SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
Download to read offline
1
UNIVERSITY RESIDENCE - UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
KARASIBAZHU
(Kajian Rabu Siang Ba’da Zhuhur)
Memahami Makna Malam Nishfu Sya'ban
Nishfu Sya'ban atau malam pertengahan bulan Sya'ban yaitu tanggal
15 bulan Sya'ban penanggalan Hijriyah adalah malam penuh misteri dan
penuh kontroversi. Banyak hadits yang diyakini lemah bahkan ajaran atau
pengetahuan untuk merayakannya banyak yang dianggap bid'ah oleh
beberapa golongan Islam. Dapat dipahami memang karena klaim untuk
mendapatkan sah atau tidaknya ibadah memang mengacu pada ulama yang
diyakini lebih pintar, lebih tahu dan karena kedangkalan pengetahuan maka
mereka pun akan segera mengamininya dan bertambah banyak yang
mmercayainya. Banyak sekali ibadah yang dikatakan bid'ah dalam
memeringati atau merayakan keagungan Nishfu Sya'ban, sebagai contoh
adalah:
1. Merayakan malam Nishfu Sya’ban .
2. Mengkhususkan shalat seratus raka’at pada malam Nishfu Sya’ban
dengan membaca surah al-Ikhlash sebanyak seribu kali. Shalat ini
dinamakan shalat Alfiyah.
3. Mengkhususkan shalat pada malam Nishfu Sya’ban dan berpuasa
pada siang harinya.
4. Mengkhususkan doa pada malam Nishfu Sya’ban.
5. Shalat enam raka’at dengan maksud menolak bala’, dipanjangkan
umur dan berkecukupan.
6. Seluruh doa yang dibaca ketika memasuki bulan Rajab, Sya’ban dan
Ramadhan. Karena semua bersumber dari hadits yang lemah.
7. Menghidupkan api dan lilin pada malam Nishfu Sya’ban .
8. Berziarah ke kuburan pada malam Nishfu Sya’ban dan menghidupkan
api di sekitarnya. Dan kadang para perempuan juga ikut keluar.
9. Mengkhususkan membaca surah Yasin pada malam Nishfu Sya’ban .
10. Mengkhususkan berziarah kubur pada bulan Rajab, Sya’ban,
Ramadhan dan pada hari ‘Ied.
11. Mengkhususkan bershadaqah bagi ruh yang telah meninggal pada
tiga bulan tersebut.
12. Meyakini bahwa malam Nishfu Sya’ban adalah malam Lailatul Qadr.
13. Membuat makanan pada hari Nishfu Sya’ban kemudian
membagikannya kepada fakir miskin dengan anggapan makanan
untuk kedua orang tua yang meninggal
Mengerikan dan menggetarkan memang, banyaknya ibadah yang
justeru dianggap bid'ah atau penyimpangan. Agama yang penuh kepentingan
kekuasaan dan politik memang penuh dengan intrik seperti ini. Bagaimana
agar terhindar dengan hal seperti ini? Tentu saja tidak ada, karena
alamiahnya memang begitu, jangankan agama, dalam teori-teori ilmu
2
pengetahuan pun banyak pertentangan dan perbedaan. Dan banyak orang
juga mengatakan bahwa perbedaan pendapat dan pertentangan adalah
berkah, namun jika ditelusuri perlakuan tentang bid'ah atau tidak hal ini
merujuk pada keyakinan pada guru tertentu, figur tertentu bahkan mahzab
tertentu yang terfragmentasi sebagaimana kepentingan atau lokalitas. Jadi
memang hanya orang yang benar-benar ahlilah yang bisa menentukannya
dalam konteks pembicaraan yang lebih aman dan tidak menimbulkan
permusuhan, karena perbedaan pendapat adalah biasa dan tak perlu
dipertajam apalagi dengan konflik antar kelompok massa penganut sekte
tertentu.
Diriwayatkan dari ‘Ikrimah - rahimahullâh – bahwasanya ketika ia
menafsirkan firman Allah ta’ala:
“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan
sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala
urusan yang penuh hikmah” [QS ad-Dukhân/44 : 3 – 4] – ia berkata :
”Bahwasanya yang dimaksud malam dalam ayat tersebut adalah malam Nishfu
Sya’ban ; dibentangkan padanya perkara sunnah, dihapuskannya kehidupan dari
kematian, dan diwajibkannya haji (dari Allah kepada manusia), maka tidaklah
ditambah padanya atau dikurangi darinya seorang pun” [Al-Qurthubi, Al-Jâmi’ li-
Ahkâmil-Qur’ân, juz XVI, hal. 126].
Adapun Ibnu Katsir – rahimahullâh -- ketika menafsirkan ayat yang
sama berkata: ”Allah ta’ala telah berfirman ketika menjelaskan al-Qur’an al-
’Azhim bahwasanya Dia menurunkannya di malam yang diberkahi. Malam
tersebut adalah Lailatul-Qadar sebagaimana firman Allah
ta’ala: ”Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Qur'an) pada malam
kemuliaan” (QS al-Qadr/97: 1). Malam tersebut berada di bulan Ramadlan
sebagaimana firman Allah Ta’ala: ”(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah)
bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an” (QS
al-Baqarah/2: 185). Kami telah menyebutkan beberapa hadits yang
3
menjelaskan tentang hal tersebut dalam (pembahasan) QS al-Baqarah
sehingga telah mencukupi dan tidak perlu diulangi kembali” [Tafsîr Ibni
Katsîr , juz I, hal. 215,216].
Beliau berkata pula: ”Barangsiapa yang berkata bahwasanya malam
tersebut adalah malam Nishfu Sya’ban sebagaimana diriwayatkan dari ’Ikrimah,
sungguh hal ini sangat jauh (dari pengertian yang benar). Karena Al-Qur’an telah
menetapkannya bahwa hal itu terjadi di bulan Ramadhan” [Tafsîr Ibni Katsîr, juz
IV, hal. 570].
Dalam menetapkan makna firman Allah ta’ala : ”pada suatu malam
yang diberkahi” , para ulama terbagi menjadi dua pendapat :
 Malam yang dimaksud adalah: “Lailatul-Qadr” – dan ini adalah
pendapat jumhur ’ulama’.
 Malam yang dimaksud adalah: “Malam Nishfu Sya’ban” – dan ini
adalah pendapat ’Ikrimah.
Yang râjih - wallâhu a’lam - adalah pendapat jumhur ulama yang
mengatakan bahwa yang dimaksud malam yang diberkahi pada ayat tersebut
adalah Lailatul-Qadr. Bukan malam Nishfu Sya’ban . Hal tersebut
dikarenakan Allah Ta’ala telah menyatakannya dalam bentuk global : ”pada
suatu malam yang diberkahi”; dan kemudian menjelaskannya (makna
global/umum itu) dalam ayat : ”(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan
Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an”; dan juga
firman Allah : ”Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada
malam kemuliaan” [lihat: Asy-Syaukani, Fathul-Qâdir , juz IV, hal. 137].
Maka dengan ini, anggapan yang menyatakan bahwa malam tersebut
adalah malam Nishfu Sya’ban – tidak diragukan lagi – merupakan anggapan
yang ‘bathil’ (salah) yang menyelisihi nash al-Qur’an yang sharih (jelas). Dan
tidak diragukan lagi bahwa segala sesuatu yang menyelisihi kebenaran maka
hal itu adalah kebathilan. Adapun beberapa hadits yang menjelaskan bahwa
malam dimaksud adalah malam Nishfu Sya’ban , maka hadits tersebut telah
menyelisihi kejelasan makna yang ditetapkan al-Qur’an sehingga tidak
berdasar, tidak shahih sanadnya sedikitpun – sebagaimana dijelaskan oleh al-
’Arabiy dan yang lainnya dari kalangan muhaqqiqîn. Sungguh sangat
mengherankan jika ada seorang yang mengaku muslim menyelisihi nash al-
Qur’an yang sharih tanpa adanya sandaran Al-Qur’an dan Sunnah yang
shahih [lihat Adhwâul-Bayân, juz VII, hal. 319].
Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah (di sela-sela penjelasanya tentang
waktu-waktu yang mempunyai keutamaan yang sering dianggap mempunyai
keutamaan, padahal tidak benar bahkan terlarang) berkata: ”Dalam bab ini,
yaitu tentang malam Nishfu Sya’ban , maka telah diriwayatkan padanya keutamaan
yang datang dari hadits-hadits marfu’ dan atsar-atsar yang menunjukkan bahwa
malam tersebut adalah malam yang utama/mulia. Beberapa ulama salaf ada yang
4
mengkhususkan padanya shalat dan juga puasa Sya’ban sebagaimana tertera dalam
hadits-hadits yang shahih.
Di antara ulama salaf dari kalangan penduduk Madinah dan yang
lainnya dari kalangan ulama khalaf mengingkari tentang keutamaannya dan
mencela (medha’ifkan) hadits-hadits yang menjelaskan tentangnya, seperti
hadits: ”Sesungguhnya Allah mengampuni dosa lebih banyak dari jumlah domba
Bani Kalb”.1
Tidak ada perbedaan antara malam tersebut dengan malam
yang lainnya.
1
Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dari ‘Aisyah, hadis nomor 739 dengan
lafazh :
”Sesungguhnya Allah Ta’ala turun ke langit dunia pada malam Nishfu Sya’ban, dimana pada
malam itu Allah mengampuni (dosa) yang jumlahnya lebih banyak dari bulu domba milik Bani
Kalb” .
Hadits ini diriwayatkan juga oleh Ahmad (6/238 no. 26060), ’Abdun bin
Humaid (no. 1509), Ibnu Majah (no. 1389), dan Ath-Thabarani dalam Al-Ausath (no.
199). Sanad hadits ini adalah dha’if sebagaimana diterangkan oleh Syaikh Syu’aib Al-
Arna’uth dan Syaikh Al-Albani. Letak kedha’ifannya adalah pada Hajjâj bin Arthâh.
Ia seorang mudallis yang telah meriwayatkan secara ‘an’anah (menyatakan dari
seseorang dan dari seseorang). Akan tetapi, hadits ini adalah shahih dengan
keseluruhan jalannya sebagaimana disebutkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Silsilah
Ash-Shahîhah no. 1144. Beliau menyebutkan sekurangnya ada delapan shahabat yang
meriwayatkan hadits tersebut yang masing-masing jalannya saling menguatkan satu
sama lain. Wallâhu a’lam. – Abul-Jauzaa’
Satu hal yang perlu dicatat adalah bahwa keutamaan yang tertera pada
hadits tersebut bukanlah keutamaan yang khusus dimiliki oleh malam Nishfu
Sya’ban tanpa dimiliki oleh malam-malam yang lain. Bahkan keutamaan yang
dimiliki oleh malam Nishfu Sya’ban telah tercakup pada keumuman hadits :
”Rabb kami tabâraka wa ta’âlâ turun ke langit dunia setiap malam ketika sepertiga malam
yang terakhir, seraya berfirman : ’Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku, maka Aku akan
mengabulkan doanya. Dan barangsiapa yang meminta, maka aku akan memberinya. Dan
barangsiapa yang meminta ampunan dari-Ku, maka Aku akan mengampuninya” [HR.
5
Akan tetapi kebanyakan ulama atau kebanyakan dari shahabat kami
dan yang lainnya menganggapnya sebagai malam mulia. Hal tersebut telah
ditunjukkan oleh nash (teks) Ahmad karena banyaknya hadits-hadits dan
atsar-atsar kaum salaf yang menjelaskan tentang keutamaan malam Nishfu
Sya’ban . Telah diriwayatkan sebagaian keutamaan malam Nishfu Sya’ban
dalam kitab-kitab musnad, sunan. Jika riwayat-riwayat tersebut adalah
lemah/palsu, tentu perkaranya adalah lain” [lihat Iqtidhâ’ Shirâthil-Mustaqîm
3/626-627, Majmû’ Fatâwâ, 23/123, dan Al-Ikhtiyârât al-Fiqhiyyah, hal. 65].
Telah shahih dari hadits Nabi shallallâhu ’alaihi wa sallam yang
menyebutkan keutamaan malam Nishfu Sya’ban sehingga kita tidak perlu
berdalam-dalam dalam membahasnya.2
Akan tetapi, jika keutamaan tersebut
dihubungkan dengan amalan-amalan khusus tertentu, maka pendapat ini
perlu dikaji lebih lanjut. 3
Menurut para peneliti, hadits-hadits yang
menjelaskan amalan-amalan khusus di waktu Nishfu Sya’ban semuanya
bukan merupakan hadits yang shahih. Di antara hadits-hadits tersebut
adalah :
1. Hadits riwayat Ibnu Majah dari ’Ali bin Abi Thalib radhiyallâhu ’anhu:
”Apabila datang malam Nishfu Sya’ban , maka lakukanlah shalat di waktu
malamnya dan puasa di waktu siangnya”
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah, hadis nomor 1378, Ibnul-Jauzi
dalam Al-’Ilal, juz II, hal. 561 serta al-Baihaqi dalam Syu’abul-Îmân
3/378-379 dan Fadhâilul-Auqât, hal. 24. Status hadits ini adalah sangat
Bukhari, hadis nomor 1094 dan Muslim, hadis nomor 758 dari shahabat Abu
Hurairah radliyallâhu ’anhu].
Dengan kalimat ringkas dapat dikatakan: Keutamaan yang dimiliki malam
Nishfu Sya’ban juga dimiliki oleh malam-malam yang lainnya, terutama pada waktu
sepertiga malam yang terakhir.
2
Sebagaimana telah dituliskan penjelasanya pada catatan kaki no. 1.
3
Para ulama berselisih pendapat mengenai hal ini. Sebagian ulama
mengatakan bahwa tidak dimakruhkan shalat seseorang di rumahnya atau
berjama’ah (di masjid) secara khusus di malam Nishfu Sya’ban sebagaimana
pendapat Al-Auza’i, Ibnu Rajab, dan Ibnu Taimiyyah. Kebalikannya, ’Atha’, Ibnu
Abi Mulaikah, Abu Syammah al-Maqdisi, dan jumhur ulama Malikiyyah mengatakan
bid’ahnya amalan tersebut di malam Nishfu Sya’ban [Al-Bida’ Al-Hauliyyah hal. 148;
Maktabah ash-Shaid].
6
lemah atau bahkan palsu. Letak kelemahan hadits ini terletak pada
rawi yang bernama Ibnu Abi Sabrah (Abu Bakr bin ’Abdillah bin
Muhammad bin Abi Sabrah). Ahmad bin Hanbal dan Ibnu Ma’in
berkata tentangnya : ”Seorang yang memalsukan hadits”. Lihat
selengkapnya dalam Silsilah adh-Dha’îfah, hadis nomor 2132.
2. Hadits Ibnul Jauzi dari Abu Hurairah radhiyallâhu ’anhu:
”Barangsiapa yang melakukan shalat di malam Nishfu Sya’ban sebanyak 12
raka’at, dimana setiap raka’atnya membaca ”Qul Huwallâhu Ahad”
sebanyak 30 kali, tidaklah ia keluar hingga ia melihat tempat duduknya di
surga dan memberikan syafa’at terhadap 10 orang anggota keluarganya yang
telah ditentukan nasibnya di neraka”.
Hadits ini adalah palsu. Dibawakan oleh Ibnul-Jauzi dalam Al-
Maudhû’ât, 2/129. Sanadnya gelap yang terdiri dari para perawi yang
tidak diketahui identitasnya (majhûl). Lihat juga Al-Manârul-Munîf
karya Ibnu Qayyim al-Jauziyah, hadits nomor 177).
3. Hadits Riwayat al-Baihaqi dari ’Ali bin Abi Thalib radhiyallâhu ’anhu:
7
”Aku melihat Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam pada malam Nishfu
Sya’ban . Beliau berdiri dan kemudian shalat sebanyak 14 raka’at.
Kemudian beliau duduk setelah selesai dan membaca Al-Fatihah sebanyak 14
kali, Qul- Huwallâhu Ahad sebanyak 14 kali, Qul A’ûdzu bi Rabbil-Falaq
sebanyak 14 kali, Qul A’ûdzu bi Rabbin-Nâs sebanyak 14 kali, dan ayat
Kursi sekali; sungguh akan mendatangi kalian utusan -- dari ayat-ayat tadi --
(QS al-Taubah, 9: 128). Ketika beliau telah menyelesaikan shalatnya, aku
bertanya tentang apa yang aku lihat dari yang beliau lakukan. Maka beliau
(Rasulullâh) shallallâhu ’alaihi wa sallam menjawab: ”Barangsiapa yang
mengerjakan seperti yang yang engkau lihat tadi, maka baginya seperti 20
kali haji mabrur, puasa yang diterima selama 20 tahun. Apabila di keesokan
harinya dia berpuasa, maka puasanya itu sama dengan puasa dua tahun
lamanya pada masa lampau dan setahun masa yang akan datang”.
Hadits ini adalah palsu. Dibawakan oleh Ibnul-Jauzi dalam Al-
Maudhû’ât, juz II, hal. 131.
4. Dan yang lainnya dari hadits-hadits lemah dan palsu.
Oleh karena itu Asy-Syaikh ’Abdul-’Aziz bin ’Abdillah bin Bâz
berkata: ”Adapun pendapat yang dipilih oleh Al-Auza’i – rahimahullâh – bahwa
disunnahkannya shalat malam sendirian pada malam Nishfu Sya’ban – dan
didukung oleh Al-Hafizh Ibnu Rajab – maka hal itu sangatlah aneh dan lemah,
karena segala sesuatu yang tidak ditetapkan oleh dalil syar’i yang disyari’atkan,
maka tidak diperbolehkan bagi seseorang untuk mengatakan sebagai bagian dari
agama. Walaupun dikerjakan secara individu atau kelompok, baik dirahasiakan
atau diumumkan kepada orang banyak. Hal ini sesuai dengan makna umum dari
sabda Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam: “Barangsiapa yang mengerjakan satu
amalan yang bukan berasal perintah kami, maka ia tertolak”. Dan yang lainnya dari
dalil-dalil yang menunjukan pengingkaran bid’ah dan menyuruhnya agar berhati-
hati darinya” [At-Tahdzîr minal-Bida’, hal 13].
Wallâhu A'lam.

More Related Content

What's hot

Khulafa rasyidin diantara_nas_dan_ijtihad
Khulafa rasyidin diantara_nas_dan_ijtihadKhulafa rasyidin diantara_nas_dan_ijtihad
Khulafa rasyidin diantara_nas_dan_ijtihadRamlee Nooh
 
Presentasi Fiqh 6 ( Kisi)
Presentasi Fiqh 6 ( Kisi)Presentasi Fiqh 6 ( Kisi)
Presentasi Fiqh 6 ( Kisi)Marhamah Saleh
 
DAURAH ULUM AL QURAN : MUKJIZAT KISAH KISAH AL-QURAN
DAURAH ULUM AL QURAN : MUKJIZAT KISAH  KISAH AL-QURANDAURAH ULUM AL QURAN : MUKJIZAT KISAH  KISAH AL-QURAN
DAURAH ULUM AL QURAN : MUKJIZAT KISAH KISAH AL-QURANParadigma Ibrah Sdn. Bhd.
 
P e n g e r t i a n A s b a b A L - N u z u
P e n g e r t i a n A s b a b A L - N u z u P e n g e r t i a n A s b a b A L - N u z u
P e n g e r t i a n A s b a b A L - N u z u Roeslandy Ahmad Andy
 
01 desiana trisnawati (memahami pengertian al-qur'an dan bukti keotentikannya)
01 desiana trisnawati (memahami pengertian al-qur'an dan bukti keotentikannya)01 desiana trisnawati (memahami pengertian al-qur'an dan bukti keotentikannya)
01 desiana trisnawati (memahami pengertian al-qur'an dan bukti keotentikannya)35255466
 
asbab an-nuzul
asbab an-nuzulasbab an-nuzul
asbab an-nuzulReza Rizki
 
Makalah Asbabun Nuzul
Makalah Asbabun NuzulMakalah Asbabun Nuzul
Makalah Asbabun NuzulRisma Amalia
 
Surah Yunus : Maqasid, Tadabbur dan Ibrah Dakwah Kisah Para Anbiya'
Surah Yunus : Maqasid, Tadabbur dan Ibrah Dakwah Kisah Para Anbiya'Surah Yunus : Maqasid, Tadabbur dan Ibrah Dakwah Kisah Para Anbiya'
Surah Yunus : Maqasid, Tadabbur dan Ibrah Dakwah Kisah Para Anbiya'Paradigma Ibrah Sdn. Bhd.
 
Presentasi Fiqh Siyasah 3
Presentasi Fiqh Siyasah 3Presentasi Fiqh Siyasah 3
Presentasi Fiqh Siyasah 3Marhamah Saleh
 
Tafsir Al azhar 110 an nashr
Tafsir Al azhar 110 an nashrTafsir Al azhar 110 an nashr
Tafsir Al azhar 110 an nashrMuhammad Idris
 
Bacaan shalawat nariyah
Bacaan shalawat nariyahBacaan shalawat nariyah
Bacaan shalawat nariyahBob Arrio
 
Sejarah turun,penulisan&pemeliharaan
Sejarah turun,penulisan&pemeliharaanSejarah turun,penulisan&pemeliharaan
Sejarah turun,penulisan&pemeliharaanRiyan Smart
 

What's hot (19)

Khulafa rasyidin diantara_nas_dan_ijtihad
Khulafa rasyidin diantara_nas_dan_ijtihadKhulafa rasyidin diantara_nas_dan_ijtihad
Khulafa rasyidin diantara_nas_dan_ijtihad
 
Presentasi Fiqh 6 ( Kisi)
Presentasi Fiqh 6 ( Kisi)Presentasi Fiqh 6 ( Kisi)
Presentasi Fiqh 6 ( Kisi)
 
Overview Studi Al-Qur'an (SMT I)
Overview Studi Al-Qur'an (SMT I)Overview Studi Al-Qur'an (SMT I)
Overview Studi Al-Qur'an (SMT I)
 
ASBABUL NUZUL JULYANA
ASBABUL NUZUL JULYANAASBABUL NUZUL JULYANA
ASBABUL NUZUL JULYANA
 
Asbabun nuzul
Asbabun nuzulAsbabun nuzul
Asbabun nuzul
 
Keotentikan al qur'an
Keotentikan al qur'anKeotentikan al qur'an
Keotentikan al qur'an
 
Makalah al qur'an
Makalah al qur'anMakalah al qur'an
Makalah al qur'an
 
DAURAH ULUM AL QURAN : MUKJIZAT KISAH KISAH AL-QURAN
DAURAH ULUM AL QURAN : MUKJIZAT KISAH  KISAH AL-QURANDAURAH ULUM AL QURAN : MUKJIZAT KISAH  KISAH AL-QURAN
DAURAH ULUM AL QURAN : MUKJIZAT KISAH KISAH AL-QURAN
 
P e n g e r t i a n A s b a b A L - N u z u
P e n g e r t i a n A s b a b A L - N u z u P e n g e r t i a n A s b a b A L - N u z u
P e n g e r t i a n A s b a b A L - N u z u
 
01 desiana trisnawati (memahami pengertian al-qur'an dan bukti keotentikannya)
01 desiana trisnawati (memahami pengertian al-qur'an dan bukti keotentikannya)01 desiana trisnawati (memahami pengertian al-qur'an dan bukti keotentikannya)
01 desiana trisnawati (memahami pengertian al-qur'an dan bukti keotentikannya)
 
asbab an-nuzul
asbab an-nuzulasbab an-nuzul
asbab an-nuzul
 
Makalah Asbabun Nuzul
Makalah Asbabun NuzulMakalah Asbabun Nuzul
Makalah Asbabun Nuzul
 
Surah Yunus : Maqasid, Tadabbur dan Ibrah Dakwah Kisah Para Anbiya'
Surah Yunus : Maqasid, Tadabbur dan Ibrah Dakwah Kisah Para Anbiya'Surah Yunus : Maqasid, Tadabbur dan Ibrah Dakwah Kisah Para Anbiya'
Surah Yunus : Maqasid, Tadabbur dan Ibrah Dakwah Kisah Para Anbiya'
 
IBRAH SURAH AL QADR
IBRAH  SURAH  AL QADRIBRAH  SURAH  AL QADR
IBRAH SURAH AL QADR
 
Presentasi Fiqh Siyasah 3
Presentasi Fiqh Siyasah 3Presentasi Fiqh Siyasah 3
Presentasi Fiqh Siyasah 3
 
Tafsir Al azhar 110 an nashr
Tafsir Al azhar 110 an nashrTafsir Al azhar 110 an nashr
Tafsir Al azhar 110 an nashr
 
Bacaan shalawat nariyah
Bacaan shalawat nariyahBacaan shalawat nariyah
Bacaan shalawat nariyah
 
Sejarah turun,penulisan&pemeliharaan
Sejarah turun,penulisan&pemeliharaanSejarah turun,penulisan&pemeliharaan
Sejarah turun,penulisan&pemeliharaan
 
Makalah ulumul
Makalah ulumulMakalah ulumul
Makalah ulumul
 

Viewers also liked

Administrasi & Supervisi
Administrasi & SupervisiAdministrasi & Supervisi
Administrasi & SupervisiRia_Agustin
 
Ibd treatment options
Ibd treatment optionsIbd treatment options
Ibd treatment optionstheo2501
 
Mahmood Saeed Glass Industry_Work Experience-Ibrahim Nakhwa
Mahmood Saeed Glass Industry_Work Experience-Ibrahim NakhwaMahmood Saeed Glass Industry_Work Experience-Ibrahim Nakhwa
Mahmood Saeed Glass Industry_Work Experience-Ibrahim NakhwaIbrahim Nakhwa
 

Viewers also liked (6)

Jon E
Jon EJon E
Jon E
 
Administrasi & Supervisi
Administrasi & SupervisiAdministrasi & Supervisi
Administrasi & Supervisi
 
El futuro de la internet
El futuro de la internet El futuro de la internet
El futuro de la internet
 
Ibd treatment options
Ibd treatment optionsIbd treatment options
Ibd treatment options
 
Mahmood Saeed Glass Industry_Work Experience-Ibrahim Nakhwa
Mahmood Saeed Glass Industry_Work Experience-Ibrahim NakhwaMahmood Saeed Glass Industry_Work Experience-Ibrahim Nakhwa
Mahmood Saeed Glass Industry_Work Experience-Ibrahim Nakhwa
 
cfs_0001
cfs_0001cfs_0001
cfs_0001
 

Similar to MAKNA MALAM NISHFU

Peringatan malam nishfu sya'ban
Peringatan malam nishfu sya'banPeringatan malam nishfu sya'ban
Peringatan malam nishfu sya'banMuhsin Hariyanto
 
Pendapat ulama syafi
Pendapat ulama syafiPendapat ulama syafi
Pendapat ulama syafimunawir_army
 
Keutamaan shalat malam dan anjurannya
Keutamaan shalat malam dan anjurannyaKeutamaan shalat malam dan anjurannya
Keutamaan shalat malam dan anjurannyaWong Salam
 
36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhan
36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhan36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhan
36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhanGua Syed Al Yahya
 
Tafsir Al azhar 097 al qadar
Tafsir Al azhar 097 al qadarTafsir Al azhar 097 al qadar
Tafsir Al azhar 097 al qadarMuhammad Idris
 
Tugas tafsir al kasysyaf
Tugas tafsir al kasysyafTugas tafsir al kasysyaf
Tugas tafsir al kasysyafSida El Nurya
 
Adab al-quran
Adab al-quranAdab al-quran
Adab al-quranmasdalul
 
Khutbah Nuzulul Quran & Lailatul Qadar.docx
Khutbah Nuzulul Quran & Lailatul Qadar.docxKhutbah Nuzulul Quran & Lailatul Qadar.docx
Khutbah Nuzulul Quran & Lailatul Qadar.docxWollKopones
 
Ulumul Qur'an (3)
Ulumul Qur'an (3)Ulumul Qur'an (3)
Ulumul Qur'an (3)Ibnu Ahmad
 
Bab 6-sumber-sumber-hukum-islam2
Bab 6-sumber-sumber-hukum-islam2Bab 6-sumber-sumber-hukum-islam2
Bab 6-sumber-sumber-hukum-islam2ikbar ghifari
 
Ilmu Tafsir Kelas 11.pptx
Ilmu Tafsir Kelas 11.pptxIlmu Tafsir Kelas 11.pptx
Ilmu Tafsir Kelas 11.pptxAsepridwan68
 
First artikel
First artikelFirst artikel
First artikelTeguh Adi
 
Hadist lemah dan palsu rajab YANG BANYAK DIAMALKAN.pptx
Hadist lemah dan palsu rajab YANG BANYAK DIAMALKAN.pptxHadist lemah dan palsu rajab YANG BANYAK DIAMALKAN.pptx
Hadist lemah dan palsu rajab YANG BANYAK DIAMALKAN.pptxAburaina2
 

Similar to MAKNA MALAM NISHFU (20)

Peringatan malam nishfu sya'ban
Peringatan malam nishfu sya'banPeringatan malam nishfu sya'ban
Peringatan malam nishfu sya'ban
 
Adakah bid'ah menyambut nisfu sya'ban
Adakah bid'ah menyambut nisfu sya'banAdakah bid'ah menyambut nisfu sya'ban
Adakah bid'ah menyambut nisfu sya'ban
 
Pendapat ulama syafi
Pendapat ulama syafiPendapat ulama syafi
Pendapat ulama syafi
 
Makalah Nuzulul Qur'an
Makalah Nuzulul Qur'anMakalah Nuzulul Qur'an
Makalah Nuzulul Qur'an
 
Keutamaan shalat malam dan anjurannya
Keutamaan shalat malam dan anjurannyaKeutamaan shalat malam dan anjurannya
Keutamaan shalat malam dan anjurannya
 
36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhan
36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhan36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhan
36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhan
 
Al fatiha
Al fatihaAl fatiha
Al fatiha
 
Tafsir Al azhar 097 al qadar
Tafsir Al azhar 097 al qadarTafsir Al azhar 097 al qadar
Tafsir Al azhar 097 al qadar
 
Modul 10 kb 2
Modul 10 kb 2Modul 10 kb 2
Modul 10 kb 2
 
Tugas tafsir al kasysyaf
Tugas tafsir al kasysyafTugas tafsir al kasysyaf
Tugas tafsir al kasysyaf
 
Amalan di bulan_sya'ban
Amalan di bulan_sya'banAmalan di bulan_sya'ban
Amalan di bulan_sya'ban
 
Adab al-quran
Adab al-quranAdab al-quran
Adab al-quran
 
Khutbah Nuzulul Quran & Lailatul Qadar.docx
Khutbah Nuzulul Quran & Lailatul Qadar.docxKhutbah Nuzulul Quran & Lailatul Qadar.docx
Khutbah Nuzulul Quran & Lailatul Qadar.docx
 
Ulumul Qur'an (3)
Ulumul Qur'an (3)Ulumul Qur'an (3)
Ulumul Qur'an (3)
 
Bab 6-sumber-sumber-hukum-islam2
Bab 6-sumber-sumber-hukum-islam2Bab 6-sumber-sumber-hukum-islam2
Bab 6-sumber-sumber-hukum-islam2
 
Ilmu Tafsir Kelas 11.pptx
Ilmu Tafsir Kelas 11.pptxIlmu Tafsir Kelas 11.pptx
Ilmu Tafsir Kelas 11.pptx
 
First artikel
First artikelFirst artikel
First artikel
 
Hadist lemah dan palsu rajab YANG BANYAK DIAMALKAN.pptx
Hadist lemah dan palsu rajab YANG BANYAK DIAMALKAN.pptxHadist lemah dan palsu rajab YANG BANYAK DIAMALKAN.pptx
Hadist lemah dan palsu rajab YANG BANYAK DIAMALKAN.pptx
 
Al fatiha
Al fatihaAl fatiha
Al fatiha
 
Al fatiha
Al fatihaAl fatiha
Al fatiha
 

More from Muhsin Hariyanto

Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahMuhsin Hariyanto
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Muhsin Hariyanto
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanMuhsin Hariyanto
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMuhsin Hariyanto
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Muhsin Hariyanto
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabulMuhsin Hariyanto
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamMuhsin Hariyanto
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifMuhsin Hariyanto
 

More from Muhsin Hariyanto (20)

Khutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 hKhutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 h
 
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
 
Etika dalam berdoa
Etika dalam berdoaEtika dalam berdoa
Etika dalam berdoa
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul
 
Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)
 
Strategi dakwah
Strategi dakwahStrategi dakwah
Strategi dakwah
 
Sukses karena kerja keras
Sukses karena kerja kerasSukses karena kerja keras
Sukses karena kerja keras
 
Opini dul
Opini   dulOpini   dul
Opini dul
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayam
 
Tentang diri saya
Tentang diri sayaTentang diri saya
Tentang diri saya
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
 
Ketika kita gagal
Ketika kita gagalKetika kita gagal
Ketika kita gagal
 
Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!
 
Gatotkaca winisuda
Gatotkaca winisudaGatotkaca winisuda
Gatotkaca winisuda
 

MAKNA MALAM NISHFU

  • 1. 1 UNIVERSITY RESIDENCE - UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA KARASIBAZHU (Kajian Rabu Siang Ba’da Zhuhur) Memahami Makna Malam Nishfu Sya'ban Nishfu Sya'ban atau malam pertengahan bulan Sya'ban yaitu tanggal 15 bulan Sya'ban penanggalan Hijriyah adalah malam penuh misteri dan penuh kontroversi. Banyak hadits yang diyakini lemah bahkan ajaran atau pengetahuan untuk merayakannya banyak yang dianggap bid'ah oleh beberapa golongan Islam. Dapat dipahami memang karena klaim untuk mendapatkan sah atau tidaknya ibadah memang mengacu pada ulama yang diyakini lebih pintar, lebih tahu dan karena kedangkalan pengetahuan maka mereka pun akan segera mengamininya dan bertambah banyak yang mmercayainya. Banyak sekali ibadah yang dikatakan bid'ah dalam memeringati atau merayakan keagungan Nishfu Sya'ban, sebagai contoh adalah: 1. Merayakan malam Nishfu Sya’ban . 2. Mengkhususkan shalat seratus raka’at pada malam Nishfu Sya’ban dengan membaca surah al-Ikhlash sebanyak seribu kali. Shalat ini dinamakan shalat Alfiyah. 3. Mengkhususkan shalat pada malam Nishfu Sya’ban dan berpuasa pada siang harinya. 4. Mengkhususkan doa pada malam Nishfu Sya’ban. 5. Shalat enam raka’at dengan maksud menolak bala’, dipanjangkan umur dan berkecukupan. 6. Seluruh doa yang dibaca ketika memasuki bulan Rajab, Sya’ban dan Ramadhan. Karena semua bersumber dari hadits yang lemah. 7. Menghidupkan api dan lilin pada malam Nishfu Sya’ban . 8. Berziarah ke kuburan pada malam Nishfu Sya’ban dan menghidupkan api di sekitarnya. Dan kadang para perempuan juga ikut keluar. 9. Mengkhususkan membaca surah Yasin pada malam Nishfu Sya’ban . 10. Mengkhususkan berziarah kubur pada bulan Rajab, Sya’ban, Ramadhan dan pada hari ‘Ied. 11. Mengkhususkan bershadaqah bagi ruh yang telah meninggal pada tiga bulan tersebut. 12. Meyakini bahwa malam Nishfu Sya’ban adalah malam Lailatul Qadr. 13. Membuat makanan pada hari Nishfu Sya’ban kemudian membagikannya kepada fakir miskin dengan anggapan makanan untuk kedua orang tua yang meninggal Mengerikan dan menggetarkan memang, banyaknya ibadah yang justeru dianggap bid'ah atau penyimpangan. Agama yang penuh kepentingan kekuasaan dan politik memang penuh dengan intrik seperti ini. Bagaimana agar terhindar dengan hal seperti ini? Tentu saja tidak ada, karena alamiahnya memang begitu, jangankan agama, dalam teori-teori ilmu
  • 2. 2 pengetahuan pun banyak pertentangan dan perbedaan. Dan banyak orang juga mengatakan bahwa perbedaan pendapat dan pertentangan adalah berkah, namun jika ditelusuri perlakuan tentang bid'ah atau tidak hal ini merujuk pada keyakinan pada guru tertentu, figur tertentu bahkan mahzab tertentu yang terfragmentasi sebagaimana kepentingan atau lokalitas. Jadi memang hanya orang yang benar-benar ahlilah yang bisa menentukannya dalam konteks pembicaraan yang lebih aman dan tidak menimbulkan permusuhan, karena perbedaan pendapat adalah biasa dan tak perlu dipertajam apalagi dengan konflik antar kelompok massa penganut sekte tertentu. Diriwayatkan dari ‘Ikrimah - rahimahullâh – bahwasanya ketika ia menafsirkan firman Allah ta’ala: “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah” [QS ad-Dukhân/44 : 3 – 4] – ia berkata : ”Bahwasanya yang dimaksud malam dalam ayat tersebut adalah malam Nishfu Sya’ban ; dibentangkan padanya perkara sunnah, dihapuskannya kehidupan dari kematian, dan diwajibkannya haji (dari Allah kepada manusia), maka tidaklah ditambah padanya atau dikurangi darinya seorang pun” [Al-Qurthubi, Al-Jâmi’ li- Ahkâmil-Qur’ân, juz XVI, hal. 126]. Adapun Ibnu Katsir – rahimahullâh -- ketika menafsirkan ayat yang sama berkata: ”Allah ta’ala telah berfirman ketika menjelaskan al-Qur’an al- ’Azhim bahwasanya Dia menurunkannya di malam yang diberkahi. Malam tersebut adalah Lailatul-Qadar sebagaimana firman Allah ta’ala: ”Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Qur'an) pada malam kemuliaan” (QS al-Qadr/97: 1). Malam tersebut berada di bulan Ramadlan sebagaimana firman Allah Ta’ala: ”(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an” (QS al-Baqarah/2: 185). Kami telah menyebutkan beberapa hadits yang
  • 3. 3 menjelaskan tentang hal tersebut dalam (pembahasan) QS al-Baqarah sehingga telah mencukupi dan tidak perlu diulangi kembali” [Tafsîr Ibni Katsîr , juz I, hal. 215,216]. Beliau berkata pula: ”Barangsiapa yang berkata bahwasanya malam tersebut adalah malam Nishfu Sya’ban sebagaimana diriwayatkan dari ’Ikrimah, sungguh hal ini sangat jauh (dari pengertian yang benar). Karena Al-Qur’an telah menetapkannya bahwa hal itu terjadi di bulan Ramadhan” [Tafsîr Ibni Katsîr, juz IV, hal. 570]. Dalam menetapkan makna firman Allah ta’ala : ”pada suatu malam yang diberkahi” , para ulama terbagi menjadi dua pendapat :  Malam yang dimaksud adalah: “Lailatul-Qadr” – dan ini adalah pendapat jumhur ’ulama’.  Malam yang dimaksud adalah: “Malam Nishfu Sya’ban” – dan ini adalah pendapat ’Ikrimah. Yang râjih - wallâhu a’lam - adalah pendapat jumhur ulama yang mengatakan bahwa yang dimaksud malam yang diberkahi pada ayat tersebut adalah Lailatul-Qadr. Bukan malam Nishfu Sya’ban . Hal tersebut dikarenakan Allah Ta’ala telah menyatakannya dalam bentuk global : ”pada suatu malam yang diberkahi”; dan kemudian menjelaskannya (makna global/umum itu) dalam ayat : ”(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an”; dan juga firman Allah : ”Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan” [lihat: Asy-Syaukani, Fathul-Qâdir , juz IV, hal. 137]. Maka dengan ini, anggapan yang menyatakan bahwa malam tersebut adalah malam Nishfu Sya’ban – tidak diragukan lagi – merupakan anggapan yang ‘bathil’ (salah) yang menyelisihi nash al-Qur’an yang sharih (jelas). Dan tidak diragukan lagi bahwa segala sesuatu yang menyelisihi kebenaran maka hal itu adalah kebathilan. Adapun beberapa hadits yang menjelaskan bahwa malam dimaksud adalah malam Nishfu Sya’ban , maka hadits tersebut telah menyelisihi kejelasan makna yang ditetapkan al-Qur’an sehingga tidak berdasar, tidak shahih sanadnya sedikitpun – sebagaimana dijelaskan oleh al- ’Arabiy dan yang lainnya dari kalangan muhaqqiqîn. Sungguh sangat mengherankan jika ada seorang yang mengaku muslim menyelisihi nash al- Qur’an yang sharih tanpa adanya sandaran Al-Qur’an dan Sunnah yang shahih [lihat Adhwâul-Bayân, juz VII, hal. 319]. Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah (di sela-sela penjelasanya tentang waktu-waktu yang mempunyai keutamaan yang sering dianggap mempunyai keutamaan, padahal tidak benar bahkan terlarang) berkata: ”Dalam bab ini, yaitu tentang malam Nishfu Sya’ban , maka telah diriwayatkan padanya keutamaan yang datang dari hadits-hadits marfu’ dan atsar-atsar yang menunjukkan bahwa malam tersebut adalah malam yang utama/mulia. Beberapa ulama salaf ada yang
  • 4. 4 mengkhususkan padanya shalat dan juga puasa Sya’ban sebagaimana tertera dalam hadits-hadits yang shahih. Di antara ulama salaf dari kalangan penduduk Madinah dan yang lainnya dari kalangan ulama khalaf mengingkari tentang keutamaannya dan mencela (medha’ifkan) hadits-hadits yang menjelaskan tentangnya, seperti hadits: ”Sesungguhnya Allah mengampuni dosa lebih banyak dari jumlah domba Bani Kalb”.1 Tidak ada perbedaan antara malam tersebut dengan malam yang lainnya. 1 Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dari ‘Aisyah, hadis nomor 739 dengan lafazh : ”Sesungguhnya Allah Ta’ala turun ke langit dunia pada malam Nishfu Sya’ban, dimana pada malam itu Allah mengampuni (dosa) yang jumlahnya lebih banyak dari bulu domba milik Bani Kalb” . Hadits ini diriwayatkan juga oleh Ahmad (6/238 no. 26060), ’Abdun bin Humaid (no. 1509), Ibnu Majah (no. 1389), dan Ath-Thabarani dalam Al-Ausath (no. 199). Sanad hadits ini adalah dha’if sebagaimana diterangkan oleh Syaikh Syu’aib Al- Arna’uth dan Syaikh Al-Albani. Letak kedha’ifannya adalah pada Hajjâj bin Arthâh. Ia seorang mudallis yang telah meriwayatkan secara ‘an’anah (menyatakan dari seseorang dan dari seseorang). Akan tetapi, hadits ini adalah shahih dengan keseluruhan jalannya sebagaimana disebutkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Ash-Shahîhah no. 1144. Beliau menyebutkan sekurangnya ada delapan shahabat yang meriwayatkan hadits tersebut yang masing-masing jalannya saling menguatkan satu sama lain. Wallâhu a’lam. – Abul-Jauzaa’ Satu hal yang perlu dicatat adalah bahwa keutamaan yang tertera pada hadits tersebut bukanlah keutamaan yang khusus dimiliki oleh malam Nishfu Sya’ban tanpa dimiliki oleh malam-malam yang lain. Bahkan keutamaan yang dimiliki oleh malam Nishfu Sya’ban telah tercakup pada keumuman hadits : ”Rabb kami tabâraka wa ta’âlâ turun ke langit dunia setiap malam ketika sepertiga malam yang terakhir, seraya berfirman : ’Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mengabulkan doanya. Dan barangsiapa yang meminta, maka aku akan memberinya. Dan barangsiapa yang meminta ampunan dari-Ku, maka Aku akan mengampuninya” [HR.
  • 5. 5 Akan tetapi kebanyakan ulama atau kebanyakan dari shahabat kami dan yang lainnya menganggapnya sebagai malam mulia. Hal tersebut telah ditunjukkan oleh nash (teks) Ahmad karena banyaknya hadits-hadits dan atsar-atsar kaum salaf yang menjelaskan tentang keutamaan malam Nishfu Sya’ban . Telah diriwayatkan sebagaian keutamaan malam Nishfu Sya’ban dalam kitab-kitab musnad, sunan. Jika riwayat-riwayat tersebut adalah lemah/palsu, tentu perkaranya adalah lain” [lihat Iqtidhâ’ Shirâthil-Mustaqîm 3/626-627, Majmû’ Fatâwâ, 23/123, dan Al-Ikhtiyârât al-Fiqhiyyah, hal. 65]. Telah shahih dari hadits Nabi shallallâhu ’alaihi wa sallam yang menyebutkan keutamaan malam Nishfu Sya’ban sehingga kita tidak perlu berdalam-dalam dalam membahasnya.2 Akan tetapi, jika keutamaan tersebut dihubungkan dengan amalan-amalan khusus tertentu, maka pendapat ini perlu dikaji lebih lanjut. 3 Menurut para peneliti, hadits-hadits yang menjelaskan amalan-amalan khusus di waktu Nishfu Sya’ban semuanya bukan merupakan hadits yang shahih. Di antara hadits-hadits tersebut adalah : 1. Hadits riwayat Ibnu Majah dari ’Ali bin Abi Thalib radhiyallâhu ’anhu: ”Apabila datang malam Nishfu Sya’ban , maka lakukanlah shalat di waktu malamnya dan puasa di waktu siangnya” Diriwayatkan oleh Ibnu Majah, hadis nomor 1378, Ibnul-Jauzi dalam Al-’Ilal, juz II, hal. 561 serta al-Baihaqi dalam Syu’abul-Îmân 3/378-379 dan Fadhâilul-Auqât, hal. 24. Status hadits ini adalah sangat Bukhari, hadis nomor 1094 dan Muslim, hadis nomor 758 dari shahabat Abu Hurairah radliyallâhu ’anhu]. Dengan kalimat ringkas dapat dikatakan: Keutamaan yang dimiliki malam Nishfu Sya’ban juga dimiliki oleh malam-malam yang lainnya, terutama pada waktu sepertiga malam yang terakhir. 2 Sebagaimana telah dituliskan penjelasanya pada catatan kaki no. 1. 3 Para ulama berselisih pendapat mengenai hal ini. Sebagian ulama mengatakan bahwa tidak dimakruhkan shalat seseorang di rumahnya atau berjama’ah (di masjid) secara khusus di malam Nishfu Sya’ban sebagaimana pendapat Al-Auza’i, Ibnu Rajab, dan Ibnu Taimiyyah. Kebalikannya, ’Atha’, Ibnu Abi Mulaikah, Abu Syammah al-Maqdisi, dan jumhur ulama Malikiyyah mengatakan bid’ahnya amalan tersebut di malam Nishfu Sya’ban [Al-Bida’ Al-Hauliyyah hal. 148; Maktabah ash-Shaid].
  • 6. 6 lemah atau bahkan palsu. Letak kelemahan hadits ini terletak pada rawi yang bernama Ibnu Abi Sabrah (Abu Bakr bin ’Abdillah bin Muhammad bin Abi Sabrah). Ahmad bin Hanbal dan Ibnu Ma’in berkata tentangnya : ”Seorang yang memalsukan hadits”. Lihat selengkapnya dalam Silsilah adh-Dha’îfah, hadis nomor 2132. 2. Hadits Ibnul Jauzi dari Abu Hurairah radhiyallâhu ’anhu: ”Barangsiapa yang melakukan shalat di malam Nishfu Sya’ban sebanyak 12 raka’at, dimana setiap raka’atnya membaca ”Qul Huwallâhu Ahad” sebanyak 30 kali, tidaklah ia keluar hingga ia melihat tempat duduknya di surga dan memberikan syafa’at terhadap 10 orang anggota keluarganya yang telah ditentukan nasibnya di neraka”. Hadits ini adalah palsu. Dibawakan oleh Ibnul-Jauzi dalam Al- Maudhû’ât, 2/129. Sanadnya gelap yang terdiri dari para perawi yang tidak diketahui identitasnya (majhûl). Lihat juga Al-Manârul-Munîf karya Ibnu Qayyim al-Jauziyah, hadits nomor 177). 3. Hadits Riwayat al-Baihaqi dari ’Ali bin Abi Thalib radhiyallâhu ’anhu:
  • 7. 7 ”Aku melihat Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam pada malam Nishfu Sya’ban . Beliau berdiri dan kemudian shalat sebanyak 14 raka’at. Kemudian beliau duduk setelah selesai dan membaca Al-Fatihah sebanyak 14 kali, Qul- Huwallâhu Ahad sebanyak 14 kali, Qul A’ûdzu bi Rabbil-Falaq sebanyak 14 kali, Qul A’ûdzu bi Rabbin-Nâs sebanyak 14 kali, dan ayat Kursi sekali; sungguh akan mendatangi kalian utusan -- dari ayat-ayat tadi -- (QS al-Taubah, 9: 128). Ketika beliau telah menyelesaikan shalatnya, aku bertanya tentang apa yang aku lihat dari yang beliau lakukan. Maka beliau (Rasulullâh) shallallâhu ’alaihi wa sallam menjawab: ”Barangsiapa yang mengerjakan seperti yang yang engkau lihat tadi, maka baginya seperti 20 kali haji mabrur, puasa yang diterima selama 20 tahun. Apabila di keesokan harinya dia berpuasa, maka puasanya itu sama dengan puasa dua tahun lamanya pada masa lampau dan setahun masa yang akan datang”. Hadits ini adalah palsu. Dibawakan oleh Ibnul-Jauzi dalam Al- Maudhû’ât, juz II, hal. 131. 4. Dan yang lainnya dari hadits-hadits lemah dan palsu. Oleh karena itu Asy-Syaikh ’Abdul-’Aziz bin ’Abdillah bin Bâz berkata: ”Adapun pendapat yang dipilih oleh Al-Auza’i – rahimahullâh – bahwa disunnahkannya shalat malam sendirian pada malam Nishfu Sya’ban – dan didukung oleh Al-Hafizh Ibnu Rajab – maka hal itu sangatlah aneh dan lemah, karena segala sesuatu yang tidak ditetapkan oleh dalil syar’i yang disyari’atkan, maka tidak diperbolehkan bagi seseorang untuk mengatakan sebagai bagian dari agama. Walaupun dikerjakan secara individu atau kelompok, baik dirahasiakan atau diumumkan kepada orang banyak. Hal ini sesuai dengan makna umum dari sabda Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam: “Barangsiapa yang mengerjakan satu amalan yang bukan berasal perintah kami, maka ia tertolak”. Dan yang lainnya dari dalil-dalil yang menunjukan pengingkaran bid’ah dan menyuruhnya agar berhati- hati darinya” [At-Tahdzîr minal-Bida’, hal 13]. Wallâhu A'lam.