Makalah ini membahas tentang masa keemasan dan kemunduran fiqih. Pada masa keemasan fiqih (abad ke-2 sampai pertengahan abad ke-4 H), semangat ijtihad sangat tinggi di kalangan ulama. Namun pada masa kemunduran fiqih (pertengahan abad ke-7 sampai abad ke-13 H), para ulama lebih banyak memberikan penjelasan terhadap kitab fiqih mazhab tanpa menguraikan tujuan ilmiahnya. Hal ini disebabkan kec
1. i
MAKALAH
MASA KEEMASAN DAN KEMUNDURAN FIQIH
Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Fiqih
Dosen Pengampu : Abdul Hamid Aly, S.Pd,M
Kelompok 3 :
Rakhmah Zaskia Ulfah (21901083001)
Lailatul Mukaromatul Ula (21901083013)
Fadilah Nur Laili (21901083024)
Ahmad Virman Haris (21901083028)
Ainun Rofiq (21901083031)
KELAS 1
PRODI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM
MALANG
2019
3. iii
KATA PENGANTAR
Dengan menyembut nama allah SWT yang maha penyayang, penulis panjatkan puja
dan puji syukur atas kehadirat-nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan lancar dan sukses.
Penulis mengucapkan syukur kepada allah SWT atas limpahan nikmat-nya, baik itu berupa
sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah sebagai tugas dari mata kuliah perbankan syariah.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menyadi
makalah yang baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yamg sebesar-besarnya.
Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat, terimah kasih.
Malang, 26 september 2019
Penulis
4. iv
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.............................................................i
PROFILE PENYUSUN...........................................................ii
KATA PENGANTAR .............................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................. 1
1.3 Tujuan Pembahasan........................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Masa Keemasan Fiqih....................................................................... 2
2.2 Masa Kemunduran Fiqih................................................................... 4
BAB III PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan........................................................................................ 6
3.2 Referensi............................................................................................ 6
5. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sejarah perkembangan pendidikan sebenarnya mengikuti sejarah Islam itu
sendiri. Oleh sebab itu, periodesasi sejarah pendidikan Islam dapat dikatakan berad
adalam periodesasi sejarah Islam itu sendiri. Harun Nasution membagi periodesasi ini
ke dalam periode klasik, pertengahan dan modern. Secara garis besar dari
ketiga periodesasi tersebut dapat diperinci kembali menjadi lima masa yaitu : masa
hidupnya Nabi Muhammad SAW, masa khulafaurrasyidin, masa dinasti
Ummawi, masa dinastiAbbasiyah dan masa dari runtuhnya Baghdad sampai sekarang.
Mempelajari sejarah pendidikan islam amat penting, terutama bagi pelajar-
pelajar agama islam dan pemimpin-pemimpin agama islam. Dengan mempelajarai
sejarah pendidikan islam kita dapat mengetahui sebab kemajuan dan kemunduran islam
baik dari cara didikannya maupun cara ajarannya. Khususnya pendidikan islam pada
zaman Nabi Muhammad SAW.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Faktor penyebab perkembangan pesat fiqih
2. Munculnya madzhab-madzhab fiqih
3. Kecenderungan bertaqlid dikalangan fuqaha
4. Munculnya asumsi bahwa pintu ijtihad telah ditutup
C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Mengetahui faktor penyebab perkembangan dan munculnya madzhab fiqih
2. Paham akan bertaqlid dan munculnya asumsi ijtihad
6. 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 MASA KEEMASAN FIQIH
Periode ini di mulai dari awal abad ke-2 sampai pertengahan abad ke-4 H.
Dalam periode sejarah peradaban islam, periode ini termasuk dalam periode kemajuan
islam pertama (700-1000). Ciri khas yang menonjol dalam periode ini adalah
semangat ijtihad yang tinggi di kalangan ulama, sehingga berbagai pemikiran tentang
ilmu pengetahuan berkembang
Faktor-faktor penyebab perkembangan pesat fikih yaitu :
1. Adanya perhatian para khalifah Bani Abbas terhadap fiqh dan para fuqahanya.
Berbeda dengan Khulafa’ Bani Umayyah yang “memasung” para fuqaha
membatasi gerak mereka yang berani menantang kebijaksanaan pemerintah.
Khulafa’ Bani Abbas malah mendekati para fuqaha dan meletakkan mereka pada
posisi yang terhormat. Perhatian yang begitu besar, misalnya dapat dilihat ketika
khalifah Harun al-Rasyid memanggil Imam Malik untuk mengajarkan kitab
Muwattha’ kepada kedua putranya, al-Amin dan al-Makmun.
2. Kebebasan pendapat
Perhatian khulafa’ Bani Abbas yang besar terhadap fiqih dan fuqaha juga
tergambar dalam kebebasan berpendapat dan berbagai stimulasi yang diberikan
untuk membangkitkan keberanian berijtihad para fuqaha. Pemerintahan Daulah
Abbasiyah tidak ikut campur dalam urusan fiqh, misalnya dengan meletakkan
peraturan yang mengikat kebebasan berpikir dan tidak pula membatasi madzhab
tertentu yang mengikat para hakim, mufti atau ahli fiqh memiliki kebebasan untuk
menentukan hukum sesuai dengan metodologi dan kaidah-kaidah ijtihad yang
mereka gunakan.
3. Banyaknya fatwa pada periode ini
4. Kodifikasi ilmu
5. Tersebarnya perdebatan dan tukar pikiran diantara para Faqihi
Pada permulaan masa ini, mulailah timbul munadzarah (pertukaran
fikiran) dan perselisihan paham yang meluas yang mengakibatkan timbulnya
khittah-khittah baru dalam mentasyri’kan hukum bagi pemuka-pemuka tasyri’ itu.
Terjadinya perselisihan paham di masa sahabat itu adalah karena perbedaan
paham diantara mereka dan perbedaan nash yang sampai kepada mereka, karena
pengetahuan mereka dalam soal hadis tidak bersamaan dan pula karena perbedaan
pandangan tentang mashlahah yang menjadi dasar bagi penetapan suatu hukum,
disamping itu juga adalah karena berlainan tempat.
6. Pembukuan fiqh (hukum Islam)
Gagasan penulisan hukum-hukum fiqhiyah sebenarnya sudah muncul
pada akhir pemerintahan Bani Umayyah, yaitu ketika beberapa ulama mulai
7. 3
menulis fatwa-fatwa diantara syeikh mereka karena khawatir lupa atau hilang.
Sejak saat itu inisiatif untuk menulis hukum-hukum syar’iyah terus berkembang.
Beberapa fuqaha Madinah mulai mengumpulkan fatwa-fatwa sahabat dan tabi’in
seperti Siti Aisyah, Ibnu Umar dan Ibnu Abbas sebagaimana terlihat dalam
kitab Muwattha’, karya monumental Imam Malik.
Munculnya Madzhab-madzhab Fiqih
Mazhab adalah jalan pikiran atau metode yang ditempuh seorang Imam
Mujtahid dalam menetapkan hukum suatu peristiwa berdasarkan kepada al-Qur’an dan
hadis. Mazhab adalah fatwa atau pendapat seorang Imam Mujtahid tentang hukum
suatu peristiwa yang diambil dari al-Qur’an dan hadis.
Dalam perkembangan mazhab-mazhab fiqih telah muncul banyak mazhab fiqih.
Menurut Ahmad Satori Ismail, para ahli sejarah fiqh telah berbeda pendapat sekitar
bilangan mazhab-mazhab. Tidak ada kesepakatan para ahli sejarah fiqh mengenai
berapa jumlah sesungguhnya mazhab-mazhab yang pernah ada. Namun dari begitu
banyak mazhab yang pernah ada, maka hanya beberapa mazhab saja yang bisa
bertahan sampai sekarang. Menurut M. Mustofa Imbabi, mazhab-mazhab yang masih
bertahan sampai sekarang hanya tujuh mazhab saja yaitu :
1. Mazhab hanafi
2. Mazhab Maliki
3. Mazhab Syafi’i
4. Mazhab Hambali
5. Mazhab Zaidiyah
6. Mazhab Imamiyah
7. Mazhab Ibadiyah.
Adapun mazhab-mazhab lainnya telah tiada. Sementara Huzaemah Tahido
Yanggo mengelompokkan mazhab-mazhab fiqih sebagai berikut :
1. Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah
a. Ahl al-Ra’yi
Kelompok ini dikenal pula dengan Mazhab Hanafi
b. Ahl al-Hadis terdiri atas :
1. Mazhab Maliki
2. Mazhab Syafi’I
3. Mazhab Hambali
2. Syi’ah
1. Syi’ah Zaidiyah
2. Syi’ah Imamiyah
3. Khawarij
4. Mazhab-mazhab yang telah musnah
1. Mazhab al-Auza’i
2. Mazhab al-Zhahiry
3. Mazhab al-Thabary
4. Mazhab al-Laitsi
8. 4
Pendapat lainnya juga diungkapkan oleh Thaha Jabir Fayald al-‘Ulwani, beliau
menjelaskan bahwa mazhab fiqh yang muncul setelah sahabat dan kibar al-Tabi’in
berjumlah 13 aliran. Ketiga belas aliran ini berafiliasi dengan aliran ahlu Sunnah.
Namun, tidak semua aliran itu dapat diketahui dasar-dasar dan metode istinbat
hukumnya.
Adapun di antara pendiri tiga belas aliran itu adalah sebagai berikut :
1. Abu Sa’id al-Hasan ibn Yasar al-Bashri (w. 110 H.)
2. Abu Hanifah al-Nu’man ibn Tsabit ibn Zuthi (w. 150 H.)
3. Al-Auza’i Abu ‘Amr ‘Abd Rahman ibn ‘Amr ibn Muhammad ( w. 157 H.)
4. Sufyan ibn Sa’id ibn Masruq al-Tsauri (w. 160 H.)
5. Al-Laits ibn Sa’ad (w. 175 H.)
6. Malik ibn Anas al-Bahi (w. 179 H.)
7. Sufyan ibn Uyainah (w. 198 H.)
8. Muhammad ibn Idris al-Syafi’i (w. 204 H.)
9. Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal (w. 241 H.)
10. Daud ibn ‘Ali al-Ashbahani al-Baghdadi (w. 270 H.)
11. Ishaq bin Rahawaih (w. 238 H.)
12. Abu Tsaur Ibrahim ibn Khalid al-Kalabi (w. 240 H.)
13. Ibnu Jarir at-Thabari
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa mazhab-mazhab yang pernah
ada dalam sejarah umat Islam sangat sulit untuk dipastikan berapa bilangannya, untuk
itu guna mengetahui berbagai pandangan mazhab tentang berbagai masalah hukum
Islam secara keseluruhan bukanlah persoalan mudah sebab harus mengkaji dan mencari
setiap literatur berbagai pandangan mazhab-mazhab tersebut.
2.2 MASA KEMUNDURAN FIQIH
Masa ini di mulai pada pertengahan abad ke-7 H sampai munculnya majalah
Al-Ahkam Al-Adliyyah (Hukum Perdata Kerajaan Turki Usmani) pada 26 sya’ban
1293. Pada masa ini, ulama fiqih lebih banyak memberikan penjelasan terhadap
kandungan kitab fiqih yang telah disusun dalam mazhab masing-masing. Penjelasan
yang dibuat bisa berbentuk mukhtasar (ringkasan) dari buku-buku yang mukhtabar
(terpandang) dalam mazhab atau hasyiah dan takrir (memperluas dan mempertegas
pengertian lafal dari buku mazhab), tanpa menguraikan tujuan ilmiah dari kerja
hasyiah dan takrir.
Kecenderungan Bertaqlid Dikalangan Fuqaha
Taqlid adalah mengikuti pendapat orang lain, mengikuti perkataan orang
lain,dengan tidak mengetahui dari mana asal mengambilnya, entah orang lain tadi benar
atau salah. Pokoknya asal mengikuti saja tanpa tahu dasar-dasar pengambilannya (tanpa
berpikir).
9. 5
Di dalam buku Tarikh Tasyri : Sejarah Pembentukan Hukum Islam karya Yayan
Sopyan menambahkan faktor yang menyebabkan taqlid dan kemunduran ini sebagai
dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor-faktor
yang muncul dari tubuh umat Islam, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang
muncul di luar tubuh umat Islam.
Adapun faktor internal antara lain:
1. Sudah tersedianya kitab kitab mazhab. Fiqh Islam telah ditulis dan dibuat rujukan
dalam menjawab pertanyaan yang diajukan masyarakat sehingga sangat mudah
untuk disetujui. Sesuatu yang mendorong para ulama untuk berijtihad pada zaman
itu karena ingin tahu hukum dari suatu masalah yang baru muncul di tengah
masyarakat yang belum ada hukumnya.Maka kompilasi para mujtahid awal sudah
menulisnya kemudian datanglah paraulama pada periode ini dan mendapatkan
semuanya sudah tersedia dan lengkap tidak perlu lagi untuk berijtihad.
2. Munculnya sikap fanatisme madzhab Para ulama pada periode ini sibuk dengan
menyebarkan Ajaran madzhab dan mengundang orang lain untuk ikut dan
berfanatik untuk pendapat fuqaha. Sementara sampai tingkat di mana seseorang
tidak perlu berbeda pendapat dengan imamnya, seakan semua kebenaran ada pada
sang guru. Pada masa ini pula bermunculan kitab-kitab Manaqib, yaitu kitab yang
menerangkan keutamaan dan kelebihan suatu madzhab.
3. Sulitnya menjadi hakim karena terpakunya dalam bermadzhab para khalifah
biasanya tidak memberikan jabatan hakim, kecuali kepada mereka yang memang
mumpuni dalam bidang ilmu Al-Qur'an dan sunnah Rasulullah serta memiliki
kemampuan untuk berijtihad dan mendukung hukum. Dan manhaj para khalifah
dalam meminta para hakim agar dalam memutuskan perkara harus berdasarkan
kepada al-Qur'an, sunnah Rasul-Nya, dan logika yang dekat dengan kebenaran.
4. Tertutupnya pintu ijtihad. Petaka besar menimpa fiqh Islam untuk periode ini
dimana kesucian ilmu ternodai, orang-orang berani berfatwa, mendapatkan hukum
sementara mereka sangat jauh dari pemahaman terhadap kaidah dan dalil-dalil
fiqh yang pada saat mereka berbicara tentang agama tanpa ilmu. Keadaan ini
memaksa para penguasa dan ulama untuk menutup pintu ijtihad pada pertengahan
Abad ke-4 Hijriyah agar mereka yang mengklaim diri sebagai mujtahid tidak bisa
bertindak leluasa dan menyelamatkan masyarakat dari fatwa menyesatkan. Akan
tetapi sangat disayangkan, larangan ini telah memberi kesan negatif terhadap fiqh
Islam sehingga menjadi jumud dan ketinggalan zaman.
10. 6
BAB III
PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya
dengan makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman bisa memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan
makalah dikesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya
juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
3.1 Kesimpulan
Ilmu fiqih adalah salah satu ilmu pengetahuan yang wajib diketahui dan dipelajari
bagi seluruh umat islam karena berisi tentang hukum syar’iyah sesuai dengan Al- Qur’an dan
As- Sunnah atau Al-hadist, guna membimbing manusia melaksanakan kewajiban kepada
Allah swt, dengan baik dan benar.
3.2 Referensi
Pengantar Prof.Dr.H.Boedi Abdullah,M.Ag.
http://abdoel-azys.blogspot.com/2013/05/masa-keemasan-masa-kemunduran-dan-
masa.html
https://www.researchgate.net/publication/327011402_Kontribusi_Para_Fuqaha'_Perio
de_Taqlid