2. Standardisasi
Rangkaian proses yang melibatkan berbagai
metode analisis kimiawi berdasarkan data
famakologis, melibatkan analisis fisik dan
mikrobiologi berdasarkan kriteria umum
keamanan (toksikologi) terhadap suatu ekstrak
alam
•
3. • Standardisasi secara normatif ditujukan untuk
memberikan efikasi yang terukur secara
farmakologis dan menjamin keamanan
konsumen
4. Parameter
Parameter non spesifik : berfokus pada aspek
kimia, mikrobiologi, dan fisis yang akan
mempengaruhi keamanan konsumen dan
stabilitas, meliputi : kadar air, cemaran logam
berat, aflatoksin, dll
Parameter spesifik : berfokus pada senyawa atau
golongan senyawa yang bertanggungjawab
terhadap aktivitas farmakologis. Analisis kimia
yang dilibatkan ditujukan untuk analisis kualitatif
dan kuantitatif terhadap senyawa aktif
•
•
5. Parameter non spesifik ekstrak
Bobot jenis
adalah massa per satuan volume yang diukur
pada suhu kamar tertentu (25°C)
menggunakan alat khusus piknometer atau
lainnya
Bobot jenis terkait dengan kemurnian dari
ekstrak dan kontaminasi
1.
6. Metode
Piknometer bersih dan kering ditimbang (W0).
Kemudian kalibrasi dg menetapkan bobot
piknometer dan bobot air yg baru dididihkan
pada suhu 25°C kemudian ditimbang (W1).
Ekstrak cair diatur suhunya 20°C lalu masukkan
dalam piknometer kosong, buang kelebihan
ekstrak, atur suhu piknometer yg berisi ekstrak
pada 25°C kemudian timbang (W2)
Bobot jenis = d = (W2-W0)/(W1-W0)
•
ke
•
7.
8. Parameter non spesifik ekstrak
2. Kadar Air
adalah pengukuran kandungan air yang
berada dalam bahan
Tujuan : memberikan batasan minimal atau
rentang tentang besarnya kandungan air
dalam bahan
10. Metode : destilasi toluen
Jenuhkan toluen dengan air, kocok, diamkan dan buang
lapisan airnya
Sebanyak 10 g ekstrak masukkan ke dalam labu alas
bulat dan tambahkan toluen yg telah jenuh air
Labu dipanaskan selama 100 menit, setelah toluen
mendidih, penyulingan diatur 2 tetes/detik, lalu 4
tetes/detik. Setelah semua toluen mendidih,
dilanjutkan pemanasan selama 5 menit. Kemudian,
dinginkan tabung sampai temperatur kamar
.
•
•
•
• Setelah air dan toluen memisah sempurna, volume air
dibaca dan dihitung kadar air dalam persen thd berat
ekstrak awal. Replikasi 3 kali
%kadar air : (V/W) x 100%
•
11.
12. Parameter non spesifik ekstrak
3. Kadar Abu
memanaskan ekstrak pada temperatur tertentu
dimana senyawa organik dan turunannya
menguap, sehingga tinggal unsur mineral dan
anorganik
Tujuan : memberikan gambaran kandungan
mineral internal dan eksternal yang berasal dari
proses awal sampai terbentuknya ekstrak
untuk mengetahui kemurnian ekstrak dan
kontaminasi
13. Metode penetapan kadar abu total
• Pijarkan krus silikat, kemudian timbang (W0).
Masukkan 1g ekstrak ke dalam krus (W1).
Ekstrak dipanaskan dalam tanur dengan
meningkatkan suhu secara bertahap hingga
600±25°C hingga arang habis, kemudian
timbang hingga bobot tetap (W2).
%kadar abu total : (W2-W0/W1) x 100%
•
•
14. Metode penetapan kadar abu larut asam
Abu yg diperoleh pd penetapan kadar abu total
dididihkan dalam 25mL asam sulfat encer selama 5
menit, kumpulkan bagian yg tdk larut, saring dg
kertas saring bebas abu dan residunya dibilas dg air
panas.
•
• Abu yg tersaring
dimasukkan dlm
tanur (panaskan
beserta kertas saringnya
krus, kemudian dipanaskan dalam
perlahan hingga 600±25°C), hingga
arang habis, kemudian ditimbang hingga bobot
tetap (W3)
%kadar abu larut asam=((W2-(Cx0,0076)-
W0)/W1))x100%
•
15.
16. Parameter non spesifik ekstrak
4. Sisa Pelarut
adalah penentuan kandungan sisa pelarut
tertentu yang mungkin terdapat dalam
ekstrak.
Tujuan : memberikan jaminan bahwa selama
proses tidak meninggalkan sisa pelarut
seharusnya tidak boleh ada
Berguna dalam penyiapan ekstrak dan
kelayakan ekstrak untuk formulasi
Batas : < 1% untuk etanol
yg
17. Metode
Timbang 2 g ekstrak etanol, larutkan dalam
25mL aq kemudian masukkan dlm labu
destilasi. Atur suhu destilat 78,5°C, lakukan
destilasi sehingga tidak ada yg menetes lagi
(±2jam)
Tambahkan aquadest 25mL aq, tetapkan
bobot jenis cairan pada suhu 25°C
Hitung bobot jenis dan cocokkan pd tabel
alkoholmetrik FI IV
•
•
•
18. Parameter non spesifik ekstrak
5. Cemaran Mikroba dan aflatoksin
adalah penentuan adanya mikroba patogen
secara analisis mikrobiologi
Tujuan : memberikan jaminan bahwa ekstrak
tidak boleh mengandung mikroba patogen
dan tidak mengandung mikroba nonpatogen
melebihi batas yang ditetapkan
19. Metode cemaran aflatoksin
•
•
•
Metode : KLT dengan pembanding aflatoksin B1
Fase diam : silica gel
Fase gerak : kloroform : aseton : heksan
(83:15:20)
Deteksi pada UV 366nm, adanya bercak yg sama
(biru atau biru kehijauan) positif mengandung
aflatoksin
Analisis dilanjutkan secara kuantitatif dg HPLC
Batas ≤ 20µg/kg ekstrak
•
•
•
20. Parameter non spesifik ekstrak
6. Cemaran Logam Berat
adalah penentuan kandungan logam berat
dalam suatu ekstrak, sehingga dapat
memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak
mengandung logam berat tertentu (Hg, Pb,
Cd, dll) melebihi batas yang telah ditetapkan
21. Metode AAS
Sebanyak 1 g ekstrak ditambahkan HNO3
pekat, panaskan dg heating mantel hingga
kental atau kering
Ekstrak kental dan dingin tambahkan aq 10mL
dan as.perkolat 5mL, panaskan kemudian
saring dalam labu ukur 50mL
Sampel diukur dg AAS
Batas residu Pb ≤ 10mg/kg ekstrak, Cd ≤
0,3mg/kg ekstrak, As ≤ 5µg/kg ekstrak
•
•
•
•
24. Parameter spesifik ekstrak
2. Organoleptis
penggunaan panca indera dalam
mendeskripsikan bentuk, warna, bau, dan
guna pengenalan awal yang sederhana
rasa
25. Parameter spesifik ekstrak
3. Senyawa terlarut dalam pelarut tertentu
melarutkan ekstrak dengan pelarut
(alkohol/air) untuk ditentukan jumlah
yang identik dengan jumlah senyawa
kandungan secara gravimetri
Pelarut lain yg digunakan : heksan,
diklormetan, metanol
Tujuan : memberikan gambaran awal
senyawa kandungan
larutan
jumlah
26. Metode
Sebanyak 1 g ekstrak dimaserasi dengan 25mL pelarut dengan
menggunakan labu bersumbat selama 24 jam dg digojog terus
menerus selama 6 jam pertama.
Kemudian diamkan selama 18 jam dan disaring dengan cepat untuk
menghindari penguapan.
Filtrat sebanyak 5mL diuapkan dalam cawan dangkal beralas datar
yg telah ditara (W0) dg cara didiamkan smp pelarutnya menguap
dan tersisa residunya, panaskan residu pada suhu 105°C hingga
bobot tetap (W2)
Kadar senyawa larut pelarut ttt : (W2-W0/W1)x100%
Keterangan : W0 : bobot cawan kosong
W1 : bobot ekstrak awal
W2 : bobot cawan + residu yg dioven
•
•
•
•
27. Parameter spesifik ekstrak
4. Uji kandungan kimia ekstrak
a. Pola kromatogram
bertujuan memberikan gambaran awal
komposisi kandungan kimia berdasarkan pola
kromatogram yang khas (analisis finger print)
Metode yang biasa digunakan : KLT atau HPLC
28. Parameter spesifik ekstrak
4. Uji kandungan kimia ekstrak
b. Kadar kandungan kimia tertentu
suatu kandungan kimia baik berupa
senyawa identitas (marker), senyawa kimia
utama, maupun kandungan kimia lainnya,
ditetapkan kadar kandungan kimianya secara
instrumental dengan metode kromatografi.
Metode yg digunakan : densitometri, HPLC,
atau GC