SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
SISTEM KESETIMBANGAN GAYA
Asrul, Feby Aulia Marsida, Iswan, (*Nurfitriani
Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Geografi Fakultas MIPA
Universitas Negeri Makassar
Abstrak.Telah dilakukan praktikum Sistem Kesetimbangan Gaya. Praktikum bertujuan
untukdapat mengetahui kondisi-kondisi kesetimbangan statis pada sistem tuas dua lengan dan
menentukan momen gaya sistem tuas dua lengan berdasarkan prinsip kesetimbangan. Praktikum
ini dilakukan dengan mengamati 5 kondisi yang berbeda. Dari kelima hasil pengamatan yang
dilakukan, hanya 1 kondisi yang didapatkan hasil didapatkan hasil yang hampir mendekati teori
∑τ = 0. Artinya, pada percobaan ini, terdapat beberapa kesalahan. Diantaranya adalah tidak
seimbangnya tuas sehingga menyebabkan adanya sudut yang terbentuk pada tuas yang bertindak
sebagai lengan gaya. Kemudian juga adanya kerusakan alat, yaitu pada tuas sehingga
menyebabkan kesalahan pengamatan dalam mengukur gaya.
Kata Kunci : kesetimbangan gaya, keseimbangan statis, momen gaya, prinsip
kesetimbangan
Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara menyelidiki kondisi-kondisi kesetimbangan statis pada
sistem dua lengan?
2. Bagaimana menentukan momen gaya sistem tuas dua lengan berdasarkan
prinsip kesetimbangan?
Tujuan Eksperimen
1. Menyelidiki kondisi-kondisi kesetimbangan statis pada dua lengan.
2. Menentukan momen gaya sistem tuas dua lengan berdasarkan prinsip
kesetimbangan.
Teori Singkat
Benda-benda dalam pengalaman kita palig tidak memiliki satu gaya yang
bekerja pada mereka (gravitasi), dan jika benda-bendatersebut dalam keadaan
diam, maka pasti ada gaya lainyang juga bekerja sehingga gaya total menjadi nol.
Sebuah benda diam di atas meja, misalnya, mempunyai dua gaya yang bekerja
padanya, gaya gravitasi ke bawah dan gaya normal yang diberikan meja ke atas
pada benda tersebut. Karena gaya total nol, gaya ke atas yang diberikan oleh meja
harus sama besarnyadengan gaya gravitasi yang bekerja ke bawah. Benda seperti
itu dikatakan berada dalam keadaan setimbang (equilibrium: bahasa latin untu
“gaya-gaya yang sama” atau “kesetimbangan”) di bawah pengaruh kedua gaya ini.
Ada 2 jenis kesetimbangan yaitu, kesetimbangan statis dan kesetimbangan
dinamis. Kesetimbangan statis adalah kesetimbangan ketika benda diam.
Sedangkan kesetimbangan dinamis adalah kesetimbangan ketika benda bergerak
dengan kecepatan tetap. Pada praktikum kali ini, hanya kesetimbangan statis yang
diuji.
Syarat kesetimbangan statis ada dua yaitu:
1. Agar sebuah benda diam, jumlah gaya yang bekerja padanya harus
sama dengan nol
ΣFx = 0, ΣFy = 0, ΣFz = 0
2. Syarat kedua adalah jumlah momen gayanya sama dengan nol
Στ = 0
Metode Eksperimen
Alat Dan Bahan
1. Alat
a. Dasar statif
b. Kaki statif
c. Batang statif pendek
d. Batang statif panjang
e. Balok pendukung
f. Neraca pegas 1,5 N
g. Steker poros
h. Tuas
2. Bahan
Beban 50 gram
Identifikasi Variabel
1) Variable Terukur : gaya pada pegas, jarak beban dan pegas dari rotasi pusat
2) Variabel Terhitung : jumlah torsi yang bekerja
Definisi Operasional Variabel
1. Gaya adalah
2. Jarak adalah panjang lintasan dari C ke A ataupun A ke B dengan lambang
besaran x yang diukur menggunakan mistar dengan satuan cm.
3.
Prosedur Kerja
Merangkai alat
1. Sediakan alat dan bahan
2. Pasang steker poros pada ujung atas batang statif pendek
3. Pasang tuas pada steker poros dan aturlah keseimbangannya agar anak
panah tepat menunjuk vertical ke bawah.
Kegiatan laboratorium
1. Pasanglah beban m1pada posisi 4 (6 cm dari pusat tuas) dan beban m2pada
posisi 10 (15 cm dari pusat tuas) masing-masing di sebelah kanan titik
pusat tuas. Catat masing-masing panjang lengan beban sebagai L1dan L2.
Catatan : m1hanya satu beban 50 gram sedangkan m2 berupa dua beban 50
gram.
2. Pasang neraca pegas pada posisi 10 (15 cm dari pusat tuas) di sebelah kiri
titik pusat tuas. Catat sebagai panjang lengan gaya Lf.
3. Tarik neraca pegas hingga terjadi kesetimbangan dan bacalah besarnya
gaya (F) pada neraca tersebut.
4. Ulangi langkah 1 sampai 3 dengan posisi m1, m2, dan neraca pegas yang
berbeda hingga 5 kali.
Hasil Eksperimen Dan Analisis Data
1. Hasil Eksperimen
W1 =| 50,350+0,005| gram
W2 =|100,250+0,005| gram
Tabel Hasil Pengamatan
No. Urut
Kegiatan
1 2 3 4 5
Lengan Beban
1 (L1)cm
|6,00+0,05| |7,50+0,05| |9,00+0,05| |4,30+0,05| |3,00+0,05|
Lengan Beban
2 (L2)cm
|15,00+0,05| |13,50+0,05| |12,00+0,05| |12,00+0,05| |9,00+0,05|
Lengan Gaya
3 (Lf)cm
|15,00+0,05| |15,00+0,05| |13,50+0,05| |9,00+0,05| |12,00+0,05|
Gaya Pegas
(F),N
|1,50+0,05| |1,10+0,05| |1,0+0,05| |1,40+0,05| |0,70+0,05|
2. Analisis Data
NST Neraca pegas =
1,5 𝑁
15
= 0,1 N
NST Mistar = 0,1 cm = 1.10-3 m
∆F =
NST
2
=
0,1
2
= 5.10−2
∆r =
NST
2
=
1.10−3
2
= 5.10−4
1. Kondisi 1
a) Torsi di lengan kanan
 Beban 1
F1= 0,5 N r1= 6 cm = 6.10-2 m
τ1 = F1 × r1
= 0,5 N × 6.10-2 m
= 3.10-2 Nm
τ1 = F1 × r1
dτ1 =
∂τ1
∂F1
dF +
∂τ1
𝜕𝑟1
dr
dτ1 =
∂(F1.r1)
∂F1
dF +
∂(F1.r1)
∂r1
dr
dτ1
τ1
=
r1dF + F1dr
F1. r1
dτ1
τ1
=
dF
F1
+
dr
r1
dτ1 =|
dF
F1
+
dr
r1
|τ1
∆τ1= |
∆F
F1
+
∆r
r1
|τ1
= |
0,05
0,5
+
5.10−4
6.10−2| 3.10−2
Nm
= 0,325.10-2 Nm
KR =
∆τ1
τ1
× 100% =
0,325 .10−2
3.10−2 × 100% = 11 %
Jumlah Angka Berarti (AB) = 1 − log KR
= 1 − log0,11
= 1 − (-0,96)
= 1 + 1
= 2
τ1 = [ τ1 ± Δτ1 ] = [3,0.± 0,3] 10-2 Nm
 Beban 2
F2= 0,95 N r2= 15 cm = 15.10-2 m
τ2 = F2 × r2
= 0,95 N × 15.10-2 m
=14,25.10-2 Nm
τ2 = F2 × r2
dτ2 =
∂τ
∂F2
dF +
∂τ
𝜕𝑟2
dr
dτ2 =
∂(F2.r2)
∂F2
dF +
∂(F2.r2 )
∂r2
dr
dτ2
τ2
=
r2dF + F2dr
F2.r2
dτ2
τ2
=
dF
F2
+
dr
r2
dτ2 =|
dF
F2
+
dr
r2
| τ2
∆τ2= |
∆F
F2
+
∆r
r2
| τ2
= |
0,05
0,95
+
5.10−4
15 .10−2| 14,25.10−2
Nm
= 0,798.10-2 Nm
KR =
∆τ2
τ2
× 100% =
0,798.10−2
14,25.10−2 × 100% = 5,6 %
Jumlah Angka Berarti (AB)= 3
τ2 = [ τ2± Δτ2 ] = [14,3 ± 0,8] 10-2 Nm
∑τ = τ1 +τ2
= [3,0. ± 0,3] 10-2 Nm + [14,3 ± 0,8] 10-2 Nm
= [ 17,3 ± 1,1] 10-2 Nm
b) Torsi di lengan kiri
F = 1,15 N rF= 15 cm = 15.10-2m
τF = F × rF
= 1,15 N × 15.10-2 m
= 17,25.10-2 Nm
τF = F × rF
dτF =
∂τ
∂F
dF +
∂τ
∂rF
dr
dτF =
∂(F.rF)
∂F
dF +
∂(F.rF)
∂rF
dr
dτF
τF
=
rFdF + Fdr
F. rF
dτF
τF
=
dF
F
+
dr
rF
dτF =|
dF
F
+
dr
rF
| τF
∆τF= |
∆F
F
+
∆r
rF
| τF
= |
5.10−2
1,15
+
5.10−4
15.10−2| 17,25.10−2
Nm
=0,8.10-2 Nm
KR =
∆τF
τF
× 100% =
0,8.10−2
17,25.10−2 × 100% = 4,6 %
Jumlah Angka Berarti (AB) = 3 AB
τF = [ τF± ∆τF] = [17,3± 0,8] 10-2 Nm
Secara teori jumlah torsi di lengan kanan harus sama dengan
jumlah torsi di lengan kiri atau selisih diantara keduanya harus sama
dengan nol untuk mencapai kondisi seimbang.
∑τkanan - ∑τkiri = [ 17,3 ± 1,1] 10-2 Nm - [17,3± 0,8] 10-2 Nm = [0 ± 2,3] 10-
2 Nm
 Kondisi 2
c) Torsi di lengan kanan
 Beban 1
F1= 0,5 N r1= 3 cm = 3.10-2 m
τ1 = F1 × r1
= 0,5 N × 3.10-2 m
= 1,5.10-2 Nm
∆τ1= |
∆F
F1
+
∆r
r1
|τ1
= |
5.10−2
0,5
+
5.10−4
3.10−2|1,5.10−2
Nm
= 0,175.10-2 Nm
KR =
∆τ1
τ1
× 100% =
0,175 .10−2
1,5.10−2 × 100% = 11,7 %
Jumlah Angka Berarti (AB) = 1 − log KR
= 1 − log0,117
= 1 − (-0,93)
= 1 + 1
= 2
τ1 = [ τ1 ± Δτ1 ] = [1,5± 0,2] 10-2 Nm
 Beban 2
F2= 0,95 N r2= 12 cm = 12.10-2m
τ2 = F2 × r2
= 0,95 N × 12.10-2 m
=11,4.10-2 Nm
∆τ2= |
∆F
F2
+
∆r
r2
| τ2
= |
5.10−2
0,95
+
5.10−4
12.10−2| 11,4.10−2
Nm
= 0,648.10-2 Nm
KR =
∆τ2
τ2
× 100% =
0,648 .10−2
11,4.10−2 × 100% = 5,7 %
Jumlah Angka Berarti (AB)= 3
τ2 = [ τ2± Δτ2 ] = [11,4± 0,6] 10-2 Nm
∑τ = τ1 +τ2
= [1,5 ± 0,2] 10-2 Nm + [11,4± 0,6] 10-2 Nm
= [12,9 ± 0,8] 10-2 Nm
d) Torsi di lengan kiri
F = 1,4 N rF = 9 cm = 9.10-2 m
τF = F × rF
= 1,4 N × 9.10-2 m
= 12,6.10-2 Nm
∆τF= |
∆F
F
+
∆r
rF
| τF
= |
5.10−2
1,4
+
5.10−4
9.10−2| 12,6.10−2
Nm
= 0,52.10-2 Nm
KR =
∆τF
τF
× 100% =
0,52.10−2
12,6.10−2 × 100% = 4 %
Jumlah Angka Berarti (AB) = 3 AB
τF = [ τF± ∆τF] = [12,6± 0,5] 10-2 Nm
∑τkanan - ∑τkiri = [12,9 ± 0,8] 10-2 Nm - [12,6 ± 0,5] 10-2 Nm
= [0,3 ± 1,3] 10-2 Nm
 Kondisi 3
e) Torsi di lengan kanan
 Beban 1
F1= 0,5 N r1= 6 cm = 6.10-2 m
τ1 = F1 × r1
= 0,5 N × 6.10-2 m
= 3.10-2 Nm
∆τ1= |
∆F
F1
+
∆r
r1
|τ1
= |
5.10−2
0,5
+
5.10−4
6.10−2| 3.10−2
Nm
= 0,325.10-2 Nm
KR =
∆τ1
τ1
× 100% =
0,325.10−2
3.10−2 × 100% = 11 %
Jumlah Angka Berarti (AB) = 1 − logKR
= 1 − log0,11
= 1 − (-0,96)
= 1 + 1
= 2
τ1 = [ τ1 ± Δτ1 ] = [3,0 ± 0,3] 10-2 Nm
 Beban 2
F2= 0,95 N r2= 9 cm = 9.10-2m
τ2 = F2 × r2
= 0,95 N × 9.10-2 m
= 8,55.10-2 Nm
∆τ2= |
∆F
F2
+
∆r
r2
| τ2
= |
5.10−2
0,95
+
5.10−4
9.10−2| 8,55.10−2
Nm
= 0,498.10-2 Nm
KR =
∆τ2
τ2
× 100% =
0,498.10−2
8,55.10−2 × 100% = 5,8 %
Jumlah Angka Berarti (AB)= 3
τ2 = [ τ2± Δτ2] = [8,55± 0,50] 10-2 Nm
∑τ = τ1 +τ2
= [3,0 ± 0,3] 10-2 Nm + [8,55± 0,50] 10-2 Nm
= [11,6 ± 0,8] 10-2 Nm
f) Torsi di lengan kiri
F = 0,65 N rF= 18 cm = 18.10-2m
τF = F × rF
= 0,65 N × 18.10-2 m
= 11,7.10-2 Nm
∆τF= |
∆F
F
+
∆r
rF
| τF
= |
5.10−2
0,65
+
5.10−4
18.10−2| 11,7.10−2
Nm
= 0,933.10-2 Nm
KR =
∆τF
τF
× 100% =
0,933.10−2
11,7.10−2 × 100% = 8 %
Jumlah Angka Berarti (AB) = 2 AB
τF = [ τF± ∆τF] = [12 ± 1] 10-2 Nm
∑τkanan - ∑τkiri = [11,6 ± 0,8] 10-2 Nm - [12 ± 1] 10-2 Nm
= [-0,4 ± 2] 10-2 Nm
 Kondisi 4
g) Torsi di lengan kanan
 Beban 1
F1= 0,5 N r1= 9 cm = 9.10-2m
τ1 = F1 × r1
= 0,5 N × 9.10-2 m
= 4,5.10-2 Nm
∆τ1= |
∆F
F1
+
∆r
r1
| τ1
= |
5.10−2
0,5
+
5.10−4
9.10−2 |4,5.10−2
Nm
= 0,475.10-2 Nm
KR =
∆τ1
τ1
× 100% =
0,475.10−2
4,5.10−2 × 100% = 10,6 %
Jumlah Angka Berarti (AB) = 1 − logKR
= 1 − log0,106
= 1 − (-0,97)
= 1 + 1
= 2
τ1 = [ τ1 ± Δτ1 ] = [4,5 ± 0,5] 10-2 Nm
 Beban 2
F2= 0,95 N r2= 12 cm = 12.10-2 m
τ2 = F2 × r2
= 0,95 N × 12.10-2 m
= 11,4.10-2 Nm
∆τ2= |
∆F
F2
+
∆r
r2
| τ2
= |
5.10−2
0,95
+
5.10−4
12.10−2| 11,4.10−2
Nm
= 0,648.10-2 Nm
KR =
∆τ2
τ2
× 100% =
0,648.10−2
11,4.10 −2 × 100% = 5,7 %
Jumlah Angka Berarti (AB)= 3
τ2 = [ τ2± Δτ2] = [11,4 ± 0,6] 10-2 Nm
∑τ = τ1 +τ2
= [4,5 ± 0,5] 10-2 Nm + [11,4 ± 0,6] 10-2 Nm
= [15,9 ± 1,1] 10-2 Nm
h) Torsi di lengan kiri
F = 1,3 N rF = 12 cm = 12.10-2m
τF = F × rF
= 1,3 N × 12.10-2 m
= 15,6.10-2 Nm
∆τF= |
∆F
F
+
∆r
rF
| τF
= |
5.10−2
1,3
+
5.10−4
12.10−2| 15,6.10−2
Nm
= 0,665.10-2 Nm
KR =
∆τF
τF
× 100% =
0,655.10−2
15,6.10−2 × 100% = 4,3 %
Jumlah Angka Berarti (AB) = 3 AB
τF = [ τF± ∆τF] = [15,6± 0,7] 10-2 Nm
∑τkanan - ∑τkiri = [15,9 ± 1,1] 10-2 Nm - [15,6 ± 0,7] 10-2 Nm
= [0,3 ± 1,8] 10-2 Nm
 Kondisi 5
i) Torsi di lengan kanan
 Beban 1
F1= 0,5 N r1= 4,5 cm = 4,5.10-2m
τ1 = F1 × r1
= 0,5 N × 4,5.10-2 m
= 2,25.10-2 Nm
∆τ1= |
∆F
F1
+
∆r
r1
| τ1
= |
5.10−2
0,5
+
5.10−4
4,5.10−2 |2,25.10−2
Nm
= 0,25.10-2 Nm
KR =
∆τ1
τ1
× 100% =
0,25.10−2
2,25.10−2 × 100% = 11 %
Jumlah Angka Berarti (AB) = 1 − logKR
= 1 − log0,11
= 1 − (-0,96)
= 1 + 1
= 2
τ1 = [ τ1 ± Δτ1 ] = [2,3 ± 0,6] 10-2 Nm
 Beban 2
F2= 0,95 N r2= 9 cm = 9.10-2m
τ2 = F2 × r2
= 0,95 N × 9.10-2 m
= 8,55.10-2 Nm
∆τ2= |
∆F
F2
+
∆r
r2
| τ2
= |
5.10−2
0,95
+
5.10−4
9.10−2| 8,55.10−2
Nm
= 0,498.10-2 Nm
KR =
∆τ2
τ2
× 100% =
0,498.10−2
8,55.10−2 × 100% = 5,8 %
Jumlah Angka Berarti (AB)= 3
τ2 = [ τ2± Δτ2] = [8,55± 0,50] 10-2 Nm
∑τ = τ1 +τ2
= [2,3 ± 0,6] 10-2 Nm + [8,55± 0,50] 10-2 Nm
= [10,9 ± 1,1] 10-2Nm
j) Torsi di lengan kiri
F = 1N rF= 10,5 cm = 10,5.10-2m
τF = F × rF
= 1 N × 10,5.10-2 m
= 10,5.10-2 Nm
∆τF= |
∆F
F
+
∆r
rF
| τF
= |
5.10−2
1
+
5.10−4
10,5.10−2|10,5.10−2
Nm
= 0,575.10-2 Nm
KR =
∆τF
τF
× 100% =
0,575.10−2
10,5.10−2 × 100% = 5,5 %
Jumlah Angka Berarti (AB) = 3 AB
τF = [ τF± ∆τF] = [10,5± 0,6] 10-2 Nm
∑τkanan - ∑τkiri = [10,9 ± 1,1] 10-2Nm - [10,5± 0,6] 10-2 Nm
= [0,4 ± 1,7] 10-2 Nm
PEMBAHASAN
Pada praktikum yang pengamat lakukan pada sistem kesetimbangan gaya
menggunakan dasar statif, batang statif pendek, neraca pegas 1,5 N, beban 50
gram, steker poros, dan tuas, yang bertujuan untuk menyelidiki kondisi-kondisi
kesetimbangan statis dan menentukan momen gaya sistem dua lengan berdasarkan
prinsip kesetimbangan. Pengamat mengamati 5 kondisi yang berbeda. Berbeda
dalam hal ini adalah Lf, L1, dan L2.
Selanjutnya, pengamat menganalisis semua kondisi dan menemukan
∑τkanan - ∑τkiri yang berbeda. Diantara kelima kondisi tersebut pada kondisi 1
didapatkan hasil yang sama dengan teori Στ = 0.
Tabel Hasil analisis pada setiap kondisi
Kondisi τ di sebelah kanan τ di sebelah kiri ∑τkanan- ∑τkiri
Kondisi 1 [ 17,3 ± 1,1] 10-2 Nm [17,3 ± 0,8] 10-2 Nm [0 ± 2,3] 10-2 Nm
Kondisi 2 [12,9 ± 0,8] 10-2 Nm [12,6 ± 0,5] 10-2 Nm [0,3 ± 1,3] 10-2 Nm
Kondisi 3 [11,6 ± 0,8] 10-2 Nm [12 ± 1] 10-2 Nm [-0,4 ± 2] 10-2 Nm
Kondisi 4 [15,9 ± 1,1] 10-2 Nm [15,6 ± 0,7] 10-2 Nm [0,3 ± 1,8] 10-2 Nm
Kondisi 5 [10,9 ± 1,1] 10-2Nm [10,5± 0,6] 10-2 Nm [0,4 ± 1,7] 10-2 Nm
Keseimbangan adalah suatu kondisi benda dengan resultan gaya dan momen gaya
sama dengan nol. Partikel adalah benda yang ukurannya dapat diabaikan sehingga
dapat digambarkan sebagai suatu titik materi. Suatu partikel disebut dalam
keadaan seimbang bila jumah aljabar gaya-gaya yang bekerja pada pertikel
tersebut sama dengan nol. Syarat keseimbangan partikel adalah F=0. Jika partikel
terletak pada bidang xy maka syarat keseimbangan:
Pada percobaan ini, kami melakukan pengukuran kesetimbangan benda
yang memiliki massa 50 gram. Percobaan dilakkukan sebanyak empat kali dengan
sudut yang berbeda-beda disetiap percobaannya. Besarnya gaya yang bekerja pada
benda diperoleh melaui pembacaan dinamometer yang dipasang pada statif.
Pada percobaan pertama dengan besar sudut A1 = 20o dan A2=20o diperoleh
hasil F1 dan F2 masing-masing 0,25 N. Sehingga diperoleh F1 dan F2 teori
masing-masing 0,26 N. Persentase kesalahan F1 adalah 3,8% dan persentase
kesalahan F2 adalah 3,8%.
Pada percobaan kedua dengan besar sudut A1=30o dan A2=30o, didapat hasil
pembacaan F1 sebesar 0,30 N dan F2 sebesar 0,30 N. Dalam perhitungannya F1
dan F2 teori yang diperoeh sama besar dengan F1 dan F2 hasil pembacaan skala
yaitu 0,30 N. Sehingga persentase kesalahannya adalah nol.
Pada percobaan ketiga dengan besar sudut A1 dan A2 masing-masing 45o,
diperoleh hasil F1 dan F2 yaitu 0,35 N. F1 dan F2 teori yang dihitung mendapat
hasil yang sama yaitu 0,343 N. Sehingga persentase kesalahan untuk masing-
masing F1 dan F2- adalah 2,04%.
Pada percobaan keempat dengan besar sudut A1 = 20o dan A2=30o. Dari hasil
pembacaan skala didapat F1 sebesar 0,25 N dan F2 sebesar 0,30 N. Dari hasil
perhitungan diperoeh F1 teori sebesar 0,32 N dan F2 teori sebesar 0,21 N.
Sehingga didapat persentase kesalahan F1 sebesar 21,8% dan persentase
kesalahan F2 yaitu 42,8%.
Pada percobaan yang telah dilakukan diketahui bahwa persentase kesalahan pada
percobaan keempat cukup besar. Hal ini disebabkan oleh pengamat yang kkurang
teliti dalam meakukan percobaan.
KESIMPULAN
1. Kesetimbangan suatu benda dapat ditinjau dari dua kondisi dimana benda
dikatakan setimbang jika memnuhi kondisi tersebut. Yang pertama adalah
kesetimbangan translasi dimana F yang bekerja pada benda sama dengan
nol atau percepatan liniernya sama dengan nol. Kedua yaitu kesetimbangan
rotasi dimana  yang bekerja sama dengan nol atau percepatan sudutnya
sama dengan nol. Akan tetapi dalam praktikum yang telah dilakukan τ tidak
sama dengan nol dikarenakan adanya kesalahan baik dalam proses
pengukuran maupun dari alat yang digunakan.
Daftar Rujukan
Laboratorium Fisika Dasar FMIPA UNM.2014. Penuntun Praktikum Fisika
Dasar 1. Makassar: Penerbit UNM.
Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Jilid 1 Edisi kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Haliday, David dan Resnick, Robert. 1999. Fisika Jilid 1 Edisi Ketiga
(Terjemahan). Jakarta: Erlangga.

More Related Content

What's hot

2A_11_Nur Azizah_Laporan Akhir Praktikum_Gerak Harmonis Sederhana pada Pegas
2A_11_Nur Azizah_Laporan Akhir Praktikum_Gerak Harmonis Sederhana pada Pegas2A_11_Nur Azizah_Laporan Akhir Praktikum_Gerak Harmonis Sederhana pada Pegas
2A_11_Nur Azizah_Laporan Akhir Praktikum_Gerak Harmonis Sederhana pada PegasNur Azizah
 
Jurnal fisika konstanta pegas
Jurnal fisika konstanta pegasJurnal fisika konstanta pegas
Jurnal fisika konstanta pegasDedew Wijayanti
 
Laporan ayunan sederhana
Laporan ayunan sederhanaLaporan ayunan sederhana
Laporan ayunan sederhanaAdhi Susanto
 
Jurnal Laju Reaksi
Jurnal Laju ReaksiJurnal Laju Reaksi
Jurnal Laju Reaksinurul limsun
 
2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnet
2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnet2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnet
2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnetumammuhammad27
 
Fisika hukum newton
Fisika hukum newtonFisika hukum newton
Fisika hukum newtonSayur Lodeh
 
Laporan fisika dasar (tekanan hidrostatik)
Laporan fisika dasar (tekanan hidrostatik)Laporan fisika dasar (tekanan hidrostatik)
Laporan fisika dasar (tekanan hidrostatik)Rezki Amaliah
 
laporan praktikum termokimia
laporan praktikum termokimialaporan praktikum termokimia
laporan praktikum termokimiawd_amaliah
 
Viskositas zat cair cara stokes
Viskositas zat cair cara stokesViskositas zat cair cara stokes
Viskositas zat cair cara stokesPutri Aulia
 
Ayunan matematis-baru1
Ayunan matematis-baru1Ayunan matematis-baru1
Ayunan matematis-baru1Posoagoes Rom
 
Laporan fisika (bandul)
Laporan fisika (bandul)Laporan fisika (bandul)
Laporan fisika (bandul)Rezki Amaliah
 
Osilasi fisika dasar 1
Osilasi fisika dasar 1Osilasi fisika dasar 1
Osilasi fisika dasar 1RifkaNurbayti
 
Laporan praktikum ghs bandul sederhana
Laporan praktikum ghs bandul sederhanaLaporan praktikum ghs bandul sederhana
Laporan praktikum ghs bandul sederhanaAnnisa Icha
 
1 b 11170163000059_laporan_gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis.
1 b 11170163000059_laporan_gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis.1 b 11170163000059_laporan_gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis.
1 b 11170163000059_laporan_gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis.umammuhammad27
 
1 b 11170163000059_laporan_kalorimeter
1 b 11170163000059_laporan_kalorimeter1 b 11170163000059_laporan_kalorimeter
1 b 11170163000059_laporan_kalorimeterumammuhammad27
 
Laporan fisika dasar gesekan pada bidang miring
Laporan fisika dasar gesekan pada bidang miringLaporan fisika dasar gesekan pada bidang miring
Laporan fisika dasar gesekan pada bidang miringNurul Hanifah
 
Laporan praktikum fisika elastisitas dan hukum hooke
Laporan praktikum fisika elastisitas dan hukum hookeLaporan praktikum fisika elastisitas dan hukum hooke
Laporan praktikum fisika elastisitas dan hukum hookeAdinda Khairunnisa
 

What's hot (20)

2A_11_Nur Azizah_Laporan Akhir Praktikum_Gerak Harmonis Sederhana pada Pegas
2A_11_Nur Azizah_Laporan Akhir Praktikum_Gerak Harmonis Sederhana pada Pegas2A_11_Nur Azizah_Laporan Akhir Praktikum_Gerak Harmonis Sederhana pada Pegas
2A_11_Nur Azizah_Laporan Akhir Praktikum_Gerak Harmonis Sederhana pada Pegas
 
Getaran pegas
Getaran pegasGetaran pegas
Getaran pegas
 
Jurnal fisika konstanta pegas
Jurnal fisika konstanta pegasJurnal fisika konstanta pegas
Jurnal fisika konstanta pegas
 
Laporan ayunan sederhana
Laporan ayunan sederhanaLaporan ayunan sederhana
Laporan ayunan sederhana
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODULUS YOUNG
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODULUS YOUNGLAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODULUS YOUNG
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODULUS YOUNG
 
Jurnal Laju Reaksi
Jurnal Laju ReaksiJurnal Laju Reaksi
Jurnal Laju Reaksi
 
2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnet
2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnet2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnet
2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnet
 
Fisika hukum newton
Fisika hukum newtonFisika hukum newton
Fisika hukum newton
 
Laporan fisika dasar (tekanan hidrostatik)
Laporan fisika dasar (tekanan hidrostatik)Laporan fisika dasar (tekanan hidrostatik)
Laporan fisika dasar (tekanan hidrostatik)
 
laporan praktikum termokimia
laporan praktikum termokimialaporan praktikum termokimia
laporan praktikum termokimia
 
Viskositas zat cair cara stokes
Viskositas zat cair cara stokesViskositas zat cair cara stokes
Viskositas zat cair cara stokes
 
Ayunan matematis-baru1
Ayunan matematis-baru1Ayunan matematis-baru1
Ayunan matematis-baru1
 
Laporan fisika (bandul)
Laporan fisika (bandul)Laporan fisika (bandul)
Laporan fisika (bandul)
 
Osilasi fisika dasar 1
Osilasi fisika dasar 1Osilasi fisika dasar 1
Osilasi fisika dasar 1
 
Laporan praktikum ghs bandul sederhana
Laporan praktikum ghs bandul sederhanaLaporan praktikum ghs bandul sederhana
Laporan praktikum ghs bandul sederhana
 
1 b 11170163000059_laporan_gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis.
1 b 11170163000059_laporan_gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis.1 b 11170163000059_laporan_gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis.
1 b 11170163000059_laporan_gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis.
 
Laporan Fisika - pegas
Laporan Fisika - pegasLaporan Fisika - pegas
Laporan Fisika - pegas
 
1 b 11170163000059_laporan_kalorimeter
1 b 11170163000059_laporan_kalorimeter1 b 11170163000059_laporan_kalorimeter
1 b 11170163000059_laporan_kalorimeter
 
Laporan fisika dasar gesekan pada bidang miring
Laporan fisika dasar gesekan pada bidang miringLaporan fisika dasar gesekan pada bidang miring
Laporan fisika dasar gesekan pada bidang miring
 
Laporan praktikum fisika elastisitas dan hukum hooke
Laporan praktikum fisika elastisitas dan hukum hookeLaporan praktikum fisika elastisitas dan hukum hooke
Laporan praktikum fisika elastisitas dan hukum hooke
 

Similar to SISTEM KESETIMBANGAN

Laporan osilasi harmonik
Laporan osilasi harmonikLaporan osilasi harmonik
Laporan osilasi harmonikFani Diamanti
 
Master mr.mawie
Master mr.mawieMaster mr.mawie
Master mr.mawiesu Herman
 
Pertemuan1 teoriketidakpastian-110920154744-phpapp01
Pertemuan1 teoriketidakpastian-110920154744-phpapp01Pertemuan1 teoriketidakpastian-110920154744-phpapp01
Pertemuan1 teoriketidakpastian-110920154744-phpapp01rozi arrozi
 
FISIKA - AYUNAN SEDERHANA
FISIKA - AYUNAN SEDERHANAFISIKA - AYUNAN SEDERHANA
FISIKA - AYUNAN SEDERHANAPRAMITHA GALUH
 
FISIKA - GETARAN PEGAS
FISIKA - GETARAN PEGASFISIKA - GETARAN PEGAS
FISIKA - GETARAN PEGASPRAMITHA GALUH
 
Laporan praktikum statistika
Laporan praktikum statistikaLaporan praktikum statistika
Laporan praktikum statistikaIqbalRafii
 
Kinematika gerak melingkar
Kinematika gerak melingkarKinematika gerak melingkar
Kinematika gerak melingkaremri3
 
SAINS 1-KUANTITI FIZIK & PENGUKURAN
SAINS 1-KUANTITI FIZIK & PENGUKURANSAINS 1-KUANTITI FIZIK & PENGUKURAN
SAINS 1-KUANTITI FIZIK & PENGUKURANMuhammad Amirul
 
Laporan Tetapan Pegas dab Grafitas
Laporan Tetapan Pegas dab GrafitasLaporan Tetapan Pegas dab Grafitas
Laporan Tetapan Pegas dab GrafitasGGM Spektafest
 
laporan tetap Elastisitas
laporan tetap Elastisitaslaporan tetap Elastisitas
laporan tetap Elastisitasnaila hanin
 
Momen gaya pada benda tidak salig sejajar
Momen gaya pada benda tidak salig sejajarMomen gaya pada benda tidak salig sejajar
Momen gaya pada benda tidak salig sejajarKLOTILDAJENIRITA
 
Praktikum vektor gaya
Praktikum vektor gayaPraktikum vektor gaya
Praktikum vektor gayazarkashie
 
Statistical Analysis With Moving Average
Statistical Analysis With Moving AverageStatistical Analysis With Moving Average
Statistical Analysis With Moving Averagefadhilmahdyrianto1
 

Similar to SISTEM KESETIMBANGAN (20)

Laporan osilasi harmonik
Laporan osilasi harmonikLaporan osilasi harmonik
Laporan osilasi harmonik
 
Master mr.mawie
Master mr.mawieMaster mr.mawie
Master mr.mawie
 
besaran-vektor.ppt
besaran-vektor.pptbesaran-vektor.ppt
besaran-vektor.ppt
 
Pertemuan1 teoriketidakpastian-110920154744-phpapp01
Pertemuan1 teoriketidakpastian-110920154744-phpapp01Pertemuan1 teoriketidakpastian-110920154744-phpapp01
Pertemuan1 teoriketidakpastian-110920154744-phpapp01
 
FISIKA - AYUNAN SEDERHANA
FISIKA - AYUNAN SEDERHANAFISIKA - AYUNAN SEDERHANA
FISIKA - AYUNAN SEDERHANA
 
FISIKA - GETARAN PEGAS
FISIKA - GETARAN PEGASFISIKA - GETARAN PEGAS
FISIKA - GETARAN PEGAS
 
Laporan praktikum statistika
Laporan praktikum statistikaLaporan praktikum statistika
Laporan praktikum statistika
 
Kinematika gerak melingkar
Kinematika gerak melingkarKinematika gerak melingkar
Kinematika gerak melingkar
 
SAINS 1-KUANTITI FIZIK & PENGUKURAN
SAINS 1-KUANTITI FIZIK & PENGUKURANSAINS 1-KUANTITI FIZIK & PENGUKURAN
SAINS 1-KUANTITI FIZIK & PENGUKURAN
 
Laporan Tetapan Pegas dab Grafitas
Laporan Tetapan Pegas dab GrafitasLaporan Tetapan Pegas dab Grafitas
Laporan Tetapan Pegas dab Grafitas
 
laporan tetap Elastisitas
laporan tetap Elastisitaslaporan tetap Elastisitas
laporan tetap Elastisitas
 
Elastisitas pegas
Elastisitas pegasElastisitas pegas
Elastisitas pegas
 
Presentasi Praktikum Fisika Modul GMB
Presentasi Praktikum Fisika Modul GMBPresentasi Praktikum Fisika Modul GMB
Presentasi Praktikum Fisika Modul GMB
 
Percobaan gerak melingkar
Percobaan gerak melingkarPercobaan gerak melingkar
Percobaan gerak melingkar
 
Momen gaya pada benda tidak salig sejajar
Momen gaya pada benda tidak salig sejajarMomen gaya pada benda tidak salig sejajar
Momen gaya pada benda tidak salig sejajar
 
Praktikum vektor gaya
Praktikum vektor gayaPraktikum vektor gaya
Praktikum vektor gaya
 
Power point statistik anava
Power point statistik anavaPower point statistik anava
Power point statistik anava
 
Statistical Analysis With Moving Average
Statistical Analysis With Moving AverageStatistical Analysis With Moving Average
Statistical Analysis With Moving Average
 
Dasar dasar pengetahuan
Dasar dasar pengetahuanDasar dasar pengetahuan
Dasar dasar pengetahuan
 
Penyebaran data
Penyebaran dataPenyebaran data
Penyebaran data
 

Recently uploaded

UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxzidanlbs25
 
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptpertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptAhmadSyajili
 
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiManajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiCristianoRonaldo185977
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxrikosyahputra0173
 
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfAuliaAulia63
 
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxMenggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxImahMagwa
 
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxmariaboisala21
 

Recently uploaded (7)

UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
 
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptpertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
 
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiManajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
 
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
 
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxMenggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
 
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
 

SISTEM KESETIMBANGAN

  • 1. SISTEM KESETIMBANGAN GAYA Asrul, Feby Aulia Marsida, Iswan, (*Nurfitriani Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Geografi Fakultas MIPA Universitas Negeri Makassar Abstrak.Telah dilakukan praktikum Sistem Kesetimbangan Gaya. Praktikum bertujuan untukdapat mengetahui kondisi-kondisi kesetimbangan statis pada sistem tuas dua lengan dan menentukan momen gaya sistem tuas dua lengan berdasarkan prinsip kesetimbangan. Praktikum ini dilakukan dengan mengamati 5 kondisi yang berbeda. Dari kelima hasil pengamatan yang dilakukan, hanya 1 kondisi yang didapatkan hasil didapatkan hasil yang hampir mendekati teori ∑τ = 0. Artinya, pada percobaan ini, terdapat beberapa kesalahan. Diantaranya adalah tidak seimbangnya tuas sehingga menyebabkan adanya sudut yang terbentuk pada tuas yang bertindak sebagai lengan gaya. Kemudian juga adanya kerusakan alat, yaitu pada tuas sehingga menyebabkan kesalahan pengamatan dalam mengukur gaya. Kata Kunci : kesetimbangan gaya, keseimbangan statis, momen gaya, prinsip kesetimbangan Rumusan Masalah 1. Bagaimana cara menyelidiki kondisi-kondisi kesetimbangan statis pada sistem dua lengan? 2. Bagaimana menentukan momen gaya sistem tuas dua lengan berdasarkan prinsip kesetimbangan? Tujuan Eksperimen 1. Menyelidiki kondisi-kondisi kesetimbangan statis pada dua lengan. 2. Menentukan momen gaya sistem tuas dua lengan berdasarkan prinsip kesetimbangan.
  • 2. Teori Singkat Benda-benda dalam pengalaman kita palig tidak memiliki satu gaya yang bekerja pada mereka (gravitasi), dan jika benda-bendatersebut dalam keadaan diam, maka pasti ada gaya lainyang juga bekerja sehingga gaya total menjadi nol. Sebuah benda diam di atas meja, misalnya, mempunyai dua gaya yang bekerja padanya, gaya gravitasi ke bawah dan gaya normal yang diberikan meja ke atas pada benda tersebut. Karena gaya total nol, gaya ke atas yang diberikan oleh meja harus sama besarnyadengan gaya gravitasi yang bekerja ke bawah. Benda seperti itu dikatakan berada dalam keadaan setimbang (equilibrium: bahasa latin untu “gaya-gaya yang sama” atau “kesetimbangan”) di bawah pengaruh kedua gaya ini. Ada 2 jenis kesetimbangan yaitu, kesetimbangan statis dan kesetimbangan dinamis. Kesetimbangan statis adalah kesetimbangan ketika benda diam. Sedangkan kesetimbangan dinamis adalah kesetimbangan ketika benda bergerak dengan kecepatan tetap. Pada praktikum kali ini, hanya kesetimbangan statis yang diuji. Syarat kesetimbangan statis ada dua yaitu: 1. Agar sebuah benda diam, jumlah gaya yang bekerja padanya harus sama dengan nol ΣFx = 0, ΣFy = 0, ΣFz = 0 2. Syarat kedua adalah jumlah momen gayanya sama dengan nol Στ = 0 Metode Eksperimen Alat Dan Bahan 1. Alat a. Dasar statif b. Kaki statif c. Batang statif pendek d. Batang statif panjang e. Balok pendukung f. Neraca pegas 1,5 N g. Steker poros h. Tuas 2. Bahan Beban 50 gram
  • 3. Identifikasi Variabel 1) Variable Terukur : gaya pada pegas, jarak beban dan pegas dari rotasi pusat 2) Variabel Terhitung : jumlah torsi yang bekerja Definisi Operasional Variabel 1. Gaya adalah 2. Jarak adalah panjang lintasan dari C ke A ataupun A ke B dengan lambang besaran x yang diukur menggunakan mistar dengan satuan cm. 3. Prosedur Kerja Merangkai alat 1. Sediakan alat dan bahan 2. Pasang steker poros pada ujung atas batang statif pendek 3. Pasang tuas pada steker poros dan aturlah keseimbangannya agar anak panah tepat menunjuk vertical ke bawah. Kegiatan laboratorium 1. Pasanglah beban m1pada posisi 4 (6 cm dari pusat tuas) dan beban m2pada posisi 10 (15 cm dari pusat tuas) masing-masing di sebelah kanan titik pusat tuas. Catat masing-masing panjang lengan beban sebagai L1dan L2. Catatan : m1hanya satu beban 50 gram sedangkan m2 berupa dua beban 50 gram. 2. Pasang neraca pegas pada posisi 10 (15 cm dari pusat tuas) di sebelah kiri titik pusat tuas. Catat sebagai panjang lengan gaya Lf. 3. Tarik neraca pegas hingga terjadi kesetimbangan dan bacalah besarnya gaya (F) pada neraca tersebut. 4. Ulangi langkah 1 sampai 3 dengan posisi m1, m2, dan neraca pegas yang berbeda hingga 5 kali.
  • 4. Hasil Eksperimen Dan Analisis Data 1. Hasil Eksperimen W1 =| 50,350+0,005| gram W2 =|100,250+0,005| gram Tabel Hasil Pengamatan No. Urut Kegiatan 1 2 3 4 5 Lengan Beban 1 (L1)cm |6,00+0,05| |7,50+0,05| |9,00+0,05| |4,30+0,05| |3,00+0,05| Lengan Beban 2 (L2)cm |15,00+0,05| |13,50+0,05| |12,00+0,05| |12,00+0,05| |9,00+0,05| Lengan Gaya 3 (Lf)cm |15,00+0,05| |15,00+0,05| |13,50+0,05| |9,00+0,05| |12,00+0,05| Gaya Pegas (F),N |1,50+0,05| |1,10+0,05| |1,0+0,05| |1,40+0,05| |0,70+0,05| 2. Analisis Data NST Neraca pegas = 1,5 𝑁 15 = 0,1 N NST Mistar = 0,1 cm = 1.10-3 m ∆F = NST 2 = 0,1 2 = 5.10−2 ∆r = NST 2 = 1.10−3 2 = 5.10−4 1. Kondisi 1
  • 5. a) Torsi di lengan kanan  Beban 1 F1= 0,5 N r1= 6 cm = 6.10-2 m τ1 = F1 × r1 = 0,5 N × 6.10-2 m = 3.10-2 Nm τ1 = F1 × r1 dτ1 = ∂τ1 ∂F1 dF + ∂τ1 𝜕𝑟1 dr dτ1 = ∂(F1.r1) ∂F1 dF + ∂(F1.r1) ∂r1 dr dτ1 τ1 = r1dF + F1dr F1. r1 dτ1 τ1 = dF F1 + dr r1 dτ1 =| dF F1 + dr r1 |τ1 ∆τ1= | ∆F F1 + ∆r r1 |τ1 = | 0,05 0,5 + 5.10−4 6.10−2| 3.10−2 Nm = 0,325.10-2 Nm KR = ∆τ1 τ1 × 100% = 0,325 .10−2 3.10−2 × 100% = 11 % Jumlah Angka Berarti (AB) = 1 − log KR = 1 − log0,11 = 1 − (-0,96)
  • 6. = 1 + 1 = 2 τ1 = [ τ1 ± Δτ1 ] = [3,0.± 0,3] 10-2 Nm  Beban 2 F2= 0,95 N r2= 15 cm = 15.10-2 m τ2 = F2 × r2 = 0,95 N × 15.10-2 m =14,25.10-2 Nm τ2 = F2 × r2 dτ2 = ∂τ ∂F2 dF + ∂τ 𝜕𝑟2 dr dτ2 = ∂(F2.r2) ∂F2 dF + ∂(F2.r2 ) ∂r2 dr dτ2 τ2 = r2dF + F2dr F2.r2 dτ2 τ2 = dF F2 + dr r2 dτ2 =| dF F2 + dr r2 | τ2 ∆τ2= | ∆F F2 + ∆r r2 | τ2 = | 0,05 0,95 + 5.10−4 15 .10−2| 14,25.10−2 Nm = 0,798.10-2 Nm KR = ∆τ2 τ2 × 100% = 0,798.10−2 14,25.10−2 × 100% = 5,6 %
  • 7. Jumlah Angka Berarti (AB)= 3 τ2 = [ τ2± Δτ2 ] = [14,3 ± 0,8] 10-2 Nm ∑τ = τ1 +τ2 = [3,0. ± 0,3] 10-2 Nm + [14,3 ± 0,8] 10-2 Nm = [ 17,3 ± 1,1] 10-2 Nm b) Torsi di lengan kiri F = 1,15 N rF= 15 cm = 15.10-2m τF = F × rF = 1,15 N × 15.10-2 m = 17,25.10-2 Nm τF = F × rF dτF = ∂τ ∂F dF + ∂τ ∂rF dr dτF = ∂(F.rF) ∂F dF + ∂(F.rF) ∂rF dr dτF τF = rFdF + Fdr F. rF dτF τF = dF F + dr rF dτF =| dF F + dr rF | τF ∆τF= | ∆F F + ∆r rF | τF = | 5.10−2 1,15 + 5.10−4 15.10−2| 17,25.10−2 Nm
  • 8. =0,8.10-2 Nm KR = ∆τF τF × 100% = 0,8.10−2 17,25.10−2 × 100% = 4,6 % Jumlah Angka Berarti (AB) = 3 AB τF = [ τF± ∆τF] = [17,3± 0,8] 10-2 Nm Secara teori jumlah torsi di lengan kanan harus sama dengan jumlah torsi di lengan kiri atau selisih diantara keduanya harus sama dengan nol untuk mencapai kondisi seimbang. ∑τkanan - ∑τkiri = [ 17,3 ± 1,1] 10-2 Nm - [17,3± 0,8] 10-2 Nm = [0 ± 2,3] 10- 2 Nm  Kondisi 2 c) Torsi di lengan kanan  Beban 1 F1= 0,5 N r1= 3 cm = 3.10-2 m τ1 = F1 × r1 = 0,5 N × 3.10-2 m = 1,5.10-2 Nm ∆τ1= | ∆F F1 + ∆r r1 |τ1 = | 5.10−2 0,5 + 5.10−4 3.10−2|1,5.10−2 Nm = 0,175.10-2 Nm KR = ∆τ1 τ1 × 100% = 0,175 .10−2 1,5.10−2 × 100% = 11,7 % Jumlah Angka Berarti (AB) = 1 − log KR = 1 − log0,117
  • 9. = 1 − (-0,93) = 1 + 1 = 2 τ1 = [ τ1 ± Δτ1 ] = [1,5± 0,2] 10-2 Nm  Beban 2 F2= 0,95 N r2= 12 cm = 12.10-2m τ2 = F2 × r2 = 0,95 N × 12.10-2 m =11,4.10-2 Nm ∆τ2= | ∆F F2 + ∆r r2 | τ2 = | 5.10−2 0,95 + 5.10−4 12.10−2| 11,4.10−2 Nm = 0,648.10-2 Nm KR = ∆τ2 τ2 × 100% = 0,648 .10−2 11,4.10−2 × 100% = 5,7 % Jumlah Angka Berarti (AB)= 3 τ2 = [ τ2± Δτ2 ] = [11,4± 0,6] 10-2 Nm ∑τ = τ1 +τ2 = [1,5 ± 0,2] 10-2 Nm + [11,4± 0,6] 10-2 Nm = [12,9 ± 0,8] 10-2 Nm d) Torsi di lengan kiri F = 1,4 N rF = 9 cm = 9.10-2 m
  • 10. τF = F × rF = 1,4 N × 9.10-2 m = 12,6.10-2 Nm ∆τF= | ∆F F + ∆r rF | τF = | 5.10−2 1,4 + 5.10−4 9.10−2| 12,6.10−2 Nm = 0,52.10-2 Nm KR = ∆τF τF × 100% = 0,52.10−2 12,6.10−2 × 100% = 4 % Jumlah Angka Berarti (AB) = 3 AB τF = [ τF± ∆τF] = [12,6± 0,5] 10-2 Nm ∑τkanan - ∑τkiri = [12,9 ± 0,8] 10-2 Nm - [12,6 ± 0,5] 10-2 Nm = [0,3 ± 1,3] 10-2 Nm  Kondisi 3 e) Torsi di lengan kanan  Beban 1 F1= 0,5 N r1= 6 cm = 6.10-2 m τ1 = F1 × r1 = 0,5 N × 6.10-2 m = 3.10-2 Nm ∆τ1= | ∆F F1 + ∆r r1 |τ1 = | 5.10−2 0,5 + 5.10−4 6.10−2| 3.10−2 Nm
  • 11. = 0,325.10-2 Nm KR = ∆τ1 τ1 × 100% = 0,325.10−2 3.10−2 × 100% = 11 % Jumlah Angka Berarti (AB) = 1 − logKR = 1 − log0,11 = 1 − (-0,96) = 1 + 1 = 2 τ1 = [ τ1 ± Δτ1 ] = [3,0 ± 0,3] 10-2 Nm  Beban 2 F2= 0,95 N r2= 9 cm = 9.10-2m τ2 = F2 × r2 = 0,95 N × 9.10-2 m = 8,55.10-2 Nm ∆τ2= | ∆F F2 + ∆r r2 | τ2 = | 5.10−2 0,95 + 5.10−4 9.10−2| 8,55.10−2 Nm = 0,498.10-2 Nm KR = ∆τ2 τ2 × 100% = 0,498.10−2 8,55.10−2 × 100% = 5,8 % Jumlah Angka Berarti (AB)= 3 τ2 = [ τ2± Δτ2] = [8,55± 0,50] 10-2 Nm ∑τ = τ1 +τ2
  • 12. = [3,0 ± 0,3] 10-2 Nm + [8,55± 0,50] 10-2 Nm = [11,6 ± 0,8] 10-2 Nm f) Torsi di lengan kiri F = 0,65 N rF= 18 cm = 18.10-2m τF = F × rF = 0,65 N × 18.10-2 m = 11,7.10-2 Nm ∆τF= | ∆F F + ∆r rF | τF = | 5.10−2 0,65 + 5.10−4 18.10−2| 11,7.10−2 Nm = 0,933.10-2 Nm KR = ∆τF τF × 100% = 0,933.10−2 11,7.10−2 × 100% = 8 % Jumlah Angka Berarti (AB) = 2 AB τF = [ τF± ∆τF] = [12 ± 1] 10-2 Nm ∑τkanan - ∑τkiri = [11,6 ± 0,8] 10-2 Nm - [12 ± 1] 10-2 Nm = [-0,4 ± 2] 10-2 Nm  Kondisi 4 g) Torsi di lengan kanan  Beban 1 F1= 0,5 N r1= 9 cm = 9.10-2m τ1 = F1 × r1 = 0,5 N × 9.10-2 m
  • 13. = 4,5.10-2 Nm ∆τ1= | ∆F F1 + ∆r r1 | τ1 = | 5.10−2 0,5 + 5.10−4 9.10−2 |4,5.10−2 Nm = 0,475.10-2 Nm KR = ∆τ1 τ1 × 100% = 0,475.10−2 4,5.10−2 × 100% = 10,6 % Jumlah Angka Berarti (AB) = 1 − logKR = 1 − log0,106 = 1 − (-0,97) = 1 + 1 = 2 τ1 = [ τ1 ± Δτ1 ] = [4,5 ± 0,5] 10-2 Nm  Beban 2 F2= 0,95 N r2= 12 cm = 12.10-2 m τ2 = F2 × r2 = 0,95 N × 12.10-2 m = 11,4.10-2 Nm ∆τ2= | ∆F F2 + ∆r r2 | τ2 = | 5.10−2 0,95 + 5.10−4 12.10−2| 11,4.10−2 Nm = 0,648.10-2 Nm
  • 14. KR = ∆τ2 τ2 × 100% = 0,648.10−2 11,4.10 −2 × 100% = 5,7 % Jumlah Angka Berarti (AB)= 3 τ2 = [ τ2± Δτ2] = [11,4 ± 0,6] 10-2 Nm ∑τ = τ1 +τ2 = [4,5 ± 0,5] 10-2 Nm + [11,4 ± 0,6] 10-2 Nm = [15,9 ± 1,1] 10-2 Nm h) Torsi di lengan kiri F = 1,3 N rF = 12 cm = 12.10-2m τF = F × rF = 1,3 N × 12.10-2 m = 15,6.10-2 Nm ∆τF= | ∆F F + ∆r rF | τF = | 5.10−2 1,3 + 5.10−4 12.10−2| 15,6.10−2 Nm = 0,665.10-2 Nm KR = ∆τF τF × 100% = 0,655.10−2 15,6.10−2 × 100% = 4,3 % Jumlah Angka Berarti (AB) = 3 AB τF = [ τF± ∆τF] = [15,6± 0,7] 10-2 Nm ∑τkanan - ∑τkiri = [15,9 ± 1,1] 10-2 Nm - [15,6 ± 0,7] 10-2 Nm = [0,3 ± 1,8] 10-2 Nm
  • 15.  Kondisi 5 i) Torsi di lengan kanan  Beban 1 F1= 0,5 N r1= 4,5 cm = 4,5.10-2m τ1 = F1 × r1 = 0,5 N × 4,5.10-2 m = 2,25.10-2 Nm ∆τ1= | ∆F F1 + ∆r r1 | τ1 = | 5.10−2 0,5 + 5.10−4 4,5.10−2 |2,25.10−2 Nm = 0,25.10-2 Nm KR = ∆τ1 τ1 × 100% = 0,25.10−2 2,25.10−2 × 100% = 11 % Jumlah Angka Berarti (AB) = 1 − logKR = 1 − log0,11 = 1 − (-0,96) = 1 + 1 = 2 τ1 = [ τ1 ± Δτ1 ] = [2,3 ± 0,6] 10-2 Nm  Beban 2
  • 16. F2= 0,95 N r2= 9 cm = 9.10-2m τ2 = F2 × r2 = 0,95 N × 9.10-2 m = 8,55.10-2 Nm ∆τ2= | ∆F F2 + ∆r r2 | τ2 = | 5.10−2 0,95 + 5.10−4 9.10−2| 8,55.10−2 Nm = 0,498.10-2 Nm KR = ∆τ2 τ2 × 100% = 0,498.10−2 8,55.10−2 × 100% = 5,8 % Jumlah Angka Berarti (AB)= 3 τ2 = [ τ2± Δτ2] = [8,55± 0,50] 10-2 Nm ∑τ = τ1 +τ2 = [2,3 ± 0,6] 10-2 Nm + [8,55± 0,50] 10-2 Nm = [10,9 ± 1,1] 10-2Nm j) Torsi di lengan kiri F = 1N rF= 10,5 cm = 10,5.10-2m τF = F × rF = 1 N × 10,5.10-2 m = 10,5.10-2 Nm ∆τF= | ∆F F + ∆r rF | τF
  • 17. = | 5.10−2 1 + 5.10−4 10,5.10−2|10,5.10−2 Nm = 0,575.10-2 Nm KR = ∆τF τF × 100% = 0,575.10−2 10,5.10−2 × 100% = 5,5 % Jumlah Angka Berarti (AB) = 3 AB τF = [ τF± ∆τF] = [10,5± 0,6] 10-2 Nm ∑τkanan - ∑τkiri = [10,9 ± 1,1] 10-2Nm - [10,5± 0,6] 10-2 Nm = [0,4 ± 1,7] 10-2 Nm PEMBAHASAN Pada praktikum yang pengamat lakukan pada sistem kesetimbangan gaya menggunakan dasar statif, batang statif pendek, neraca pegas 1,5 N, beban 50 gram, steker poros, dan tuas, yang bertujuan untuk menyelidiki kondisi-kondisi kesetimbangan statis dan menentukan momen gaya sistem dua lengan berdasarkan prinsip kesetimbangan. Pengamat mengamati 5 kondisi yang berbeda. Berbeda dalam hal ini adalah Lf, L1, dan L2. Selanjutnya, pengamat menganalisis semua kondisi dan menemukan ∑τkanan - ∑τkiri yang berbeda. Diantara kelima kondisi tersebut pada kondisi 1 didapatkan hasil yang sama dengan teori Στ = 0. Tabel Hasil analisis pada setiap kondisi Kondisi τ di sebelah kanan τ di sebelah kiri ∑τkanan- ∑τkiri Kondisi 1 [ 17,3 ± 1,1] 10-2 Nm [17,3 ± 0,8] 10-2 Nm [0 ± 2,3] 10-2 Nm Kondisi 2 [12,9 ± 0,8] 10-2 Nm [12,6 ± 0,5] 10-2 Nm [0,3 ± 1,3] 10-2 Nm Kondisi 3 [11,6 ± 0,8] 10-2 Nm [12 ± 1] 10-2 Nm [-0,4 ± 2] 10-2 Nm
  • 18. Kondisi 4 [15,9 ± 1,1] 10-2 Nm [15,6 ± 0,7] 10-2 Nm [0,3 ± 1,8] 10-2 Nm Kondisi 5 [10,9 ± 1,1] 10-2Nm [10,5± 0,6] 10-2 Nm [0,4 ± 1,7] 10-2 Nm Keseimbangan adalah suatu kondisi benda dengan resultan gaya dan momen gaya sama dengan nol. Partikel adalah benda yang ukurannya dapat diabaikan sehingga dapat digambarkan sebagai suatu titik materi. Suatu partikel disebut dalam keadaan seimbang bila jumah aljabar gaya-gaya yang bekerja pada pertikel tersebut sama dengan nol. Syarat keseimbangan partikel adalah F=0. Jika partikel terletak pada bidang xy maka syarat keseimbangan: Pada percobaan ini, kami melakukan pengukuran kesetimbangan benda yang memiliki massa 50 gram. Percobaan dilakkukan sebanyak empat kali dengan sudut yang berbeda-beda disetiap percobaannya. Besarnya gaya yang bekerja pada benda diperoleh melaui pembacaan dinamometer yang dipasang pada statif. Pada percobaan pertama dengan besar sudut A1 = 20o dan A2=20o diperoleh hasil F1 dan F2 masing-masing 0,25 N. Sehingga diperoleh F1 dan F2 teori masing-masing 0,26 N. Persentase kesalahan F1 adalah 3,8% dan persentase kesalahan F2 adalah 3,8%. Pada percobaan kedua dengan besar sudut A1=30o dan A2=30o, didapat hasil pembacaan F1 sebesar 0,30 N dan F2 sebesar 0,30 N. Dalam perhitungannya F1 dan F2 teori yang diperoeh sama besar dengan F1 dan F2 hasil pembacaan skala yaitu 0,30 N. Sehingga persentase kesalahannya adalah nol. Pada percobaan ketiga dengan besar sudut A1 dan A2 masing-masing 45o, diperoleh hasil F1 dan F2 yaitu 0,35 N. F1 dan F2 teori yang dihitung mendapat hasil yang sama yaitu 0,343 N. Sehingga persentase kesalahan untuk masing- masing F1 dan F2- adalah 2,04%. Pada percobaan keempat dengan besar sudut A1 = 20o dan A2=30o. Dari hasil pembacaan skala didapat F1 sebesar 0,25 N dan F2 sebesar 0,30 N. Dari hasil perhitungan diperoeh F1 teori sebesar 0,32 N dan F2 teori sebesar 0,21 N.
  • 19. Sehingga didapat persentase kesalahan F1 sebesar 21,8% dan persentase kesalahan F2 yaitu 42,8%. Pada percobaan yang telah dilakukan diketahui bahwa persentase kesalahan pada percobaan keempat cukup besar. Hal ini disebabkan oleh pengamat yang kkurang teliti dalam meakukan percobaan. KESIMPULAN 1. Kesetimbangan suatu benda dapat ditinjau dari dua kondisi dimana benda dikatakan setimbang jika memnuhi kondisi tersebut. Yang pertama adalah kesetimbangan translasi dimana F yang bekerja pada benda sama dengan nol atau percepatan liniernya sama dengan nol. Kedua yaitu kesetimbangan rotasi dimana  yang bekerja sama dengan nol atau percepatan sudutnya sama dengan nol. Akan tetapi dalam praktikum yang telah dilakukan τ tidak sama dengan nol dikarenakan adanya kesalahan baik dalam proses pengukuran maupun dari alat yang digunakan. Daftar Rujukan Laboratorium Fisika Dasar FMIPA UNM.2014. Penuntun Praktikum Fisika Dasar 1. Makassar: Penerbit UNM. Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Jilid 1 Edisi kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga. Haliday, David dan Resnick, Robert. 1999. Fisika Jilid 1 Edisi Ketiga (Terjemahan). Jakarta: Erlangga.