Musibah adalah ujian dan cobaan dari Allah untuk menguji kesabaran hamba-Nya. Orang sabar akan mendapat pahala, sementara orang yang tidak sabar akan binasa. Mukmin harus tabah menghadapi segala musibah dan berserah diri kepada takdir Allah.
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Tabahlah menghadapi musibah
1. Tabahlah Menghadapi Musibah
Musibah demi musibah seakan tidak pernah lepas dari negeri ini. Entah ini sebuah azab
ataukah sebuah ujian sebuah rahasia dari Allah SWT SWT. Sejatinya, Allah SWT telah
menetapkan takdir dan ajal seluruh makhluk-Nya, mengatur dan menentukan segala amal
perbuatan serta tindak-tanduk mereka. Lalu Allah SWT membagi-bagikan rezeki dan harta
duniawi kepada mereka. Allah SWT menciptakan kehidupan dan kematian sebagai ujian,
siapa di antara mereka yang terbaik amalannya. Allah SWT juga menjadikan iman terhadap
qadha dan takdir-Nya sebagai salah satu rukun iman. Setiap sesuatu yang bergerak atau
berdiam di langit dan di bumi, pasti menuruti kehendak dan keinginan Allah SWT.
Dunia ini sarat dengan kesulitan dan kesusahan; diciptakan secara fitrah untuk dipenuhi
dengan beban dan ancaman, aral rintangan serta berbagai cobaan. Tak ubahnya dingin dan
panas, yang memang harus dirasakan oleh para hamba-Nya. Allah SWT berfirman:
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang
yang sabar.” (Al-Baqarah: 155)
2. Berbagai musibah itu adalah batu ujian, untuk menentukan siapa di antara hamba-Nya yang
benar dan yang tidak benar. Allah SWT berfirman:
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah
beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?” (Al-Ankabut: 2)
Jiwa manusia itu hanya dapat menjadi suci, setelah ditempa.
Ujian dan cobaan, akan memperlihatkan kesejatian seseorang. Ibnul Jauzi mengungkapkan:
“Orang yang ingin mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan abadi tanpa ujian dan
cobaan, berarti ia belum mengenal ajaran Islam dan tidak mengenal arti pasrah diri kepada
Allah SWT.”
Setiap orang pasti akan merasakan susah, mukmin maupun kafir. Hidup ini memang
dibangun di atas berbagai kesulitan dan marabahaya. Maka janganlah seseorang
membayangkan bahwa dirinya akan terbebas dari kesusahan dan cobaan.
Cobaan adalah lawan dari tujuan dan memang bertentangan dengan angan-angan dan
kesenangan menikmati kelezatan hidup. Setiap orang pasti merasakannya, walau dengan
ukuran yang berbeda, sedikit atau banyak. Seorang mukmin diberi ujian sebagai tempaan
baginya, bukan siksaan. Terkadang cobaan itu ada dalam kesenangan, terkadang juga ada
dalam kesusahan. Allah SWT berfirman:
“Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk,
agar mereka kembali (kepada kebenaran…” (Al-A’raaf: 168)
Satu hal yang dibenci kadang mendatangkan kesenangan, satu hal yang disukai kadang
mendatangkan kesusahan. Janganlah merasa aman dengan kesenangan, karena bisa saja ia
menimbulkan kemudaratan. Janganlah merasa putus asa karena kesulitan, karena bisa jadi
akan mendatangkan kesenangan.
Allah SWT berfirman, artinya: “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik
bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah
mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah: 216)
Segala cobaan itu ada batasnya di sisi Allah SWT. Jangan mengucapkan kata-kata makian,
karena satu kata yang mengalir dari lidah, dapat membinasakan seseorang. Seorang mukmin
yang kuat akan tegar menghadapi beban berat. Hatinya tidak akan berubah dan lisannya tidak
akan mengutuk.
Redamlah musibah itu dengan mengingat janji pahala dan kemudahan dari Allah SWT,
sehingga cobaan itu berlalu tanpa kita mengutukinya. Orang-orang berakal selalu
menunjukkan ketegaran dalam menghadap musibah, agar mereka tidak mendapatkan ejekan
musuh-musuh mereka. Karena bila mereka menampakkan musibah itu, para musuh mereka
akan merasa senang dan gembira. Sebaliknya, menutup-nutupi musidah dan derita kelaparan
adalah sifat orang-orang mulia. Ketabahan akan membendung bencana. Demikian cepatnya
bencana itu berlalu, bila dihadapi dengan ketabahan. Paling kita hanya harus tabah
menghadapi hari-hari yang pendek dalam hidup kita. Orang-orang yang binasa mengalami
kebinasaan mereka hanya karena mereka tidak memiliki ketabahan.
Orang-orang yang tabah, akan men-dapatkan pahala terbaik. Firman Allah SWT:
“Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan
pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. .”(An-Nahl: 96)
3. Dan firman Allah SWT, artinya: “Mereka itu diberi pahala dua kali disebabkan kesabaran
mereka, dan mereka menolak kejahatan dengan kabaikan, dan sebagian dari apa yang kami
rizkikan kepada mereka, mereka nafkahkan.” (Al-Qashash: 54)
Allah SWT tidak pernah menahan sesuatu untukmu, wahai orang yang tertimpa musibah,
melainkan karena Allah SWT akan memberimu sesuatu yang lain. Allah SWT hanya
mengujimu, untuk memberikan keselamatan kepadamu. Allah SWT hanya memberimu
cobaan, untuk membersihkan dirimu. Selama masih ada umur, rezeki pasti akan datang. Allah
SWT berfirman:
“Tidak ada yang melata di bumi ini melainkan rezekinya ada di sisi Allah.” (Huud: 6)
Bila dengan kebijaksanaan-Nya, Allah SWT menutup sebagian rezeki, pasti Allah SWT akan
membukakan pintu rezeki yang lain yang lebih bermanfaat. Cobaan, justeru akan mengangkat
derajat orang-orang shalih dan meningkatkan pahala mereka.
Saad bin Abi Waqqash mengung-kapkan: “Aku pernah bertanya, “Wahai Rasulullah!
Siapakah orang yang paling berat cobaannya?” Beliau menjawab: “Para nabi, kemudian
orang-orang shalih, kemudian yang sesudah mereka secara berurut menurut tingkat keshalih-
annya. Seseorang akan diberi ujian sesuai dengan kadar agamanya. Bila ia kuat, akan
ditambah cobaan baginya. Kalau ia lemah dalam agamanya, akan diringkankan cobaan
baginya.
Seorang mukmin akan tetap diberi cobaan, sampai ia berjalan di muka bumi ini tanpa dosa
sedikitpun.” (Riwayat Al-Bukhari)
Seorang ulama mengungkapkan: “Orang yang diciptakan untuk masuk Surga, pasti akan
merasakan banyak kesulitan. Musibah yang sesungguhnya adalah yang menimpa agama
seseorang. Sementara musibah-musibah selain itu merupakan jalan keselamatan baginya. Ada
yang berfungsi meningkatkan pahala, ada yang menjadi pengampun dosa. Orang yang benar-
benar tertimpa merana adalah mereka yang terhalang dari mendapatkan pahala.
Tidak usah risau dengan hilangnya sebagian dunia. Karena keberadaannya hanyalah satu
kejadian, membicarakan dunia justeru menimbulkan kesedihan, jalan-jalan untuk
mendapatkannya sarat dengan duka. Dalam mencari dunia, manusia akan tersiksa sebatas
rasa dukanya. Orang yang senang mendapatkan dunia pada hakikatnya adalah orang yang
sedih. Berbagai kepedihan bermunculan dari kenikmatan dunia. Berbagai kesedihan justeru
lahir dari kesenangan dunia.
Abu Darda menyatakan: “Di antara bentuk kehinaan dunia di hadapan Allah SWT adalah
bahwa manusia berbuat maksiat selama ia di dunia, dan ia hanya bisa menggapai apa yang
ada di sisi Allah SWT dengan meninggalkan dunia. Maka hendaknya engkau menyibukkan
diri dengan hal yang lebih berguna bagimu untuk mengambil kembali yang mungkin hilang
darimu, yakni dengan cara memperbaiki kekeliruan, memaafkan kesalahan orang, dan
mendekati pintu Ar-Rabb. Dengan itu, engkau akan melihat betapa cepatnya musibah yang
menimpamu itu menghilang. Kalau bukan karena kesusahan, engkau tidak bisa
mengharapkan saat-saat senang.
4. Hilangkan hasrat terhadap yang menjadi milik orang, niscaya engkau akan menjadi yang
terkaya. Jangan berputus asa, karena itu membawa kehinaan. Ingatlah nikmat Allah SWT
yang banyak kepadamu. Tepislah segala kesedihan dengan ridha terhadap takdir dan dengan
shalat di malam yang panjang. Bila sudah habis malam, masih ada subuh yang datang
menjelang. Akhir kesedihan adalah awal kebahagiaan. Masa tidak akan berdiam dalam satu
kondisi, namun terus berganti. Segala kesulitan, pasti akan berangsur hilang. Jangan putus asa
hanya karena musibah yang datang bertubi-tubi. Satu kesulitan, akan dikalahkan oleh dua
kemudahan. Merunduklah kepada Allah SWT, pasti kesulitanmu akan sirna selekasnya.
Setiap orang yang penuh dengan ketabahan, pasti akan mendapatkan jalan keluar. ” Wallahu
A’lam.[alsofwah.or.id]