Dokumen ini membahas tentang pemberontakan DI/TII di Kalimantan dan Sulawesi pada tahun 1948-1965. DI/TII di Kalimantan dipimpin Ibnu Hajar yang kecewa dengan penataan militer pemerintah, dan menyerang pos TNI sebelum akhirnya ditangkap dan dihukum mati pada 1965. Sementara itu, DI/TII di Sulawesi dipimpin Kahar Muzzakar yang menolak pembubaran pasukannya, dan melarikan diri ke
6. DI/TII DI KALIMANTAN
Latar belakang terjadinya pemberontakan adalah rasa kecewa dari
anggota ALRI Divisi IV ketika penataan ketentaraan mulai dilakukan di
Kalimantan Selatan oleh Pemerintah Jawa. Yang berakibat banyak
angggota ALRI Divisi IV yang dimobilisasi/mendapat posisi yang tidak
sesuai dengan keinginan mereka.
Pada bulan Oktober 1950 terjadi sebuah
pemberontakan Kesatuan Rakyat yang Tertindas
(KRyT) yang di pimpin oleh seorang mantan
anggota ALRI Divisi IV Letnan 2 bernama Ibnu
Hajar. Dia bersama kelompok KRyT menyatakan
bahwa dirinya adalah bagian dari organisasi DI/TII di
Kalimantan Selatan.
7. JALANNYA PEMBERONTAKAN
Sasaran utama yang di serang oleh kelompok ini adalah pos-pos TNI
yang berada di wilayah tersebut. Pemerintah memberi kesempatan
untuk menghentikan pemberontakan secara baik-baik, akhirnya Ibnu
Hajar menyerahkan diri. Akan tetapi, penyerahan dirinya tersebut
hanyalah sebuah topeng untuk merampas peralatan TNI, dan setelah
peralatan tersebut di rampas olehnya, maka Ibnu Hajar pun melarikan
diri dan kembali bersekutu dengan kelompok DI/TII. Setelah itu,
akhirnya pemerintahan RI mengadakan Gerakan Operasi Militer
(GOM) untuk menumpas pemberontakan yang terjadi di Kalimantan
Selatan tersebut, dan pada tahun 1959, Ibnu Hajar berhasil di ringkus
dan di jatuhi hukuman mati pada tanggal 22 Maret 1965.
8. DI/TII DI sulawesi
Pemberontakan DI/TII di Sulawesi tepatnya Sulawesi
Selatan yang dipimpin oleh Kahar Muzzakar
Komandan Grup Selawesi Selatan (KGSS).
Latar belakang terjainya pemberontakan karena
Pemerintah bermaksud membubarkan
kesatuan ini dan anggotanya akan dikembalikan ke masyarakat. Kahar
Muzakar ternyata menentang keputusan tersebut.Ia menuntut agar
anggota KGSS dimasukkan ke dalam satu brigade yang disebut Brigade
Hasanuddin di bawah pimpinannya. Tuntutan ini ditolak pemerintah.
Pemerintah hanya menerima anggota KGSS yang memenuhi syarat
untuk dinas militer.
9. JALANNYA PEMBERONTAKAN
Kahar Muzakar dengan pengikutya melarikan diri ke hutan dan
membuat kekacauan. Pada tanggal 17 Agustus 1953, meyatakan
sebagai bagian dari DI/TII Kartosuwiryo.
Untuk menumpas pemberontakan , Pemerintah RI melancarkan
serangkaian operasi militer dan diadakan pencarian yang intensif. Pada
bulan Agustus 1964 diperoleh informasi bahwa Kahar Muzakar berada
di daerah pegunungan di Sulawesi Tenggara yang medannya sangat
berat. maka pada tanggal 3 Februari 1965 dilakukan penyergapan
oleh pasukan TNI dan Kahar Muzakar tertembak mati. Dengan
demikian, maka gangguan keamanan di Sulawesi Selatan itu berakhir.