Farmakologi mempelajari proses obat sejak pemberian hingga kerja di tubuh, meliputi tiga fase: biofarmasi (pengaruh formulasi), farmakokinetik (absorpsi, distribusi, metabolisme, ekskresi), dan farmakodinamika (efek kerja obat). Proses ini dipengaruhi usia, massa tubuh, dan penyakit pasien.
2. Farmakologi dalam arti luas adalah ilmu yg
mempelajari asal usul obat,sifat fisika kimia
obat, cara mencampur dan membuat
obat, efek terhadap fungsi biokimia dan
faal,
cara
kerja
absorbsi, distribusi, biotransformasi dan
ekskresi,penggunaan dalam klinik dan efek
toksiknya.
Farmakologi dalam arti sempit adalah ilmu
yang mempelajari penggunaan obat untuk
diagnosis,
pencegahan
dan
cara
penyembuhan penyakit.
3. Farmakologi mencakup beberapa bagian ilmu :
Farmakognosi,mempelajari pengetahuan dan
pengenalan obat-obat yang berasal dari
tanaman dan zat-zat aktifnya, begitu pula
yang berasal dari hewani dan mineral.
Biofarmasi, meneliti pengaruh formulasi obat
terhadap efek terapeutiknya.
Farmakokinetika, meneliti perjalanan obat
atau
nasib
obat
mulai
dari
saat
pemberiannya,bagaimana
absorbsinya,
transport dalam darah dan distribusinya ke
tempat kerjanya dan jaringan lain.
4. Farmakodinamika, mempelajari efek
yang diberikan obat terhadap tubuh.
Toksikologi, pengetahuan tentang efek
racun obat terhadap tubuh
Farmakoterapi,
mempelajari
penggunaan obat untuk mengobati
penyakit atau gejala2nya.
5. Yang dimaksud dengan obat adalah
semua zat baik kimiawi, hewani maupun
nabati yang dalam dosis layak dapat
menyembuhkan. (depkes RI 1991)
Obat merupakan sediaan atau paduan
bahan-bahan yang siap untuk digunakan
untuk mempengaruhi atau menyelidiki
sistem fisiologi atau keadaan patologi
dalam
rangka
penetapan
diagnosis,pencegahan,
penyembuhan,
pemulihan, peningkatan, kesehatan dan
kontrasepsi. ( depkes RI 2005)
6. Menurut Ansel (1985), obat adalah zat
yang
digunakan
untuk
diagnosis, mengurangi rasa sakit, serta
mengobati atau mencegah penyakit pada
manusia maupun hewan.
Obat dalam arti luas adalah setiap zat
kimia yang dapat mempengaruhi proses
hidup, maka farmakologi merupakan ilmu
yang sangat luas cakupannya.(bagian
farmakologi, fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia).
7. Obat yang pertama kali digunakan adalah
obat yang berasal dari tanaman yang
dikenal dengan obat tradisional atau jamu.
Obat-obat ini digunakan dalam bentuk
rebusan atau ekstrak dengan aktivitas yang
seringkali berbeda-beda, tergantung dari
asal tanaman dan cara pembuatannya
Dianggap kurang memuaskan, muncul
para ahli- ahli kimia mulai mencoba
mengisolasi zat-zat aktif yang terkandung
dalam
tanaman-tanaman
sehingga
menghasilkan serangkaian zat-zat kimia
sebagai obat.
8. Pendobrakan yang sesungguhnya baru
mencapai dengan penemuan dan
penggunaan obat-obat kemoterapeutik
Sulfanilamid (1935) dan Penisillin (1940).
Sejak tahun 1941 ilmu – ilmu kimia, fisika
dan kedokteran berkembang dengan
pesat.
Penemuan – penemuan obat baru
menghasilkan 500 macam obat setiap
tahunnya, sehingga obat-obat kuno
semakin terdesak .oleh obat-obat baru.
9. 1. Menurut kegunaanya :
- Untuk menyembuhkan (terapeutik)
- Untuk mencegah (profilaktik)
- Untuk diagnosis (diagnostik)
2. Cara penggunaannya :
- Medicamentum usum internum
- Medicamentum usum eksternum
3. Cara kerjanya :
- Lokal
- sistemik
10. 4. Menurut Undang-undang :
- Narkotika (Obat bius)
- Psikotropika (obat berbahaya)
- Keras ( daftar G = Geverlijk)
- Obat Bebas Terbatas
- Obat Bebas
5. Menurut sumbernya :
- Tumbuhan : digitalis lanata
(digoksin), kulit pohon kina
(kina), papaver somniverum (morfin)
11. Hewan : minyak ikan ,adap lanae, insulin
- Mineral : vaselin, magnesium, alumunium
- Mikroba : antibiotik penisillin
Menurut bentuk dan sediaan obat :
- Bentuk padat
- Bentuk Setengah padat
- Bentuk Cairan /larutan
- Bentuk Gas
-
12. 7. Menurut proses fisiologis dan biokimia :
- Obat farmakodinamis : yang bekerja
mempercepat atau memperlambat
proses fisiologis atau fungsi biokimia
tubuh. Contoh : hormon
- Obat kemoterapetik : dapat membunuh
parasit dan kuman dalam tubuh.
- Obat diagnostik : membantu untuk
melakukan diagnosis atau pengenalan
penyakit. Contoh barium sulfat
13. 1.
Obat bebas, obat yang ditandai
dengan lingkaran berwarna hijau
dengan tepi lingkaran berwarna hitam.
Obat
bebas
umumnya
berupa
suplemen vitamin dan mineral, obat
gosok, beberapa analgetik-antipiretik,
dan
beberapa
antasida.
Obat
golongan ini dapat dibeli di Apotek,
toko obat, toko kelontong atau warung.
14. 2. Obat Bebas Terbatas, obat yang ditandai
dengan lingkaran biru dengan tepi lingkaran
berwarna hitam. Obat-obat yang umumnya
masuk golongan ini antara lain obat
batuk,
obat
influenza,
analgetikantipiretik, antiseptik, obat tetes mata untuk
iritasi ringan. Obat golongan ini hanya dapat
dibeli di Apotek dan toko obat berizin.
3. Obat Keras, obat yang pada kemasanya
ditandai dengan lingkaran yang didalamnya
terdapat huruf K berwarna merah yang
menyentuh tepi lingkaran berwarna hitam.
Obat keras merupakan obat yang hanya bisa
didapatkan dengan resep dokter.
15. Obat yang umumnya masuk golongan ini
antara lain obat jantung, obat hipertensi,
antibiotik, hormon, dan beberapa obat
ulkus lambung. Obat golongan ini hanya
dapat diperoleh di Apotek dengan resep
dokter.
4. Obat Narkotika, merupakan zat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman
baik sintetis maupun semi sintetis yang
dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa
nyeri,
dan
dapat
menimbulkan
ketergantungan (UURI No. 22 Th 1997
tentang Narkotika)
16. Obat narkotika bersifat adiksi dan
penggunaanya di awasi ketat, sehingga
obat
golongan
narkotika
hanya
diperoleh di Apotek dengan resep
dokter asli (tidak dapat menggunakan
copy
resep).contoh
obat
narkotika,
opium
coca, ganja/marijuana, morfin, heroin, d
ll. Dalam bidang kesehatan obat-obat
narkotika biasa digunakan sebagai
anastesi/obat bius dan analgetik/obat
penghilang rasa sakit.
17. Obat merupakan salah satu komponen
yang tidak dapat tergantikan dalam
pelayanan kesehatan.
Obat berperan sangat penting dalam
pelayanan kesehatan karena penangan
dan pencegahan berbagai penyakit
tidak dapat dilepaskan dari tindakan
terapi dengan obat atau farmakoterapi.
Peran obat secara umum :
1. Penetapan diagnosis
2. Untuk pencegahan penyakit
18. 3. Penyembuhan penyakit
4. Memulihkan (rehabilitasi) kesehatan
5. Mengubah fungsi normal tubuh untuk
tujuan tertentu
6. Peningkatan kesehatan
7. Mengurangi rasa sakit.
19. Sebelum obat diberikan kepada pasien
dan tiba pada tujuannya dalam tubuh
yaitu tempat kerjanya atau
targetsite,obat harus mengalami banyak
proses.
Dalam garis besarnya proses-proses
dibagi dalam tiga tingkat yaitu fase
biofarmasi, fase farmakokinetika, dan
fase farmakodinamika.
20. Biofarmasi adalah ilmu bagian yang
bertujuan menyelidiki pengaruh
pembuatan sediaan obat atas kegiatan
terapeutisnya.
Efek obat tidak hanya tergantung dari
faktor farmakologi saja tetapi juga dari
bentuk pemberian dan terutama dari
formulasinya.
21. a)
b)
c)
d)
Bentuk fisik zat aktif : amorf atau
kristal, kehalusannya.
Keadaan kimiawi :
ester, garam, kompleksnya dan
sebagainya.
Zat pembantu : zat pengisi, zat
pelekat, zat pelicin, zat pelindung, dan
sebagainya.
Proses teknik yang digunakan membuat
sediaan : tekanan mesin tablet, alat
emulgator, dan sebagainya.
22. Tablet
Dengan
Zat aktif
Tablet pecah,
granul pecah
zat aktif
terlepas &
terlarut
Fase
Biofarmasi
obat
Tersedia
untuk
resorpsi
Absorbsi
Distribusi
Biotransformasi
Ekskresi
Fase
Farmakokinetik
obat
tersedia
untuk
bekerja
Interaksi
dengan
reseptor di
tempat
kerja
Fase
Farmakodinamik
efek
24. Pada umumnya setiap obat yang masuk
dalam tubuh akan mengalami empat
proses yaitu
1. Absorbsi, proses obat memasuki sirkulasi
cairan tubuh. Absorbsi merupakan proses
pemindahan obat dari pintu masuk menuju
sirkulasi darah, terkecuali obat yang
dimasukan
secara
intravena
yang
menyebabkan obat masuk langsung
kesirkulasi darah. Kecepatan absorbsi obat
dipengaruhi berbagai hal, misalnya obat
yang diberikan peroral mempunyai aksi
yang lebih lambat bila dibandingkan
dengan pemberian obat melalui vena.
25. Adanya makanan dalam lambung dapat
menghambat
absorbsi
obat,
karena
molekul makanan juga dapat bereaksi
dengan molekul obat yang menyebabkan
struktur dan efeknya berubah. Untuk
mencegah resiko ini obat biasanya di
ajurkan di minum pada saat perut dalam
keadaan kosong.
Tingkat keasaman (pH) dalam saluran
pencernaan berpengaruh juga terhadap
absorbsi obat, obat yang bersifat basa
akan cepat bereaksi dalam lingkungan
asam dilambung sedangkan obat yang
bersifat asam akan kurang bereaksi pada
lingkungan asam dilambung namun cepat
bereaksi di lingkungan basa usus.
26. Absorbsi juga dipengaruhi oleh bentuk,
dan dosis obat.untuk dapat di absorbsi
obat harus dalam bentuk larutan,
sehingga obat yang di kemas dalam
bentuk cair akan cepat di absobsi dari
pada obat dalam bentuk padat.
27. 2. Distribusi, setelah obat di absorbsi kemudian
obat akan di edarkan ke seluruh tubuh
oleh sistem sirkulasi. Area tubuh yang
mempunyai banyak pembuluh darah
misalnya hati, ginjal, dan otak dapat
dicapai oleh obat lebih cepat di banding
dengan area yang sedikit mendapat suplai
darah misalnya kulit dan otot. Kecepatan
obat dapat mencapai berbagai area
tubuh tergantung pada perfusi dan
permiabilitas
kapiler-kapiler
terhadap
molekul obat.
28. Sifat kimia dan fisik obat menentukan
area dimana obat tersebut dapat
bereaksi. Obat dapar beraksi secara
terbatas pada satu area dan ada yg
beraksi secara luas misalnya etil alkohol
dapat beraksi di semua cairan tubuh.
29. 3. Biotransformasi, sebagian besar obat
setelah
mengalami
absorbsi
dan
distribusi
akan
mengalami
proses
pengubahan
metabolik
atau
biotransformasi.
dalam
proses
biotransformasi akan dihasilkan dua
bahan metabolit yaitu metabolit aktif
yang mempunyai aksi farmakologis dan
metabolit
non
aktif
yang
tidak
mempunyai aksi farmakologis.
30. Biontransformasi
dapat
mengalami
gangguan yaitu biotransformasi yang
lambat terjadi pada pasien yang
mengalami penyakit pada liver, jantung
atau ginjal serta pada usia lanjut.
Biotransformasi
obat
yang
lambat
menyebabkan obat terakumulasi dan
dapat menyebabkan keracunan.
31. 4. Ekskresi, proses fisiologis ini di mana obat
dan metabolit di keluarkan dari tubuh
yang disebut dengan ekskresi. Sebagian
besar ekskresi berlangsung melalui ginjal
dalam bentuk urin.
Namun obat juga dikeluarkan melalui
paru-paru misalnya obat anastesi,
melalui feses, keringat,air mata dan
saliva.
32.
Usia, berpengaruh terhadap daya kerja
obat,orang usia lanjut dan bayi sangat
responsif terhadap obat. Orang usia
lanjut dapat mengalami perubahan
terhadap respon obat karena adanya
gangguan
liver,
kardiovaskuler,sedangkan pada
bayi sangat responsif pada obat karena
mekanisme metabolik dan ekskresi yang
belum sempurna akibat liver dan ginjal
yang belum matang.
33. Massa tubuh, berkaitan dengan jumlah
obat yang diberikan, dosis harus sesuai
disesuaikan
dengan
massa
tubuh,sehingga semakin besar tubuh
maka dosis yang diberikan semakin
besar.
Jenis kelamin, mempunyai pengaruh
pada efek obat karena perbedaan fisik
antara pria dan wanita. Pria mempunyai
postur tubuh lebih besar dari wanita
sehingga bila dosis yang sama diberikan
tubuh pria akan lebih lambat didalam
melakukan aksi obat
34. Tubuh pria lebih banyak mengandung air
sedangkan wanita mengandung lemak
dan obat-obatan tertentu dapat lebih
cepat bereaksi dalam airatau dalam
lemak.
35.
Lingkungan, berpengaruh terhadap
daya kerja obat terutama lingkungan
yang dapat merubah obat (misal
cahaya), lingkungan fisik dapat pula
mempengaruhi
daya
kerja
obat
misalnya
suhu
lingkungan
tinggi
menyebabkan pembuluh darah perifer
melebar sehingga dapat meningkatkan
daya kerja vasodilator
36. Waktu
pemberian,
obat
peroral
berpengaruh pada daya kerja obat.
Absorpsi obat akan lebih cepat bila
diberikan saat perut dalam keadaan
kosong,sedangkan obat yang dapat
mengiritasi lambung akan lebih aman bila
diberikan pada keadaan perut berisi
makanan.
Penyakit,
merupakan
salah
satu
pertimbangan
dalam
pemberian
obat, kondisi penyakit merupakan dasar
dalam menentukan jenis obat dan dosis
yang diberikan.
37. Faktor genetik, mempengaruhi respon
seseorang terhadap pemberian obat,
faktor ini secara genetik menentukan
sistem metabolisme dan ketahanan
seseorang terhadap obat (alergi).
Faktor
psikologis, berkaitan dengan
keefektifan
obat.
Orang
yang
mempercayai
bahwa
obat
yang
mereka gunakan dapat mengatasi
gangguan kesehatannya akan lebih
efektif
daya
kerja
obatnya
dibandingkan dengan orang yang tidak
mempercayai
38. Farmakodinamika
mempelajari efek
obat terhadap fisiologi dan biokimia
berbagai organ tubuh serta mekanisme
kerjanya.
Tujuan mempelajari mekanisme kerja
obat adalah untuk meneliti efek utama
obat, mengetahui interaksi obat dengan
sel, respon yang terjadi.pengetahuan
yang baik mengenai hal ini merupakan
dasar terapi rasional dan berguna
dalam sintesis obat baru.
39.
Mekanisme kerja obat, efek obat
umumnya timbul karena interaksi obat
reseptor pada sel suatu organisme.
Secara fisis, pencahar osmotis lambat
diresorpsi usus dan melalui proses osmosis
menarik air dari sekitarnya,volume isi usus
bertambah besar dan dengan demikian
merupakan rangsangan mekanis atas
dinding usus untuk memicu peristaltik
dan mengeluarkan isinya.
40. Secara kimiawi, misalnya antasida
lambung, aluminium dan magnesium
hidroksida dapat mengikat kelebihan
asam lambung melalui reaksi netralisasi
kimiawi.
Melalui proses metabolisme, misalnya
antibiotik
yang
menganggu
pembentukan dinding sel kuman, sintesis
protein atau metabolisme asam nukleat.
41.
Reseptor obat, struktur kimia suatu obat
berhubungan
dengan
afinitasnya
terhadap reseptor dan aktivitasnya,
sehingga
perubahan
kecil
dalam
molekul obat, misalnya perubahan
stereoisomer
dapat
menimbulkan
perubahan
besar
dalam
farmakologinya.
42. Kerja obat yang tidak diperantarai
Reseptor,
dalam
menimbulkan
efek, obat tertentu tidak berikatan
dengan reseptor. Obat-obat ini mungkin
mengubah
sifat
cairan
tubuh, berinteraksi dengan ion atau
molekul kecil, atau masuk kekomponen
sel.
Efek obat, perubahan fungsi struktur
organ/proses/tingkah laku organisme
hidup akibat kerja obat.
43.
1.
2.
Dua obat yang digunakan pada waktu
bersamaan dapat saling mempengaruhi
kerjanya masing-masing yaitu :
Antagonisme, dimana kegiatan obat
pertama dikurangi atau ditiadakan
sama sekali oleh obat kedua
Sinergisme, dimana kekuatan obat
pertama diperkuat oleh obat kedua.
ada dua jenis :
44. Adisi adalah kekuatan kombinasi kedua
obat adalah sama dengan jumlah
masing-masing kekuatan obat tersebut.
Misal trisulfa
Potensiasi adalah kekuatan kombinasi
kedua obat lebih besar dari jumlah
kedua
obat
tersebut.
Misal
sulfametoksazole
dan
trimetoprim
(cotrimoksazole)
45. Menambah kerja terapeutik tanpa
menambah efek buruk dan mengurangi
toksisitas masing-masing obat. Misal
trisulfa
Menghambat
terjadinya
resistensi
misalnya rifampisin dan INH
Memperoleh
potensiasi
misalnya
cotrimoksazole.
46. Pemborosan
Takaran masing-masing obat belum
tentu
sesuai
dengan
kebutuhan,
sedangkan takaran obat tidak dapat
diubah tanpa mengubah pula dosis
obat lainnya.
Mempermudah
terjadinya
resistensi
terhadap beberapa spesies kuman
47. Bila seorang pasien diberikan dua atau
lebih obat, kemungkinan besar akan terjadi
interaksi
antara
obat-obat
tersebut
didalam tubuhnya.
Efek masing-masing obat dapat saling
menganggu dan atau efek samping yang
tidak diinginkan mungkin akan timbul. Misal
pada interaksi asetosal dengan dikumarol
yang efeknya diperkuat sehingga terjadi
pendarahan berbahaya, barbital dengan
antikoagulasi yang justru direndahkan
khasiatnya.
48.
Adakalanya terjadi interaksi dari obat
dengan bahan makanan, yang dapat
mempengaruhi farmakokinetika obat.
Absorpsi, obat dapat diikat oleh
makanan sehingga absorpsinya di usus
dapat diperlambat atau dikurangi
sehingga efeknya akan menurun.
Misalnya antikoagulasi dengan sayuran
yang ber vitamin K .
Perombakan obat, sehingga kadarnya
meningkat dan timbul efek toksik.
49. contohnya
interaksi
MAO-blockers
dengan keju atau coklat. Enzim MAO
bertanggung jawab atas penguraian
semua katecholamin di dalam tubuh.
Bila
pasien
diberi
perintang-MAO
sebagai anti-depresivum dan makan
sesuatu yang mengandung tiramin/amin
maka zat ini tidak dapat diuraikan
karena enzim mau sudah diblokir
akibatnya dapat terjadi hipertensi hebat
Ekskresi
50. Tidak semua obat bersifat betul-betul
menyembuhkan
penyakit,
banyak
diantaranya hanya meniadakan atau
meringankan gejalanya.
Oleh karena itu dapat dibedakan tiga jenis
pengobatan :
1. Terapi kausal, penyakit ditiadakan
khususnya pemusnahan penyakit, virus
atau parasit. Contohnya kemoterapeutik
seperti antibiotik, obat-obat malaria,dll.
51. 2. Terapi simtomatis obat, hanya gejala
penyakit
yang
diobati
dan
diringankan,
penyebabnya
yang
mendalam
tidak
dipengaruhi, contohnya analgetik, obat
jantung.
3. Terapi substitusi, obat mengantikan zat
yang lazimnya dibuat oleh organ yang
sakit.
Seperti
insulin
pada
diabetes, tiroksin pada fungsi tiroid
berkurang (hipotirosis)
52. Efek terapeuatis tergantung dari banyak
faktor antara lain cara dan bentuk
pemberian,
sifat
fisikakimia
yang
menetukan resorpsinya, biotransformasi
dan ekskresinya dalam tubuh.
Begitu pula kondisi fisiologi si pemakai
seperti fungsi hati, ginjal, usus dan
peredaran darah.
Faktor individual lain seperti, kelamin,
luas pemukaan badan, dll.
53. Akibat faktor individual ini efek obat dapat
sangat berbeda, setiap orang dapat
memberikan
respon
yang
berlainan
terhadap suatu obat tergantung pada
kepekaannya.
Perbedaan respon ini bisa besar, karena
untuk setiap obat selalu ada orang yang
sangat rentan dan dengan dosis yang
sangat rendah sudah dapat memberikan
efek terapeutik atau sebaliknya.
54.
Banyak penelitian menunjukan bahwa
sejumlah besar pasien tidak minum
obatnya dengan teratur, atau tidak
menghabiskan kur yang diberikan
padanya sesuai resep dokter. Dengan
demikian obat tidak memberikan efek
yang optimal yang diinginkan. Bahkan
dapat menimbulkan resistensi khususnya
pada antibiotik.
55. Kesetiaan
pasien
untuk
menelan
obatnya dipengaruhi oleh sejumlah
faktor :
1. Sifat
individual,
watak,
tingkat
pendidikan dan kepekaan untuk nyeri.
2. Relasi dokter pasien, bila pasien tidak
senang dengan perlakuan dokter atau
tidak menerima perhatian dan informasi
secukupnya mengenai penyakitnya.
56. Begitu pula bila dokter tidak memberikan
instruksi yang lengkap dan cukup jelas
mengenai penggunaan obatnya misalnya
pada antibiotik harus selesai kurnya.
3. Jenis penyakit, semakin berat penyakit
semakin baik compliance-nya, sebaliknya
semakin kurang compliancenya bila obat
harus diminum untuk waktu yang lama
atau menahun sedangkan penyakit tidak
memperlihatkan
gejala
tidak
enak/radang.
57. 4. Jumlah obat dan frekuensi
takarannya, semakin banyak obat akan
semakin turun compliance. Begitu pun
bila obat tidak diberikan sebagai tablet
atau kapsul, melainkan sebagai
cairan/suppo
58.
Industri
farmasi
memahami
pentingnya
persoalan ini maka telah dikembangkan
tablet/kapsul dengan efek panjang, delayed
action atau slow/sustained release, yang
cukup diminum satu atau maksimal 2 x sehari
Keuntungan dari tablet kerja panjang ini
adalah resopsi obat bisa berlangsung teratur
selama waktu yang lebih panjang dengan
kadar darah yang kurang berfluktuasi. Dengan
demikian efek klinis obat bisa lebih stabil
dengan efek samping yang berkurang.
59. Salah
satu
faktor
penting
dalam
penyembuhan
penyakit
adalah
kepercayaan akan dokter dan obat yang
diminumnya. Berdasarkan kepercayaan ini
dibuatlah plasebo yang dalam bahasa
latin berarti saya ingin menyenangkan .
Tujuan dari plasebo adalah :
1. Pengobatan
sugesti,
kadangkala
memberikan efek yang mengagumkan
pada pasien yang kecanduan maupun
obat-obatan
narkotika/psikotropika
lainnya maupun pada penderita kanker
stadium akhir.
60. 2. Uji klinis, digunakan pada tahap akhir
dalam rangkaian penelitian suatu obat
baru
yang
akan
dinilai
efek
farmakologisnya.
3. Pelengkap dan penggenap pil
KB, bertujuan agar pasien tidak terlupa
menelan pil KB tersebut pada saat
menstruasi.
61. Efek samping, menurut definisi WHO
(1970) efek samping obat adalah segala
sesuatu khasiat yang tidak diinginkan
untuk tujuan terapi yang dimaksudkan
pada dosis yang dianjurkan.
Idiosinkrasi, peristiwa pada mana suatu
obat memberikan efek yang secara
kualitatif total berlainan dari efek normal.
umumnya hal ini disebabkan kelainan
genetis pada pasien bersangkutan.
62. Alergi, kepekaan berbeda terhadap
suatu antigen exogen atas dasar proses
imunologi.
Fotosensitasi,
kepekaan
berlebihan
terhadap cahaya akibat penggunaan
obat.
63. Obat yang ideal hendaknya bekerja
dengan cepat untuk waktu tertentu saja
dan secara selektif artinya hanya
berkhasiat terhadap keluhan atau
gangguan tertentu tanpa aktivitas lain.
Semakin
selektif kerja obat maka
semakin kurang efek sampingnya.
64.
Kebanyakan obat memiliki lebih dari
satu efek farmakologisnya tergantung
dari
tujuan
penggunaanya,
efek
samping pada suatu saat mungkin
merupakan kerja utama yang diinginkan
pada keadaan lain. Misalnya pada
antihitamin.
65. Efek samping kadang kala tidak dapat
dihindarkan rasa mual pada
penggunaan digoksin, ergotamin
Kadang2 efek samping merupakan
kelanjutan efek utama sampai tingkat
yang tidak diinginkan, misalnya rasa
ngantuk pada fenobarbital bila efek
samping mual maka dapat dilawan
dengan obat anti mual.
66. Efek toksik, setiap obat dalam dosis yang
cukup tinggi dapat mengakibatkan efek
toksis, pada umumnya hebatnya reaksi
toksis berhubungan langsung dengan
tingginya dosis, bila dosis diturunkan
maka efek toksis dapat dikurangi pula.
Salah satu efek toksis yang terkenal yaitu
efek teratogen yaitu obat yang pada
dosis
terapeutik
untuk
ibu
mengakibatkan cacat pada janin.
67. toleransi adalah peristiwa dimana dosis
obat harus dinaikkan terus menerus untuk
mencapai efek terapeutik yang sama.
Macam toleransi : toleransi primer dan
toleransi
sekunder,
toleransi
silang,tachyphylaxis.
1.Toleransi primer (bawaan) : terdapat pada
sebagian orang dan binatang tertentu
misalnya kelinci sangat toleran terhadap
atropin.
68. 2. Toleransi sekunder : yang bisa timbul
setelah menggunakan suatu obat selama
beberapa waktu
3. Toleransi silang : dapat terjadi dengan
struktur kimia serupa (fenobarbital dan
butobarbital) atau kadang-kadang zat-zat
yang berlainan misal alkohol dan barbital.
4. Tachyphylaxis : toleransi yang timbul
dengan pesat sekali bila obat diulangi
dalam waktu singkat.
69.
Habituasi /kebiasaan adalah kebiasaan
dalam mengkonsumsi obat.
dengan meningkatkan dosis obat terus
menerus pasien dapat menderita
keracunan, karena efek sampingnya
menjadi kuat pula. Habituasi dapat
diatasi dengan cara menghentikan
pemberian obat dan pada umumnya
tidak
menimbulkan
gejala-gejala
penghentian.
70.
Adiksi/ ketagihan berbeda dengan
habituasi dalam dua hal yakni adanya
ketergantungan
jasmaniah
dan
rohaniah
dan
bila
pengobatan
dihentikan dapat menimbulkan efek
hebat secara fisik dan mental .