1. I. PENDAHULUAN
Latar belakang
Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki laut luas. Selama –
lama berabad – abad, laut telah menjadi sumber kehidupan. Laut seolah – olah
menyimpan kekayaan yang tiada habis ikan – ikan tak terkira banyaknya.
Sepanjang hari, nelayan memburunya untuk menyambung hidup. Keberadaan
sumberdaya alam yang besar dan beragam di wolayah pesisir dan lau
menyebabkan banyak instansi atau sektor pelaku pembangunan yang terlibat
dslam pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut meyebabkan banyak instansi
atau sektor pelaku pembangunan yang terlibat dalam pemanfaatan sumberdaya
pesisir dan laut, salah satunya adalah instansi bidang perikanan.
Perikanan merupakan salah satu bidang ilmu yang terus berubah dan
berkembang. Sebagai ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berhubungan
dengan penangkapan, pemeliharaan, dan pembudidya ikan, ilmu perikanan
sangat membantu pencapaian sasaran pembangunan nasional, yakni
masyarakat maritim yang mandiri. Karenanya ilmu perikanan harus terus dikaji
dan dikembangkan sebagai ujung tombak pengembangan dan penerapan
teknologi perikanan (Fujaya, 2010). Dalam pengembangan dan penerapan
teknologi perikanan ini tentunya kita hanya mengetahui nilai ekonomis dari
organisme perairan melainkan kita juga harus mengetahui bagaimana adaptasi
organisme dengan medianya, salah satunya adalah adaptasi fisiologis.
Fisiologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari, fungsi,
mekanisme, dan cara kerja dari organ, jaringan, dan sel – sel organisme.
Fisiologi mencoba menerangkan faktor – faktor fisika dan kimia yang
mempengaruhi seluruh proses kehidupan ( Fujaya, 2014 ).
2. Osmoregulasi adalah upaya hewan air untuk mengontrol keseimbangan air
dan ion antara tubuh dan lungkungannya, atau suatu proses pengaturan tekanan
osmose. Hal ini penting dilakukan, teruatama oleh organisme perairan karena :
harus terjadi keseimbangan antara substansi tubuh dan lingkungan, membran
sel yang permeabel merupakan tempat lewatnya beberapa substansi yang
bergerak cepat, adanya perbedaan tekanan osmose antara cairan tubuh dan
lingkungan (Fujaya, 2004)
Semakin jauh perbedaan tekanan osmose antara tubuh dan
lingkungannya, semakin banyak energi metabolisme yang dibutuhkan untuk
melakukan osmoregulasi sebagai upaya adaptasi, namun tetap ada batas
toleransi. Oleh karena itu sangat penting dalam pengelohan kulaitas air media
pemeliharaan khusunya salinitas untuk tujuan budidaya (Iqbal, 2010).
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum mengenai osmoregulasi yaitu untuk mengetahui
tingkah laku dan adaptasi ikan, baik ikan air tawar, ikan air payau maupun ikan
air laut yang dimana diuji pada media yang sama tetapi mempunyai kadar
salinitas yang berbeda.
Kegunaan dari praktikum mengenai osmoregulasi yaitu agar mahasiswa
dapat mengetahui bagaimana proses osmoregulasi ikan air tawar, ikan air payau
dan ikan air laut jika diuji pada kadar salinitas yang berbeda-beda (0 ppt, 10 ppt,
20 ppt, dan 30 ppt).
3. II. TINJAUAN PUSTAKA
Ikan Giru (Amphiprion percula)
Gambar 1. Ikan Giru (Amphiprion percula)
a. Klasifikasi ikan Giru (Amphiprion percula)
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Osteichthyes
Order : Perciformes
Family : Pomacentridae
Genus : Amphiprion
Spesies : Amphiprion percula (Laceede, 1802)
Morfologi
Ikan klon hidupnya selalu berdekatan dengan anemon. Keduanya
memang dapat bekerja sama saling menguntungkan. Ikan klon dapat berlindung
dari serangan ikan lain dengan bersembunyi di anemon sedangkan anemon bisa
memperoleh makanan dari ikan klon (Susanto, 2004)
Ikan klon berbadan buntek. Warna dasar badannya merah muda dengan
variasibelang putih. Variasi warna ini mirip dandanan badut-badut sirkus
sehinggan dijuluki ikan klon (badut) (Susanto, 2004).
4. Ikan klon senang bermain di belalai anemon. Anemon merupakan teman
utama yang harus ada bila ingin memelihara ikan klon di akuarium. Anemon yang
disukai ikan klon biasanya anemon piring dan anemon putih. Jika populasinya
padat, sesama ikan klon akan berebut berkelahi berebut tempat
tinggal (Susanto, 2004).
Ikan klon gerakannya lambat sehingga kesulitan berburu makanan hidup.
Pakan ikan klon sebaiknya dalam bentuk potongan daging udang atau daging
ikan (Susanto, 2004).
Kebiasaan Hidup
Ikan Giru Amphiprion ocellaris hidupnya selalu dekat dengan anemon.
Keduanya memang dapat bekerja sama saling menguntungkan. Ikan ini dapat
berlindung dari serangan ikan lain dengan bersembunyi di anemone sedangkan
anemone bisa memperoleh makanan dari ikan giru (Susanto, 2004).
Kebiasaan Makan
Ikan Giru Amphiprion ocellaris gerakannya lambat sehingga kesulitan
berburu makanan untuk melangsungkan kehidupannya. Dimana Ikan Giru
Amphiprion ocellaris makanannya berupa daging udang dan daging ikan dalam
bentuk potongan.
5. Ikan Mas koki (Carrius auratus )
Gambar.2 Ikan Mas Koki (Carrasius auratus)
Klasifikasi Ikan Mas Koki (Carrasius auratus)
Kelas : Osteichthyes
Sub Kelas : Teleostei
Ordo : Cypriniformes
Sub ordo : Cyprinoidea
Famili : Cyprinidae
Genus : Carassius
Spesies : Carassius auratus (Bachtiar, 2010)
Morfologi
Ciri umum ikan mas koki ialah mempunyai sirip, kulit tubuhnya dilengkapi
sisik, mempunyai lembar insang, kelopak matanya besar dan pada bagian sisi
tubuhnya terdapat gurat sisi (Aksara, 2012).
Sirip tubuh ikan mempunyai tiga fungi pokok, yaitu sebagai alat
keseimbangan, memberi keleluasan bergerak terutama sebagai tenaga gerak
yang dibantu oleh kontraksi otot tubuh atau otot ekornya. Selain fungsi di atas,
sirip ikan mempunyai fungsi khusus yang tergantung dari letak sirip
tersebut (Aksara, 2012).
6. Siklus hidup
Jenis ikan thermophil yang mampu beradaptasi atau toleran terhadap
perubahan temperatur air (lingkungan) antara 40
C – 300
C. Ikan ini telah
berkembang didaerah subtropis dibelahan bumi utara (Eropa) sampai daratan
tropis di balahan selatan (Asia). Ikan ini merupakan ikan yang paling banyak
dipelihara para petani indonesia. Ikan ini tergolong cepat dalam pertumbuhan
(Pratiw, 2008).
Ikan ini juga termasuk ikan yang mampu menyesuaikan diri terhadap
perubahan kandungan oksigen terlarut dalam perairan dan tidak sensitif terhadap
perlakuan, misalnya seleksi, penampungan, penimbangan, pengangkutan dan
lain – lain (Pratiw, 2008).
Ikan ini menyukai tempat hidup (habitat) diperairan tawar yang airnya tidak
terlau dalam dan alirannya tidak terlau deras, seperti dipinggiran sungai atau
danau. Ikan mas dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150 – 600 meter
di atas permukaan air laut (dpl) pada suhu 25 – 300
C. Meskipun tergolong ikan
air tawar, ikan mas terkadang ditemukan diperairan payau atau muara sungai
yang bersalinitas (kadar garam) 25 – 30 ppt (Pratiwi, 2008).
Ikan mas koki tergolong omnivora, yakni ikan yang dapat memangsa
berbagai jenis makananan, baik yang berasal dari tunbuhan maupun bianatang
renik. Namun, makanan utama adalah tumbuhan dan binatang yang terdapat di
dasar dan tepi perairan (Pratiwi, 2008).
Kebiasaan Makan
Dilihat pada kebiasa makan (feeding habits), ikan dibagi dalam tiga
golongan, yaitu ikan yang biasa makan didasar, ikan yang biasa makan ditengah
perairan dan ikan biasa makan di permukaan (Pratiw, 2008).
7. Ikan mas koki termasuk ikan yang memiliki kebiasaan di berbagai bagian,
di permukaan air, ditengah perairan dan juga di dasar perairan. Namun ikan yang
lebih cenderung pemakan dasar (bottom feeder) dengan mengaduk – aduk dasar
perairan (Pratiw, 2008).
Selain itu, ikan mas koki juga suka mengaduk – aduk atau membongkar
pematang. Tak heran bila setelah selesai masa pemeliharaan, pematang kolam
menjadi rusak, sehingga apabila akan digunakan, pematang kolam harus di
perbaiki terlebih dahulu (Pratiw, 2008).
Dilihat dari kebiasaan makanan (food habits), ikan dibagi menjadi tiga
golongan, yaitu ikan pemakan tumbuhan (herbivora), ikan pemakan hewan
(carnivora) dan ikan pemakan segala (omnivora ) (Pratiw, 2008).
Ikan mas koki termasuk omnivora. Larva ikan mas lebih suka makan
rotifera, protozoa dan udang – udangan, seperti moina sp, dan Daphnia sp.
Setelah berukuran 10 cm, makan Chironomidae, Oligochaeta, Epemenidae,
Tubificidae, Molussca dan bahan – bahan organik lainnya (Pratiw, 2008).
Dilihat dari sifat makan, ikan dibagi dalam dua golongan, yaitu ikan mas
yang pasif dan ikan mas yang agresif. Sedangkan ikan mas termasuk ikan mas
yang aktif, seperti sifat makan ikan nila. Ikan mas bergerak cepat ke arah pakan
dengan cepat pula menangkap pakan itu. Lebih agresif, lagi bila sudah kenyang
akan masuk kedalam air (Pratiw, 2008).
8. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Gambar. 3 ikan Nila (Oreochoromis niloticus )
a. Klasifikasi Ikan Nila ( Oreochoromis niloticus )
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebarata
Kelas : Osteichtyes
Subkelas : Achantopheterigii
Ordo : Percomorphi
Subordo : Percaidae
Famili : Cichilidae
Genus : oreochoromis
Spesies : Oreochoromis niloticus (Rukmana, 2010)
Morfologi Ikan Nila
Secara fisik ikan nila sangat mirip dengan ikan mujair
(Oreochromis mossambica). Perbedaannya adalah ikan Nila memiliki bentuk
yang lebih besar karena pertumbuhannya memang pesat. Sebagai
perbandingan, dalam masa pemeliharaan yang sama dengan ikan mujair, ikan
nila sudah mencapai berat badan 3 kali lipat dari ikan mujair. Perbedaan lain dari
ikan nila dengan mujair adalah warna, ikan nila berwarna hitam, putih, dan
merah, sedangkan ikan mujair berwarna hitam gelap (Dewantoro, 2013)
9. Secara spesifik, ciri - ciri ikan nila adalah sebagai berikut :
- Berukuran sedang, panjang total (moncong hingga ujung ekor) bisa
mencapai 30 cm atau lebih.
- Sirip punggung (dorsal) dengan 16 – 17 duru (tajam) dan 11 – 15 jari – jari
(duri lunak)
- Sirip dubur (anal) dengan 3 duri dan 8 – 11 jari – jari.
- Tubuh berwarna kehitaman atau keabuan dengan beberapa pita gelap
melintang (belang) yang makin mengabur pada ikan dewasa.
- Ekor bergaris – garis tegak, 7 – 12 buah.
- Tenggorokan, sirip dada, sirip perut, sirip ekor dan ujung sirip punggung
dengan warna merah atau kemerahan (atau kekuningan) ketika musim
berbiak.
Ikan nila adala ikan pemakan segala (omnivora). Pemakan plankton,
sampai pemakan aneka tumbuhan sehingga ikan ini diperkirakan dapat
dimanfaatkan sebagai pengendali gulma air. Oleh karena mudah di peliharadan
dibiakkan, ikan nila banyak di ternakkan di berbagai negara sebagai ikan
konsumsi, termasuk di indonesia. Akan tetapi mengingat rasa dagingnya yang
tidak istimewa, ikan nila juga tidak pernah mencapai harga yang tinggi. Di
samping di jual dalam kedaan segar, daging ikan nila sering pula dijadikan
fillet (Dewantoro, 2013)
Siklus hidup
Ikan nila hidup pada kisaran suhu yang lebar antara 14 – 380
C. Secara
alami ikan ini dapat memijah pada suhu 22 – 370
C. Pada suhu kurang dari 140
C
10. atau lebih dari 380
C, kehidupannya akan mulai terganggu. Suhu mematikan
berada pada 60
C dan 420
C (Arie, 2009)
Selain suhu ikan nila sangat tolenran terhadap derajat keasaman (pH) dari
air. Kisaran pH yang masih dapat ditolerir ikan ini antara 5 -11. Namun, agar
pertumbuhan dan perkembangannya optimal, sebaiknya pH air berada pada
kisaran 7 – 8 (Arie, 2009)
Selain hal diatas, ikan nila pun berada toleran kadar garam yang cukup
tinggi, asalkan proses bertahap. Namun, toleransi terhadap kadar garam antara
jenis kelamin dan ukuran ikan berbeda – beda. Jantan dan ikan kecil lebih
toleran dibanding betina ikan besar. Kadar garam yang dapat ditolerir anata 0 -
29 permil. Pada salinitas 29 – 35 permil (Arie, 2009)
Kebiasaan Makan
Ditinjau dari kebiasa makan, ikan nila termasuk ikan omnivora, yaitu
pemakan tumbuhan dan hewan. Kebiasaan makan ini sangat menguntungkan
peternak karena mudah mencari makan tambahan (Arie, 2009)
Jenis makanan yang dibutuhkan tergantung umurnya. Makanan utama
stadia larva terdiri dari alga bersel tunggal seperti crustecea kecil dan benthos.
Setelah mencapai banih, ikan nila lebih menyukai makan spesies zooplankton,
diantaranya rotifera sp, Moina sp, dan dapnia sp. Namun, tidak jarang benih nila
memakan alga yang menempel pada bak. Bila dipelihara intensif seperti di kolam
atau jaring terapung, nila dapat diberi makanan tambahan seperti pellet. Pellet
yang mengandung protein minimal 25% (Arie,2009)
11. III. METODEOLOGI PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Praktikum osmoregulasi dilaksanakan pada Hari Selasa, 4 november 2014
pada Pukul 15.30 - 18.00 WITA di Laboratorium Fisiologi Hewan Air, Jurusan
Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum osmoregulasi dapat dilihat
pada Tabel 1 dan 2, yaitu :
Tabel 1. alat yang digunakan beserta fungsinya adalah sebagai berikut:
No Alat Jumlah Fungsi
1 Refraktormeter 1 buah mengukur kadar salinitas
2 Gelas ukur (1000
ml)
1 buah mengukur jumlah air
Toples kaca 12 buah wadah sampel
4 Stopwatch 4 buah menghitung waktu
5 Ember 1 buah wadah saat pengenceran
Tabel 2. Bahan yang digunakan beserta fungsing adalah sebagai berikut:
No Bahan Jumlah Fungsi
1 Ikan Mas Koki 12 ekor sampel ikan air payau
2 Ikan Nila 12 ekor sampel ikan air tawar
3 Ikan Giru 12 ekor sampel ikan air laut
4
5
6
7
Air tawar (0 ppt)
Air laut (30 ppt)
Air payau (10, 20
ppt)
Tissue
2000 ml
2000 ml
6000 ml
1 bungkus
Media
Media
Media
bahan Membersihkan alat
12. Prosedur Kerja
Air tawar (0 ppt)
Siapkan 3 buah toples, Kemudian masukkan air tawar sebanyak 2000
ml/toples ke dalam ketiga buah toples tersebut. Selanjutnya sampel dimasukkan
secara bersamaan.Tiga toples air tawar masing-masing diisi tiga ekor ikan air
tawar. Setelah itu dilakukan pengamatan terhadap perilaku ikan dari setiap toples
dengan interval waktu 3 kali 15 menit.
Air payau (10 ppt)
Siapkan 3 buah toples Kemudian masukkan air laut sebanyak 2000 ml
/toples yang sebelumnya dilakukan pengenceran dari salinitas 43 ppt sampai 10
ppt dengan volume air laut sebanyak 465 ml dengan penambahan air tawar
sebanyak 1.535 ml. Selanjutnya sampel dimasukkan secara bersamaan. Tiga
toples air laut masing-masing diisi tiga ekor ikan air laut. Setelah itu dilakukan
pengamatan terhadap perilaku ikan dari setiap toples dengan interval waktu 3
kali 15 menit.
Air payau (20 ppt)
Siapkan 3 buah toples Kemudian masukkan air laut sebanyak 2000
ml/toples yang sebelumnya dilakukan pengenceran dari salinitas 43 ppt sampai
20 ppt dengan volume air laut sebanyak 930 ml dengan penambahan air tawar
sebanyak 1.070 ml. Selanjutnya sampel dimasukkan secara bersamaan. Tiga
toples air laut masing-masing diisi tiga ekor ikan air laut. Setelah itu dilakukan
pengamatan terhadap perilaku ikan dari setiap toples dengan interval waktu 3
kali 15 menit.
13. Air laut (30 ppt)
Siapkan 3 buah toples Kemudian masukkan air laut sebanyak 2000
ml/toples yang sebelumnya dilakukan pengenceran dari salinitas 43 ppt sampai
30 ppt dengan volume air laut sebanyak 1.395 ml dengan penambahan air tawar
sebanyak 605 ml. Selanjutnya sampel dimasukkan secara bersamaan. Tiga
toples air laut masing-masing diisi tiga ekor ikan air laut. Setelah itu dilakukan
pengamatan terhadap perilaku ikan dari setiap toples dengan interval waktu 3
kali 15 menit.
Analisis Data
Dalam analisis data, untuk pengenceran (molaritas) digunakan rumus :
Keterangan : M1 = Konsentrasi garam terlarut awal (ppt)
M2 = Konsentrasi garam terlarut yang diiginkan
V1 = Volume pengenceran awal
V2 = Volume pengenceran akhir
M1 . V1 = M2 . V1
14. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama praktikum, maka data
yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 3, 4, dan 5.
Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Tabel 3. Hasil Pengamatan Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
No Salinitas Waktu Tingkah laku ikan
1
0 ppt
Air tawar
15 menit
Berenang aktif dan
mengeluarkan feses
30 menit Berenang aktif diatas permukaan
45 menit
Berenang aktif diatas permukaan
dan membutuhkan oksigen
2
10 ppt
Air payau
15 menit
Berenang aktif dan
mengeluarkan feses
30 menit
Masih berang aktif dan
mengeluarkan lebih banyak
feses
45 menit
Pergerakan mulai pasif dan
menguap-guap
3
20 ppt
Air payau
15 menit
Berenang aktif dan naik
kepermukaan
30 menit
Pergerakan mulai pasif dan tetap
berada di permukaan
45 menit
Masih berada dipermukaan
sambil menguap-guap
4
30 ppt
Air laut
15 menit
Pergerakan pasif berada didasar
air
30 menit
Masih berenang pasif berada
didasar air
45 menit
Mulai melemah dan pergerakan
tidak normal
Ikan Mas Koki ( Carassius auratus)
Tabel 4. Hasil Pengamatan Ikan Mas Koki ( Carassius auratus)
No
Salinitas Waktu Tingkah Laku
1
0 ppt
Air tawar
15 menit Aktif berenag didasar air
30 menit
Aktif didasar air dan mengeluarkan
feses
45 menit Pergerakan masih aktif didasar dan
15. stabil
2
10 ppt
Air payau
15 menit Berenag aktif di prmukaan
30 menit
Berenag mulai pasif dan
mengeluarkan feses
45 menit
Pergerakan mulai lambat dipermukaan
dan mengalami stress
3
20 ppt
Air payau
15 menit Pergerakan sangat cepat dan gesit
30 menit
Masih berenang cepat dan
mengeluarkan feses
45 menit
Pergerakannya mulai pasif dan tidak
tenang
4
30 ppt
Air laut
15 menit Berenang sangat lambat dipermukaan
30 menit
2 ekor mengapung di atas permukaan
dan tidak stabil, 1 ekor ikan mati
45 menit
Ketiga ikan ekor mati. Warna air
semakin menjadi keruh
Ikan Giru (Amphiprion ocellaris)
Tabel 5. Hasil Pengamatan Ikan Giru (Amphprion ocellaris)
No. Salinitas
Waktu
pengamatan
Tingkah laku
1
2
0 ppt
Air tawar
10 ppt
Air payau
15 menit pertama
15 menit kedua
15 menit ketiga
15 menit pertama
15 menit kedua
Bergerak aktif, mengeluarkan
feses dan lendir
Bergerak aktif dan bergerak
naik turun dari permukaan ke
kolom air
Bergerak ke permukaan,
mengeluarkan lendir dan
kotoran
Bergerak aktif, mengeluarkan
lendir dan airnya keruh
Bergerak aktif, banyak berada
di permukaan air dan hanya
sesekali ke kolom air
15 menit ketiga Mulai sedikit tenang, bergerak
ke atas ke bawah dan banyak
mengeluarkan feses
15 menit pertama Tidak bergerak aktif, aktif
membuka operculum,
mengeluarkan lendir, feses dan
sering berada di permukaan
15 menit kedua Aktif bergerak, berenang di
16. 3
20 ppt
Air payau
atas permukaan
15 menit ketiga Tidak aktif bergerak,
mengeluarkan banyak lendir
4
30 ppt
Air laut
15 menit pertama Tidak bergerak aktif, aktif
membuka operculum,
mengeluarkan lendir, feses dan
sering berada di permukaan
15 menit kedua Aktif bergerak, berenang di
atas permukaan
15 menit ketiga Tidak aktif bergerak,
mengeluarkan banyak lendir
dan pingsan
Pembahasan
Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Air Tawar (0 ppt)
Berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan ormoregulasi dengan
sampel ikan nila Oreocromis niloticus yang dimasukkan kedalam air tawar 0 ppt
diperoleh bahwa pada 15 menit pertama berenang aktif dan mengeluarkan feses,
pada 15 menit kedua berenang aktif diatas permukaan dan pada 15 menit ketiga
berenang aktif diatas permukaan dan membutuhkan oksigen.
Hal ini dikarenakan ikan nila mampu beradaptasi dengan lingkungan
yang salinitas 0 ppt dan terhadap perubahan air, ia dapat hidup di air tawar dan
di air payau karena ikan nila habitatnya ada yang disungai, danau, dan
payau (Ghufran, 2010)
Air Payau (10 ppt)
Berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan ormoregulasi dengan
sampel ikan nila Oreocromis niloticus yang dimasukkan kedalam air tawar 10 ppt
17. diperoleh bahwa pada 15 menit pertama berenang aktif dan mengeluarkan feses,
pada 15 menit kedua masih beranang aktif dan mengeluarkan lebih banyak feses
dan pada 15 mneit ketiga Pergerakan mulai pasif dan menguap-guap.
Hal ini menunjukkan bahwa organisme ini dapat hidup dan bertahan pada
air dan salinitas 10 ppt, sehingga ikan air payau bila memasuki daerah estuaria
yang memiliki kadar garam sama dengan plasma darah ikan, maka semua
organ-organ akan menurun aktifitasnya sehingga ikan ini mampu beradaptasi
dengan lingkungan baru (Fujaya, 2004)
Air Payau (20 ppt)
Berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan ormoregulasi dengan
sampel ikan nila Oreocromis niloticus yang dimasukkan kedalam air tawar 20 ppt
diperoleh bahwa pada 15 menit pertama berenang aktif dan naik kepermukaan,
pada 15 menit kedua Pergerakan mulai pasif dan tetap berada di permukaan dan
pada 15 menit ketiga Masih berada dipermukaan sambil menguap-nguap.
Hal ini menunjukkan bahwa, ikan nila masih tidak mengalami hambatan
mengenai perubahan salinitas karena ikan nila termasuk eurihaline yiatu sifat
organisme yang mampu mentolerir perubahan salinitas (Ghufran, 2010)
Air Laut 30 (ppt)
Berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan ormoregulasi dengan
sampel ikan nila Oreocromis niloticus yang dimasukkan kedalam air tawar 30 ppt
diperoleh bahwa pada 15 menit pertama Pergerakan pasif berada didasar air,
pada 15 menit kedua Masih berenang pasif berada didasar air dan pada 15
menit ketiga Mulai melemah dan pergerakan tidak normal hal ini menyebab kan
bahwa ikan nila pada salinitas 30 ppt tidak mampu beradapatasi karena habitat
asli ikan nila itu di air payau.
18. Teleostei potadrom (ikan air tawar) yang bersifat hiperosmotik terhadap
lingkungannya, menyebabkan air bergerak masuk kedalam tubuh dan ion-ion
keluar kelingkungan dengan cara difusi. Untuk menjaga keseimbangan cairan
tubuhnya, teleostei potadrom berosmoregulasi dengan cara minum sedikit atau
tidak minum sama sekali. Kelebihan air dalam tubuhnya dapat mengurangi
dengan cara membuangnya dalam bentuk urin (Fujaya, 2004).
Ikan Mas Koki (Carrasius auratus).
Air tawar (0 ppt)
Berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan osmoregulasi dengan
sampel ikan mas koki Carrsius auratus yang dimasukkan ke dalam air tawar (0
ppt) dapat diperoleh bahwa pada 15 menit pertama pergerakan ikan aktif didasar
air, pada 15 menit kadua ikan mas koki masih bergerak dengan aktif dan
mengeluarkan feses, dan pada 15 menit ketiga tingkah laku ikan masih normal
dan pergerakan aktif dan stabil di dasar.
Poses Osmoregulasi pada ikan mas koki berjalan dengan normal dan terjadi
keseimbangan antara subtansi tnubuh dan lingkungannya serta habitat asli ikan
mas koki memang diair tawar dan dapat disimpulkan bahwa salinitas 0 ppt itu
cocok untuk habitat ikan mas koki.
Hal ini sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa teleostei air tawar
bersifat hiprosmotik terhadap lingkungannya, menyebabkan air bergerak masuk
ke dalam tubuh dan ion-ion keluar ke lingkungan dengan cara
difusi (Fujaya, 2008).
Air Payau (10 ppt)
Berdasarkan hasil pengamatan tingkah laku yang telah dilakukan pada
salinitas 10 ppt, pada 15 menit pertama ikan mas koki berenang aktif di
19. permukaan, 15 menit kedua pergerakan mulai pasif dan mengeluarkan feses,
dan 15 menit ketiga Pergerakan mulai lambat dipermukaan dan mengalami
stress. Pada keadaan ini, ikan mas koki tidak dapat mentolerir perubahan
salinitas. Sehingga ikan mas koki termasuk stenohaline yaitu sifat
organisme yang kemampuannya terbatas dalam mentolerir perubahan salinitas.
Hal ini sesuai bahwa ikan air tawar bersifat hiperosmotik terhadap
lingkungannya, menyebabkan air bergerak masuk ke dalam tubuh dan ion-ion
keluar ke lingkungan dengan cara difusi. Untuk mengimbangi kekurangan ion-ion
dalam tubuh, maka ikan membutuhkan oksigen dengan cara mengambil di udara
agar pergerakan darah yang membawa ion-ion dalam tubuh dapat berjalan
lancar (Fujaya,2004).
Air Payau (20 ppt)
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada salinitas 20 ppt, pada 15
menit pertama Pergerakan sangat cepat dan gesit, 15 menit kedua Masih
berenang cepat dan mengeluarkan feses., dan pada 15 menit ketiga
Pergerakannya mulai pasif dan tidak tenang. Hal ini terjadi karena tidak ikan mas
koki tidak dapat mentolerir perubahan salinitas yang semakin meningkat .
Untuk menjaga keseimbangan cairan tubuhnya, teleostei potadrom
berosmoregulasi dengan cara minum sedikit atau tidak minum sama sekali dan
akan memproduksi sejumlah urine sehingga dapat menyebabkan dehidrasi
(Fujaya, 2004).
Air Laut (30 ppt)
Berdasarkan pengamatan tingkah laku yang telah dilakukan pada salinitas
30 ppt, pada 15 menit pertama berenang sangat lambat dipermukaan, 15 menit
kedua 2 ekor mengapung di atas permukaan dan tidak stabil, 1 ekor ikan mati,
20. dan pada 15 menit ketiga Ketiga ikan ekor mati. Warna air semakin menjadi
keruh.
Hal ini disebab kan ikan-ikan potadrom (ikan air tawar) yang bersifat
hiperosmotik terhadap lingkungannya, menyebabkan air bergerak masuk
kedalam tubuh dan ion-ion keluar ke lingkungan dengan cara difusi. Untuk
menjaga keseimbangan cairan tubuhnya, teleostei potadrom berosmoregulasi
dengan cara minum sedikit atau tidak minum sama sekali. Kelebihan
air dalam tubuhnya dapat mengurangi dengan cara membuangnya dalam
bentuk urin (Fujaya, 2004).
Ikan Giru (Amphiprion lamprichii)
Air Tawar (0 ppt)
Berdasarkan pengamatan tingkah laku yang telah dilakukan pada
salinitas 0 ppt, pada 15 menit pertama bereang aktif di permukaan, pada 15
menit telah mengalami kematian.
Hal ini menandakan bahwa ikan nemo pada dasarnya itu memiliki daya
tahan tubuh lebih tinggi karena ikan nemo lebih banyak mengeluarkan air dari
kulitnya dan mampu menyerap garam-garam masuk kedalam tubuhnya melalui
proses difusi (Fujaya, 2008).
Air Payau (10 ppt)
Berdasarkan pengamatan tingkah laku yang telah dilakukan pada
salinitas 10 ppt, pada 15 menit pertama berenang aktif didasar, pada 15 menit
kedua berenang aktif dsn mulai naik ke permukaan dan pada 15 menit ketiga
Berenang sedikit lambat dan mulai stres.
21. Hal ini terjadi karena cairan tubuh secara alami akan mengalir dari dalam
tubuh ikan air laut sehingga ikan air laut mengeluarkan garam garam dari kulit
dan masuk melalui mulutnya.
Air Payau (20 ppt)
Berdasarkan pengamatan tingkah laku yang telah dilakukan pada
salinitas 20 ppt, pada 15 menit pertama pergerakannya cepat dan gesit, pada 15
menit kedua berenang aktif didasar dan pada 15 menit ketiga Tetap berenang
aktif didasar dan stabil.Hal ini terjadi karena ikan nemo dapat beradaptasi
dengan cepat dengan lingkungan yang baru dan salinitas 20 ppt sudah cukup[
baik untuk ikan nemo.
Air Laut (30 ppt)
Berdasarkan pengamatan tingkah laku yang telah dilakukan pada
salinitas 20 ppt, pada 15 menit bergerak aktif di dasar air dan pergerakan stabil,
pada 15 menit kedua Bergerak aktif dan stabil dan pada 15 menit ketiga Masih
bergerak aktif didasar air dan tetap stabil. Hal ini terjadi karena ikan nemo pada
habitatnya diair laut, sehingga ikan nemo mampu bertahan di air laut dan memliki
daya tahan tubuh yang baik untuk beradaptasi. Air laut mengandung garam yang
lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan garam yang ada dalam tubuh ikan.
Sebagai hasilnya, garam cenderung masuk ke tubuh ikan. Sehingga ikan harus
menggunakan ginjalnya serta pompa ionnya untuk mengeluarkan kelebihan
garam (Lantu, 2010).
22. V. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil Praktikum Fisiologi mengenai osmoregulasi dapat di simpulkan
bahwa pada setiap ikan memiliki habitat yang berbeda, terutama pada salinitas,
dan pada ikan mas koki hidup pada air tawar yang memiliki salinitas 10 ppt, dan
ika nila hidup pada air tawar dan air payau dengan salinitas 10 – 20 ppt, dan
pada ikan giru hidup pada air laut yang memiliki salinitas 30 ppt.
Saran
Saran untuk laboratorium sebaiknya alat yang digunakan pada
laboratorium lebih mewadahi dalam melakukan praktikum.
Saran untuk asisten sebaiknya lebih konsisten dalam melakukan
asistensi, supaya praktikan juga tidak bingung.
23. DAFTAR PUSTAKA
Arie, Usnie. 2009. Pembenihan dan pembesaran Nila Gift. Penebar Swadaya. Jakarta.
Aksara. 2012. Memelihara Ikan Mas Koki Dalam Akuarium. CV. Karya Mandiri Utama.
Makassar.
Amri dan Khairuman. 2003. Budidaya Ikan Nila. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta
Dewantoro, Endro. 2013. Budidaya dan Bisnis Ikan Nila untuk Pemula. PT. Rineka
Cipta. Jakarta.
Deviana, Santi dan Soedarso 2011. Untung Besar Budidaya Guramih, Nila dan Lele.
Pinang Merah, Jakarta.
Farida G.S. 2012. Ikhtiologi fungsional anatomi ikan. Laboratorium Biologi Perikanan
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Fujaya, yushinta. 2004. Fisiologi ikan dasar pengembagan teknologi perikanan;
penginderaan. PT. Rineka cipta. Jakarta.
Ghufran, Kordi 2010. Budidaya Ikan Nila di Kolam Terpal. Lily Publisher. Yogyakarta
Susanto, Heru. 2004. Ikan hias Air Laut. Penerbit Swadaya. Jakarta
Pratiw. Inarita. 2008. Teknik Cerdas Budidaya Ikan Mas. Pustaka Baru Press.
Yogyakarta