SlideShare a Scribd company logo
1 of 5
Download to read offline
Page 1 of 5
Kaya atau Miskin:
Bagaimana Kita Menyikapinya?
Tidak semua orang bisa bersyukur ketika mendapatkan nikmat, dan
tidak juga semua bisa bersabar ketika mendapatkan musibah. Hanya orang-
orang berimanlah yang tetap mampu menyikapinya dengan benar.
Untuk mengingatkan diri kita, Allah pun berfirman,
ِ‫ن‬َ‫ّم‬َ‫ر‬
‫إ‬
‫ك‬
َ
‫أ‬
‫ي‬
ِ‫ِب‬َ‫ر‬
ُ
‫ول‬
ُ
‫ق‬َ‫ي‬
َ
‫ف‬
ُ
‫ه‬َ‫م‬َ‫ّع‬
َ
‫ن‬َ‫و‬
ُ
‫ه‬َ‫ّم‬َ‫ر‬
‫إ‬
‫ك‬
َ
‫أ‬
َ
‫ف‬
ُ
‫ه‬ُ‫ّب‬َ‫ر‬ ُ‫ه‬
َ
‫َل‬َ‫ت‬‫إ‬‫اب‬ ‫ا‬َ‫ّم‬ ‫ا‬
َ
‫ذ‬ِ‫إ‬
ُ
‫ان‬ َ‫نس‬ِ
‫إ‬
‫اْل‬ ‫ا‬
َ
‫ّم‬
َ
‫أ‬
َ
‫ف‬
﴿٥١﴿ ِ‫ن‬
َ
‫ان‬
َ
‫ه‬
َ
‫أ‬
‫ي‬
ِ‫ِب‬َ‫ر‬
ُ
‫ول‬
ُ
‫ق‬َ‫ي‬
َ
‫ف‬
ُ
‫ه‬
َ
‫ق‬‫إ‬‫ز‬ِ‫ر‬ ِ‫ه‬‫إ‬‫ي‬
َ
‫ل‬َ‫ع‬ َ‫ر‬
َ
‫د‬
َ
‫ق‬
َ
‫ف‬ ُ‫ه‬
َ
‫َل‬َ‫ت‬‫إ‬‫اب‬ ‫ا‬َ‫ّم‬ ‫ا‬
َ
‫ذ‬ِ‫إ‬ ‫ا‬
َ
‫ّم‬
َ
‫أ‬َ‫و‬ ﴾٥١﴾
“Adapun manusia apabila Rabbnya mengujinya lalu Dia dimuliakan-Nya dan
diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: "Rabbku telah memuliakanku".
Adapun bila Rabbnya (Allâh) mengujinya, lalu membatasi rezekinya
(menjadikannya hidup dalam kekurangan), maka dia berkata: "Rabbku
menghinakanku." (QS al-Fajr/89: 15-16). Itulah sikap kebanyakan manusia.
Kenikmatan dunia menjadi bidikan utama orang-orang yang tidak
beriman kepada Allâh dan hari kebangkitan. Mereka berjuang siang dan
malam demi kesuksesan duniawi semata. Limpahan kekayaan, dalam
pandangan mereka, merupakan pertanda kemuliaan hidup dan sumber
martabat. Dan sebaliknya, kurangnya materi, kemiskinan dan kehidupan
ekonomi yang sulit, di mata mereka menjadi petunjuk kehinaan.
Atas dasar itu, sebagian Ulama mengatakan bahwa melalui ayat di
atas, Allâh mengabarkan salah satu sifat orang kafir dan musyrik saat
menerima limpahan harta dan tatkala kekurangan materi dan terhimpit
kesulitan ekonomi.1
Sebagian Ulama lain menyebutkan bahwa hal itu
merupakan sifat bawaan setiap manusia yang bersumber dari sifat jahl
(kebodohan, ketidaktahuan tentang hakikat masalah) dan zhulm
(kezaliman).2
Allâh berfirman:
1
Ath-Thabari Jâmi’ al Bayân ‘an Āyi al-Qur`ân, juz XV, hal. 227; Al-
Qurthubi, Al-Jâmi li Ahkâm al Qur`ân, juz XX, hal. 47, ‘Athiyyah Sâlim, Tatimmah
Adhwâ al-Bayân, juz IX, hal. 217 dan Al- Jazâiri, Aisar at-Tafâsîr, juz II, hal. 1471.
2
As-Sa’di, Taisîr al-Karîm ar-Rahmân Fî Tafsîr Kalâm a-Mannan, hal. 1009, Al-
‘Utsaimin, Tafsîr Juz ‘Amma, hal. 200.
Page 2 of 5
“Adapun manusia apabila Rabbnya mengujinya lalu Dia dimuliakan-Nya dan
diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: "Rabbku telah memuliakanku". (QS
al-Fajr/89: 15)
Pada ayat ini, Allâh mengingkari manusia yang memiliki keyakinan
jika diberi keluasan rezeki itu pertanda penganugerahan kemuliaan dari
Allâh bagi dirinya. Faktanya, tidak demikian adanya. Akan tetapi,
merupakan ujian dan cobaan bagi mereka dari Allâh,3
dan menguak apakah
ia bersabar atau berkeluh-kesah, apakah ia bersyukur atau mengingkari
nikmat.4
Hal ini seperti firman Allâh:
ۚ
“Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang kami berikan kepada
mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada
mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar.” (QS al-Mu’minûn/23: 55-56)
Sebaliknya pada ayat berikutnya, Allah berfirman:
“Adapun bila Rabbnya (Allâh) mengujinya, lalu membatasi rezekinya
(menjadikannya hidup dalam kekurangan), maka dia berkata: "Rabbku
menghinakanku." (QS al-Fajr/89: 16)
Tatkala Allâh menguji manusia dengan menyempitkan rezekinya,
sebagian orang beranggapan hal tersebut merupakan bentuk kehinaan yang
harus ia terima.
Al-Qurthubi menegaskan salah satu sifat orang kafir, “Kemuliaan
dan kehinaan pada pandangan orang kafir berdasarkan banyak sedikitnya
kekayaan yang dimiliki seseorang”.5
Kekayaan Bukanlah Pertanda Kemuliaan dan Kemiskinan Bukanlah
Pertanda Kehinaan
Allâh tidak pernah menjadikan kekayaan dan kemiskinan yang
meliputi kondisi seseorang sebagai bentuk penilaian kemuliaan atau
3
Ibnu Katsîr, Tafsîr al-Qur`ân al ‘Azhîm, juz VIII, hal. 398.
4
Asy-Syaukâni, Fath al-Qadîr, juz V, hal. 621.
5
Al-Qurthubi, Al-Jâmi li Ahkâm al Qur`ân, juz XX, hal. 47.
Page 3 of 5
kerendahan derajatnya di sisi Allâh. Namun, itu semua merupakan ujian dan
cobaan yang Allâh berikan kepada umat manusia yang tidak lepas dari takdir
dan qadha-Nya.
Perhatikan firman Allâh berikut:
“Katakanlah: "Sesungguhnya Rabbku melapangkan rezeki bagi siapa yang
dikehendaki-Nya dan menyempitkan (bagi siapa yang dikehendaki-Nya), akan tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS Saba’/34: 36)
Allâh memberikan kekayaan kepada orang yang Dia cintai dan
orang yang tidak Dia cintai, menyempitkan rezeki orang yang Dia cintai dan
orang yang tidak Dia cintai. Pada ketentuan-ketentuan Allâh ini terdapat
hikmah yang luhur lagi sempurna yang tidak diketahui selain-Nya. Akan
tetapi, kebanyakan orang tidak menyadarinya.
Sedangkan firman Allâh: Kallâ (َ‫ّال‬َ‫ك‬) adalah bentuk kata bantahan
guna menjelaskan bahwa kenyataannya tidak seperti yang kalian katakan
dan tidak seperti pandangan manusia umumnya. Bantahan kepada orang-
orang yang mengukur segala sesuatu dengan materi. Dalam kata ini terdapat
unsur meluruskan pandangan yang keliru di atas, dan bahwa pemberian dan
menahan rezeki tidak terkait dengan pemuliaan bagi seseorang maupun
penghinaan baginya. Akan tetapi, itu semua merupakan ujian dari Allâh
kepada hamba-Nya.6
Ibnu Katsîr mengatakan, “Masalahnya tidak seperti yang ia
perkirakan. Tidak seperti pandangan yang pertama, juga tidak seperti
pandangan yang kedua. (Sebab) Allâh memberikan kekayaan kepada orang
yang Allâh cintai dan yang tidak Allâh cintai, menyempitkan rezeki pada
orang yang Allâh cintai dan yang tidak Dia cintai. Landasan dalam masalah
ini ialah ketaatan kepada Allâh dalam dua kondisi tersebut, jika berlimpah
harta, hendaknya bersyukur kepada Allâh atas nikmat itu, bila mengalami
kekurangan, hendaknya bersabar”.7
6
As-Sa’di, Taisîr al-Karîm ar-Rahmân Fî Tafsîr Kalâm a-Mannan, hal. 1009,
‘Athiyyah Sâlim, Tatimmah Adhwâ al-Bayân, juz IX, hal. 217 dan Al- Jazâiri, Aisar at-
Tafâsîr, juz II, hal. 1471.
7
Ibnu Katsir, Tafsîr al-Qur`an al ‘Azhîm, juz VIII, hal. 398.
Page 4 of 5
‘Abdur Rahmân as-Sa’di menjelaskan, bahwa “kekayaan dan
kemiskinan, keluasan dan sempitnya rezeki adalah cobaan dari Allâh dan
ujian untuk menguji para hamba-Nya, supaya dapat diketahui siapa saja
yang bersyukur dan bersabar, kemudian Allâh akan membalasnya dengan
pahala yang besar. Barang siapa yang tidak demikian (tidak bersyukur atau
bersabar), maka akan dibalas dengan siksa pedih”.8
Sementara itu, ‘Athiyyah Sâlim juga berkata, “Allâh Azza wa Jalla
menjelaskan bahwa Dia Azza wa Jalla memberi dan menahan (pemberian)
sebagai ujian bagi seorang hamba”.9
Perhatikanlah firman berikut:
ۗۖ
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan
keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya
kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS al-Anbiyâ/21: 35)
Dan juga firman Allâh:
“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan
dan Sesungguhnya di sisi Allâh-lah pahala yang besar.” (QS al-Anfâl/8: 28)
Sebagaimana menguji manusia dengan musibah (hal-hal yang tidak
mengenakkan), Allâh juga menguji manusia dengan kenikmatan.
Artipenting Muhâsabah
Seorang mukmin ketika mendapatkan kenikmatan dari Allâh
berupa kekayaan, ia akan mensyukuri Rabbnya, dan ia memandang itu
murni merupakan kemurahan dan curahan kebaikan Allâh terhadap dirinya,
bukan merupakan bentuk kemuliaan yang Allâh berikan kepada orang yang
berhak. Dan sebaliknya, jika mengalami cobaan kesulitan ekonomi, rejeki
seret, seorang mukmin akan bersabar dan mengharapkan pahala dari Allâh
seraya bermuhasabah (berintrospeksi diri), kejadian ini tiada lain karena
dosa-dosaku. Allâh tidak sedang menghinaku dan tidak sedang menganiaya
diriku.
8
As-Sa’di, Taisîr al-Karîm ar-Rahmân Fî Tafsîr Kalâm a-Mannan, hal. 1009.
9
‘Athiyyah Sâlim, Tatimmah Adhwâ al-Bayân, juz IX, hal. 217.
Page 5 of 5
Dalam dua ayat ini termuat satu petunjuk pentingnya seseorang
menyadari saat menerima limpahan rezeki atau terhimpit ekonominya.
Misalnya, mengatakan, “Mengapa Allâh memberiku rezeki melimpah? Apa
yang dikehendaki dariku? Pastilah aku harus bersyukur kepada-Nya.
Mengapa Allâh mengujiku dengan kekurangan harta dan penyakit? Pastilah
Allâh menghendaki agar aku bersabar.
Jadi, hendaklah selalu melakukan introspeksi diri dalam dua
kondisi tersebut. Sikap demikian akan menjauhkan manusia dari dua sifat
buruknya, kebodohan dan aniaya. Sebab limpahan kekayaan dan sempitnya
rezeki terjadi berdasarkan hikmah dan keadilan Allâh10
. Manusia pun harus
tetap memuji Allâh dalam kedua kondisi tersebut.11
[11]
Kesimpulan dan ‘Ibrah
Dari pembahasan di atas, dapat diperoleh kesimpulan dan pelajaran
sebagai berikut:
1. Sebagai orang yang beriman, kita harus menyikapi hidup ini dengan
sikap syukur dan sabar.
2. Jangan sampai kita terjebak dalam pandangan materialistik, yang
bersumber dari sikap hubbun dun-ya (cinta dunia), sehingga kita
terjebak ke dalam sikap yang salah dalam menilai setiap kenikmatan
yang diberikan oleh Allah kepada diri kita, dan musibah yang
menimpa diri kita.
3. Pandangan materialistik bukanlah pandangan yang pantas dimiliki
oleh setiap orang yang beriman, dan oleh karenanya harus kita jauhi,
agar kita kita tidak terjebak dalam sikap kufur atas nikmat Allah.
4. Allâh sangat membenci orang-orang yang bersikap kufur, dan
sebaliknya sangat mencintai orang-orang yang bersikap syukur atas
nikmat-nikmatNya
5. Bila kita mendapatkan musibah, segeralah kita bermuhasabah.
Karena, dengan bermuhasabahlah kita bisa mengevaluasi diri kita
masing-masing, dan memerbaiki langkah-langkah kita untuk
kepentingan masa depan kita.
Wallâhu a’lamu bis-shawâb.
10
Al-‘Utsaimin, Tafsîr Juz ‘Amma, hal. 201.
11
Ath-Thabari, Jâmi’ al Bayân an Āyi al-Qur`ân, juz XV, hal. 229.

More Related Content

What's hot

flowchart pembukaan rekening baru
flowchart pembukaan rekening baruflowchart pembukaan rekening baru
flowchart pembukaan rekening baru
nurul lina musadad
 
Jurnal evaluasi kinerja hrsc
Jurnal evaluasi kinerja hrscJurnal evaluasi kinerja hrsc
Jurnal evaluasi kinerja hrsc
Herman Sjahruddin
 

What's hot (20)

Masalah dan Tantangan MSDM
Masalah dan Tantangan MSDMMasalah dan Tantangan MSDM
Masalah dan Tantangan MSDM
 
Manajemen internasional
Manajemen internasionalManajemen internasional
Manajemen internasional
 
8. koordinasi dan rentang manajemen
8. koordinasi dan rentang manajemen8. koordinasi dan rentang manajemen
8. koordinasi dan rentang manajemen
 
MAKALAH EKSPOR IMPOR (PENGENALAN)
MAKALAH EKSPOR IMPOR (PENGENALAN)MAKALAH EKSPOR IMPOR (PENGENALAN)
MAKALAH EKSPOR IMPOR (PENGENALAN)
 
sdm berdasarkan-kompetensi
sdm berdasarkan-kompetensisdm berdasarkan-kompetensi
sdm berdasarkan-kompetensi
 
Makalah MSDM (REKRUITMEN DAN SELEKSI KARYAWAN)
Makalah MSDM (REKRUITMEN DAN SELEKSI KARYAWAN)Makalah MSDM (REKRUITMEN DAN SELEKSI KARYAWAN)
Makalah MSDM (REKRUITMEN DAN SELEKSI KARYAWAN)
 
Aspek manajemen pada studi kelayakan bisnis+Studi Kasus-STIE Putra Bangsa
Aspek manajemen pada studi kelayakan bisnis+Studi Kasus-STIE Putra BangsaAspek manajemen pada studi kelayakan bisnis+Studi Kasus-STIE Putra Bangsa
Aspek manajemen pada studi kelayakan bisnis+Studi Kasus-STIE Putra Bangsa
 
Kepribadian dan Nilai
Kepribadian dan Nilai Kepribadian dan Nilai
Kepribadian dan Nilai
 
PPT Laporan Hasil Kewirausahaan Onde - Onde Pelangi
PPT Laporan Hasil Kewirausahaan Onde - Onde PelangiPPT Laporan Hasil Kewirausahaan Onde - Onde Pelangi
PPT Laporan Hasil Kewirausahaan Onde - Onde Pelangi
 
Peramalan sdm
Peramalan sdmPeramalan sdm
Peramalan sdm
 
Hak dan kewajiban manusia
Hak dan kewajiban manusiaHak dan kewajiban manusia
Hak dan kewajiban manusia
 
Makalah tes seleksi karyawan dan wawancara in Bahasa
Makalah tes seleksi karyawan dan wawancara in BahasaMakalah tes seleksi karyawan dan wawancara in Bahasa
Makalah tes seleksi karyawan dan wawancara in Bahasa
 
Penetapan tujuan organisasi
Penetapan tujuan organisasiPenetapan tujuan organisasi
Penetapan tujuan organisasi
 
Makalah Perusahaan Gudang Garam
Makalah Perusahaan Gudang GaramMakalah Perusahaan Gudang Garam
Makalah Perusahaan Gudang Garam
 
flowchart pembukaan rekening baru
flowchart pembukaan rekening baruflowchart pembukaan rekening baru
flowchart pembukaan rekening baru
 
Studi kasus msdm
Studi kasus msdmStudi kasus msdm
Studi kasus msdm
 
Rekrutmen, seleksi dan penempatan
Rekrutmen, seleksi dan penempatanRekrutmen, seleksi dan penempatan
Rekrutmen, seleksi dan penempatan
 
Hak Pekerja - Etika Bisnis
Hak Pekerja - Etika BisnisHak Pekerja - Etika Bisnis
Hak Pekerja - Etika Bisnis
 
Resume manajemen
Resume manajemenResume manajemen
Resume manajemen
 
Jurnal evaluasi kinerja hrsc
Jurnal evaluasi kinerja hrscJurnal evaluasi kinerja hrsc
Jurnal evaluasi kinerja hrsc
 

Viewers also liked

Bagaimana seharusnya kita berdoa
Bagaimana seharusnya kita berdoaBagaimana seharusnya kita berdoa
Bagaimana seharusnya kita berdoa
Muhsin Hariyanto
 
Presentacion digital de mi empresa
Presentacion digital de mi empresaPresentacion digital de mi empresa
Presentacion digital de mi empresa
Fina Morales Romero
 
ΒΙΟΓΡΑΦΙΚΟ ΣΗΜΕΙΩΜΑ
ΒΙΟΓΡΑΦΙΚΟ ΣΗΜΕΙΩΜΑΒΙΟΓΡΑΦΙΚΟ ΣΗΜΕΙΩΜΑ
ΒΙΟΓΡΑΦΙΚΟ ΣΗΜΕΙΩΜΑ
Jim Samios
 
Klasifikasi orang islam 01
Klasifikasi orang islam 01Klasifikasi orang islam 01
Klasifikasi orang islam 01
Muhsin Hariyanto
 
Menebas atau ditebas pedang waktu
Menebas atau ditebas pedang waktuMenebas atau ditebas pedang waktu
Menebas atau ditebas pedang waktu
Muhsin Hariyanto
 

Viewers also liked (20)

Bagaimana seharusnya kita berdoa
Bagaimana seharusnya kita berdoaBagaimana seharusnya kita berdoa
Bagaimana seharusnya kita berdoa
 
Health medta caccelerate
Health medta caccelerateHealth medta caccelerate
Health medta caccelerate
 
Presentacion digital de mi empresa
Presentacion digital de mi empresaPresentacion digital de mi empresa
Presentacion digital de mi empresa
 
Bermuhammadiyah
BermuhammadiyahBermuhammadiyah
Bermuhammadiyah
 
Mapa politico
Mapa politicoMapa politico
Mapa politico
 
Lâ tahzan
Lâ tahzanLâ tahzan
Lâ tahzan
 
Alcalá del júcar
Alcalá del júcarAlcalá del júcar
Alcalá del júcar
 
Vansuvers pdf (CETIS32BAMMSSG)
Vansuvers pdf (CETIS32BAMMSSG)Vansuvers pdf (CETIS32BAMMSSG)
Vansuvers pdf (CETIS32BAMMSSG)
 
Interlinking Is More Than owl:sameAs
Interlinking Is More Than owl:sameAsInterlinking Is More Than owl:sameAs
Interlinking Is More Than owl:sameAs
 
ΒΙΟΓΡΑΦΙΚΟ ΣΗΜΕΙΩΜΑ
ΒΙΟΓΡΑΦΙΚΟ ΣΗΜΕΙΩΜΑΒΙΟΓΡΑΦΙΚΟ ΣΗΜΕΙΩΜΑ
ΒΙΟΓΡΑΦΙΚΟ ΣΗΜΕΙΩΜΑ
 
Klasifikasi orang islam 01
Klasifikasi orang islam 01Klasifikasi orang islam 01
Klasifikasi orang islam 01
 
07-Cswip 3.2
07-Cswip 3.207-Cswip 3.2
07-Cswip 3.2
 
Ppt communication blog
Ppt communication blogPpt communication blog
Ppt communication blog
 
Hoja de Control
Hoja de ControlHoja de Control
Hoja de Control
 
Nyeri
NyeriNyeri
Nyeri
 
Arquitectura de-informacion
Arquitectura de-informacionArquitectura de-informacion
Arquitectura de-informacion
 
Macm hphotos
Macm hphotosMacm hphotos
Macm hphotos
 
Finite element modeling of the broaching process of inconel718
Finite element modeling of the broaching process of inconel718Finite element modeling of the broaching process of inconel718
Finite element modeling of the broaching process of inconel718
 
Menebas atau ditebas pedang waktu
Menebas atau ditebas pedang waktuMenebas atau ditebas pedang waktu
Menebas atau ditebas pedang waktu
 
HFACO
HFACOHFACO
HFACO
 

Similar to Kaya atau miskin, bagaimana sikap kita

Panduan islam dalam mencari rejeki
Panduan islam dalam mencari rejekiPanduan islam dalam mencari rejeki
Panduan islam dalam mencari rejeki
BahRum Subagia
 
Orang mukmin tidak pernah stres
Orang mukmin tidak pernah stresOrang mukmin tidak pernah stres
Orang mukmin tidak pernah stres
Abyanuddin Salam
 
Tafsir qs az zumar, 39 ayat 22
Tafsir qs az zumar, 39 ayat  22Tafsir qs az zumar, 39 ayat  22
Tafsir qs az zumar, 39 ayat 22
Muhsin Hariyanto
 

Similar to Kaya atau miskin, bagaimana sikap kita (20)

Majalah Assalaam Edisi 6 Tahun 2017
Majalah Assalaam Edisi 6 Tahun 2017Majalah Assalaam Edisi 6 Tahun 2017
Majalah Assalaam Edisi 6 Tahun 2017
 
Panduan islam dalam mencari rejeki
Panduan islam dalam mencari rejekiPanduan islam dalam mencari rejeki
Panduan islam dalam mencari rejeki
 
kultum 15.docx
kultum 15.docxkultum 15.docx
kultum 15.docx
 
Ciri beriman kepada qadha dan qadar
Ciri beriman kepada qadha dan qadarCiri beriman kepada qadha dan qadar
Ciri beriman kepada qadha dan qadar
 
Tabahlah menghadapi musibah
Tabahlah menghadapi musibahTabahlah menghadapi musibah
Tabahlah menghadapi musibah
 
Ciri beriman kepada qadha dan qadar
Ciri beriman kepada qadha dan qadarCiri beriman kepada qadha dan qadar
Ciri beriman kepada qadha dan qadar
 
Ikhlas
IkhlasIkhlas
Ikhlas
 
Ikhlas
IkhlasIkhlas
Ikhlas
 
Ikhlas
IkhlasIkhlas
Ikhlas
 
Ciri beriman kepada qadha dan qadar
Ciri beriman kepada qadha dan qadarCiri beriman kepada qadha dan qadar
Ciri beriman kepada qadha dan qadar
 
Uas pai
Uas paiUas pai
Uas pai
 
Rizki 2
Rizki 2Rizki 2
Rizki 2
 
kultum 16.docx
kultum 16.docxkultum 16.docx
kultum 16.docx
 
24. Hakikat Sabar dan Syukur.pptx
24. Hakikat Sabar dan Syukur.pptx24. Hakikat Sabar dan Syukur.pptx
24. Hakikat Sabar dan Syukur.pptx
 
Orang mukmin tidak pernah stres
Orang mukmin tidak pernah stresOrang mukmin tidak pernah stres
Orang mukmin tidak pernah stres
 
Meraih maghfirah
Meraih maghfirahMeraih maghfirah
Meraih maghfirah
 
Tafsir qs az zumar, 39 ayat 22
Tafsir qs az zumar, 39 ayat  22Tafsir qs az zumar, 39 ayat  22
Tafsir qs az zumar, 39 ayat 22
 
Bab III ( asmaul khusna )
Bab III ( asmaul khusna )Bab III ( asmaul khusna )
Bab III ( asmaul khusna )
 
Bab iii ( asmaul khusna )
Bab iii ( asmaul khusna )Bab iii ( asmaul khusna )
Bab iii ( asmaul khusna )
 
Bahan motivasi dan dawah Ujian dari allah dibagi menjadi dua
Bahan motivasi dan dawah Ujian dari allah dibagi menjadi duaBahan motivasi dan dawah Ujian dari allah dibagi menjadi dua
Bahan motivasi dan dawah Ujian dari allah dibagi menjadi dua
 

More from Muhsin Hariyanto

Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Muhsin Hariyanto
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Muhsin Hariyanto
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Muhsin Hariyanto
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Muhsin Hariyanto
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Muhsin Hariyanto
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul
Muhsin Hariyanto
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayam
Muhsin Hariyanto
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Muhsin Hariyanto
 

More from Muhsin Hariyanto (20)

Khutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 hKhutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 h
 
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
 
Etika dalam berdoa
Etika dalam berdoaEtika dalam berdoa
Etika dalam berdoa
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul
 
Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)
 
Strategi dakwah
Strategi dakwahStrategi dakwah
Strategi dakwah
 
Sukses karena kerja keras
Sukses karena kerja kerasSukses karena kerja keras
Sukses karena kerja keras
 
Opini dul
Opini   dulOpini   dul
Opini dul
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayam
 
Tentang diri saya
Tentang diri sayaTentang diri saya
Tentang diri saya
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
 
Ketika kita gagal
Ketika kita gagalKetika kita gagal
Ketika kita gagal
 
Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!
 
Gatotkaca winisuda
Gatotkaca winisudaGatotkaca winisuda
Gatotkaca winisuda
 

Kaya atau miskin, bagaimana sikap kita

  • 1. Page 1 of 5 Kaya atau Miskin: Bagaimana Kita Menyikapinya? Tidak semua orang bisa bersyukur ketika mendapatkan nikmat, dan tidak juga semua bisa bersabar ketika mendapatkan musibah. Hanya orang- orang berimanlah yang tetap mampu menyikapinya dengan benar. Untuk mengingatkan diri kita, Allah pun berfirman, ِ‫ن‬َ‫ّم‬َ‫ر‬ ‫إ‬ ‫ك‬ َ ‫أ‬ ‫ي‬ ِ‫ِب‬َ‫ر‬ ُ ‫ول‬ ُ ‫ق‬َ‫ي‬ َ ‫ف‬ ُ ‫ه‬َ‫م‬َ‫ّع‬ َ ‫ن‬َ‫و‬ ُ ‫ه‬َ‫ّم‬َ‫ر‬ ‫إ‬ ‫ك‬ َ ‫أ‬ َ ‫ف‬ ُ ‫ه‬ُ‫ّب‬َ‫ر‬ ُ‫ه‬ َ ‫َل‬َ‫ت‬‫إ‬‫اب‬ ‫ا‬َ‫ّم‬ ‫ا‬ َ ‫ذ‬ِ‫إ‬ ُ ‫ان‬ َ‫نس‬ِ ‫إ‬ ‫اْل‬ ‫ا‬ َ ‫ّم‬ َ ‫أ‬ َ ‫ف‬ ﴿٥١﴿ ِ‫ن‬ َ ‫ان‬ َ ‫ه‬ َ ‫أ‬ ‫ي‬ ِ‫ِب‬َ‫ر‬ ُ ‫ول‬ ُ ‫ق‬َ‫ي‬ َ ‫ف‬ ُ ‫ه‬ َ ‫ق‬‫إ‬‫ز‬ِ‫ر‬ ِ‫ه‬‫إ‬‫ي‬ َ ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫ر‬ َ ‫د‬ َ ‫ق‬ َ ‫ف‬ ُ‫ه‬ َ ‫َل‬َ‫ت‬‫إ‬‫اب‬ ‫ا‬َ‫ّم‬ ‫ا‬ َ ‫ذ‬ِ‫إ‬ ‫ا‬ َ ‫ّم‬ َ ‫أ‬َ‫و‬ ﴾٥١﴾ “Adapun manusia apabila Rabbnya mengujinya lalu Dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: "Rabbku telah memuliakanku". Adapun bila Rabbnya (Allâh) mengujinya, lalu membatasi rezekinya (menjadikannya hidup dalam kekurangan), maka dia berkata: "Rabbku menghinakanku." (QS al-Fajr/89: 15-16). Itulah sikap kebanyakan manusia. Kenikmatan dunia menjadi bidikan utama orang-orang yang tidak beriman kepada Allâh dan hari kebangkitan. Mereka berjuang siang dan malam demi kesuksesan duniawi semata. Limpahan kekayaan, dalam pandangan mereka, merupakan pertanda kemuliaan hidup dan sumber martabat. Dan sebaliknya, kurangnya materi, kemiskinan dan kehidupan ekonomi yang sulit, di mata mereka menjadi petunjuk kehinaan. Atas dasar itu, sebagian Ulama mengatakan bahwa melalui ayat di atas, Allâh mengabarkan salah satu sifat orang kafir dan musyrik saat menerima limpahan harta dan tatkala kekurangan materi dan terhimpit kesulitan ekonomi.1 Sebagian Ulama lain menyebutkan bahwa hal itu merupakan sifat bawaan setiap manusia yang bersumber dari sifat jahl (kebodohan, ketidaktahuan tentang hakikat masalah) dan zhulm (kezaliman).2 Allâh berfirman: 1 Ath-Thabari Jâmi’ al Bayân ‘an Āyi al-Qur`ân, juz XV, hal. 227; Al- Qurthubi, Al-Jâmi li Ahkâm al Qur`ân, juz XX, hal. 47, ‘Athiyyah Sâlim, Tatimmah Adhwâ al-Bayân, juz IX, hal. 217 dan Al- Jazâiri, Aisar at-Tafâsîr, juz II, hal. 1471. 2 As-Sa’di, Taisîr al-Karîm ar-Rahmân Fî Tafsîr Kalâm a-Mannan, hal. 1009, Al- ‘Utsaimin, Tafsîr Juz ‘Amma, hal. 200.
  • 2. Page 2 of 5 “Adapun manusia apabila Rabbnya mengujinya lalu Dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: "Rabbku telah memuliakanku". (QS al-Fajr/89: 15) Pada ayat ini, Allâh mengingkari manusia yang memiliki keyakinan jika diberi keluasan rezeki itu pertanda penganugerahan kemuliaan dari Allâh bagi dirinya. Faktanya, tidak demikian adanya. Akan tetapi, merupakan ujian dan cobaan bagi mereka dari Allâh,3 dan menguak apakah ia bersabar atau berkeluh-kesah, apakah ia bersyukur atau mengingkari nikmat.4 Hal ini seperti firman Allâh: ۚ “Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar.” (QS al-Mu’minûn/23: 55-56) Sebaliknya pada ayat berikutnya, Allah berfirman: “Adapun bila Rabbnya (Allâh) mengujinya, lalu membatasi rezekinya (menjadikannya hidup dalam kekurangan), maka dia berkata: "Rabbku menghinakanku." (QS al-Fajr/89: 16) Tatkala Allâh menguji manusia dengan menyempitkan rezekinya, sebagian orang beranggapan hal tersebut merupakan bentuk kehinaan yang harus ia terima. Al-Qurthubi menegaskan salah satu sifat orang kafir, “Kemuliaan dan kehinaan pada pandangan orang kafir berdasarkan banyak sedikitnya kekayaan yang dimiliki seseorang”.5 Kekayaan Bukanlah Pertanda Kemuliaan dan Kemiskinan Bukanlah Pertanda Kehinaan Allâh tidak pernah menjadikan kekayaan dan kemiskinan yang meliputi kondisi seseorang sebagai bentuk penilaian kemuliaan atau 3 Ibnu Katsîr, Tafsîr al-Qur`ân al ‘Azhîm, juz VIII, hal. 398. 4 Asy-Syaukâni, Fath al-Qadîr, juz V, hal. 621. 5 Al-Qurthubi, Al-Jâmi li Ahkâm al Qur`ân, juz XX, hal. 47.
  • 3. Page 3 of 5 kerendahan derajatnya di sisi Allâh. Namun, itu semua merupakan ujian dan cobaan yang Allâh berikan kepada umat manusia yang tidak lepas dari takdir dan qadha-Nya. Perhatikan firman Allâh berikut: “Katakanlah: "Sesungguhnya Rabbku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyempitkan (bagi siapa yang dikehendaki-Nya), akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS Saba’/34: 36) Allâh memberikan kekayaan kepada orang yang Dia cintai dan orang yang tidak Dia cintai, menyempitkan rezeki orang yang Dia cintai dan orang yang tidak Dia cintai. Pada ketentuan-ketentuan Allâh ini terdapat hikmah yang luhur lagi sempurna yang tidak diketahui selain-Nya. Akan tetapi, kebanyakan orang tidak menyadarinya. Sedangkan firman Allâh: Kallâ (َ‫ّال‬َ‫ك‬) adalah bentuk kata bantahan guna menjelaskan bahwa kenyataannya tidak seperti yang kalian katakan dan tidak seperti pandangan manusia umumnya. Bantahan kepada orang- orang yang mengukur segala sesuatu dengan materi. Dalam kata ini terdapat unsur meluruskan pandangan yang keliru di atas, dan bahwa pemberian dan menahan rezeki tidak terkait dengan pemuliaan bagi seseorang maupun penghinaan baginya. Akan tetapi, itu semua merupakan ujian dari Allâh kepada hamba-Nya.6 Ibnu Katsîr mengatakan, “Masalahnya tidak seperti yang ia perkirakan. Tidak seperti pandangan yang pertama, juga tidak seperti pandangan yang kedua. (Sebab) Allâh memberikan kekayaan kepada orang yang Allâh cintai dan yang tidak Allâh cintai, menyempitkan rezeki pada orang yang Allâh cintai dan yang tidak Dia cintai. Landasan dalam masalah ini ialah ketaatan kepada Allâh dalam dua kondisi tersebut, jika berlimpah harta, hendaknya bersyukur kepada Allâh atas nikmat itu, bila mengalami kekurangan, hendaknya bersabar”.7 6 As-Sa’di, Taisîr al-Karîm ar-Rahmân Fî Tafsîr Kalâm a-Mannan, hal. 1009, ‘Athiyyah Sâlim, Tatimmah Adhwâ al-Bayân, juz IX, hal. 217 dan Al- Jazâiri, Aisar at- Tafâsîr, juz II, hal. 1471. 7 Ibnu Katsir, Tafsîr al-Qur`an al ‘Azhîm, juz VIII, hal. 398.
  • 4. Page 4 of 5 ‘Abdur Rahmân as-Sa’di menjelaskan, bahwa “kekayaan dan kemiskinan, keluasan dan sempitnya rezeki adalah cobaan dari Allâh dan ujian untuk menguji para hamba-Nya, supaya dapat diketahui siapa saja yang bersyukur dan bersabar, kemudian Allâh akan membalasnya dengan pahala yang besar. Barang siapa yang tidak demikian (tidak bersyukur atau bersabar), maka akan dibalas dengan siksa pedih”.8 Sementara itu, ‘Athiyyah Sâlim juga berkata, “Allâh Azza wa Jalla menjelaskan bahwa Dia Azza wa Jalla memberi dan menahan (pemberian) sebagai ujian bagi seorang hamba”.9 Perhatikanlah firman berikut: ۗۖ “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS al-Anbiyâ/21: 35) Dan juga firman Allâh: “Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi Allâh-lah pahala yang besar.” (QS al-Anfâl/8: 28) Sebagaimana menguji manusia dengan musibah (hal-hal yang tidak mengenakkan), Allâh juga menguji manusia dengan kenikmatan. Artipenting Muhâsabah Seorang mukmin ketika mendapatkan kenikmatan dari Allâh berupa kekayaan, ia akan mensyukuri Rabbnya, dan ia memandang itu murni merupakan kemurahan dan curahan kebaikan Allâh terhadap dirinya, bukan merupakan bentuk kemuliaan yang Allâh berikan kepada orang yang berhak. Dan sebaliknya, jika mengalami cobaan kesulitan ekonomi, rejeki seret, seorang mukmin akan bersabar dan mengharapkan pahala dari Allâh seraya bermuhasabah (berintrospeksi diri), kejadian ini tiada lain karena dosa-dosaku. Allâh tidak sedang menghinaku dan tidak sedang menganiaya diriku. 8 As-Sa’di, Taisîr al-Karîm ar-Rahmân Fî Tafsîr Kalâm a-Mannan, hal. 1009. 9 ‘Athiyyah Sâlim, Tatimmah Adhwâ al-Bayân, juz IX, hal. 217.
  • 5. Page 5 of 5 Dalam dua ayat ini termuat satu petunjuk pentingnya seseorang menyadari saat menerima limpahan rezeki atau terhimpit ekonominya. Misalnya, mengatakan, “Mengapa Allâh memberiku rezeki melimpah? Apa yang dikehendaki dariku? Pastilah aku harus bersyukur kepada-Nya. Mengapa Allâh mengujiku dengan kekurangan harta dan penyakit? Pastilah Allâh menghendaki agar aku bersabar. Jadi, hendaklah selalu melakukan introspeksi diri dalam dua kondisi tersebut. Sikap demikian akan menjauhkan manusia dari dua sifat buruknya, kebodohan dan aniaya. Sebab limpahan kekayaan dan sempitnya rezeki terjadi berdasarkan hikmah dan keadilan Allâh10 . Manusia pun harus tetap memuji Allâh dalam kedua kondisi tersebut.11 [11] Kesimpulan dan ‘Ibrah Dari pembahasan di atas, dapat diperoleh kesimpulan dan pelajaran sebagai berikut: 1. Sebagai orang yang beriman, kita harus menyikapi hidup ini dengan sikap syukur dan sabar. 2. Jangan sampai kita terjebak dalam pandangan materialistik, yang bersumber dari sikap hubbun dun-ya (cinta dunia), sehingga kita terjebak ke dalam sikap yang salah dalam menilai setiap kenikmatan yang diberikan oleh Allah kepada diri kita, dan musibah yang menimpa diri kita. 3. Pandangan materialistik bukanlah pandangan yang pantas dimiliki oleh setiap orang yang beriman, dan oleh karenanya harus kita jauhi, agar kita kita tidak terjebak dalam sikap kufur atas nikmat Allah. 4. Allâh sangat membenci orang-orang yang bersikap kufur, dan sebaliknya sangat mencintai orang-orang yang bersikap syukur atas nikmat-nikmatNya 5. Bila kita mendapatkan musibah, segeralah kita bermuhasabah. Karena, dengan bermuhasabahlah kita bisa mengevaluasi diri kita masing-masing, dan memerbaiki langkah-langkah kita untuk kepentingan masa depan kita. Wallâhu a’lamu bis-shawâb. 10 Al-‘Utsaimin, Tafsîr Juz ‘Amma, hal. 201. 11 Ath-Thabari, Jâmi’ al Bayân an Āyi al-Qur`ân, juz XV, hal. 229.