1. Nama : Puput Pamela
NPM : 19170005
Program Studi Bimbingan Konseling
Universitas Riau Kepulauan Batam
Psikologi Perkembangan II
2. TEORI PERKEMBANGAN :
BIO KULTURAL, PSIKODINAMIKA,
ILMU KEROHANIAN,
INTERAKSIONISME, SERTA
PERKEMBANGAN DAN
PENDIDIKAN
3. A. Teori Biologis
Teori ini merupakan sinonim dari evolusi darwin, teori
ini merujuk kepada bakat yang dimiliki seseorang dan
faktor gen. Perkembangan yang dialami oleh individu
dilihat sebagai pertumbuhan dan pemasakan organisme.
Pengaruh lingkungan sangatlah menetukan sifat yang
akan terwujud yang dimiliki organisme dalam periode
tertentu. Kelemahan teori ini terlihat didalam penelitian
anak kembar. Anak kembar yang dilahirkan dari satu sel
telur apabilah dibesarkan dalam mileu yang berbeda maka
akan menghasilkan individu yang berbeda pula.
Perbedaan tersebut terlihat melalui banyak sedikitnya
pendidikan formal yang dialami.
4. Teori ini menitik beratkan pada apa yang yang
disebut bakat, jadi factor keturunan dan
konstitusi yang dibawa sejak
lahir,.perkembangan anak dilihat sebagai
pertumbuhan dan pemasakan organisme.
Perkembangan bersifat endogen, artinya
perkembangan tidak hanya berlangsung
spontan saja melainkan juga harus dimengerti
sebagai pemekaran pre-disposisi yang telah
ditentukan secara biologis dan tidak dapat
berubah lagi (genotype).
Kelemahan teori yang berorientasi biologis
itu juga kita jumpai pada waktu anak
dalam satu kondisi tertentu mampu
melaksanakan tingkah laku operasi, yaitu
melakukan tingkah laku intelektual pada
waktu yang lebih awal dari pada stadium
perkembangannya, misalnya anak bisa
membaca pada waktu yang sangat awal.
5. B. Teori Psikodinamika
Teori Psikodinamika dipelopori oleh tokoh besar
psikologi yaitu Sigmund Freud. Dalam teori
psikodinamika terdapat kesamaan dengan teori
lingkungan dalam perkembangan manusia.
Perbedaannya terdapat pada komponen yang
bersifat sosio-afektif berupa ketegangan yang
ada pada diri seseiorang
6. Teori ini mempunyai kesamaan dengan teori belajar dalam
hal pandangan akan pentingnya pengaruh
lingkungan,termasuk lingkungan primer,terhadap
perkembangan.Teori psikodinamika memandang komponen
yang bersifat sosio-afektif sangat fundamental dalam
kepribadian dan perkembangan seseorang.Menurut teori ini
,maka komponen yang besifat sosio-afektif yaitu ketegangan
yang ada dalam diri seseorang,sebagai penentu dinamikanya.
Menurut Sigmund Freud,seorang anak dilahirkan dengan dua
macam kekuatan biologis,yaitu libido dan nafsu mati.Kekuatan
atau energy ini “menguasai” semua orang atau semua benda
yang berarti bagi anak,melalui proses yang disebut
kathexis.Kathexis berarti konsentrasi energy psikis terhadap
suatu objek atau suatu ide yang spesifik atau terhadap suatu
person yang spesifik.
Menurut Freud
7. Freud berpendapat bahwa kepribadian
merupakan suatu sistem yang terdiri dari 3
unsur, yaitu das Es, das Ich, dan das Ueber
Ich (dalam bahasa Inggris dinyatakan
dengan the Id, the Ego, dan the Super Ego
a.Das Es (the Id)
Menurut Freud, das Es berfungsi
berdasarkan prinsip kesenangan (pleasure
principle), munculnya dorongan-dorongan
yang merupakan manifestasi das Es,
adalah dalam rangka membawa individu
ke dalam keadaan seimbang. Jika ini
terpenuhi maka rasa puas atau senang akan
diperoleh.
b. Das Ich
Das Ich yang dalam bahasa Inggris disebut The
Ego merupakan aspek kepribadian yang
diperoleh sebagai hasil interaksi individu
dengan lingkungannya. Menurut Freud, das Ich
merupakan aspek psikologis dari kepribadian
yang fungsinya mengarahkan individu pada
realitas atas dasar prinsip realitas (reality
principle).
c. Das Ueber Ich
Das Ueber Ich atau the Super Ego adalah aspek
sosiologis dari kepribadian, yang isinya berupa
nilai-nilai atau aturan-aturan yang sifatnya
normative. Menurut Freud das Ueber Ich
terbentuk melalui internalisasi nilai-nilai dari
figur-figur yang berperan, berpengaruh atau
berarti bagi individu
8. C. Teori Kerohanian
Tokoh yang paling utama dalam teori ini
adalah Eduard springer (1882-1962). Titik berat
pandanganya adalah kekhususan psikis individu.
Sesuai dengan pendapat Dilthey (1833-1911).
Spranger mengemukakan bahwa gejala psikis
seseorang sulit diterangkan seperti halnya
menerangkan gejala fisik. Mungkin hal itu dapat
dilakukan terhadap gejala fisiologis yang timbul
misalnya pada permulaan pemasakan seksual
(masa pubertas).
9. Gejala psikis hanya dapat kita mengerti
“mengerti” (verstehen) yaitu kita mengerti dari
arti yang ada dalam keseluruhannya. Apa yang
diartikan “mengerti” disini bukan merupakan
proses rasional saja, melainkan suatu
kemampuan untuk dapat merasakan suatu
kemampuan untuk dapat merasakan suatu
situasi tertentu.
Menurut spranger pengintegrasian sexos(nafsu
seks) dan eros( rasa kasih sayang yang
mempunyai hakekat etis ), serta berbagai nilai
hidup dalam suatu sistem nilai pribadi
bersamaan dengan penemuan diri dan
pembentukan suatu rencana hidup yang pribadi
adalah inti perkembangan seseorang.
Di negeri belanda Langeveld (1959), Calon
(1953) dan Beets (1954) dipandang sebagai
wakil aliran ilmu kerohanian yang bersifat
antropologis. Seperti halnya pada setiap teori,
maka teori ini juga mempunyai beberapa
variansinya.
10. D. Teori Interaksionisme
Teori ini melihat perkembangan sebagai
interaksi yang organis dan dinamis antara
faktor genotip dan lingkungan (endogen
ddan eksogen) yang ditentukan oleh
inisiatif dan respon pribadi. William Stern
mengkoonvergensi teori yang ada dan
menghasilkan teori interaksionisme yang
berpandangan bahwa tingkah laku manusia
berasal dari faktor pribadi dan faktor
lingkungan, Sedangkan Pieget (1947)
memandang perkembangan sebagai
kelanjutan genesa-embrio, yaitu berjalan
melalui berbagai stadium fungsi dan
tingkatan struktur yang lebih tinggi.
Terdapat tiga model interaksi antara bakat
(genotip) dan lingkungan menurut teori
interaksionisme, yaitu:
11. 1. Interaksi genotip-lingkungan yang
bersifat pasif, timbul karena mileu (orang
tua) memberikan lingkungan yang sesuai
dengan bakat mereka sendiri.
2. Interaksi genotip-lingkungan bersifat
evokatif; terjadi apabila bakat yang
berbeda menimbulkan macam reaksi dari
lingkungannya. Reaksi tersebut kemudian
mempengaruhi perilaku anak.
3. Interaksi genotip-lingkungan yang
bersifat aktif, terjadi apabila seseorang
memilih lingkungan yang cocok dengan
pribadinya sendiri. Perpindahan dari pasif
ke aktif dipengaruhi tingkat perkembangan
dan kecerdasan seseorang, sehingga dapat
membedakan antara anak berbakat dan
tidak berbakat. Cara membedakannya
dengan cara sebagai berikut:
a. Adanya pencarian lingkungan yang
lebih cocok.
b. Cara mengelola informasi yang
didapatkan sama secara lebih efisien.
12. Beberapa teori yang dibicarakan sebelumnya agak
bersifat menyimpang, maka dari itu
membutuhkan suatu sintesa. Sintesa tersebut
didapatakan di dalam teori interaksionisme yang
sekarang banyak dianut oleh banyak ahli
psikologi perkembangan dibarat. William stern
dapatn dipandang sebagai pelopor teori
konvergensi yang beranggapan bahwa setiap
tingkah laku merupakan hasil pertemuan
(konvergensi) antara factor lingkungan.
Teoretikus terkenal dalam interaksionisme
adalah piaget (1947). Pendapatnya agak
menyimpang karena piaget hanya
mamentingkan perkembangan intelektual dan
perkembangan moral yang berhubungan
dengan itu. Disini moral dipandang sebagai
berhubungan dengan intelektual anak. Konsep
dalam teori perkembangan Piaget
13. E. Teori Lingkungan
Disebut juga teori belajar,Mileu (lingkungan primer),
sosialisasi yang bersifat positif dan sosiologis. Disini
individu beerkembang dengan lingkungan, belajar
untuk bersosialisasi dengan sesama dalam menjalin
hubungan, belajar untuk memahami karakteristik suatu
kelompok. Dalam lingkungan perkembangan berjalan
seiring dengan prinsip sosialisasi/ proses belajar.
Dalam bahasa antropologi disebut ekulturasi.
Perkembangan dalam teori ini dipandang sebagai
bentuk perubahan dalam disposisi (potensi untuk
bertingkah laku dan bersikap) seseorang yang bersifat
relatif tetap.Adapun tiga pokok model belajar manusia
yaitu:
1. Belajar sensori motorik
2. Belajar sosial
3. Belajar kognitif
14. Disinilah peran lingkungan relatif
mempengaruhi pertumbuhan individu, karena
pengaruh budaya, akan tumbuh sifat fanatik
yang khas dari tiap daerah yang membentuk
individu tersebut. Misalnya: Sifat sporter
Aremania dengan Viking sangatlah berbeda,
karena tiap daerah memilliki karakteristik yang
berbeda meskipun sama sama biru.
Dalam kelompok teori lingkungan (teori
milieu) termasuk teori belajar dan teori
sosialisasi yang bersifat sosiologis. Kedua
macam teori itu sebetulnya sama karena prinsip
sosialisasi itu merupakan suatu bentuk belajar
social. Hal ini juga berlaku bagi enkulturasi,
yaitu memperolehnya tingkah laku kebudayaan
sendiri yang banyak di tulis oleh antropologi
budaya, seperti Benedict (1934),Kardiner
(1945) mead (a.l.1953).
15. Teori-teori belajar mempunyai sifat yang
berlainan (knoers,1973). Persamaan yang ada
di antara berbagai teori belajar itu ialah bahwa
mereka semua memandang belajar sebagai
suatu bentuk perubahan dalam disposisi
seseorang yang bersifat relatif tetap, sedangkan
perubahan tersebut tidak di sebabkan oleh
pertumbuhan. Disposisi disini di artikan
sebagai potensi untuk bertingkah laku, untuk
bersikap.
Telah banyak diketahui bahwa misalnya perkembangan
bahasa, begitu juga keberhasilan disekolah mempunyai
sifat-sifat yang khas lingkungan (overmann, 1971). Para
ahli sosiologi mengemukakan bahwa kemungkinan besar
ada semacam watak (rolff, 1970). Watak social ini
menurut fromm (1941) adalah inti struktur watak yang
dimiliki oleh semua anggota satu budaya atau sub-budaya
tertentu. Watak social berlainan dengan watak individual
yang menunjuk pada perbedaan yang ada diantara orang-
orang dari suatu budaya yang sama. Berbagai teori
lingkungan ini kurang memperhatikan akan pengaruh
pembawaan yang ada relatif kaut dalam perkembangan
seseorang.