SlideShare a Scribd company logo
1 of 28
Penetapan Kadar Fitokimia
Yosy Silalahi
Standardisasi
Rangkaian proses yang melibatkan berbagai
metode analisis kimiawi berdasarkan data
famakologis, melibatkan analisis fisik dan
mikrobiologi berdasarkan kriteria umum
keamanan (toksikologi) terhadap suatu ekstrak
alam
•
• Standardisasi secara normatif ditujukan untuk
memberikan efikasi yang terukur secara
farmakologis dan menjamin keamanan
konsumen
Parameter
Parameter non spesifik : berfokus pada aspek
kimia, mikrobiologi, dan fisis yang akan
mempengaruhi keamanan konsumen dan
stabilitas, meliputi : kadar air, cemaran logam
berat, aflatoksin, dll
Parameter spesifik : berfokus pada senyawa atau
golongan senyawa yang bertanggungjawab
terhadap aktivitas farmakologis. Analisis kimia
yang dilibatkan ditujukan untuk analisis kualitatif
dan kuantitatif terhadap senyawa aktif
•
•
Parameter non spesifik ekstrak
Bobot jenis
adalah massa per satuan volume yang diukur
pada suhu kamar tertentu (25°C)
menggunakan alat khusus piknometer atau
lainnya
Bobot jenis terkait dengan kemurnian dari
ekstrak dan kontaminasi
1.
Metode
Piknometer bersih dan kering ditimbang (W0).
Kemudian kalibrasi dg menetapkan bobot
piknometer dan bobot air yg baru dididihkan
pada suhu 25°C kemudian ditimbang (W1).
Ekstrak cair diatur suhunya 20°C lalu masukkan
dalam piknometer kosong, buang kelebihan
ekstrak, atur suhu piknometer yg berisi ekstrak
pada 25°C kemudian timbang (W2)
Bobot jenis = d = (W2-W0)/(W1-W0)
•
ke
•
Parameter non spesifik ekstrak
2. Kadar Air
adalah pengukuran kandungan air yang
berada dalam bahan
Tujuan : memberikan batasan minimal atau
rentang tentang besarnya kandungan air
dalam bahan
Parameter non spesifik
Metode : destilasi toluen
Jenuhkan toluen dengan air, kocok, diamkan dan buang
lapisan airnya
Sebanyak 10 g ekstrak masukkan ke dalam labu alas
bulat dan tambahkan toluen yg telah jenuh air
Labu dipanaskan selama 100 menit, setelah toluen
mendidih, penyulingan diatur 2 tetes/detik, lalu 4
tetes/detik. Setelah semua toluen mendidih,
dilanjutkan pemanasan selama 5 menit. Kemudian,
dinginkan tabung sampai temperatur kamar
.
•
•
•
• Setelah air dan toluen memisah sempurna, volume air
dibaca dan dihitung kadar air dalam persen thd berat
ekstrak awal. Replikasi 3 kali
%kadar air : (V/W) x 100%
•
Parameter non spesifik ekstrak
3. Kadar Abu
memanaskan ekstrak pada temperatur tertentu
dimana senyawa organik dan turunannya
menguap, sehingga tinggal unsur mineral dan
anorganik
Tujuan : memberikan gambaran kandungan
mineral internal dan eksternal yang berasal dari
proses awal sampai terbentuknya ekstrak
untuk mengetahui kemurnian ekstrak dan
kontaminasi
Metode penetapan kadar abu total
• Pijarkan krus silikat, kemudian timbang (W0).
Masukkan 1g ekstrak ke dalam krus (W1).
Ekstrak dipanaskan dalam tanur dengan
meningkatkan suhu secara bertahap hingga
600±25°C hingga arang habis, kemudian
timbang hingga bobot tetap (W2).
%kadar abu total : (W2-W0/W1) x 100%
•
•
Metode penetapan kadar abu larut asam
Abu yg diperoleh pd penetapan kadar abu total
dididihkan dalam 25mL asam sulfat encer selama 5
menit, kumpulkan bagian yg tdk larut, saring dg
kertas saring bebas abu dan residunya dibilas dg air
panas.
•
• Abu yg tersaring
dimasukkan dlm
tanur (panaskan
beserta kertas saringnya
krus, kemudian dipanaskan dalam
perlahan hingga 600±25°C), hingga
arang habis, kemudian ditimbang hingga bobot
tetap (W3)
%kadar abu larut asam=((W2-(Cx0,0076)-
W0)/W1))x100%
•
Parameter non spesifik ekstrak
4. Sisa Pelarut
adalah penentuan kandungan sisa pelarut
tertentu yang mungkin terdapat dalam
ekstrak.
Tujuan : memberikan jaminan bahwa selama
proses tidak meninggalkan sisa pelarut
seharusnya tidak boleh ada
Berguna dalam penyiapan ekstrak dan
kelayakan ekstrak untuk formulasi
Batas : < 1% untuk etanol
yg
Metode
Timbang 2 g ekstrak etanol, larutkan dalam
25mL aq kemudian masukkan dlm labu
destilasi. Atur suhu destilat 78,5°C, lakukan
destilasi sehingga tidak ada yg menetes lagi
(±2jam)
Tambahkan aquadest 25mL aq, tetapkan
bobot jenis cairan pada suhu 25°C
Hitung bobot jenis dan cocokkan pd tabel
alkoholmetrik FI IV
•
•
•
Parameter non spesifik ekstrak
5. Cemaran Mikroba dan aflatoksin
adalah penentuan adanya mikroba patogen
secara analisis mikrobiologi
Tujuan : memberikan jaminan bahwa ekstrak
tidak boleh mengandung mikroba patogen
dan tidak mengandung mikroba nonpatogen
melebihi batas yang ditetapkan
Metode cemaran aflatoksin
•
•
•
Metode : KLT dengan pembanding aflatoksin B1
Fase diam : silica gel
Fase gerak : kloroform : aseton : heksan
(83:15:20)
Deteksi pada UV 366nm, adanya bercak yg sama
(biru atau biru kehijauan) positif mengandung
aflatoksin
Analisis dilanjutkan secara kuantitatif dg HPLC
Batas ≤ 20µg/kg ekstrak
•
•
•
Parameter non spesifik ekstrak
6. Cemaran Logam Berat
adalah penentuan kandungan logam berat
dalam suatu ekstrak, sehingga dapat
memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak
mengandung logam berat tertentu (Hg, Pb,
Cd, dll) melebihi batas yang telah ditetapkan
Metode AAS
Sebanyak 1 g ekstrak ditambahkan HNO3
pekat, panaskan dg heating mantel hingga
kental atau kering
Ekstrak kental dan dingin tambahkan aq 10mL
dan as.perkolat 5mL, panaskan kemudian
saring dalam labu ukur 50mL
Sampel diukur dg AAS
Batas residu Pb ≤ 10mg/kg ekstrak, Cd ≤
0,3mg/kg ekstrak, As ≤ 5µg/kg ekstrak
•
•
•
•
Parameter spesifik ekstrak
Identitas
meliputi : deskripsi tata nama, nama ekstrak,
bagian tanaman yg digunakan, dan nama
indonesia tanaman
1.
Parameter spesifik ekstrak
2. Organoleptis
penggunaan panca indera dalam
mendeskripsikan bentuk, warna, bau, dan
guna pengenalan awal yang sederhana
rasa
Parameter spesifik ekstrak
3. Senyawa terlarut dalam pelarut tertentu
melarutkan ekstrak dengan pelarut
(alkohol/air) untuk ditentukan jumlah
yang identik dengan jumlah senyawa
kandungan secara gravimetri
Pelarut lain yg digunakan : heksan,
diklormetan, metanol
Tujuan : memberikan gambaran awal
senyawa kandungan
larutan
jumlah
Metode
Sebanyak 1 g ekstrak dimaserasi dengan 25mL pelarut dengan
menggunakan labu bersumbat selama 24 jam dg digojog terus
menerus selama 6 jam pertama.
Kemudian diamkan selama 18 jam dan disaring dengan cepat untuk
menghindari penguapan.
Filtrat sebanyak 5mL diuapkan dalam cawan dangkal beralas datar
yg telah ditara (W0) dg cara didiamkan smp pelarutnya menguap
dan tersisa residunya, panaskan residu pada suhu 105°C hingga
bobot tetap (W2)
Kadar senyawa larut pelarut ttt : (W2-W0/W1)x100%
Keterangan : W0 : bobot cawan kosong
W1 : bobot ekstrak awal
W2 : bobot cawan + residu yg dioven
•
•
•
•
Parameter spesifik ekstrak
4. Uji kandungan kimia ekstrak
a. Pola kromatogram
bertujuan memberikan gambaran awal
komposisi kandungan kimia berdasarkan pola
kromatogram yang khas (analisis finger print)
Metode yang biasa digunakan : KLT atau HPLC
Parameter spesifik ekstrak
4. Uji kandungan kimia ekstrak
b. Kadar kandungan kimia tertentu
suatu kandungan kimia baik berupa
senyawa identitas (marker), senyawa kimia
utama, maupun kandungan kimia lainnya,
ditetapkan kadar kandungan kimianya secara
instrumental dengan metode kromatografi.
Metode yg digunakan : densitometri, HPLC,
atau GC

More Related Content

Similar to standarisasi kimia bahan alam bahan kimia alam

Penentuan kadar air cara pengeringan
Penentuan kadar air cara pengeringanPenentuan kadar air cara pengeringan
Penentuan kadar air cara pengeringanSepta Septy
 
PERT-1_STANDARISASI_EKSTRAK.pptx
PERT-1_STANDARISASI_EKSTRAK.pptxPERT-1_STANDARISASI_EKSTRAK.pptx
PERT-1_STANDARISASI_EKSTRAK.pptxSyifaZatalini
 
laporan praktikum analisis gravimetri
laporan praktikum analisis gravimetrilaporan praktikum analisis gravimetri
laporan praktikum analisis gravimetriwd_amaliah
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi KafeinITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi KafeinFransiska Puteri
 
Pembuatan Biodiesel
Pembuatan BiodieselPembuatan Biodiesel
Pembuatan BiodieselBunga Sari
 
KIMIA_ANALITIK_1_I_PENGANTAR_KIMIA_ANALI.pptx
KIMIA_ANALITIK_1_I_PENGANTAR_KIMIA_ANALI.pptxKIMIA_ANALITIK_1_I_PENGANTAR_KIMIA_ANALI.pptx
KIMIA_ANALITIK_1_I_PENGANTAR_KIMIA_ANALI.pptxKikiAdriani1
 
FLAVONOID PART II.pptx
FLAVONOID PART II.pptxFLAVONOID PART II.pptx
FLAVONOID PART II.pptxCitraCirebon
 
Komposisi nutrisi dan aktivitas antioksidan dari tomat
Komposisi nutrisi dan aktivitas antioksidan dari tomatKomposisi nutrisi dan aktivitas antioksidan dari tomat
Komposisi nutrisi dan aktivitas antioksidan dari tomatRolina Zahhara Tambunan
 
Laporan lengkap
Laporan lengkapLaporan lengkap
Laporan lengkapmongolcs
 
PPT fitokima ekstraksi metode panas
PPT fitokima ekstraksi metode panas PPT fitokima ekstraksi metode panas
PPT fitokima ekstraksi metode panas Nadiyayoo
 
PRAKTIKUM BIOKIMIA ENZIM DAN GLUKOSA DARAH
PRAKTIKUM BIOKIMIA ENZIM DAN GLUKOSA DARAHPRAKTIKUM BIOKIMIA ENZIM DAN GLUKOSA DARAH
PRAKTIKUM BIOKIMIA ENZIM DAN GLUKOSA DARAHMas Mahardika
 
PRAKTIKUM BIOKIMIA ENZIM DAN GLUKOSA DARAH
PRAKTIKUM BIOKIMIA ENZIM DAN GLUKOSA DARAHPRAKTIKUM BIOKIMIA ENZIM DAN GLUKOSA DARAH
PRAKTIKUM BIOKIMIA ENZIM DAN GLUKOSA DARAHMas Mahardika
 
Anaerobik digester
Anaerobik digesterAnaerobik digester
Anaerobik digesterIffa M.Nisa
 
Contoh Laporan Pembuatan Etil Asetat (mpd)
Contoh Laporan Pembuatan Etil Asetat (mpd)Contoh Laporan Pembuatan Etil Asetat (mpd)
Contoh Laporan Pembuatan Etil Asetat (mpd)fatmawati9625
 
GROUP PROJECT BIOTEKNOLOGI
GROUP PROJECT BIOTEKNOLOGIGROUP PROJECT BIOTEKNOLOGI
GROUP PROJECT BIOTEKNOLOGIRiaAnggun
 
Analisis parameter mutu
Analisis parameter mutuAnalisis parameter mutu
Analisis parameter mutuHenggar Dianto
 
Bab vi aktivitas antioksidan antosianin...
Bab vi aktivitas antioksidan antosianin...Bab vi aktivitas antioksidan antosianin...
Bab vi aktivitas antioksidan antosianin...Fendi Pradana
 
Cara membuat sabun cair cuci tangan
Cara membuat sabun cair cuci tanganCara membuat sabun cair cuci tangan
Cara membuat sabun cair cuci tanganelvaswirda
 

Similar to standarisasi kimia bahan alam bahan kimia alam (20)

Penentuan kadar air cara pengeringan
Penentuan kadar air cara pengeringanPenentuan kadar air cara pengeringan
Penentuan kadar air cara pengeringan
 
PERT-1_STANDARISASI_EKSTRAK.pptx
PERT-1_STANDARISASI_EKSTRAK.pptxPERT-1_STANDARISASI_EKSTRAK.pptx
PERT-1_STANDARISASI_EKSTRAK.pptx
 
laporan praktikum analisis gravimetri
laporan praktikum analisis gravimetrilaporan praktikum analisis gravimetri
laporan praktikum analisis gravimetri
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi KafeinITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
 
Biodiesel
BiodieselBiodiesel
Biodiesel
 
Pembuatan Biodiesel
Pembuatan BiodieselPembuatan Biodiesel
Pembuatan Biodiesel
 
KIMIA_ANALITIK_1_I_PENGANTAR_KIMIA_ANALI.pptx
KIMIA_ANALITIK_1_I_PENGANTAR_KIMIA_ANALI.pptxKIMIA_ANALITIK_1_I_PENGANTAR_KIMIA_ANALI.pptx
KIMIA_ANALITIK_1_I_PENGANTAR_KIMIA_ANALI.pptx
 
FLAVONOID PART II.pptx
FLAVONOID PART II.pptxFLAVONOID PART II.pptx
FLAVONOID PART II.pptx
 
Komposisi nutrisi dan aktivitas antioksidan dari tomat
Komposisi nutrisi dan aktivitas antioksidan dari tomatKomposisi nutrisi dan aktivitas antioksidan dari tomat
Komposisi nutrisi dan aktivitas antioksidan dari tomat
 
Laporan lengkap
Laporan lengkapLaporan lengkap
Laporan lengkap
 
PPT fitokima ekstraksi metode panas
PPT fitokima ekstraksi metode panas PPT fitokima ekstraksi metode panas
PPT fitokima ekstraksi metode panas
 
I
II
I
 
PRAKTIKUM BIOKIMIA ENZIM DAN GLUKOSA DARAH
PRAKTIKUM BIOKIMIA ENZIM DAN GLUKOSA DARAHPRAKTIKUM BIOKIMIA ENZIM DAN GLUKOSA DARAH
PRAKTIKUM BIOKIMIA ENZIM DAN GLUKOSA DARAH
 
PRAKTIKUM BIOKIMIA ENZIM DAN GLUKOSA DARAH
PRAKTIKUM BIOKIMIA ENZIM DAN GLUKOSA DARAHPRAKTIKUM BIOKIMIA ENZIM DAN GLUKOSA DARAH
PRAKTIKUM BIOKIMIA ENZIM DAN GLUKOSA DARAH
 
Anaerobik digester
Anaerobik digesterAnaerobik digester
Anaerobik digester
 
Contoh Laporan Pembuatan Etil Asetat (mpd)
Contoh Laporan Pembuatan Etil Asetat (mpd)Contoh Laporan Pembuatan Etil Asetat (mpd)
Contoh Laporan Pembuatan Etil Asetat (mpd)
 
GROUP PROJECT BIOTEKNOLOGI
GROUP PROJECT BIOTEKNOLOGIGROUP PROJECT BIOTEKNOLOGI
GROUP PROJECT BIOTEKNOLOGI
 
Analisis parameter mutu
Analisis parameter mutuAnalisis parameter mutu
Analisis parameter mutu
 
Bab vi aktivitas antioksidan antosianin...
Bab vi aktivitas antioksidan antosianin...Bab vi aktivitas antioksidan antosianin...
Bab vi aktivitas antioksidan antosianin...
 
Cara membuat sabun cair cuci tangan
Cara membuat sabun cair cuci tanganCara membuat sabun cair cuci tangan
Cara membuat sabun cair cuci tangan
 

standarisasi kimia bahan alam bahan kimia alam

  • 2. Standardisasi Rangkaian proses yang melibatkan berbagai metode analisis kimiawi berdasarkan data famakologis, melibatkan analisis fisik dan mikrobiologi berdasarkan kriteria umum keamanan (toksikologi) terhadap suatu ekstrak alam •
  • 3. • Standardisasi secara normatif ditujukan untuk memberikan efikasi yang terukur secara farmakologis dan menjamin keamanan konsumen
  • 4. Parameter Parameter non spesifik : berfokus pada aspek kimia, mikrobiologi, dan fisis yang akan mempengaruhi keamanan konsumen dan stabilitas, meliputi : kadar air, cemaran logam berat, aflatoksin, dll Parameter spesifik : berfokus pada senyawa atau golongan senyawa yang bertanggungjawab terhadap aktivitas farmakologis. Analisis kimia yang dilibatkan ditujukan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif terhadap senyawa aktif • •
  • 5. Parameter non spesifik ekstrak Bobot jenis adalah massa per satuan volume yang diukur pada suhu kamar tertentu (25°C) menggunakan alat khusus piknometer atau lainnya Bobot jenis terkait dengan kemurnian dari ekstrak dan kontaminasi 1.
  • 6. Metode Piknometer bersih dan kering ditimbang (W0). Kemudian kalibrasi dg menetapkan bobot piknometer dan bobot air yg baru dididihkan pada suhu 25°C kemudian ditimbang (W1). Ekstrak cair diatur suhunya 20°C lalu masukkan dalam piknometer kosong, buang kelebihan ekstrak, atur suhu piknometer yg berisi ekstrak pada 25°C kemudian timbang (W2) Bobot jenis = d = (W2-W0)/(W1-W0) • ke •
  • 7.
  • 8. Parameter non spesifik ekstrak 2. Kadar Air adalah pengukuran kandungan air yang berada dalam bahan Tujuan : memberikan batasan minimal atau rentang tentang besarnya kandungan air dalam bahan
  • 10. Metode : destilasi toluen Jenuhkan toluen dengan air, kocok, diamkan dan buang lapisan airnya Sebanyak 10 g ekstrak masukkan ke dalam labu alas bulat dan tambahkan toluen yg telah jenuh air Labu dipanaskan selama 100 menit, setelah toluen mendidih, penyulingan diatur 2 tetes/detik, lalu 4 tetes/detik. Setelah semua toluen mendidih, dilanjutkan pemanasan selama 5 menit. Kemudian, dinginkan tabung sampai temperatur kamar . • • • • Setelah air dan toluen memisah sempurna, volume air dibaca dan dihitung kadar air dalam persen thd berat ekstrak awal. Replikasi 3 kali %kadar air : (V/W) x 100% •
  • 11.
  • 12. Parameter non spesifik ekstrak 3. Kadar Abu memanaskan ekstrak pada temperatur tertentu dimana senyawa organik dan turunannya menguap, sehingga tinggal unsur mineral dan anorganik Tujuan : memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak untuk mengetahui kemurnian ekstrak dan kontaminasi
  • 13. Metode penetapan kadar abu total • Pijarkan krus silikat, kemudian timbang (W0). Masukkan 1g ekstrak ke dalam krus (W1). Ekstrak dipanaskan dalam tanur dengan meningkatkan suhu secara bertahap hingga 600±25°C hingga arang habis, kemudian timbang hingga bobot tetap (W2). %kadar abu total : (W2-W0/W1) x 100% • •
  • 14. Metode penetapan kadar abu larut asam Abu yg diperoleh pd penetapan kadar abu total dididihkan dalam 25mL asam sulfat encer selama 5 menit, kumpulkan bagian yg tdk larut, saring dg kertas saring bebas abu dan residunya dibilas dg air panas. • • Abu yg tersaring dimasukkan dlm tanur (panaskan beserta kertas saringnya krus, kemudian dipanaskan dalam perlahan hingga 600±25°C), hingga arang habis, kemudian ditimbang hingga bobot tetap (W3) %kadar abu larut asam=((W2-(Cx0,0076)- W0)/W1))x100% •
  • 15.
  • 16. Parameter non spesifik ekstrak 4. Sisa Pelarut adalah penentuan kandungan sisa pelarut tertentu yang mungkin terdapat dalam ekstrak. Tujuan : memberikan jaminan bahwa selama proses tidak meninggalkan sisa pelarut seharusnya tidak boleh ada Berguna dalam penyiapan ekstrak dan kelayakan ekstrak untuk formulasi Batas : < 1% untuk etanol yg
  • 17. Metode Timbang 2 g ekstrak etanol, larutkan dalam 25mL aq kemudian masukkan dlm labu destilasi. Atur suhu destilat 78,5°C, lakukan destilasi sehingga tidak ada yg menetes lagi (±2jam) Tambahkan aquadest 25mL aq, tetapkan bobot jenis cairan pada suhu 25°C Hitung bobot jenis dan cocokkan pd tabel alkoholmetrik FI IV • • •
  • 18. Parameter non spesifik ekstrak 5. Cemaran Mikroba dan aflatoksin adalah penentuan adanya mikroba patogen secara analisis mikrobiologi Tujuan : memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak boleh mengandung mikroba patogen dan tidak mengandung mikroba nonpatogen melebihi batas yang ditetapkan
  • 19. Metode cemaran aflatoksin • • • Metode : KLT dengan pembanding aflatoksin B1 Fase diam : silica gel Fase gerak : kloroform : aseton : heksan (83:15:20) Deteksi pada UV 366nm, adanya bercak yg sama (biru atau biru kehijauan) positif mengandung aflatoksin Analisis dilanjutkan secara kuantitatif dg HPLC Batas ≤ 20µg/kg ekstrak • • •
  • 20. Parameter non spesifik ekstrak 6. Cemaran Logam Berat adalah penentuan kandungan logam berat dalam suatu ekstrak, sehingga dapat memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak mengandung logam berat tertentu (Hg, Pb, Cd, dll) melebihi batas yang telah ditetapkan
  • 21. Metode AAS Sebanyak 1 g ekstrak ditambahkan HNO3 pekat, panaskan dg heating mantel hingga kental atau kering Ekstrak kental dan dingin tambahkan aq 10mL dan as.perkolat 5mL, panaskan kemudian saring dalam labu ukur 50mL Sampel diukur dg AAS Batas residu Pb ≤ 10mg/kg ekstrak, Cd ≤ 0,3mg/kg ekstrak, As ≤ 5µg/kg ekstrak • • • •
  • 22.
  • 23. Parameter spesifik ekstrak Identitas meliputi : deskripsi tata nama, nama ekstrak, bagian tanaman yg digunakan, dan nama indonesia tanaman 1.
  • 24. Parameter spesifik ekstrak 2. Organoleptis penggunaan panca indera dalam mendeskripsikan bentuk, warna, bau, dan guna pengenalan awal yang sederhana rasa
  • 25. Parameter spesifik ekstrak 3. Senyawa terlarut dalam pelarut tertentu melarutkan ekstrak dengan pelarut (alkohol/air) untuk ditentukan jumlah yang identik dengan jumlah senyawa kandungan secara gravimetri Pelarut lain yg digunakan : heksan, diklormetan, metanol Tujuan : memberikan gambaran awal senyawa kandungan larutan jumlah
  • 26. Metode Sebanyak 1 g ekstrak dimaserasi dengan 25mL pelarut dengan menggunakan labu bersumbat selama 24 jam dg digojog terus menerus selama 6 jam pertama. Kemudian diamkan selama 18 jam dan disaring dengan cepat untuk menghindari penguapan. Filtrat sebanyak 5mL diuapkan dalam cawan dangkal beralas datar yg telah ditara (W0) dg cara didiamkan smp pelarutnya menguap dan tersisa residunya, panaskan residu pada suhu 105°C hingga bobot tetap (W2) Kadar senyawa larut pelarut ttt : (W2-W0/W1)x100% Keterangan : W0 : bobot cawan kosong W1 : bobot ekstrak awal W2 : bobot cawan + residu yg dioven • • • •
  • 27. Parameter spesifik ekstrak 4. Uji kandungan kimia ekstrak a. Pola kromatogram bertujuan memberikan gambaran awal komposisi kandungan kimia berdasarkan pola kromatogram yang khas (analisis finger print) Metode yang biasa digunakan : KLT atau HPLC
  • 28. Parameter spesifik ekstrak 4. Uji kandungan kimia ekstrak b. Kadar kandungan kimia tertentu suatu kandungan kimia baik berupa senyawa identitas (marker), senyawa kimia utama, maupun kandungan kimia lainnya, ditetapkan kadar kandungan kimianya secara instrumental dengan metode kromatografi. Metode yg digunakan : densitometri, HPLC, atau GC