SlideShare a Scribd company logo
1 of 56
HUKUM KEKELUARGAAN ADAT
Satuan Acara Perkuliahan
I. Susunan masyarakat Indonesia
a. Pengertian Masyarakat Hukum Adat
b. Tipe-tipe Masyarakat Hukum Adat
II. Pengaruh Faktor Sosiologis terhadap perubahan
garis keturunan dalam masyarakat adat
a. Pengaruh dan dampaknya
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan
III. Perubahan kearah sistem bilateral pada
masyarakat Indonesia
I. Susunan Masyarakat Indonesia
See : Pasal 163 IS  Penggolongan Masyarakat
Masyarakat Hukum Adat  kesatuan masyarakat
untuk sanggup berdiri sendiri, yaitu merupakan
kesatuan hukum penguasa dan kesatuan
lingkungan hidup berdasarkan hak bersama atas
tanah & air bagi semua anggota masyarakat
hukum tsb.
Cara hidup kolektif / komunal berdasarkan faham
bahwa tanah dan air adalah kepunyaan bersama
bagi seluruh masyarakat adat untuk eksistensi
bersama.
Ter Haar tentang Masyarakat Adat :
1. Persekutuan manusia yang teratur,
2. menetap di suatu daerah tertentu,
3. mempunyai penguasa dan
4. mempunyai kebudayaan yang berwujud
atau tidak berwujud,
5. anggotanya hidup menurut kodrat alam,
tak seorang pun berfikir untuk
membubarkan atau melepaskan diri dari
ikatan kesatuan massyarakat tsb
Contoh kesatuan masyarakat adat :
Desa  di Jawa
Marga  di Sumatera Selatan (karena tempat
kelahiran)
Nagari  di Minangkabau
Kuria / marga  di Tapanuli
Wanua  di Sulawesi Selatan
-- Stop --
Tipe-tipe Masyarakat Hukum
Klasifikasi masyarakat hukum adat :
1. Masyarakat hukum Keturunan (geneologis)
2. Masyarakat hukum teritorial (wilayah)
3. Masyarakat hukum Territorial-geneologis (campuran)
4. Masyarakat hukum Lainnya : Adat-Keagamaan
Exp :
Geneologis, anggotanya merasa terikat dan
teratur, berdasarkan kepercayaan bahwa mereka
berasal dari satu keturunan yang sama dari 1
leluhur, baik karena hubungan darah(keturunan)
maupun pertalian perkawinan atau pertalian adat.
I. Pembagian pertalian keturunan
(geneologis) :
1. Menurut garis laki-laki (patrilineal), menghubungkan laki-laki sebagai
pengikatnya alur keturunan. Contoh : Batak, Bali, Ambon.
2. Menurut garis perempuan (matrilineal), menghubungkan perempuan
sebagai pengikatnya alur keturunan.contoh :
Minangkabau, Kerinci, Semendo.
3. Menurut garis orang tua / bapak dan ibu (bilateral/ parental)
garis keturunan ini dinilai dan diberi derajat yang sama. Contoh :
Jawa, Bugis, Dayak
Note :
Keluarga “orang timur” : orangtua,keluarga bapak-keluarga ibu,kakek-
nenek,dst
Keluarga “orang barat” : ayah,ibu,anak-anak.
Pernikahan “barat”, : bersatunya 2 insan
Pernikahan “timur‟ : bersatunya 2 keluarga.
II. Pembagian pertalian territorial
Territorial, anggotanya merasa terikat berdsarkan suatu daerah kediaman tertentu /
kesamaan wilayah tempat tinggal bersama, baik dalam kegiatan duniawi sebagai
tempat kehidupan maupun kaitan roh leluhur sebagai pemujaan. kepentingan yang
sama, pebutuhan pokok bersama yang ditandai suatu derajat hubungan sosial.
3 macam pembagian, yaitu :
a. Persekutuan Desa (kampung,dusun)
b. Persekutuan Daerah (nagari-sumbar, marga-sumut,negorij-minahasa &
maluku)
c. Persekutuan Wilayah (kerjasama antar klan dalam 1 daerah).
Exp :
a. sekelompok orang yang hidup bersama, pandangan hidup yang sama, cara
hidup yang sama,kepercayaan yang sama,kediaman yang sama, tatanan sosial
yang sama.
b. merupakan kesatuan sosial beberapa masyarakat desa, yang masing-masing
tetap pada kesatuan yang berdiri sendiri, namun masih terdapat kesamaan
diantara mereka.
c. kesatuan sosial yang dibentuk atas dasar kerjasama, & kepentingan bersama.
Contoh :pembangunan sistem pengairan, penyelesaian perkara adat.
Dengan berlakunya UU No.5 tahun 1979 ttg Pemerintahan
Desa, maka ketiga macam masyarakat hukum teritorial
tidak lagi bersifat formal, melainkan berubah menjadi
“desa-desa adat” yang informal.
Pasal 1 nya : “…desa adalah suatu wilayah yang ditempati
oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat
hukum, yang mempunyai organisasi pemerintahan
terendah langsung dibawah camat dan berhak
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan
NKRI,dusun..”,‟..dusun adalah bagian wilayah dalam desa
yang merupakan unit kerja pelaksana pemerintahan
desa,..”
Analisis : lain halnya dengan masyarakat yang bersifat
kekerabatan (geneologis) atau yg bersifat keagamaan,tidak
begitu saja dapat diselaraskan, tanpa memperhatikan sifat-
sifat ikatan kesatuannya yang khusus yang bersifat
geneologis dan atau keagamaan.
III. Masyarakat Hukum Geneologis-
Teritorial (Campuran).
Kesatuan masayarakat yang tetap dan
teratur, anggotanya terikat pada tempat
kediaman dan hubungan keturunan baik
pertalian darah maupun kekerabatan.
Misal : Kampung Arab-palembang,melayu-
deli,minang-riau, palembang-bugis
(lrg.bugis) dst..
IV. Masyarakat Adat-Keyakinan
Kesatuan masyarakat adat yang dipengaruhi
Adanya “persekutuan pujaan /ilah”,seperti
kepercayaan, dan agama.sehingga penganut
kepercayaan merupakan masyarakat
adat/kepercayaan.
Tujuan sesungguhnya dari masyarakat adat-
keagamaan adalah untuk melestarikan adat-
istiadat dan menjunjung tinggi ajaran keyakinan.
Contoh : Dunia melayu-dunia islam,minang-islam
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN
GARIS KETURUNAN DALAM MASYARAKAT ADAT
1. Faktor Pendidikan
2. Faktor Perantauan
3. Faktor Hidup
4. Faktor Komunitas
5. Faktor Ekonomi (teknologi,industrial)
6. Revolusi
7. Faktor Ideologi (Pancasila)
8. Faktor Islam
An-nisa 22-24,larang siapa saja yg tidak boleh kawin
An-nisa 7,11,12,13,33,176,mengenai waris.
1. Faktor Politis
II. Hukum Adat Perkawinan (HAP)
HAP adalah aturan-aturan hukum adat yang mengatur
tentang bentuk-bentuk perkawinan, cara-cara
pelamaran, upacara perkawinan dan putusnya
perkawinan di Indonesia.
UU No.1 tahun 1974 ttg Perkawinan hanya mengatur
tentang dasar-dasar perkawinan, syarat-syarat
perkawinan,pencegahan perkawinan, batalnya
perkawinan, perjanjian perkawinan, hak & kewajiban
suami istri, harta benda dalam perkawinan, putusnya
perkawinan serta akibatnya, kedudukan
anak, perwalian, ketentuan lain.
Sedangkan mengenai bentuk perkawinan, acara
peminangan,pelamaran, upacara perkawinan lainnya
masih dalam ruang lingkup hukum adat.
1. Bentuk-bentuk Perkawinan
Patrilineal  Perkawinan Jujur
Matrilineal  Perkawinan Semanda
Bilateral/Parental  Perkawinan Bebas (mandiri)
Perkawinan Jujur
- Perkawinan dengan pemberian (pembayaran) uang atau
barang jujur ;
- Yang dilakukan pihak calon suami kepada pihak calon
istri ;
- sebagai tanda pengganti pelepasan mempelai wanita
keluar dari kewargaan adat persekutuan hukum
bapaknya ;
- pindah dan masuk kedalam persekutuan hukum
suaminya.
- Setelah perkawinan, maka istri berada di bawah
kekuasaan kerabat suami,
- berkedudukan hukum dan menetap dengan pihak
kerabat suami,begitu pula anak-anak
keturunannya melanjutkan garis suaminya,
- harta yang dibawa istri dalam perkawinan
dikuasai suami, kecuali ditentukan lain oleh pihak
istri.
- Pembayaran jujur tidak sama dengan “mas
kawin” menurut islam. uang jujur adalah
kewajiban adat ketikadilakukan pelamaran dari
kerabat pria kepada kerabat wanita untuk
dibagi2kan kepada tua-tua kerabat. Sedangkan
mas kawin adalah kewajiban agama yang harus
dipenuhi pria untuk wanita.
- Uang jujur tidak boleh dihutang,mas kawin boleh
dihutang.
- Dalam perkawinan jujur, berlaku adat “pantang
cerai”, jadi senang-susah selama hidupnya istri
dibawah kekuasaan suami
- Jika suami wafat, maka istri harus melakukan
perkawinan dengan saudara suami
(leviraat,anggau(sumsel),lakoman(batak),nyikok
(lampung))
- Jika istri wafat, maka suami harus kawin lagi
dengan saudara istri (sororat,kawin tungkat
(pasemah),nuket (lampung))
- Bila tidak ada saudara/saudari suami/istri, maka
digantikan orang lain diluar kerabat.
Perkawinan Semanda
- Calon suami dan kerabatnya tidak melakukan pemberian
uang jujur kepada pihak wanita, justru sebaliknya berlaku
pelamaran dari pihak calon istri dan kerabatnya.
- Setelah perkawinan, maka suami berada di bawah
kekuasaan kerabat istri dan berkedudukan hukumnya
bergantung pada bentuk perkawinan semenda yang
berlaku, yaitu (Hilman Hadikusuma) :
a. semanda Raja-raja ;
b. semanda Lepas ;
c. semanda Bebas ;
d. semanda Nunggu ;
e. Semanda Ngangkit
e. semenda Anak Dagang.
a. Semenda Raja-raja, artinya suami istri berkedudukan
seimbang baik di pihak istri maupun pihak suami.
b. Semanda Lepas, artinya suami mengikuti kediaman
istri.
c. Semanda Bebas, artinya suami tetap pada kerabat
orang tuanya,hanya sebagai “urang sumando”.
d. Semanda Nunggu, suami istri berkediaman kerabat istri
sampai adik istri (ipar) mandiri/menikah.
e. Semanda Ngangkit, artinya suami mengambil istri
untuk dijadikan penerus keturunan pihak ibu suami
dikarenakan ibu suami tidak mempunyai anak
perempuan.
f. Semanda Anak Dagang atau Semanda Burung, artinya
suami tidak menetap di tempat istri melainkan datang
sewaktu-waktu,kemudian pergi lagi.
Prakteknya di daerah
Rejang-Bengkulu, 2 istilah :
1. Semanda Beradat, dimana pihak pria membayar uang adat kepada
kerabat wanita menurut martabat adatnya,
2. Semanda Tak Beradat, Pihak pria tidak membayar uang adat dan
biaya apapun, karena semua biaya perkawinan ditanggung semua
pihak wanita (“temakep burung terbang” suami dianggap sebagai
burung yg ditangkap,”masen utang”,suami mengabdi di tempat istri
sebagai pembayar utang).
Di Lampung “semanda nabuh beduk”: suami datang ketika magrib,pergi
ketika subuh”, “semenda iring beli”, suami sebagai pengabdi istri
karena terhitung berhutang uang adat.
Sejak berlakunya UU No.1 tahun 1974, adat semacam ini tidak berlaku
lagi.
Pada umumnya dalam perkawinan Semenda,kekuasaan istri lebih
berperan, lelaki hanya sebagai “ngijam jago”,atau pemberi bibit
saja, dan kurang tanggung jawab dalam keluarga.
Perkawinan Bebas (mandiri)
- Berlaku pada masyarakat adat sistem parental.
- Dimana pihak kerabat suami maupun istri tidak banyak lagi campur tangan
dalam keluarga rumah tangga suami–istri.
- Sistem ini seperti tujuan UU No.1/1974, dimana kedudukan dan hak suami-
istri berimbang sama. Suami adalah kepala rumah tangga, dan istri sebagai
ibu rumah tangga.
- Setelah perkawinan, suami-istri memisah (mencar,mentas) dari kekuasaan
orang tua dan keluarga masing-masing dan hidup mandiri.
- Orang tua hanya memberikan bekal (sangu) dengan harta pemberian atau
harta warisan sebagai harta bawaan dalam perkawinan.
- Sebelum perkawinan orang tua masing-masing pihak memberikan
nasehat,petunjuk dalam memilih jodoh.
- Setelah menikah, orang tua hanya mengawasi kehidupan mereka berumah
tangga.
- Dalam perkawinan ini dapat terjadi “pantang cerai”, “kawin gantung” namun
bukanlah suatu keharusan, hanya kebiasaan saja.Ditinjau dari segi hukum
dan per-UU-an juga merupakan pelanggaran hukum perkawinan nasional.
Bentuk Perkawinan Lainnya
1. Perkawinan Campuran
dimana terjadi perkawinan antara dua suku, adat dan agama yang
dianut.
Beda adat
Misal : Batak  “marsileban”, pria/wanita yang bukan warga adat harus
diangkat dan dimasukkan lebih dahulu ke sebagai warga adat batak
dalam “dalihan na tolu” pria (hula-hula),wanita (namboru).
Serupa dengan “ngakuk menulung” di Lampung.
Beda Agama :
Islam : pria muslim-wanita non-muslim, BOLEH
pria non muslim-wanita muslim, TIDAK BOLEH
Katolik : perbedaan agama antara pria-wanita BOLEH, asalkan dengan
perjanjian bahwa suami/istri yang katolik harus mendidik &
menjadikan anak-anaknya katolik.
Nasional : salah satu calon harus mengalah. Berdasarkan UU
Perkawinan,perkawinan sah bila menurut agama nya.
ADAT PELAMARAN
- Adat Pelamaran ialah :adanya pelamaran dari
pihak yang satu ke pihak yang lain.
- UU No.1 tahun 1974 tidak mengatur mengenai
pelamaran, berarti bilamana pria dan wanita
sepakat melangsungkan perkawinan dapat saja
memberitahukannya kepada Pegawai Pencatat
Perkawinan sebagaimana diatur dalam Bab II
Pasal 2-9 PP No.9 tahun 1975, tanpa melibatkan
orang tua.
- Tetapi menurut adat, cara demikian dalam
pandangan masyarakat tercela.
Sebagaimana Ter Haar :
”..perkawinan itu bertautan dengan urusan
kerabat,urusan keluarga, urusan
masyarakat, urusat martabat, dan urusan
pribadi..”
Dua jalur jenjang perkawinan menurut adat :
Jenjang Perkawinan
Pekerjaan anak-anak / Pekerjaan Orang Tua
Lampung : rasan sanak
Pasemah : rasan budak
Rejang : asen titik
Keinginan anak-anak dilanjutkan oleh orang tua
(rasan mude di tuekhi)
Cara melamar :
- Penjajakan : Pihak yang akan melamar mengirim utusan-
perantara kepada pihak yang akan dilamar.
- Pelamaran secara resmi oleh keluarga/kerabat kepada pihak
wanita dengan membawa “tanda lamaran”.
- “tanda lamaran” biasanya terdiri dari :
1. sirih pinang (tepak sirih),
2. mas kawin,
3. mas adat (uang jujur),
4. bahan makanan matang
(dodol,wajik,reginang,dll),
5. bahan pakaian dan perhiasan,
- Melalui juru bicara memperkenalkan kerabat dan
hubungannya (kedua belah pihak).
- Tanda lamaran tersebut diteruskan kepada tua-tua adat
keluarga/kerabat wanita.
- Perundingan, yang dibicarakan :
1. Besarnya uang adat dan/atau mas kawin
2. Besarnya uang permintaan (biaya perkawinan
dan lain-lain)
3. Bentuk Perkawinan dan kedudukan suami-istri
setelah perkawinan.
4. Perjanjian-perjanjian perkawinan, selain taklik-
talak
5. kedudukan harta perkawinan (harta bawaan)
6. acara dan upacara adat perkawinan
7. waktu dan tempat upacara
* Note : tidak semua acara & upacara tersebut akan
dilaksanakan oleh para pihak yang akan melaksanakan
perkawinan, tergantung pada keadaan, kemampuan para
pihak dan masyarakat adat bersangkutan.
Acara & Upacara Perkawinan
Acara Perkawinan
Pada umumnya acara perkawinan adat telah meresepsi
hukum perkawinan berdasarkan ketentuan agama.
Islam  Ijal Kabul, bapak/wali mempelai wanita dan
pempelai pria dan dua orang saksi dalam majelis.
Katolik  mempelai wanita dan pria mengucapkan janji
perkawinan dihadapan pendeta/pasteur di gereja.
Budha  mempelai wanita dan pria mengucapkan janji
perkawinan dihadapan altar vihara suci sang
Budha/Bodisatwa dan bhikkunni/khikkuhu/sumanera.
Hindu  mempelai pria-wanita melaksanakan upacara
beakala dimuka sanggar (natar) dengan pemberkatan
(mejaya-jaya) oleh Brahmana.
Upacara Perkawinan, menurut ketentuan dan
tata cara masing-masing adat atau
kesepakatan.
Ibaratnya :
“..semakin besar upacara, semakin banyak
makanan, semakin lama upacara, semakin
tinggi pandangan dam martabat keluarga
dalam perkawinan..”
HARTA PERKAWINAN
Harta Perkawinan = Harta Bersama & Harta Bawaan.
Patrilineal :
Istri tunduk dalam sistem kekerabatan suami
Sehingga semua harta perkawinan dikuasai suami sebagai
kepala keluarga
Jadi harta bersama, harta bawaan (hadiah & waris), dan harta
pusaka (peninggalan), penguasaan pengaturannya
dipegang oleh suami yang dibantu istri sebagai
pendamping.
Jika terjadi perceraian, dan istri meninggalkan tempat
kedudukan suaminya, berarti istri melanggar adat dan tidak
berhak menuntut bagian dari harta bersama,harta bawaan
ataupun membawa anaknya pergi.
Matrilineal :
Karena bentuk perkawinan nya “semanda”, tanpa
membayar uang “jujur”, maka terdapat pemisahan
kekuasaan terhadap harta perkawinan.
Harta Pusaka milik kerabat dipegang pada “Mamak Kepala
Waris”.suami-istri hanya hak mengusahakan dan
menikmati hasil panen terhadap bidang tanah.
Harta Bersama, suami-istri bersama-sama menguasainya.
Harta Bawaan, dikuasai masing-masing pihak.
Parental/Bilateral :
Harta Bersama, dikuasai bersama suami-istri
Harta bawaan, dikuasai masing-masing pihak, kecuali
dalam hal kedudukan suami-istri tidak sejajar.
Misal : di Jawa”manggih kaya”, dimana suami kaya dan
istri miskin. Di Pasundan “nyalindung kagelung” dimana
istri kaya,suami miskin.
Menurut UU No.1 tahun 1974 Pasal 35 & 36,
“..Harta Bersama ialah harta benda yang diperoleh
selama perkawinan..”
Terhadap Harta Bersama suami-istri dapat
menggunakannya atas persetujuan kedua belah
pihak.
Terhadap Harta Bawaan, masing-masing pihak
mempunyai hak sepenuhnya untuk melakukan
perbuatan hukum mengenai harta
bendanya, sepanjang para pihak tidak
menentukan lain.
Hukum Adat : Kedudukan harta perkawinan
dipengaruhi oleh susunan masyarakat
adatnya, bentuk perkawinan yang berlaku dan
jenis hartanya.
Hukum Adat Kekerabatan
HAK ialah hukum adat yang mengatur kedudukan
pribadi sebagai anggota kerabat, orang
tua=anak,anak=kerabat,perwalian anak
berdasarkan pertalian darah (keturunan), pertalian
perkawinan dan pertalian adat.
TUGAS MANDIRI :
Bagaimana hubungan hukum antara
anak tiri, anak angkat, anak asuh & anak akuan
dengan
orang tua, kerabat menurut hukum adat…? (kumpul
ketika mid)
HUKUM ADAT WARIS
Pengertian Umum :
Aturan-aturan hukum adat yang mengatur tentang
bagaimana harta peninggalan atau harta warisan
diteruskan atau dibagi dari pewaris kepada ahli
waris dari generasi ke generasi selanjutnya.
Ter Haar :
Hukum Waris Adat ialah aturan hukum yang
mengatur tentang cara, bagaimana dari masa ke
masa proses penerusan dan peralihan harta
kekayaan yang berwujud / tidak berwujud dari
generasi ke generasi.
Pewarisan : proses penerusan harta warisan / harta
peninggalan dari pewaris kepada ahli waris.
Dengan demikian, 3 unsur hukum waris, yaitu:
1. Adanya harta warisan / harta peninggalan
2. Adanya pewaris yang meninggalkan hartanya
3. Adanya ahli waris yang meneruskan kepengurusan atau yang
menerima bagiannya.
Ket :
1. Harta Warisan, kekayaan pewaris yang akan dibagi-bagi
kepada ahli waris. Harta peninggalan, kekayaan pewaris yang
tidak dibagi-bagi kepada ahli waris.
Harta warisan berwujud : bangunan, perlengkapan, harta
pusaka, harta perkawinan.
Harta warisan tak berwujud : gelar adat, hutang, amanat
(wasiat), perjanjian.
Prof. Hazairin :
“..hukum waris adat mempunyai corak tersendiri dari
alam pikiran masyarakat tradisional dengan bentuk
kekerabatan yg sistem keturunannya patrilineal,
matrilineal, maupun parental, walaupun pada bentuk
kekerabatan yang sama belum tentu berlaku sistem
kewarisan yang sama..”
SISTEM KEWARISAN
A. Sistem Kolektif
apabila para ahli waris mendapatkan harta
peninggalan yang diterima mereka secara
kolektif (bersama) dari pewaris yang tidak
terbagi-bagi secara perseorangan. Para
pewaris hanya diperbolehkan untuk
memakai, megusahakan atau mengolah dan
menikmati hasilnya.
contoh : Tanah Pusaka, barang pusaka, sawah
pusaka, rumah gadang.
pada masa sekarang boleh ditransaksikan atas
persestujaun bersama ahli waris /kerabat.
B. Sistem Mayorat, harta pusaka yang tidak terbagi
hanya dikuasai (hak
pakai,mengolah, mengambilhasil) anak
tertua, dengan kewajiban mengurus dan
memelihara adik-adiknya sampai mereka dapat
berdiri sendiri (walaupun telah menikah).
Contoh : Lampung, Papua, Semendo
C. Sistem Individual, harta warisan dapat dibagi-
bagi dan dimiliki secara perseorangan artinya
setiap ahli waris berhak
memakai, mengolah, mengambil
hasil, mentransaksikan harta warisan tersebut.
Dalam perkembangan nya :
Kolektif (Patrilineal)
Mayorat (matrilineal) Indivual (parental)
Sehingga, harta pewarisan dapat dibagi-bagi sebelum pewaris wafat
dan sesudah wafat.
Pewaris masih hidup (lintiran,Jawa), dilakuakan dalam bentuk
penunjukkan dalam bentuk hibah-wasiat, penunjukan batas
tanah, jenis barang berupa pesan tertulis/tak tertulis kepada para
ahli warisnya.
Di Aceh,wasiat tidak boleh melebihi dari 1/3 jumlah warisan, apabila
lebih 1/3 bagian yg lebih ditarik kembali ketika pewaris wafat.
Pewaris dewasa dan anak kecil :
Untuk ahli waris dibawah umur (kecil)  waris gantung,di kuasai
orangtuanya yangg masih hidup atau saudaranya.
Untuk ahli waris dewasa, dibagi dengan mempertimbangkan
kebutuhannya.
Pembagian waris :
1. Kesamaan kuantitas (jumlah) antar pria dan wanita.
2. Kuantitas waris pria 2x lebih banyak dari wanita
3. Berdasarkan jenis warisannya
Adat di Aceh dan Banten :
Rumah diwariskan kepada perempuan
Tanah diwariskan kepada anak lelaki.
4. Berdasarkan masih sayang / kerukunan keluarga
“..Sengketa pembagian waris diusahakan jalan damai dan
kekeluargaan..”
maksud filosofinya ialah :
a. agar perjalanan dan ketenangan arwah pewaris di alam
baka terjaga dan
b. tidak terganggu hubungan kekerabatan antar ahli waris.
Hukum Adat  Hukum Nasional
Tradisi dalam bidang Ekonomi :
Ekonomi Perladangan  tolong-menolong:
Pembukaan ladang pertanian, secara bersama-
sama warga menebang pohon, menebas semak
belukar, membakar rumput, membentuk
tanah, membuat sistem pengairan, setelah itu
tanah dibagi-bagi kepada perserta pembukaan
lahan. Misalnya : Subak di Bali, Nulong di
Sumbawa.
Sumbangan pada warga yang
hajatan, berduka, berburu di hutan,
Usaha Perorangan :
1. Beri-memberi
2. Pakai-memakai : tukar guling (tukar barang
tanpa nilai tambah)
3. Jual-beli : panjer, jual komisi
4. Titip-menitip : titip curah
5. Hutang-piutang, adat tidak mengenal bunga
hutang atas kelalaian, tetapi mengenal sistem
tanggung-menanggung atau adanya jaminan
pribadi/benda.
6. Kerja-mengerjakan : bagi hasil
Hak-hak atas tanah
1. Membuka tanah diwali dengan memberi tanda, dapat berupa dari
potongan bambu, pohon ditegakkan di tanah sehingga nampak
dari jauh.
2. Apabila tanah tersebut ditanami (diusahakan), maka terjadilah
hak pakai/hak mengusahakan tanah.
3. Untuk menjadikan hak milik atas tanah tersebut, kama tanah
harus terus diusahakan.
4. Apabila tanah tersebut tidak diusahakan lagi, tapi masih terdapat
“tanda”, maka yang berlaku adalah hak atas pohon (hak
mengambil hasil atas apa yang telah ditanam).
5. Apabila tanah telah menjadi belukar dan “tanda” pun tak terlihat
jelas, maka hak milik atas tanah tersebut hilang, namun masih
mempunyai “hak utama” untuk mengusahakannya kembali.
6. “hak utama „akan kembali pada hak ulayat ( hak
nagari,marga,desa) bila tanah telah menjadi hutan.
7. Namun apabila yang ditanam diatas tanah adalah tanaman keras
dan menjadi kebun, maka yang ada hanya “hak menumpang”.
1. Jelaskan ciri masyarakat hukum adat menurut
Ter Haar..?
2. Jelaskan klasifikasi masyarakat hukum adat..?
3. Jelaskan pembagian harta perkawinan dan
pembagian harta waris menurut bentuk-bentuk
perkawinan dalam hukum adat..?
4. Jelaskan kedudukan anak asuh, anak tiri, anak
akuan, anak angkat..dalam pembagian waris
menurut bentuk-bentuk perkawinan adat,..?
Hukum Pelanggaran Adat
Hukum pelanggaran adat / hukum pidana adat /
hukum adat delik / adatdelichten recht ialah :
1. Aturan-aturan hukum adat yang mengatur
peristiwa atau perbuatan kesalahan
2. yang berakibat terganggunya keseimbangan
masyarakat
3. Sehingga perlu tindakan penyelesaian
(punishment) agar keseimbangan masyarakat
tidak terganggu/kembali normal.
Peristiwa Delik Adat Penyelesaian
Keseimbangan Dalam Masyarakat
Pengertian Pelanggaran Adat
(adat delichten recht)
Van Vollenhoven :
“..Perbuatan yang tidak boleh dilakukan walaupun pada kenyataannya
peristiwa tersebut hanya berupa kesalahan kecil (dimaklumi)..”
Ter Haar :
“..setiap gangguan dari suatu pihak terhadap keseimbangan, dimana
setiap pelanggaran itu dari suatu pihak atau dari kelompok orang
berwujud maupun tak berwujud, berakibat menimbulkan suatu reaksi
adat sehingga keseimbangan dalam kehidupan (manusia maupun
yang ghaib) harus dipulihkan kembali.
Sanksi : dapat berupa hukuman yang diberikan dalam upacara adat,
sehingga ada yg dikenal dengan “ hukuman pasung, arak-arakan,
sesajean, ruwat desa/bersih desa, dst,..”
SIFAT HUKUM PELANGGARAN ADAT
Secara umum sifatnya :
a. Tradisional magis religius
b. Menyeluruh & menyatukan
c. Non Pra Existente
d. Tidak menyama-ratakan
e. Terbuka & lentur
f. Pelanggaran tata tertib
g. Harus ada aduan
h. Reaksi & Koreksi
i. Pertanggungjawaban kesalahan (ability)
j. Wilayah tertentu
a. Tradisional magis & religius
Perbuatan yang tidak boleh dilakukan dan mengganggu keseimbangan
masyarakat yang bersifat turun-temurun dan dikaitkan dengan dengan
keyakinan dan kepercayaan, tidak saja dianggap mengganggu
keseimbangan kosmis (alam, manusia, makhluk lain) melainkan juga
akibat buruk dari yang ghaib.
Peristiwa pelanggaran adat itu menurut alam pikiran yang tradisional yang
bersifat kosmis yang menempatkan kehidupan manusia itu berkaitan
dengan alam, makhluk lain, yang diagungkan (tuhan/dewa).
Misalnya :
anak patuh pada kehendak orang tua
Adik tidak boleh mendahului kakaknya menikah
Lelaki dan wanita dilarang berzina
Upacara adat sebelum panen padi,..dst
b. Menyeluruh dan Menyatukan
Menyeluruh & menyatukan artinya tidak memisah-misah antara
pelanggaran bersifat pidana (publik) ataupun perdata (privat), begitu
juga tidak dibedakan apakah perbuatan kesalahan tersebut termasuk
kesengajaan atau kelalaian, tidak juga membedakan antara pelaku
(dader), kesemuanya disatukan sebagai suatu rangkaian peristiwa
yang mengganggu keseimbangan dan keseluruhannya dijadikan
satu dalam penyelesaiannya di peradilan adat.
Note :
Pembagian Pelaku dalam pidana, yaitu :
1. Pelaku Utama (plichetiger,dader),
2. Turut Melakukan (mededader)
3. Membantu Melakukan (medeplichtiger)
4. Penggas/penghasut (uitloker)
c. Non Pra-Existente
Artinya, apakah ada peraturan yang telah ditetapkan dahulu ataukah
belum ada aturannya, apabila akibat perbuatan itu menggangu
keseimbangan masyarakat, maka pelaku perbuatan pelanggaran
adat tersebut dapat di hukum.
Dengan kata kali, sifat Non Pra Existente tidak seperti adagium
Montesquieu yang dianut oleh hukum pidana sebagaimana diatur
dalam Pasal 1 KUHPidana (WvS), S.1951-732, yaitu “ Nullum delicum
nulla poena sine praevia lege poenali (tiada suatu delik melainkan atas
kekuatan aturan pidana di dalam undang-undang yang telah ada lebih
dahulu dari perbuatan ”).
terjemaha bebas :
Tiada suatu perbuatan (delik) yang dapat dihukum apabila tidak ada
peraturan yang mengatur mengenai perbuatan itu.
d. Tidak men-sama rata-kan
Jenis dan sifat sanksi Terhadap pelaku pelanggaran adat berbeda-
beda, hal ini didasarkan pada struktur statusnya dalam masyarakat
adat.
Contoh : Pelaku yang mempunyai kedudukan
strata, pengetahuan,kesolehan, akan memperoleh sanksi yang lebih
berat dibandingkan dengan orang biasa.
Note :
Berbeda dengan sanksi mensamaratakan yang dianut dalam
KUHPidana maupun KUHPerdata barat.
Hukum Adat = Keadilan Proporsional
Hukum Barat = Keadilan “Seimbang”
e. Terbuka & Lentur (fleksible/dinamis)
Hukum adat tidak menolak perubahan dan perkembangan
masyarakatnya dimana aturan adat itu berlaku, asalkan tidak
bertentangan dengan nilai dan norma yang hidup dalam komunitas
adat tersebut.
Contoh :
Dahulu Warna Merah pada pakaian adat Toraja hanya untuk keluarga
raja-raja.
Dahulu tarian adat hanya bagi kalangan bangsawan, sekarang dapat
diadakan siapapun.
Dalam “simbur tjahaja” yang berlaku di Sum-Sel, bila lelaki dan
perempuan yang telah baligh mandi telanjang bersama tanpa
memakai petalasan (main mandi) maka ia dihukum denda 12
ringgit. namun saat ini hanya berupa teguran atau dianggap gila.
f. Terjadinya Pelanggaran Adat
Artinya, pelanggaran adat terjadi bila tata tertib adat
setempat dilanggar atau karena suatu pihak merasa
dirugikan sehingga keseimbangan masyarakat terganggu.
Jika pelanggaran adat terjadi, namun keseimbangan
masyarakat setempat tidak terganggu, maka perbuatan
tersebut tergolong pelanggaran adat yang tidak
mempunyai akibat hukum, sehingga pelaku pelanggaran
cukup diperingatkan agar tidak berbuat lagi.
g. Pelanggaran Adat = Delik Aduan
Untuk menyelesaikan tuntutan dari pihak
yang merasa dirugikan harus ada pengaduan,
berupa pemberitahuan dan permintaan untuk
diselesaikan kepada kepala adat.
Tanpa adanya pengaduan, pemeriksaan
tuntutan tidak dilakukan.
h. Reaksi dan Koreksi
Ketika terjadi pelanggaran adat, pertanggungjawaban
kesalahan bukan hanya dapat dikenakan kepada pribadi
pelaku saja, melainkan juga keluarga dan/atau
masyarakat-kepala adatnya.
Contoh :
- Paksaan menikah bagi gadis yang telah cemar
kehormatan nya.
- Mengadakan selamatan, qurban untuk membersihkan
lingkungan/tempat tertentu dari pengaruh ghaib.
- Diasingkan/dibuang dari kelompok masyarakat dalam
jangka waktu tertentu.
i. Pertanggungjawaban kesalahan
Dalam hukum barat yang menjadi pokok sanksi atas pelanggaran
(delik) yaitu :
a. Perbuatan itu terbukti kesalahannya dan dapat dihukum
(strafbaarfeit) ;
b. Pelakunya (plegher /dader) dapat
mempertanggungjawabkannya.
“SANKSI ATAS PERBUATAN”
Sedangkan dalam hukum pelanggaran adat, yang menjadi pokok
sanksi ialah :
a. bagaimana solusi akibat dari perbuatan pelanggaran adat
itu, sehingga hukum adat tidak mengenal perbedaan sanksi
antara kesengajaan ataupun kelalaian seperti hukum barat.
b. Siapa yang harus bertanggung jawab atas akibat itu.
“SANKSI ATAS AKIBAT”
j. Tempat Berlakunya
Keberlakuan hukum pelanggaran adat terbatas pada
lingkungan masyarakat adat tertentu (tidak
menyeluruh sama).
“Lain Padang Lain Ilalang, Lain Lubuk Lain Ikannya”
“Lain masyarakat adat lain pula delik adatnya dan
lain pula cara penyelesaiannya”
SEKIAN, TERIMA KASIH

More Related Content

What's hot

Perbandingan Hukum Perkawinan antara KUHPer dengan UU Perkawinan (UU No.1 tah...
Perbandingan Hukum Perkawinan antara KUHPer dengan UU Perkawinan (UU No.1 tah...Perbandingan Hukum Perkawinan antara KUHPer dengan UU Perkawinan (UU No.1 tah...
Perbandingan Hukum Perkawinan antara KUHPer dengan UU Perkawinan (UU No.1 tah...Muhammad Rafi Kambara
 
Hukum acara perdata - Fungsi, tujuan, dan sumber hukum acara perdata (Idik Sa...
Hukum acara perdata - Fungsi, tujuan, dan sumber hukum acara perdata (Idik Sa...Hukum acara perdata - Fungsi, tujuan, dan sumber hukum acara perdata (Idik Sa...
Hukum acara perdata - Fungsi, tujuan, dan sumber hukum acara perdata (Idik Sa...Idik Saeful Bahri
 
Perbedaan Sistem peradilan Indonesia dengan sistem peradilan Amerika (@Univer...
Perbedaan Sistem peradilan Indonesia dengan sistem peradilan Amerika (@Univer...Perbedaan Sistem peradilan Indonesia dengan sistem peradilan Amerika (@Univer...
Perbedaan Sistem peradilan Indonesia dengan sistem peradilan Amerika (@Univer...PT PINUS MERAH ABADI
 
Contoh surat gugatan wanprestasi
Contoh surat gugatan wanprestasiContoh surat gugatan wanprestasi
Contoh surat gugatan wanprestasiNasria Ika
 
Jawaban gugatan
Jawaban gugatanJawaban gugatan
Jawaban gugatanardi hansa
 
09 hukum perkawinan adat
09 hukum perkawinan adat09 hukum perkawinan adat
09 hukum perkawinan adatQomaruz Zaman
 
Hukum Pertanahan Pasca UU Cipta Kerja PP No 18 Tahun 2021
Hukum Pertanahan Pasca UU Cipta Kerja PP No 18 Tahun 2021Hukum Pertanahan Pasca UU Cipta Kerja PP No 18 Tahun 2021
Hukum Pertanahan Pasca UU Cipta Kerja PP No 18 Tahun 2021Leks&Co
 
kesimpulan penggugat
kesimpulan penggugatkesimpulan penggugat
kesimpulan penggugatNakano
 
Contoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasionalContoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasionalEvirna Evirna
 
eksepsi jawaban
eksepsi jawabaneksepsi jawaban
eksepsi jawabanNakano
 
Natal kristiono mata kuliah hukum adat hukum waris adat
Natal kristiono mata kuliah hukum adat  hukum waris  adatNatal kristiono mata kuliah hukum adat  hukum waris  adat
Natal kristiono mata kuliah hukum adat hukum waris adatnatal kristiono
 
Resume Buku Hukum Perdata "PENGANTAR HUKUM PERDATA TERTULIS (BW)
Resume Buku Hukum Perdata "PENGANTAR HUKUM PERDATA TERTULIS (BW)Resume Buku Hukum Perdata "PENGANTAR HUKUM PERDATA TERTULIS (BW)
Resume Buku Hukum Perdata "PENGANTAR HUKUM PERDATA TERTULIS (BW)Anggit Dwi A
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Idik Saeful Bahri
 
Hukum acara perdata - Kompetensi dan tugas badan peradilan di Indonesia (Idik...
Hukum acara perdata - Kompetensi dan tugas badan peradilan di Indonesia (Idik...Hukum acara perdata - Kompetensi dan tugas badan peradilan di Indonesia (Idik...
Hukum acara perdata - Kompetensi dan tugas badan peradilan di Indonesia (Idik...Idik Saeful Bahri
 
8. keputusan tata usaha negara
8. keputusan tata usaha negara8. keputusan tata usaha negara
8. keputusan tata usaha negaranurul khaiva
 
Makalah hukum agraria di indonesia
Makalah hukum agraria di indonesiaMakalah hukum agraria di indonesia
Makalah hukum agraria di indonesiaRahmanzie Share
 
Asas asas umum pemerintahan yang baik
Asas asas umum pemerintahan yang baikAsas asas umum pemerintahan yang baik
Asas asas umum pemerintahan yang baikFKP2B Cikarang
 
Hak milik atas tanah powerpoint
Hak milik atas tanah powerpointHak milik atas tanah powerpoint
Hak milik atas tanah powerpointAndhika Pratama
 

What's hot (20)

Perbandingan Hukum Perkawinan antara KUHPer dengan UU Perkawinan (UU No.1 tah...
Perbandingan Hukum Perkawinan antara KUHPer dengan UU Perkawinan (UU No.1 tah...Perbandingan Hukum Perkawinan antara KUHPer dengan UU Perkawinan (UU No.1 tah...
Perbandingan Hukum Perkawinan antara KUHPer dengan UU Perkawinan (UU No.1 tah...
 
Hukum acara perdata - Fungsi, tujuan, dan sumber hukum acara perdata (Idik Sa...
Hukum acara perdata - Fungsi, tujuan, dan sumber hukum acara perdata (Idik Sa...Hukum acara perdata - Fungsi, tujuan, dan sumber hukum acara perdata (Idik Sa...
Hukum acara perdata - Fungsi, tujuan, dan sumber hukum acara perdata (Idik Sa...
 
Perbedaan Sistem peradilan Indonesia dengan sistem peradilan Amerika (@Univer...
Perbedaan Sistem peradilan Indonesia dengan sistem peradilan Amerika (@Univer...Perbedaan Sistem peradilan Indonesia dengan sistem peradilan Amerika (@Univer...
Perbedaan Sistem peradilan Indonesia dengan sistem peradilan Amerika (@Univer...
 
Contoh surat gugatan wanprestasi
Contoh surat gugatan wanprestasiContoh surat gugatan wanprestasi
Contoh surat gugatan wanprestasi
 
Hukum Keluarga
Hukum Keluarga Hukum Keluarga
Hukum Keluarga
 
Jawaban gugatan
Jawaban gugatanJawaban gugatan
Jawaban gugatan
 
09 hukum perkawinan adat
09 hukum perkawinan adat09 hukum perkawinan adat
09 hukum perkawinan adat
 
Hukum Pertanahan Pasca UU Cipta Kerja PP No 18 Tahun 2021
Hukum Pertanahan Pasca UU Cipta Kerja PP No 18 Tahun 2021Hukum Pertanahan Pasca UU Cipta Kerja PP No 18 Tahun 2021
Hukum Pertanahan Pasca UU Cipta Kerja PP No 18 Tahun 2021
 
kesimpulan penggugat
kesimpulan penggugatkesimpulan penggugat
kesimpulan penggugat
 
Contoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasionalContoh kasus hukum perdata internasional
Contoh kasus hukum perdata internasional
 
eksepsi jawaban
eksepsi jawabaneksepsi jawaban
eksepsi jawaban
 
Natal kristiono mata kuliah hukum adat hukum waris adat
Natal kristiono mata kuliah hukum adat  hukum waris  adatNatal kristiono mata kuliah hukum adat  hukum waris  adat
Natal kristiono mata kuliah hukum adat hukum waris adat
 
Resume Buku Hukum Perdata "PENGANTAR HUKUM PERDATA TERTULIS (BW)
Resume Buku Hukum Perdata "PENGANTAR HUKUM PERDATA TERTULIS (BW)Resume Buku Hukum Perdata "PENGANTAR HUKUM PERDATA TERTULIS (BW)
Resume Buku Hukum Perdata "PENGANTAR HUKUM PERDATA TERTULIS (BW)
 
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
Hukum perdata internasional - Asas-asas hukum perdata internasional tentang h...
 
Hukum acara perdata - Kompetensi dan tugas badan peradilan di Indonesia (Idik...
Hukum acara perdata - Kompetensi dan tugas badan peradilan di Indonesia (Idik...Hukum acara perdata - Kompetensi dan tugas badan peradilan di Indonesia (Idik...
Hukum acara perdata - Kompetensi dan tugas badan peradilan di Indonesia (Idik...
 
8. keputusan tata usaha negara
8. keputusan tata usaha negara8. keputusan tata usaha negara
8. keputusan tata usaha negara
 
hukum Adat
hukum Adathukum Adat
hukum Adat
 
Makalah hukum agraria di indonesia
Makalah hukum agraria di indonesiaMakalah hukum agraria di indonesia
Makalah hukum agraria di indonesia
 
Asas asas umum pemerintahan yang baik
Asas asas umum pemerintahan yang baikAsas asas umum pemerintahan yang baik
Asas asas umum pemerintahan yang baik
 
Hak milik atas tanah powerpoint
Hak milik atas tanah powerpointHak milik atas tanah powerpoint
Hak milik atas tanah powerpoint
 

Similar to HUKUM KELUARGAAN ADAT

Natal kristiono mata kuliah hukum adat masyarakat hukum adat
Natal kristiono mata kuliah hukum adat  masyarakat hukum   adatNatal kristiono mata kuliah hukum adat  masyarakat hukum   adat
Natal kristiono mata kuliah hukum adat masyarakat hukum adatnatal kristiono
 
P6 - 7 - Pengertian masyarakat hukum adat dan sifat hukum adat.pptx
P6 - 7 - Pengertian masyarakat hukum adat dan sifat hukum adat.pptxP6 - 7 - Pengertian masyarakat hukum adat dan sifat hukum adat.pptx
P6 - 7 - Pengertian masyarakat hukum adat dan sifat hukum adat.pptxNadyaPratiwi19
 
PRILAKU DALAM BEBERAPA MASYARAKAT SUMATERA JAWA DAN BALIntropologi
PRILAKU DALAM BEBERAPA MASYARAKAT SUMATERA JAWA DAN BALIntropologiPRILAKU DALAM BEBERAPA MASYARAKAT SUMATERA JAWA DAN BALIntropologi
PRILAKU DALAM BEBERAPA MASYARAKAT SUMATERA JAWA DAN BALIntropologiPekerja lepas
 
Kedudukan Janda dan Duda dalam Hukum Waris Adat by Agustinus Astono.pptx
Kedudukan Janda dan Duda dalam Hukum Waris Adat by Agustinus Astono.pptxKedudukan Janda dan Duda dalam Hukum Waris Adat by Agustinus Astono.pptx
Kedudukan Janda dan Duda dalam Hukum Waris Adat by Agustinus Astono.pptxAgustinus Astono
 
Kedudukan perempuan dalam pembagian warisan
Kedudukan perempuan dalam pembagian warisanKedudukan perempuan dalam pembagian warisan
Kedudukan perempuan dalam pembagian warisanEko Nainggolan
 
Kedudukan perempuan dalam pembagian warisan
Kedudukan perempuan dalam pembagian warisanKedudukan perempuan dalam pembagian warisan
Kedudukan perempuan dalam pembagian warisanEko Nainggolan
 
Kedudukan perempuan dalam pembagian warisan
Kedudukan perempuan dalam pembagian warisanKedudukan perempuan dalam pembagian warisan
Kedudukan perempuan dalam pembagian warisanEko Nainggolan
 
MASYARAKAT-HUKUM ADAT.ppt
MASYARAKAT-HUKUM ADAT.pptMASYARAKAT-HUKUM ADAT.ppt
MASYARAKAT-HUKUM ADAT.pptYuliCahyono2
 
Bagi Bagi MASYARAKAT-HUKUM ADAT.ppt
Bagi Bagi MASYARAKAT-HUKUM ADAT.pptBagi Bagi MASYARAKAT-HUKUM ADAT.ppt
Bagi Bagi MASYARAKAT-HUKUM ADAT.pptshellans1
 
Dimas Titan Nugroho - 201010200754 - Masyarakat Hukum Adat.pptx
Dimas Titan Nugroho - 201010200754 - Masyarakat Hukum Adat.pptxDimas Titan Nugroho - 201010200754 - Masyarakat Hukum Adat.pptx
Dimas Titan Nugroho - 201010200754 - Masyarakat Hukum Adat.pptxIngeMoureeninta
 
jogotirto kewenangan atau hak asal edit
jogotirto  kewenangan atau hak asal editjogotirto  kewenangan atau hak asal edit
jogotirto kewenangan atau hak asal editharis kunaifi
 
STRUKTUR MASYARAKAT & ORGANISASI HUKUM ADAT.pptx
STRUKTUR MASYARAKAT & ORGANISASI HUKUM ADAT.pptxSTRUKTUR MASYARAKAT & ORGANISASI HUKUM ADAT.pptx
STRUKTUR MASYARAKAT & ORGANISASI HUKUM ADAT.pptxDAHLAN SITOHANG S.Pd., M.H
 
Hukum Adat Waris.ppt
Hukum Adat Waris.pptHukum Adat Waris.ppt
Hukum Adat Waris.pptDinarDorotea
 
Hukum Harta Kekayaan Adat Minangkabau.pptx
Hukum Harta Kekayaan Adat Minangkabau.pptxHukum Harta Kekayaan Adat Minangkabau.pptx
Hukum Harta Kekayaan Adat Minangkabau.pptxFeryChofa
 
Sistem Kekerabatan Bali
Sistem Kekerabatan BaliSistem Kekerabatan Bali
Sistem Kekerabatan Balimayasungeb
 

Similar to HUKUM KELUARGAAN ADAT (20)

Natal kristiono mata kuliah hukum adat masyarakat hukum adat
Natal kristiono mata kuliah hukum adat  masyarakat hukum   adatNatal kristiono mata kuliah hukum adat  masyarakat hukum   adat
Natal kristiono mata kuliah hukum adat masyarakat hukum adat
 
Makalah budaya
Makalah budayaMakalah budaya
Makalah budaya
 
P6 - 7 - Pengertian masyarakat hukum adat dan sifat hukum adat.pptx
P6 - 7 - Pengertian masyarakat hukum adat dan sifat hukum adat.pptxP6 - 7 - Pengertian masyarakat hukum adat dan sifat hukum adat.pptx
P6 - 7 - Pengertian masyarakat hukum adat dan sifat hukum adat.pptx
 
PRILAKU DALAM BEBERAPA MASYARAKAT SUMATERA JAWA DAN BALIntropologi
PRILAKU DALAM BEBERAPA MASYARAKAT SUMATERA JAWA DAN BALIntropologiPRILAKU DALAM BEBERAPA MASYARAKAT SUMATERA JAWA DAN BALIntropologi
PRILAKU DALAM BEBERAPA MASYARAKAT SUMATERA JAWA DAN BALIntropologi
 
Ppt sejarah
Ppt sejarahPpt sejarah
Ppt sejarah
 
Kedudukan Janda dan Duda dalam Hukum Waris Adat by Agustinus Astono.pptx
Kedudukan Janda dan Duda dalam Hukum Waris Adat by Agustinus Astono.pptxKedudukan Janda dan Duda dalam Hukum Waris Adat by Agustinus Astono.pptx
Kedudukan Janda dan Duda dalam Hukum Waris Adat by Agustinus Astono.pptx
 
Kedudukan perempuan dalam pembagian warisan
Kedudukan perempuan dalam pembagian warisanKedudukan perempuan dalam pembagian warisan
Kedudukan perempuan dalam pembagian warisan
 
Kedudukan perempuan dalam pembagian warisan
Kedudukan perempuan dalam pembagian warisanKedudukan perempuan dalam pembagian warisan
Kedudukan perempuan dalam pembagian warisan
 
Kedudukan perempuan dalam pembagian warisan
Kedudukan perempuan dalam pembagian warisanKedudukan perempuan dalam pembagian warisan
Kedudukan perempuan dalam pembagian warisan
 
MASYARAKAT-HUKUM ADAT.ppt
MASYARAKAT-HUKUM ADAT.pptMASYARAKAT-HUKUM ADAT.ppt
MASYARAKAT-HUKUM ADAT.ppt
 
Bagi Bagi MASYARAKAT-HUKUM ADAT.ppt
Bagi Bagi MASYARAKAT-HUKUM ADAT.pptBagi Bagi MASYARAKAT-HUKUM ADAT.ppt
Bagi Bagi MASYARAKAT-HUKUM ADAT.ppt
 
Hukum perkawinan adat
Hukum perkawinan adatHukum perkawinan adat
Hukum perkawinan adat
 
Dimas Titan Nugroho - 201010200754 - Masyarakat Hukum Adat.pptx
Dimas Titan Nugroho - 201010200754 - Masyarakat Hukum Adat.pptxDimas Titan Nugroho - 201010200754 - Masyarakat Hukum Adat.pptx
Dimas Titan Nugroho - 201010200754 - Masyarakat Hukum Adat.pptx
 
jogotirto kewenangan atau hak asal edit
jogotirto  kewenangan atau hak asal editjogotirto  kewenangan atau hak asal edit
jogotirto kewenangan atau hak asal edit
 
STRUKTUR MASYARAKAT & ORGANISASI HUKUM ADAT.pptx
STRUKTUR MASYARAKAT & ORGANISASI HUKUM ADAT.pptxSTRUKTUR MASYARAKAT & ORGANISASI HUKUM ADAT.pptx
STRUKTUR MASYARAKAT & ORGANISASI HUKUM ADAT.pptx
 
Hukum Adat Waris.ppt
Hukum Adat Waris.pptHukum Adat Waris.ppt
Hukum Adat Waris.ppt
 
Hukum Harta Kekayaan Adat Minangkabau.pptx
Hukum Harta Kekayaan Adat Minangkabau.pptxHukum Harta Kekayaan Adat Minangkabau.pptx
Hukum Harta Kekayaan Adat Minangkabau.pptx
 
HAM PB 3.ppt
HAM PB 3.pptHAM PB 3.ppt
HAM PB 3.ppt
 
Sistem kasta
Sistem kastaSistem kasta
Sistem kasta
 
Sistem Kekerabatan Bali
Sistem Kekerabatan BaliSistem Kekerabatan Bali
Sistem Kekerabatan Bali
 

More from natal kristiono (20)

Natal kristiono hukum pajak materi pph_21_dan_26_new
Natal kristiono hukum pajak  materi pph_21_dan_26_newNatal kristiono hukum pajak  materi pph_21_dan_26_new
Natal kristiono hukum pajak materi pph_21_dan_26_new
 
Materi hukum pajak pajak daerah
Materi hukum pajak  pajak daerahMateri hukum pajak  pajak daerah
Materi hukum pajak pajak daerah
 
Materi hukum pajak " pajak daerah"
Materi hukum pajak " pajak daerah"Materi hukum pajak " pajak daerah"
Materi hukum pajak " pajak daerah"
 
Tugas pkn iqbale
Tugas pkn iqbaleTugas pkn iqbale
Tugas pkn iqbale
 
Pkn zaskia
Pkn zaskiaPkn zaskia
Pkn zaskia
 
Bab xiv
Bab xivBab xiv
Bab xiv
 
Bab xiii
Bab xiiiBab xiii
Bab xiii
 
Bab xii
Bab xiiBab xii
Bab xii
 
Bab xi
Bab xiBab xi
Bab xi
 
Bab x
Bab xBab x
Bab x
 
Bab viii
Bab viiiBab viii
Bab viii
 
Bab vii
Bab viiBab vii
Bab vii
 
Bab vi
Bab viBab vi
Bab vi
 
Bab v
Bab vBab v
Bab v
 
Bab ix
Bab ixBab ix
Bab ix
 
Bab iv
Bab ivBab iv
Bab iv
 
Bab iii
Bab iiiBab iii
Bab iii
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Babi 5~1
Babi 5~1Babi 5~1
Babi 5~1
 

Recently uploaded

Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024budimoko2
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptYanseBetnaArte
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 

Recently uploaded (20)

Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 

HUKUM KELUARGAAN ADAT

  • 2. Satuan Acara Perkuliahan I. Susunan masyarakat Indonesia a. Pengertian Masyarakat Hukum Adat b. Tipe-tipe Masyarakat Hukum Adat II. Pengaruh Faktor Sosiologis terhadap perubahan garis keturunan dalam masyarakat adat a. Pengaruh dan dampaknya b. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan III. Perubahan kearah sistem bilateral pada masyarakat Indonesia
  • 3. I. Susunan Masyarakat Indonesia See : Pasal 163 IS  Penggolongan Masyarakat Masyarakat Hukum Adat  kesatuan masyarakat untuk sanggup berdiri sendiri, yaitu merupakan kesatuan hukum penguasa dan kesatuan lingkungan hidup berdasarkan hak bersama atas tanah & air bagi semua anggota masyarakat hukum tsb. Cara hidup kolektif / komunal berdasarkan faham bahwa tanah dan air adalah kepunyaan bersama bagi seluruh masyarakat adat untuk eksistensi bersama.
  • 4. Ter Haar tentang Masyarakat Adat : 1. Persekutuan manusia yang teratur, 2. menetap di suatu daerah tertentu, 3. mempunyai penguasa dan 4. mempunyai kebudayaan yang berwujud atau tidak berwujud, 5. anggotanya hidup menurut kodrat alam, tak seorang pun berfikir untuk membubarkan atau melepaskan diri dari ikatan kesatuan massyarakat tsb
  • 5. Contoh kesatuan masyarakat adat : Desa  di Jawa Marga  di Sumatera Selatan (karena tempat kelahiran) Nagari  di Minangkabau Kuria / marga  di Tapanuli Wanua  di Sulawesi Selatan -- Stop --
  • 6. Tipe-tipe Masyarakat Hukum Klasifikasi masyarakat hukum adat : 1. Masyarakat hukum Keturunan (geneologis) 2. Masyarakat hukum teritorial (wilayah) 3. Masyarakat hukum Territorial-geneologis (campuran) 4. Masyarakat hukum Lainnya : Adat-Keagamaan Exp : Geneologis, anggotanya merasa terikat dan teratur, berdasarkan kepercayaan bahwa mereka berasal dari satu keturunan yang sama dari 1 leluhur, baik karena hubungan darah(keturunan) maupun pertalian perkawinan atau pertalian adat.
  • 7. I. Pembagian pertalian keturunan (geneologis) : 1. Menurut garis laki-laki (patrilineal), menghubungkan laki-laki sebagai pengikatnya alur keturunan. Contoh : Batak, Bali, Ambon. 2. Menurut garis perempuan (matrilineal), menghubungkan perempuan sebagai pengikatnya alur keturunan.contoh : Minangkabau, Kerinci, Semendo. 3. Menurut garis orang tua / bapak dan ibu (bilateral/ parental) garis keturunan ini dinilai dan diberi derajat yang sama. Contoh : Jawa, Bugis, Dayak Note : Keluarga “orang timur” : orangtua,keluarga bapak-keluarga ibu,kakek- nenek,dst Keluarga “orang barat” : ayah,ibu,anak-anak. Pernikahan “barat”, : bersatunya 2 insan Pernikahan “timur‟ : bersatunya 2 keluarga.
  • 8. II. Pembagian pertalian territorial Territorial, anggotanya merasa terikat berdsarkan suatu daerah kediaman tertentu / kesamaan wilayah tempat tinggal bersama, baik dalam kegiatan duniawi sebagai tempat kehidupan maupun kaitan roh leluhur sebagai pemujaan. kepentingan yang sama, pebutuhan pokok bersama yang ditandai suatu derajat hubungan sosial. 3 macam pembagian, yaitu : a. Persekutuan Desa (kampung,dusun) b. Persekutuan Daerah (nagari-sumbar, marga-sumut,negorij-minahasa & maluku) c. Persekutuan Wilayah (kerjasama antar klan dalam 1 daerah). Exp : a. sekelompok orang yang hidup bersama, pandangan hidup yang sama, cara hidup yang sama,kepercayaan yang sama,kediaman yang sama, tatanan sosial yang sama. b. merupakan kesatuan sosial beberapa masyarakat desa, yang masing-masing tetap pada kesatuan yang berdiri sendiri, namun masih terdapat kesamaan diantara mereka. c. kesatuan sosial yang dibentuk atas dasar kerjasama, & kepentingan bersama. Contoh :pembangunan sistem pengairan, penyelesaian perkara adat.
  • 9. Dengan berlakunya UU No.5 tahun 1979 ttg Pemerintahan Desa, maka ketiga macam masyarakat hukum teritorial tidak lagi bersifat formal, melainkan berubah menjadi “desa-desa adat” yang informal. Pasal 1 nya : “…desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat hukum, yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung dibawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan NKRI,dusun..”,‟..dusun adalah bagian wilayah dalam desa yang merupakan unit kerja pelaksana pemerintahan desa,..” Analisis : lain halnya dengan masyarakat yang bersifat kekerabatan (geneologis) atau yg bersifat keagamaan,tidak begitu saja dapat diselaraskan, tanpa memperhatikan sifat- sifat ikatan kesatuannya yang khusus yang bersifat geneologis dan atau keagamaan.
  • 10. III. Masyarakat Hukum Geneologis- Teritorial (Campuran). Kesatuan masayarakat yang tetap dan teratur, anggotanya terikat pada tempat kediaman dan hubungan keturunan baik pertalian darah maupun kekerabatan. Misal : Kampung Arab-palembang,melayu- deli,minang-riau, palembang-bugis (lrg.bugis) dst..
  • 11. IV. Masyarakat Adat-Keyakinan Kesatuan masyarakat adat yang dipengaruhi Adanya “persekutuan pujaan /ilah”,seperti kepercayaan, dan agama.sehingga penganut kepercayaan merupakan masyarakat adat/kepercayaan. Tujuan sesungguhnya dari masyarakat adat- keagamaan adalah untuk melestarikan adat- istiadat dan menjunjung tinggi ajaran keyakinan. Contoh : Dunia melayu-dunia islam,minang-islam
  • 12. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN GARIS KETURUNAN DALAM MASYARAKAT ADAT 1. Faktor Pendidikan 2. Faktor Perantauan 3. Faktor Hidup 4. Faktor Komunitas 5. Faktor Ekonomi (teknologi,industrial) 6. Revolusi 7. Faktor Ideologi (Pancasila) 8. Faktor Islam An-nisa 22-24,larang siapa saja yg tidak boleh kawin An-nisa 7,11,12,13,33,176,mengenai waris. 1. Faktor Politis
  • 13. II. Hukum Adat Perkawinan (HAP) HAP adalah aturan-aturan hukum adat yang mengatur tentang bentuk-bentuk perkawinan, cara-cara pelamaran, upacara perkawinan dan putusnya perkawinan di Indonesia. UU No.1 tahun 1974 ttg Perkawinan hanya mengatur tentang dasar-dasar perkawinan, syarat-syarat perkawinan,pencegahan perkawinan, batalnya perkawinan, perjanjian perkawinan, hak & kewajiban suami istri, harta benda dalam perkawinan, putusnya perkawinan serta akibatnya, kedudukan anak, perwalian, ketentuan lain. Sedangkan mengenai bentuk perkawinan, acara peminangan,pelamaran, upacara perkawinan lainnya masih dalam ruang lingkup hukum adat.
  • 14. 1. Bentuk-bentuk Perkawinan Patrilineal  Perkawinan Jujur Matrilineal  Perkawinan Semanda Bilateral/Parental  Perkawinan Bebas (mandiri) Perkawinan Jujur - Perkawinan dengan pemberian (pembayaran) uang atau barang jujur ; - Yang dilakukan pihak calon suami kepada pihak calon istri ; - sebagai tanda pengganti pelepasan mempelai wanita keluar dari kewargaan adat persekutuan hukum bapaknya ; - pindah dan masuk kedalam persekutuan hukum suaminya.
  • 15. - Setelah perkawinan, maka istri berada di bawah kekuasaan kerabat suami, - berkedudukan hukum dan menetap dengan pihak kerabat suami,begitu pula anak-anak keturunannya melanjutkan garis suaminya, - harta yang dibawa istri dalam perkawinan dikuasai suami, kecuali ditentukan lain oleh pihak istri. - Pembayaran jujur tidak sama dengan “mas kawin” menurut islam. uang jujur adalah kewajiban adat ketikadilakukan pelamaran dari kerabat pria kepada kerabat wanita untuk dibagi2kan kepada tua-tua kerabat. Sedangkan mas kawin adalah kewajiban agama yang harus dipenuhi pria untuk wanita. - Uang jujur tidak boleh dihutang,mas kawin boleh dihutang.
  • 16. - Dalam perkawinan jujur, berlaku adat “pantang cerai”, jadi senang-susah selama hidupnya istri dibawah kekuasaan suami - Jika suami wafat, maka istri harus melakukan perkawinan dengan saudara suami (leviraat,anggau(sumsel),lakoman(batak),nyikok (lampung)) - Jika istri wafat, maka suami harus kawin lagi dengan saudara istri (sororat,kawin tungkat (pasemah),nuket (lampung)) - Bila tidak ada saudara/saudari suami/istri, maka digantikan orang lain diluar kerabat.
  • 17. Perkawinan Semanda - Calon suami dan kerabatnya tidak melakukan pemberian uang jujur kepada pihak wanita, justru sebaliknya berlaku pelamaran dari pihak calon istri dan kerabatnya. - Setelah perkawinan, maka suami berada di bawah kekuasaan kerabat istri dan berkedudukan hukumnya bergantung pada bentuk perkawinan semenda yang berlaku, yaitu (Hilman Hadikusuma) : a. semanda Raja-raja ; b. semanda Lepas ; c. semanda Bebas ; d. semanda Nunggu ; e. Semanda Ngangkit e. semenda Anak Dagang.
  • 18. a. Semenda Raja-raja, artinya suami istri berkedudukan seimbang baik di pihak istri maupun pihak suami. b. Semanda Lepas, artinya suami mengikuti kediaman istri. c. Semanda Bebas, artinya suami tetap pada kerabat orang tuanya,hanya sebagai “urang sumando”. d. Semanda Nunggu, suami istri berkediaman kerabat istri sampai adik istri (ipar) mandiri/menikah. e. Semanda Ngangkit, artinya suami mengambil istri untuk dijadikan penerus keturunan pihak ibu suami dikarenakan ibu suami tidak mempunyai anak perempuan. f. Semanda Anak Dagang atau Semanda Burung, artinya suami tidak menetap di tempat istri melainkan datang sewaktu-waktu,kemudian pergi lagi.
  • 19. Prakteknya di daerah Rejang-Bengkulu, 2 istilah : 1. Semanda Beradat, dimana pihak pria membayar uang adat kepada kerabat wanita menurut martabat adatnya, 2. Semanda Tak Beradat, Pihak pria tidak membayar uang adat dan biaya apapun, karena semua biaya perkawinan ditanggung semua pihak wanita (“temakep burung terbang” suami dianggap sebagai burung yg ditangkap,”masen utang”,suami mengabdi di tempat istri sebagai pembayar utang). Di Lampung “semanda nabuh beduk”: suami datang ketika magrib,pergi ketika subuh”, “semenda iring beli”, suami sebagai pengabdi istri karena terhitung berhutang uang adat. Sejak berlakunya UU No.1 tahun 1974, adat semacam ini tidak berlaku lagi. Pada umumnya dalam perkawinan Semenda,kekuasaan istri lebih berperan, lelaki hanya sebagai “ngijam jago”,atau pemberi bibit saja, dan kurang tanggung jawab dalam keluarga.
  • 20. Perkawinan Bebas (mandiri) - Berlaku pada masyarakat adat sistem parental. - Dimana pihak kerabat suami maupun istri tidak banyak lagi campur tangan dalam keluarga rumah tangga suami–istri. - Sistem ini seperti tujuan UU No.1/1974, dimana kedudukan dan hak suami- istri berimbang sama. Suami adalah kepala rumah tangga, dan istri sebagai ibu rumah tangga. - Setelah perkawinan, suami-istri memisah (mencar,mentas) dari kekuasaan orang tua dan keluarga masing-masing dan hidup mandiri. - Orang tua hanya memberikan bekal (sangu) dengan harta pemberian atau harta warisan sebagai harta bawaan dalam perkawinan. - Sebelum perkawinan orang tua masing-masing pihak memberikan nasehat,petunjuk dalam memilih jodoh. - Setelah menikah, orang tua hanya mengawasi kehidupan mereka berumah tangga. - Dalam perkawinan ini dapat terjadi “pantang cerai”, “kawin gantung” namun bukanlah suatu keharusan, hanya kebiasaan saja.Ditinjau dari segi hukum dan per-UU-an juga merupakan pelanggaran hukum perkawinan nasional.
  • 21. Bentuk Perkawinan Lainnya 1. Perkawinan Campuran dimana terjadi perkawinan antara dua suku, adat dan agama yang dianut. Beda adat Misal : Batak  “marsileban”, pria/wanita yang bukan warga adat harus diangkat dan dimasukkan lebih dahulu ke sebagai warga adat batak dalam “dalihan na tolu” pria (hula-hula),wanita (namboru). Serupa dengan “ngakuk menulung” di Lampung. Beda Agama : Islam : pria muslim-wanita non-muslim, BOLEH pria non muslim-wanita muslim, TIDAK BOLEH Katolik : perbedaan agama antara pria-wanita BOLEH, asalkan dengan perjanjian bahwa suami/istri yang katolik harus mendidik & menjadikan anak-anaknya katolik. Nasional : salah satu calon harus mengalah. Berdasarkan UU Perkawinan,perkawinan sah bila menurut agama nya.
  • 22. ADAT PELAMARAN - Adat Pelamaran ialah :adanya pelamaran dari pihak yang satu ke pihak yang lain. - UU No.1 tahun 1974 tidak mengatur mengenai pelamaran, berarti bilamana pria dan wanita sepakat melangsungkan perkawinan dapat saja memberitahukannya kepada Pegawai Pencatat Perkawinan sebagaimana diatur dalam Bab II Pasal 2-9 PP No.9 tahun 1975, tanpa melibatkan orang tua. - Tetapi menurut adat, cara demikian dalam pandangan masyarakat tercela.
  • 23. Sebagaimana Ter Haar : ”..perkawinan itu bertautan dengan urusan kerabat,urusan keluarga, urusan masyarakat, urusat martabat, dan urusan pribadi..” Dua jalur jenjang perkawinan menurut adat : Jenjang Perkawinan Pekerjaan anak-anak / Pekerjaan Orang Tua Lampung : rasan sanak Pasemah : rasan budak Rejang : asen titik Keinginan anak-anak dilanjutkan oleh orang tua (rasan mude di tuekhi)
  • 24. Cara melamar : - Penjajakan : Pihak yang akan melamar mengirim utusan- perantara kepada pihak yang akan dilamar. - Pelamaran secara resmi oleh keluarga/kerabat kepada pihak wanita dengan membawa “tanda lamaran”. - “tanda lamaran” biasanya terdiri dari : 1. sirih pinang (tepak sirih), 2. mas kawin, 3. mas adat (uang jujur), 4. bahan makanan matang (dodol,wajik,reginang,dll), 5. bahan pakaian dan perhiasan, - Melalui juru bicara memperkenalkan kerabat dan hubungannya (kedua belah pihak). - Tanda lamaran tersebut diteruskan kepada tua-tua adat keluarga/kerabat wanita.
  • 25. - Perundingan, yang dibicarakan : 1. Besarnya uang adat dan/atau mas kawin 2. Besarnya uang permintaan (biaya perkawinan dan lain-lain) 3. Bentuk Perkawinan dan kedudukan suami-istri setelah perkawinan. 4. Perjanjian-perjanjian perkawinan, selain taklik- talak 5. kedudukan harta perkawinan (harta bawaan) 6. acara dan upacara adat perkawinan 7. waktu dan tempat upacara * Note : tidak semua acara & upacara tersebut akan dilaksanakan oleh para pihak yang akan melaksanakan perkawinan, tergantung pada keadaan, kemampuan para pihak dan masyarakat adat bersangkutan.
  • 26. Acara & Upacara Perkawinan Acara Perkawinan Pada umumnya acara perkawinan adat telah meresepsi hukum perkawinan berdasarkan ketentuan agama. Islam  Ijal Kabul, bapak/wali mempelai wanita dan pempelai pria dan dua orang saksi dalam majelis. Katolik  mempelai wanita dan pria mengucapkan janji perkawinan dihadapan pendeta/pasteur di gereja. Budha  mempelai wanita dan pria mengucapkan janji perkawinan dihadapan altar vihara suci sang Budha/Bodisatwa dan bhikkunni/khikkuhu/sumanera. Hindu  mempelai pria-wanita melaksanakan upacara beakala dimuka sanggar (natar) dengan pemberkatan (mejaya-jaya) oleh Brahmana.
  • 27. Upacara Perkawinan, menurut ketentuan dan tata cara masing-masing adat atau kesepakatan. Ibaratnya : “..semakin besar upacara, semakin banyak makanan, semakin lama upacara, semakin tinggi pandangan dam martabat keluarga dalam perkawinan..”
  • 28. HARTA PERKAWINAN Harta Perkawinan = Harta Bersama & Harta Bawaan. Patrilineal : Istri tunduk dalam sistem kekerabatan suami Sehingga semua harta perkawinan dikuasai suami sebagai kepala keluarga Jadi harta bersama, harta bawaan (hadiah & waris), dan harta pusaka (peninggalan), penguasaan pengaturannya dipegang oleh suami yang dibantu istri sebagai pendamping. Jika terjadi perceraian, dan istri meninggalkan tempat kedudukan suaminya, berarti istri melanggar adat dan tidak berhak menuntut bagian dari harta bersama,harta bawaan ataupun membawa anaknya pergi.
  • 29. Matrilineal : Karena bentuk perkawinan nya “semanda”, tanpa membayar uang “jujur”, maka terdapat pemisahan kekuasaan terhadap harta perkawinan. Harta Pusaka milik kerabat dipegang pada “Mamak Kepala Waris”.suami-istri hanya hak mengusahakan dan menikmati hasil panen terhadap bidang tanah. Harta Bersama, suami-istri bersama-sama menguasainya. Harta Bawaan, dikuasai masing-masing pihak. Parental/Bilateral : Harta Bersama, dikuasai bersama suami-istri Harta bawaan, dikuasai masing-masing pihak, kecuali dalam hal kedudukan suami-istri tidak sejajar. Misal : di Jawa”manggih kaya”, dimana suami kaya dan istri miskin. Di Pasundan “nyalindung kagelung” dimana istri kaya,suami miskin.
  • 30. Menurut UU No.1 tahun 1974 Pasal 35 & 36, “..Harta Bersama ialah harta benda yang diperoleh selama perkawinan..” Terhadap Harta Bersama suami-istri dapat menggunakannya atas persetujuan kedua belah pihak. Terhadap Harta Bawaan, masing-masing pihak mempunyai hak sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum mengenai harta bendanya, sepanjang para pihak tidak menentukan lain. Hukum Adat : Kedudukan harta perkawinan dipengaruhi oleh susunan masyarakat adatnya, bentuk perkawinan yang berlaku dan jenis hartanya.
  • 31. Hukum Adat Kekerabatan HAK ialah hukum adat yang mengatur kedudukan pribadi sebagai anggota kerabat, orang tua=anak,anak=kerabat,perwalian anak berdasarkan pertalian darah (keturunan), pertalian perkawinan dan pertalian adat. TUGAS MANDIRI : Bagaimana hubungan hukum antara anak tiri, anak angkat, anak asuh & anak akuan dengan orang tua, kerabat menurut hukum adat…? (kumpul ketika mid)
  • 32. HUKUM ADAT WARIS Pengertian Umum : Aturan-aturan hukum adat yang mengatur tentang bagaimana harta peninggalan atau harta warisan diteruskan atau dibagi dari pewaris kepada ahli waris dari generasi ke generasi selanjutnya. Ter Haar : Hukum Waris Adat ialah aturan hukum yang mengatur tentang cara, bagaimana dari masa ke masa proses penerusan dan peralihan harta kekayaan yang berwujud / tidak berwujud dari generasi ke generasi.
  • 33. Pewarisan : proses penerusan harta warisan / harta peninggalan dari pewaris kepada ahli waris. Dengan demikian, 3 unsur hukum waris, yaitu: 1. Adanya harta warisan / harta peninggalan 2. Adanya pewaris yang meninggalkan hartanya 3. Adanya ahli waris yang meneruskan kepengurusan atau yang menerima bagiannya. Ket : 1. Harta Warisan, kekayaan pewaris yang akan dibagi-bagi kepada ahli waris. Harta peninggalan, kekayaan pewaris yang tidak dibagi-bagi kepada ahli waris. Harta warisan berwujud : bangunan, perlengkapan, harta pusaka, harta perkawinan. Harta warisan tak berwujud : gelar adat, hutang, amanat (wasiat), perjanjian.
  • 34. Prof. Hazairin : “..hukum waris adat mempunyai corak tersendiri dari alam pikiran masyarakat tradisional dengan bentuk kekerabatan yg sistem keturunannya patrilineal, matrilineal, maupun parental, walaupun pada bentuk kekerabatan yang sama belum tentu berlaku sistem kewarisan yang sama..”
  • 35. SISTEM KEWARISAN A. Sistem Kolektif apabila para ahli waris mendapatkan harta peninggalan yang diterima mereka secara kolektif (bersama) dari pewaris yang tidak terbagi-bagi secara perseorangan. Para pewaris hanya diperbolehkan untuk memakai, megusahakan atau mengolah dan menikmati hasilnya. contoh : Tanah Pusaka, barang pusaka, sawah pusaka, rumah gadang. pada masa sekarang boleh ditransaksikan atas persestujaun bersama ahli waris /kerabat.
  • 36. B. Sistem Mayorat, harta pusaka yang tidak terbagi hanya dikuasai (hak pakai,mengolah, mengambilhasil) anak tertua, dengan kewajiban mengurus dan memelihara adik-adiknya sampai mereka dapat berdiri sendiri (walaupun telah menikah). Contoh : Lampung, Papua, Semendo C. Sistem Individual, harta warisan dapat dibagi- bagi dan dimiliki secara perseorangan artinya setiap ahli waris berhak memakai, mengolah, mengambil hasil, mentransaksikan harta warisan tersebut.
  • 37. Dalam perkembangan nya : Kolektif (Patrilineal) Mayorat (matrilineal) Indivual (parental) Sehingga, harta pewarisan dapat dibagi-bagi sebelum pewaris wafat dan sesudah wafat. Pewaris masih hidup (lintiran,Jawa), dilakuakan dalam bentuk penunjukkan dalam bentuk hibah-wasiat, penunjukan batas tanah, jenis barang berupa pesan tertulis/tak tertulis kepada para ahli warisnya. Di Aceh,wasiat tidak boleh melebihi dari 1/3 jumlah warisan, apabila lebih 1/3 bagian yg lebih ditarik kembali ketika pewaris wafat. Pewaris dewasa dan anak kecil : Untuk ahli waris dibawah umur (kecil)  waris gantung,di kuasai orangtuanya yangg masih hidup atau saudaranya. Untuk ahli waris dewasa, dibagi dengan mempertimbangkan kebutuhannya.
  • 38. Pembagian waris : 1. Kesamaan kuantitas (jumlah) antar pria dan wanita. 2. Kuantitas waris pria 2x lebih banyak dari wanita 3. Berdasarkan jenis warisannya Adat di Aceh dan Banten : Rumah diwariskan kepada perempuan Tanah diwariskan kepada anak lelaki. 4. Berdasarkan masih sayang / kerukunan keluarga “..Sengketa pembagian waris diusahakan jalan damai dan kekeluargaan..” maksud filosofinya ialah : a. agar perjalanan dan ketenangan arwah pewaris di alam baka terjaga dan b. tidak terganggu hubungan kekerabatan antar ahli waris.
  • 39. Hukum Adat  Hukum Nasional Tradisi dalam bidang Ekonomi : Ekonomi Perladangan  tolong-menolong: Pembukaan ladang pertanian, secara bersama- sama warga menebang pohon, menebas semak belukar, membakar rumput, membentuk tanah, membuat sistem pengairan, setelah itu tanah dibagi-bagi kepada perserta pembukaan lahan. Misalnya : Subak di Bali, Nulong di Sumbawa. Sumbangan pada warga yang hajatan, berduka, berburu di hutan,
  • 40. Usaha Perorangan : 1. Beri-memberi 2. Pakai-memakai : tukar guling (tukar barang tanpa nilai tambah) 3. Jual-beli : panjer, jual komisi 4. Titip-menitip : titip curah 5. Hutang-piutang, adat tidak mengenal bunga hutang atas kelalaian, tetapi mengenal sistem tanggung-menanggung atau adanya jaminan pribadi/benda. 6. Kerja-mengerjakan : bagi hasil
  • 41. Hak-hak atas tanah 1. Membuka tanah diwali dengan memberi tanda, dapat berupa dari potongan bambu, pohon ditegakkan di tanah sehingga nampak dari jauh. 2. Apabila tanah tersebut ditanami (diusahakan), maka terjadilah hak pakai/hak mengusahakan tanah. 3. Untuk menjadikan hak milik atas tanah tersebut, kama tanah harus terus diusahakan. 4. Apabila tanah tersebut tidak diusahakan lagi, tapi masih terdapat “tanda”, maka yang berlaku adalah hak atas pohon (hak mengambil hasil atas apa yang telah ditanam). 5. Apabila tanah telah menjadi belukar dan “tanda” pun tak terlihat jelas, maka hak milik atas tanah tersebut hilang, namun masih mempunyai “hak utama” untuk mengusahakannya kembali. 6. “hak utama „akan kembali pada hak ulayat ( hak nagari,marga,desa) bila tanah telah menjadi hutan. 7. Namun apabila yang ditanam diatas tanah adalah tanaman keras dan menjadi kebun, maka yang ada hanya “hak menumpang”.
  • 42. 1. Jelaskan ciri masyarakat hukum adat menurut Ter Haar..? 2. Jelaskan klasifikasi masyarakat hukum adat..? 3. Jelaskan pembagian harta perkawinan dan pembagian harta waris menurut bentuk-bentuk perkawinan dalam hukum adat..? 4. Jelaskan kedudukan anak asuh, anak tiri, anak akuan, anak angkat..dalam pembagian waris menurut bentuk-bentuk perkawinan adat,..?
  • 43. Hukum Pelanggaran Adat Hukum pelanggaran adat / hukum pidana adat / hukum adat delik / adatdelichten recht ialah : 1. Aturan-aturan hukum adat yang mengatur peristiwa atau perbuatan kesalahan 2. yang berakibat terganggunya keseimbangan masyarakat 3. Sehingga perlu tindakan penyelesaian (punishment) agar keseimbangan masyarakat tidak terganggu/kembali normal. Peristiwa Delik Adat Penyelesaian Keseimbangan Dalam Masyarakat
  • 44. Pengertian Pelanggaran Adat (adat delichten recht) Van Vollenhoven : “..Perbuatan yang tidak boleh dilakukan walaupun pada kenyataannya peristiwa tersebut hanya berupa kesalahan kecil (dimaklumi)..” Ter Haar : “..setiap gangguan dari suatu pihak terhadap keseimbangan, dimana setiap pelanggaran itu dari suatu pihak atau dari kelompok orang berwujud maupun tak berwujud, berakibat menimbulkan suatu reaksi adat sehingga keseimbangan dalam kehidupan (manusia maupun yang ghaib) harus dipulihkan kembali. Sanksi : dapat berupa hukuman yang diberikan dalam upacara adat, sehingga ada yg dikenal dengan “ hukuman pasung, arak-arakan, sesajean, ruwat desa/bersih desa, dst,..”
  • 45. SIFAT HUKUM PELANGGARAN ADAT Secara umum sifatnya : a. Tradisional magis religius b. Menyeluruh & menyatukan c. Non Pra Existente d. Tidak menyama-ratakan e. Terbuka & lentur f. Pelanggaran tata tertib g. Harus ada aduan h. Reaksi & Koreksi i. Pertanggungjawaban kesalahan (ability) j. Wilayah tertentu
  • 46. a. Tradisional magis & religius Perbuatan yang tidak boleh dilakukan dan mengganggu keseimbangan masyarakat yang bersifat turun-temurun dan dikaitkan dengan dengan keyakinan dan kepercayaan, tidak saja dianggap mengganggu keseimbangan kosmis (alam, manusia, makhluk lain) melainkan juga akibat buruk dari yang ghaib. Peristiwa pelanggaran adat itu menurut alam pikiran yang tradisional yang bersifat kosmis yang menempatkan kehidupan manusia itu berkaitan dengan alam, makhluk lain, yang diagungkan (tuhan/dewa). Misalnya : anak patuh pada kehendak orang tua Adik tidak boleh mendahului kakaknya menikah Lelaki dan wanita dilarang berzina Upacara adat sebelum panen padi,..dst
  • 47. b. Menyeluruh dan Menyatukan Menyeluruh & menyatukan artinya tidak memisah-misah antara pelanggaran bersifat pidana (publik) ataupun perdata (privat), begitu juga tidak dibedakan apakah perbuatan kesalahan tersebut termasuk kesengajaan atau kelalaian, tidak juga membedakan antara pelaku (dader), kesemuanya disatukan sebagai suatu rangkaian peristiwa yang mengganggu keseimbangan dan keseluruhannya dijadikan satu dalam penyelesaiannya di peradilan adat. Note : Pembagian Pelaku dalam pidana, yaitu : 1. Pelaku Utama (plichetiger,dader), 2. Turut Melakukan (mededader) 3. Membantu Melakukan (medeplichtiger) 4. Penggas/penghasut (uitloker)
  • 48. c. Non Pra-Existente Artinya, apakah ada peraturan yang telah ditetapkan dahulu ataukah belum ada aturannya, apabila akibat perbuatan itu menggangu keseimbangan masyarakat, maka pelaku perbuatan pelanggaran adat tersebut dapat di hukum. Dengan kata kali, sifat Non Pra Existente tidak seperti adagium Montesquieu yang dianut oleh hukum pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 1 KUHPidana (WvS), S.1951-732, yaitu “ Nullum delicum nulla poena sine praevia lege poenali (tiada suatu delik melainkan atas kekuatan aturan pidana di dalam undang-undang yang telah ada lebih dahulu dari perbuatan ”). terjemaha bebas : Tiada suatu perbuatan (delik) yang dapat dihukum apabila tidak ada peraturan yang mengatur mengenai perbuatan itu.
  • 49. d. Tidak men-sama rata-kan Jenis dan sifat sanksi Terhadap pelaku pelanggaran adat berbeda- beda, hal ini didasarkan pada struktur statusnya dalam masyarakat adat. Contoh : Pelaku yang mempunyai kedudukan strata, pengetahuan,kesolehan, akan memperoleh sanksi yang lebih berat dibandingkan dengan orang biasa. Note : Berbeda dengan sanksi mensamaratakan yang dianut dalam KUHPidana maupun KUHPerdata barat. Hukum Adat = Keadilan Proporsional Hukum Barat = Keadilan “Seimbang”
  • 50. e. Terbuka & Lentur (fleksible/dinamis) Hukum adat tidak menolak perubahan dan perkembangan masyarakatnya dimana aturan adat itu berlaku, asalkan tidak bertentangan dengan nilai dan norma yang hidup dalam komunitas adat tersebut. Contoh : Dahulu Warna Merah pada pakaian adat Toraja hanya untuk keluarga raja-raja. Dahulu tarian adat hanya bagi kalangan bangsawan, sekarang dapat diadakan siapapun. Dalam “simbur tjahaja” yang berlaku di Sum-Sel, bila lelaki dan perempuan yang telah baligh mandi telanjang bersama tanpa memakai petalasan (main mandi) maka ia dihukum denda 12 ringgit. namun saat ini hanya berupa teguran atau dianggap gila.
  • 51. f. Terjadinya Pelanggaran Adat Artinya, pelanggaran adat terjadi bila tata tertib adat setempat dilanggar atau karena suatu pihak merasa dirugikan sehingga keseimbangan masyarakat terganggu. Jika pelanggaran adat terjadi, namun keseimbangan masyarakat setempat tidak terganggu, maka perbuatan tersebut tergolong pelanggaran adat yang tidak mempunyai akibat hukum, sehingga pelaku pelanggaran cukup diperingatkan agar tidak berbuat lagi.
  • 52. g. Pelanggaran Adat = Delik Aduan Untuk menyelesaikan tuntutan dari pihak yang merasa dirugikan harus ada pengaduan, berupa pemberitahuan dan permintaan untuk diselesaikan kepada kepala adat. Tanpa adanya pengaduan, pemeriksaan tuntutan tidak dilakukan.
  • 53. h. Reaksi dan Koreksi Ketika terjadi pelanggaran adat, pertanggungjawaban kesalahan bukan hanya dapat dikenakan kepada pribadi pelaku saja, melainkan juga keluarga dan/atau masyarakat-kepala adatnya. Contoh : - Paksaan menikah bagi gadis yang telah cemar kehormatan nya. - Mengadakan selamatan, qurban untuk membersihkan lingkungan/tempat tertentu dari pengaruh ghaib. - Diasingkan/dibuang dari kelompok masyarakat dalam jangka waktu tertentu.
  • 54. i. Pertanggungjawaban kesalahan Dalam hukum barat yang menjadi pokok sanksi atas pelanggaran (delik) yaitu : a. Perbuatan itu terbukti kesalahannya dan dapat dihukum (strafbaarfeit) ; b. Pelakunya (plegher /dader) dapat mempertanggungjawabkannya. “SANKSI ATAS PERBUATAN” Sedangkan dalam hukum pelanggaran adat, yang menjadi pokok sanksi ialah : a. bagaimana solusi akibat dari perbuatan pelanggaran adat itu, sehingga hukum adat tidak mengenal perbedaan sanksi antara kesengajaan ataupun kelalaian seperti hukum barat. b. Siapa yang harus bertanggung jawab atas akibat itu. “SANKSI ATAS AKIBAT”
  • 55. j. Tempat Berlakunya Keberlakuan hukum pelanggaran adat terbatas pada lingkungan masyarakat adat tertentu (tidak menyeluruh sama). “Lain Padang Lain Ilalang, Lain Lubuk Lain Ikannya” “Lain masyarakat adat lain pula delik adatnya dan lain pula cara penyelesaiannya”