2. Hakikat Gereja adalah pelayanan. Dalam Pelayanan tersebut, para pelayan
tidak hanya memberitakan firman tetapi juga membangun persekutuan
dan juga pelayanan Diakonia, sebagaimana tercantum dalam tritugas
panggilan Gereja. Dalam pelaksanaan pelayanan tersebut tentu banyak hal
yang harus dipersiapkan dan diperlengkapi para pelayan, kususnya
kompetensi pribadinya supaya cita-cita pelayanan dapat terwujud dan
terlaksana. Persiapan yang matang dan maksimal sudah pasti membuahkan
hasil yang matang dan maksimal.
Untuk pelayanannya, sangat perlu para pelayan memahami, bahwa gereja
tidak akan terpisahkan dari Pendidikan, pengajaran dan pendekatan. Dalam
rangka Pendidikan, pengajaran dan pendekatan inilah, para pelayan sangat
perlu mengerti dan memahami psikologi, khusunya psikologi
perkembangan sebagaimana apa yang kami sajikan dalam materi ini.
(Sesuai pembagian umum ada beberapa ragamnya Ilmu Psikologi:
Psikologi Umum; Psikologi Klinis; Psikologi perkembangan;
Psikologi Pendidikan; Psikologi Industri; Psikologi Sosial. )
3. Kontribusi psikologi terhadap Pelayanan dinilai
sangat signifikan. Beberapa diataranya kegiatan
pendidikan formal dalam pelayanan seperti:
1. Pengembangan kurikulum Gereja
2. Pengembangan Proses Belajar Mengajar di Gereja
3. Mendukung pelayanan untuk Sistem evaluasi dan
pengukuran
4. Menguatkan Layanan bimbingan dan Konseling
yang dilakukan di gereja
5. Mendukung Pelayanan Pastoral
6. Memaksimal Pelayanan kependidikan Gereja
(Sekolah Minggu, Katekisasi, Pelayanan Usia
Lanjut dll)
4. Secara etimologis, istilah psikologi berasal dari Yunani, yaitu
dari kata “psyche” yang berarti “jiwa”, dan logos yang berarti
“ilmu”. Jadi secara harfiah, psikologi berarti ilmu jiwa, atau
ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala kejiwaan (Alex
Sobur, 2003).
Menurut Kartini Kartono (2004) psikologi merupakan ilmu
yang mempelajari semua tingkah laku dan perbuatan individu,
di mana individu tersebut tidak dapat dilepaskan dari
lingkungannya
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku, emosi,
sikap, pemikiran dan perasaan seseorang
Psikologi juga merupakan salah satu bidang ilmu pengetahuan
dan ilmu terapan yang mempelajari tentang perilaku, fungsi
mental dan proses mental manusia melalui prosedur ilmiah
5. Psikologi Perkembangan merupakan salah satu cabang dari
psikologi yang mempelajari perilaku dan perubahan perilaku
individu dalam berbagai tahap perkembangan, mulai dari masa
sebelum lahir (prenatal), masa bayi, masa kanak-kanak, masa anak
kecil, masa anak sekolah dasar, masa remaja awal, masa remaja
tengah dan remaja akhir (adolesen), masa dewasa muda, dewasa
dan dewasa tua, serta masa usia lanjut. Tiap tahap masa
perkembangan tersebut menjadi obyek studi dari psikologi sebab
setiap masa memiliki ciri-ciri atau karakteristik perkembangan yang
berbeda.
Memahami Psikologi Perkembangan merupakan suatu komponen
penting yang harus diketahui seorang pelayan. Pemahaman para
pelayan yang benar terhadap perkembangan akan menuntun para
pelayan membuat disain Pelayanan, pembelajaran dan pendekatan
yang cocok dengan perkembanganan tersebut. Pembelajaran dan
pendekatan berbasis perkembangan akan menghasilkan
pembelajaran dan pendekatan yang maksimal. Sebaliknya
Pembelajaran dan pendekatan yang tidak memperhatikan
perkembangan akan membuat pembelajaran dan pendekatan tidak
maksimal bahkan menjadi membosaankan.
6. Psikologi perkembangan anak adalah salah satu cabang ilmu psikologi yang banyak
dipelajari. Cabang ilmu psikologi ini fokus pada aspek-aspek perkembangan Anak
khusunya perilaku dan cara berpikir anak, mulai dari masih di dalam kandungan,
hingga beranjak dewasa. Aspek aspek perkembangan anak :
1. Aspek Perkembangan Kognitif
dengan teori Piaget, Tahap Sensori motor (0-2 tahun)
Pada Tahap ini tingkah laku anak bersifat motorik dan anak menggunakan sistem
penginderaan untuk mengenal lingkungannya untuk mengenal obyek.
Tahap Pra operasional (2-7tahun)
Pada Tahap ini anak bisa melakukan sesuatu sebagai hasil meniru atau mengamati
sesuatu model tingkah laku dan mampu melakukan simbolisasi.
Tahap konkret (7-11 tahun)
Pada Tahap ini anak sudah mampu menggunakan operasi. Pemikiran anak tidak lagi
didominasi oleh persepsi, sebab anak mampu memecahkan masalah secara logis
Tahap operasi formal (11,0-dewasa)
Periode Tahap operasi formal merupakan tingkat puncak perkembangan struktur
kognitif, anak
remaja mampu berpikir logis untuk semua jenis masalah hipotesis, masalah verbal,
dan
ia dapat menggunakan penalaran ilmiah dan dapat menerima pandangan orang lain.
2. Perkembangan psikomotorik
adalah perkembangan mengontrol gerakan-gerakan tubuh melalui kegiatan yang
terkoordinasi antara saraf pusat dan otot. Dimulai dengan gerakan kasar yang
melibatkan bagian besar dari tubuh, seperti duduk, berjalan, berlari, meloncat, dan
7. 3. Aspek Perkembangan Bahasa
(Morrow, 1993) Untuk bisa membaca dan menulis,
anak perlu mengenal beberapa kata dan beranjak
memahami kalimat. Dengan membaca anak juga
semakin banyak menambah kosakata. Anak dapat
belajar bahasa melalaui membaca buku cerita
dengan nyaring. Hal ini dilakukan untuk
mengajarkan anak tentang bunyi bahasa.
4. Aspek Perkembangan Sosio-Emosional.
Aspek ini merupakanPola perilaku sosial yang
terlihat pada masa kanak-kanak awal, yaitu:
kerjasama, persaingan, kemurahan hati, hasrat
akan penerimaan sosial, simpati, empati,
ketergantungan, sikap ramah, sikap tidak
mementingkan diri sendiri, meniru, perilaku
kelekatan. Pada masa ini anak dapat menunjukkan
sikap mulai lepas dari ikatan orang tua, anak dapat
bergerak bebas dan ber interaksi dengan
lingkungannya.
8. 1. Karakteristik Anak usia < 7Tahun
setiap anak unik;
dunia anak adalah dunia bermain;
setiap karya anak berharga,
setiap anak berhak mengekspresikan
keinginannya secara bebas,
setiap anak berhak memilih media ekspresi yang
diinginkannya;
setiap anak berhak mencoba dan melakukan
kesalahan;
anak memasuki tahap Praoperasional menurut
Piaget. Anak mengembangkan keterampilan
berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan
benda-benda dengan kata-kata dan gambar.
Masih menggunakan penalaran intuitif bukan
logis. Dan cenderung egosentris.
9. Karakteristik Anak Usia 7-11 Tahun
Anak sudah bisa bekomunikasi, tetapi masih belum
dapat mengungkapkan secara sempurna apa yang
dirasakan dan apa yang dipikirkan.
Masalah emosional yang biasa timbul
1). Malas belajar sebenarnya karena perasaan / emosi
yang tidak tenang / takut.
2). Lebih senang bermain daripada belajar karena
suasana rumah yang tidak nyaman atau hubungan
dengan anggota keluarga yang tidak
menyenangkan.
Anak senang mencoba hal-hal baru. Orang tua jangan
salah mengembangkan bakat yang dimiliki dan bidang
minat yang perlu diarahkan.
Anak memasuki tahapan operasional konkrit (usia 7– 11
tahun) menurut Jean Piaget. Anak telah memiliki
kecakapan berpikir logis, akan tetapi hanya dengan
benda-benda yang bersifat konkret
Anak mulai belajar bagaimana caranya belajar dan mulai
menerima beban pengetahuan.
10. Perkembangan Remaja merupakan masa
dimana peralihan dari masa anak-anak ke
masa dewasa, yang telah meliputi semua
perkembangan Yang dialami sebagai
persiapan memasuki masa dewasa.
Perubahan perkembangan tersebut meliputi
aspek fisik, psikis dan psikososial.
Secara umum perkembangan remaja
dibedakan menjadi : perkembangan remaja
awal 12 – 15 Tahun, perkembangan remaja
madya/ pertengahan, 15 – 18 Tahun dan
perkembangan remaja akhir 18 – 21 tahun
11. 1. Aspek fisik
Perubahan fisik pada remaja terjadi karena
pertumbuhan fisik termasuk pertumbuhan organ-
organ reproduksi (organ seksual) menuju
kematangan. Perubahan ini dapat dilihat dari tanda-
randa seks primer dan seks sekunder.
2. Aspek Psikis
Agresif: melawan, keras kepala, berkelahi, suka
menggangu dan lain-lainnya
Lari dari kenyataan (regresif): suka melamun,
pendiam, senang menyendiri,
3. Aspek Psikososial
Jangkauan pergaulan sosial bertambah luas
Kawasan sosial bertambah luas
Konformitas dengan teman sebaya
Peran sosial sesuai jenis kelamin semakin jelas
12. Masa remaja disebut pencarian identitas, karena
remaja selalu berubahubah dan ingin selalu
mencoba, baik dalam peran sosialmaupun dalam
perbuatan. Proses mencoba peran ini normal,
tujuannya ingin menemukan jati diri atau identitas
dirinya
Karakteristik remaja yang sedang berproses untuk
mencari identitas ini juga sering meimbulkan
masalah pada diri remaja. Dalam mencari identitas ini
sering timbul kenakalan-kenakalan : penikmat
alkohol;narkoba; obatobat terlarang,
mabukmabukan;bolos sekolah; berada diwarnet saat
jam sekolah; tawuran; Bullyng, balapan dijalan,
pelanggaran lalulintas dan pre sex
13. Mampu menerima keadaan fisik berikut keragaman
kualitasya
Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau
figure yang mempunyai otoritas
Mengembangkan ketrampilan komunikasi
interpersonal dan belajar bergaul dengan teman
sebaya atau orang lain
Menemukan model untuk dijadikan sebagai
identitasnya
Memperkuat self control atas dasar skala nilai, sikap,
prinsip, atau falsafah hidup
Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri
14. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
mencegah dan mengatasi kenakalan remaja, antara
lain adalah.
Dibutuhkan pembekalan agama yang cukup
dimulai sejak dini.
Kegagalan dalam menghadapi identitas peran
serta lemahnya kontrol diri dapat dicegah dan
diatasi melalui prinsip keteladanan.
Arahan untuk memilih lingkungan pergaulan
yang tepat dan baik sehingga tidak mudah untuk
terjerat dalam perilaku menyimpang.
Remaja harus membentuk ketahanan diri
sehingga tidak mudah terpengaruhi oleh
pengaruh-pengaruh buruk yang diberikan
teman-teman seumuran maupun
sepergaulannya.
15. Harus ada kemauan yang tinggi dari pihak orang tua
untuk memperbaiki kondisi keluarga nya.
Peran orang tua dalam memberikan kasih sayang
serta perhatian dalam hal apapun
Pengawasan orang tua namun tidak bersifat
mengekang.
sebagai orang tua, jangan melarang anak untuk
bergaul dengan teman-teman seumuran.
Pengawasan intensif yang perlu dilakukan adalah
pada media komunikasi semisal televisi, radio,
internet, handphone, dan lainnya.
Dibutuhkan bimbingan kepribadian dari pihak
sekolah, gereja dimana anak menghabiskan banyak
waktu selain di rumah.
Dukung hobi anak selama hal tersebut masih dalam
konteks positif.
Sebagai oang tua, penting untuk memiliki peran
sebagai tempat curhat yang nyaman bagi anak-anak.
16. Selain jadi orang tua/guru, kita harus bisa
menjadi teman dan sahabat untuk mereka
Beri kepercayaan pada remaja untuk
menyelesaikan setiap permasalahannya
Beri kepercayaan pada remaja untuk bisa
melakukan aktifitas sesuai dengan
kemampuannya