh ditelan! P.No.6. Awas obat keras : Obat wasir, jangan ditelan ! JENIS OBAT Gol. Obat Bebas Terbatas: Obat bebas t’batas ialah obat keras yang dapat diberikan dalam jumlah terbatas, baik dosis maupun jumlah unit sediaannya. Misalnya tablet diberikan dalam jumlah 4 tablet Obat bebas dalam jumlah tertentu masih bisa dibeli di apotek, tanpa resep dokter. Obat ini diberikan bersama dengan peringatan obat tertulis. Peringatan obat tertulis tersebut dituliskan dalam bentuk tulisan putih dengan latar belakang hitam yang berisi :
  • 8. Gol. Obat Keras; Obat keras adalah obat yg termasuk dalam daftar obat yg hanya boleh disertakan oleh apoteker atau dokter. Apoteker hanya menyerahkan obat keras tsb hanya berdasarkan permintaan (resep) dari dokter. Dan dokter hanya menyerahkan obat tsb, jika obat tsb diperoleh dari apotek. JENIS OBAT
  • 9. PATHOLOGY Obat Narkotika bersifat adiksi & penggunaannya diawasi dengan sangat ketat, sehingga obat golongan narkotika hanya dapat diperoleh di Apotek dengan menggunakan resep dokter yang asli (bukan coppy resep). Bebeerapa contoh dari obat narkotik diantaranya: Morfin, Heroin, Coca, Codein, Methadone, Cannabis/ marijuana/ganja. Dalam bidang kedokteran, obat-obat narkotika biasa digunakan sebagai anestesi dan analgetika. Gol. Obat Narkotika: Adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yg dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, kehilangan rasa, rangsangan semangat , halusinasi, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dapat menimbulkan ketergantungan. Peredaran produk jadi obat narkotika dikemas dalam wadah kemasan yg diberi bulatan berwarna hitam mengelilingi palang merah dengan dasar putih.
  • 10. MACAM TEKHNIK PEMBERIAN OBAT  Oral: Pemberian obat melalui mulut merupakan cara paling mudah dan paling sering digunakan. Obat yang digunakan biasanya memiliki onset yang lama dan efek yang lama.  Parenteral: Pemberian obat melalui perenteral merupakan pemberian obat melalui jaringan tubuh, pemberian obat parenteral, merupakan pilihan jika pemberian obat dari mulut merupakan ktrak indikasi.  Topical: Obat diberikan pada kulit atau mukosa. Obat- obat yang diberikan biasanya memiliki efek lokal, obat dapat di oleskan pada areah yang diobati atau medicated baths. Efek sistematik dapat timbul jika kulit klien tipis. Inhalasi :Jalan nafas memberikan tempat yang luas untuk absorbsi obat, obat diinhalasi melalui mulut atau pun hidung.
  • 11. OBAT DAN CAIRAN ASPEK LEGAL OBAT DAN CAIRAN PADA PRAKTIK BIDAN MANDIRI PMK no.1464, 2010 dan PMK, no.28,2017: Pasal 36(1)Persyaratan obat dan bahan habis pakai Praktik Mandiri Bidan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2) meliputi pengelolaan obat dan bahan habis pakai yang diperlukan untuk pelayanan antenatal, persalinan normal, penatalaksanaan bayi baru lahir, nifas, keluarga berencana, dan penanganan awal kasus kedaruratan kebidanan dan bayi baru lahir. (2)Obat dan bahan habis pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya diperoleh dari apotek melaluisurat pesanan kebutuhan obat dan bahan habis pakai. (3)Bidan yang melakukan praktik mandiri harus melakukan pendokumentasian surat pesanankebutuhan obat dan bahan habis pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) serta melakukan pengelolaan obat yang baik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
  • 12. PRINSIP 6 BENAR DALAM PEMBERIAN OBAT
  • 13. REAKSI OBAT Reaksi obat : Kemampuan obat Waktu Paruh : Interval waktu yang dibutuhkan utk proses eliminasi tubuh utk mengurangi konsentrasi obat didalam tubuh separuhnya. Ex : waktu paruh 8 jam, awalnya 100 %. Setelah 8 jam : 50 % Setelah 16 jam : 25 % Setelah 24 jam : 12,5 % Setelah 32 jam : 6,25 %
  • 14. Faktor – faktor yg mempengaruhi reaksi obat :  Usia  Waktu pemberian  Berat badan  Jenis kelamin  Lingkungan  Faktor genetik  Kondisi Individu
  • 15. MASALAH DALAM PEMBERIAN OBAT Menolak pemberian obat Kerusakan Integritas kulit terganggu Disorientasi dan bingung Menelan obat bukal atau sublingual Alergi kulit
  • 16. BENTUK SEDIAAN OBAT 1. Sediaan padat: Tablet, kaplet (bentuk tablet dengan lapisan gula), kapsul, pil (60-300 mg), granula (20-60mg), boli (>300mg) 2. Sediaan semi padat: Salep, krim, gel, suppositoria 3. Sediaan cair: Sirup, lalrutan, suspensi, emulsi
  • 17. CARA ORAL • Keuntungan:  Relatif aman  Praktis dan ekonomis • Kerugian:  Timbulnya efek lambat  Tidak bermanfaat pada pasien: muntah, tidak sadar, tidak kooperatif, diare berat.  Untuk obat iritatif dan rasa tidak enak penggunaannya terbatas.  Obat yang inaktif, terurai dg cairan lambung/ usus tidak bermanfaat  Obat absorbsi tidak teratur
  • 18. SUBLINGUAL • Cara: obat diletakkan di bawah lidah yang kaya akan pembuluh darah. • Contoh obat: Nitgrogliserin (angina pectoris), isosorbid, nifedipin, dll • Keuntungan:  Efek obat cepat  Kerusakan obat di saluran cerna dan metabolisme di dinding usus dan hati dapat dihindari (karena tidak lewat vena porta)
  • 19. SOP Pemberian obat oral, Sublingual  Persiapan alat/bahan: – Kartu obat, kardex, atau formula pencatat – Baki/tray obat – Cangkir obat sekali pakai/gelas pengukur/sendok – Segelas air atau sari buah – Sedotan untuk minum  Persiapan pasien : • Kaji apakah pasien alergi terhadap obat • Kaji terhadap setiap kontraindikasi untuk pemberian obat oral • Apakah pasien mengalami kesulitan dalam menelan, mual atau muntah, inflamasi usus atau penurunan peristaltik, operasi gastrointestinal terakhir, penurunan atau tidak terdengar bising usus, dan suksion lambung. • Kaji pengetahuan dan kebutuhan pembelajaran tentang pengobatan. • Kaji tanda-tanda vital pasien
  • 20. • Cek obat yang akan diberikan dan bawa obat ke pasien sesuai dengan waktu yang tepat dan jelaskan tindakan yang akan dilakukan • Jaga privasi pasien • Indentifikasi pasien dengan cara membandingkan nama pada kartu, formulir, atau instruksi tertulis dengan nama pada pita identifikasi/ gelang pasien. • Minta pasien untuk menyebutkan namanya. • Jelaskan tujuan obat dan aksinya pada pasien. • Bantu pasien untuk duduk atau posisi miring. • Berikan obat dengan tepat.
  • 21. • Bila tablet - Tawarkan pasien pilihan air atau sari buah dengan obat yang akan diminum. Pasien mungkin berkeinginan untuk memegang obat padat ditangan atau cangkir obat sebelum meminumnya. Beberapa klien ingin memegang obat padat terlebih dahulu. • Sub lingual - Minta klien untuk menempatkan obat dibawah lidah dan biarkan larut sempurna. Ingatkan klien untuk tidak menelan tablet. • Bukal - Minta klien menempatkan obat di membrane mukosa pipi sampai larut sempurna. Hindari pemberian cairan sampai obat larut sempurna • Bubuk - Campur dengan cairan disisi tempat tidur dan berikan kepada klien untuk diminum.
  • 22. • Jika pasien tidak mampu memegang obat, letakkan dengan perlahan obat di bibirnya dan dengan perlahan masukkan kedalam mulutnya. • Jika tablet atau kapsul jatuh ke lantai, buang dan ulangi persiapan dari awal. • Tetap bersama pasien sampai ia telah selesai menelan setiap obat yang didapatnya. • Jika merasa tidak pasti apakah obat telah ditelan, minta pasien untuk membuka mulutnya. • Cuci tangan. • Catat setiap obat yang telah diberikan pada catatan obat. • Kembalikan kartu formulir atau instruksi tertulis pemberian berikutnya. • Buang peralatan yang telah digunakan, isi ulang stok (mis., cangkir dan sedotan), dan bersihkan tempat kerja. • Kembali dalam 30 menit untuk mengevaluasi respons pasien terhadap obat.
  • 23. SOP pemberian Obat topikal • Persiapan klien: 1.Memperkenalkan diri 2.Meminta pengunjung/keluarga menunggu di luar kamar 3.Menjelaskan tujuan 4.Menjelaskan langkah –langkah yang akan dilakukan 5. Menjaga privasi pasien
  • 24. Persiapan alat: Troli, Perlak, Bengkok, Air DTT dalam kom, Sarung tangan, Kassa kecil steril (sesuai kebutuhan), Kassa balutan dan plester (sesuai kebutuhan), Lidi kapas, Obat topikal sesuai yang dipesankan (krim, salep, lotion, lotion yang mengandung suspensi, bubuk atau powder, spray aerosol), dan Buku obat
  • 25. Prosedur Kerja 1. Cek instruksi dokter untuk memastikan nama obat, daya kerja dan tempat pemberian. 2.Cuci tangan 3.Atur peralatan disamping tempat tidur klien 4.Tutup tirai 5.Identifikasi klien secara tepat 6.Posisikan klien dengan tepat dan nyaman, pastikan hanya membuka area yang akan diberi obat 7.Inspeksi kondisi kulit. 8.Gunakan sarung tangan
  • 26. 9.Oleskan agen topical : a. Krim, salep dan losion yang mengandung minyak 1)Letakkan satu sampai dengan dua sendok teh obat di telapak tangan kemudian lunakkandengan menggosok lembut diantara kedua tangan 2)Usapkan merata diatas permukaan kulit, lakukan gerakan memanjang searah pertumbuhan bulu. 3)Jelaskan pada klien bahwa kulit dapat terasa berminyak setelah pemberian b. Lotion mengandung suspensi 1)Kocok wadah dengan kuat 2)Oleskan sejumlah kecil lotion pada kassa balutan atau bantalan kecil 3)Jelaskan pada klien bahwa area akan terasa dingin dan kering.
  • 27. c. Bubuk (Powder) 1)Pastikan bahwa permukaan kulit kering secara menyeluruh 2)Regangkan dengan baik lipatan bagian kulit seperti diantara ibu jari atau bagian bawah lengan 3)Bubuhkan secara tipis pada area yang bersangkutan d. Spray aerosol 1)Kocok wadah dengan keras 2)Baca label untuk jarak yang dianjurkan untuk memegang spray menjauhi area (biasanya 15-30 cm) 3)Bila leher atau bagian atas dada harus disemprot, minta klien untuk memalingkan wajah dari arah spray. 4)Semprotkan obat dengan cara merata pada bagian yang sakit 5)Rapikan kembali peralatan yang masih dipakai, buang peralatan yang sudah tidak digunakan pada tempat yang sesuai. 6)Cuci tangan
  • 28. • Tahap Akhir: 1.Evaluasi perasaan klien 2.Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya 3.Dokumentasikan prosedur dan hasil observasi
  • 29.
  • 30. SOP Injeksi IM • Definisi: Pemberian obat/cairan dengan dimasukkan langsung ke dalam otot (muskulus) baik paha (vastus lateralis), lengan atas (deltoid), paha bagian depan (rectus femoris), bokong (gluteus medius). Dengan posisi ventrogluteal (berbaring), dorsogluteal (tengkurap), maupun duduk. • Tujuan:  Agar obat cepat diabsorbsi karena dalam otot banyak pembuluh darah  Untuk memasukkan obat dala jumlah besar  Mencegah/mengurangi iritasi
  • 31. • Indikasi :  Pada pasien yang tidak mungkin diberikan obat secara oral  Pasien tidak sadar  Tidak ada alergi obat • Kontra indikasi:  Alergi  Infeksi  Lesi kulit  Jaringan parut  Benjolan tulang  Terdapat syaraf besar dibawahnya
  • 32. • Kerugian:  Dapat terjadi alergi  Potensi kerusakan syaraf  Rasa nyeri  Dapat menyebabkan luka pada kulit  Dapat menyebabkan ketakutan berlebihan pada pasien
  • 33. • Persiapan alat: 1. Buku daftar pemberian obat 2. Spuit 3 cc atau 5 cc, neddle 2,5-3,75cm untuk dewasa, 1,25-2,5cm untuk anak. 3. Bak instrumen 4. Kom kecil berisi kapas alkohol 5. Obat sesuai advis (pelarut aquades) 6. Bengkok 7. Kassa 8. Hanscon steril
  • 34. • Persiapan pasien: 1. Jelaskan prosedur tindakan 2. Jaga privacy pasien 3. Atur posisi pasien • Prosedur pelaksnaan: 1. Cuci tangan 2. Identifikasi pasien dg prinsip 5B (benar obat, dosis, pasien, cara dan waktu pemberian) 3. Pasang hanscoon 4. Ambil obat dan masuk ke dalam spuit sesuai dosis dan tempatkan ke bak instrumen 5. Tentukan lokasi yang akan dilakukan injeksi 6. Desinfektan dg kapas alkohol secara sirkuler dari dalam ke luar atau dari atas ke bawah sekali usap
  • 35. Prosedur…….. 7. Lakukan cubitan atau peregangan menggunakan tangan nondominan agar otot lebih tebal dan memudahkan penusukan. 8. Lakukan penusukan dengan jarum pada posisi tegak lurus dengan sudut 90 derajat dg kulit 9. Setelah jarum masuk , lakukan aspirasi dengan cara tangan nondominan menahan barell dan tangan dominan menarik plunger 10. Apabila tidak ada darah yg masuk ke spuit, masukkan obat secara perlahan sampai habis. 11. Cabut jarum dg cepat, sambil menekan daerah tusukan dengan kapas alkohol sambil melakukan pijatan. 12. Lepas hanscoon, cuci tangan dan rapikan peralatan 13. Catat dan evaluasi hasil tindakan
  • 36.
  • 37.
  • 38. SOP SC • Persiapan Alat. – Bak injeksi steril – Kapas alkohol – Spuit injeksi 3 cc – Obat dalam sediaan vial/ampule – Tempat sampah (infeksius, safety box, non infeksius) – Larutan klorin 0,5 % – Sarung tangan karet sekali pakai – Buku kecil – Bengkok.
  • 39. • Persiapan Pasien: 1. Jelaskan kepada pasien tujuan dan tindakan yang akan diberikan. 2. Pasien duduk dengan rileks dan berikan privacy • Prosedur tindakan: 1. Penolong menjelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien 2. Penolong mencuci tangan. 3. Penolong menyiapkan alat-alat, menyiapkan diri, dan menyiapkan obat. 4. Penolong mengidentifikasi pasien dengan prinsip 5 B (Benar obat, dosis, pasien, cara pemberian dan waktu) 5. Mengatur posisi senyaman mungkin.
  • 40. • Pilih area penyuntikan • Pakai sarung tangan • Bersihkan area penusukan dengan kapas alcohol dengan gerakan sirkuler • Pegang kapas alcohol pada jari tangan non dominan • Buka tutup jarum • Dengan ujung jarum menghadap ke atas dan dengan tangan dominan masukkan jarum tepat didalam jaringan kulit dengan sudut 45° • Lakukan aspirasi dengan cara tangan non dominan menahan barrel dan tangan dominan menarik plunger • Masukkan obat perlahan-lahan, • Cabut jarum sesuai sudut masuknya • Usap pelan daerah penusukan dengan kapas alcohol • Observasi kulit terhadap kemerahan, bengkak, gatal • Kembalikan posisi klein • Merapikan alat-alat dan cuci tangan. • Dokumentasi hasil tindakan.
  • 41. SOP IC • Persiapan Alat. – Bak injeksi steril – Kapas alkohol – Spuit injeksi 1 cc – Obat dalam sediaan vial/ampule – Tempat sampah (infeksius, safety box, non infeksius) – Larutan klorin 0,5 % – Sarung tangan karet sekali pakai – Pulpen/spidol – Buku kecil – Bengkok.
  • 42. • Persiapan Pasien: 1. Jelaskan kepada pasien tujuan dan tindakan yang akan diberikan. 2. Pasien duduk dengan rileks. 3. Privacy pasien
  • 43.  Langkah-Langkah. • Penolong menjelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien • Penolong mencuci tangan. • Penolong menyiapkan alat-alat, menyiapkan diri, dan menyiapkan obat. • Penolong mengidentifikasi pasien dengan prinsip 6 B (Benar obat, dosis, pasien, cara pemberian dan waktu pemberian, benar dokumentasi) • Mengatur posisi senyaman mungkin. • Pilih area penyuntikan • Pakai sarung tangan • Bersihkan area penusukan dengan kapas alcohol dengan gerakan sirkuler • Pegang kapas alcohol pada jari tangan non dominan • Buka tutup jarum
  • 44. • Tempatkan ibu jari tangan non dominan 2,5 cm di bawah area penusukan • Dengan ujung jarum menghadap ke atas dan dengan tangan dominan masukkan jarum tepat dibawah kulit dengan sudut 5-15° • Masukkan obat perlahan-lahan, perhatikan sampai adanya bula • Cabut jarum sesuai sudut masuknya • Usap pelan daerah penusukan dengan kapas alcohol (jangan dimasase) • Buat lingkaran pada bula degan menggunakan pulpen/ spidol. Dengan diameter + 5 cm • Observasi kulit terhadap kemerahan, bengkak, gatal (10-15 menit) • Kembalikan posisi klein • Merapikan alat-alat dan cuci tangan. • Dokumentasi hasil tindakan.
  • 45. SPO IV • Pengertian: Injeksi intravena adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke dalam pembuluh darah vena dengan menggunakan spuit. • Tujuan: 1. Untuk memperoleh reaksi obat yang cepat diabsorbsi daripada dengan injeksi parenteral lain. 2. Untuk menghindari terjadinya kerusakan jaringan 3. Untuk memasukkan obat dalam jumlah yang lebih besar
  • 46. • Tempat injeksi 1. Pada lengan (vena basalika dan vena sefalika) 2. Pada tungkai (vena saphenous) 3. Pada leher (vena jugularis) 4. Pada kepala (vena frontalis atau vena temporalis)
  • 47. • Peralatan: 1. Buku catatan pemberian obat atau kartu obat 2. Kapas alkohol 3. Sarung tangan 4. Obat yang sesuai 5. Spuit 2 ml – 10 ml 6. Bak spuit, Baki obat 7. Plester, Perlak pengalas 8. Pembendung vena (torniquet) 9. Kassa steril (bila perlu), Bengkok
  • 48. Prosedur kerja 1. Cuci tangan 2. Siapkan obat dengan prinsip 6 benar 3. Salam terapeutik 4. Identifikasi klien 5. Beritahu klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan 6. Atur klien pada posisi yang nyaman 7. Pasang perlak pengalas 8. Bebaskan lengan klien dari baju atau kemeja 9. Letakkan pembendung 10.Pilih area penusukan yang bebas dari tanda kekakuan, peradangan, atau rasa gatal. Menghindari gangguan absorbsi obat atau cidera dan nyeri yang berlebihan.
  • 49. • Pakai sarung tangan • Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol, dengan gerakan sirkuler dari arah dalam keluar dengan diameter sekitar 5 cm, tunggu sampai kering. • Buka tutup jarum. • Tarik kulit kebawah kurang lebih 2,5 cm dibawah area penusukan dengan tangan non dominan. Membuat kulit menjadi lebih kencang dan vena tidak bergeser, memudahkan penusukan. Sejajar vena yang akan ditusuk perlahan dan pasti. • Pegang jarum pada posisi 30. Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan teruskan jarum ke dalam vena • Lakukan aspirasi dengan tangan non dominan menahan barel dari spuit dan tangan dominan menarik plunger. Observasi adanya darah pada spuit.
  • 50. • Jika ada darah, lepaskan terniquet dan masukkan obat perlahan-lahan. • Keluarkan jarum dengan sudut yang sama seperti saat dimasukkan, sambil melakukan penekanan dengan menggunakan kapas alkohol pada area penusukan. • Tutup area penusukan dengan menggunakan kassa steril yang diberi betadin • Kembalikan posisi klien • Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan ke dalam bengkok • Buka sarung tangan dan Cuci tangan • Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
  • 51. INHALASI • Memasukkan obat kesaluran nafas dengan uap/asap, maupun spray • Tujuan: efek lokal dan sistemik • Keuntungan:  Absorbsi terjadi cepat dan homogen  Kadar obat dapat dikontrol  Terhindar dari efek lintas pertama  Dapat diberikan langsung pada bronkus (ashma)
  • 52. • Tujuan 1. Mengencerkan sekret agar mudah dikeluarkan 2. Melonggarkan jalan nafas • Kerugian:  Diperlukan alat dan metode khusus  Sukar mengatur dosis  Sering mengiritasi epitel paru, sekresi saluran nafas  Toksisitas pada jantung, paru Contoh obat:  Oksigen  Nebuliser  Anastesi uap
  • 53. SOP NEBULIZER • Persiapan Alat dan Bahan 1. Set nebulizer 2. Obat bronkodilator 3. Bengkok 1 buah 4. Tissue 5. Spuit 5 cc 6. Aquades
  • 54. • Pelaksanaan A. Tahap PraInteraksi 1. Mengecek program terapi 2. Mencuci tangan 3. Menyiapkan alat Tahap Orientasi 1. Memberikan salam dan sapa nama pasien 2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan 3. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien
  • 55. • Tahap Kerja 1. Menjaga privacy pasien 2. Mengatur pasien dalam posisi duduk 3. Menempatkan meja/troly di depan pasien yang berisi set nebulizer 4. Mengisi nebulizer dengan aquades sesuai takaran 5. Memastikan alat dapat berfungsi dengan baik 6. Memasukkan obat sesuai dosis 7. Memasang masker pada pasien 8. Menghidupkan nebulizer dan meminta pasien nafas dalam sampai obat habis 9. Bersihkan mulut dan hidung dengan tissue
  • 56. • Tahap Terminasi 1. Melakukan evaluasi tindakan 2. Berpamitan dengan pasien/keluarga 3. Membereskan alat 4. Mencuci tangan 5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
  • 57. Obat Rektal • Tujuan: Efek lokal dan sistemik • Contoh obat: Asetosal, PCT, tramadol, dulcolax, dll • Indikasi: Kontra indikasi pengobatan melalui oral, bahan obat yang di berikan dapat mengiritasi saluran pencernaan, pasien mengalami mual muntah dan tidak mampu untuk makan dan minum, pasien puasa atau terpasang alat in situ, pasien dengan tingkat kesadaran rendah, pasien dengan kontipasi • Kontra Indikasi  Pasien dengan nyeri di rectal/rectum  Riwayat operasi anorectal atau anal steosis  Pasien yang mengalami masalah jantung
  • 58. Komplikasi: • Pada pasien yang mengalami masalah pada kardiak output,jadi pemasukan melalui rectum dapat menstimulasi saraf vagus yag meyebabkan disritmia jantung • Pasien trauma pada jaringan rectum dan resiko infeksi luka operasi area rectum • Efek sampig dari obat • Tanda dan gejala yang jadi keluhan pasien sebelumnya juga tidak hilang • Pasien mengeluh nyeri saat insersi supositoria rectal
  • 59. • Persiapan Alat dan Bahan  Obat supositria  Pelumas yang larut air  Perlak/pengalas  Handscoon  Tisu  Bengkok
  • 60. Prosedur kerja • Sapa pasien beri salam • Perkenalkan diri pada pasien • Menjelaskan prosedur tindakan • Jaga privasi pasien dengan memasang tirai atau sampiran • Cuci tangan dan pakai handscoon • Atur posisi pasien miring ke kiri/kanan dengan kaki yang di sebelah atas di tekuk • Pasang pengalas di bawag bokong pasien • Buka supositoria dan lumasi ujungya denga jari telunjuk • Renggangkan bokong klien dengan tangan nondominan sampai anus terlihat • Masukan obat perlahan lahan dalam anus ,sphincter anal internal serta mengenai dindinga rectal 10cm pada orang dewasa dan pada bayi atau anak dorong hingga masuk 5 cm sambil menganjurkan pasien menarik nafas dalam
  • 61. • Minta klien untuk tidak mengejan dan pastikan obat sudah masuk • Tarik jari dan bersihkan area kanal • Arahkan klien untuk berbaring terlentang atau miring selama 5 menit • Lepaskan handscoon • Rapikan pasien dan Bereskan alat • Cuci tangan setelah tindakan • Dokumentasi hasil tindakan • Evaluasi terjadinya efek samping dan perasaan pasien • Kontrak waktu untuk tindakan selanjutnya • Dokumentasi hasil tindakan.
  • 62.
  • 63. Pemberian Obat per vagina • Tujuan Pemberian Obat Vaginal:  Untuk mengobati infeksi pada vagina  Untuk menghilangkan nyeri, rasa terbakar dan ketidaknyamanan pada vagina  Untuk mengurangi peradangan • Persiapan pasien: 1. Telaah pesanan dokter untuk memastikan nama obat, dosis dan rute pemberian. 2. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan. 3. Jelaskan prosedur pada pasien. 4. Jaga privasi pasien dengan menutup pintu ruangan atau menarik korden 5. Pastikan pencahayaan yang cukup
  • 64. Persiapan Alat dan Bahan • Kartu atau formulir obat • Supositoria vagina • Sarung tangan bersih, sekali pakai • Jeli untuk pelumas, tisu bersih • Alat untuk memasukkan supositoria (bila ada) • Balutan perineal (bila ada) • Krim vagina • Aplikator plastic • Sarung tangan bersih, sekali pakai • Handuk kertas
  • 65. Prosedur kerja  Periksa identitas pasien atau tanyakan nama pasien. Minta pasien berbaring dalam posisi dorsal rekumben. Pertahankan selimut abdomen dan turunkan selimut ekstremitas. Kenakan sarung tangan sekali pakai. • SUPOSITORIA Lepaskan bungkus alumunium foil supositoria dan oleskan jelly pelicin yang larut dalam air pada ujung supositoria yang bulat dan halus. Lumaskan jari telunjuk yang telah dipasang sarung tangan dari tangan dominan. • Dengan tangan non dominan yang sudah terpasang sarung tangan, lihat lubang vagina dengan cara membuka dengan lembut labia mayora. • Masukkan ujung bulat supositoria sepanjang dinding kanal vagina posterior sepanjang dinding posterior lubang vagina sampai sepanjang jari telunjuk (7.5-10 cm), untuk memastikan distribusi obat sepanjang dinding vagina. • Tarik jari dan bersihkan pelumas yang tersisa di sekitar orifisium dan labia.
  • 66. • KRIM VAGINA Isi aplikator krim, ikuti petunjuk yang tertera pada kemasan. • Dengan tangan non dominan Anda yang memakai sarung tangan, perlahan regangkan lipatan labia. • Dengan tangan dominan Anda yang bersarung tangan, masukkan aplikator sekitar 7.5 cm. Dorong penarik aplikator untuk mengeluarkan obat. • Tarik plunger dan letakkan pada handuk kertas. Bersihkan sisa krim pada labia atau orifisium vagina
  • 67.  Instruksikan pasien untuk tetap pada posisi terlentang selama sedikitnya 10 menit.  Tawarkan pembalut perineal sebelum pasien melakukan ambulasi.  Lepaskan sarung tangan dengan menarik bagian dalamnya ke arah luar/terbalik dan buang pada wadah yang tersedia.  Cuci tangan dan Catat obat yang telah diberikan pada catatan obat.
  • 69. SOP pemberian obat tetes mata • Tujuan: Mendilatasi pupil Pemeriksaan struktur internal mata Melemahkan otot lensa Pengukuran refraksi lensa Menghilangkan iritasi lokal Mengobati gangguan mata Meminyaki kornea dan konjungtiva
  • 70.  Persiapan Peralatan • Botol obat dengan penetes steril atau salep dalam tube • Kartu atau formulir obat • Bola kapas atau tisu • Baskom cuci dengan air hangat • Penutup mata (bila diperlukan) • Sarung tangan  Persiapan Pasien • Kaji apakah pasien alergi terhadap obat • Kaji terhadap setiap kontraindikasi untuk pemberian obat • Kaji pengetahuan dan kebutuhan pembelajaran tentang pengobatan • Kaji tanda-tanda vital pasien
  • 71. Prosedur Tindakan • Telaah program pengobatan dokter untuk memastikan nama obat, dosis, waktu pemberian dan rute obat. • Cuci tangan dan gunakan sarung tangan. • Periksa identitas pasien dengan benar atau tanyakan nama pasien langsung. • Jelaskan prosedur pemberian obat • Minta pasien untuk berbaring terlentang dengan leher agak hiperekstensi (mendongak) • Bila terdapat belek (tahi mata) di sepanjang kelopak mata atau kantung dalam, basuh dengan perlahan. • Basahi semua belek yang telah mengering dan sulit di buang dengan memakai lap basah atau bola kapas mata selama beberapa menit. • Selalu membersihkan dari bagian dalam ke luar kantus. • Pegang bola kapas atau tisu bersih pada tangan non dominan di atas tulang pipi pasien tepat di bawah kelopak mata bawah
  • 72. • Dengan tisu atau kapas di bawah kelopak mata bawah, perlahan tekan bagian bawah dengan ibu jari atau jari telunjuk di atas tulang orbita, minta pasien untuk melihat pada langit-langit • Teteskan obat tetes mata, dengan cara: Dengan tangan dominan bersandar di dahi pasien, pegang penetes mata atau larutan mata sekitar 1 sampai 2 cm di atas sakus konjungtiva • Teteskan sejumlah obat yang diresepkan ke dalam sakus konjungtiva. • Bila pasien berkedip atau menutup mata atau bila tetesan jatuh ke pinggiran luar kelopak mata, ulangi prosedur ini. • Setelah meneteskan obat tetes, minta pasien untuk menutup mata dengan perlahan. • Bila memberikan obat yang menyebabkan efek sistemik, lindungi jari Anda dengan sarung tangan atau tisu bersih dan berikan tekanan lembut pada duktus nasolakrimalis pasien selama 30-60 detik
  • 73. • Memasukkan salep mata, dengan cara: Minta pasien untuk melihat ke langit langit • Dengan aplikator salep di atas pinggir kelopak mata, tekan tube sehingga memberikan aliran tipis sepanjang tepi dalam kelopak mata bawah pada konjungtiva. • Berikan aliran tipis sepanjang kelopak mata atas pada konjungtiva dalam. • Biar pasien memejamkan mata secara perlahan dengan gerakan sirkular menggunakan bola kapas.
  • 74. • Bila terdapat kelebihan obat pada kelopak mata, usap dengan perlahan dari bagian dalam ke luar. • Bila pasien mempunyai penutup mata, pasang penutup mata yang bersih di atas mata yang sakit sehingga seluruh mata terlindungi. Plester dengan aman tanpa memberikan tekanan pada mata • Lepaskan sarung tangan, cuci tangan dan buang peralatan yang sudah dipakai • Catat obat, konsentrasi, jumlah tetesan, waktu pemberian, dan mata yang menerima obat (kiri, kanan atau keduanya).
  • 75.
  • 76. SOP pemberian tetes telinga • Persiapan alat: 1. Botol obat tetes dengan penetes steril yang diperlukan 2. Handscoon sekali pakai(bila perlu) 3. Cotton bud/kapas lidi 4. Larutan NaCl/ Normal Salin (NS) 5. Nierbekken atau kantung plastik 6. Sarung tangan 7. Mangkok berisi air panas 8. Bola kapas 9. Tissue 10. Pen light
  • 77. • Persiapan pasien: 1. Menjelaskan tujuan pemberian obat tetes 2. Menjelaskan langkah/ prosedur tindakan yang akan dilakukan 3. Beri klien kesempatan bertanya 4. Atur posisi pasien senyaman mungkin • Persiapan lingkungan: 1. Menutup pintu/ jendela/ memasang sampiran 2. Jaga privasi Pasien
  • 78. PROSEDUR KERJA 1) Cek kembali pengobatan, waktu, jumlah dan dosis serta pada telinga bagian mana obat harus diberikan. 2) Mencuci tangan 3) Kenakan sarung tangan 4) Siapkan pasien a. Identifikasi pasien dengan tepat dan tanyakan namanya b. Sediakan asisten bila diperlukan, untuk mencegah cidera pada bayi dan anak kecil c. Kaji struktur telinga luar dan salurannya d. Jelaskan prosedur pada pasien e. Atur posisi pasien miring kesamping (side lying) dengan telinga yang akan diobati pada bagian atas. f. Pastikan dan lihat serumen atau drainase yang menyumbat pada bagian paling luar saluran telinga dengan pen light.
  • 79. 5) Bersihkan daun telinga dan lubang telinga yang sudah dihadapkan ke atas Dengan menggunakan cotton bud/lidi kapas yang dibasahi cairan, bersihkan daun telinga dan meatus auditory. Jangan mendorong serumen kedalam untuk menghambat atau menyumbat saluran. 6) Hangatkan obat dengan tangan anda atau rendam obat ke dalam air hangat dalam waktu yang singkat 7) Tarik daun telinga ke atas dan ke belakang (untuk dewasa dan anak- anak diatas 3 tahun), tarik daun telinga kebawah dan kebelakang (untuk bayi) 8) Teteskan obat yang telah dihangatkan pada sisi liang telinga, pegang alat tetes 1 cm diatas saluran telinga 9) Berikan penekanan/pijtan yang lembut beberapa kali pada tragus telinga dengan menggunakan jari tangan.
  • 80. 10) Anjurkan pasien untuk tetap berada pada posisi miring selama 5 menit 11) Pasang bola kapas ke bagian terluar saluran telinga jangan menekan kapas ke bagian terdalam saluran selama 15-20 menit, lalu lepaskan bola kapas tersebut. 12) Bersihkan sisa obat disekitar telinga dengan tissue 13) Rapikan alat dan buang peralatan yang sudah tidak dipakai 14) Bantu pasien mengambil posisi yang nyaman setelah tetesan obat diabsorbsi 15) Mencuci tangan 16) Kaji respon pasien: Kaji pada karakter dan jumlah pengeluaran, adanya ketidaknyamanan dan lain sebagainya. Lakukan segera setelah obat dimasukkan dan ulangi pada saat efek obat telah bekerja. 17) Dokumentasikan semua tindakan
  • 81.
  • 82. Perhitungan Dosis Anak 1. Usia Rumus Fried = Usia anak dlm bln x dosis dewasa 150 bulan 2. Berat Badan Rumus Clark = BB anak (kg) x dosis dewasa 70
  • 83. Contoh soal 1. Anak usia 8 bulan, mengalami demam tinggi, untuk menurunkan panas anak tersebut mendapatkan resep obat paracetamol, berapa dosis yang diberikan untuk anak tersebut? Jawab: Rumus Fried = usia anak dlm bln x dosis dewasa 150 bulan 8 x 500 = 26,6 mg= 27 mg 150
  • 84. 2. Anak BB 20 kg, mendapatkan resep amoksisilin dengan dosis 3x sehari, berapa dosis yang diberikan untuk anak tersebut? Jawab: Rumus Clark = BB anak (kg)x dosis dewasa 70 20 x 500 = 142,85 mg= 143 mg 70
  • 85. Contoh soal……….. 3. Pasien A mendapatkan antibiotik ceftriaxone 250 mg inj.via IV, obat yang tersedia dalam 1 vial ceftriaxone berisi 1 gram = 1000 mg yang diuplos aquades 10cc . berapa jumlah yang diberikan? Jawab: Jumlah obat yang diberikan(mg) x Jumlah aquades diaplos Jumlah obat dalam sediaan (mg) 250 mg x 10 cc = 2,5 cc 1000 mg
  • 86. 4. Berapa cc harus dihisap untuk mendapatkan penisilin 150.000 unit dari vial yg berlabel 600.000 unit/cc? Jawab: 150.000 unit x 1cc = 0,25 cc 600.000 unit Contoh soal………..
  • 87. 5. Dari insulin vial mengandung 100 iu/ml, berapa cc yang disiapkan jika pasien mendapatkan 10 iu? Jawab: 10 iu x 1 cc = 0,1 cc 100 iu Contoh soal………..
  • 88.