2.
Mengetahui pengertian ibadah dalam Islam, hukum-
hukum dan cara syar`I dalam ibadah khusus, dan
pengaruhnya pada individu dan masyarakat sehingga
menjadi pribadi yang memiliki sifat terpuji dan akhlak
Islami yang mendasar, yang tidak dikotori oleh kotoran
dan tidak berhubungan dengan pihak yang bertentangan
Tujuan Umum
3.
1. menerangkan hokum sholat, keutamaannya dan hokum bagi orang yang
meninggalkannya serta dalilnya
2. menjelaskan hokum dan waktu sholat, adzan dan iqomat
3. memerinci syarat-syarat sholat, hal-hal yang wajib dan yang sunnah dilakukan
4. menjelaskan hal-hal yang makruh dilakukan dalam sholat, hal-hal yang
membatalkan dan yang boleh dilakukan
5. menjelaskan sholat-sholat fardlu dan sunnah
6. menyebutkan keutamaan sholat jamaah dan hadits-hadits yang menyangkut
masalah tersebut
7. menjelaskan –dengan singkat- pembahasan berikut ini :
a) menjama` dua sholat
b) sholat bagi orang sakit
c) mengqodlo` sholat
d) sujud sahwi
e) sujud tilawah
f) hokum-hukum masjid
Tujuan Kognitif
4.
1. bangun pagi untuk mengerjakan sholat subuh
2. berusaha untuk adzan untuk mendapatkan pahala
3. berusaha sholat di masjid
4. menghindari hal –hal yang makruh dalam sholat
5. berusaha untuk qiyamullail minimal sekali dalam seminggu
6. khusyu` dalam membaca al Qur`an
7. rajin menghafal al Qur`an sebisanya
8. menjadikan doa sebagai penolong khususnya pada waktu-waktu utama
9. menutup tidurnya dengan taubat dan istughfar
10. selalu menghadirkan niat dalam setiap amalannya
11. membiasakan membaca dzikir ada waktu pagi dan sore
12. mengingat Allah dalam segala keadaan
13. menggunakan siwak
14. senantiasa dalam keadaan berwudlu sebisa mungkin
15. berusaha untuk jihad menjauhi hal-hal yang diharamkan, dan menjauhi tempat-
tempat maksiat
16. mengerjakan sholat dengan benar
Tujuan Afektif dan
Psikomotorik
5.
Kegiatan Pembuka
Mengkomunikasikan tentang urgensi mengkaji Hukum Shalat
Kagiatan Inti:
Kajian tentang Hukum Shalat
Berdikusi dan tanya jawab tetang Hukum Shalat ( lihat tujuan
Kognitif, afektif dan psikomotor
Praktek shalat
Penekanan dari murobbi tentang nilai dan hikmah yang terkandung
dalam Hukum Shalat
Kegiatan Penutup:
Evaluasi
Tugas mandiri
Pilihan Kegiatan
6.
1. menulis lafadz-lafadz adzan dan iqomat dan menempelkannya di
masjid agar mudah dihafalkan
2. mengadakan penelitian tentang pengaruh sholat terhadap individu dan
masyarakat
3. mendengarkan beberapa kaset yang berisi tentang sholat
4. melatih murid (dengan praktek) untuk adzan, iqomah dan sholat
5. pelajaran ilmiah tentang cara mengerjakan sholat di dalam ruangan
belajar
6. menempelkan gambar-gambar yang bermacam-macam yang
menjelaskan gerakan-gerakan sholat
7. melatih anak-anak agar melakukan sholat dengan benar
8. sholat malam dua rokaat dengan istri dan anak, emikian juga dalam
jam pelajaran
Pilihan Kegiatan
Pendukung
7.
1. menulis ayat-ayat yang menunjukkan wajibnya sholat
2. menyebutkan hadits-hadits yang menerangkan gerakan-
gerakannya
3. wirid muhasabah
4. praktek shalat
Evaluasi dan Mutabaah
8.
1. menjelaskan kedudukan dan urgensi sholat dalam Islam
2. menerangkan keutamaan dan pengaruhnya terhadap individu
dan masyarakat
3. menerangkan hokum sholat, syarat wajib dan syarat sahnya
4. menerangkan waktu-waktu sholat
5. menerangkan tatacara adazn dan iqomat
6. menjelaskan rukun dan sunnah sholat
7. menerangkan hal-hal yang membatalkan sholat dan yang boleh
dilakukan
8. menjelaskan hal-hal yang makruh dalam sholat
9. menjelaskan tatacara mengerjakan sholat dengan benar
Tujuan Tarbiyah Dzatiyah
9.
fiqhus Sunnah karangan Sayyid Sabiq
Al Iqna` Syarhu Alfadzi Abi Syuja
Maroji’
10.
1. Hukum, dan keutamaan shalat serta hukum orang yang meninggalkannya
2. Waktu Shalat
3. Adzan dan iqamat
4. Syarat Shalat
5. Rukun Shalat
6. Sunnah Shalat
7. Hal-hal yang makruh dalam shalat
8. Hal-hal yang mubah dalam shalat
9. Hal-hal yang membatalkan shalat
10. Tatacara shalat
11. Macam-macam shalat
12. Shalat-shalat sunnah
13. Shalat berjamaah
14. Shalat dalam perjalanan
Kerangka Materi
12.
Shalat adalah atau dari lima rukun Islam. Shalat merupakan
tiang agama yang tidak akan tegak tanpanya. Shalat adalah
ibadah pertama yang Allah wajibkan. Shalat adalah amal
pertama yang diperhitungkan di hari kiamat. Shalat adalah
wasiat terakhir Rasulullah saw kepada ummatnya ketika hendak
meninggalkan dunia. Shalat adalah ajaran agama yang terakhir
ditinggalkan.
Allah swt menyuruh memelihara shalat setiap saat, ketika
mukim atau musafir, saat aman atau ketakutan (2:238-239)
Sebagaimana Allah telah menjelaskan cara shalat di waktu
perang, yang menegaskan bahwa shalat tidak boleh
ditinggalkan dalam kondisi yang paling genting (4:101-103)
Rasulullah saw telah menjelaskan bahwa shalat menghapus
kesalahan
Kedudukan Shalat
13.
َبَّتاَو َة َ
َلَّصال ُواعاَضَأ ٌفْلَخ ْمِهِدْعَب ْنِم َفَلَخَف
َغ َن ْوَقْلَي َف ْوَسَف ِتاَوَهَّشال واُع
اًّي
Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek)
yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa
nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan. (QS.
Maryam: 59)
َينِلَصُمْلِل ٌلْيَوَف
(
4
)
َونُهاَس ْمِهِت َ
َلَص َْنع ْمُه َِينذَّلا
(
5
)
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu)
orang-orang yang lalai dari shalatnya, (QS. Al Ma’un: 4-5)
Ancaman bagi yang
Meninggalkan Shalat
14.
Hadits Jabir ra berkata: Rasulullah saw bersabda
ِلالرج بين
ُترك فرُكوال
الةَّصال
Batas antara kufur dengan seseorang adalah shalat. (HR Muslim, Abu
Daud, At Tirmidziy, Ibnu Majah dan Ahmad)
Hadits Buraidah, berkata: Rasulullah saw bersabda:
ُدالعه
رَفَك قدَف ركهاَت فمن ،الةَّصال ينهمَبو بيننا الذي
“perjanjian antara kami dengan mereka adalah shalat, maka barang
siapa yang meninggalkannya, maka ia kafir.” HR. Ahmad dan
Ashabussunan.
Hadits Abdullah bin Syaqiq Al ‘Uqailiy, berkata: Para shahabat Nabi
Muhammad saw tidak pernah menganggap amal yang jika
ditinggalkan menjadi kafir selain shalat. HR. At Tirmidzi, Al Hakim
dan menshahihkannya dengan standar Al Bukhari Muslim
Hukum Meninggalkan
Shalat
15.
Para sahabat dan para imam telah berijma’, bahwa
barang siapa yang meninggalkan shalat karena mengingkari
kewajibannya, atau melecehkannya hukumnya kafir murtad.
Sedangkan jika meninggalkannya dengan sengaja, tidak mengingkari
kewajibannya, hukumnya kafir juga menurut sebagian shahabat,
antara lain: Umar bin Khaththab, Abdullah ibnu Mas’ud, Abdullah
ibnu Abbas, Mu’adz bin Jabal, demikian juga menurut imam Ahmad
bin Hanbal.
Sedangkan menurut jumhurul ulama, bahwa orang yang meninggalkan
shalat dengan tidak mengingkari kewajibannya tidak membuatnya
kafir, akan tetapi fasik yang disuruh bertaubat, dan jika tidak mau
bertaubat maka dihukum mati, bukan kafir murtad menurut Asy
Syafi’iy dan Malik. Abu Hanifah berkata: Tidak dibunuh tetapi dita’zir
dan disekap (dipenjara) sampai mau shalat.
Berbagai Pendapat
16.
Meskipun shalat tidak diwajibkan kecuali kepada muslim
yang berakal, dan baligh, hanya saja ia dianjurkan untuk
diperintahkan kepada anak-anak yang sudah berumur
tujuh tahun, dan dipukul, jika tidak mengerjakannya
setelah berusia sepuluh tahun, agar menjadi kebiasaannya.
Seperti dalam hadits: “perintahkan anakmu shalat ketika
berusia tujuh tahun, dan pukullah ia jika berusia sepuluh
tahun, pisahkan tempat tidur mereka. HR Ahmad, Ab
Daud, dan Al Hakim, yang mengatakan hadits ini shahih
sesuai dengan persyaratan imam Muslim
Shalat Anak-anak
18.
1. Shalat fajar, wakutnya sejak terbit fajar shadiq sehingga terbit
matahari, disunnahkan pelaksanaannya di awal waktu menurut
Syafi’iyah , inilah yang lebih shahih, dan disunnahkan
melaksanakannya di akhir waktu meurut madzhab Hanafi.
2. Shalat zhuhur, waktunya sejak tergelincir matahari dari
pertengahan langit, sehingga bayangan benda sama dengan
aslinya. Disunnahkan mengakhirkannya ketika sangat panas,
dan di awal waktu di selain itu. Seperti yang diriwayatkan oleh
Al Bukhari dari Anas ra.
3. Shalat ashar, waktunya sejak bayangan benda sama dengan
aslinya, di luar bayangan waktu zawal, sampai terbenam
matahari. Disunnahkan melaksanakannya di awal waktu, dan
makruh melaksanakannya setelah matahari menguning. Shalat
ashar disebut shalat wustha.
Waktu Shalat
19.
4. Shalat maghrib, waktunya sejak terbenam matahari, sehingga hilang
rona merah. Disunnahkan melaksanakannya di awal waktu, dan
diperbolehkan mengakhirkannya selama belum hilang rona merah di
langit.
5. Shalat isya’, waktunya sejak hilang rona merak sehingga terbit fajar.
Disunnahkan mengakhirkan pelaksanaannya hingga tengah malam.
Diperbolehkan juga melaksanakannya setalah tengah malam, dan
makruh hukumnya tidur sebelum shalat isya’ dan berbincang
sesudahnya Hujjah Imam Syafi;I adalah hadits Ibnu Mas’ud, Bahwa
Rasulullah saw shalat shubuh pertama di awal waktu, lalu shalat hari
berikutnya di akhir waktu, kemudian shalat Rasulullah pada saat
masih gelap setelah itu sampai wafat. HR Al Baihaqi, dengan sanad
shahih. Juga hadits Aisyah ra: “Bahwasannya para wanita mukminah
kembali ke rumahnya setelah shalat shubuh bersama Nabi
Muhammad saw, mereka tidak dapat dikenali karnea masih gelap. HR
Al Jama’ah
Waktu Shalat
20.
Dari Jabir bin Abdillah ra: Bahwa Rasulullah saw kedatangan Malaikat Jibril
alaihissalam, dan berkata: Bangun lalu shalatlah, maka Rasulullah shalat zhuhur ketika
matahari bergeser ke arah barat, kemudian Jibril as datang kembali di waktu ashar dan
mengatakan: Bangun dan shalatlah. Maka Rasulullah saw shalat ashar ketika bayangan
benda sudah sama dengan aslinya. Kemudian Jibril as mendatanginya di waktu
maghrib ketika matahari terbenam, kemudian mendatanginya ketika isya’ dan
mengatakan bangun dan shalatlah. Rasulullah shalat isya’ ketika telah hilang rona
merah. Lalu Jibril mendatanginya waktu fajar ketika fajar sudah menyingsing.
Keesokan harinya Jibril datang waktu zhuhur dan mengatakan: Bangun dan shalatlah.
Rasulullah shalat zhuhur ketika bayangan benda telah sama dengan aslinya. Lalu Jibril
mendatanginya waktu ashar dan berkata: Bangun dan shalatlah. Rasulullah saw shalat
ashar ketika bayangan benda telah dua kali benda aslinya. Jibril as mendatanginya
waktu maghrib di waktu yang sama dengan kemarin, tidak berubah. Kemudian Jibril
mendatanginya di waktu isya’ ketika sudah berlalu separoh malam, atau sepertiga
malam, lalu Rasulullah shalat isya’. Kemudian Jibril mendatanginya ketika sudah
sangat terang, dan mengatakan: Bangun dan shalatlah. Maka Rasulullah shalat fajar.
Kemudian Jibril as berkata: antara dua waktu itulah waktu shalat. HR Ahmad, An
Nasa’I dan At Tirmidziy. Al Bukhari mengomentari hadits ini: Inilah hadits yang paling
shahih tentang waktu shalat.
Hadits Awal dan Akhir
Waktu Shalat
21.
Waktu-waktu yang dijelaskan dalam hadits di atas adalah waktu jawaz
(boleh), dan dalam kondisi udzur dan darurat, waktu shalat itu
membentang sampai datang waktu shalat berikutnya.
Kecuali waktu shalat fajar yang habis dengan terbitnya matahari.
Seperti yang diriwayatkan dari Abudullah bin Amr bin Ash, bahwa
Rasulullah saw bersabada: Waktu zhuhur itu ketika matahari telah
bergeser sampai bayangan seseorang sama dengan tingginya, selama
belum datang waktu ashar, dan waktu ashar itu selama matahari belum
menguning, waktu maghrib selama belum hilang awan merah, waktu
isya’ hingga tengah malam, dan waktu shubuh dari sejak terbit fajar
sehingga terbit matahari….HR Muslim
Jika seorang muslim tertidur sebelum melaksanakan shalat fardhu atau
lupa belum melaksanakannya, maka ia wajib melaksanakannya ketika
ingat, seperti yang pernah disebutkan dalam hadits Rasulullah saw
Waktu Jawaz dan Darurat
23.
1. Adzan dan iqamat hukumnya sunnah muakkadah untuk melaksanakan shalat
fardhu, bagi munfarid maupun berjamaah, menurut jumhurul ulama. Keduanya
hukumnya wajib di masjid menurut imam Malik dan fardhu kifyaah menurut imam
Ahmad
2. Disunnhkan bagi yang mendengar adzn untuk mengucapkan seperti yang
diucapkan oleh muadzdzin kecuali dalam bacaan الصالة على ّيح
(
2 x )
الفالح على ّيح
(
2 x)
yang dijawab dengan :
العظي العلي باهلل َّ
إال قوة وال َلحو ال kemudian bershalawat atas Nabi
sesudah adzan dan mengucapkan : ال ًادّمحُم ِتآ ِةالقائم ِةوالصال ِةَّمالتا ِةالدعو ِههذ َّرب َّمالله
وسيلة
وعدته الذي ًامحمود ًامقام وابعثه ،والفضيلة Ya Allah Pemiliki panggilan yang
sempurna ini, dan shalat yang tegak. Berikan kepada Nabi Muhammad wasilah dan
keutamaan, berikan kepadanya tempat yang terpuji yang telah Engkau janjikan. HR. Al
Bukhariy
3. Disunnahkan berdoa antara adzan dan iqamat. Di antara doa ma’tsur dalam hal ini
adalah yang diriwayatkan dari Sa’d bin Abi Waqas, dari Rasulullah saw:”Barang siapa
yang mengucapkan ketika mendengar mu’adzdzin: ال أن أشهد وأنا
ص ٍدوبمحم ،ًادين ِسالمِوباإل ،ًارب باهلل ضيت َر ،ورسوله بدهَع ًاحمدُم وأن ،له ََريكش ال وحده هللا ّ
إال إله
عليه هللا لى
نوبهُذ له هللا َفرغ ،ًالرسو وسلمAku bersaksi bahwa tiada Tuhan
selain Allah, Maha Esa, Tiada sekutu baginya. Dan bahwa Nabi Muhammad adalah
hamba dan utusannya. Aku ridha Allah sebagai Tuhanku, Islam agamaku, Nabi
Adzan dan Iqamat
24.
4. Disunnahkan ada jarak antara adzan dan iqamat untuk
memberi kesempatan orang hadir ke masjid. Diperbolehkan juga
iqamat selain orang yang adzan. Disunnahkan bagi yang mendengar
qamat untuk menguapkan seperti yang dikatakan oleh orang yang
qamat. Sebagaimana disunnahkan pula berdiri ketika orang yang
qamat mengucapkan (
الصالة قامت قد
5. Diajarkan bagi orang yang mengqadha shalat yang terlewatkan
untuk adzan dan iqamat. Dan jika shalat yang ditinggalkan itu
banyak maka adzan unutk shalat pertama dan qamat untuk setiap
shalat.
6. Diperbolehkan berbicara dll antara qamat dan shalat, dan tidak
mengulang iqamat meskipun penghalang itu panjang. Hal ini
ditetapkan dalam As Sunnah seperti dalam riwayat Al Bukhariy
7. Wanita tidak disunnahkan adzan dan iqamat. Tetapi tidak apa-apa
jika melakukannya. Aisyah ra pernah melakukannya seperti yang
diriwayatkan oleh Al Baihaqi hadits yang menyatakan: Barang siapa
adzan dia yang qamat, adalah dhaif
Adzan dan Iqamat
26.
1. Mengetahui telah datang waktu, meskipun cukup dengan asumsi terkuat (4:103)
2. Suci badan (74:4). Seperti dalam sabda Nabi: «
ك َكرَذ ِلسواغ َّْأضتو
» berwudhu dan basuhah
kemaluanmu (dari madzi) HR Al Bukhari.
3. Bersih tempat, seperti dalam perintah Nabi untuk mengguyur bekas kencing orang badui
yang kencing di masjid.
4. Bersih dari hadats kecil dan besar, dengan mandi dan wudhu (5:6)
5. Menutup aurat (7:31). Dan yang dimaksud dengan zienah adalah penutup aurat, dan yang
dimaksud dengan masjid adalah shalat. Aurat laki-laki antara pusar dan lutut, dan uarat
wanita seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan.
6. Menghadap kiblat langsung bagi yang dapat melihatnya langsung. Menghadap arahnya
bagi yang tidak dapat melihat langsung. Dan wajib berusaha bagi orang yang sedang
kebingungan arah kiblat. Namun ketika ketahuan salah setelah shalat tidak wajib
mengulangnya, dan jika mengetahui kesalahan itu saat shalat, harus segera merubah dan
menyempurnakannya. Kewajiban menghadap kiblat ini gugur bagi orang yang terpaksa,
sakit, ketakutan, shalat sunnah di atas kendaraan. Rasulullah saw shalat menghadap ke mana
saja, dengan menundukkan kepalanya. Tetapi tidak dalam shalat wajib. HR Al Bukhari
Syarat Shalat
28.
1. Niat, yaitu berniat melaksanakan shalat yang dimaksud.
2. Takbiratul Ihram; yaitu takbir tanda masuk amaliah shalat.
Lafalnya : “Allahu Akbar”. Seperti yang dikatakan oleh
Rasulullah saw.
:
«
التسليم وتحليلها ،التكبير وتحريمها ،الطهور الصالة مفتاح
»
“Kunci pembuka shalat adalah bersuci, mulainya adalah takbir dan
selesainya dengan bersalam”. HR Al Khamsah, kecuali An Nasa’iy
dishahihkan oleh At Tirmidzi dan Al Hakim.
3. Berdiri; bagi orang yang mampu berdiri dalam shalat fardhu.
Sabda Nabi:
«
ِطَتْسَت ْمَل ْفإن ،ًافقاعد عِطَتسَت مَل فإن ،ًامِئقا ِّلَص
بْنَج فعلى ْع
»
Shalatlah dengan berdiri, jika tidak mampu maka dengan duduk, jika
tidak mampu maka dengan berbaring. HR. Al Bukhari.
Sedangkan untuk shalat sunnah maka diperbolehkan dengan duduk
meskipun mampu berdiri; hanya nilai shalat duduk itu setengah shalat
berdiri. HR Al Bukhari dan Muslim
Rukun Shalat
29.
4. Membaca surah Al Fatihah setiap rakaat fardhu maupun sunnah. Sabda
Nabi:
«
تابِكال ِةَحِتاَفِب رأْقَي ْمَل ْنَمِل َةالَص ال
»
Tidak sah shalat orang yang tidak membaca Al Fatihah. HR Al Jama’ah
Membaca surah Al Fatihah hukumnya wajib bagi imam atau munfarid (shalat sendirian)
menurut kesepakatan Ulama. Sedang ma’mum
hukum membaca Al Fatihah adalah wajib menurut madzhab Syafi’iy,
makruh menurut madzhab Hanafiy, karena firman Allah di Al A’raf: 204
Sedangkan menurut madzhab Malikiy dan Hanbali, maka ma’mum wajib membaca Al
Fatihah dalam shalat sirriyah (tidak bersuara) dan mendengarkan dalam shalat jahriyah.
Makmum sebaiknya membacanya saat imam diam (antara dua bacaan).
5. Ruku’; yaitu membungkukkan badan sehingga tangan mampu menyentuh lutut,
dengan thuma’ninah. Sabda Nabi:
«
ًاعِكا َر َّنِئَمَْطت حتى ْعَكار ثم
»
.
عليه متفق
.
Lalu ruku’lah sehingga kamu tenang ruku’. Muttafaq alaih
6. Bangun ruku’ dan berdiri tegak. Sabda Nabi:
«
ًاقائم َدلتْعَت حتى عَفار ثم
»
عليه متفق
.
Kemudian bangunlah sehingga kamu berdiri tegak. Muttafaq alaih
Rukun Shalat
30.
7. Dua kali sujud setia rakaatnya dengan thuma’ninah.
«
ً ساجدا ّنِئَمْطَت حتى دُجاس ّمث
»
عليه متفق ،
Lalu sujudlah sehingga benar-benar sujud dengan thuma’ninah. Muttafaq alaih
Kesempurnaan sujud dengan tujuh anggota badan yaitu: wajah, dua telapak
tangan, dua lutut, dan dua ujung kaki. HR Abu Daud dan At Tirmidziy
8. Duduk akhir dan membaca tasyahhud, yang lafalnya:
«
َّسال ،هُتوبركا هللا ُةورحم بيَّنال ُّهايأ َعليك السالم ،يباتَّوالط لواتَّصوال هلل حياتَّتال
ِدباِع وعلى علينا ُمال
هُلورسو ُهدعب ًاحمدُم أن وأشهد ،هللا ّ
إال إله ال أن أشهد ،الصالحين هللا
...
»
الجماعة رواه
9. Salam, seperti dalam hadits Nabi :
:
«
التسليم وتحليلها ،التكبير وتحريمها ،الطهور الصالة مفتاح
»
“Kunci pembuka shalat adalah bersuci, mulainya adalah takbir dan selesainya
dengan bersalam”. HR Al Khamsah, kecuali An Nasa’iy dishahihkan oleh At
Tirmidzi dan Al Hakim.
Sebagaimana telah disebutkan dari Rasulullah saw yang salam sekali, dan dua kali
dalam beberapa hadits.
10. Tartib, berurutan sesuai yang disebutkan di atas
Rukun Shalat
32.
1. Mengangkat tangan ketika takbiratul ihram, sehingga jari
jempol setinggi daun telinga, atau bahunya, bagian dalam
telapak tangan menghadap kiblat. Mengangkat tangan ini juga
disunnahkan ketika hendak ruku’ dan bangun ruku’. Menurut
jumhurul ulama. Tidak ada yang berbeda kecuali madzhab
Hanafi dan sebagian madzhab Malikiy.
2. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di dada, atau di
bawahnya, atau di bawah pusar. Semua ini bersumber dari
Rasulullah saw. Sebagaimana melepaskan kedua tangan itu.
3. Membuka shalat setelah takbiratul ihram dengan do’a istiftah
yang diriwayatkan dari Rasulullah saw
Sunnah Shalat
33.
4. Membaca isti’adzah yaitu: (
الرجيم ِالشيطان من اهللِب ُذأعو
) setelah
membaca doa iftitah, dan sebelum membaca AL Fatihah di
rakaat pertama. Dan tidak apa-apa jika dibaca setiap rakaat
sebelum membaca.
5. Membaca Amin setelah membaca Al Fatihah, baik mejadi
imam, makmum maupun sendirian. Dengan suara keras pada
shalat jahriyah, dan pelan pada shalat sirriyah. Setelah imam
tidak boleh mendahuluinya atau terlalu lama ketinggalan.
6. Membaca sebagian Al Qur’an setelah surah Al Fatihah, kecuali
pada rakaat ketiga dan keempat, yang cukup dengan surah Al
Fatihah
Sunnah Shalat
34.
7. Disunnahkan bertakbir setiap turun naik, berdiri dan duduk,
kecuali bangun ruku’. Dalam ruku’ disunnahkan rata antara
kepala dan punggung, menggunakan kedua tangan bertumpu
ke lutut, dengan membentangkan jari-jari, disertai dzikir,
(
ربي َسبحان
ظيمَعال
) x atau lebih, atau dengan redaksi lain yang
bersumber dari Rasulullah saw seperti:
7. (
وحُّوالر َةكِئالمَل ُّبَر وسدُق ٌحوُّبُس
)
،
.8
(
و معيَس لك شعَخ ،ربي أنت ،أسلمت َولك ،آمنت َوبك ،ُركعت لك َّمالله
،صريَب
العالمين رب هلل دميَق به استقلت وما ،َصبيعو َظميعو ي ِخُمو
)
8. Disunnahkan ketika bangun ruku’ membaca : (
لمن هللا معَس
دهِمَح
)
dan ketika sudah berdiri tegak membaca: (
الحمد َولك َّنابر ّمهّالل
) ,
(
فيه ًامبارك ًاطيب ًاكثير ًامدَح الحمد لك ربنا َّمالله
) Atau kalimat lain yang
bersumber dari Rasulullah saw
Sunnah Shalat
35.
9. Mendahulukan lutut sebelum tangan ketika hendak bersujud,
menempelkan hidung, dahi dan kedua telapak tangan ke tanah (alas
shalat) dengan menjauhkan kedua tangannya dari lambung,
meletakkan kedua telapak tangan sejajar dengan telinga atau
punggung, membuka jari-jari tangannya dan menghadapkanya ke
kiblat. Minimal yang dibaca dalam sujud adalah (
األعلى ربي َسبحان
)
dan dperbolehkan menambah tabih, dzikir, dan do’a khusus yang
bersumber dari Rasulullah saw, seperti:
-
َسفأح ره َّوصو َلقهخ للذي وجهي جدَس ،ربي وأنت أسلمت ولك ،آمنت وبك ُسجدت لك ّمهّالل
ن
الخالقين ُأحسن هللا َفتبارك وبصره معهَس َّوشق ،صوره
.
مسلم رواه
10. Duduk antara dua sujud dengan duduk IFTIRASY (duduk di atas
kaki kiri) kaki kanan tegak, dan jari-jari kaki kanan menghadap
kiblat, dengan membaca do’a ma’tsur(bersumber dari Nabi), antara
lain:
(
قنيُوارز يِنِدواه نيِفوعا منيَحوار لي اغفر ّمالله
)
الترمذي رواه
Menurut madzhab Syafi’iy, disunnahkan pula duduk istirahat setelah
sujud kedua sebelum bangun, untuk rakaat yang tidak ada tasyahhud
Sunnah Shalat
36.
11. Tasyahhud awal (wajib menurut madzhab Hannafi) dengan duduk
iftirasy, meletakkan tangan kanan di atas paha kanan dan tangan kiri
di atas paha kiri, menunjuk dengan jari telunjuk kanan. Disunnahkan
agak lebih cepat.
12. Duduk tawarruk untuk tasyahhud akhir, yaitu dengan mendorong
kaki kiri ke depan, mendirikan kaki kanan, dan duduk di tempat
shalat (HR. Al Bukhari). Sebagaimana disunnahkan pula bershalawat
keapda Nabi setelah tasyahhud dengan shalawat Ibrahimiyyah.
13. Berdo’a sebelum salam dengan do’a am’tsur, antara lain:
«
و تْأسرف وما ،ْلنتعأ وما رتَرْسأ وما ،رتَّخأ وما َُّمتدَق ما لي اغفر َّمالله
به أعلم َأنت ما
أنت إال إله ال ر ِالمؤخ وأنت ِمالمقد َأنت ،مني
»
.
مسلم رواه
.
-
«
َش ومن ،ماتَموال حياَمال ِةفتن ومن ،القبر عذاب ومن ،مَّنجه عذاب من بك أعوذ إني َّمالله
ِ
ر
َّجالدال المسيح ِةفتن
»
مسلم رواه ،
Sunnah Shalat
39.
1. Meninggalkan salah satu sunnah yang tersebut di atas
2. Menggaruk-garuk baju atau anggota badan tanpa ada
udzur
3. Melihat ke atas –seperti yang diriwayatkan imam Al
Bukhari-
4. Memakai atau menghadap sesuatu yang mengganggu
konsentrasi shalat –seperti yang diriwayatkan oleh imam
Al Bukhariy-
5. Shalat di tempat sampah, tempat pemotongan hewan,
kuburan, jalanan, kamar mandi, peristirahatan onta, di
atas ka’bah (HR Muslim)
Hal-hal yang Makruh
dalam Shalat
40.
6. Memakai baju yang terbuka leher; menggulung lengan baju
panjang; shalat dengan pakaian kerja padahal ada pakaian lain.
Karena hal ini meninggalkan adab.
7. Takhashshur – meletakkan tangan di pinggang- para ulama
memakruhkannya kecuali imam Ibnu Majah-
8. Menggunakan lengan tangan untuk tumpua ketika sujud -
makruh menurut jama’ah ulama-
9. Ash Shaqd (berdiri dengan merapatkan kedua kaki; ash shaqn-
berdiri dengan satu kaki
10. Membaca surah (setelah Al fatihah) di rakaat kedua, sebelum
surat di rakaat pertama (dalam urutan mushaf )
Hal-hal yang Makruh
dalam Shalat
41.
11. Sujud di atas tutup kepala yang menghalangi dahi dan tanah
(tempat sujud), mengusap bekas sujud selama dalam shalat –
diriwayatkan oleh Ibnu Majah
12. Miring ketika shalat, karena menyerupai Yahudi (riwayat Al
Bukhari); menguap (riwayat imam Muslim dan At Tirmidzi),
disunnahkan menutup dengan tangan ketika shalat atau di luar
shalat
13. Shalat dengan menahan hadats, atau berhadapan dengan
makanan (riwayat imam Muslim dan Abu Daud); atau ketika
sangat mengantuk (riwayat Al Jama’ah)
14. Memanjangkan kain sampai ke tanah; menutup mulut (riwayat
lima imam dan Al Hakim) Batal menurut madzhab Syafii
15. Kencing dan buang air besar
Hal-hal yang Makruh
dalam Shalat
43.
1. Menangis, merintih, seperti dalam firman Allah QS. Maryam: 58
Diriwayatkan pula bahwa Rasulullah saw menangis ketika shalat, Abu Bakar juga
menangis salam shalatnya. Diriwayatkan pula bahwa Umar ra shalat shubuh dan
membaca surah Yusuf, sehingga sampai pada ayat: Ya'qub menjawab:
"Sesungguhnya hanyalah kepada Allah Aku mengadukan kesusahan dan
kesedihanku, QS. Yusuf: 86. terdengar suara tangisnya.
Menurut madzhab Syafi’iy, jika dalam tangisnya itu ada terdengar satu atau dua
huruf yang tidak difahami maka batal shalatnya.
2. Menoleh dengan wajah ketika diperlukan saja. Sebab jika tidak ada kebutuhan
yang mendesak masuk dalam kategori, «
بدَعال ِةصال من الشيطان ختلسهَي اختالس
»
البخاري رواه
celingukan karena godaan syetan. Dan jika memalingkan dadanya dari arah kiblat,
maka batal shalatnya.
3. Membunuh hewan yang membahayakan, karena hadits Nabi:
«
ربْقَعوال َّةيالح ،الةَّصال في األسودين اقتلوا
»
السنن أصحاب رواه ،
.
Bunuhlah dua hewan hitam dalam shalat, ular dan kala jengking.
Hal-hal yang Mubah dalam
Shalat
44.
4. Berjalan sedikit karena ada kebutuhan tanpa merubah posisi dari arah
kiblat. Rasulullan saw pernah melakukannya sebagaimana riwayat
imam Ahmad, Abu Daud, At Tirmidziy dan An Nasa’iy, dari Aisyah
ra, dengan syarat kurang dari tiga langkah pindah, atau tiga gerakan.
5. Membawa anak kecil dengan digendong sambil shalat. Hal ini
diriwayatkan oleh imam Ahmad, An Nasa’iy, Al Hakim dan Muslim
dari Rasulullah saw
6. Mengingatkan Al Fatihah imam jika kelupaan, atau salah dalam
membaca. Abu Daud meriwayatkan kebolehannya. Bertahmid bagi
orang yang bersin, Rasulullah saw pernah memperbolehkannya kepad
Rifa’ah seperti diriwayatkan oleh Al Bukhari, An Nasa’iy dan At
Tirmidziy. Demikian juga diperbolehkan tasbih bagi laki-laki dan
tepuk tangan bagi wanita untuk mengingatkan. Sseperti diriwayatkan
oleh imam Ahmad, Abu Daud, dan An Nasa’iy.
Hal-hal yang Mubah dalam
Shalat
45.
7. Sujud di atas sorban atau pakaian yang dikenakan karena
kondisi tertentu (seperti sangat panas). Rasulullah saw pernah
melakukannya seperti yang diriwayatkan oleh imam Ahmad
dengan sanad yang sahih.
8. Membaca Al Qur’an dengan memegang mushaf. Seperti yang
diriwayatkan oleh imam Malik. Hal ini menjadi madzhab
imam Syafi’iy
9. Menghentikan shalat karena untuk membunuh binatang yang
membahayakan, atau mengembalikan hewan (kendaraan) yang
kabur, atau takut kehilangan barang, atau menahan buang air
besar dan kecil, atau karena panggilan salah satu orang tua jika
khawatir bahaya. Bahkan wajib menghentikan shalat untuk
menolong orang yang dalam bahaya, atau karena akan terjadi
bahaya besar pada seseorang, atau kebakaran
Hal-hal yang Mubah dalam
Shalat
47.
1. Meninggalkan salah satu syarat shalat, atau
rukunnya. Seperti sabda Rasulullah saw kepada orang
a’rabiy (badui) yang tidak bagus shalatnya:
«
ِّلتص لم فإنك ِّلفص ارجع
»
الشيخان رواه
Kembalilah shalat karena kamu belum shalat. HR Asy
Syaikhani. Diantaranya adalah terbuka aurat, berubah arah
kiblat, berhadats saat shalat.
2. Makan minum dengan sengaja meskipun sedikit.
Sedang jika terjadi karena lupa, atau tidak tahu, atau ada
selilit di antara gigi yang ditelan, maka itu tidak
membatalkan menurut madzhab Syafi’iy dan Hanbali.
Hal-hal yang Membatalkan
Shalat
48.
3. Sengaja berbicara di laur bacaan shalat. Sedang jika
dilakukan karena tidak tahu hukumnya, atau lupa maka tidak
membatalkan shalat, seperti dalam hadits Muawiyah bin Al
Hakam As Salamiy, yang berbicara ketika shalat karena tidak
tahu hukumnya, dan Rasulullah tidak menyuruhnya mengulang
shalat, tetapi mengatakan kepadanya:
:
«
وقر والتكبير سبيحَّتال هي إنما ،الناس كالم من شيء فيها يصلح ال الصالة هذه َّإن
اءة
القرآن
»
والنسائي داود وأبو ومسلم أحمد رواه ،
Sesungguhnya shalat ini tidak baik untuk bicara dengan sesama
manusia, sesungguhnya ia adalah tasbih, takbir, dan membaca Al
Qur’an. HR Ahmad, Muslim, Abu Daud dan An Nasa’iy
4. Banyak bergerak dengan sengaja atau lupa di luar gerakan
shalat. Tetapi jika terpaksa seperti menolang orang dalam
bahaya, menyelamatkan orang yang hendak tenggelam, ia
wajib menghentikan shalatnya
Hal-hal yang Membatalkan
Shalat
49.
5. Tertawa dan terbahak-bahak keduanya membatalkan shalat.
Tertawa adalah yang terdengar orang yang melakukan itu saja,
sedang terbahak-bahak adalah yang terdengar orang lain. Sedang
tersenyum tidak membatalkan.
6. Salah baca yang merubah makna dengan perubahan yang keji,
atau kalimat kufur.
7. Makmum yang ketinggalan dua rukun fi’liyah dengan sengaja
tanpa sebab, atau mendahuluinya dengan dua rukun fi’liyah
menurut madzhab Syafi’iy meskipun ada sebab. Seperti jika imam
membaca dengan cepat sehingga makmum di belakangnya
ketinggalan asal tidak lebih dari tiga rukun dimaksud.
8. Mengingatkan bacaan bukan imamnya. Atau imam membetulkan
bacaan orang yang tidak ikut shalat bersamanya menurut madzhab
Hanafi
Hal-hal yang Membatalkan
Shalat
51.
Rasulullah saw bersabda:
«
صليُأ رأيتموني كما واّلَص
»
عليه متفق
Shalatlah kamu sebagaimana aku shalat. Hadits Muttafaq
alaih.
Dan berikut ini akan kamu sebutkan amaliyah shalat
secara berurutan dari pertama sampai terakhir, dengan
disertai statusnya (fardhu) atau (sunnah) sesuai dengan
pilihan pada fashal-fashal sebelumnya.
Tatacara (Kaifiyah) Shalat
52.
1. Niat shalat yang hendak ditunaikan (fardhu)
2. Mengangkat kedua tangan sehingga ibu jari setinggi telinga
atau bahu, telapak tangan menghadap kiblat (sunnah)
kemudian bertakbiratul ihram, yang lafadlnya “ALLAHU
AKBAR” (fardhu)
3. Masih beridri (fardhu) tegak menghadapkan wajhanya ke arah
sujud, meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di atas
pusar, membuka kedua kakinya kira-kira empat jari (sunnah)
4. Membaca doa iftitah, dengan salah satu lafadh yang ada
(sunnah)
5. Membaca isti’adzah dengan sirriyah (suara pelan),
mengeraskan atau membaca pelan basmalah sebelum Al
Fatihah di setiap rakaat. (sunnah)
Tatacara (Kaifiyah) Shalat
53.
6. Membaca surah Al Fatihah setiap rakaat shalat fardhu atau
shalat sunnah (fardhu) jika sebagai imam atau shalat sendirian.
Sedang jika sebagai makmum, maka membaca Al Fatihah
ketika imam membacanya siririyah (pelan) dan mendengarkan
bacaan imam ketika membacanya jahriyah.
7. Membaca satu surah atau ayat dari Al Qur’an setelah membaca
Al Fatihah pada dua rakaat pertama setiap shaat (sunnah)
8. Bertakbir (sunnah) lalau ruku’ (fardhu) dengan mengangkat
kedua tangan (sunnah) bertasbih (sunnah) thuma’ninah ketika
ruku’ (fardhu)
9. Bangun ruku’ dan berdiri tegak (fardhu) dan memabaca :
(
الحمد كَلو َّناب َر ،دهِمَح لمن هللا معَس
) dengan mengangkat kedua tangan
(sunnah)
Tatacara (Kaifiyah) Shalat
54.
10. Bertakbir (sunnah) turun untuk bersujud (fardhu) dengan
memperhatikan sunnah cara bersujud, memperbanyak dzikir (sunnah)
11. Bertakbir (sunnah) mengangkat kepala dan duduk (fardhu) dengan
memperhatikan sunnah, lalu bertakbir (sunnah) dan sujud lagi
(fardhu), bertakbir (sunnah) dan bangun dari sujud dengan
mengangkat kedua tangan sebelum kedua kaki (sunnah) untuk
meneruskan rakaat kedua.
12. Pada rakaat kedua melakukan apa yang sudah di lakukan pada rakaat
pertama, sesudah itu duduk untuk tasyahhud awal, dan bershalawat
atas Nabi Muhammad saw (sunnah)
13. Pada rakaat ketiga dan keempat, cukup dengan membaca surah Al
Fatihah dengan sirriyah, meskipun dalam shalat jahriyah. Kemudian
duduk tasyahhud akhir (fardhu) bershalawat atas Rasulullah saw
(sunnah), berdo’a sebelum salam dengan doa ma’tsur yang disukai
Tatacara (Kaifiyah) Shalat
55.
14. Salam ke sisi kanan (fardhu) lalu ke kiri (sunnah),
memperbanyak dzikir ma’tzur sesudah salam (sunnah).
قال عنه هللا ضي َر ريرةُه أبو روى دَق َو
:
ج ثم ،صلىَف المسجد رجل خلَد
النبي إلى اء
وقال ،م َّ
السال عليه فرد ،مِّيسل وسلم عليه هللا صلى
:
«
ف ِّلفص ارجع
ِّلَصُت لم كَّنإ
»
،فرجع
مرات الثَث ذلك ففعل
.
قال
:
فقال
:
هذا َغير حسنُأ ما ّبالحق عثكَب والذي
منيِّفعل ،
.
قال؛
«
ث ،رآنُقال من عكَم رَّسيَت ما اقرأ ثم ،رِّبفك الةَّصال إلى َمتُق إذا
،ًاعِكرا َّنِئطمَت حتى عَكار م
ا ثم ،ًاساجد َّنِئطمَت حتى دُجاس ثم ،ًاقائم ِلدَتعَت حتى عَفار ثم
ثم ،ًاسِلجا َّنِئطمَت حتى رفع
هاِّلُك َكِتالَص في ذلك لَعاف ثم ًاد ِساج َّنِئمْطَت حتى دُجاس
»
والشيخان أحمد رواه ،
Abu Hurairah ra meriwayatkan: Ada seseorang masuk masjid lalu ia shalat,
kemudian datanga menemui Nabi Muhammad saw, memberi salam, dan Nabi
menjawab salamnya, dan bersabda: “Kembalilah shalat karena kamu belum
shalat” lalu ia mengulanginya sampai tiga kali. Abu Hurairah berkata: Orang itu
mengatakan: “Demi Tuhan yang telah mengutusmu dengan benar. Saya tidak bisa
shalat yang lebih baik lagi, maka ajarilah aku. Nabi bersabda: “Jika kamu berdiri
shalat maka bertakbirlah, kemudian bacalah Al Qur’an yang paling mudah
bagimu, kemudian ruku’lah sehingga thuma’ninah ruku’, kemudian bangunlah
sehingga berdiri tegak, kemudian sujudlah sehingga tuma’ninah sujud, kemudian
bangunlah sehingga tuma’ninah duduk, kemudian sujudlah sehingga tuma’ninah
Tatacara (Kaifiyah) Shalat
61.
رس َّأن ،عنهما هللا رضي ُمرع بن هللا عبد َنع
هللا ول
قال وسلم عليه هللا صلى
:
«
أفض الجماعة ُةصَل
من ُل
ِذَفال ِةَلَص
-
ردَفال أي
-
شِعو ٍسبعِب
َرجةد رين
»
.
عليه متفق
Dari Abdullah bin Umar ra, bahwasannya Rasulullah saw
bersabda: Shalat berjamaah itu leih utama dari shalat sendiri
dengan dua puluh tujuh derajat. Muttafaq alaiah.
Keutamaan Shalat
Berjamaah
62.
1. Fardhu ‘ain (Imam Ahmad bin Hanbal, Al Uza’iy, dan
Zhahiriyah)
2. Fardhu kifayah (jumhurul ulama, yang terdiri dari para
Ulama pendahulu madzhab Syafi’iy, mayoritas madzhab
Hanafi fan Maliki)
3. Sunnah mu’akkadah (Imam Abu Hanifah dan dua orang
muridnya, Zaid bin Ali dan Al Muayyid Billah)
Hukum Shalat Berjamaah
63.
1. Sunnahnya berjamaah adalah di masjid. Sehingga
menampilkan syiar Islam dan jumlah umat yang banyak. Dan
utamanya bagi wanita shalat di rumahnya, meskipun tidak
dilarang ke masjid, menghadiri shalat berjamaah.
2. Disunnahkan shalat berjamaah itu juga dalam shalat yang
diqadha, minimal ada imam dan makmum
3. Disunnahkan agar wanita terpisah dari laki-laki. Salah satunya
menjadi imam (menurut madzhab Syafi’iy dan Hanbali.
Makruh wanita menjadi imam bagi wanita menurut madzhab
Hanafi. Tidak boleh wanita menjadi imam bagi wanita menurut
imam Malik, dan wanita berdiri di tengah shaff.
4. Syarat sahnya laki-laki menjadi imam adalah: Islam, baligh,
berkal, mampu membaca Al Qur’an, dan bebas dari udzur
Hukum-hukum dalam
Shalat Berjamaah
64.
5. Orang yang paling berhak menjadi selain tuan rumah atau pejabat adalah:
orang yang paling berilmu, kemudian yang paling banyak hafalan, yang
paling wara’ (hati-hati dari perbuatan dosa, kemudian yang paling tua
usianya.
6. Seorang makmum berdiri di sisi kanan imam, jika lebih dari satu maka
berdiri di belakang imam. Dimulai dari shaf orang dewasa, kemudian
shaf anak-anak, kemudian shaf wanita. Sedangkan jika anak kecil sudah
ada di shaf depan maka tidak boleh ditarik ke belakang.
7. Sebaiknya imam memperingan shalat, tidak melebihi standar sunnah
dalam bacaan shalat.
8. Tidak sah orang yang shalat fardhu makmum kepada orang yang shalat
sunnah menurut madzhab Hanafi dan Jumhurul Ulama. Tetapi sah
menurut madzhab imam Syafi’iy. Jika ada seorang muslim shalat sunnah
kemudian ada orang makmum di belakangnya untuk shalat fardhu dan
tahu bahwa orang yang di depannya itu shalat sunnah, maka sah
shalatnya menurut madzhab Syafi’iy dan tidak sah menurut madzhab
Hanafiy Menurut madzhab Maliki makmum dianggap sah shalatnya
meskipun di depan imam
Hukum-hukum dalam
Shalat Berjamaah
65.
9. Tidak sah seorang shalat fardhu makmum di belakang orang yang
shalat fardhu lainnya, jika makmum mengetahui hal itu. Demikian
juga tidak sah orang yang makmum melaksanaan shalat fardhunya
tepat waktu, dengan imam yang mengqadha shalat fardhu. Tetapi
madzhab Syafi’iy memperbolehkan semua ini.
10. Makmum wajib mengikuti imam, dan haram mendahuluinya, sedang
bersamaan hukumnya makruh.
11. Makmum diperbolehkan mufaraqah (memisahkan diri) dari imam,
yaitu dengan keluar dari shalatnya imam dan menyempurnakan
shalatnya sendiri jika ada udzur. Seperti yang dilakukan sahabat
ketika Mu’adz yang menjadi imam membaca surah Al Baqarah dalam
shalatnya. (HR. Al Jamaah)
12. Disunnahkan bagi orang yang telah shalat munfarid, untuk
mengulangi shalatnya dengan berjamaah, dan shalat munfaridnya
menjadi shalat sunnah
Hukum-hukum dalam
Shalat Berjamaah
66.
13. Disunnahkan bagi imam, setelah shalat dan salam untuk
menengok ke kanan dan kiri, kemudian berpindah dari tempat
shalatnya
14. Makmum diperbolehkan mengikuti imam meskipun di antara
keduanya ada sekat, jika makmum mengetahui pergerakan
imam lewat pendengaran atau penglihatan, dengan syarat
shafnya bersambung. Sehingga tidak sah shalat dengan siaran
radio atau televisi
15. Jika seorang imam mengalami sesuatu yang tidak bisa
meneruskan shalatnya maka digantikan orang lain untuk
menyempurnakan shalatnya dengan makmum yang ada.
16. Makruh seorang imam mengimami kaum yang tidak
menyukainya
Hukum-hukum dalam
Shalat Berjamaah
67.
17. Tidak sah orang yang shalat sendirian di belakang shaf,
seharusnya ia menarik salah satu dari jamaah yang ada di
depannya untuk shalat bersamanya. Seperti dalam hadits
Wabishah:
«
يصلي ًَلجَر رأى وسلم عليه هللا صلى هللا رسول أن
الصَلة يدِعُي أن رهَمفأ ،حدهَو الصف خلف
»
الخمس رواه ،
ة
سَّنال إال
Bahwasannya Rasulullah saw melihat seseorang yang shalat sendirian
di belakang shaf, lalu menyuruhnya untuk mengulang shalat. HR. Al
Khamsah, kecuali An Nasa’iy.
Dan sah shalat wanita yang sendirian di belakang shaf pria. Dan tidak
boleh baginya ia berdiri sejajar dengan pria dalam satu shaf
Hukum-hukum dalam
Shalat Berjamaah
68.
18. Menghadiri shalat berjamaah menjadi tidak wajib karena hujan, sangat
dingin, ketakutan, tertahan, sakit, atau lanjut usia, atau udzur-udzur
lainnya yang disebutkan oleh para ulama untuk tidak memberatkan bagi
kaum muslimin. Rasulullah saw pernah menyuruh muadzin untuk
menyerukan: (
رحالكم في صلوا
) . Shalatlah di kendaraan kalian masing-
masing; ketika malam sangat dingin, di malam saat turun hujan waktu
musafir. HR As Syaikhani. Udzur-udzur yang lain diqiaskan dengan yang
tersebut di atas.
19. Ketika seorang yang masbuq (keduluan imam) di sebagian shalatnya,
maka ia menyempurnakan sisa shalatnya itu setelah salam imam. Ia
mengqadha awal shalatnya dalam hal bacaan, dan akhirnya dalam hal
tasyahhud. Misalnya jika seseorang hanya mendapati rakaat terakhir
imam dalam shalat maghrib maka ia mengqadha dua rakaat, dengan
membaca Al Fatihah dan surah lainnya di setiap rakaat, karena ia
mengqadha dua rakaat pertama dan kedua dilihat dari bacaan; dan duduk
di rakaat pertama itu dengan bertasyahhud karena sesungguhnya itu
rakaat kedua baginya, sehingga ia shalat maghrib dengan tiga kali duduk.
20. Seseorang tidak disebut masbuq rakaat dengan imam, kecuali jika
mendapati imamnya telah mengangkat kepala, bangun ruku’
Hukum-hukum dalam
Shalat Berjamaah
70.
ْمُكْيَلَع َ
سْيَلَف ِ
ضْرَ ْ
اْل يِف ْمُتْبَرَض اَذِإَو
َ
َلَّصال َنِم واُرُصْقَت ْنَأ ٌحاَنُج
ِة
َّنِإ واُرَفَك َينِذَّلا ُمُكَنِتْفَي ْنَأ ْمُتْف ِخ ْنِإ
اًُّودَع ْمُكَل واُنَاك َين ِ
رِفَاكْلا
ُم
اًنيِب
Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, Maka tidaklah Mengapa
kamu men-qashar sembahyang(mu), jika kamu takut diserang orang-
orang kafir. QS. An Nisa: 101
Ya’la bin Umayyah berkata: akubertanya kepada Umar bin Khaththab:
Bagaimana pendapatmu tentang mengqashar shalat, padahal Allah swt
berfirman:
َفَك َينِذَّلا ُمُكَنِتْفَي ْنَأ ْمُتْف ِخ ْنِإ
واُر
Jika kamu takut diserang orang-orang kafir... . Dan sekarang hal itu
tidak ada. Umar berkata: Aku heran dari apa yang kau herankan. Lalu
aku sampaikan hal itu kepada Rasulullah saw yang bersabda: Itu
adalah shadaqah Allah kepada kalian maka terimalah shadaqahnya.
HR. Al Jamaah
Dalilnya
71.
Menurut madzhab Hanafi, mengqashar shalat adalah
‘Azimah (hukum tetap), dan shalat sempurna hukumnya
makruh berbeda dengan sunnah, tetapi tetap sah shalatnya;
dan dua rakaat akhir dianggap sebagai shalat sunnah, dan
tasyahhud awal menjadi wajib, jika ditinggalkan batal
shalatnya.
Menurut madzhab Syafi’iy; qashar shalat adalah
rukhshah (kemudahan), tetapi tidak dimakruhkan shalat
sempurna yang berstatus Azimah, dan itu yang utama, jika
safarnya belum sampai tiga marhalah, dan jika sudah
melewatinya maka yang utama mengqashar shalat
Hukumnya
72.
Para ulama berbeda pendapat tentang jarak safar yang
diperbolehkan qashar shalat.
Menurut madzhab Maliki, Syafi;iy, dan Hanbali sejauh
kurang lebih 90 km (sembilan puluh kilo meter)
Jarak Safar
73.
Para ulama juga berbeda pendapat tentang lama safar. Empat hari
menurut jumhurul ulama, lima belas hari menurut madzhab Hanafiy,
jika niat mukim melebihi batas itu dihitung mukim, dan tidak boleh
mengkoshor shalat. Sedang jika ia tidak tahu berapa lama ia mukim,
dan setiap hari menyatakan : BESOK MAU JALAN kemudian ia
terpaksa harus menetap, maka dihitung musafir, mengqoshor shalat
meskipun lama di situ. Demikianlah madzhab Hanafi dan salah satu
pendapat madzhab Syafi’iy, yang merupakan amalah mayoritas
sahabat. Pendapat lain madzhab Syafi’iy jika lebih dari delapan belas
hari dianggap muqim, dan tidak mengqashar apapun keadaannya.
Syarat untuk mengambil rukhshah qashar shalat agar keluar dari
tempat tinggalnya, dan terus mengqashar sampai ia pulang ke
negerinya.
Menurut madzhab Syafi’iy jika ia berniat mukim lebih dari tiga hari,
ia menjadi orang mukim. Dan kurang dari empat hari dihitung musafir.
Hari bearngkat dan pulang tidak dihitung.
Lama Safar
74.
Orang mukim boleh makmum kepada
musafir, ketika musafir telah salam, yang
mukim meneruskan, sebagaimana msafir
yang shalat empat rakaat makmum kepada
orang mukim.
Shalat Safar Berjamaah
75.
Diperbolehkan shalat sunnah di atas kendaraan, kapal, mobil,
kereta, atau pesawat. Dan bagi yang mau shalat harus
menghadap kiblat jika mampu. Dan gugur darinya beberapa
rukun shalat dan kewajibannya yang tidak mungkin
dilaksanakan, seperti cukup dengan isyarat membungkuk
dengan kepala untuk ruku’ dan sujud. Menundukkan kepala
ketika sujud lebih rendah daripada ruku’nya. Hal ini telah
disepakati oleh para ulama fiqh, berdasar hadits Amir bin
Rabi’ah ra berkata:
(
راحلته على وهو وسلم عليه هللا صلى هللا رسول رأيت
و ،توجه ٍةوجه أي َلَبِق ِهِسبرأ ُئيوم ُحِيسب
ذلك يصنع يكن لم
المكتوبة الصَلة في
)
عليه متفق ،
.
Aku melihat Rasulullah saw di atas kendaraannya bertasbih dengan
menundukkan kepalanya, menghadap ke mana saja, dan hal ini
tidak pernah dilakukan di shalat fardhu. Muttafaq alaih
Shalat di Atas Kendaraan