SlideShare a Scribd company logo
1 of 4
Download to read offline
1
Memahami Konsep dan Implementasi
At-Tamakkun
(Disampaikan dalam acara Pengajian Rutin Baitul Hikmah li Tazkiyatin Nafs,
yang diselenggarakan oleh PDM Kota Yogyakarta, pada hari Ahad, tanggal
15 Februari 2015)
Saat ini banyak orang, yang – meskipun telah berusaha keras –
belum mampu untuk mewujudkan dirinya menjadi seorang yang saleh.
Karena terlalu banyaknya kendala yang merintanginya untuk meninggalkan
sejumlah kenikmatan dan janji-janji kenikmatan yang bisa diperoleh dengan
menunda ketaatannya kepada Allah. Mereka – kata para ulama --,
sebenarnya hanya belum memiliki sikap at-tamakkun, sehingga dirinya
masih merasa berat untuk meninggalkan sesuatu yang seharusnya mereka
tinggalkan, dan mengerjakan sesuatu yang seharusnya mereka kerjakan
dalam rangka membangun ketaatannya kepada Allah dengan sebenar-
benarnya.
Kajian tentang at-Tamakkun ini tidak banyak disampaikan oleh para
ulama, karena materi ini merupakan materi yang dianggap sudah terkait
dengan kajian tentang ath-Thâ’ah. Para ulama pada umumnya mencukupkan
diri dalam kajian ath-Thâ’ah. Padahal, sebenarnya materi ini sangat penting
untuk dijelaskan lebih lanjut berkenaan dengan kajian mengenai an-Niyyah
dan al-‘Amal dalam upaya untuk menarik dan mewujudkan sikap al-Ihsân
dan al-Itqân.
Abu Isma’il al-Harawi, pengarang kitab Manâzilus-Sâ'irîn,
melandaskan kajian tentang masalah at-tamakkun (kesanggupan hati) ini
kepada firman Allah,
. . .
“… dan sekali-kali janganlah orang-orang yang tidak meyakini
(kebenaran ayat-ayat Allah) itu menggelisahkan kamu.” (QS ar-
Rûm/30: 60)
Sisi pelandasannya kepada ayat ini sangat jelas, bahwa orang yang
mantap hatinya tidak peduli terhadap banyaknya kesibukan, tidak terusik
oleh pergaulannya dengan orang-orang yang lalai dan batil. Bahkan dia
2
menjadi mantap dengan kesabaran dan keyakinannya, sehingga dia tidak
gelisah karena tindakan mereka terhadap dirinya. Karena itu Allah
berfirman sebelumnya,
. . .
“Maka bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah itu adalah
Benar...” (QS ar-Rûm/30: 60).
Siapa pun yang telah memenuhi hak kesabaran dan yakin bahwa
janji Allah adalah benar, maka dia tidak akan takut karena ulah orang-orang
yang batil dan tidak gelisah karena orang-orang yang tidak yakin. Tetapi
selagi kesabaran atau keyakinannya melemah, atau kedua-duanya melemah,
maka dia akan takut terhadap mereka dan menjadi gelisah karena ulah
mereka. Bahkan mereka bisa menariknya untuk terjebak menjadi golongan
mereka. Dan peluangnya tergantung dari kuat atau lemahnya kesabaran
dan keyakinannya. Bahkan Ibnu Qayyim al-Jauziyah menegaskan, bahwa
Ibnu Taimiyyah pernah menyatakan bahwa “at-Tamakkun” lebih tinggi
nilainya dalam bangunan aqidah dan akhlak seseorang daripada ath-
thuma'ninah; karena at-Tamakkun merupakan indikator yang mengisyaratkan
seseorang telah memiliki kesiapan diri untuk menuju al-istiqâmah.
Selanjutnya Ibnu Qayyim al-Jauziyah menyatakan, bahwa makna
lebih jauh dari at-tamakkun bukanlah sekadar “kesanggupan hati”, tetapi
merupakan “kemampuan” untuk bersikap pada saat berbuat atau tidak
berbuat, yang dalam implementasinya bisa juga disebut al-makânah.
Beliau mengutip firman Allah dalam QS al-An'âm/6: 135,
. . .
“Katakanlah, 'Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuan kalian,
sesungguhnya aku pun berbuat (pula)'….”
Menurut Abu Isma’il al-Harawi, sebagaimana pendapat Ibnu
Taimiyah, at-tamakkun lebih tinggi tingkatannya daripada ath-thuma'ninah.
Sebab ath-thuma'ninah termasuk jenis kecenderungan. Hati menjadi
thuma'ninah (tentram) karena sesuatu yang membuatnya tenang. Terkadang
hal ini sanggup dilakukan dan terkadang tidak sanggup dilakukan. Karena
itu at-tamakkun tidak sekadar disebut sebagai sebab yang melandasi, tetapi
3
disebutnya sebagai tujuan yang akan ditempati ketika seseorang melakukan
tindakan apa pun. Sehingga kesiapan hati seseorang benar-benar berada
dalam keadaan tertata.
Berkaitan dengan tingkatan-tingkatannya, Ibnu Qayyim al-
Jauziyyah menyatakan bahwa, at-tamakkun itu ada tiga macam, yaitu:
1. Tamakkun al-Murîd. Seorang murid harus menghimpun kebenaran
tujuan yang mendorong perjalanannya, kejelasan ilmu yang
membawanya dan keluasan jalan yang melapangkan hatinya. Murîd
dalam istilah golongan ini adalah orang yang sudah menetapkan
pilihan untuk melakukan perjalanan kepada Allah. Jadi tingkatannya
di atas al-Âbid (Ahli Ibadah). Ini hanya sekadar istilah yang
disesuaikan dengan keadaan orang-orang yang mengadakan
perjalanan itu. Sebab di luar istilah itu, al-Âbid juga bisa disebut al-
Murîd dan al-Murîd bisa disebut al-Âbid. Dia menyebutkan bahwa
ada tiga perkara yang berkaitan dengan tamakkun dalam derajat ini:
Pertama, kebenaran tujuan; kedua, kebenaran ilmu dan ketiga:
keluasan jalan. Dengan kebenaran tujuan, maka perjalanannya
menjadi benar. Dengan kebenaran ilmu, akan terkuak jalan yang akan
dilewati. Dengan keluasan jalan, maka perjalanannya menjadi
mudah.
2. Tamakkun as-Sâlik (orang yang sedang mengadakan perjalanan), yaitu
dengan menghimpun kebenaran pemutusan, kilat pengungkapan
dan sinar keadaan. Derajat ini lebih sempurna daripada derajat yang
pertama. Yang pertama merupakan tamakkun dalam meluruskan
tujuan amal, sedangkan derajat ini merupakan tamakkun dalam
keadaan tamakkun (at-tamakkun fî at-tamakkun). Yang dimaksud
kebenaran pemutusan ialah: pemutusan hati dari segala hal yang bisa
mengotorinya. Jika begitu keadaannya, maka hati akan memeroleh
sinar pengungkapan, yang menempatkan iman seperti sesuatu yang
dapat dilihat dengan mata kepala.
3. Tamakkun al-Ârif (orang yang memiliki ma’rifah), yang diperoleh
dalam al-hadhrah (kemuliaan kebersamaan; sebuah istilah yang
menggambarkan kehadiran dirinya di sisi Allah dan – sekaligus –
kehadiran Allah di dalam dirnya) di atas hijâb pencarian, dengan
mengenakan nûr al-wujûd (cahaya keberuntungan; sebuah istilah
yang mengisyaratkan perolehan rahmat dan hidayah Allah). Orang
yang memiliki ma’rifah lebih khusus dan lebih tinggi daripada orang
yang mengadakan perjalanan. Tetapi menurut pendapat Ibnu
4
Qayyim al-Jauziyah hal ini bukanlah merupakan “al-hadhrah”, yang
terjadi dengan serta-merta karena at-taraqqî (tindakan yang sedang
dilakukan yang berwujud proses pencarian yang menghasilkan
sesuatu, semata-mata karena usaha manusia), namun merupakan
kemuliaan yang terjadi karena adanya konsistensi al-murâqabah
(pengawasan-melekat yang berasal dari Allah) dan perolehan maqâm
al-ihsân, yang merupakan ciri khusus para nabi dan orang-orang yang
memiliki ma’rifah. Penafsiran ini lebih tepat dan lebih benar. Orang
yang memiliki kemuliaan ini tidak dikepung oleh mendung kelalaian
dan tidak disibukkan oleh hal-hal yang berpeluang untuk
menjadikan dirinya terlena. Perkataan orang yang menyatakan
bahwa dirinya telah berada “di atas hijab pencarian”, bahkan ada
orang yang meyatakan bahwa orang yang memiliki ma’rifah akan
naik dari kedudukan pencarian ma’rifah ke kedudukan perolehannya.
Orang yang mencari sesuatu berbeda dengan orang yang sudah
memerolehnya. Orang yang mencari berarti masih berada di balik
hijab pencariannya. Sementara orang yang memiliki ma’rifah naik dari
hijab pencarian, karena dia sudah menyaksikan hakikat. Perkataan
semacam ini perlu mendapatkan kejelasan lebih lanjut. Sebab
pencarian tidak pernah lepas dari hamba selagi hukum-hukum
‘ubudiyyah masih berlaku pada dirinya. Tetapi maksudnya adalah
beralih di beberapa kedudukan pencarian, berpindah dari satu
‘ubudiyyah ke ‘ubudiyyah yang lain, namun dalam setiap
‘ubudiyyahnya sesembahannya tetap satu, tidak beralih dari-Nya
(Allah). Bagaimana mungkin posisi (maqâm) ma’rifah (yang telah
diperoleh seseorang) bisa membebaskan seseorang dari (proses)
pencarian? Ini merupakan masalah, yang karenanya banyak orang
yang terpeleset kakinya, dan orang-orang yang tertipu beranggapan
bahwa mereka tidak memerlukan proses pencarian lagi karena sudah
mencapai posisi ma’rifah. Mereka menyatakan bahwa pencarian
merupakan sarana dan ma’rifah merupakan tujuan, sehingga tidak
ada gunanya menyibukkan diri dengan sarana jika tujuan sudah
teraih. Innu qayiim al-Jauziyah menyatkan bahwa mereka yang
beranggapan seperti ini adalah orang-orang yang keluar dari agama
secara total, setelah mereka menyimpang dari jalan (yang benar).
Wallâhu a’lamu bish Shawâb.

More Related Content

What's hot

Perbandingan konsep antar aliran aliran teologi islam
Perbandingan konsep antar aliran aliran teologi islamPerbandingan konsep antar aliran aliran teologi islam
Perbandingan konsep antar aliran aliran teologi islamfatimatus sholichah
 
Materi pengisian sku penegak bantara saidi
Materi pengisian sku penegak bantara saidiMateri pengisian sku penegak bantara saidi
Materi pengisian sku penegak bantara saidiSaidi Saidi
 
Materi pengisian sku penegak bantara
Materi pengisian sku penegak bantaraMateri pengisian sku penegak bantara
Materi pengisian sku penegak bantaraSaidi Saidi
 
Syarifudin, metode komunikasi al quran
Syarifudin, metode komunikasi al quranSyarifudin, metode komunikasi al quran
Syarifudin, metode komunikasi al quranSyarifudin Amq
 
10.konsep taqwa dlm islam
10.konsep taqwa dlm islam10.konsep taqwa dlm islam
10.konsep taqwa dlm islamazizan azfar
 
Terjemah kitab al qusyairiyah
Terjemah kitab al qusyairiyahTerjemah kitab al qusyairiyah
Terjemah kitab al qusyairiyahPurModin
 
Makalah Implementasi iman dan taqwa dalam kehidupan modern
Makalah Implementasi iman dan taqwa dalam kehidupan modernMakalah Implementasi iman dan taqwa dalam kehidupan modern
Makalah Implementasi iman dan taqwa dalam kehidupan modernAchmad Syarief
 
Makalah aqidah (iman kepada allah)
Makalah aqidah (iman kepada allah)Makalah aqidah (iman kepada allah)
Makalah aqidah (iman kepada allah)hilman shodri
 
Kaidah kausalitas 12
Kaidah kausalitas 12Kaidah kausalitas 12
Kaidah kausalitas 12Ardi Muluk
 
Chapter 2 akidah teras pembangunan muslim
Chapter 2   akidah teras pembangunan muslimChapter 2   akidah teras pembangunan muslim
Chapter 2 akidah teras pembangunan muslimFazd Alias
 
Makalah al imran 190-191
Makalah al imran 190-191Makalah al imran 190-191
Makalah al imran 190-191haf fadhil
 

What's hot (20)

Perbandingan konsep antar aliran aliran teologi islam
Perbandingan konsep antar aliran aliran teologi islamPerbandingan konsep antar aliran aliran teologi islam
Perbandingan konsep antar aliran aliran teologi islam
 
Materi pengisian sku penegak bantara saidi
Materi pengisian sku penegak bantara saidiMateri pengisian sku penegak bantara saidi
Materi pengisian sku penegak bantara saidi
 
Materi pengisian sku penegak bantara
Materi pengisian sku penegak bantaraMateri pengisian sku penegak bantara
Materi pengisian sku penegak bantara
 
Syarifudin, metode komunikasi al quran
Syarifudin, metode komunikasi al quranSyarifudin, metode komunikasi al quran
Syarifudin, metode komunikasi al quran
 
Presentasi agama
Presentasi agamaPresentasi agama
Presentasi agama
 
10.konsep taqwa dlm islam
10.konsep taqwa dlm islam10.konsep taqwa dlm islam
10.konsep taqwa dlm islam
 
Ruang Lingkup Agama
Ruang Lingkup AgamaRuang Lingkup Agama
Ruang Lingkup Agama
 
Terjemah kitab al qusyairiyah
Terjemah kitab al qusyairiyahTerjemah kitab al qusyairiyah
Terjemah kitab al qusyairiyah
 
Makalah Implementasi iman dan taqwa dalam kehidupan modern
Makalah Implementasi iman dan taqwa dalam kehidupan modernMakalah Implementasi iman dan taqwa dalam kehidupan modern
Makalah Implementasi iman dan taqwa dalam kehidupan modern
 
Mazhab mazhab aqidah sem2
Mazhab mazhab aqidah sem2Mazhab mazhab aqidah sem2
Mazhab mazhab aqidah sem2
 
Makalah aqidah (iman kepada allah)
Makalah aqidah (iman kepada allah)Makalah aqidah (iman kepada allah)
Makalah aqidah (iman kepada allah)
 
Makna aqidah
Makna aqidahMakna aqidah
Makna aqidah
 
Presentation BBQ 'mengenal ALLAH'
Presentation BBQ 'mengenal ALLAH'Presentation BBQ 'mengenal ALLAH'
Presentation BBQ 'mengenal ALLAH'
 
Kaidah kausalitas 12
Kaidah kausalitas 12Kaidah kausalitas 12
Kaidah kausalitas 12
 
Ppt aqidah islam
Ppt aqidah islamPpt aqidah islam
Ppt aqidah islam
 
Chapter 2 akidah teras pembangunan muslim
Chapter 2   akidah teras pembangunan muslimChapter 2   akidah teras pembangunan muslim
Chapter 2 akidah teras pembangunan muslim
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 
Makalah al imran 190-191
Makalah al imran 190-191Makalah al imran 190-191
Makalah al imran 190-191
 
konsep aqidah
konsep aqidahkonsep aqidah
konsep aqidah
 
Aqidah ppt
Aqidah pptAqidah ppt
Aqidah ppt
 

Viewers also liked

Termodinamika (1- 2) h sistem_tertutup_dan_terbuka
Termodinamika (1- 2) h sistem_tertutup_dan_terbukaTermodinamika (1- 2) h sistem_tertutup_dan_terbuka
Termodinamika (1- 2) h sistem_tertutup_dan_terbukajayamartha
 
Jaringan komunikasi 7 pti1
Jaringan komunikasi   7 pti1Jaringan komunikasi   7 pti1
Jaringan komunikasi 7 pti1antony veru
 
Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)
Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)
Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)Muhsin Hariyanto
 
Pengurangan [Gasing]
Pengurangan [Gasing]Pengurangan [Gasing]
Pengurangan [Gasing]Arif Rohmadi
 
Pertemuan 1 - Algoritma dan Struktur Data 1
Pertemuan 1 - Algoritma dan Struktur Data 1Pertemuan 1 - Algoritma dan Struktur Data 1
Pertemuan 1 - Algoritma dan Struktur Data 1Achmad Solichin
 
Laporan Praktikum Aplikasi Komputer Sistem Operasi
Laporan Praktikum Aplikasi Komputer Sistem OperasiLaporan Praktikum Aplikasi Komputer Sistem Operasi
Laporan Praktikum Aplikasi Komputer Sistem OperasiAMJ Premium Fashion
 
Pengurangan & Penjumlahan Matriks Array Menggunakan C++
Pengurangan & Penjumlahan Matriks Array Menggunakan C++Pengurangan & Penjumlahan Matriks Array Menggunakan C++
Pengurangan & Penjumlahan Matriks Array Menggunakan C++Muhammad Iqbal
 
Kurikulum 2013 doc.
Kurikulum 2013 doc.Kurikulum 2013 doc.
Kurikulum 2013 doc.kana rozi
 
Makna dan hakikat hidayah allah
Makna dan hakikat hidayah allahMakna dan hakikat hidayah allah
Makna dan hakikat hidayah allahMuhsin Hariyanto
 
Makalah Kurikulum Pendidikan
Makalah Kurikulum PendidikanMakalah Kurikulum Pendidikan
Makalah Kurikulum PendidikanEla Suryani
 
solucion de evidencia 2.3 a world of differences and similarities: ENGLISH DO...
solucion de evidencia 2.3 a world of differences and similarities: ENGLISH DO...solucion de evidencia 2.3 a world of differences and similarities: ENGLISH DO...
solucion de evidencia 2.3 a world of differences and similarities: ENGLISH DO..... ..
 
ENGLISH DOT WORKS 1: Aa4 evidence 3-describing the weather
ENGLISH DOT WORKS 1: Aa4 evidence 3-describing the weatherENGLISH DOT WORKS 1: Aa4 evidence 3-describing the weather
ENGLISH DOT WORKS 1: Aa4 evidence 3-describing the weather.. ..
 

Viewers also liked (18)

eshwer resume (3)
eshwer resume (3)eshwer resume (3)
eshwer resume (3)
 
Termodinamika (1- 2) h sistem_tertutup_dan_terbuka
Termodinamika (1- 2) h sistem_tertutup_dan_terbukaTermodinamika (1- 2) h sistem_tertutup_dan_terbuka
Termodinamika (1- 2) h sistem_tertutup_dan_terbuka
 
презентация Japan
презентация Japanпрезентация Japan
презентация Japan
 
9.sistem file
9.sistem file9.sistem file
9.sistem file
 
Kebolehan melihat pinangan
Kebolehan melihat pinanganKebolehan melihat pinangan
Kebolehan melihat pinangan
 
Jaringan komunikasi 7 pti1
Jaringan komunikasi   7 pti1Jaringan komunikasi   7 pti1
Jaringan komunikasi 7 pti1
 
Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)
Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)
Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)
 
Pengurangan [Gasing]
Pengurangan [Gasing]Pengurangan [Gasing]
Pengurangan [Gasing]
 
Pertemuan 1 - Algoritma dan Struktur Data 1
Pertemuan 1 - Algoritma dan Struktur Data 1Pertemuan 1 - Algoritma dan Struktur Data 1
Pertemuan 1 - Algoritma dan Struktur Data 1
 
Laporan Praktikum Aplikasi Komputer Sistem Operasi
Laporan Praktikum Aplikasi Komputer Sistem OperasiLaporan Praktikum Aplikasi Komputer Sistem Operasi
Laporan Praktikum Aplikasi Komputer Sistem Operasi
 
Managemen Proses
Managemen ProsesManagemen Proses
Managemen Proses
 
Pengurangan & Penjumlahan Matriks Array Menggunakan C++
Pengurangan & Penjumlahan Matriks Array Menggunakan C++Pengurangan & Penjumlahan Matriks Array Menggunakan C++
Pengurangan & Penjumlahan Matriks Array Menggunakan C++
 
Kurikulum 2013 doc.
Kurikulum 2013 doc.Kurikulum 2013 doc.
Kurikulum 2013 doc.
 
Makna dan hakikat hidayah allah
Makna dan hakikat hidayah allahMakna dan hakikat hidayah allah
Makna dan hakikat hidayah allah
 
Jembatan keledai Biologi Fisika Kimia
Jembatan keledai Biologi Fisika KimiaJembatan keledai Biologi Fisika Kimia
Jembatan keledai Biologi Fisika Kimia
 
Makalah Kurikulum Pendidikan
Makalah Kurikulum PendidikanMakalah Kurikulum Pendidikan
Makalah Kurikulum Pendidikan
 
solucion de evidencia 2.3 a world of differences and similarities: ENGLISH DO...
solucion de evidencia 2.3 a world of differences and similarities: ENGLISH DO...solucion de evidencia 2.3 a world of differences and similarities: ENGLISH DO...
solucion de evidencia 2.3 a world of differences and similarities: ENGLISH DO...
 
ENGLISH DOT WORKS 1: Aa4 evidence 3-describing the weather
ENGLISH DOT WORKS 1: Aa4 evidence 3-describing the weatherENGLISH DOT WORKS 1: Aa4 evidence 3-describing the weather
ENGLISH DOT WORKS 1: Aa4 evidence 3-describing the weather
 

Similar to Memahami Konsep Tamakkun

Al fatihah yang mencakup berbagai tuntutan
Al fatihah yang mencakup berbagai tuntutanAl fatihah yang mencakup berbagai tuntutan
Al fatihah yang mencakup berbagai tuntutanMuhsin Hariyanto
 
AKIDAH AKHLAK RESUME KB 2.docx
AKIDAH AKHLAK RESUME KB 2.docxAKIDAH AKHLAK RESUME KB 2.docx
AKIDAH AKHLAK RESUME KB 2.docxyandra helira
 
Makalah konsep iman takdir dan hari kiamat
Makalah konsep iman takdir dan hari kiamatMakalah konsep iman takdir dan hari kiamat
Makalah konsep iman takdir dan hari kiamatWarnet Raha
 
Kaidah kausalitas 10
Kaidah kausalitas 10Kaidah kausalitas 10
Kaidah kausalitas 10Ardi Muluk
 
86452785 makalah-pai
86452785 makalah-pai86452785 makalah-pai
86452785 makalah-paiIndra Passer
 
PRESENTASI AGAMA KEL 3 revisi.pptx
PRESENTASI AGAMA KEL 3 revisi.pptxPRESENTASI AGAMA KEL 3 revisi.pptx
PRESENTASI AGAMA KEL 3 revisi.pptxAnggitaMurnisetyaput
 
MATERI PAI IMAN KEPADA QADA DAN QADAR.pptx
MATERI PAI IMAN KEPADA QADA DAN QADAR.pptxMATERI PAI IMAN KEPADA QADA DAN QADAR.pptx
MATERI PAI IMAN KEPADA QADA DAN QADAR.pptxYudhistiraPutra9
 
Hidayah allah KELOMPOK 1
Hidayah allah KELOMPOK 1 Hidayah allah KELOMPOK 1
Hidayah allah KELOMPOK 1 Alfiseptina
 
Proses mendapatkan akidah
Proses mendapatkan akidahProses mendapatkan akidah
Proses mendapatkan akidahghaziplanters
 

Similar to Memahami Konsep Tamakkun (20)

Bab ii 2
Bab ii 2Bab ii 2
Bab ii 2
 
Al fatihah yang mencakup berbagai tuntutan
Al fatihah yang mencakup berbagai tuntutanAl fatihah yang mencakup berbagai tuntutan
Al fatihah yang mencakup berbagai tuntutan
 
10 MUWASAFAT TARBIYAH.docx
10 MUWASAFAT TARBIYAH.docx10 MUWASAFAT TARBIYAH.docx
10 MUWASAFAT TARBIYAH.docx
 
AKIDAH AKHLAK RESUME KB 2.docx
AKIDAH AKHLAK RESUME KB 2.docxAKIDAH AKHLAK RESUME KB 2.docx
AKIDAH AKHLAK RESUME KB 2.docx
 
Makalah konsep iman takdir dan hari kiamat
Makalah konsep iman takdir dan hari kiamatMakalah konsep iman takdir dan hari kiamat
Makalah konsep iman takdir dan hari kiamat
 
Kaidah kausalitas 10
Kaidah kausalitas 10Kaidah kausalitas 10
Kaidah kausalitas 10
 
Modul 14 kb 2
Modul 14 kb 2Modul 14 kb 2
Modul 14 kb 2
 
aqidah akhlak
aqidah akhlakaqidah akhlak
aqidah akhlak
 
86452785 makalah-pai
86452785 makalah-pai86452785 makalah-pai
86452785 makalah-pai
 
Riyâdhah
RiyâdhahRiyâdhah
Riyâdhah
 
Bab 1 dalil aqli dan naqli
Bab 1 dalil aqli dan naqliBab 1 dalil aqli dan naqli
Bab 1 dalil aqli dan naqli
 
Beberapa rahasia al quran
Beberapa rahasia al quranBeberapa rahasia al quran
Beberapa rahasia al quran
 
Kepribadian muslim
Kepribadian muslimKepribadian muslim
Kepribadian muslim
 
PRESENTASI AGAMA KEL 3 revisi.pptx
PRESENTASI AGAMA KEL 3 revisi.pptxPRESENTASI AGAMA KEL 3 revisi.pptx
PRESENTASI AGAMA KEL 3 revisi.pptx
 
Qadha dan qadar
Qadha dan qadarQadha dan qadar
Qadha dan qadar
 
Iman yang Sempurna
Iman yang SempurnaIman yang Sempurna
Iman yang Sempurna
 
MATERI PAI IMAN KEPADA QADA DAN QADAR.pptx
MATERI PAI IMAN KEPADA QADA DAN QADAR.pptxMATERI PAI IMAN KEPADA QADA DAN QADAR.pptx
MATERI PAI IMAN KEPADA QADA DAN QADAR.pptx
 
Hidayah allah KELOMPOK 1
Hidayah allah KELOMPOK 1 Hidayah allah KELOMPOK 1
Hidayah allah KELOMPOK 1
 
Proses mendapatkan akidah
Proses mendapatkan akidahProses mendapatkan akidah
Proses mendapatkan akidah
 
Aswaja xi
Aswaja xiAswaja xi
Aswaja xi
 

More from Muhsin Hariyanto

Fenomenologi transendental edmund husserl
Fenomenologi transendental edmund husserlFenomenologi transendental edmund husserl
Fenomenologi transendental edmund husserlMuhsin Hariyanto
 
Membuka pintu (yang) terkunci
Membuka pintu (yang) terkunciMembuka pintu (yang) terkunci
Membuka pintu (yang) terkunciMuhsin Hariyanto
 
Tawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’ala
Tawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’alaTawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’ala
Tawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’alaMuhsin Hariyanto
 
Puasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharram
Puasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharramPuasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharram
Puasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharramMuhsin Hariyanto
 
Jalan hidupku adalah menulis
Jalan hidupku adalah menulisJalan hidupku adalah menulis
Jalan hidupku adalah menulisMuhsin Hariyanto
 
Politik filantropi atau filantropi politik
Politik filantropi atau filantropi politikPolitik filantropi atau filantropi politik
Politik filantropi atau filantropi politikMuhsin Hariyanto
 
Menimbang kembali peran dan tanggung jawab ulama
Menimbang kembali peran dan tanggung jawab ulamaMenimbang kembali peran dan tanggung jawab ulama
Menimbang kembali peran dan tanggung jawab ulamaMuhsin Hariyanto
 
Membangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosial
Membangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosialMembangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosial
Membangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosialMuhsin Hariyanto
 
Menjaga diri dengan yang halal
Menjaga diri dengan yang halalMenjaga diri dengan yang halal
Menjaga diri dengan yang halalMuhsin Hariyanto
 
Lailatul qadr, malam sejuta makna
Lailatul qadr, malam sejuta maknaLailatul qadr, malam sejuta makna
Lailatul qadr, malam sejuta maknaMuhsin Hariyanto
 
Kebahagiaan mana yang ingin anda raih
Kebahagiaan mana yang ingin anda raihKebahagiaan mana yang ingin anda raih
Kebahagiaan mana yang ingin anda raihMuhsin Hariyanto
 
Istighfar dan taubat sebagai pintu rezeki
Istighfar dan taubat sebagai pintu rezekiIstighfar dan taubat sebagai pintu rezeki
Istighfar dan taubat sebagai pintu rezekiMuhsin Hariyanto
 
Tuntunan ibadah-ramadan-1434
Tuntunan ibadah-ramadan-1434Tuntunan ibadah-ramadan-1434
Tuntunan ibadah-ramadan-1434Muhsin Hariyanto
 
Strategi perjuangan muhammadiyah
Strategi perjuangan muhammadiyahStrategi perjuangan muhammadiyah
Strategi perjuangan muhammadiyahMuhsin Hariyanto
 

More from Muhsin Hariyanto (20)

Fenomenologi transendental edmund husserl
Fenomenologi transendental edmund husserlFenomenologi transendental edmund husserl
Fenomenologi transendental edmund husserl
 
Al mukhbitun-01
Al mukhbitun-01Al mukhbitun-01
Al mukhbitun-01
 
Membuka pintu (yang) terkunci
Membuka pintu (yang) terkunciMembuka pintu (yang) terkunci
Membuka pintu (yang) terkunci
 
Tawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’ala
Tawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’alaTawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’ala
Tawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’ala
 
Puasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharram
Puasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharramPuasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharram
Puasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharram
 
Jalan hidupku adalah menulis
Jalan hidupku adalah menulisJalan hidupku adalah menulis
Jalan hidupku adalah menulis
 
Meraih haji mabrur
Meraih haji mabrurMeraih haji mabrur
Meraih haji mabrur
 
Politik filantropi atau filantropi politik
Politik filantropi atau filantropi politikPolitik filantropi atau filantropi politik
Politik filantropi atau filantropi politik
 
Menimbang kembali peran dan tanggung jawab ulama
Menimbang kembali peran dan tanggung jawab ulamaMenimbang kembali peran dan tanggung jawab ulama
Menimbang kembali peran dan tanggung jawab ulama
 
Membangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosial
Membangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosialMembangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosial
Membangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosial
 
Menjaga diri dengan yang halal
Menjaga diri dengan yang halalMenjaga diri dengan yang halal
Menjaga diri dengan yang halal
 
Lailatul qadr, malam sejuta makna
Lailatul qadr, malam sejuta maknaLailatul qadr, malam sejuta makna
Lailatul qadr, malam sejuta makna
 
Belajar memberi maaf
Belajar memberi maafBelajar memberi maaf
Belajar memberi maaf
 
Kebahagiaan mana yang ingin anda raih
Kebahagiaan mana yang ingin anda raihKebahagiaan mana yang ingin anda raih
Kebahagiaan mana yang ingin anda raih
 
Istighfar dan taubat sebagai pintu rezeki
Istighfar dan taubat sebagai pintu rezekiIstighfar dan taubat sebagai pintu rezeki
Istighfar dan taubat sebagai pintu rezeki
 
Bermuhammadiyah
BermuhammadiyahBermuhammadiyah
Bermuhammadiyah
 
Tuntunan ibadah-ramadan-1434
Tuntunan ibadah-ramadan-1434Tuntunan ibadah-ramadan-1434
Tuntunan ibadah-ramadan-1434
 
Mimpi, apa maknanya
Mimpi, apa maknanyaMimpi, apa maknanya
Mimpi, apa maknanya
 
Strategi perjuangan muhammadiyah
Strategi perjuangan muhammadiyahStrategi perjuangan muhammadiyah
Strategi perjuangan muhammadiyah
 
Hukum meminta jabatan
Hukum meminta jabatanHukum meminta jabatan
Hukum meminta jabatan
 

Recently uploaded

Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdfPenampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdfDianNovitaMariaBanun1
 
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 ShortRenungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 ShortRobert Siby
 
PERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptxPERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptxAfifahNuri
 
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUSWJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUSRobert Siby
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5Adam Hiola
 
PRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptx
PRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptxPRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptx
PRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptxSaeful Malik
 

Recently uploaded (6)

Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdfPenampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
 
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 ShortRenungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
 
PERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptxPERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
 
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUSWJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5
 
PRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptx
PRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptxPRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptx
PRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptx
 

Memahami Konsep Tamakkun

  • 1. 1 Memahami Konsep dan Implementasi At-Tamakkun (Disampaikan dalam acara Pengajian Rutin Baitul Hikmah li Tazkiyatin Nafs, yang diselenggarakan oleh PDM Kota Yogyakarta, pada hari Ahad, tanggal 15 Februari 2015) Saat ini banyak orang, yang – meskipun telah berusaha keras – belum mampu untuk mewujudkan dirinya menjadi seorang yang saleh. Karena terlalu banyaknya kendala yang merintanginya untuk meninggalkan sejumlah kenikmatan dan janji-janji kenikmatan yang bisa diperoleh dengan menunda ketaatannya kepada Allah. Mereka – kata para ulama --, sebenarnya hanya belum memiliki sikap at-tamakkun, sehingga dirinya masih merasa berat untuk meninggalkan sesuatu yang seharusnya mereka tinggalkan, dan mengerjakan sesuatu yang seharusnya mereka kerjakan dalam rangka membangun ketaatannya kepada Allah dengan sebenar- benarnya. Kajian tentang at-Tamakkun ini tidak banyak disampaikan oleh para ulama, karena materi ini merupakan materi yang dianggap sudah terkait dengan kajian tentang ath-Thâ’ah. Para ulama pada umumnya mencukupkan diri dalam kajian ath-Thâ’ah. Padahal, sebenarnya materi ini sangat penting untuk dijelaskan lebih lanjut berkenaan dengan kajian mengenai an-Niyyah dan al-‘Amal dalam upaya untuk menarik dan mewujudkan sikap al-Ihsân dan al-Itqân. Abu Isma’il al-Harawi, pengarang kitab Manâzilus-Sâ'irîn, melandaskan kajian tentang masalah at-tamakkun (kesanggupan hati) ini kepada firman Allah, . . . “… dan sekali-kali janganlah orang-orang yang tidak meyakini (kebenaran ayat-ayat Allah) itu menggelisahkan kamu.” (QS ar- Rûm/30: 60) Sisi pelandasannya kepada ayat ini sangat jelas, bahwa orang yang mantap hatinya tidak peduli terhadap banyaknya kesibukan, tidak terusik oleh pergaulannya dengan orang-orang yang lalai dan batil. Bahkan dia
  • 2. 2 menjadi mantap dengan kesabaran dan keyakinannya, sehingga dia tidak gelisah karena tindakan mereka terhadap dirinya. Karena itu Allah berfirman sebelumnya, . . . “Maka bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah itu adalah Benar...” (QS ar-Rûm/30: 60). Siapa pun yang telah memenuhi hak kesabaran dan yakin bahwa janji Allah adalah benar, maka dia tidak akan takut karena ulah orang-orang yang batil dan tidak gelisah karena orang-orang yang tidak yakin. Tetapi selagi kesabaran atau keyakinannya melemah, atau kedua-duanya melemah, maka dia akan takut terhadap mereka dan menjadi gelisah karena ulah mereka. Bahkan mereka bisa menariknya untuk terjebak menjadi golongan mereka. Dan peluangnya tergantung dari kuat atau lemahnya kesabaran dan keyakinannya. Bahkan Ibnu Qayyim al-Jauziyah menegaskan, bahwa Ibnu Taimiyyah pernah menyatakan bahwa “at-Tamakkun” lebih tinggi nilainya dalam bangunan aqidah dan akhlak seseorang daripada ath- thuma'ninah; karena at-Tamakkun merupakan indikator yang mengisyaratkan seseorang telah memiliki kesiapan diri untuk menuju al-istiqâmah. Selanjutnya Ibnu Qayyim al-Jauziyah menyatakan, bahwa makna lebih jauh dari at-tamakkun bukanlah sekadar “kesanggupan hati”, tetapi merupakan “kemampuan” untuk bersikap pada saat berbuat atau tidak berbuat, yang dalam implementasinya bisa juga disebut al-makânah. Beliau mengutip firman Allah dalam QS al-An'âm/6: 135, . . . “Katakanlah, 'Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuan kalian, sesungguhnya aku pun berbuat (pula)'….” Menurut Abu Isma’il al-Harawi, sebagaimana pendapat Ibnu Taimiyah, at-tamakkun lebih tinggi tingkatannya daripada ath-thuma'ninah. Sebab ath-thuma'ninah termasuk jenis kecenderungan. Hati menjadi thuma'ninah (tentram) karena sesuatu yang membuatnya tenang. Terkadang hal ini sanggup dilakukan dan terkadang tidak sanggup dilakukan. Karena itu at-tamakkun tidak sekadar disebut sebagai sebab yang melandasi, tetapi
  • 3. 3 disebutnya sebagai tujuan yang akan ditempati ketika seseorang melakukan tindakan apa pun. Sehingga kesiapan hati seseorang benar-benar berada dalam keadaan tertata. Berkaitan dengan tingkatan-tingkatannya, Ibnu Qayyim al- Jauziyyah menyatakan bahwa, at-tamakkun itu ada tiga macam, yaitu: 1. Tamakkun al-Murîd. Seorang murid harus menghimpun kebenaran tujuan yang mendorong perjalanannya, kejelasan ilmu yang membawanya dan keluasan jalan yang melapangkan hatinya. Murîd dalam istilah golongan ini adalah orang yang sudah menetapkan pilihan untuk melakukan perjalanan kepada Allah. Jadi tingkatannya di atas al-Âbid (Ahli Ibadah). Ini hanya sekadar istilah yang disesuaikan dengan keadaan orang-orang yang mengadakan perjalanan itu. Sebab di luar istilah itu, al-Âbid juga bisa disebut al- Murîd dan al-Murîd bisa disebut al-Âbid. Dia menyebutkan bahwa ada tiga perkara yang berkaitan dengan tamakkun dalam derajat ini: Pertama, kebenaran tujuan; kedua, kebenaran ilmu dan ketiga: keluasan jalan. Dengan kebenaran tujuan, maka perjalanannya menjadi benar. Dengan kebenaran ilmu, akan terkuak jalan yang akan dilewati. Dengan keluasan jalan, maka perjalanannya menjadi mudah. 2. Tamakkun as-Sâlik (orang yang sedang mengadakan perjalanan), yaitu dengan menghimpun kebenaran pemutusan, kilat pengungkapan dan sinar keadaan. Derajat ini lebih sempurna daripada derajat yang pertama. Yang pertama merupakan tamakkun dalam meluruskan tujuan amal, sedangkan derajat ini merupakan tamakkun dalam keadaan tamakkun (at-tamakkun fî at-tamakkun). Yang dimaksud kebenaran pemutusan ialah: pemutusan hati dari segala hal yang bisa mengotorinya. Jika begitu keadaannya, maka hati akan memeroleh sinar pengungkapan, yang menempatkan iman seperti sesuatu yang dapat dilihat dengan mata kepala. 3. Tamakkun al-Ârif (orang yang memiliki ma’rifah), yang diperoleh dalam al-hadhrah (kemuliaan kebersamaan; sebuah istilah yang menggambarkan kehadiran dirinya di sisi Allah dan – sekaligus – kehadiran Allah di dalam dirnya) di atas hijâb pencarian, dengan mengenakan nûr al-wujûd (cahaya keberuntungan; sebuah istilah yang mengisyaratkan perolehan rahmat dan hidayah Allah). Orang yang memiliki ma’rifah lebih khusus dan lebih tinggi daripada orang yang mengadakan perjalanan. Tetapi menurut pendapat Ibnu
  • 4. 4 Qayyim al-Jauziyah hal ini bukanlah merupakan “al-hadhrah”, yang terjadi dengan serta-merta karena at-taraqqî (tindakan yang sedang dilakukan yang berwujud proses pencarian yang menghasilkan sesuatu, semata-mata karena usaha manusia), namun merupakan kemuliaan yang terjadi karena adanya konsistensi al-murâqabah (pengawasan-melekat yang berasal dari Allah) dan perolehan maqâm al-ihsân, yang merupakan ciri khusus para nabi dan orang-orang yang memiliki ma’rifah. Penafsiran ini lebih tepat dan lebih benar. Orang yang memiliki kemuliaan ini tidak dikepung oleh mendung kelalaian dan tidak disibukkan oleh hal-hal yang berpeluang untuk menjadikan dirinya terlena. Perkataan orang yang menyatakan bahwa dirinya telah berada “di atas hijab pencarian”, bahkan ada orang yang meyatakan bahwa orang yang memiliki ma’rifah akan naik dari kedudukan pencarian ma’rifah ke kedudukan perolehannya. Orang yang mencari sesuatu berbeda dengan orang yang sudah memerolehnya. Orang yang mencari berarti masih berada di balik hijab pencariannya. Sementara orang yang memiliki ma’rifah naik dari hijab pencarian, karena dia sudah menyaksikan hakikat. Perkataan semacam ini perlu mendapatkan kejelasan lebih lanjut. Sebab pencarian tidak pernah lepas dari hamba selagi hukum-hukum ‘ubudiyyah masih berlaku pada dirinya. Tetapi maksudnya adalah beralih di beberapa kedudukan pencarian, berpindah dari satu ‘ubudiyyah ke ‘ubudiyyah yang lain, namun dalam setiap ‘ubudiyyahnya sesembahannya tetap satu, tidak beralih dari-Nya (Allah). Bagaimana mungkin posisi (maqâm) ma’rifah (yang telah diperoleh seseorang) bisa membebaskan seseorang dari (proses) pencarian? Ini merupakan masalah, yang karenanya banyak orang yang terpeleset kakinya, dan orang-orang yang tertipu beranggapan bahwa mereka tidak memerlukan proses pencarian lagi karena sudah mencapai posisi ma’rifah. Mereka menyatakan bahwa pencarian merupakan sarana dan ma’rifah merupakan tujuan, sehingga tidak ada gunanya menyibukkan diri dengan sarana jika tujuan sudah teraih. Innu qayiim al-Jauziyah menyatkan bahwa mereka yang beranggapan seperti ini adalah orang-orang yang keluar dari agama secara total, setelah mereka menyimpang dari jalan (yang benar). Wallâhu a’lamu bish Shawâb.