SlideShare a Scribd company logo
1 of 30
(metode uji parameter spesifik)
STANDARISASI DAN
PENENTUAN MARKER OBAT
BAHAN ALAM
TIM DOSEN STANDARISASI & PENENTUAN MARKER OBA 2020
PENENTUAN PARAMETER SPESIFIK ADALAH
aspek kandungan kimia (baik kualitatif maupun
kuantitatif) yang bertanggung jawab terhadap aktivitas
farmakologi tertentu
Ginko biloba Ginkolida mencegah kepikunan
+ flavonoid tertentu
sinergisme
lempuyang gajah
(Zingiber zerumbet)
lempuyang pahit
(Zingiber littorale)
kurkumin
gingerol
tidak terdeteksi
terdeteksi
zerumbon
terdeteksi
menghambat
sel neoplasma
terdeteksi
Senyawa marker aktivitas farmakologi
Standarisasi
kadarnya???
Senyawa aktif
Senyawa utama (mayor, dominan, >>)
kriterianya:
Senyawa identitas (khas, unik, eksklusif)
Senyawa aktual
Kriteria Senyawa Marker
• Senyawa aktif : senyawa yang langsung bertanggungjawab terhadap
aktifitas misalnya saponin ginsenosida pada tanaman ginseng (Panax
ginseng)
• Senyawa utama : atau major compound yakni senyawa yang secara
kuantitatif dominan di dalam suatu tanaman obat. Contohnya kurkuminoid
di dalam rimpang kunyit (C.longa) meskipun bukan yang bertanggung
jawab secara langsung terhadap aktifitas farmakologi
• Senyawa identitas : senyawa yang khas, unik, eksklusif hanya terdapat
pada suatu tanaman obat, misal lunamarin, lunakrin dan lunasin yang
terdapt pada sanrego (Lunasia amara)
• Senyawa aktual : senyawa apapun asalkan terdapat di dalam tanaman yang
di analisis
Profil KLT
Penetapan kadar marker
Penetapan kadar total golongan
senyawa metabolit
Kelarutan ekstrak dalam
etanol dan air
1
2
3
4
Ketentuan umum mutu ekstrak menurut DEPKES-BPOM
(2000, 2004) menyebutkan bahwa aspek yg harus
ditetapkan pada parameter spesifik adalah:
Profil KLT
• Tujuan : menunjukkan setidaknya senyawa aktif (marker) betul ada di
dalam ekstrak atau secara kimiawi otentik yakni berasal dari tanaman yang
benar.
• Parameter : senyawa marker muncul sebagai bercak terpisah
• Permasalahan :
1. Marker muncul tidak sebagai bercak tunggal meskipun senyawa
pembanding otentik tersedia
2. Tidak tersedia marker yang otentik
Profil KLT ini merupakan analisis kualitatif pendahuluan, kegagalannya
menghentikan dalam upaya kuantitatifnya.
• Keberhasilan memunculkan profil KLT senyawa target dipengaruhi
oleh :
1. Sistem kromatografi (Fase diam dan fase gerak)
2. Jenis pelarut (thdp senyawa target dlm ekstrak)
3. Jumlah penimbangan ekstrak (terlalu kecil, marker tidak terbaca →
jumlah penimbangan hrs ditingkatkan)
4. Pemilihan metode visualisasi → cara fisika (sinar UV 254/366) lalu
cara kimia (reagen spesifik/semprot)
Sistem kromatografi (fase normal)
• Fase diam : KLT silika gel GF254
• Fase gerak :
1. Normalnya → CHCl3 : MeOH (MeOH <20%)
2. Komposisi lain → heksan : etil asetat ( 7:3, 5:5, 3:7)
3. Untuk memisahkan senyawa inti aromatik → aseton :benzen (benzen >aseton)
4. Untuk golongan alkaloid → metanol, kloroform atau heksan dengan salah satu komopenen yang
bersifat basa (dietilamin atau beberapa tetes amonia)
5. Senyawa yang terlalu polar (polifenol sederhana, glikosida steroid, glikosida flavonoid) →
kloroform:metanol dengan penambahan sedikit air. Jika terlalu polar menggunakan metanol :asam
asetat glasial:air:asam formiat (rasio asam kecil)
6. Untuk mempertajam pemisahan bisa ditambahkan beberapa tetes asam lemah atau basa lemah
Sistem kromatografi (fase terbalik)
• fase diam: C18 yang terikat silika
• fase gerak:
1. metanol:asetonitril (1:1, 3:1, 2:1)
2. metanol:asetonitril: air (2:2:1 atau 1:2:1)
sistem ini digunakan jika sistem fase normal tidak memberikan hasil
yang baik
Penetapan kadar marker
• Tujuan : menunjukkkan secara kuantitatif kadar dari senyawa marker yang
ada di dalam ekstrak sehingga bisa ditentukan berapa jumlah senyawa yang
bertanggung jawab terhadap aktifitas farmakologi di dalam ekstrak
• Parameter : terbacanya senyawa target pada kadar tertentu
• Permasalahan :
1. Senyawa target tidak berwarna
2. Senyawa marker tersedia dalam jumlah terbatas
3. Bentuk peak pada pembacaan densitometer maupun HPLC tidak terbatas
4. Linearitas dan reprodusibilitas rendah
Penetapan kadar total golongan metabolit
• Tujuan : menetapakan kadar total golongan metabolit sekunder tertentu
, misal : fenolat, flavonoid, alkaloid, antrakinon, kumarin, saponin
• Parameter : kadar metabolit sekunder pada range tertentu
• Permasalahan :
1. Golongan senyawa tidak ada/terdeteksi
2. Beberapa metode standar tidak aplikatif
3. Tidak semua instrumen bisa diterapkan untuk analisis kadar total
4. kadar yang diperoleh tidak spesifik (>50%)
Golongan metabolit
sekunder yang harus
ditetapkan
(dalam parameter mutu
ekstrak Indonesia )
1. Golongan fenolat
2. Golongan flavonoid
3. Golongan saponin
4. Golongan minyak atsiri
5. Golongan tannin
6. Golongan alkaloid
7. Golongan steroid
8. Golongan kumarin
Kadar fenolat total
• uji pendahuluan: FeCl3 → warna hijau sampai hitam
• Kadar fenolat total dinyatakan dalam mg fenolat yang setara dengan
asam galat (gallic acid equivalent) dalam gram ekstrak
• ekstrak dibuat dlm konsentrasi 1%
• pembanding: asam galat
• pereaksi: folin ciocalteu dan Na2CO3 7%
• Ukur absorbansinya dengan spektrofotometri dengan panjang
gelombang 749,5 nm
Kadar Flavonoid total
• Uji pendahuluan: sitroborat → floresensi kuning dibawah UV366
• penetapan kadar:
1. Metode Chang : pereaksinya → AlCl3 dan kalium asetat. absorbansi
diukur menggunakan spektrofotometer pada 437 nm. Kandungan total
dinyatakan dengan quersetin equivalent (%)
2. Metode Zhou : pereaksinya → NaNO2, AlCl3 dan NaOH. absorbansi
diukur menggunakan spektrofotometer pada 510,5 nm Kandungan
total dinyatakan dengan rutin equivalent (%).
Cara lain utk uji Kuantitatif Flavonoid:
1. KCKT / HPLC
2. GC: Flavonoid dirubah menjadi turunan termetilasi
atau tertrimetisilisasi dan pembuatan turunan ini
memungkinkan juga pengukuran spectrum massa.
lanjutan...
Penentuan secara Kuantitatif : KADAR FLAVONOID
Catatan:
- Lakukan percobaan blanko
- Perlu pembanding umumnya Quersetin/Rutin
Serbuk Simplisia Eks. MetOH
MeOH, air,
saring
Abs ukur 415 nm
+ camp. AlCl3 dan As. Asetat
diamkan 30 menit
Saponin total
• Uji pendahuluan: penggojogan larutan ekstrak dengan solven semula,
membentuk buih stabil lebih dari 15 menit
• penetapan kadar:
1. darah sapi segar + Na sitrat + dapar fosfat + larutan ekstrak.
2. Hemolisis darah ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi
jernih/transparan
• Hasil pembacaan dinyatakan dengan indeks saponin yaitu
perbandingan antara kadar ekstrak terkecil yang memberikan
hemolisis dengan saponin standar terendah yang memberikan
hemolisis
Penetapan Alkaloid (Kuantitatif)
Gravimetri
Ekstraksi
Timbang Pengendapan
Timbang
Spektrometri
Ekstraksi
Ukur Absorban
Titrimetri
Ekstraksi
Asam basa TBA
KCKT / HPLC
Alkaloid total
• Uji pendahuluan: Mayer/Dragendorff → endapan
• penetapan kadar:
larutan ekstrak + asam asetat 10%, kocok, saring dgn kertas saring
yg sudah ditimbang → filtrat dipekatkan + ammoium hidroksida →
terbentuk endapan → endapan dicuci lagi dgn ammoium hidroksida →
endapan dikeringkan pada 60 C, 30 menit, dinginkan → endapan
ditimbang ad bobot konstan → hitung rendemen alkaloid
• Kelemahan: senyawa non alkaloid berunsur Nitrogen akan turut
mengendap
Penetapan Kadar Alkaloid
Contoh: Penetapan Kadar Kulit delima
Simplisia Erlenmeyer
tutup
Filtrat masuk corong pisah
Eter, NaOH
Kocok, saring
1 mL HCl 0,025 N
3, 675 mg alkaloid
Lap. Eter
ad 50 mL
Metil jingga,
Titer dgn HCl 0,025 N
Minyak atsiri total
• Uji pendahuluan: secara organoleptis → bau khas atau ekstrak
diteteskan pada kertas perkamen → komponen terpisah, tidak tampak
noda
• Penentuan Secara Kuantitatif: Destilasi uap dan Stahl (air) pelarut air
dinyatakan sebagai % V/b.
• penetapan kadar: ekstrak + air suling → labu dipanaskan → penyulingan
selesai, dinginkan >15 menit → volume atsiri dlm buret dicatat. kadar
atsiri dihitung dalam %.
• Kadar minyak atsiri tidak boleh lebih dari 1% v/b (jika komponen non
volatil yg diutamakan dlm ekstrak)
Kumarin total
• Uji pendahuluan: larutan ekstrak diidentifikasi di bawah UV 366 →
adanya fluoresensi kuning kebiruan
• Penetapan kumarin total dgn metode fluorometri yg dimodifikasi
menjadi spektrofotometri UV:
larutan ekstrak 1% + NaOH → ukur absorbansi 331 nm.
pembanding yg digunakan adalah kumarin 0,1%.
Steroid (triterpen) total
• Penetapan kadar total steroid/triterpen tidak dilakukan
tetapi sebaiknya penetapan dilakukan berdasarkan
marker sterol tertentu dengan metode densitometer
atau GC
Antrakinon
Cara penetapan kadar:
• Ekstrak + air panas, diamkan 5 menit, didinginkan → ekstraksi dgn
benzen → Lapisan benzen dipisahkan→ Lapisan air + FeCl3 dan HCl →
panaskan di penangas air selama 10 menit, dinginkan→ diekstraksi
dengan benzen 3x → Lapisan benzen diuapkan→ residu + KOH 5% →
Absorbansi diukur pada panjang gelombang 506 nm
• pembanding: aloin
• Kadar antrakinon total dinyatakan sebagai aloin equivalent
ANTRAKUINON (lanjutan)
Penentuan Secara Kuantitatif: KADAR ANTRAKUINON
Simplisia Eks. Benzen
Benzena
Ukur abs
pada 515 nm Lart. warna
Pakai pembanding
Uapkan
+ Lart. KOH
Kadar tanin total
• Ditetapkan kadarnya secara titrimetri (titrasi)
• uji pendahuluan: FeCl3 → Tanin terhidrolisis (tanin galat), warna larutan
biru kehitaman; Tanin terkondensasi (proantosianidin), warna hijau
kehitaman
• penetapan kadar: Titrasi dilakukan dengan kalium permanganate
(KMnO4) dengan ditambahkan indigo sulfonat, larutan dititrasi sampai
warna kuning emas (pembanding: asam galat)
• cara lain dgn metode spektrofotometri: Vanilin/EtOH, Ukur pada 530 nm
• Kadar fenol total + Folin Ciocalteu  Ukur ada 765 nm
Lanjutan ....
Serbuk Simplisia
Filtrat kumpulkan
dalam labu takar
Didihkan, saring
Penyarian sempurna
Cek dengan lart.Fe(III)
Kadar tanin:
1 mL KM04 0,1N
0,004157 g tanin
10 mL Filtrat
Indigosulfonat lart.
Berwarna biru
Titrasi dengan KMO4 0,1N
TA: kuning emas
Kadar ekstrak larut dalam air dan etanol
tujuan: mengkalkulasi persentase senyawa polar, semipolar-nonpolar
yang terkait aktivitas farmakologi
1. Metode penetapan kadar sari larut air
ekstrak dimaserasi dengan air:kloroform selama 24 jam sambil
dikocok pada 6 jam pertama→ diamkan 18 jam dan disaring → Filtrat
air diuapkan dalam cawan yg telah ditara→residu dipanaskan pada
suhu 105 C hingga bobot tetap.
Kadar sari larut air dihitung dalam persen terhadap ekstrak awal
2. Penetapan kadar sari larut etanol
cara: ekstrak dimaserasi dengan etanol 96% selama 24 jam sambil 6
jam pertama dikocok → Didiamkan selama 18 jam dan disaring
cepat → Filtrat diuapkan pada cawan porselen → residu dipanaskan
pada suhu 105 C sampai bobot tetap.
Kadar sari larut etanol dihitung dalam persen terhadap ekstrak awal
info@uhamka.ac.i
d
www.uhamka.ac.id (021)73944451 uhamkaid Uhamk
a
@UhamkaID
TERIMAKASIH

More Related Content

What's hot (20)

Pulvis pulveres1
Pulvis pulveres1Pulvis pulveres1
Pulvis pulveres1
 
Laporan resmi emulsi iecoris aselli
Laporan resmi emulsi iecoris aselliLaporan resmi emulsi iecoris aselli
Laporan resmi emulsi iecoris aselli
 
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-C
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-CLaporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-C
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Vitamin-C
 
9. perhitungan isotonis.pptx
9. perhitungan isotonis.pptx9. perhitungan isotonis.pptx
9. perhitungan isotonis.pptx
 
TABLET
TABLETTABLET
TABLET
 
Tablet kunyah
Tablet kunyahTablet kunyah
Tablet kunyah
 
Makalah cangkang kapsul
Makalah cangkang kapsulMakalah cangkang kapsul
Makalah cangkang kapsul
 
Pasta asam salisilat BY citra
Pasta asam salisilat BY citraPasta asam salisilat BY citra
Pasta asam salisilat BY citra
 
Laporan resmi unguentum
Laporan resmi unguentumLaporan resmi unguentum
Laporan resmi unguentum
 
Bcs
BcsBcs
Bcs
 
Kapsul
KapsulKapsul
Kapsul
 
Ppt suspensi antibiotik
Ppt suspensi antibiotikPpt suspensi antibiotik
Ppt suspensi antibiotik
 
Pill
PillPill
Pill
 
Tinjauan Sediaan Lotion
Tinjauan Sediaan LotionTinjauan Sediaan Lotion
Tinjauan Sediaan Lotion
 
Suppo
SuppoSuppo
Suppo
 
Farmakognosi
FarmakognosiFarmakognosi
Farmakognosi
 
Laporan resmi elixir paracetamol
Laporan resmi elixir paracetamolLaporan resmi elixir paracetamol
Laporan resmi elixir paracetamol
 
Farmakog semen
Farmakog semenFarmakog semen
Farmakog semen
 
Ppt bu anggun
Ppt bu anggunPpt bu anggun
Ppt bu anggun
 
Gel
GelGel
Gel
 

Similar to KADAR OBAT

Parameter spesifik.pptx
Parameter spesifik.pptxParameter spesifik.pptx
Parameter spesifik.pptxFarmasiSains
 
fisikokimia ekstrak rumput laut coklat sargassum
fisikokimia ekstrak rumput laut coklat sargassumfisikokimia ekstrak rumput laut coklat sargassum
fisikokimia ekstrak rumput laut coklat sargassumIrham Maladi
 
standarisasi kimia bahan alam bahan kimia alam
standarisasi kimia bahan alam bahan kimia alamstandarisasi kimia bahan alam bahan kimia alam
standarisasi kimia bahan alam bahan kimia alamyosy5
 
Mklah isolasi dan degradasi piperin dari lada hi ta m
Mklah isolasi dan degradasi piperin dari lada hi ta mMklah isolasi dan degradasi piperin dari lada hi ta m
Mklah isolasi dan degradasi piperin dari lada hi ta mintan nurmala
 
Jurnal 4-kajian-sifat-fisikokimia-ekstrak-rumput-laut-coklat-sargassum
Jurnal 4-kajian-sifat-fisikokimia-ekstrak-rumput-laut-coklat-sargassumJurnal 4-kajian-sifat-fisikokimia-ekstrak-rumput-laut-coklat-sargassum
Jurnal 4-kajian-sifat-fisikokimia-ekstrak-rumput-laut-coklat-sargassumMarsono Tarmadi
 
FLAVONOID PART II.pptx
FLAVONOID PART II.pptxFLAVONOID PART II.pptx
FLAVONOID PART II.pptxCitraCirebon
 
PPT Review jurnal anatomi.pptx
PPT Review jurnal anatomi.pptxPPT Review jurnal anatomi.pptx
PPT Review jurnal anatomi.pptxIrenee9
 
Pembahasan dan kesimpulan percobaan 1
Pembahasan dan kesimpulan percobaan 1Pembahasan dan kesimpulan percobaan 1
Pembahasan dan kesimpulan percobaan 1Fonda Resha
 
Materi Kuliah terpenoid fitokimia farmasi
Materi Kuliah terpenoid fitokimia farmasiMateri Kuliah terpenoid fitokimia farmasi
Materi Kuliah terpenoid fitokimia farmasiLidyaEvangelistaTamp
 
Isolasi piperin b3 fitokimia
Isolasi piperin b3 fitokimiaIsolasi piperin b3 fitokimia
Isolasi piperin b3 fitokimiaLusiaPrisilia
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi KafeinITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi KafeinFransiska Puteri
 
Prak fito (benalu teh)
Prak fito (benalu teh)Prak fito (benalu teh)
Prak fito (benalu teh)Hani Ani
 
Materi kuliah Ekstraksi-Dan-Isolasi.ppt
Materi  kuliah Ekstraksi-Dan-Isolasi.pptMateri  kuliah Ekstraksi-Dan-Isolasi.ppt
Materi kuliah Ekstraksi-Dan-Isolasi.pptSarniSarni9
 
GROUP PROJECT BIOTEKNOLOGI
GROUP PROJECT BIOTEKNOLOGIGROUP PROJECT BIOTEKNOLOGI
GROUP PROJECT BIOTEKNOLOGIRiaAnggun
 
Isolasi Piperin
Isolasi PiperinIsolasi Piperin
Isolasi Piperinershahasan
 

Similar to KADAR OBAT (20)

Parameter spesifik.pptx
Parameter spesifik.pptxParameter spesifik.pptx
Parameter spesifik.pptx
 
fisikokimia ekstrak rumput laut coklat sargassum
fisikokimia ekstrak rumput laut coklat sargassumfisikokimia ekstrak rumput laut coklat sargassum
fisikokimia ekstrak rumput laut coklat sargassum
 
standarisasi kimia bahan alam bahan kimia alam
standarisasi kimia bahan alam bahan kimia alamstandarisasi kimia bahan alam bahan kimia alam
standarisasi kimia bahan alam bahan kimia alam
 
Mklah isolasi dan degradasi piperin dari lada hi ta m
Mklah isolasi dan degradasi piperin dari lada hi ta mMklah isolasi dan degradasi piperin dari lada hi ta m
Mklah isolasi dan degradasi piperin dari lada hi ta m
 
Jurnal 4-kajian-sifat-fisikokimia-ekstrak-rumput-laut-coklat-sargassum
Jurnal 4-kajian-sifat-fisikokimia-ekstrak-rumput-laut-coklat-sargassumJurnal 4-kajian-sifat-fisikokimia-ekstrak-rumput-laut-coklat-sargassum
Jurnal 4-kajian-sifat-fisikokimia-ekstrak-rumput-laut-coklat-sargassum
 
FLAVONOID PART II.pptx
FLAVONOID PART II.pptxFLAVONOID PART II.pptx
FLAVONOID PART II.pptx
 
PPT Review jurnal anatomi.pptx
PPT Review jurnal anatomi.pptxPPT Review jurnal anatomi.pptx
PPT Review jurnal anatomi.pptx
 
Tkk8
Tkk8Tkk8
Tkk8
 
Pembahasan dan kesimpulan percobaan 1
Pembahasan dan kesimpulan percobaan 1Pembahasan dan kesimpulan percobaan 1
Pembahasan dan kesimpulan percobaan 1
 
PP HASIL SARI-ok.pptx
PP HASIL SARI-ok.pptxPP HASIL SARI-ok.pptx
PP HASIL SARI-ok.pptx
 
Materi Kuliah terpenoid fitokimia farmasi
Materi Kuliah terpenoid fitokimia farmasiMateri Kuliah terpenoid fitokimia farmasi
Materi Kuliah terpenoid fitokimia farmasi
 
Isolasi piperin b3 fitokimia
Isolasi piperin b3 fitokimiaIsolasi piperin b3 fitokimia
Isolasi piperin b3 fitokimia
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi KafeinITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
 
Prak fito (benalu teh)
Prak fito (benalu teh)Prak fito (benalu teh)
Prak fito (benalu teh)
 
IPAL.pptx
IPAL.pptxIPAL.pptx
IPAL.pptx
 
Materi kuliah Ekstraksi-Dan-Isolasi.ppt
Materi  kuliah Ekstraksi-Dan-Isolasi.pptMateri  kuliah Ekstraksi-Dan-Isolasi.ppt
Materi kuliah Ekstraksi-Dan-Isolasi.ppt
 
PP KOMPRE.pptx
PP KOMPRE.pptxPP KOMPRE.pptx
PP KOMPRE.pptx
 
SKRINNING FITOKIMIA
SKRINNING FITOKIMIA SKRINNING FITOKIMIA
SKRINNING FITOKIMIA
 
GROUP PROJECT BIOTEKNOLOGI
GROUP PROJECT BIOTEKNOLOGIGROUP PROJECT BIOTEKNOLOGI
GROUP PROJECT BIOTEKNOLOGI
 
Isolasi Piperin
Isolasi PiperinIsolasi Piperin
Isolasi Piperin
 

Recently uploaded

SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisRachmandiarRaras
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 

Recently uploaded (19)

SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 

KADAR OBAT

  • 1. (metode uji parameter spesifik) STANDARISASI DAN PENENTUAN MARKER OBAT BAHAN ALAM TIM DOSEN STANDARISASI & PENENTUAN MARKER OBA 2020
  • 2. PENENTUAN PARAMETER SPESIFIK ADALAH aspek kandungan kimia (baik kualitatif maupun kuantitatif) yang bertanggung jawab terhadap aktivitas farmakologi tertentu Ginko biloba Ginkolida mencegah kepikunan + flavonoid tertentu sinergisme lempuyang gajah (Zingiber zerumbet) lempuyang pahit (Zingiber littorale) kurkumin gingerol tidak terdeteksi terdeteksi zerumbon terdeteksi menghambat sel neoplasma terdeteksi
  • 3. Senyawa marker aktivitas farmakologi Standarisasi kadarnya??? Senyawa aktif Senyawa utama (mayor, dominan, >>) kriterianya: Senyawa identitas (khas, unik, eksklusif) Senyawa aktual
  • 4. Kriteria Senyawa Marker • Senyawa aktif : senyawa yang langsung bertanggungjawab terhadap aktifitas misalnya saponin ginsenosida pada tanaman ginseng (Panax ginseng) • Senyawa utama : atau major compound yakni senyawa yang secara kuantitatif dominan di dalam suatu tanaman obat. Contohnya kurkuminoid di dalam rimpang kunyit (C.longa) meskipun bukan yang bertanggung jawab secara langsung terhadap aktifitas farmakologi • Senyawa identitas : senyawa yang khas, unik, eksklusif hanya terdapat pada suatu tanaman obat, misal lunamarin, lunakrin dan lunasin yang terdapt pada sanrego (Lunasia amara) • Senyawa aktual : senyawa apapun asalkan terdapat di dalam tanaman yang di analisis
  • 5. Profil KLT Penetapan kadar marker Penetapan kadar total golongan senyawa metabolit Kelarutan ekstrak dalam etanol dan air 1 2 3 4 Ketentuan umum mutu ekstrak menurut DEPKES-BPOM (2000, 2004) menyebutkan bahwa aspek yg harus ditetapkan pada parameter spesifik adalah:
  • 6. Profil KLT • Tujuan : menunjukkan setidaknya senyawa aktif (marker) betul ada di dalam ekstrak atau secara kimiawi otentik yakni berasal dari tanaman yang benar. • Parameter : senyawa marker muncul sebagai bercak terpisah • Permasalahan : 1. Marker muncul tidak sebagai bercak tunggal meskipun senyawa pembanding otentik tersedia 2. Tidak tersedia marker yang otentik Profil KLT ini merupakan analisis kualitatif pendahuluan, kegagalannya menghentikan dalam upaya kuantitatifnya.
  • 7. • Keberhasilan memunculkan profil KLT senyawa target dipengaruhi oleh : 1. Sistem kromatografi (Fase diam dan fase gerak) 2. Jenis pelarut (thdp senyawa target dlm ekstrak) 3. Jumlah penimbangan ekstrak (terlalu kecil, marker tidak terbaca → jumlah penimbangan hrs ditingkatkan) 4. Pemilihan metode visualisasi → cara fisika (sinar UV 254/366) lalu cara kimia (reagen spesifik/semprot)
  • 8. Sistem kromatografi (fase normal) • Fase diam : KLT silika gel GF254 • Fase gerak : 1. Normalnya → CHCl3 : MeOH (MeOH <20%) 2. Komposisi lain → heksan : etil asetat ( 7:3, 5:5, 3:7) 3. Untuk memisahkan senyawa inti aromatik → aseton :benzen (benzen >aseton) 4. Untuk golongan alkaloid → metanol, kloroform atau heksan dengan salah satu komopenen yang bersifat basa (dietilamin atau beberapa tetes amonia) 5. Senyawa yang terlalu polar (polifenol sederhana, glikosida steroid, glikosida flavonoid) → kloroform:metanol dengan penambahan sedikit air. Jika terlalu polar menggunakan metanol :asam asetat glasial:air:asam formiat (rasio asam kecil) 6. Untuk mempertajam pemisahan bisa ditambahkan beberapa tetes asam lemah atau basa lemah
  • 9. Sistem kromatografi (fase terbalik) • fase diam: C18 yang terikat silika • fase gerak: 1. metanol:asetonitril (1:1, 3:1, 2:1) 2. metanol:asetonitril: air (2:2:1 atau 1:2:1) sistem ini digunakan jika sistem fase normal tidak memberikan hasil yang baik
  • 10. Penetapan kadar marker • Tujuan : menunjukkkan secara kuantitatif kadar dari senyawa marker yang ada di dalam ekstrak sehingga bisa ditentukan berapa jumlah senyawa yang bertanggung jawab terhadap aktifitas farmakologi di dalam ekstrak • Parameter : terbacanya senyawa target pada kadar tertentu • Permasalahan : 1. Senyawa target tidak berwarna 2. Senyawa marker tersedia dalam jumlah terbatas 3. Bentuk peak pada pembacaan densitometer maupun HPLC tidak terbatas 4. Linearitas dan reprodusibilitas rendah
  • 11. Penetapan kadar total golongan metabolit • Tujuan : menetapakan kadar total golongan metabolit sekunder tertentu , misal : fenolat, flavonoid, alkaloid, antrakinon, kumarin, saponin • Parameter : kadar metabolit sekunder pada range tertentu • Permasalahan : 1. Golongan senyawa tidak ada/terdeteksi 2. Beberapa metode standar tidak aplikatif 3. Tidak semua instrumen bisa diterapkan untuk analisis kadar total 4. kadar yang diperoleh tidak spesifik (>50%)
  • 12. Golongan metabolit sekunder yang harus ditetapkan (dalam parameter mutu ekstrak Indonesia ) 1. Golongan fenolat 2. Golongan flavonoid 3. Golongan saponin 4. Golongan minyak atsiri 5. Golongan tannin 6. Golongan alkaloid 7. Golongan steroid 8. Golongan kumarin
  • 13. Kadar fenolat total • uji pendahuluan: FeCl3 → warna hijau sampai hitam • Kadar fenolat total dinyatakan dalam mg fenolat yang setara dengan asam galat (gallic acid equivalent) dalam gram ekstrak • ekstrak dibuat dlm konsentrasi 1% • pembanding: asam galat • pereaksi: folin ciocalteu dan Na2CO3 7% • Ukur absorbansinya dengan spektrofotometri dengan panjang gelombang 749,5 nm
  • 14. Kadar Flavonoid total • Uji pendahuluan: sitroborat → floresensi kuning dibawah UV366 • penetapan kadar: 1. Metode Chang : pereaksinya → AlCl3 dan kalium asetat. absorbansi diukur menggunakan spektrofotometer pada 437 nm. Kandungan total dinyatakan dengan quersetin equivalent (%) 2. Metode Zhou : pereaksinya → NaNO2, AlCl3 dan NaOH. absorbansi diukur menggunakan spektrofotometer pada 510,5 nm Kandungan total dinyatakan dengan rutin equivalent (%).
  • 15. Cara lain utk uji Kuantitatif Flavonoid: 1. KCKT / HPLC 2. GC: Flavonoid dirubah menjadi turunan termetilasi atau tertrimetisilisasi dan pembuatan turunan ini memungkinkan juga pengukuran spectrum massa.
  • 16. lanjutan... Penentuan secara Kuantitatif : KADAR FLAVONOID Catatan: - Lakukan percobaan blanko - Perlu pembanding umumnya Quersetin/Rutin Serbuk Simplisia Eks. MetOH MeOH, air, saring Abs ukur 415 nm + camp. AlCl3 dan As. Asetat diamkan 30 menit
  • 17. Saponin total • Uji pendahuluan: penggojogan larutan ekstrak dengan solven semula, membentuk buih stabil lebih dari 15 menit • penetapan kadar: 1. darah sapi segar + Na sitrat + dapar fosfat + larutan ekstrak. 2. Hemolisis darah ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi jernih/transparan • Hasil pembacaan dinyatakan dengan indeks saponin yaitu perbandingan antara kadar ekstrak terkecil yang memberikan hemolisis dengan saponin standar terendah yang memberikan hemolisis
  • 18. Penetapan Alkaloid (Kuantitatif) Gravimetri Ekstraksi Timbang Pengendapan Timbang Spektrometri Ekstraksi Ukur Absorban Titrimetri Ekstraksi Asam basa TBA KCKT / HPLC
  • 19. Alkaloid total • Uji pendahuluan: Mayer/Dragendorff → endapan • penetapan kadar: larutan ekstrak + asam asetat 10%, kocok, saring dgn kertas saring yg sudah ditimbang → filtrat dipekatkan + ammoium hidroksida → terbentuk endapan → endapan dicuci lagi dgn ammoium hidroksida → endapan dikeringkan pada 60 C, 30 menit, dinginkan → endapan ditimbang ad bobot konstan → hitung rendemen alkaloid • Kelemahan: senyawa non alkaloid berunsur Nitrogen akan turut mengendap
  • 20. Penetapan Kadar Alkaloid Contoh: Penetapan Kadar Kulit delima Simplisia Erlenmeyer tutup Filtrat masuk corong pisah Eter, NaOH Kocok, saring 1 mL HCl 0,025 N 3, 675 mg alkaloid Lap. Eter ad 50 mL Metil jingga, Titer dgn HCl 0,025 N
  • 21. Minyak atsiri total • Uji pendahuluan: secara organoleptis → bau khas atau ekstrak diteteskan pada kertas perkamen → komponen terpisah, tidak tampak noda • Penentuan Secara Kuantitatif: Destilasi uap dan Stahl (air) pelarut air dinyatakan sebagai % V/b. • penetapan kadar: ekstrak + air suling → labu dipanaskan → penyulingan selesai, dinginkan >15 menit → volume atsiri dlm buret dicatat. kadar atsiri dihitung dalam %. • Kadar minyak atsiri tidak boleh lebih dari 1% v/b (jika komponen non volatil yg diutamakan dlm ekstrak)
  • 22. Kumarin total • Uji pendahuluan: larutan ekstrak diidentifikasi di bawah UV 366 → adanya fluoresensi kuning kebiruan • Penetapan kumarin total dgn metode fluorometri yg dimodifikasi menjadi spektrofotometri UV: larutan ekstrak 1% + NaOH → ukur absorbansi 331 nm. pembanding yg digunakan adalah kumarin 0,1%.
  • 23. Steroid (triterpen) total • Penetapan kadar total steroid/triterpen tidak dilakukan tetapi sebaiknya penetapan dilakukan berdasarkan marker sterol tertentu dengan metode densitometer atau GC
  • 24. Antrakinon Cara penetapan kadar: • Ekstrak + air panas, diamkan 5 menit, didinginkan → ekstraksi dgn benzen → Lapisan benzen dipisahkan→ Lapisan air + FeCl3 dan HCl → panaskan di penangas air selama 10 menit, dinginkan→ diekstraksi dengan benzen 3x → Lapisan benzen diuapkan→ residu + KOH 5% → Absorbansi diukur pada panjang gelombang 506 nm • pembanding: aloin • Kadar antrakinon total dinyatakan sebagai aloin equivalent
  • 25. ANTRAKUINON (lanjutan) Penentuan Secara Kuantitatif: KADAR ANTRAKUINON Simplisia Eks. Benzen Benzena Ukur abs pada 515 nm Lart. warna Pakai pembanding Uapkan + Lart. KOH
  • 26. Kadar tanin total • Ditetapkan kadarnya secara titrimetri (titrasi) • uji pendahuluan: FeCl3 → Tanin terhidrolisis (tanin galat), warna larutan biru kehitaman; Tanin terkondensasi (proantosianidin), warna hijau kehitaman • penetapan kadar: Titrasi dilakukan dengan kalium permanganate (KMnO4) dengan ditambahkan indigo sulfonat, larutan dititrasi sampai warna kuning emas (pembanding: asam galat) • cara lain dgn metode spektrofotometri: Vanilin/EtOH, Ukur pada 530 nm • Kadar fenol total + Folin Ciocalteu  Ukur ada 765 nm
  • 27. Lanjutan .... Serbuk Simplisia Filtrat kumpulkan dalam labu takar Didihkan, saring Penyarian sempurna Cek dengan lart.Fe(III) Kadar tanin: 1 mL KM04 0,1N 0,004157 g tanin 10 mL Filtrat Indigosulfonat lart. Berwarna biru Titrasi dengan KMO4 0,1N TA: kuning emas
  • 28. Kadar ekstrak larut dalam air dan etanol tujuan: mengkalkulasi persentase senyawa polar, semipolar-nonpolar yang terkait aktivitas farmakologi 1. Metode penetapan kadar sari larut air ekstrak dimaserasi dengan air:kloroform selama 24 jam sambil dikocok pada 6 jam pertama→ diamkan 18 jam dan disaring → Filtrat air diuapkan dalam cawan yg telah ditara→residu dipanaskan pada suhu 105 C hingga bobot tetap. Kadar sari larut air dihitung dalam persen terhadap ekstrak awal
  • 29. 2. Penetapan kadar sari larut etanol cara: ekstrak dimaserasi dengan etanol 96% selama 24 jam sambil 6 jam pertama dikocok → Didiamkan selama 18 jam dan disaring cepat → Filtrat diuapkan pada cawan porselen → residu dipanaskan pada suhu 105 C sampai bobot tetap. Kadar sari larut etanol dihitung dalam persen terhadap ekstrak awal