Dokumen tersebut merangkum sejarah pemikiran ekonomi Islam dari masa awal hingga kontemporer. Pemikiran ekonomi Islam mulai berkembang sejak masa nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya, kemudian berkembang lebih lanjut pada masa Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah. Pemikiran ekonomi Islam memasuki empat fase perkembangan yaitu fase pendistribusian, pengembangan aspek moneter, praktik perbankan sy
7. Ali bin Abi Thalib (35-40 H/656-661 M)
memimpin selama 6 tahun.
Adapun kebijakan Ali adalah :
• Pendistribusian seluruh pendapatan yang ada
di Baitul Maal.
• Adanya kebijakan pengetatan anggaran.
• Pembayaran gaji pegawai dengan sistem
mingguan.
• Hal yang paling monumental yaitu pencetakan
mata uang sendiri atas nama pemerintahan
Islam dimana sebelumnya kekhalifahan Islam
yang menggunakan uang dinar dan dirham.
• Menetapkan pajak terhadap para pemilik kebun
dan mengijinkan pemungutan zakat terhadap
sayuran segar.
• Melakukan kontrol pasar dan pemberantasan
8. periode pertama
(450 H / 1058 M)
periode kedua
((450 – 850 H /
1058 – 1446
M)
Periode
Ketiga (850 –
1350 H / 1446
– 1932 M)
Periode
Kontemporer
(1930 –
sekarang)
9. A. Periode Pertama/Fondasi
(Masa awal Islam – 450 H / 1058 M)
Pada periode ini banyak sarjana muslim yang pernah hidup
bersama para sahabat Rosulullah dan para tabi’in sehingga dapat
memperoleh referensi ajaran Islam yang akurat. Seperti :
Zayd bin Ali (120 H / 798 M),
Abu Yusuf (182/798),
Muhammad Bin Hasan al Shaybani (189/804),
Abu Ubayd (224/838)
Al Kindi (260/873),
Junayd Baghdadi (297/910),
Ibnu Miskwayh (421/1030),
10. B. Periode Kedua
(450 – 850 H / 1058 – 1446 M)
Pemikiran ekonomi pada masa ini banyak dilatarbelakangi oleh
menjamurnya korupsi dan dekadensi moral, serta melebarnya
kesenjangan antara golongan miskin dan kaya, meskipun secara
umum kondisi perekonomian masyarakat Islam berada dalam taraf
kemakmuran. Terdapat pemikir-pemikir besar yang karyanya banyak
dijadikan rujukan hingga kini, misalnya
Al Ghazali (451-505 H / 1055-1111 M),
Nasiruddin Tutsi (485 H /1093 M),
Ibnu Taimyah (661-728 H / 1263-1328 M),
Ibnu Khaldun (732-808 H/ 1332-1404 M),
Al Maghrizi (767-846 H / 1364-1442 M),
11. C. Periode Ketiga
(850 – 1350 H / 1446 – 1932 M)
Dalam periode ketiga ini kejayaan pemikiran, dan juga dalam
bidang lainnya, dari umat Islam sebenarnya telah mengalami
penurunan. Namun demikian, terdapat beberapa pemikiran ekonomi
yang berbobot selama dua ratus tahun terakhir, Seperti
Shah Waliullah (1114-1176 M / 1703-1762 M),
Muhammad bin Abdul Wahab (1206 H / 1787 M),
Jamaluddin al Afghani (1294 M / 1897 M),
Muhammad Abduh (1320 H / 1905 M),
Ibnu Nujaym (1562 M),
12. D. Periode Kontemporer (1930 –
sekarang)
• Era tahun 1930-an merupakan masa kebangkitan kembali
intelektualitas di dunia Islam. Kemerdekaan negara-negara
muslim dari kolonialisme Barat turut mendorong semangat para
sarjana muslim dalam mengembangkan pemikirannya
• Zarqa (1992) mengklasifikasikan kontributor pemikiran ekonomi
berasal dari:
(1) ahli syariah Islam,
(2) ahli ekonomi konvensional, dan
(3) ahli syariah Islam sekaligus ekonomi konvensional.
13. Fase Pertama
Pada pertengahan 1930-an banyak muncul analisis –
analisis masalah ekonomi sosial dari sudut syariah Islam sebagai
wujud kepedulian teradap dunia Islam yang secara umum dikuasai
oleh negara-negara Barat. Meskipun kebanyakan analisis ini
berasal dari para ulama yang tidak memiliki pendidikan
formal bidang ekonomi, namun langkah mereka telah membuka
kesadaran baru tentang perlunya perhatian yang serius terhadap
masalah sosial ekonomi. Meskipun pemikiran-pemikiran ini masih
banyak membahas hal-hal elementer dan dalam lingkup yang
terbatas, namun telah menandai sebuah kebangkitan pemikiran
14. Fase Kedua
Pada sekitar tahun 1970-an banyak ekonom muslim yang berjuang
keras mengembangkan aspek tertentu dari ilmu ekonomi Islam ,
terutama dari sisi moneter.Mereka banyak mengetengahkan
pembahasan tentang bunga dan riba dan mulai menawarkan
alternatif pengganti bunga.Berbagai pertemuan internasional untuk
pembahasan ekonomi Islam diselenggarakan untuk mempercepat
akselerasi pengembangan dan memperdalam cakupan bahasan
ekonomi Islam. Konferensi internasional pertama diadakan di
Mekkah, Saudi Arabia pada tahun 1976, Pertemuan yang
terakhir ini secara rutin tetap berlangsung (2001) dengan tuan
15. Fase Ketiga
Perkembangan pemikiran ekonomi Islam selama satu setengah
dekade terakhir menandai fase ketiga di mana banyak berisi upaya-
upaya praktikal-operasional bagi realisasi perbankan tanpa bunga,
baik di sektor publik maupun swasta. Bank-bank tanpa bunga
banyak didirikan, baik di negara-negara muslim maupun di negara-
negara non muslim, misalnya di Eropa dan Amerika. Dengan
berbagai kelemahan dan kekurangan atas konsep bank tanpa
bunga yang digagas oleh para ekonom muslim –dan karenannya
terus disempurnakan- langkah ini menunjukkan kekuatan riil dan
keniscayaan dari sebuah teori keuangan tanpa bunga.
16. Fase Keempat
Pada saat ini perkembangan ekonomi Islam sedang menuju kepada
sebuah pembahasan yang lebih integral dan komperehensif
terhadap teori dan praktek ekonomi Islam. Adanya berbagai
keguncangan dalam sistem ekonomi konvensional, yaitu kapitalisme
dan sosialisme, menjadi sebuah tantangan sekaligus peluang bagi
implementasi ekonomi Islam. Dari sisi teori dan konsep yang
terpenting adalah membangun sebuah kerangka ilmu ekonomi yang
menyeluruh dan menyatu, baik dari aspek mikro maupun makro
ekonomi. Berbagai metode ilmiah yang baku banyak diaplikasikan di
sini.
18. B. PEMIKIRAN EKONOMI TOKOH KLASIK
Mahzab klasik lahir pada abad ke-18 di Inggris dan
pertengahan abad ke-19.Pandangan mahzab ini
berpengaruh pada Amerika dan Eropa ham[ir seabad
lamanya.Dalam lingkup ekonomi klasik,salah satu landasan
ekonomi adalahkepentingan pribadi dengan kemerdekaan
alamiah.
Adapun beberapa tokoh pemikir ekonomi klasik,yaitu :
1. Adam Smith (1723-1790)
2. Iean Baptist (1767-1832)
3. David Ricardo (1772-1823)
19. C. PEMIKIRAN EKONOMI MAHZAB SOSIALIS
Sosialisme muncul sebagai paham ekonomi kemasyarakatan pada
akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 M di Eropa
Adapun tokoh besar seperti:
Robert owen,
Charles Fourier,
Karl Marx,
Engels,
Lenin,
Sosialisme merupakan doktrin yang menyokong pemilihan dan
pengawasan publikterhadap alat-alat produksi utama, adapun
tujuannya untuk mencapai distribusi barang yang lebih efisien dan