Dokumen tersebut membahas tentang qadha shalat atau melaksanakan shalat yang tertinggal. Ada beberapa poin penting yang dijelaskan, yaitu: 1) Shalat adalah kewajiban yang harus dilaksanakan pada waktu yang ditentukan; 2) Ada 4 bentuk pelaksanaan shalat, yaitu ada', qadha', i'adah, dan jama'; 3) Ada 2 kategori orang yang terlambat shalat, yaitu tidak sengaja dan sengaja;
1. 1
Qadha Shalat
Di antara amalan yang tingkat kewajibannya sangat kuat adalah shalat.
Karena itu, shalat hukumnya wajib dikerjakan oleh semua orang yang telah
baligh, selagi dia masih berakal. Namun sayang, perhatian kaum muslimin
terhadap shalatnya, tidak sekuat tingkat kewajibannya. Ada diantara mereka
yang meninggalkan sama sekali, ada yang bolong-bolong, ada yang suka
terlambat, hingga ada yang sengaja terlambat. Jika sudah terlambat, dia mulai
resah, bagaimana cara mengqadhanya.
Ada beberapa catatan penting terkait dengan qadha shalat:
Pertama, shalat adalah kewajiban yang dibatasi waktunya
Allah berfirman,
اًتوُقْوام اًاباتِك انيِنِمْؤُمْلا ىالاع ْتانااكاة اَلَّالص َّنِإ
“Sesungguhnya shalat merupakan kewajiban bagi orang beriman yang telah
ditetapkan waktunya.” (QS an-Nisâ’/4: 103).
Ada batas awal dan ada batas akhir untuk shalat wajib. Orang yang
mengerjakan shalat setelah batas akhir statusnya batal, sebagaimana orang
yang mengerjakan shalat sebelum masuk waktu, juga batal. Dengan demikian,
hukum asal shalat, harus dikerjakan pada waktu yang telah ditentukan. Dan
tidak boleh keluar dari hukum asal ini, kecuali karena ada sebab yang
diizinkan oleh syariat, seperti alasan bolehnya menjamak shalat.
Kedua, pelaksanaan shalat wajib ada 4 bentuk: adâ’, qadhâ’, i’âdah,
dan jama’.
1. Adâ’ [arab: ]أداء : melaksanakan shalat pada waktu yang telah
ditentukan. Inilah cara mengerjakan shalat dalam kondisi normal,
sebagaimana jadwal shalat yang telah dimaklumi bersama.
2. Qadhâ’ [arab: ]قضاء : melaksanakan shalat setelah batas waktu yang
ditetapkan. Ini hanya boleh dikerjakan dalam kondisi tertentu, yang
nanti akan dibahas.
3. I’âdah [arab: ُ]إعادة : Mengulangi shalat wajib, karena shalat sebelumnya
dinilai batal dengan sebab tertentu, namun masih dalam rentang waktu
2. 2
shalat. Misal, orang shalat zhuhur tanpa bersuci karena lupa, kemudian
dia mengulangi shalat tersebut sebelum waktu zhuhur selesai.
4. Jama’ [arab: ]جمع melaksanakan shalat yang digabungkan dengan shalat
sebelumnya atau sesudahnya. Jamak hanya boleh dilakukan dengan
syarat dan ketentuan tertentu.
Ketiga, orang yang terlambat dalam mengerjakan shalat ada 2:
1. Terlambat mengerjakan shalat di luar kesengajaan. Seperti ketiduran,
atau kelupaan, kemudian baru sadar setelah waktu shalat selesai.
Dalam kondisi ini, dia diwajibkan untuk segera melaksanakan shalat
setelah sadar. Dalil ketentuan ini adalah hadis dari Anas bin Malik,
bahwa Nabi shallâllahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اَلاص ايِسان ْنامااهاراكاذ ااذِإ ااهايِِّلاصُي ْناأ ااهُتاارَّفاكاف ،ااهْناع اامان ْاوأ ،ًة
“Barang siapa yang kelupaan shalat atau tertidur sehingga terlewat waktu
shalat maka penebusnya adalah dia segera shalat ketika ia ingat.” (HR.
Bukhari dan Muslim).
Disebutkan dalam hadis yang lain bahwa Nabi shallâllahu ‘alaihi wa
sallam pernah melakukan suatu perjalanan bersama para shahabat. Di
malam harinya, mereka singgah di sebuah tempat untuk beristirahat.
Namun mereka kesiangan dan yang pertama bangun adalah
Rasulullah shallâllahu ‘alaihi wa sallam karena sinar matahari.
Kemudian, beliau berwudhu dan beliau memerintahkan agar azan
dikumandangkan. Lalu, beliau melaksanakan shalat qabliyah subuh,
kemudian beliau perintahkan agar seseorang beriqamah, dan beliau
melaksanakan shalat subuh berjamaah. Para sahabat pun saling
berbisik, ‘Apa penebus untuk kesalahan yang kita lakukan karena
terlambat shalat?’ Mendengar komentar mereka, Nabi shallâllahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
3. 3
ااََّّنِإ ،ٌطيِرْفات ِمَّْوالن َِِّف اسْيال ُهَّنِإ ااامأاة اَلَّالص ِِّلاصُي ْاَل ْنام ىالاع ُطيِرْفَّالت
ُهِباتْناي انيِح ااهِِّلاصُيْلاف اكِلاذ الاعاف ْناماف ،ىارُْخْاْل اة اَلَّالص ُتْقاو ايءِاَي ََّّتاح
اااَل
“Sesungguhnya ketiduran bukan termasuk menyia-nyiakan shalat. Yang
disebut menyia-nyiakan shalat adalah mereka yang menunda shalat, hingga
masuk waktu shalat berikutnya. Siapa yang ketiduran hingga terlambat shalat
maka hendaknya dia laksanakan ketika bangun…” (HR Muslim dari Abu
Qatadah)
Namun perlu diingat, makna hadis ini tidak berlaku untuk orang yang
sengaja tidur ketika datang waktu shalat, dan tidak bangun sampai
waktu shalat selesai. Kemudian dia beralasan ketiduran, padahal tidak
ada usaha darinya untuk bangun ketika waktu shalat.
2. Terlambat mengerjakan shalat dengan kesengajaan
Orang yang sengaja menunda shalat, hingga keluar waktu shalat, telah
melanggar dosa yang sangat besar. Sampai sebagian ulama memvonis
perbuatan semacam ini sebagai tindakan kekafiran. Ini menunjukkan
bahwa sengaja menunda waktu shalat sampai keluar waktu, statusnya
dosa yang sangat besar. Dan dia wajib untuk sungguh-sungguh
bertaubat.
Apakah orang ini wajib qadha?
Ulama berbeda pendapat dalam masalah ini. Mayoritas ulama
berpendapat, dia tetap wajib mengqadha shalatnya dan dia berdosa
karena perbuatannya, selama belum sungguh-sungguh bertaubat.
Sementara pendapat yang dikuatkan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah,
qadha shalat yang dia kerjakan tidak sah, karena berarti dia
melaksanakan shalat di luar waktu tanpa udzur (alasan) yang
dibolehkan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan,
4. 4
ُكِرااتاوِة اَلَّالصاًدْماعالُعارْشُيُهالااهُاؤاضاقالاوحِصات،ُهْنِمْلابُرِثْكُيْنِم
،ِعواطَّتالااذاكاوُمْوَّالصاوُهاوُلْواقةافِائاطْنِمِفالَّالس
“Orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja, tidak disyariatkan meng-
qadhanya. Dan jika dilakukan, shalat qadhanya tidak sah. Namun yang dia
lakukan adalah memperbanyak shalat sunah. Ini meruapakan pendapat
sebagian ulama masa silam.” (Al-Ikhtiyârât, hlm. 34).
Keempat, bolehkah melakukan qadha shalat di waktu terlarang?
Ada beberapa waktu yang terlarang untuk shalat, diantaranya: ketika
matahari terbit, atau matahari tenggelam. Ketika ada orang yang ketiduran
shalat subuh dan baru bangun ketika matahari terbit, atau ketiduran shalat
ashar, dan baru bangun ketika matahari terbenam, bolehkah dia mengqadha?
Dalam Fatâwâ Islâm dinyatakan,
ِف الصَلة فعل من يتمكن َلو النسيانو كالنوم عذر للمسلم حصل فإن
ِف ذلك كان لوو ،الصَلة يقضي أن العذر الز إذا عليه َيب فإنه ،وقتها
النه أوقات من وقتانظ .العلماء مجهور قول وهو .يراملغين :ُ(2/515)
“Jika seorang muslim memiliki udzur, seperti ketiduran atau kelupaan, sehingga tidak
memungkinkan untuk melakukan shalat pada waktunya, maka wajib baginya untuk
mengqadha shalat ketika sudah sadar, meskipun di waktu yang terlarang. Ini
merupakan pendapat mayoritas ulama”. Simak Al-Mughnî (2/515). (Syaikh
Muhammad Shalih al-Munjid, Fatâwâ Islâm, no. 20013)
Kelima, baru teringat setelah melewati beberapa shalat
Orang yang lupa shalat, dan baru teringat setelah melewati beberapa
shalat maka dia wajib mengqadha shalat tersebut dan beberapa shalat yang
dilewati. Misalnya, orang lupa shalat zhuhur dan baru ingat setelah maghrib.
Dia wajib mengqadha shalat zhuhur, ashar, kemudian maghrib. Demikian
yang difatwakan oleh Imam Malik.
5. 5
Keenam, Shalat tanpa bersuci karena lupa
Shalat tanpa bersuci, baik dengan wudhu maupun tayammum,
hukumnya batal. Kecuali jika dia tidak mampu melakukan keduanya. Namun
jika ada orang yang shalat tanpa berwudhu karena lupa, padahal normalnya
dia mampu berwudhu, maka status shalatnya batal dan wajib diulangi, ketika
ingat. Karena Nabi shallâllahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اأَّيتوض حَّت ادثْاحأ إذا كمِأحد اةصَل ُهللا ُلايقب ل
“Allah tidak menerima shalat kalian ketika dalam kondisi hadats, sampai dia
berwudhu.” (HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).
Karena statusnya batal, shalat yang dikerjakan tanpa berwudhu,
tidak dinilai sebagai shalat. Dan jika dia baru ingat setelah keluar waktu
shalat maka wajib diqadha.
Dalam Fâtâwâ asy-Syabakah al-Islâmiyah dinyatakan,
،ًاناسي وضوء بغري صلى فمنَُّثارَّكاذاتاكِلاذ،الصَلة وقت خروج بعد لوو
هللا صلى لهولق ،ًانسيان ذلك فعل دام ما عليه إث ول صَلته أعادو توضأ
وسلم عليه“َّنِإاَّاّللازااوااَتْناعِتَُّمأاأاطاْاْلاناايْسِِّالناوااماواوُهِرْكُتْاسِهْيالاع”
ابن اهوروغريمها البيهقيو ماجه
“Orang yang shalat tanpa wudhu karena lupa, kemudian dia baru teringat, meskipun
sudah keluar waktu shalat, dia harus berwudhu dan mengulangi shalatnya. Dia tidak
berdosa, selama itu dilakukan karena lupa. Sebagaimana sabda Nabi shallâllahu ‘alaihi
wa sallam: “Sesungguhnya Allah mengampuni kesalahan umatku karena keliru, lupa,
atau dipaksa.” (HR Ibnu Majah, al-Baihaqi dan yang lainnya dari Abdullah bin
Abbas) (Lihat: Fâtâwâ asy-Syabakah al-Islâmiyah, no. 27116)
Wallâhu A’lam.
(Dikutip dan diselaraskan dari http://www.konsultasisyariah.com/enam-
catatan-tentang-qadha-shalat/)