Periode keempat merupakan masa keemasan fikih Islam di bawah dinasti Abbasiyah. Faktor penyebabnya antara lain perhatian khalifah terhadap fuqaha, kebebasan berijtihad, kodifikasi ilmu, dan perdebatan antarfuqaha. Pada periode kelima, fikih memasuki masa keterpakuan tekstual di mana ijtihad berkurang dan taqlid meningkat.
1. PERKEMBANGAN ILMU FIKIH PADA PERIODE KEEMPAT ERA
KEEMASAN DAN PERIODE KE LIMA KETERKAPKUAN TEKSTUAL
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata kuliah : Fikih
Dosen Pengampu :Dr. H. Syaifudin Zuhri. M.Ag
Disusun oleh :
1. List Nur Alifah (1703036005)
2. Mazidah (1703036024)
3. M.zaenal mutakin (1703036028)
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN WALISONGO SEMARANG
2018
2. BAB I
PENDAHUULUAN
A. Latar belakang
Pendidikan islam sesungguhnya telah tumbuh dan berkembang sejalan
dengan adanya dakwah islam yang dilakukan Nabi Muhammad SAW. Berkaitan
dengan itu pula pendidikan islam memiliki karakteristik yang berbeda sejalan
dengan upaya pembaharuan yang dilakukan secara terus menerus pascagenerasi
nabi. Pembaharuan-pembaharuan dalam islam telah mengalami kemajuan yang
sangat pesat pada zaman dinasti Umayyah dan Abbasiyah. Namun sayang
kemajuantersebut tidak dapat dipegang erat oleh umat islam saat ini, hingga pada
akhirnya kemajuan dari dunia baratlah yang kini menjadi kiblat ilmu pengetahuan
padahal mereka bersumber dari ilmu pengetahuan dan metode berfikir islam yang
rasional pada masa klasik.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan fikih pada masa periode keempat Era
Keemasan?
2. Apa Faktor-faktor yang menghantar fikih menuju Era keemasan?
3. Bagaimana perkembangan fikih pada masa periode kelima masa
Keterpakuan
Teksual?
4. Bagaimana keadaan fikih pada masa periode ke lima keterpakuan
tekstual?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui periode keempat era keemasan
2. untuk mengetahui faktor penghantar fikih pada Era keemasan
4. BAB II
PEMBAHASAN
A. PERKEMBANGAN FIKIH PADA MASA KEEMASAN (DINASTI
ABBASIYAH )
Periode ini merupakan periode keemasan umat Islam, yang ditandai
dengan berkembangnya berbagai bidang ilmu, seperti filsafat, pemikiran ilmu
kalam, hukum, tasawuf, teknologi, pemerintahan, arsitektur, dan berbagai
kemajuan lainnya.
Sejalan dengan berkembangnya pemerintahan Islam sebagai akibat
semakin luasnya wilayah kekuasaan Islam ke belahan dunia Barat dan Timur, dari
daratan Spanyol (Eropa Barat) sampai perbatasan Cina (di Asia Timur), maka
terbentanglah peradaban Islam dari Granada di Spanyol sampai ke New Delhi di
India, yang dirintis sejak masa Khulafa al-Rasyidin, Khalifah Umayyah, dan
Khalifah Abbasiyah. Setelah kekuasaan Umayyah berakhir, kendali pemerintahan
Islam selanjutnya dipegang oleh Dinasti Abbasiyah yang berlangsung sekitar 250
tahun sejak akhir abad ke-7 sampai awal abad 10 M. Periode ini ditandai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan yang seluruhnya masih dibuktikan sampai saat
ini.1
Perluasan wilayah ini menyebabkan munculnya masalah-masalah baru
yang belum terjadi sebelumnya, sehingga permasalahan yang dihadapi umat Islam
pun makin banyak dan kompleks. Keadaan demikian memunculkan tantangan
bagi para mujtahid untuk memecahkan hukum masalah-masalah tersebut, dan
hasil ijtihad mereka kemudian dibukukan dalam kitab-kitab fiqh (hukum). Karena
itu masa ini merupakan masa perkembangan dan pembukuan kitab fiqh, hasil
ijtihad para tokoh mujtahidin. Periode ini merupakan puncak lahirnya karya-karya
1 Jaih Mubarak, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2000, hlm. 67.
5. besar dalam berbagai penulisan dan pemikiran, ditandai antara lain dengan
lahirnya kitab kumpulan hadits dan fiqh (hukum Islam) dari berbagai madzhab.2
B. Faktor-faktor yang menghantar fikih menuju Era keemasanitu di
antaranya adalah :
1. Adanya perhatian para khalifah Bani Abbas terhadap fiqh dan para
fuqahanya.
Berbeda dengan Khulafa’ Bani Umayyah yang “memasung” para fuqaha
membatasi gerak mereka yang berani menantang kebijaksanaan pemerintah.
Khulafa’ Bani Abbas malah mendekati para fuqaha dan meletakkan mereka pada
posisi yang terhormat. Perhatian yang begitu besar, misalnya dapat dilihat ketika
khalifah Harun al-Rasyid memanggil Imam Malik untuk mengajarkan kitab
Muwattha’ kepada kedua putranya, al-Amin dan al-Makmun.
2. Kebebasan berpendapat
Perhatian khulafa’ Bani Abbas yang besar terhadap fiqih dan fuqaha juga
tergambar dalam kebebasan berpendapat dan berbagai stimulasi yang diberikan
untuk membangkitkan keberanian berijtihad para fuqaha. Pemerintahan Daulah
Abbasiyah tidak ikut campur dalam urusan fiqh, misalnya dengan meletakkan
peraturan yang mengikat kebebasan berpikir dan tidak pula membatasi madzhab
tertentu yang mengikat para hakim, mufti atau ahli fiqh memiliki kebebasan untuk
menentukan hukum sesuai dengan metodologi dan kaidah-kaidah ijtihad yang
mereka gunakan.
3. Kodifikasi ilmu3
2 Suparman Usman, Hukum Islam: Asas-asas dan Pengantar Studi Hukum Islam
dalam Tata Hukum Indonesia, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002, hlm. 90
3
Mun’im A. Sirry, Sejarah Fiqih Islam, Surabaya: Risalah Gusti, 1995, hlm. 61-
67.
6. Faktor yang mendorong perkembangan hukum islam adalah ilmu
pengetahua didunia Islam.
4. Tersebarnya perdebatan dan tukar pikiran diantara para Faqihi
Pada permulaan masa ini, mulailah timbul munadzarah (pertukaran
fikiran) dan perselisihan paham yang meluas yang mengakibatkan timbulnya
khittah-khittah baru dalam mentasyri’kan hukum bagi pemuka-pemuka tasyri’ itu.
Terjadinya perselisihan paham di masa sahabat itu adalah karena perbedaan
paham diantara mereka dan perbedaan nash yang sampai kepada mereka, karena
pengetahuan mereka dalam soal hadis tidak bersamaan dan pula karena perbedaan
pandangan tentang mashlahah yang menjadi dasar bagi penetapan suatu hukum,
disamping itu juga adalah karena berlainan tempat
5. Pembukuan fiqh / hukum Islam
Gagasan penulisan hukum-hukum fiqhiyah sebenarnya sudah muncul pada
akhir pemerintahan Bani Umayyah, yaitu ketika beberapa ulama mulai menulis
fatwa-fatwa diantara syeikh mereka karena khawatir lupa atau hilang. Sejak saat
itu inisiatif untuk menulis hukum-hukum syar’iyah terus berkembang. Beberapa
fuqaha Madinah mulai mengumpulkan fatwa-fatwa sahabat dan tabi’in seperti Siti
Aisyah, Ibnu Umar dan Ibnu Abbas sebagaimana terlihat dalam kitab Muwattha’,
karya monumental Imam Malik. Pada masa Era keemasan juga menjelaskan
adanya bidang perkembangan pada Zaman Abbasiyah diantara adalah :.
1. Perkembangan Intelektual.
Secara garis besar Perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi mencapai
puncak kejayaan pada masa pemerintahan Harun ar-Rasyid. Hal ini dapat dilihat
dari adanya gerakan penerjemahan buku dari berbagai bangsa dan bahasa.
Sehingga dengan gerakan penerjemahan buku tersebut, lahirlah para tokoh Islam
sesuai dengan keahliannya.
1. Ilmu Umum
1. Ilmu Filsafat
7. 1. Al-Kindi (809-873 M) buku karangannya sebanyak 236
judul.
2. Al Farabi (wafat tahun 916 M) dalam usia 80 tahun.
3. Ibnu Bajah (wafat tahun 523 H)
4. Ibnu Thufail (wafat tahun 581 H)
5. Ibnu Shina (980-1037 M). Karangan-karangan yang
terkenal antara lain: Shafa, Najat, Qoman, Saddiya dan
lain-lain
6. Al Ghazali (1085-1101 M). Dikenal sebagai Hujjatul Islam,
karangannya: Al-Munqizh Minadl-Dlalal ,Tahafutul
Falasifah, Mizanul Amal, Ihya Ulumuddin, dan lain-lain.
7. Ibnu Rusd (1126-1198 M). Karangannya: Kulliyaat, Tafsir
Urjuza, Kasful Afillah, dan lain-lain.
2. Bidang Kedokteran
1. Jabir bin Hayyan (wafat 778 M). Dikenal sebagai bapak
Kimia.
2. Hurain bin Ishaq (810-878 M). Ahli mata yang terkenal
disamping sebagai penterjemah bahasa asing.
3. Thabib bin Qurra (836-901 M)
4. Ar Razi atau Razes (809-873 M). Karangan yang terkenal
mengenai cacar dan campak yang diterjemahkan dalam
bahasa latin.
3. Bidang Matematika
1. Umar Al Farukhan: Insinyur Arsitek Pembangunan kota
Baghdad.
2. Al Khawarizmi: Pengarang kitab Al Gebra (Al Jabar),
penemu angka (0).
4. Bidang Astronomi
8. Berkembang subur di kalangan umat Islam, sehingga banyak
para ahli yang terkenal dalam perbintangan ini seperti :
1) Al Farazi : pencipta Astro lobe
2) Al Gattani/Al Betagnius
3) Abul wafat : menemukan jalan ketiga dari bulan
4) Al Farghoni atau Al Fragenius
5. Bidang Seni Ukir
Beberapa seniman ukir terkenal: Badr dan Tariff (961-976 M)
dan ada seni musik, seni tari, seni pahat, seni sulam, seni lukis
dan seni bangunan.
2. Ilmu Naqli
1. Ilmu Tafsir
Para mufassirin yang termasyur: Ibnu Jarir ath Tabary, Ibnu Athiyah al
Andalusy (wafat 147 H), As Suda, Mupatil bin Sulaiman (wafat 150 H),
Muhammad bin Ishak dan lain-lain.
2. Ilmu Hadist
Muncullah ahli-ahli hadist ternama seperti: Imam Bukhori (194-256 H),
Imam Muslim (wafat 231 H), Ibnu Majah (wafat 273 H),Abu Daud (wafat 275 H),
At-Tarmidzi, dan lain-lain.
3. Ilmu Kalam
9. Dalam kenyataannya kaum Mu’tazilah berjasa besar dalam menciptakan
ilmu kalam, diantaranya para pelopor itu adalah: Wasil bin Atha’, Abu Huzail al
Allaf, Adh Dhaam, Abu Hasan Asy’ary, Hujjatul Islam Imam Ghazali.
4. Ilmu Tasawuf
Ahli-ahli dan ulama-ulamanya adalah : Al Qusyairy (wafat 465 H).
Karangannya : ar Risalatul Qusyairiyah, Syahabuddin (wafat 632 H).
Karangannya : Awariful Ma’arif, Imam Ghazali : Karangannya al Bashut, al
Wajiz dan lain-lain.
5. Para Imam Fuqaha
Lahirlah para Fuqaha yang sampai sekarang aliran mereka masih
mendapat tempat yang luas dalam masyarakat Islam. Yang mengembangkan
faham/mazhabnya dalam zaman ini adalah: Imam Abu Hanifah, Imam Malik,
Imam Syafi’i, Imam Ahmad bin Hambal dan Para Imam Syi’ah.
2. Perkembangan Peradaban di Bidang Fisik
Perkembangan peradaban pada masa daulah Bani Abbasiyah sangat maju
pesat, karena upaya-upaya dilakukan oleh para Khalifah di bidang fisik. Hal ini
dapat kita lihat dari bangunan – bangunan yang berupa:
1. Kuttab, yaitu tempat belajar dalam tingkatan pendidikan rendah
dan menengah.
2. Majlis Muhadharah,yaitu tempat pertemuan para ulama,
sarjana,ahli pikir dan pujangga untuk membahas masalah-masalah
ilmiah.
3. Darul Hikmah, Adalah perpustakaan yang didirikan oleh Harun
Ar-Rasyid. Ini merupakan perpustakaan terbesar yang di dalamnya
juga disediakan tempat ruangan belajar.
10. 4. Madrasah, Perdana menteri Nidhomul Mulk adalah orang yang
mula-mula mendirikansekolah dalam bentuk yang ada sampai
sekarang ini, dengan nama Madrasah.
5. Masjid, Biasanya dipakai untuk pendidikan tinggi dan tahassus.
6. kehidupan ekonomi: pertanian, perindustrian, perdagangan berhasil
dikembangkan oleh Khalifah Mansyur.
B. KETERPAKUAN TEKSTUAL PADA MASA PERIODE KE LIMA
Periode taqlid ini dimulai abad 10-11 M (310 H). Periode ini adalah periode
dimana semangat ijntihad mutlak para ulama sudah pudar dan mandek. Semangat
kembali kepada sumber-sumber pokok tasyri’ dalam rangka mmenggali hukum-
hukum dari teks dan al-qur’an dan sunnah dan semnagat mengistimbat hukum-
hukum terhadap suatu masalah yang belom ada ketetapan hukumnya dari nash
dengan mengguna dalil-dalil syara’, sudah pudar dan mandek. Mereka mengikuti
hukum-hukum yang telah dihasilkan oleh imam-oman mujtahid terdahulu.4
Para periode ini kondidi perjalan fikih islam sangat buruk sekali. Padahal
periode ini adalah fase terpanjang dalam sejarah fikih islam, mengalalami
kemunduran dan jumud. Jika zaman generasi pertama kita bisa meloohat para
fukoha yang sibuk menggali fikih dan mencari ilat, dan berijtihad maka pada
periode ini para ulama sudah beralih profesi menjadi taklik buta, padahal memiliki
kemampuan untuk menempuh jalan para pendahulunya sehingga terhentinya
kegiatan ijtihar.
Sebab keterpakuan tekstual, menurut Mun’in A.Sirry terjadi karena
keterbelungguan akal pikiran sebagai akibat hilangnya kebebasan berfikir. Faruk
Abu Zaid berpendapat bahwa kebebasan berfikir hilang, antara lain disebabkan
oleh pemaksaan penggunaan aliran atau mazhab tertentu oleh pihak penguasa,
4 Hasbi Ashiddiey,Pengantar Ilmu Fikih,(Jakarta:CVMulya),Hal 79
11. seperti khilifah al makmun, Al Mu’tashim, dan al walshiq memaksakan
muktazilah kepada ulama. 5
D. KEADAAN FIKIH PADA MASA PERIODE KE LIMA
KETERPAKUAN TEKSTUAL
Keadaan fikih pada periode ke lima keterpakuan tekstual adalah:
1. Terhentinya ijtihat dan menganjurkan taqlid
Dijelaskan faktor terpenting yang menyebabkan terhentinya gerakan
ijtihad dan suburnya kebisaan bertaqlid kepada para imam terdahulu, yaitu :
a. terpecah-pecahnya daulah Islamiyah kedalan beberapa kerajaan yang antara
satu dengan yang lainnya saling bermusuhan
b. para imam mujtahid terplarisasi dalam beberapa golongan. Masing-masing
golongan membentuk menjadi aliran hukum tersendiri dan mempunayi khittah
tersendiri pula
c. para ulama dilanda krisis moral yang menghambat mereka sehingga tidak
bisa sampai pada level orang-orang yang melakukan ijtihad.
2. munculnya ulama-ulama mazhab
Para ulama pada tiap-tiap mazhab dapat dibagi menjadi beberapa level
atau tingkatan yaitu:
1. Ahli ijtihad dalam mazhab
Mereka ini tidak berijtihad dalam hukum syari’at secara ijtihad mutlak, mereka
hanya berijtihad mengenal berbagai kasus yang terjadi dengan dasar-dasar ijtihad
yang telah dirumuskan oleh para ulama mazhab mereka.
5 Jaih mubarok,sejarah dan perkembangan hukum islam,(Bandung) PT Remaja
Kosdakarya,2000),hal 137
12. 2.Ahli ijtihad mengenal beberapa masalah yang tidak ada riwayat dari
imam mazhabnya
Mereka tidak menyalahin para imam mereka dalam berbagai hukum cabang dan
juga tidak menyalahi dasar ijtihad yang mereka gunakan.
3. Ahli taqrij
Mereka tidak berijtihad dalam mengistimbangkan hukum mengenal berbagai
masalah
4. Ahli tarjih
Mereka mampu membandingkan diantara beberapa riwayat yang bermacam-
macam dari para imam mazhab mereka.
5. Ahli taqlid
Mereka mampu memebada-bedakan anatar riwayat-riwayat yang jarang dikenal
dan riwayat yang sudah terkenal dan jelas.
13. BAB III
PENUTUP
Simpulan
Periode keemasan merupakan periode keemasan umat Islam, yang ditandai
dengan berkembangnya berbagai bidang ilmu, seperti filsafat, pemikiran ilmu
kalam, hukum, tasawuf, teknologi, pemerintahan, arsitektur, dan berbagai
kemajuan lainnya. Faktor-faktor yang menghantar fikih menuju Era keemasanitu
di antaranya adalah :
1. Adanya perhatian para khalifah Bani Abbas terhadap fiqh
dan para fuqahanya.
2. Kebebasan berpendapat
3. Kodifikasi ilmu
4. Tersebarnya perdebatan dan tukar pikiran diantara para
Faqihi
5. Pembukuan fiqh / hukum Islam
Periode ini adalah periode dimana semangat ijntihad mutlak para ulama
sudah pudar dan mandek. Semangat kembali kepada sumber-sumber pokok tasyri’
dalam rangka mmenggali hukum-hukum dari teks dan al-qur’an dan sunnah
14. DAFTAR PUSTAKA
Jaih Mubarak, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2000,
Suparman Usman, Hukum Islam: Asas-asas dan Pengantar Studi Hukum Islam
dalam Tata Hukum Indonesia, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002,
Mun’im A. Sirry, Sejarah Fiqih Islam, Surabaya: Risalah Gusti, 1995, hlm. 61-67.
Hasbi Ashiddiey,Pengantar Ilmu Fikih,(Jakarta:CV Mulya),
Jaih mubarok,sejarah dan perkembangan hukum islam,(Bandung) PT Remaja
Kosdakarya,2000),