Dokumen ini membahas upaya pendidik dalam membantu perkembangan emosi remaja SMA di MAN 1 Medan tahun 2018. Penelitian ini mengkaji upaya guru mata pelajaran, wali kelas, kepala sekolah, PKS III, dan orang tua dalam mengendalikan perkembangan emosi. Hasilnya menunjukkan bahwa setiap pendidik telah melakukan upaya maksimal untuk mendukung perkembangan emosi remaja, seperti memberikan contoh tel
JURNAL UPAYA PENDIDIK MEMBANTU PERKEMBANGAN EMOSI REMAJA USIA SEKOLAH MENENGAH DI MAN 1 MEDAN TAHUN 2018
1. Laporan Jurnal
UPAYA PENDIDIK MEMBANTU PERKEMBANGAN EMOSI
REMAJA USIA SEKOLAH MENENGAH
DI MAN 1 MEDAN
TAHUN 2018
Oleh :
Dra. Rahmulyani, M.Pd., Kons.
Muhammad Amran
Rizkya Paulita Nasution
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018
2. UPAYA PENDIDIK MEMBANTU PERKEMBANGAN EMOSI REMAJA USIA
SEKOLAH MENENGAH DI MAN 1 MEDAN TAHUN 2018
Oleh :
Dra.Rahmulyani, M.Pd.,Kons.,(1) Muhammad Amran(2)
, Rizkya Paulita Nasution(3)
Universitas Negeri Medan
Email : rahmulyani@yahoo.co.id
muhammadamranbaru@gmail.com
rizkyapaulita.nst@gmail.com
Abstrak
Masa remaja merupakan “golden age periode”, artinya merupakan masa emas untuk
seluruh aspek perkembangan manusia, baik fisik, kognisi, emosi maupun sosial. Salah satu
aspek perkembangan yang penting bagi remaja dini adalah aspek emosi. Remaja merupakan
generasi penerus bangsa yang akan melanjutkan cita–cita bangsa. Harapan dan masa depan
bangsa merupakan tanggung jawab remaja. Oleh karena itu masyarakat sangat
mendambakan sosok remaja yang mampu mengembangkan potensi dirinya atau tugas
perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral-spiritual).
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui upaya yang dilakukan guru bidang studi
dalam mengendalikan perkembangan emosi remaja usia sekolah menengah; (2) mengetahui
upaya yang dilakukan wali kelas dalam mengendalikan perkembangan emosi remaja usia
sekolah menengah; (3) mengetahui upaya yang dilakukan kepala sekolah dalam mengendalikan
perkembangan emosi remaja usia sekolah menengah; (4) mengetahui upaya yang dilakukan
PKS III dalam mengendalikan perkembangan emosi remaja usia sekolah menengah; (5)
mengetahui upaya yang dilakukan orang tua mengendalikan perkembangan emosi remaja usia
sekolah menengah.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X IIS 1 MAN 1 Medan dengan jumlah
responden sebanyak 31 siswa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, masing-masing pendidik
sudah cukup maksimal dalam menjalankan upaya-upaya yang mendukung perkembangan.
Keywords: Perkembangan; emosi
3. LATAR BELAKANG MASALAH
Masa remaja merupakan “golden age
periode”, artinya merupakan masa emas untuk
seluruh aspek perkembangan manusia, baik fisik,
kognisi emosi maupun sosial. Salah satu aspek
perkembangan yang penting bagi remaja dini
adalah aspek emosi. Remaja merupakan generasi
penerus bangsa yang akan melanjutkan cita–cita
bangsa. Harapan dan masa depan bangsa
merupakan tanggung jawab remaja. Oleh karena
itu masyarakat sangat mendambakan sosok
remaja yang mampu mengembangkan potensi
dirinya atau tugas perkembangannya
(menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual,
sosial, dan moral-spiritual). Sehubungan dengan
aspek perkembangan remaja, pada saat mencapai
tugas ini ditemukan banyak permasalahan
emosional remaja berupa gejala-gejala tekanan
perasaan, frustrasi, atau konflik internal maupun
eksternal pada diri individu. Konflik internal
maupun eksternal ini melanda individu yang
masih dalam proses perkembangannya.
Perkembangan dewasa ini
mengindikasikan berbagai permasalahan
emosional remaja disebabkan oleh dampak kasus
dalam keluarga atau lingkungan sekitar remaja,
diantaranya ketidakharmonisan anatara anggaota
keluarga perselisihan dengan teman sebaya dan
lain-lain. Permasalahan emosional remaja yang
muncul ialah perilaku agresif, impulsif,
mengalami gangguan perhatian seperti kurang
konsentrasi, kecemasan, kehilangan harapan-
harapan, dan lain-lain.
Sehubungan dengan aspek perkembangan
remaja, pada saat mencapai tugas ini ditemukan
banyak permasalahan emosional remaja berupa
gejala-gejala tekanan perasaan, frustrasi, atau
konflik internal maupun konflik eksternal pada
diri individu. Konflik-konflik internal maupun
konflik-konflik eksternal ini telah ditemukan
dan melanda individu yang masih dalam proses
perkembangannya.
Singkat kata emosi membantu anak
sepanjang waktu untuk bertahan dan
berkomunikai dengan lingkungan. Emosi
berkembang sepanjang waktu, emosi pada remaja
berkembang dari kondisi yang sederhana ke yang
lebih kompleks. Emosi berkembang sebagai hasil
interaksi dengan lingkungan. Oleh karena itu,
yang dapat dilakukan adalah membantu remaja
untuk melibatkan dan mendorong remaja untuk
mencoba dan mengalami.
LANDASAN TEORI
Sejalan dengan pendapat Syamsu Yusuf
(2003) bahwa remaja (siswa Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama dan siswa Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas) adalah siswa yang sedang berada
dalam proses berkembang ke arah kematangan.
Namun da lam menjalani proses perkembangan
ini, tidak semua remaja dapat mencapainya
secara mulus. Di antara para remaja masih banyak
yang mengalami masalah, yaitu remaja yang
menampilkan sikap dan perilaku menyimpang,
tidak wajar dan bahkan a-moral, seperti:
membolos dari sekolah, tawuran, tindak
kriminal, mengkonsumsi minuman keras
(miras), menjadi pecandu Napza, dan free sex
(berhubungan sebadan sebelum nikah).
Berbagai kajian dan ahli banyak
mendefinisikan tentang remaja berdaasarkan
keilmuan dan sudut pandang yang berbeda,
menurut Piaget (121) dalam Elizabeth B. Hurlock
(206), Secara psikologis, masa remaja adalah usia
dimana individu berintegrasi dengan masyarakat
dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa
dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua
melainkan berada dalam tingkatan yang sama,
sekurang-kurangnya dalam masalah hak.
Integrasi dalam masyarakat mempunyai banyak
aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan
masa puber. Termasuk juga perubahan intelektual
yang mencolok. Transformasi intelektual yang
khas dari cara berfikir remaja ini
memungkinkannya untuk mencapai integrasi
dalam hubungan social orang dewasa, yang
kenyataannya merupakan ciri khas yang umum
dari periode perkembangan ini.
Muhammad Ali dan Muhammad Asrori
(2004 : 18) mengatakan bahwa remaja pada
umumnya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
sehingga seringkali ingin mencoba-coba,
mengkhayal, dan merasa gelisah, serta berani
melakukan pertentangan jika dirinya disepelekan
atau tidak “ dianggap “ untuk itu mereka sangat
4. memerlukan keteladan, konsistensi, komunikasi
yang tulus dan empatik dari orang dewasa.
Dari pendapat diatas termuat beberapa
aspek emosi, yang selanjutnya akan kita paparkan
pengertiannya dengan merujuk pendapat
beberapa ahli. Soegarda Poerbakawatja (1982)
dalam Mohammad Ali dan Mohammad Asrori
(2004 : 62-63) menyatakan bahwa emosi adalah
suatu respon terhadap suatu perangsang yang
menyebabkan perubahan fisiologis disertai
perasaan yang kuat dan biasanya mengandung
kemungkinan untuk meletus. Respon demikian
terjadi baik terhadap perangsang-perangsang
eksternal maupun internal.
A. HUBUNGAN ANTARA EMOSI DAN
TINGKAH LAKU
Melalui teori kecerdasan emosional yang
dikembangkan oleh Daniel Goleman (1995)
mengemukakan sejumlah ciri utama pikiran
emosional sebagai bukti bahwa emosi
memainkan peranan penting dalam pola pikir
maupun tingkah laku individu. Adapun ciri utama
pikiran emosional tersebut ialah :
1. Respons yang cepat tetapi ceroboh
2. Mendahulukan perasaan kemudian pikiran
3. Memperlakukan realitas sebagai realitas
simbolik
4. Masa lampau diposisikan sebagai masa
sekarang
5. Realitas yang ditemukan oleh keadaan
B. FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI EMOSI
1. Pematangan
Perkembangan intelektual menghasilkan
kemampuan untuk memahami makna yang
belum kita mengerti, memperhatikan suatu
rangsangan, yang lebih lama, memutuskan
ketegangan emosi pada suatu objek. Dengan
demikian kita menjadi lebih reaktif terhadap
rangsanganyang tadinya tidak mempengaruhi
kita pada usia yang lebih muda.
2. Belajar
Pengalaman belajar menentukan reaksi
yang bagaimana yang akan digunakan untuk
menyatakan emosi.
C. EMPAT FUNGSI EMOSI (COLEMAN DAN
HAMMEN, 1974, H.462)
1. Pembangkit energi
Emosi dapat membangkitkan dan
memobilisasi energy kita. Tanpa emosi kita
tidak akan dapat merasa, mengalami, bereaksi,
dan bertindak terhadap berbagai situasi yang
kita hadapi.
2. Pembawa informasi
Kita dapat mengetahui bagaimana
keadaan diri kita melalui emosi kita. Ketika
marah, kita tahu kita dihambat atau diganggu;
sedih berarti kehilangan sesuatu yang kita
senangi; bahagia berarti kita memperoleh apa
yang kita senangi atau berhasil menghindari hal
yang tidak kita senangi
3. Pembawa pesan dalam komunikasi
Komunikasi dengan orang lain dapat
berlangsung dengan baik jika masing-masing
pihak mampu mempelajari dan memahami
bahasa tubuh lawan bicara sebagai ekspresi
emosi.
4. Sumber informasi tentang keberhasilan kita
Keberhasilan kita dalam mencapai sesuatu
dapat kita ekspresikan dengan rasa senang atau
gembira. Sedang kegagalan dapat kita
ungkapkan dengan kesedihan.
D. KEMATANGAN EMOSI PADA REMAJA
DAPAT DILIHAT DARI :
1. Tidak meluapkan emosinya dihadapan orang
lain, tetapi menunggu saat dan tempat yang
lebih tepat untuk mengngkapkan emosinya
dengan cara-cara yang lebih diterima.
2. Remaja mampu menilai situasi secara kritis
terlebih dahulu sebelum bereaksi secara
emosional
3. Memberikan emosi yang stabil, tidak
berubah dari satu emosi/suasaba hati ke
suasana hati yang lain.
E. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERKEMBANGAN EMOSI REMAJA :
1. Perubahan jasmani
2. Perubahan pola interaksi dengan orang tua
3. Perubahan interaksi dengan teman sebaya
4. Perubahan pandangan luar
F. STRATEGI UNTUK MENDUKUNG
PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL
REMAJA
1. Memahami kepentingan masing-masing dan
adanya pola kelekatan.
2. Hindari adanya konflik yang berlarut-larut.
3. Pahami arti penting dari teman sebaya,
oranisasi, dan pengajar mereka.
4. Bantu remaja untuk lebih memahami
perbedaan dan nilai konflik.
5. Membiarkan remaja mengeksplorasi dirinya
untuk mencari identitasnya.
G. ATURAN DALAM MENGHADAPI DAN
MEMBANTU REMAJA (ADAMS &
GULLOTA (1983))
1. Trustworthiness (kepercayaan) dimana kita
harus saling percaya kepada siapapun remaja
yang kita hadapi.
5. 2. Genuineness yaitu maksud murni yang tidak
pura-pura
3. Emphaty yaitu kemampuan untuk ikut
merasakan apa yang dirasakan remaja
4. Honesty yaitu menampilkan kejujuran dan
kepercayaan ketika menghadapi remaja.
H. CIRI-CIRI EMOSI (SYAMSU YUSUF
(2004))
1. Lebih bersifat subjektif daripada peristiwa
psikologi lainnya seperti pengamatan dan
berfikir.
2. Bersifat fluktuatif (tidak tetap).
3. Banyak bersangkut paut dengan peristiwa
pengenalan panca indra.
Pada dasarnya emosi memiliki beberapa
bentuk seperti yang diungkapkan Daniel
Goleman (dalam Asrori : 2005), mengidentifikasi
sejumlah kelompok emosi, antara lain :
1. Amarah; didalamnya meliputi beringas,
mengamuk, benci, marah besar, tersingung,
jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit,
berang, tersinggung
2. Bermusuhan, tindak kekerasan, dan
kebencian patologis.
3. Kesedihan; didalamnya meliputi sedih,
muram, suram, melankolis, mengasihani diri,
kesepian, ditolak, putus asa, dan depresi.
4. Rasa takut; didalamnya meliputi cemas,
takut, gugup, khawatir, was-was, perasaan
takut sekali, sedih, waspada, tidak tenang,
ngeri, kecut, panik, fobia.
5. Kenikmatan; didalamnya meliputi bahagia,
gembira, ringan, puas, riang, senang,
terhibur, bangga, kenikmatan inderawi,
takjub, terpesona, puas, rasa terpenuhi,
girang, senang sekali, dan mania.
Metodologi Penelitian
1. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas X IIS 1
MAN 1 MEDAN yang terletak di Jalan Williem
Iskandar Nomor 7B. Penelitian ini dilaksanakan
pada :
Hari/tanggal : Kamis, 26 April 2018
Pukul : 10:00 WIB.
2. Jenis dan pendekatan penelitian
Dasar penelitian yang digunakan adalah
studi kasus yaitu penelitian yang digunakan dan
dilakukan secara intensif dan menjelaskan fakta
secara terinci, faktual, dan akurat. Jenis penelitian
ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif yang
merupakan penelitian yang memberikan
gambaran atau penjabaran data-data yang
diperoleh berdasarkan wawancara baik secara
tertulis maupun secara lisan dari narasumber dan
pengamatan perilaku seseorang. Menurut Umar
(2000 : 38) menyebutkan “tujuan penelitian
kualitatif adalah memaparkan atau
mendeskripsikan hal – hal yang berhubungan
dengan objek penelitian.”
Analisis dilakukan dengan pendekatan
observasi.
3. Jenis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini
dapat dibedakan atas :
a. Data Primer dalam penelitian ini merujuk
pada data yang langsung dari informan dalam
hal ini para remaja yang berada pada usia
sekolah menengah atas.
b. Data Sekunder, yaitu menurut Umar (2000 :
81) menyebutkan bahwa “data sekunder
adalah data primer yang telah diolah lebih
lanjut menjadi bentuk-bentuk seperti tabel,
grafik, diagram, gambar, dan sebagainya
sehingga menjadi lebih informatif bagi pihak
lain”.
4. Populasi dan Sampel
Sesuai dengan jenis penelitian bahwa
penelitian kualitatif tidak menggunakan
pendekatan populasi dan sampel tetapi yang
digunakan dengan pendekatan secara intensif ke
informan yang akan dijadikan sebagai sumber
data dalam penelitian ini.
Dalam penelitian ini, informan merupakan
subjek yang menjadi sumber peneliti dalam
mendapatkan informasi sebagai data yang
diperlukan sesuai dengan permasalahan dan
kebutuhan peneliti.
Teknik penentuan informan yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan
purposive sampling yaitu pemilihan informan
yang ada dalam posisi terbaik dalam memberikan
informasi yang dibutuhkan. Pemilihan informan
berdasarkan penilaian atau karakteristik yang
diperoleh data sesuai dengan maksud penelitian
(Silalahi, 2010: 272).
Pada penelitian ini penulis menetapkan
sebanyak 31 orang yang dijadikan sebagai
6. informan penelitian, yang mana informan tersebut
merupakan remaja usia sekolah menengah atas
kelas X IIS 1 di MAN 1 Medan.
Subjek Penelitian
Pada penelitian ini sejumlah 31 siswa kelas
X IIS-1 MAN 1 yang berada di Jalan Willem
Iskandar Nomor 7-B, Kecamatan Percut Sei
Tuan, Kota Medan, Sumatera Utara, menjadi
subjek penelitian. Siswa yang menjadi subjek
penelitian memiliki latar belakang keluarga yang
berbeda, mulai dari golongan kurang mampu
hingga golongan mampu.
Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan angket yang
disebarkan kepada siswa kelas X IIS 1 MAN 1
Medan, untuk mengetahui secara langsung upaya-
upaya yang dapat dilakukan dalam menyikapi
perkembangan emosi remaja usia menengah.
Definisi Operasional Penelitian
Soegarda Poerbakawatja (1982) dalam
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori (2004 ;
62-63) menyatakan bahwa emosi adalah suatu
respon terhadap suatu perangsang yang
menyebabkan perubahan fisiologis disertai
perasaan yang kuat dan biasanya mengandung
kemungkinan untuk meletus. Respon demikian
terjadi baik terhadap perangsang-perangsang
eksternal maupun internal.
Pembahasan
Tabel 1
Upaya yang dilakukan orang tua
No Pernyataan
Ya Tidak
Jlh % Jlh %
1.
Membiasakan diri
dalam
mengendalikan
27 87,1 4 12,9
emosi didepan anak
(menjadi model bagi
anak)
2.
Meminimalisir
jumlah anggota
keluarga didalam
rumah (diluar
keluarga inti)
22 71 9 30
3.
Menjaga keutuhan
dan keharmonisan
rumah tangga
30 96,8 1 3,2
4.
Memperhatikan pola
makan anggota
keluarga
30 96,8 1 3,2
5.
Menanamkan budaya
demokrasi
dilingkungan
keluarga
30 96,8 1 3,2
6.
Berdomisili di
lingkungan yang
kondusif untuk
perkembangan emosi
27 87,1 4 12,9
Tabel 2
Upaya yang dilakukan guru bidang studi
(secara umum)
No Pernyataan
Ya Tidak
Jlh % Jlh %
1.
Tidak membawa
masalah pribadi ke
lingkungan sekolah
27 87,1 4 12,9
2.
Menyikapi perilaku
siswa yang
menjengkelkan
dengan cara yang
positif
25 80,6 6 19,4
3.
Menyadari akan
kelemahan yang
dimiliki
17 54,8 14 45,2
4.
Menyadari dampak
negatif dari sifat
tempramen dan
emosional
26 83,9 5 16,1
5.
Menghormati potensi
siswa
27 87,1 4 12,9
6.
Membuat etika
berdebat
29 93,5 2 6,5
7.
Melakukan
pembelajaran yang
bermoral dalam KBM
29 93,5 2 6,5
8.
Berusaha untuk tidak
memicu / memancing
emosi negatif
27 87,1 4 12,9
9.
Berusaha untuk jadi
guru yang disiplin
dengan masuk dan
keluar tepat waktu
27 87,1 4 12,9
10.
Tidak membanding-
bandingkan karakter
antar siswa
18 58,1 13 41,9
Tabel 3
Upaya yang dilakukan wali kelas
No Pernyataan
Ya Tidak
Jlh % Jlh %
7. 1.
Memotivasi siswa
dengan menyikapi
setiap masalah yang
dihadapi
31 100 0 0
2.
Pada saat tertentu,
menempatkan diri
sebagaisahabat siswa
26 83,9 5 16,1
3.
Menjadi mediator
saat dibutuhkan siswa
27 87,1 4 12,9
4.
Memberikan ilustrasi
tentang dampak
negatif dari emosi
yang tidak terkendali
26 83,9 5 16,1
5.
Meminimalisir
konflik dalam kelas
29 93,5 2 6,5
6.
Tidak mudah
tersinggung
27 87,1 4 12,9
7.
Tidak bersikap
otoriter
27 87,1 4 12,9
8.
Memposisikan diri
sebagaiorang tua
siswa di sekolah
27 87,1 4 12,9
9.
Memahami karakter
siswa secara
individual
23 74,2 8 25,8
Tabel 4
Upaya yang dilakukan PKS III
No Pernyataan
Ya Tidak
Jlh % Jlh %
1.
Tidak bertengkar
dan berusaha untuk
mengendalikan
emosi ketika
berhadapan dengan
siswa
28 90,3 3 9,7
2.
Mengusulkan dan
mengkoordinir
peyelenggaraan
seminar dengan
tema “Cara
Mengendalikan
Emosi di Usia
Remaja”
23 74,1 8 25,8
Tabel 5
Upaya yang dilakukan kepala sekolah
No Pernyataan
Ya Tidak
Jlh % Jlh %
1.
Memberikan tips
dalam mengendalikan
emosi ke arah positif
pada upacara bendera
30 96,8 1 3,2
2.
Mongontrolemosi
dalam bersikap dan
bertindak
31 100 0 0
3.
Mengundang alumni
untuk memberikan
wacana tentang cara
mengendalikan emosi
22 71 9 29
4.
Menyetujui
peyelenggaraan
seminar dengan tema
“Cara Mengendalikan
27 87,1 4 12,9
Emosi di Usia
Remaja”
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa :
a. Orang tua
Orang tua sudah cukup maksimal dalam
menjaga keutuhan dan keharmonisan rumah tangga ;
memperhatikan pola makan anggota keluarga ; serta
menanamkan budaya demokrasi di lingkungan
keluarga.
b. Guru bidang studi
Guru bidang studi sudah cukup maksimal
dalam membuat etika berebat serta melakukan
pembelajaran yang bermoral dalam KBM.
c. Wali kelas
Wali kelas sudah cukup maksimal dalam
memotivasi siswa.
d. PKS III
PKS III sudah cukup maksimal dalam
bertindak tidak bertengkar dan berusaha untuk
mengendalikan emosi ketika berhadapan dengan
siswa.
e. Kepala sekolah
Kepala sekolah sudah cukup maksimal
dalam mengontrol emosi dalam bersikap dan
bertindak.
2. Saran
Bedasarkan hasil penelitian, peneliti
menyarankan :
a. Orang tua
Orang tua masih perlu meminimalisir
jumlah anggota keluarga di dalam rumah
(diluar keluarga inti).
b. Guru bidang studi
Guru bidang studi masih perlu
menyadari akan kelemahan yang dimiliki
c. Wali kelas
Wali kelas masih perlu memahami
karakter siswa secara individual.
d. PKS III
PKS III masih perlu mengusulkan dan
mengkoordinir penyelenggaraan seminar
8. dengan tema “Cara Mengendalikan Emosi di
Usia Remaja”
e. Kepala sekolah
Kepala sekolah masih perlu mengundang
alumni untuk memberikan wacana tentang cara
mengendalikan emosi.
DAFTAR PUSTAKA
Andi Mappiare, 1982, Psikologi Remaja,
Surabaya : Usaha Nasional
Ansori, AM, 2005, Psikologi Remaja, Jakarta :
Bumi Aksara
Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta, Rineka
Cipta.
Moks., Haditono, RS, 2006, Psikologi
Perkembangan Pengantar dalam berbagai
Bagiannya, Yogyakarta : Gajah Mada
University Press.
Munandar, Ashar Suyono, 1996, Mengenal dan
Memahami Masalah Remaja, Jakarta :
Pustaka Antara.
Sarwono, WS, 1989, Psikologi Remaja :
Rajawalis.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D.Cetakan ke-17.
Bandung. Alfabeta.
Sumantri. M. nana Sayodih. Perkembangan
Peserta Didik, Bandung : Rosda Karya.
Syarif, Kemali. 2015. Perkembangan Peserta
Didik, Medan : Unimed Press.