3. II. Pemerontakan Kahar Muzakkar.
Awal pemberontakan Kahar di Sulawesi Selatan bermula dari
rencana Pemerintah membubarkan Kesatuan Gerilya Sulawesi
Selatan (KGSS) dan anggotanya disalurkan ke masyarakat.
Tenyata Kahar Muzakkar menuntut agar Kesatuan Gerilya
Sulawesi Selatan dan kesatuan gerilya lainnya dimasukkan delam
satu brigade yang disebut Brigade Hasanuddin di bawah
pimpinanya. Tuntutan itu ditolak karena banyak di antara
mereka yang tidak memenuhi syarat untuk dinas militer.
Pemerintah mengambil kebijaksanaan menyalurkan bekas
gerilyawan itu ke Corps Tjadangan Nasional (CTN). Pada saat
dilantik sebagai Pejabat Wakil Panglima Tentara dan Tetorium
VII, Kahar Muzakkar beserta para pengikutnya melarikan diri ke
hutan dengan membawa persenjataan lengkap dan mengadakan
pengacauan. Kahar Muzakkar mengubah nama pasukannya
menjadi Tentara Islam Indonesia dan menyatakan sebagai bagian
dari DI/TII Kartosuwiryo pada tanggal 7 Agustus 1953.
Selama bergerilya di hutan Kahar beserta pengikutnya yang
mengatas namakan Tentara Islam Indonesia melakukan banyak
hal-hal yang menyimpang
4. . Diantaranya pembersihan berdarah terhadap kaum
bangsawan perampasan hak milik rakyat, beupa
emas, tanah, dah harta benda lainnya untuk
digunakan membeli peralatan pergerakan yakni
senjata dan biaya lainnnyaselama bergerilya.
Selanjutnya hal yang sangat membuat Pemerintah
Indonesia waktu itu sangat marah yakni tindakan
Kahar Muzakkar yang memproklamasikan Negara
RPII pada 14 Mey 1962, dengan mengangkatdirinya
sebagai Khalifahnya. Selanjutnya Kahar membentuk
kabiet RPII dengan beberapa menteri seperti,
Menteri Muda Pertahanan Sanusi Daris, Menteri
Kehakman H. Djunaidi Sulaeman, dan beberapa
menterilainnya.
5. III. Penumpasan Pemerontakan Kahar Muzakkar.
Karena pergerakannya dinilai sudah separatis dan
bertentangan dengan Negara, TNI kemudian
diperintahkan untuk menumpas pemberontakan
KaharMuzakkar diSulawesi Selatan ini. Sebelumnya
beerapa kali ajakan damai diajukan oleh petinggi Sulawesi
Selatan misalnya A. Sose akan tetapi Kahar beserta
pengikutnya tidak menyetujuia hingga pada akhirnya
pada tanggal 3 Februari 1965, melalui Operasi Tumpas, ia
dinyatakan tertembak mati dalam pertempuran antara
pasukan TNI dari satuan Siliwangi 330 dan anggota
pengawal Kahar Muzakkar di Lasolo. Namun tidak pernah
diperlihatkan pusaranya, mengakibatkan para bekas
pengikutnya mempertanyakan kebenaran berita
kejadiannya. Menurut kisah, jenazahnya dikuburkan di
Kilometer 1 jalan raya Kendari.