Dokumen tersebut merangkum kisah Nabi Ayyub yang sangat sabar dalam menghadapi cobaan yang ditimpakan Allah kepadanya seperti kehilangan harta, keluarga dan kesehatan, namun tetap berserah diri dan bersyukur kepada Allah. Akhirnya Allah mengembalikan semua kemakmuran dan kebahagiaan Nabi Ayyub setelah ia terbukti sangat sabar.
1. Page 1 of 6
Belajar Sabar dari Nabi Ayyub ‘alahis salâm
Alkisah, Nabi Ayyub ‘alahis salâm adalah satu seorang keturunan dari
Nabi Ibrahim ‘alahis salâm dan keponakan dari Nabi Yakub ‘alahis salâm Dia
dikirim untuk memerbaiki akhlak orang-orang yang tinggal di padang pasir yang
terletak di sudut timur laut Palestina.
Ketika Ayyub ‘alahis salâm dipilih menjadi Nabi, ia mulai mengajar
orang tentang Allah dan agama-Nya. Beliau menyarankan orang-orang untuk
berbuat baik dan menjauhi perbuatan jahat. Seperti biasa, sebagaimana dengan
para nabi lainnya, pada awalnya sangat sedikit orang yang percaya kepadanya
namun secara bertahap jumlah pengikutnya mulai meningkat.
Nabi Ayyub ‘alahis salâm adalah seorang yang kaya raya dan sejahtera
dengan iman yang sangat teguh kepada Allah. beliau memiliki peternakan yang
luas, kekayaan yang berlimpah, ternak yang banyak dan harta berharga, tetapi
hal tersebut tidak membuatnya sombong. Kekayaannya merupakan media
baginya untuk mencari karunia Allah subhânahu wa ta’âlâ.
Allah subhânahu wa ta’âlâ Menguji Kesabaran Nabi Ayyub ‘alahis salâm
Nabi Ayyub ‘alahis salâm adalah sosok yang penuh dengan kerendahan
hati dan keimanan kepada Allah. Beliau sangatlah sabar, dan setia.
Suatu ketika setan mendengar sekelompok malaikat membahas bahwa Nabi
Ayyub ‘alahis salâm adalah orang terbaik di zamannya, maka berdeguplah
jantung si Iblis penuh dengan kecemburuan dan kemarahan. Dibuatlah rencana
untuk menggoda Nabi Ayyub ‘alahis salâm supaya menjauh dari kebaikan dan
jatuh ke dalam kekafiran dan korupsi. Setan berusaha untuk mengalihkan
perhatian Nabi Ayyub ‘alahis salâm dari doa-doanya, tetapi Nabi Ayyub ‘alahis
salâm tetap tabah dan berdoa dengan penuh komitmen (janji pada diri sendiri
sendiri atau pada orang lain yang tercermin dalam tindakan) dan konsentrasi.
Hal ini menyebabkan kemarahan Setan semakin tumbuh dan ia
mengeluh kepada Allah dengan mengatakan bahwa Nabi Ayyub ‘alahis salâm
adalah hamba yang diperlakukan secara istimewa karena Allah memberkatinya
dengan kekayaan dan harta benda. Allah mengijinkan Setan untuk
menghancurkan harta Nabi Ayyub ‘alahis salâm, suatu hari peternakannya yang
besar diserang oleh perampok, mereka membunuh banyak hamba sahayanya
dan membawa pergi paksa semua ternaknya. Nabi Ayyub ‘alahis salâm tidak
menyesali kehilangan ini dan tetap bersyukur kepada Allah. Beliau mengakui
bahwa Allah mampu memberikan atau mengambil kekayaan dan harta benda
sebagaimana Dia inginkan.
2. Page 2 of 6
Setan menjadi lebih frustrasi dan kembali kepada Allah mengatakan
bahwa Ayyub ‘alahis salâm hanya menyembunyikan kekecewaannya karena
beliau memiliki keluarga besar yang bahagia. Setelah beberapa waktu
kemudian, atap rumahnya runtuh dan banyak anggota keluarganya meninggal.
Nabi Ayyub ‘alahis salâm sangat terkejut tapi beliau tetap memegang teguh
imannya kepada Allah. Beliau tidak meneteskan air mata atau menghela napas
yang berisi keluhan. Beliau bersujud kepada Yang Mahakuasa. Beliau
mengatakan bahwa harta dan anak-anak adalah hadiah dari Allah. Jika Ia telah
mengambil hal-Nya, tidak ada gunanya meratapi kehilangan mereka. Sekali
lagi, Nabi Ayyub ‘alahis salâm berpaling kepada Allah untuk mencari
kenyamanan dan menerima tes yang paling berat ini tanpa keluhan.
Setan kemudian menyamar dan mendekati Nabi Ayyub ‘alahis salâm
dalam bentuk seorang pria tua. Orang tua ini menunjukkan rasa simpatinya
kepada Nabi Ayyub ‘alahis salâm dan menyarankan bahwa Allah tidak
memberikan imbalan apa-apa bagi pengabdian dan doa-doanya, tetapi Nabi
Ayyub ‘alahis salâm menjawab bahwa Allah “kadang-kadang memberi dan
kadang-kadang membutuhkan“, dan bahwa dia sangat senang dengan Pencipta-
Nya. Setan pun diam tetapi kemarahannya semakin membara. Dia kembali
kepada Allah dan berkata bahwa karena Nabi Ayyub ‘alahis salâm dalam
kondisi baik dan sehat oleh karenanya dia masih mempunyai harapan untuk
mendapatkan kembali kekayaannya dan memiliki lebih banyak anak. Setan
meminta izin untuk menghancurkan kesehatan Nabi Ayyub ‘alahis salâm Allah
mengabulkan permintaan Iblis yang ketiga tetapi dengan syarat bahwa Setan
tidak boleh memengaruhi jiwa, hati dan intelektualitas Nabi Ayyub ‘alahis salâm
Setelah beberapa tahun kemudian, Nabi Ayyub ‘alahis salâm menderita
penyakit kulit. Bagian tubuhnya ditutupi dengan luka yang menjijikkan. Wajah
dan tangannya dipenuhi oleh borok yang berisi cacing. Diriwayatkan bahwa ia
memungut orang-cacing yang jatuh dari lukanya dan memuji Allah yang telah
menciptakan mereka.
Teman-temannya (yang ternyata adalah teman-teman ‘palsu’)
kemudian mengaitkan bencana-bencana tersebut dengan dosa-dosa Nabi Ayyub
‘alahis salâm Mereka mengejek dan memandang rendah kepadanya. Semua
orang meninggalkan dan mengasingkannya kecuali isterinya yang setia,
Rahima. Dia mengurus Nabi Ayyub ‘alahis salâm dan menghujaninya dengan
penuh kasih sayang meskipun mereka telah menjadi miskin dan dia harus
bekerja sebagai pelayan untuk menyediakan mereka sedikit makanan setiap
hari.
3. Page 3 of 6
Sepanjang penderitaannya, Nabi Ayyub ‘alahis salâm tetap setia kepada
Allah. Bibir dan lidahnya tetap basah dengan mengingat Allah dan ia tidak
pernah putus asa atau mengeluh. Dia terus berterima kasih kepada Allah
bahkan untuk bencana besar yang telah menimpanya. Setan sudah tidak tahu
lagi bagaimana untuk menarik perhatian Nabi Ayyub ‘alahis salâm dari
pengabdiannya kepada Allah sehingga ia memutuskan untuk menggoda isteri
Nabi Ayyub ‘alahis salâm . Dia datang padanya dalam bentuk seorang pria dan
mengingatkannya pada hari-hari tua dan betapa mudahnya hidup mereka dulu.
Meledaklah tangis isteri Nabi Ayyub ‘alahis salâm dan menantang beliau,
“pintalah kepada Tuhanmu untuk menghilangkan penderitaan ini dari kita“.
Nabi Ayyub ‘alahis salâm sangat terpukul dan mengingatkan isterinya
bahwa Allah telah memberkati mereka dengan kekayaan, anak-anak dan
kesehatan selama 80 tahun, dan bahwa penderitaan ini telah terjadi atas mereka
dalam rentang waktu yang relatif singkat. Dia menyatakan bahwa dia malu
untuk memanggil Allah untuk menghilangkan kesulitan ini, dan memeringatkan
isterinya dengan mengatakan bahwa jika ia pernah mendapatkan kesehatannya
kembali dia akan memukulinya sebanyak 100 kali. Hati isteri Nabi Ayyub pun
hancur, ia berbalik pergi dan mencari perlindungan di tempat lain. Nabi Ayyub
‘alahis salâm merasa tak berdaya, dia memohon kepada Allah bukan untuk
mengeluh, tetapi untuk meminta belas kasihan sebagaimana tercantum dalam
QS al-Anbiyâ’/21: 83,
“Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: “(Ya Tuhanku),
sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha
Penyayang di antara semua penyayang.”
Allah subhânahu wa ta’âlâ kemudian menerima doanya.
QS al-Anbiyâ’/21: 84 menegaskan:
ۖ
“Maka Kamipun memerkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang
ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan
bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan
bagi semua yang menyembah Allah.”
4. Page 4 of 6
Nabi Ayyub ‘alahis salâm Disembuhkan dan Dikembalikan Kemakmurannya
Allah subhânahu wa ta’âlâ kemudian berpaling kepadanya dengan
penuh kasih.
ۖ
“Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika ia menyeru Tuhan-nya: “Sesungguhnya
aku diganggu syaitan dengan kepayahan dan siksaan”. (Allah berfirman):
“Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum”. Dan
Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (Kami
tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan
pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai fikiran.” (QS Shâd/38: 41-43)
Beliau diperintahkan untuk menghentakkan kakinya ke permukaan
tanah. Beliau mematuhi perintah dan menyemburlah air. Beliau kemudian
mandi dengan air tersebut dan mendapatkan kesembuhan dari penyakit kulit
yang dideritanya. Nabi Ayyub ‘alahis salâm berlutut dan berdoa
mengekspresikan rasa syukur yang mendalam kepada Allah subhânahu wa ta’âlâ.
Beliau tidak pernah lupa nikmat, kasih dan cintaNya.
Isteri Nabi Ayyub ‘alahis salâm tidak tahan berpisah dari suami tercinta
untuk yang sangat lama, sehingga dia kembali untuk memohon maafnya. Dan
diapun takjub ketika melihat kesembuhan suaminya. Dia berteriak
mengucapkan terima kasih kepadanya. Dan melihat kedatangannya Nabi
Ayyub ‘alahis salâm pun menjadi cemas. Dia telah mengambil sumpah untuk
memukul isterinya namun ia tidak punya keinginan untuk menyakiti hatinya
karena ia sangat mencintainya. Allah ingin meringankan beban hamba
setiaNya, sehingga Ia menasihatinya:
ۗۚۖ
“Dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), maka pukullah dengan itu dan
janganlah kamu melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang
yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat ta’at (kepada Tuhan-
nya).”
5. Page 5 of 6
Setelah itu beliau dikembalikan kedalam kondisi kemakmuran.
Kesehatannya dipulihkan, keluarganya dikembalikan kepadanya dan jumlahnya
dilipatgandakan, dan beliau pun sekali lagi menjadi orang kaya.
Dalam Hadits Riwayat Bukhari, Abu Hurairah r.a. meriwayatkan
bahwa Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam menceritakan:
“Ketika Ayyub mandi dalam keadaan telanjang, segerombolan belalang terbuat dari
emas jatuh pada dirinya, dan dia mulai mengumpulkan mereka dengan jubahnya.
Tuhannya memanggilnya: “Hai Ayyub! Apakah Aku tidak membuat mu terlalu kaya
dengan membuatmu membutuhkan apa yang kamu lihat? Dia menjawab: “Ya
Tuhanku, tapi aku tidak dapat menghindari berkatMu.“ (HR al-Bukhari dari Abu
Hurairah r.a., Shahîh al-Bukhâriy, juz I, hal 78, hadits no. 279)
‘Ibrah (Pelajaran) Dari Kisah Ini
Nabi Ayyub ‘alahis salâm adalah salah seorang Nabi yang sangat
penting dan patut dikenang sebagai teladan. Kisah Nabi Ayyub ‘alahis salâm
berbeda dari pada kisah nabi-nabi lain. Melalui kisahnya, kita dapat melihat
perjuangan umat manusia pada tingkat yang lebih pribadi. Allah tidak
memberitahu kita tentang metode Nabi Ayyub ‘alahis salâm berkhutbah atau
bagaimana orang bereaksi terhadap peringatannya. Allah tidak memberitahu
kita tentang nasib orang-orang pada masa Nabi Ayyub ‘alahis salâm Sebaliknya,
Dia memberitahu kita tentang kesabaran Nabi Ayyub ‘alahis salâm. Contoh dari
perjalanan hidupnya menunjukkan bahwa barangsiapa yang tetap (bersikap)
‘sabar’ di bawah tekanan dalam keadaan apa pun juga, tidak akan luput dari
imbalan yang tinggi di kemudian hari.
Allah mengatakan kepada kita bahwa kisah Nabi Ayyub ‘alahis salâm
adalah pengingat untuk semua orang yang menyembah Allah. Ketika seseorang
benar-benar menyembah Allah dengan berserah diri sepenuhnya, maka ia perlu
memiliki kesabaran. Sangat mudah untuk menyembah selama beberapa hari
atau bahkan berminggu-minggu, tetapi kita harus selalu ‘konsisten’ (bersikap
istiqamah). Berdoa dan shalat di malam hari membutuhkan kesabaran, puasa
6. Page 6 of 6
memerlukan kesabaran, hidup dengan kesengsaraan dan cobaan membutuhkan
kesabaran. Kehidupan dunia ini adalah ujian dan dalam rangka untuk lulus dan
diganjari dengan surga, kita perlu untuk mendapatkan kesabaran seperti yang
dimiliki Nabi Ayyub ‘alahis salâm.
Simaklah firman Allah berikut:
ۗ
ۖ
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira
kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah,
mereka mengucapkan: “Innâ lillâhi wa innâ ilaihi râji’ûn”. Mereka itulah yang
mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah
orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS al-Baqarah/2: 15-157)
Marilah kita belajar kepada Nabi Ayyub ‘alahis salâm, bersikap ‘sabar’
dalam keadaan apa pun, dan jadikanlah sabar dan shalat sebagai media kita
dengan harapan Allah akan selalu menyertai diri kita. Sebagaimana firmanNya:
“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan
shalat (Maksudnya: “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu”). Sesungguhnya
Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS al-Baqarah/2: 153)