SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
Transfusi Partai Politik dan Pemilu Indonesia:
Merampingkan Parpol, dan Menggemukan Presidensial
(Syarief Aryfaid)
1. Pengantar
Pemilihan Umum, secara konseptual merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang
dilaksanakan secara langsung dengan asas; umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil yang
berlandaskanpadakonstitusidandi regulasi sehinggamemiliki role of law dan role of the game.
Sebagai proses yang demokratik, maka pemilu juga difungsikan sebagai jalan alternatif
mengatursirkulasi kekuasaandankempimpinan. Dari proses tersebut partai politik merupakan
salah satu instrument politik strategis dalam rangka mengartikulasi dan mengagregasi
kepentingan masyarakat (konsep ideal).
Partai politik selalu menjadi prasyarat penting dalam pemilu, karena ia diberi mandat untuk
menjadi wadah interaksi antara rakyat dengan rakyat, rakyat dengan negara, baik yang bersifat
idelogismaupunpragmatissebagai proseschekandbalancess.Namundemikian,secaraexisting
partai politikdi Indonesia, seringkali menegasikan suara dan kepentingan masyarakat, sifatnya
yang “politis”cenderungmenempatkanmasyarakatsebagai komodite politik, ketimbang tujuan
politik. Dengan katalain, bahwa partai politik di Indonesia mayoritas tatakelolanya bersifat
oligarki dan parokialisme. Hal ini tercermin dari struktur kekuasaan dan kekuatan dalam
manajemen organisasinya.
Konsekwensi logisnyaadalah,partai politikmengedepankankepentingankelompok oligarki dan
parokial-nya, (meskipun dikamuflase), daripada mengedepankan tujuan utama dalam
mewujudkantatananpolitik kebangsaan yang diorientasikan sebagai instrument mewujudkan
wellfare state. Alhasil,gambarpartai politikdi Indonesiaadalahstrukturpiramidkekuasaanyang
bersifat dinasti yang watak pengelolaanya berdasarkan insting individualis dan kelompok
keluarga.
Pratekpolitik-partai politikyang“sebagai pemburu rente” sudah menjadi rahasia umum, kasus
korupsi yangdilakukanolehaktor-aktorpartai politik(Bupati/Walikota,Gubernur,Pimpinandan
Anggota DPR/DPRD, sampai calon kepala Daerah menjadi pesakitan dalam rumah tahanan),
tidak saja mengejawantahkan jorok dan bobroknya mental dan moralitas politik, tetapi secara
bersamaan juga menjawab keraguan publik soal degredasi ideologi partai politik, dan parpol
dianggap sebagai wadah mencari kekuasaan dan uang.
Penyebab terjadinya hal tersebut di atas, tentu sangat banyak, diantaranya, mulai dari yang
bersifat rendahnya moralitas kebangsaan, sampai faktor yang disebabkan oleh design sistem
pemilu dan partai politik yang tidak kompatibel dengan tatanan sosial-ekonomi masyarakat
Indonesia.
Problematika Sistem Politik
Perdebatan soal sistem pemilu mana yang paling baik antara sistem proporsional atau sistem
distrik, telah banyak dilakukan oleh banyak kalangan. Bahkan pada masa Orde Baru Berkuasa,
SistemProporsional yang sudah tujuh kali digunakan, yang mengokohkan Soeharto dan Golkar
sebagai pemilik tahta kekuasaan. Baik secara teoritik maupun secara empirik, kedua sistem
tersebutmemiliki kelebihan dan kelemahan. Maka untuk menemukan solusi alternatif sistem
mana yangdianggapkompatible adalahdengan mengevaluasi proses penyelenggaraan pemilu
dari waktu ke waktu, khususnya pada variabel kualitas hasil pemilu tersebut.
Seperti halnyayangterjadi saatini,wacanauntukmerubahsistempemilukembalimencuat, ada
yang mengusulkan agar menggunakan sistem proporsional tertutup, proporsional terbuka,
sistem distrik, dan ada juga yang tetap mempertahankan sistem pemilu yang sedang berlaku
saat ini.
Pertama, secara konseptual, Sistem Distrik, bertujuan untuk mewujudkan wakil legislatif
memiliki moralitas politik dan tanggung jawab yang baik pada konstituennya, dan bukan
bertindak sebagai wakil partai. Namun yang faktual, mereka yang dilahirkan dari rahim sistem
distrik, seringkali mengangkangi konstituenya.
Kedua, Sistem Proporsional, juga mendapatkan kritikan dari para penganut sistem distrik,
dimanasistemini,memberikan otoritas penuh kepada partai politik untuk mengatur siapa saja
yang layak menempati kursi kekuasaan di parlemen. Sehingga dikhawatirkan mengabaikan
kepentingan dan aspirasi konstituen.
Ketiga, Pilihan menggabungkan dua sistem (distrik dan proporsional) sebagai jalan tengah,
merupakanbentukkompromi politikyang bersifat win-win solution, tetapi juga belum mampu
menyelesaikan persoalan kualitas pemilu, yang diukur dari integritas para pemimpin (wakil
rakayat) yang dihasil dari proses politik tersebut.
Keempat. Penerapan sistem multy partai masih terjebak pada argumentasi eforia demokrasi,
sehingganiatmendirikan banyak partai merupakan ekspresi hak-hak warga negara, dan bukan
pada cita-citayangbersifatideologi kebangsaan. Dengankatalainsemangatmendirikanpartai di
dasari semangat “pemburu rente”.
Malfungsing Partai Politik
Demokrasi memang mensyaratkan tumbuh kembangnya partai politik, degan harapan partai
politikmemberikansumbanganyangbesarbagi kehidupan politik nasional, terutama berkaitan
dengan jaminan kebebasan berseri keberlangsungan proses demokratisasi. Dan tidak dapat
dipungkiri pula bahwa reformasi telah mclahirkan ratusan partai baru di Indonesia. Banyaknya
jumlah partai merupakan asset politik yang tak temilai bagi suatu bangsa. Dengan banyaknya
jumlah partai politik berarti akan banyak aspirasi politik dari masyarakat yang dapat diserap.
Banyaknya jumlah partai politik juga akan menjamin berlangsungnya proses sosialisasi dan
pendidikan politik. Dan yang tak kalah pentingnya, kondisi ini juga akan memungkinkan
terciptanya sebuah perpolitikan nasional yang demokratis
Narnun sebaliknya, banyaknya jumlah partai politik juga dapat memunculkan konflik dan
perpecahan dikalangan masyarakat, seperti yang terjadi pada masa demokrasi parlementer.
Kondisi ini tentunya akan berakibat buruk pada proses demokratisasi. Untuk mencegah
munculnya dampak negatif dari banyaknya jumlah partai disuatu negara, yang perlu dilakukan
adalahmemaksimalkanfungsi yangdimiliki olehpartai politik.Maksimalisasi fungsi partai politik
merupakansyaratdasar dalammengeliminirside effectdari banyaknyajumlah partai. Berkaitan
dengan itu, berdasarkan berbagai literatur ilmu politik, ada beberapa fungsi [yang harus
dimaksimalisasi] dari sebuah partai politik, yaitu;
pertama,partai politikberfungsi sebagai sarana komunikasi politik. Dalam hal ini, partai politik
merumuskanusulan-usulankebijakan yang bertumpu pada aspirasi dari masyarakat. Kemudian
rumusan tersebut diartikulasikan kepada pemerintah agar dapat dijadikan sebagai sebuah
kebijakan. Proses ini menunjukan bahwa komunikasi antar pemerintah dengan masyarakat
dapar dijembatani oleh partai politik. Dan bagi partai politik mengartikulasikaii aspirasi rakyat
merupakan suatu kewajiban yang tidak dapat dielakkan, terutama bila partai politik tersebut
ingin tetap eksis dalam kancah politik nasional.
Kedua,partai politikberfungsi sebagai saranasosialisasi danpendidikanpolitik.Dalamkaitanmi,
partai politik berkewajiban untuk mensosialisasikan wacana politiknya kepada masyarakat.
Wacana politik dari sebuah partai politik dapat dilihat melalui visi, misi. platform dan program
partai tersebut.Dengansosialisasi wacanapolitikini diharapkanmasyarakat akan menjadi sema
kin dewasa dan terdidik dalam politik. Sosialisasi dan pendidikan politik ini memposisikan
masyarakat sebagai subyek, tidak lagi sebagai obyek.
Ketiga, partai politik, berfungsi sebagai sarana rekruitmen politik, dimana partai politik
berkewajiban untuk melakukan seleksi dan rekruitmen dalam rangka mengisi posisi
dan jabatanpolitiktertentu.Denganadanya rekruitmen politik maka dimungkinkan te rjadinya
rotasi clan mobilitaspolitik.Tanparotasi danmobilitaspolitik pada sebuah sistem politik, maka
akan muncul diktatorisme dan stagnasi politik dalam sistem tersebut.
Keempat, partai politik berfungsi sebagai sarana peredam dan pengatur konflik. Dengan
fungsinya sebagai penyerap aspirasi masyarakat, maka partai politik hams peka dan tanggap
terhadap potensi-potensi konflik yang ada dalam masyarakat. Dan karena partai politik
cenderung inklusif, menjadi kewajiban partai politik untuk meredam dan mengatur potensi
konflik tersebut agar tidak meledak menjadi sebuah riot.
Jika keempat fungsi ini berjalan dengan baik sebagaimana mestinya [seperti telah disebutkan
diatas]. maka kekhawatiran akan munculnya konflik dan perpecahan akibat banyaknya jumlah
partai politikmenjadi tidakberalasan.Dansebaliknya,ini akan menjadi 'energi pendorong' bagi
proses demokratisasi.
Dalam kaitan dengan penyelenggaraan pemilu, fungsi partai politik juga berpengaruh secara
signifikan terhadap suksesnya proses penyelenggaraan pemilu 1999. Sukses penyelenggaraan
pemiludimaksudadalahtmgkatkeberhasilan pemilu yang ditakar secara kuantitas dan kualitas
politik. Realisasi fungsi [keberfungsian] partai politik akan berpengaruh terhadap tingkat
partisipasi politikmasyarakatdalampemilu.Keberfungsianpartai politik juga akan menentukan
apakah pemilu yang diselenggarakan tersebut merupakan proses politik yang mendidik dan
mendewasakanpolitikmasyarakat atau hanya pesta politik belaka. Korelasi yang terjadi antara
tingkat keberfungsian dari partai politik dengan kesuksesan penyelenggaraan pemilu adalah;
semakintinggi tingkat partai politik[fungsi-fungsi partai politikterealisasi maksimal] cenderung
akan menyebabkansuksesnyapenyelenggaraan pemilu. Sebaliknya, jika tingkat keberfungsian
partai politik rendah maka penyelenggaraan pemilu akan cenderung kurang sukses.
Pemilu dari tahun ke tahun, termasuk pemilu 2014 yang lalu, realitas politik menunjukan
sebagianbesarpartai politiktidakmenjalankan fungsinya secara maksimal. Partai politik masih
menerapkanpragmatismepolitiksemataketimbang mengimplementasikan fungsi-fungsi yang
dimilikinya.
Kondisi ini terutamaterlihatjelasdalam tahapan kampanye, dimana sosialisasi dan pendidikan
politik sangat minim sekali [bahkan nyaris tidak ada]. Partai politik masih berparadigma
konvensional, yang menempatkan kampanye sebagai ajang unjuk kekuatan {show of forces}
ketimbang wahana penyampaian wacana politik dalam rangka pendidikan politik bagi
masyarakat. Kondisi ini menunjukan adanya mal-fungsi dari partai politik, dalam hal ini fungsi
partai politik sebagai sarana sosialiasi dan pendidikan politik tidak berjalan.
Begitupula halnya dengan realisasi dari fungsi partai politik sebagai peredam dan pengatur
konflik.Partai politikbelumbisamenempatkandiri sebagai sebuahinstitusi politik yang inklusif
yang menampungaspirasi masyarakatdanmendeteksi secaradini potensi dangejalamunculnya
konflikdalammasyarakat.Bahkan,kerap kali partai politik terlibat langsung dalam konflik atau
menjadi biangkeladimunculnyasebuahkonflik dalam masyarakat. Dan kondisi ini terlihat jelas
dalam tahapan kampanye, dimana terjadi konflik terbuka antar partai yang memunculkan
konflik antar kelompok masyarakat. Peristiwa Purbalingga dan Ujung Pandang dapat dijadikan
contoh aktual tidalk berfungsinya fungsi partai politik sebagai peredam dan pengatur konflik.
Mal-fungsi dan partai politik [terutama dalam fungsinya sebagai sarana sosialisasi dan
pendidikan politik serta sarana peredam dan pengatur konflik] ini terjadi sebagai akibat dari;
pertama,kemunculanpartai yanglebihdisebabkanoleheufona politik semata, bukan dilandasi
olehkebutuhandanpemikiranpolitikyangdewasa.Hal ini menyebabkan partai-partai tersebut
cenderung emosional dan reaktif dalam berpolitik. Kedua, sebagian besar partai politik tidak
memiliki visi, misi, platform, dan program yang jelas. Ini merupakan dampak turunan dari
kemunculan partai politik itu sendiri yang dilandasi oleh euforia politik. Akibatnya tidak ada
wacana politik yang dapat ditawarkan kepada masyarakat, hanya konvoi dan arak-arakan saja.
Dalam kaitan itu, partai politik tidak melakukan pendewasaan politik tetapi melakukan
pembodohanpolitik kepada masyarakat. Keilga, struktur dan infrastruktur politik yang dimiliki
olehsebagianbesarpartai politik[baru] sangattidakmemadai bagi terealisasinya fungsi-fungsi
dari partai politik. Hal ini dimungkinkan karena usianya yang masih relatif muda, dibutuhkan
waktu yang panjang untuk mematangkan dan menguatkan struktur dan infrastruktur partai
politiksehinggadapatberfungsi sebagaimanamestinya.Keempat, sebagian partai politik masih
cenderung memiliki pemikiran politik yang kurang dewasa, terutama menempatkan pemilu
sebagai alat untuk memperoleh kekuasaan semata. Pemilu hanya dilihat sebagai alat untuk
mendapatkan jatah kursi di legislatif. Fungsi lain dari pemilu diabaikan begitu saja. Akibatnya,
partai-partai politikterjebakpadapragmatisme dancenderung menghalalkan segala cara untuk
memperolehkekuasaan.Mal-fungsi dari partai politilt tersebut pada akhirnya akan mengurangi
kualitasdari penyelenggaraanpemilu,terutamaberkaitandenganpendidikandanpendewasaan
politik masyarakat
Era Transfusi Politik
Indonesia yang menganut sistem demokrasi, yang juga memiliki banyak pengalaman (sebagai
akibat uji coba sistem pemilu dan parpol), maka penulis mencoba mengkaji soal pentingnya
melakukantransfusi politik,yaitumengakomodirsistem two party ditengah eforiapraktikpolitik
multy party sebagai basis perubahan sistem politik.
Transfusi Politik yang dimaksud adalah proses menyalurkan gagasan politik atau ide berbasis
politik dari satu gagasan ke sistem politik yang sedang berlaku. Transfusi politik berhubungan
dengankondisi politik seperti kehilangan trustpolitikpubliksebagai akibat perilaku politik yang
buruk dan masif disebabkan figur-figur politik, tatakelola organisasi parpol dan tidak
berfungsinya partai politik dalam menjalankan tupoksinya: (edukasi, agregasi dan artikulasi).
Meminjam argumentasi Giovani Sartori (Parties And Party Systems,1976), bahwa sistem
kepartaian dapat berubah sesuai dengan variabel pembentukannya. Menurutnya ada empat
variabel yangmenentukkan: Pertama, Sistemdanmekanismepemiluyangberlaku, Kedua, Nilai
demokrasi pada tataran operasional yang dipahami suatu bangsa, ketiga, Pola mekanisme
pengambilankeputusanpolitikyangdikenaldalamnilai kultural yangberlakudan keempat, Kuat
atau tidaknya ideologi nasional.
Namun demikian terdapat variabel kelima, jika melihat praktek politiknya di Indonesia yaitu
dimana state berposisi sangat superior, yaitu peran dan intervensi birokrasi pemerintah yang
mendorong pergeseran sistem kepartaian. Hal ini bisa dilihat setiap ganti regime, dan bahkan
menjelang pemilu, regulasi pemilu selalu diubah (baca perubahan UU pemilu).
Transfusi Sistem Multy Party ke Sistem Two Party
Praktek sistem multipartai di Indonesia sudah pernah dilakukan pada tahun 1950-an, dan
kemudian muncul lagi setelah runtuhnya Orde Baru pada pertengahan tahun 1998, dan pada
pemilutahun1999, sistemmultypartai diterapkan kembali hingga saat ini. Sistem multy partai
mengakomodir bagi setiap warga negara untuk mendirikan partai politik (sesuai uu yang
berlaku). Namun demikian pada saat yang sama sesungguhnya masyarakat sedang
dikelompokanmenjadi kelompokpolitikyangrentanmengalami gesekan dan kohesi sosial. Hal
ini disebabkanpartai politik yang lahir dari kepentingan pragmatisme seringkali “kabur” dalam
persoalan ideologi. Kalaupun ada statement yang bersifat ideologis, itu merupakan retorika
politik yang lipservice.
Oleh sebab itu penting untuk “merampingkan” jumlah partai politik di Indonesia. Gagasan ini
tidak bermaksud membatasi hak wargaa negara untuk berserikat, berkumpul dan mendirikan
partai politik, akan tetapi sebagai upaya untuk membangun kesadaran kebangsaan ditengah
gencarnyaarus liberalisasi (sosial,politikdanekonomi). Kitabisabelajardari dinamikapolitik di
USA, dimana keberadaan partai Demokrat dan Republik, sebagai representasi “ideologis”
masyarakat USA (liberalisme). Kedua partai tersebut, tidak hanya sebagai simbol politik, akan
tetapi menjadi kanal dan wadah strategis dalam mengkampanyekan dan membela hak-hak
masyarakatUSA. Kondisi ini tentuberbeda dengan partai politik di Indonesia, yang setiap hari,
kita di pertontonkan dengan seria drama melankolis “kejahatan korupsi”, kerusuhaan sosial,
konflik dan lain sebagainya.
Mengacu pada hal tersebut,pentingbagi para pemangku kebijakan, agar dalam revisi UU partai
politikdanpemilu,kiranyamemasukanklausul tentangpembatasanjumlahpartai politik,seperti
meninggikanangkaparlementary treshold, 10-15 % (persen). Kita ketahui, bahwa pada Pemilu
2009 ambangbatas parlemensebesar2,5%. Di Pemilu 2014 angka ambang batas parlemen naik
menjadi 3,5%. Secara empiris, PT di bawah 5% tidak berhasil menyederhanakan sistem
multipartai ekstrem yang ada sekarang menjadi multipartai sederhana, dimana di DPR masih
terdiri atas sekitar 10 fraksi yang berkuasa.
Olehsebabitujikamerujukpadaefektivitas sistem presidensial, maka ambang batas parlemen
sekitar 10% sampai 15%. Dengan demikian, jumlah partai politik yang mampu menempatkan
wakil di DPR tidaklebihdari empat. Itu artinya, DPR hanya terdiri atas empat fraksi. Menaikkan
angka PT 10-15%, akan mendorongpartai politik bekerjadan berkompetisi untuk mendapatkan
simpati dan dukungan masyarakat. Selain itu, perampingan parpol tersebut, setidaknya
mendorong terjadinya fusi ideologi partai. Penaikan angka ambang batas parlemen bukan
semata-mata bertujuan menghasilkan pemerintahan yang efektif, tetapi sebagai proses
konsolidasi demokrasi yang subtantif.
Dua Partai dan memperkuat Sistem Presidensial
Repotnya sistem multy party yang dipraktekan di Indonesia, tidak hanya mengaburkan sistem
politik (umum), namun demikian juga berdampak pada praktek sistem presidensial yang
beraromaparlementary.Sistempresidensial harus menghasilkanpemerintahanyangefektif dan
jugaproduktif (tidaksalingsandera),yaitu pemerintahan yang kebijakan mereka mendapatkan
dukungan dari mayoritas anggota parlemen, meskipun tetap ada mekanisme kontrol.
Hal ini-lahyangterjadi selamaJokoWidodomemimpinpemerintahan, meskipun berada dijalur
presidensial,namunseringkali banyakkebijakanyangtidakefektif,akibat politik saling sandera.
Kondisi ini tentusajamembuka”kanal lobi” antarakeduabelahpihak(eksekutif dan legislatif)..
secara faktual, tidak mudah bagi pemerintah Joko Widodo (diawal kekuasaan) mendapatkan
dukungan mayoritas dari anggota parlemen, selain karena faktor jumlah fraksi (partai politik)
yang banyak, juga kaburnya identitas ideologi dari masing-masing partai tersebut.
Dipertengahan masa kekuasan Joko Widodo, situasi politik mengalami pergeseran, hal ini,
karena Joko Widodo menjalankan politik akomodatif, yaitu mengajak sebanya-banyak partai
politikuntukbergabungdanmendukungpemerintahan. Tentu saja hal tersebut tidak ‘GRATIS”,
PPP, GOLKAR dan PAN merupakan partai yang diajak kompromi dan diakomodasi untuk
mendukung pemerintah.
Jika hal tersebut dibiarkan terus berlanjut dan tidak dievaluasi, maka transisi demokrasi
Indonesia,hanyaakanmenghasilkanliberalisasi politik.Apalagi menjelangPemilu 2019, dimana
pemilulegislatif dilakukanbersamaandenganpemilupresiden.Jikamasingmenggunakansistem
multypartai,maka presidenhasilPemilu 2019, akan menjadi “presiden sandera partai” (karena
jumlah fraksi tetap banyak).
Oleh sebab itu, penting kiranya segera melakukan transfusi politik, yaitu dengan
merubah/merevisi regulasi yang mengatur tentang partai politik, dan regulasi tentang pemilu
(legislatif/eksekutif). Kanal utamanya jelas ada pada parlemen saat ini, mendorong dan
menyadarkanmeraka(DPRD),agar dalam pembahasan perubahan UU pemilu, didasarkan pada
konsensi nasional membangun demokrasi kebangsaan yang lebih baik. Sehingga usualn
menyederhanakan konfigurasi fraksi di DPR dengan menerapkan ketentuan ambang batas
parlemen (parliamentary threshold/PT), merupakan keputusan bersama dalam rangka
memperkuat demokrasi Indonesia.
Penulisadalah Direktur Eksekutif LSN dan pemerhatipolitik dan kebijakan
WA/Email:081328370083/syariffaid92@gmail.com

More Related Content

What's hot

Makalah Sistem Pemilu di Indonesia
Makalah Sistem Pemilu di IndonesiaMakalah Sistem Pemilu di Indonesia
Makalah Sistem Pemilu di IndonesiaRiyanto Kasnuri
 
Sistem politik indonesia
Sistem politik indonesiaSistem politik indonesia
Sistem politik indonesiaSyila Kartika
 
Makalah Pemilihan Umum (PEMILU)
Makalah Pemilihan Umum (PEMILU)Makalah Pemilihan Umum (PEMILU)
Makalah Pemilihan Umum (PEMILU)David Adi Nugroho
 
Presentasi bab sistem politik
Presentasi bab sistem politikPresentasi bab sistem politik
Presentasi bab sistem politikMaeko Kaoin
 
Karya ilmiah PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI PEMILU 2014
Karya ilmiah PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI PEMILU 2014Karya ilmiah PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI PEMILU 2014
Karya ilmiah PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI PEMILU 2014ginanurulazhar
 
Sistem politik 50
Sistem politik 50Sistem politik 50
Sistem politik 50Arin Sfaaez
 
Uu parpol & prospek berkarir dalam partai ganjar pranowo
Uu parpol & prospek berkarir dalam partai   ganjar pranowoUu parpol & prospek berkarir dalam partai   ganjar pranowo
Uu parpol & prospek berkarir dalam partai ganjar pranowoDendy Borman
 
Makalah pemilu dan pendidikan partai politik masyarakat
Makalah pemilu dan pendidikan partai politik masyarakatMakalah pemilu dan pendidikan partai politik masyarakat
Makalah pemilu dan pendidikan partai politik masyarakatAmka Azril
 
Makalah Pengantar Ilmu Politik (PIP)
Makalah Pengantar Ilmu Politik (PIP)Makalah Pengantar Ilmu Politik (PIP)
Makalah Pengantar Ilmu Politik (PIP)Elisabeth Lita
 
demokrasi masyarakat beradab
demokrasi masyarakat beradabdemokrasi masyarakat beradab
demokrasi masyarakat beradabNasria Ika
 
Sistem politik indonesia 2
Sistem politik indonesia 2 Sistem politik indonesia 2
Sistem politik indonesia 2 Umu Ruqiyah
 
PARTISIPASI PEMILU SEBAGAI PERAN MASYARAKAT DALAM TATA KELOLA PEMERINTAHAN YA...
PARTISIPASI PEMILU SEBAGAI PERAN MASYARAKAT DALAM TATA KELOLA PEMERINTAHAN YA...PARTISIPASI PEMILU SEBAGAI PERAN MASYARAKAT DALAM TATA KELOLA PEMERINTAHAN YA...
PARTISIPASI PEMILU SEBAGAI PERAN MASYARAKAT DALAM TATA KELOLA PEMERINTAHAN YA...BADAR_HAMID
 
Makalah Sitem Politik dan Sistem Pemerintahan
Makalah Sitem Politik dan Sistem PemerintahanMakalah Sitem Politik dan Sistem Pemerintahan
Makalah Sitem Politik dan Sistem PemerintahanNirmala Fitri
 

What's hot (19)

Kelompok 2 pkn demokrasi
Kelompok 2 pkn demokrasiKelompok 2 pkn demokrasi
Kelompok 2 pkn demokrasi
 
Hubungan warga negara(mustina 2)
Hubungan warga negara(mustina 2)Hubungan warga negara(mustina 2)
Hubungan warga negara(mustina 2)
 
Makalah Sistem Pemilu di Indonesia
Makalah Sistem Pemilu di IndonesiaMakalah Sistem Pemilu di Indonesia
Makalah Sistem Pemilu di Indonesia
 
Makalah Polemik RUU Pilkada
Makalah Polemik RUU PilkadaMakalah Polemik RUU Pilkada
Makalah Polemik RUU Pilkada
 
Outline penelitian
Outline penelitianOutline penelitian
Outline penelitian
 
Sistem politik indonesia
Sistem politik indonesiaSistem politik indonesia
Sistem politik indonesia
 
Makalah Pemilihan Umum (PEMILU)
Makalah Pemilihan Umum (PEMILU)Makalah Pemilihan Umum (PEMILU)
Makalah Pemilihan Umum (PEMILU)
 
Presentasi bab sistem politik
Presentasi bab sistem politikPresentasi bab sistem politik
Presentasi bab sistem politik
 
Karya ilmiah PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI PEMILU 2014
Karya ilmiah PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI PEMILU 2014Karya ilmiah PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI PEMILU 2014
Karya ilmiah PANDANGAN MASYARAKAT MENGENAI PEMILU 2014
 
Partai politik
Partai politikPartai politik
Partai politik
 
Sistem politik 50
Sistem politik 50Sistem politik 50
Sistem politik 50
 
Uu parpol & prospek berkarir dalam partai ganjar pranowo
Uu parpol & prospek berkarir dalam partai   ganjar pranowoUu parpol & prospek berkarir dalam partai   ganjar pranowo
Uu parpol & prospek berkarir dalam partai ganjar pranowo
 
Makalah pemilu dan pendidikan partai politik masyarakat
Makalah pemilu dan pendidikan partai politik masyarakatMakalah pemilu dan pendidikan partai politik masyarakat
Makalah pemilu dan pendidikan partai politik masyarakat
 
Makalah Pengantar Ilmu Politik (PIP)
Makalah Pengantar Ilmu Politik (PIP)Makalah Pengantar Ilmu Politik (PIP)
Makalah Pengantar Ilmu Politik (PIP)
 
demokrasi masyarakat beradab
demokrasi masyarakat beradabdemokrasi masyarakat beradab
demokrasi masyarakat beradab
 
Sistem politik indonesia 2
Sistem politik indonesia 2 Sistem politik indonesia 2
Sistem politik indonesia 2
 
PARTISIPASI PEMILU SEBAGAI PERAN MASYARAKAT DALAM TATA KELOLA PEMERINTAHAN YA...
PARTISIPASI PEMILU SEBAGAI PERAN MASYARAKAT DALAM TATA KELOLA PEMERINTAHAN YA...PARTISIPASI PEMILU SEBAGAI PERAN MASYARAKAT DALAM TATA KELOLA PEMERINTAHAN YA...
PARTISIPASI PEMILU SEBAGAI PERAN MASYARAKAT DALAM TATA KELOLA PEMERINTAHAN YA...
 
Makalah Sitem Politik dan Sistem Pemerintahan
Makalah Sitem Politik dan Sistem PemerintahanMakalah Sitem Politik dan Sistem Pemerintahan
Makalah Sitem Politik dan Sistem Pemerintahan
 
Makalah sistem politik di indonesia
Makalah sistem politik di indonesiaMakalah sistem politik di indonesia
Makalah sistem politik di indonesia
 

Similar to Transfusi parpol

Similar to Transfusi parpol (20)

Makalah pemilu di indonesia
Makalah pemilu di indonesiaMakalah pemilu di indonesia
Makalah pemilu di indonesia
 
Makalah pemilu di indonesia
Makalah pemilu di indonesiaMakalah pemilu di indonesia
Makalah pemilu di indonesia
 
Makalah pemilu di indonesia
Makalah pemilu di indonesiaMakalah pemilu di indonesia
Makalah pemilu di indonesia
 
PERAN PARTAI POLITIK DALAM PEMILIHAN UMUM (PEMILU) DI INDONESIA
PERAN PARTAI POLITIK DALAM PEMILIHAN UMUM (PEMILU) DI INDONESIA  PERAN PARTAI POLITIK DALAM PEMILIHAN UMUM (PEMILU) DI INDONESIA
PERAN PARTAI POLITIK DALAM PEMILIHAN UMUM (PEMILU) DI INDONESIA
 
Natural aceh
Natural acehNatural aceh
Natural aceh
 
Makalah ilmu politik 2015
Makalah ilmu politik 2015Makalah ilmu politik 2015
Makalah ilmu politik 2015
 
Makalah pemilu
Makalah pemiluMakalah pemilu
Makalah pemilu
 
Sistem perwakilan kepentingan
Sistem perwakilan kepentinganSistem perwakilan kepentingan
Sistem perwakilan kepentingan
 
PARPOL DAN PEMILU.ppt
PARPOL DAN PEMILU.pptPARPOL DAN PEMILU.ppt
PARPOL DAN PEMILU.ppt
 
PEMILU 2014.pptx
PEMILU 2014.pptxPEMILU 2014.pptx
PEMILU 2014.pptx
 
Tugas politik_transaksional_di_lembaga_legislatif
Tugas  politik_transaksional_di_lembaga_legislatifTugas  politik_transaksional_di_lembaga_legislatif
Tugas politik_transaksional_di_lembaga_legislatif
 
Kelompok 4 Pendidikan Kewarganegaraan Stim BudiBakti
Kelompok 4 Pendidikan Kewarganegaraan Stim BudiBaktiKelompok 4 Pendidikan Kewarganegaraan Stim BudiBakti
Kelompok 4 Pendidikan Kewarganegaraan Stim BudiBakti
 
Pemilu
PemiluPemilu
Pemilu
 
Kelompok 5 HTN.pptx
Kelompok 5 HTN.pptxKelompok 5 HTN.pptx
Kelompok 5 HTN.pptx
 
Makalah Pkn multipartai
Makalah Pkn multipartaiMakalah Pkn multipartai
Makalah Pkn multipartai
 
Makalalah demokrasi pancasila
Makalalah  demokrasi pancasilaMakalalah  demokrasi pancasila
Makalalah demokrasi pancasila
 
Sistem politik
Sistem politikSistem politik
Sistem politik
 
Menakar Pemilukada (tidak) Langsung
Menakar Pemilukada (tidak) LangsungMenakar Pemilukada (tidak) Langsung
Menakar Pemilukada (tidak) Langsung
 
Ari purnamasari
Ari purnamasariAri purnamasari
Ari purnamasari
 
Sistem pemilihan umum
Sistem pemilihan umumSistem pemilihan umum
Sistem pemilihan umum
 

Recently uploaded

Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...mayfanalf
 
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptmata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptMuhammadNorman9
 
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditYOSUAGETMIRAJAGUKGUK1
 
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1RomaDoni5
 
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxMateri Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxBudyHermawan3
 
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administratorevaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administratorDi Prihantony
 
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxemka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxAmandaJesica
 
Administrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah PemerintahAdministrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah PemerintahAnthonyThony5
 
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024DEDI45443
 
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptxSOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptxwansyahrahman77
 
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...citraislamiah02
 
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfINDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfNetraHartana
 
MAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara Hukum
MAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara HukumMAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara Hukum
MAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara Hukumbrunojahur
 

Recently uploaded (13)

Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
 
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptmata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
 
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
 
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
 
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxMateri Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
 
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administratorevaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
 
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxemka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
 
Administrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah PemerintahAdministrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
 
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
 
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptxSOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
 
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
 
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfINDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
 
MAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara Hukum
MAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara HukumMAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara Hukum
MAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara Hukum
 

Transfusi parpol

  • 1. Transfusi Partai Politik dan Pemilu Indonesia: Merampingkan Parpol, dan Menggemukan Presidensial (Syarief Aryfaid) 1. Pengantar Pemilihan Umum, secara konseptual merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung dengan asas; umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil yang berlandaskanpadakonstitusidandi regulasi sehinggamemiliki role of law dan role of the game. Sebagai proses yang demokratik, maka pemilu juga difungsikan sebagai jalan alternatif mengatursirkulasi kekuasaandankempimpinan. Dari proses tersebut partai politik merupakan salah satu instrument politik strategis dalam rangka mengartikulasi dan mengagregasi kepentingan masyarakat (konsep ideal). Partai politik selalu menjadi prasyarat penting dalam pemilu, karena ia diberi mandat untuk menjadi wadah interaksi antara rakyat dengan rakyat, rakyat dengan negara, baik yang bersifat idelogismaupunpragmatissebagai proseschekandbalancess.Namundemikian,secaraexisting partai politikdi Indonesia, seringkali menegasikan suara dan kepentingan masyarakat, sifatnya yang “politis”cenderungmenempatkanmasyarakatsebagai komodite politik, ketimbang tujuan politik. Dengan katalain, bahwa partai politik di Indonesia mayoritas tatakelolanya bersifat oligarki dan parokialisme. Hal ini tercermin dari struktur kekuasaan dan kekuatan dalam manajemen organisasinya. Konsekwensi logisnyaadalah,partai politikmengedepankankepentingankelompok oligarki dan parokial-nya, (meskipun dikamuflase), daripada mengedepankan tujuan utama dalam mewujudkantatananpolitik kebangsaan yang diorientasikan sebagai instrument mewujudkan wellfare state. Alhasil,gambarpartai politikdi Indonesiaadalahstrukturpiramidkekuasaanyang bersifat dinasti yang watak pengelolaanya berdasarkan insting individualis dan kelompok keluarga. Pratekpolitik-partai politikyang“sebagai pemburu rente” sudah menjadi rahasia umum, kasus korupsi yangdilakukanolehaktor-aktorpartai politik(Bupati/Walikota,Gubernur,Pimpinandan Anggota DPR/DPRD, sampai calon kepala Daerah menjadi pesakitan dalam rumah tahanan), tidak saja mengejawantahkan jorok dan bobroknya mental dan moralitas politik, tetapi secara bersamaan juga menjawab keraguan publik soal degredasi ideologi partai politik, dan parpol dianggap sebagai wadah mencari kekuasaan dan uang. Penyebab terjadinya hal tersebut di atas, tentu sangat banyak, diantaranya, mulai dari yang bersifat rendahnya moralitas kebangsaan, sampai faktor yang disebabkan oleh design sistem pemilu dan partai politik yang tidak kompatibel dengan tatanan sosial-ekonomi masyarakat Indonesia. Problematika Sistem Politik
  • 2. Perdebatan soal sistem pemilu mana yang paling baik antara sistem proporsional atau sistem distrik, telah banyak dilakukan oleh banyak kalangan. Bahkan pada masa Orde Baru Berkuasa, SistemProporsional yang sudah tujuh kali digunakan, yang mengokohkan Soeharto dan Golkar sebagai pemilik tahta kekuasaan. Baik secara teoritik maupun secara empirik, kedua sistem tersebutmemiliki kelebihan dan kelemahan. Maka untuk menemukan solusi alternatif sistem mana yangdianggapkompatible adalahdengan mengevaluasi proses penyelenggaraan pemilu dari waktu ke waktu, khususnya pada variabel kualitas hasil pemilu tersebut. Seperti halnyayangterjadi saatini,wacanauntukmerubahsistempemilukembalimencuat, ada yang mengusulkan agar menggunakan sistem proporsional tertutup, proporsional terbuka, sistem distrik, dan ada juga yang tetap mempertahankan sistem pemilu yang sedang berlaku saat ini. Pertama, secara konseptual, Sistem Distrik, bertujuan untuk mewujudkan wakil legislatif memiliki moralitas politik dan tanggung jawab yang baik pada konstituennya, dan bukan bertindak sebagai wakil partai. Namun yang faktual, mereka yang dilahirkan dari rahim sistem distrik, seringkali mengangkangi konstituenya. Kedua, Sistem Proporsional, juga mendapatkan kritikan dari para penganut sistem distrik, dimanasistemini,memberikan otoritas penuh kepada partai politik untuk mengatur siapa saja yang layak menempati kursi kekuasaan di parlemen. Sehingga dikhawatirkan mengabaikan kepentingan dan aspirasi konstituen. Ketiga, Pilihan menggabungkan dua sistem (distrik dan proporsional) sebagai jalan tengah, merupakanbentukkompromi politikyang bersifat win-win solution, tetapi juga belum mampu menyelesaikan persoalan kualitas pemilu, yang diukur dari integritas para pemimpin (wakil rakayat) yang dihasil dari proses politik tersebut. Keempat. Penerapan sistem multy partai masih terjebak pada argumentasi eforia demokrasi, sehingganiatmendirikan banyak partai merupakan ekspresi hak-hak warga negara, dan bukan pada cita-citayangbersifatideologi kebangsaan. Dengankatalainsemangatmendirikanpartai di dasari semangat “pemburu rente”. Malfungsing Partai Politik Demokrasi memang mensyaratkan tumbuh kembangnya partai politik, degan harapan partai politikmemberikansumbanganyangbesarbagi kehidupan politik nasional, terutama berkaitan dengan jaminan kebebasan berseri keberlangsungan proses demokratisasi. Dan tidak dapat dipungkiri pula bahwa reformasi telah mclahirkan ratusan partai baru di Indonesia. Banyaknya jumlah partai merupakan asset politik yang tak temilai bagi suatu bangsa. Dengan banyaknya jumlah partai politik berarti akan banyak aspirasi politik dari masyarakat yang dapat diserap. Banyaknya jumlah partai politik juga akan menjamin berlangsungnya proses sosialisasi dan pendidikan politik. Dan yang tak kalah pentingnya, kondisi ini juga akan memungkinkan terciptanya sebuah perpolitikan nasional yang demokratis Narnun sebaliknya, banyaknya jumlah partai politik juga dapat memunculkan konflik dan perpecahan dikalangan masyarakat, seperti yang terjadi pada masa demokrasi parlementer. Kondisi ini tentunya akan berakibat buruk pada proses demokratisasi. Untuk mencegah
  • 3. munculnya dampak negatif dari banyaknya jumlah partai disuatu negara, yang perlu dilakukan adalahmemaksimalkanfungsi yangdimiliki olehpartai politik.Maksimalisasi fungsi partai politik merupakansyaratdasar dalammengeliminirside effectdari banyaknyajumlah partai. Berkaitan dengan itu, berdasarkan berbagai literatur ilmu politik, ada beberapa fungsi [yang harus dimaksimalisasi] dari sebuah partai politik, yaitu; pertama,partai politikberfungsi sebagai sarana komunikasi politik. Dalam hal ini, partai politik merumuskanusulan-usulankebijakan yang bertumpu pada aspirasi dari masyarakat. Kemudian rumusan tersebut diartikulasikan kepada pemerintah agar dapat dijadikan sebagai sebuah kebijakan. Proses ini menunjukan bahwa komunikasi antar pemerintah dengan masyarakat dapar dijembatani oleh partai politik. Dan bagi partai politik mengartikulasikaii aspirasi rakyat merupakan suatu kewajiban yang tidak dapat dielakkan, terutama bila partai politik tersebut ingin tetap eksis dalam kancah politik nasional. Kedua,partai politikberfungsi sebagai saranasosialisasi danpendidikanpolitik.Dalamkaitanmi, partai politik berkewajiban untuk mensosialisasikan wacana politiknya kepada masyarakat. Wacana politik dari sebuah partai politik dapat dilihat melalui visi, misi. platform dan program partai tersebut.Dengansosialisasi wacanapolitikini diharapkanmasyarakat akan menjadi sema kin dewasa dan terdidik dalam politik. Sosialisasi dan pendidikan politik ini memposisikan masyarakat sebagai subyek, tidak lagi sebagai obyek. Ketiga, partai politik, berfungsi sebagai sarana rekruitmen politik, dimana partai politik berkewajiban untuk melakukan seleksi dan rekruitmen dalam rangka mengisi posisi dan jabatanpolitiktertentu.Denganadanya rekruitmen politik maka dimungkinkan te rjadinya rotasi clan mobilitaspolitik.Tanparotasi danmobilitaspolitik pada sebuah sistem politik, maka akan muncul diktatorisme dan stagnasi politik dalam sistem tersebut. Keempat, partai politik berfungsi sebagai sarana peredam dan pengatur konflik. Dengan fungsinya sebagai penyerap aspirasi masyarakat, maka partai politik hams peka dan tanggap terhadap potensi-potensi konflik yang ada dalam masyarakat. Dan karena partai politik cenderung inklusif, menjadi kewajiban partai politik untuk meredam dan mengatur potensi konflik tersebut agar tidak meledak menjadi sebuah riot. Jika keempat fungsi ini berjalan dengan baik sebagaimana mestinya [seperti telah disebutkan diatas]. maka kekhawatiran akan munculnya konflik dan perpecahan akibat banyaknya jumlah partai politikmenjadi tidakberalasan.Dansebaliknya,ini akan menjadi 'energi pendorong' bagi proses demokratisasi. Dalam kaitan dengan penyelenggaraan pemilu, fungsi partai politik juga berpengaruh secara signifikan terhadap suksesnya proses penyelenggaraan pemilu 1999. Sukses penyelenggaraan pemiludimaksudadalahtmgkatkeberhasilan pemilu yang ditakar secara kuantitas dan kualitas politik. Realisasi fungsi [keberfungsian] partai politik akan berpengaruh terhadap tingkat partisipasi politikmasyarakatdalampemilu.Keberfungsianpartai politik juga akan menentukan apakah pemilu yang diselenggarakan tersebut merupakan proses politik yang mendidik dan mendewasakanpolitikmasyarakat atau hanya pesta politik belaka. Korelasi yang terjadi antara tingkat keberfungsian dari partai politik dengan kesuksesan penyelenggaraan pemilu adalah;
  • 4. semakintinggi tingkat partai politik[fungsi-fungsi partai politikterealisasi maksimal] cenderung akan menyebabkansuksesnyapenyelenggaraan pemilu. Sebaliknya, jika tingkat keberfungsian partai politik rendah maka penyelenggaraan pemilu akan cenderung kurang sukses. Pemilu dari tahun ke tahun, termasuk pemilu 2014 yang lalu, realitas politik menunjukan sebagianbesarpartai politiktidakmenjalankan fungsinya secara maksimal. Partai politik masih menerapkanpragmatismepolitiksemataketimbang mengimplementasikan fungsi-fungsi yang dimilikinya. Kondisi ini terutamaterlihatjelasdalam tahapan kampanye, dimana sosialisasi dan pendidikan politik sangat minim sekali [bahkan nyaris tidak ada]. Partai politik masih berparadigma konvensional, yang menempatkan kampanye sebagai ajang unjuk kekuatan {show of forces} ketimbang wahana penyampaian wacana politik dalam rangka pendidikan politik bagi masyarakat. Kondisi ini menunjukan adanya mal-fungsi dari partai politik, dalam hal ini fungsi partai politik sebagai sarana sosialiasi dan pendidikan politik tidak berjalan. Begitupula halnya dengan realisasi dari fungsi partai politik sebagai peredam dan pengatur konflik.Partai politikbelumbisamenempatkandiri sebagai sebuahinstitusi politik yang inklusif yang menampungaspirasi masyarakatdanmendeteksi secaradini potensi dangejalamunculnya konflikdalammasyarakat.Bahkan,kerap kali partai politik terlibat langsung dalam konflik atau menjadi biangkeladimunculnyasebuahkonflik dalam masyarakat. Dan kondisi ini terlihat jelas dalam tahapan kampanye, dimana terjadi konflik terbuka antar partai yang memunculkan konflik antar kelompok masyarakat. Peristiwa Purbalingga dan Ujung Pandang dapat dijadikan contoh aktual tidalk berfungsinya fungsi partai politik sebagai peredam dan pengatur konflik. Mal-fungsi dan partai politik [terutama dalam fungsinya sebagai sarana sosialisasi dan pendidikan politik serta sarana peredam dan pengatur konflik] ini terjadi sebagai akibat dari; pertama,kemunculanpartai yanglebihdisebabkanoleheufona politik semata, bukan dilandasi olehkebutuhandanpemikiranpolitikyangdewasa.Hal ini menyebabkan partai-partai tersebut cenderung emosional dan reaktif dalam berpolitik. Kedua, sebagian besar partai politik tidak memiliki visi, misi, platform, dan program yang jelas. Ini merupakan dampak turunan dari kemunculan partai politik itu sendiri yang dilandasi oleh euforia politik. Akibatnya tidak ada wacana politik yang dapat ditawarkan kepada masyarakat, hanya konvoi dan arak-arakan saja. Dalam kaitan itu, partai politik tidak melakukan pendewasaan politik tetapi melakukan pembodohanpolitik kepada masyarakat. Keilga, struktur dan infrastruktur politik yang dimiliki olehsebagianbesarpartai politik[baru] sangattidakmemadai bagi terealisasinya fungsi-fungsi dari partai politik. Hal ini dimungkinkan karena usianya yang masih relatif muda, dibutuhkan waktu yang panjang untuk mematangkan dan menguatkan struktur dan infrastruktur partai politiksehinggadapatberfungsi sebagaimanamestinya.Keempat, sebagian partai politik masih cenderung memiliki pemikiran politik yang kurang dewasa, terutama menempatkan pemilu sebagai alat untuk memperoleh kekuasaan semata. Pemilu hanya dilihat sebagai alat untuk mendapatkan jatah kursi di legislatif. Fungsi lain dari pemilu diabaikan begitu saja. Akibatnya, partai-partai politikterjebakpadapragmatisme dancenderung menghalalkan segala cara untuk memperolehkekuasaan.Mal-fungsi dari partai politilt tersebut pada akhirnya akan mengurangi
  • 5. kualitasdari penyelenggaraanpemilu,terutamaberkaitandenganpendidikandanpendewasaan politik masyarakat Era Transfusi Politik Indonesia yang menganut sistem demokrasi, yang juga memiliki banyak pengalaman (sebagai akibat uji coba sistem pemilu dan parpol), maka penulis mencoba mengkaji soal pentingnya melakukantransfusi politik,yaitumengakomodirsistem two party ditengah eforiapraktikpolitik multy party sebagai basis perubahan sistem politik. Transfusi Politik yang dimaksud adalah proses menyalurkan gagasan politik atau ide berbasis politik dari satu gagasan ke sistem politik yang sedang berlaku. Transfusi politik berhubungan dengankondisi politik seperti kehilangan trustpolitikpubliksebagai akibat perilaku politik yang buruk dan masif disebabkan figur-figur politik, tatakelola organisasi parpol dan tidak berfungsinya partai politik dalam menjalankan tupoksinya: (edukasi, agregasi dan artikulasi). Meminjam argumentasi Giovani Sartori (Parties And Party Systems,1976), bahwa sistem kepartaian dapat berubah sesuai dengan variabel pembentukannya. Menurutnya ada empat variabel yangmenentukkan: Pertama, Sistemdanmekanismepemiluyangberlaku, Kedua, Nilai demokrasi pada tataran operasional yang dipahami suatu bangsa, ketiga, Pola mekanisme pengambilankeputusanpolitikyangdikenaldalamnilai kultural yangberlakudan keempat, Kuat atau tidaknya ideologi nasional. Namun demikian terdapat variabel kelima, jika melihat praktek politiknya di Indonesia yaitu dimana state berposisi sangat superior, yaitu peran dan intervensi birokrasi pemerintah yang mendorong pergeseran sistem kepartaian. Hal ini bisa dilihat setiap ganti regime, dan bahkan menjelang pemilu, regulasi pemilu selalu diubah (baca perubahan UU pemilu). Transfusi Sistem Multy Party ke Sistem Two Party Praktek sistem multipartai di Indonesia sudah pernah dilakukan pada tahun 1950-an, dan kemudian muncul lagi setelah runtuhnya Orde Baru pada pertengahan tahun 1998, dan pada pemilutahun1999, sistemmultypartai diterapkan kembali hingga saat ini. Sistem multy partai mengakomodir bagi setiap warga negara untuk mendirikan partai politik (sesuai uu yang berlaku). Namun demikian pada saat yang sama sesungguhnya masyarakat sedang dikelompokanmenjadi kelompokpolitikyangrentanmengalami gesekan dan kohesi sosial. Hal ini disebabkanpartai politik yang lahir dari kepentingan pragmatisme seringkali “kabur” dalam persoalan ideologi. Kalaupun ada statement yang bersifat ideologis, itu merupakan retorika politik yang lipservice. Oleh sebab itu penting untuk “merampingkan” jumlah partai politik di Indonesia. Gagasan ini tidak bermaksud membatasi hak wargaa negara untuk berserikat, berkumpul dan mendirikan partai politik, akan tetapi sebagai upaya untuk membangun kesadaran kebangsaan ditengah gencarnyaarus liberalisasi (sosial,politikdanekonomi). Kitabisabelajardari dinamikapolitik di
  • 6. USA, dimana keberadaan partai Demokrat dan Republik, sebagai representasi “ideologis” masyarakat USA (liberalisme). Kedua partai tersebut, tidak hanya sebagai simbol politik, akan tetapi menjadi kanal dan wadah strategis dalam mengkampanyekan dan membela hak-hak masyarakatUSA. Kondisi ini tentuberbeda dengan partai politik di Indonesia, yang setiap hari, kita di pertontonkan dengan seria drama melankolis “kejahatan korupsi”, kerusuhaan sosial, konflik dan lain sebagainya. Mengacu pada hal tersebut,pentingbagi para pemangku kebijakan, agar dalam revisi UU partai politikdanpemilu,kiranyamemasukanklausul tentangpembatasanjumlahpartai politik,seperti meninggikanangkaparlementary treshold, 10-15 % (persen). Kita ketahui, bahwa pada Pemilu 2009 ambangbatas parlemensebesar2,5%. Di Pemilu 2014 angka ambang batas parlemen naik menjadi 3,5%. Secara empiris, PT di bawah 5% tidak berhasil menyederhanakan sistem multipartai ekstrem yang ada sekarang menjadi multipartai sederhana, dimana di DPR masih terdiri atas sekitar 10 fraksi yang berkuasa. Olehsebabitujikamerujukpadaefektivitas sistem presidensial, maka ambang batas parlemen sekitar 10% sampai 15%. Dengan demikian, jumlah partai politik yang mampu menempatkan wakil di DPR tidaklebihdari empat. Itu artinya, DPR hanya terdiri atas empat fraksi. Menaikkan angka PT 10-15%, akan mendorongpartai politik bekerjadan berkompetisi untuk mendapatkan simpati dan dukungan masyarakat. Selain itu, perampingan parpol tersebut, setidaknya mendorong terjadinya fusi ideologi partai. Penaikan angka ambang batas parlemen bukan semata-mata bertujuan menghasilkan pemerintahan yang efektif, tetapi sebagai proses konsolidasi demokrasi yang subtantif. Dua Partai dan memperkuat Sistem Presidensial Repotnya sistem multy party yang dipraktekan di Indonesia, tidak hanya mengaburkan sistem politik (umum), namun demikian juga berdampak pada praktek sistem presidensial yang beraromaparlementary.Sistempresidensial harus menghasilkanpemerintahanyangefektif dan jugaproduktif (tidaksalingsandera),yaitu pemerintahan yang kebijakan mereka mendapatkan dukungan dari mayoritas anggota parlemen, meskipun tetap ada mekanisme kontrol. Hal ini-lahyangterjadi selamaJokoWidodomemimpinpemerintahan, meskipun berada dijalur presidensial,namunseringkali banyakkebijakanyangtidakefektif,akibat politik saling sandera. Kondisi ini tentusajamembuka”kanal lobi” antarakeduabelahpihak(eksekutif dan legislatif).. secara faktual, tidak mudah bagi pemerintah Joko Widodo (diawal kekuasaan) mendapatkan dukungan mayoritas dari anggota parlemen, selain karena faktor jumlah fraksi (partai politik) yang banyak, juga kaburnya identitas ideologi dari masing-masing partai tersebut. Dipertengahan masa kekuasan Joko Widodo, situasi politik mengalami pergeseran, hal ini, karena Joko Widodo menjalankan politik akomodatif, yaitu mengajak sebanya-banyak partai politikuntukbergabungdanmendukungpemerintahan. Tentu saja hal tersebut tidak ‘GRATIS”, PPP, GOLKAR dan PAN merupakan partai yang diajak kompromi dan diakomodasi untuk mendukung pemerintah.
  • 7. Jika hal tersebut dibiarkan terus berlanjut dan tidak dievaluasi, maka transisi demokrasi Indonesia,hanyaakanmenghasilkanliberalisasi politik.Apalagi menjelangPemilu 2019, dimana pemilulegislatif dilakukanbersamaandenganpemilupresiden.Jikamasingmenggunakansistem multypartai,maka presidenhasilPemilu 2019, akan menjadi “presiden sandera partai” (karena jumlah fraksi tetap banyak). Oleh sebab itu, penting kiranya segera melakukan transfusi politik, yaitu dengan merubah/merevisi regulasi yang mengatur tentang partai politik, dan regulasi tentang pemilu (legislatif/eksekutif). Kanal utamanya jelas ada pada parlemen saat ini, mendorong dan menyadarkanmeraka(DPRD),agar dalam pembahasan perubahan UU pemilu, didasarkan pada konsensi nasional membangun demokrasi kebangsaan yang lebih baik. Sehingga usualn menyederhanakan konfigurasi fraksi di DPR dengan menerapkan ketentuan ambang batas parlemen (parliamentary threshold/PT), merupakan keputusan bersama dalam rangka memperkuat demokrasi Indonesia. Penulisadalah Direktur Eksekutif LSN dan pemerhatipolitik dan kebijakan WA/Email:081328370083/syariffaid92@gmail.com