SlideShare a Scribd company logo
1 of 31
DIFTERI
KOMDA KIPI
CURRICULUM VITAE
• NAMA : Dr. Nani Harmaeni, Sp.A
• TTL : Jakarta, 31 Mei 1964
• Pendidikan : FK UNHAS 1989
BIKA FK UNHAS 2002
• PEKERJAAN : Dokter Spesialis Anak di RSU Dr. H. Chasan
Boesoirie
Ketua KOMDA KIPI MALUKU UTARA
DESKRIPSI KLINIS
Kasus difteri adalah penyakit
yang ditandai dengan laringitis
atau faringitis atau tonsilitis,
dan membran adheren (tidak
mudah lepas) pada tonsil, faring
dan/atau hidung.
KRITERIA LABORATORIUM
•Isolasi Corynebacterium diphteriae dari
spesimen klinis, atau antibodi serum
meningkat 4 kali atau lebih (hanya bila kedua
sampel serum diperoleh sebelum pemberian
toxoid difteri atau antitoxin).
KLASIFIKASI KASUS DIFTERI
• Kasus probable difteri adalah kasus yang
memenuhi deskrispi klinis difteri yaitu
Faringitis, Laringitis atau tonsilitis dan
ditemukannya membran yang melekat yang
mudah berdarah pada faring/laring atau
mucosa hidung.
• Kasus konfirmasi difteri adalah kasus
probable difteri yang dipastikan melalui
pemeriksaan laboratorium atau
berhubungan secara epidemiologi dengan
kasus terkonfirmasi laboratorium.
TATA LAKSANA
• Semua kasus yang memenuhi kriteria di atas (probable
difteri) harus diperlakukan sebagai difteri sampai
terbukti bukan.
• Tujuan pengobatan penderita difteri adalah
menginaktivasi toksin yang belum terikat secepatnya,
mencegah dan mengusahakan agar penyulit yang
terjadi minimal, mengeliminasi C. diphtheriae untuk
mencegah penularan serta mengobati infeksi penyerta
dan penyulit difteri.
TATA LAKSANA UMUM
• Pasien diisolasi sampai masa akut terlampaui dan
biakan hapusan tenggorok negatif 2 kali berturut-
turut dengan jarak 24 jam.
• Pada umumnya pasien tetap diisolasi selama 2-3
minggu.
• Istirahat tirah baring selama kurang lebih 2-3 minggu,
pemberian cairan serta diet yang adekuat.
TATA LAKSANA KASUS
Kasus Probable/Lab Konfirm
Bakteri : Corynebacterium diphtheriae
Mengeluarkan
Toksin
Darah
Menyebabkan
• Miokarditis
• Susunan
syaraf & Pusat
lumpuh
• Gagal ginjal
Antibiotik
ADS
Anti Difteri Serum
Kematian
TATA LAKSANA KHUSUS
Antitoksin: Anti Diphtheria Serum (ADS)
• Antitoksin diberikan segera setelah ditegakkan
diagnosis difteri. Dengan pemberian antitoksin pada
hari pertama, angka kematian pada penderita kurang
dari 1%, namun dengan penundaan lebih dari hari ke-
6, angka kematian ini bisa meningkat sampai 30%.
TATA LAKSANA KHUSUS
• Dosis ADS Menurut Lokasi Membran dan Lama Sakit
Tipe Difteri Dosis ADS (KI) Cara pemberian
Difteri hidung 20.000 Intramuskular
Difteri tonsil 40.000 Intramuskular atau
Intravena
Difteri faring 40.000 Intramuskular atau
Intravena
Difteri laring 40.000 Intramuskular atau
Intravena
Kombinasi lokasi di atas 80.000 Intravena
Difteri + penyulit, bullneck 80.000-
10.000
Intravena
Terlambat berobat (> 72 jam),
lokasi dimana saja
80.000-
100.000
Intravena
Pembengkakan difus pada
leher/bull neck delayed
diagnosed/berobat (dengan lokasi
dimana saja), difteri
80.000-
10.000
Intravena
TATA LAKSANA KHUSUS
ANTIBIOTIK
• Antibiotik diberikan untuk membunuh bakteri dan
menghentikan produksi toksin.
• Penisilin prokain 25.000 - 50.000 U/kgBB/hari (maksimum 1,2
juta U/hari) selama 14 hari.
• Bila terdapat riwayat hipersensitivitas penisilin diberikan
eritromisin 40 mg/kgBB/hari (maksimum 2 g/hari) dibagi 4
dosis, interval 6 jam selama 14 hari.
TATA LAKSANA KHUSUS
KORTIKOSTEROID
• Kortikosteroid diberikan untuk kasus
difteri yang disertai dengan gejala
obstruksi saluran napas bagian atas
(dapat disertai atau tidak bullneck) dan
bila terdapat penyulit miokarditis.
• Prednison 2 mg/kgBB/hari selam 2
minggu kemudian diturunkan bertahap
TATA LAKSANA KHUSUS
TRAKEOSTOMI
• Bila tampak kegelisahan,
iritabilitas serta gangguan
pernapasan yang progresif
merupakan indikasi tindakan
trakeostomi.
PENGOBATAN KONTAK
• Kontak erat adalah orang serumah atau orang lain yang memiliki kontak erat
satu rumah, guru, petugas kesehatan yang terpapar dengan sekret
nasofaring, orang-orang yang menggunakan perangkat masak atau makan
minum yang sama dan pengasuh anak yang terinfeksi.
• Pada orang yang mengalami kontak tanpa memandang status imunisasi
seyogyanya diimunisasi sampai hal-hal berikut dilakukan yaitu
(a) Biakan hidung dan tenggorok
(b) Semua kontak dipantau apakah timbul gejala selama masa inkubasi, 7
sampai 14 hari
(c) Anak yang telah mendapat imunisasi dasar diberikan booster toksoid
difteri, yang belum
diimunisasi segera melengkapi imunisasi.
PENGOBATAN KARIER
• Karier adalah mereka yang tidak menunjukkan keluhan tanda
dan gejala difteri, tetapi pada kultur swab tenggorok
ditemukan basil difteri dalam nasofaringnya.
• Pengobatan untuk karier adalah benzatin penisilin G 600.000
unit untuk anak <30 kg dan 1,2 juta unit untuk anak > 30 kg,
atau eritromisin 40-50 mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis selama 7
hari, maksimum (1 gram/hari). Pemantauan dilakukan sampai
ada hasil kultur, jika masih positif, antibiotik diberikan lebih
lama.
ALGORITME
TATALAKSANA KASUS, KONTAK DAN KARIER
KASUS
INDEKS
Cari Kasus Lain &
Karier Serumah, Tetangga, Sekolah, Tempat Kerja,
Pertemuan
Gejala
dan tanda
(+)
Tanpa
Gejala &
tanda
Ambil Spesimen
Kasus
Klinis
Kasus
Konfir
m
Karier Kontak
Pengobatan Eritromisin
Kasus : 14 hr, Karier & Kontak : 7-10
hr
Ambil Spesimen
Ulang
(-)
Sembuh
Sebulan
DPT : < 5 Th, DT 5-7 th, Td >
7 th
Antibiotik yang
sesuai
Test Resistensi
(+) (+)
(-) (+)
(+) (-)
KEBIJAKAN IMUNISASI DALAM
PENANGGULANGAN DIFTERI DI INDONESIA
 Imunisasi Rutin
– 1983: Dasar (bayi) : DPT 1-3
– 1998: Booster BIAS –SD kl 1: DT
– 2011: Booster BIAS –SD kl 1 s/d 3: DT & Td
– 2014: Booster DPT pd18 bln
– 2017: Booster BIAS –SD kl 1, 2 & 5: DT & Td
 Imunisasi pada KLB:
– Sasaran sampai dengan usia tertua kasus
– Jenis vaksin disesuaikan dengan usia :
- < 3 th : DPT
- 3 –7 th : DT
- > 7 th : Td
• – Luas wilayah disesuaikan kajian epidemiologi
– Metode pemberian disesuaikan kajian cakupan imunisasi
EPIDEMOLOGI DIFTERI
Kuman Penyebab Corynebacterium diphtheriae
Sumber penularan Manusia (Penderita/Carrier)
Cara penularan
• Kontak dengan penderita pada masa inkubasi
• Kontak dengan Carrier
Melalui pernafasan (droplet infection, muntahan,
luka (difteri kulit)-Mencemari tanah sekitarnya.
Masa Inkubasi 2 –5 hari (1 –5 hr)
Masa penularan
• Dari penderita : 2 –4 minggu (sejak masa
inkubasi)
• Dari Carrier bisa sampai 6 bulan
Kematian
• Komplikasi (Myocarditis)
• Rata2: 5-10%
• Umur < 5 th & > 40 th: bisa mencapai 20 %
PENYELIDIKAN KLB
 Tujuan:
– Memastikan KLB
– Mencegah/memutus rantai penularan
• Mencari kasus tambahan
• Menentukan karier dan kontak
• Memberikan pengobatan yang tepat
– Menentukan faktor resiko
– Mengetahui gambaran Epidemiologi
– Memberikan rekomendasi pengendalian kejadian difteria
ALUR PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI KLB
DIFTERI
Kasus
dilaporkan
(dg Format W1)
Penyelidikan
Epidemiologi
(Form PE)
Manajemen Kasus
(Rujuk ke RS)
Ambil spesimen, Pengobatan (AB &
ADS), dan vaksinasi setelah 1 bln
ADS
Kontak Erat Kasus
Identifikaksi Karier
Ambil spesimen, Prophylaxis, dan
vaksinasi
Pengawasan minum
obat
(PMO) thdp ESO dan
DO!
Kontak Erat Karier
Identifikaksi penularan/karier
lain
Ambil spesimen, Prophylaxis, dan
vaksinasi
Outbreak Response
Immunization (ORI)
Pemberian vaksinasi dengan jenis vaksin sesuai umur
sasaran dan dosis sesuai kebutuhan.
Deteksi kasus secara dini di komunitas dan
fasilitas kesehatan.
Identifikasi Faktor Resiko:
-Status vaksinasi kasus, kontak & Karier
-Cakupan imunisasi di wilayah
terjangkit,berdasarkan laporan rutin maupun
survei.
-Manajemen Coldchain
LANGKAH INVESTIGASI KLB
1. Konfirmasi awal KLB
2. Pelaporan Segera KLB
3. Persiapan investigasi
4. Investigasi lapangan
5. Mengumpulkan Informasi Faktor Risiko
6. Tatalaksana kasus
7. Pengolahan dan Analisa data
8. Pelaporan
9. Rekomendasidan rencana tindak lanjut
LANGKAH INVESTIGASI KLB
1. KONFIRMASI AWAL KLB
- Memastikan KLB
– Klinis/Probable
– Lab konfirm: sample swab faring dan nasal
2. PELAPORAN SEGERA KLB
- SMS/Telp/Email dalam 24 jam pertama
1. Pusk ke Kab/Kota
2. Kab/ Kota ke Prov
3. Prov ke Pusat
Tindak Lanjut dengan W1
LANGKAH INVESTIGASI KLB
3. PERSIAPAN INVESTIGASI
• Tentukan tim investigasi dan siapkan surat Tugas
• Mengumpulkan informasi awal
– Area KLB (dataran rendah/tinggi)
– Total Populasi dan populasi rentan di area KLB
– Buat mapping kasus sementara unt menentukan luas investigasi
– Sarana & Prasarana Kesehatan terdekat termasuk sistem rujukan
– Keamanan
• Persiapan alat penyelidikan KLB
– Form pendataan kasus& kontak, pedoman,bahanKIE, dll.)
– Alat ambil spesimen dan media transport specimen
– Obat-obatan
• Informasikan rencana investigasi ke pihak berwenang
LANGKAH INVESTIGASI KLB
4. INVESTIGASI LAPANGAN
• Mencegah Penularan
- Mencari kasus tambahan dan kontak dari rumah ke rumah
- Memberikan pengobatan sesuai klasifikasinya
• Pendataan dilanjutkan ke area yg mempunyai hub epid dg
kasus dan karier yg ditemukan.
• Ambil sample (swab tenggorok) pada kasus, kontak erat kasus
& karier
LANGAH INVESTIGASI KLB
5. MENGUMPULKAN INFORMASI FAKTOR RESIKO
• Cakupan imunisasi DPT/DT/Td (bayi, booster)di tingkat
puskesmas, desa terjangkit dan desa sekitar beresikoselama?
Tergantung sebaran usia kasus.
• Status imunisasi: kasus, kontak, karier
• Ketersediaan vaksin dan penyimpanan vaksin
LANGKAH INVESTIGASI KLB
6. TATA LAKSANA KASUS DAN KONTAK
• Kasus Difteri Laring/Faring/Tonsil
– Diisolasi
– Anti toksin: ADS (test sensitivitas lebih dulu)
– Antibiotik selama 14 hari:
– Suportif
• Kontak dan karier
– Antibiotik selama 7 –10 hr
LANGKAH INVESTIGASI KLB
7. PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA
• Mengetahui letak masalah
1. Menghitung angka serangan (Attack Rate = AR), berdasarkan:
– Gol umur
– Area KLB
– St. imunisasi di vaksin/tidak sesuai usia
2. Angka kematian = CFR
3. Efikasi vaksin =
Bila EV < 0,95 ada masalah dg cold chain.
4. Periode KLB, buat grafik berdasarkan tgl demam = Stop KLB bila 2 x 5 hr tdk
ada kasus baru
5. Populasi rentan dapat memprediksi besar KLB/terulang
EV = 1 – AR di vaksin sakit
AR tidak di vaksin sakit
LANGKAH INVESTIGASI KLB
8. PELAPORAN
• Latar Belakang
• Metodologi
• Analisa kasus :
– Distribusi kasus menurut waktu (Time), Tempat (Place) dan orang (person).
– Kurva epidemi kasus, Mapping kasus, Grafik kasus menurut kelompok umur dan status
imunisasi
– Attack rate menurut kelompok umur
– Menghitung vaksin evikasi bila memungkinkan
• Analisa pelaksanaan program imunisasi (Manajemen, logistik, cakupan)
• Upaya yang sudah dilakukan
• Outbreak response
• Kesimpulan dan rekomendasi
LANGKAH INVESTIGASI KLB
9. REKOMENDASI DAN RENCANA TINDAK LANJUT
Identifikasi faktor resiko:
1.Umur
2.Status imunisasi
3.Cakupan Imunisasi area KLB
Analisa Data
Tindak Lanjut
 Sweeping/BLF untuk melengkapi status
imunisasi dasar atau booster
 ORI tanpa melihat status imunisasi
 Imunisasi tanpa melihat status imunisasi
sebelumnya
 Perbaikan cold chain
 Sistem surveilans yang lebih sensitive
dalam deteksi dan laporan dini.
OUTBREAK RESPONSE IMMUNIZATION (ORI)
• Usia sasaran:
– Jenisvaksin (DPT, DT, Td)
• Luas wilayah dipengaruhi oleh sebaran kasus dan karier
• Lokasi: di masyarakat atau Sekolah
• ORI:
– Tanpa melihat status imunisasi sebelumnya, pemberian3 kali
dengan interval usia
< 1 th: 0-1-1 bln atau usia ≥ 1 th: 0-1-6 bln
TERIMA KASIH

More Related Content

Similar to Difteri di Maluku Utara

Langkah 4 Membuat Dev Kasus menemukan kasus By. NOVIANI.pdf
Langkah 4 Membuat Dev Kasus menemukan kasus By. NOVIANI.pdfLangkah 4 Membuat Dev Kasus menemukan kasus By. NOVIANI.pdf
Langkah 4 Membuat Dev Kasus menemukan kasus By. NOVIANI.pdfHafisNayotama
 
Beberapa penyakit infeksi dan cara penularannya
Beberapa penyakit infeksi dan cara penularannyaBeberapa penyakit infeksi dan cara penularannya
Beberapa penyakit infeksi dan cara penularannyaIbnu Kamajaya
 
3 Penemuan dan Pengobatan Tuberkulosis.pptx
3 Penemuan dan Pengobatan Tuberkulosis.pptx3 Penemuan dan Pengobatan Tuberkulosis.pptx
3 Penemuan dan Pengobatan Tuberkulosis.pptxNur Harini Purba
 
Penyakit TB.ppt
Penyakit TB.pptPenyakit TB.ppt
Penyakit TB.pptBankSoal8
 
4 pedoman-tatalaksana-klinis-ispa-berat-suspek-mers-cov (1)
4 pedoman-tatalaksana-klinis-ispa-berat-suspek-mers-cov (1)4 pedoman-tatalaksana-klinis-ispa-berat-suspek-mers-cov (1)
4 pedoman-tatalaksana-klinis-ispa-berat-suspek-mers-cov (1)Hury Tinus
 
Tata Laksana TB RO.ppt
Tata Laksana TB RO.pptTata Laksana TB RO.ppt
Tata Laksana TB RO.pptkurnia537765
 
Program imunisasi4
Program imunisasi4Program imunisasi4
Program imunisasi4eliza293643
 
Ujian UKMPPD Pembahasan Soal Mata Ada beberapa soal
Ujian UKMPPD Pembahasan Soal Mata Ada beberapa soalUjian UKMPPD Pembahasan Soal Mata Ada beberapa soal
Ujian UKMPPD Pembahasan Soal Mata Ada beberapa soalceritasyaffaluthfi
 
12. tb.paru
12. tb.paru12. tb.paru
12. tb.parujuarta
 
Tatalaksana Infeksi Oportunistik
Tatalaksana Infeksi OportunistikTatalaksana Infeksi Oportunistik
Tatalaksana Infeksi OportunistikOlivia590142
 

Similar to Difteri di Maluku Utara (20)

RABIES MAT UGM 2021.pptx
RABIES MAT UGM 2021.pptxRABIES MAT UGM 2021.pptx
RABIES MAT UGM 2021.pptx
 
20 keluarga sehat bd
20 keluarga sehat bd20 keluarga sehat bd
20 keluarga sehat bd
 
pertusis.pptx
pertusis.pptxpertusis.pptx
pertusis.pptx
 
Langkah 4 Membuat Dev Kasus menemukan kasus By. NOVIANI.pdf
Langkah 4 Membuat Dev Kasus menemukan kasus By. NOVIANI.pdfLangkah 4 Membuat Dev Kasus menemukan kasus By. NOVIANI.pdf
Langkah 4 Membuat Dev Kasus menemukan kasus By. NOVIANI.pdf
 
Beberapa penyakit infeksi dan cara penularannya
Beberapa penyakit infeksi dan cara penularannyaBeberapa penyakit infeksi dan cara penularannya
Beberapa penyakit infeksi dan cara penularannya
 
3 Penemuan dan Pengobatan Tuberkulosis.pptx
3 Penemuan dan Pengobatan Tuberkulosis.pptx3 Penemuan dan Pengobatan Tuberkulosis.pptx
3 Penemuan dan Pengobatan Tuberkulosis.pptx
 
Penyakit TB.ppt
Penyakit TB.pptPenyakit TB.ppt
Penyakit TB.ppt
 
Manajemen askep tb
Manajemen askep tbManajemen askep tb
Manajemen askep tb
 
4 pedoman-tatalaksana-klinis-ispa-berat-suspek-mers-cov (1)
4 pedoman-tatalaksana-klinis-ispa-berat-suspek-mers-cov (1)4 pedoman-tatalaksana-klinis-ispa-berat-suspek-mers-cov (1)
4 pedoman-tatalaksana-klinis-ispa-berat-suspek-mers-cov (1)
 
Tbc pada anak
Tbc pada anak Tbc pada anak
Tbc pada anak
 
Tata Laksana TB RO.ppt
Tata Laksana TB RO.pptTata Laksana TB RO.ppt
Tata Laksana TB RO.ppt
 
Imunisasi dasar
Imunisasi dasarImunisasi dasar
Imunisasi dasar
 
Mi2 kb1 2016
Mi2 kb1 2016Mi2 kb1 2016
Mi2 kb1 2016
 
Program imunisasi4
Program imunisasi4Program imunisasi4
Program imunisasi4
 
Ujian UKMPPD Pembahasan Soal Mata Ada beberapa soal
Ujian UKMPPD Pembahasan Soal Mata Ada beberapa soalUjian UKMPPD Pembahasan Soal Mata Ada beberapa soal
Ujian UKMPPD Pembahasan Soal Mata Ada beberapa soal
 
Promosi Kes & Pencegahan TB
Promosi Kes & Pencegahan TBPromosi Kes & Pencegahan TB
Promosi Kes & Pencegahan TB
 
12. tb.paru
12. tb.paru12. tb.paru
12. tb.paru
 
Tuberkulosis ppt
Tuberkulosis pptTuberkulosis ppt
Tuberkulosis ppt
 
Difteri
DifteriDifteri
Difteri
 
Tatalaksana Infeksi Oportunistik
Tatalaksana Infeksi OportunistikTatalaksana Infeksi Oportunistik
Tatalaksana Infeksi Oportunistik
 

Recently uploaded

anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 

Recently uploaded (18)

anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 

Difteri di Maluku Utara

  • 2. CURRICULUM VITAE • NAMA : Dr. Nani Harmaeni, Sp.A • TTL : Jakarta, 31 Mei 1964 • Pendidikan : FK UNHAS 1989 BIKA FK UNHAS 2002 • PEKERJAAN : Dokter Spesialis Anak di RSU Dr. H. Chasan Boesoirie Ketua KOMDA KIPI MALUKU UTARA
  • 3. DESKRIPSI KLINIS Kasus difteri adalah penyakit yang ditandai dengan laringitis atau faringitis atau tonsilitis, dan membran adheren (tidak mudah lepas) pada tonsil, faring dan/atau hidung.
  • 4. KRITERIA LABORATORIUM •Isolasi Corynebacterium diphteriae dari spesimen klinis, atau antibodi serum meningkat 4 kali atau lebih (hanya bila kedua sampel serum diperoleh sebelum pemberian toxoid difteri atau antitoxin).
  • 5. KLASIFIKASI KASUS DIFTERI • Kasus probable difteri adalah kasus yang memenuhi deskrispi klinis difteri yaitu Faringitis, Laringitis atau tonsilitis dan ditemukannya membran yang melekat yang mudah berdarah pada faring/laring atau mucosa hidung. • Kasus konfirmasi difteri adalah kasus probable difteri yang dipastikan melalui pemeriksaan laboratorium atau berhubungan secara epidemiologi dengan kasus terkonfirmasi laboratorium.
  • 6. TATA LAKSANA • Semua kasus yang memenuhi kriteria di atas (probable difteri) harus diperlakukan sebagai difteri sampai terbukti bukan. • Tujuan pengobatan penderita difteri adalah menginaktivasi toksin yang belum terikat secepatnya, mencegah dan mengusahakan agar penyulit yang terjadi minimal, mengeliminasi C. diphtheriae untuk mencegah penularan serta mengobati infeksi penyerta dan penyulit difteri.
  • 7. TATA LAKSANA UMUM • Pasien diisolasi sampai masa akut terlampaui dan biakan hapusan tenggorok negatif 2 kali berturut- turut dengan jarak 24 jam. • Pada umumnya pasien tetap diisolasi selama 2-3 minggu. • Istirahat tirah baring selama kurang lebih 2-3 minggu, pemberian cairan serta diet yang adekuat.
  • 8. TATA LAKSANA KASUS Kasus Probable/Lab Konfirm Bakteri : Corynebacterium diphtheriae Mengeluarkan Toksin Darah Menyebabkan • Miokarditis • Susunan syaraf & Pusat lumpuh • Gagal ginjal Antibiotik ADS Anti Difteri Serum Kematian
  • 9. TATA LAKSANA KHUSUS Antitoksin: Anti Diphtheria Serum (ADS) • Antitoksin diberikan segera setelah ditegakkan diagnosis difteri. Dengan pemberian antitoksin pada hari pertama, angka kematian pada penderita kurang dari 1%, namun dengan penundaan lebih dari hari ke- 6, angka kematian ini bisa meningkat sampai 30%.
  • 10. TATA LAKSANA KHUSUS • Dosis ADS Menurut Lokasi Membran dan Lama Sakit Tipe Difteri Dosis ADS (KI) Cara pemberian Difteri hidung 20.000 Intramuskular Difteri tonsil 40.000 Intramuskular atau Intravena Difteri faring 40.000 Intramuskular atau Intravena Difteri laring 40.000 Intramuskular atau Intravena Kombinasi lokasi di atas 80.000 Intravena Difteri + penyulit, bullneck 80.000- 10.000 Intravena Terlambat berobat (> 72 jam), lokasi dimana saja 80.000- 100.000 Intravena Pembengkakan difus pada leher/bull neck delayed diagnosed/berobat (dengan lokasi dimana saja), difteri 80.000- 10.000 Intravena
  • 11. TATA LAKSANA KHUSUS ANTIBIOTIK • Antibiotik diberikan untuk membunuh bakteri dan menghentikan produksi toksin. • Penisilin prokain 25.000 - 50.000 U/kgBB/hari (maksimum 1,2 juta U/hari) selama 14 hari. • Bila terdapat riwayat hipersensitivitas penisilin diberikan eritromisin 40 mg/kgBB/hari (maksimum 2 g/hari) dibagi 4 dosis, interval 6 jam selama 14 hari.
  • 12. TATA LAKSANA KHUSUS KORTIKOSTEROID • Kortikosteroid diberikan untuk kasus difteri yang disertai dengan gejala obstruksi saluran napas bagian atas (dapat disertai atau tidak bullneck) dan bila terdapat penyulit miokarditis. • Prednison 2 mg/kgBB/hari selam 2 minggu kemudian diturunkan bertahap
  • 13. TATA LAKSANA KHUSUS TRAKEOSTOMI • Bila tampak kegelisahan, iritabilitas serta gangguan pernapasan yang progresif merupakan indikasi tindakan trakeostomi.
  • 14. PENGOBATAN KONTAK • Kontak erat adalah orang serumah atau orang lain yang memiliki kontak erat satu rumah, guru, petugas kesehatan yang terpapar dengan sekret nasofaring, orang-orang yang menggunakan perangkat masak atau makan minum yang sama dan pengasuh anak yang terinfeksi. • Pada orang yang mengalami kontak tanpa memandang status imunisasi seyogyanya diimunisasi sampai hal-hal berikut dilakukan yaitu (a) Biakan hidung dan tenggorok (b) Semua kontak dipantau apakah timbul gejala selama masa inkubasi, 7 sampai 14 hari (c) Anak yang telah mendapat imunisasi dasar diberikan booster toksoid difteri, yang belum diimunisasi segera melengkapi imunisasi.
  • 15. PENGOBATAN KARIER • Karier adalah mereka yang tidak menunjukkan keluhan tanda dan gejala difteri, tetapi pada kultur swab tenggorok ditemukan basil difteri dalam nasofaringnya. • Pengobatan untuk karier adalah benzatin penisilin G 600.000 unit untuk anak <30 kg dan 1,2 juta unit untuk anak > 30 kg, atau eritromisin 40-50 mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis selama 7 hari, maksimum (1 gram/hari). Pemantauan dilakukan sampai ada hasil kultur, jika masih positif, antibiotik diberikan lebih lama.
  • 16. ALGORITME TATALAKSANA KASUS, KONTAK DAN KARIER KASUS INDEKS Cari Kasus Lain & Karier Serumah, Tetangga, Sekolah, Tempat Kerja, Pertemuan Gejala dan tanda (+) Tanpa Gejala & tanda Ambil Spesimen Kasus Klinis Kasus Konfir m Karier Kontak Pengobatan Eritromisin Kasus : 14 hr, Karier & Kontak : 7-10 hr Ambil Spesimen Ulang (-) Sembuh Sebulan DPT : < 5 Th, DT 5-7 th, Td > 7 th Antibiotik yang sesuai Test Resistensi (+) (+) (-) (+) (+) (-)
  • 17. KEBIJAKAN IMUNISASI DALAM PENANGGULANGAN DIFTERI DI INDONESIA  Imunisasi Rutin – 1983: Dasar (bayi) : DPT 1-3 – 1998: Booster BIAS –SD kl 1: DT – 2011: Booster BIAS –SD kl 1 s/d 3: DT & Td – 2014: Booster DPT pd18 bln – 2017: Booster BIAS –SD kl 1, 2 & 5: DT & Td  Imunisasi pada KLB: – Sasaran sampai dengan usia tertua kasus – Jenis vaksin disesuaikan dengan usia : - < 3 th : DPT - 3 –7 th : DT - > 7 th : Td • – Luas wilayah disesuaikan kajian epidemiologi – Metode pemberian disesuaikan kajian cakupan imunisasi
  • 18. EPIDEMOLOGI DIFTERI Kuman Penyebab Corynebacterium diphtheriae Sumber penularan Manusia (Penderita/Carrier) Cara penularan • Kontak dengan penderita pada masa inkubasi • Kontak dengan Carrier Melalui pernafasan (droplet infection, muntahan, luka (difteri kulit)-Mencemari tanah sekitarnya. Masa Inkubasi 2 –5 hari (1 –5 hr) Masa penularan • Dari penderita : 2 –4 minggu (sejak masa inkubasi) • Dari Carrier bisa sampai 6 bulan Kematian • Komplikasi (Myocarditis) • Rata2: 5-10% • Umur < 5 th & > 40 th: bisa mencapai 20 %
  • 19. PENYELIDIKAN KLB  Tujuan: – Memastikan KLB – Mencegah/memutus rantai penularan • Mencari kasus tambahan • Menentukan karier dan kontak • Memberikan pengobatan yang tepat – Menentukan faktor resiko – Mengetahui gambaran Epidemiologi – Memberikan rekomendasi pengendalian kejadian difteria
  • 20. ALUR PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI KLB DIFTERI Kasus dilaporkan (dg Format W1) Penyelidikan Epidemiologi (Form PE) Manajemen Kasus (Rujuk ke RS) Ambil spesimen, Pengobatan (AB & ADS), dan vaksinasi setelah 1 bln ADS Kontak Erat Kasus Identifikaksi Karier Ambil spesimen, Prophylaxis, dan vaksinasi Pengawasan minum obat (PMO) thdp ESO dan DO! Kontak Erat Karier Identifikaksi penularan/karier lain Ambil spesimen, Prophylaxis, dan vaksinasi Outbreak Response Immunization (ORI) Pemberian vaksinasi dengan jenis vaksin sesuai umur sasaran dan dosis sesuai kebutuhan. Deteksi kasus secara dini di komunitas dan fasilitas kesehatan. Identifikasi Faktor Resiko: -Status vaksinasi kasus, kontak & Karier -Cakupan imunisasi di wilayah terjangkit,berdasarkan laporan rutin maupun survei. -Manajemen Coldchain
  • 21. LANGKAH INVESTIGASI KLB 1. Konfirmasi awal KLB 2. Pelaporan Segera KLB 3. Persiapan investigasi 4. Investigasi lapangan 5. Mengumpulkan Informasi Faktor Risiko 6. Tatalaksana kasus 7. Pengolahan dan Analisa data 8. Pelaporan 9. Rekomendasidan rencana tindak lanjut
  • 22. LANGKAH INVESTIGASI KLB 1. KONFIRMASI AWAL KLB - Memastikan KLB – Klinis/Probable – Lab konfirm: sample swab faring dan nasal 2. PELAPORAN SEGERA KLB - SMS/Telp/Email dalam 24 jam pertama 1. Pusk ke Kab/Kota 2. Kab/ Kota ke Prov 3. Prov ke Pusat Tindak Lanjut dengan W1
  • 23. LANGKAH INVESTIGASI KLB 3. PERSIAPAN INVESTIGASI • Tentukan tim investigasi dan siapkan surat Tugas • Mengumpulkan informasi awal – Area KLB (dataran rendah/tinggi) – Total Populasi dan populasi rentan di area KLB – Buat mapping kasus sementara unt menentukan luas investigasi – Sarana & Prasarana Kesehatan terdekat termasuk sistem rujukan – Keamanan • Persiapan alat penyelidikan KLB – Form pendataan kasus& kontak, pedoman,bahanKIE, dll.) – Alat ambil spesimen dan media transport specimen – Obat-obatan • Informasikan rencana investigasi ke pihak berwenang
  • 24. LANGKAH INVESTIGASI KLB 4. INVESTIGASI LAPANGAN • Mencegah Penularan - Mencari kasus tambahan dan kontak dari rumah ke rumah - Memberikan pengobatan sesuai klasifikasinya • Pendataan dilanjutkan ke area yg mempunyai hub epid dg kasus dan karier yg ditemukan. • Ambil sample (swab tenggorok) pada kasus, kontak erat kasus & karier
  • 25. LANGAH INVESTIGASI KLB 5. MENGUMPULKAN INFORMASI FAKTOR RESIKO • Cakupan imunisasi DPT/DT/Td (bayi, booster)di tingkat puskesmas, desa terjangkit dan desa sekitar beresikoselama? Tergantung sebaran usia kasus. • Status imunisasi: kasus, kontak, karier • Ketersediaan vaksin dan penyimpanan vaksin
  • 26. LANGKAH INVESTIGASI KLB 6. TATA LAKSANA KASUS DAN KONTAK • Kasus Difteri Laring/Faring/Tonsil – Diisolasi – Anti toksin: ADS (test sensitivitas lebih dulu) – Antibiotik selama 14 hari: – Suportif • Kontak dan karier – Antibiotik selama 7 –10 hr
  • 27. LANGKAH INVESTIGASI KLB 7. PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA • Mengetahui letak masalah 1. Menghitung angka serangan (Attack Rate = AR), berdasarkan: – Gol umur – Area KLB – St. imunisasi di vaksin/tidak sesuai usia 2. Angka kematian = CFR 3. Efikasi vaksin = Bila EV < 0,95 ada masalah dg cold chain. 4. Periode KLB, buat grafik berdasarkan tgl demam = Stop KLB bila 2 x 5 hr tdk ada kasus baru 5. Populasi rentan dapat memprediksi besar KLB/terulang EV = 1 – AR di vaksin sakit AR tidak di vaksin sakit
  • 28. LANGKAH INVESTIGASI KLB 8. PELAPORAN • Latar Belakang • Metodologi • Analisa kasus : – Distribusi kasus menurut waktu (Time), Tempat (Place) dan orang (person). – Kurva epidemi kasus, Mapping kasus, Grafik kasus menurut kelompok umur dan status imunisasi – Attack rate menurut kelompok umur – Menghitung vaksin evikasi bila memungkinkan • Analisa pelaksanaan program imunisasi (Manajemen, logistik, cakupan) • Upaya yang sudah dilakukan • Outbreak response • Kesimpulan dan rekomendasi
  • 29. LANGKAH INVESTIGASI KLB 9. REKOMENDASI DAN RENCANA TINDAK LANJUT Identifikasi faktor resiko: 1.Umur 2.Status imunisasi 3.Cakupan Imunisasi area KLB Analisa Data Tindak Lanjut  Sweeping/BLF untuk melengkapi status imunisasi dasar atau booster  ORI tanpa melihat status imunisasi  Imunisasi tanpa melihat status imunisasi sebelumnya  Perbaikan cold chain  Sistem surveilans yang lebih sensitive dalam deteksi dan laporan dini.
  • 30. OUTBREAK RESPONSE IMMUNIZATION (ORI) • Usia sasaran: – Jenisvaksin (DPT, DT, Td) • Luas wilayah dipengaruhi oleh sebaran kasus dan karier • Lokasi: di masyarakat atau Sekolah • ORI: – Tanpa melihat status imunisasi sebelumnya, pemberian3 kali dengan interval usia < 1 th: 0-1-1 bln atau usia ≥ 1 th: 0-1-6 bln