Tugas ini membahas biografi R.A. Kartini sebagai pelopor emansipasi wanita di Indonesia. Kartini lahir pada tahun 1879 dari keluarga terpandang namun tidak diperbolehkan melanjutkan sekolah. Dia memperjuangkan pendidikan untuk wanita dengan mendirikan sekolah-sekolah. Kartini meninggal pada tahun 1904 namun warisannya terus memberikan inspirasi bagi kaum wanita.
1. Tugas Bahasa Indonesia
“Kartini, Pelopor Emansipasi Wanita”
Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Wates
Jalan Terbahsari 1, Wates, Kulonprogo, D.I. Yogyakarta
Tahun Pelajaran 2013/2014
Disusun oleh:
Nama : Revika Nurul F.
Kelas : XI IPA 5
No. Absen : 17
2. “Kartini, Pelopor Emansipasi Wanita”
A. Biografi R. A. Kartini
Raden Ajeng Kartini atau lebih dikenal Ibu Kartini merupakan keturunan keluarga
terpandang Jawa. Dia lahir 21 April 1879, dimana adat istiadat masih kukuh dipegang
oleh masyarakat, termasuk keluarganya. Satu hal yang diwariskan dari keluarganya
adalah pendidikan. Kartini pernah merasakan bangku sekolah hingga tamat pendidikan
dasar. Karakternya yang haus akan ilmu pengetahuan membuatnya ingin terus
melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Sayangnya, ayahnya tidak
memberikan izin Kartini melanjutkan sekolah. Mengetahui sikap ayahnya, Kartini
sebenarnya sedih. Namun, dia tidak bisa mengubah keputusan itu. Sebab, dia adalah anak
pada zamannya yang masih terbelenggu oleh keadaan.
Alhasil, justru Kartini tidak boleh lagi keluar dari rumah sampai waktunya
menikah. Istilahnya dipingit. Demi menghilangkan rasa bosan dan suntuk berada di
rumah terus. Kartini menghabiskan sebagian besar waktunya untuk membaca buku ilmu
pengetahuan. Kesukaannya membaca ini berubah menjadi rutinitas harian. Bahkan, dia
tidak segan untuk bertanya kepada ayahnya bila ada hal yang tidak dimengertinya.
Lambat laun pengetahuannya bertambah dan wawasannya pun meluas.
Banyak karya dan pemikiran wanita Eropa yang dikaguminya. Terlebih kebebasan
mereka untuk bisa terus bersekolah. Rasa kagum itu menginspirasinya untuk memajukan
Lukisan Gambar R.A. Kartini | Wikipedia.
3. wanita Indonesia. Dalam pandangannya, wanita tidak hanya harus bisa urusan
“belakang” rumah tangga saja. Lebih dari itu, wanita juga harus bisa dan punya wawasan
dan ilmu yang luas. Dia pun mulai bergerak mengumpulkan teman-teman wanitanya
untuk diajari baca tulis dan pengetahuan lainnya. Makin hari, Kartini makin disibukkan
dengan aktivitas membaca dan mengajarnya.
Dia juga punya banyak teman di Belanda dan sering berkomunikasi dengan
mereka. Bahkan, dia sempat memohon kepada Mr. J.H. Abendanon untuk memberinya
beasiswa sekolah di Belanda. Belum sempat permohonan tersebut dikabulkan dia
dinikahkah oleh Adipati Rembang bernama Raden Adipati Joyodiningrat.
Berdasarkan data sejarah, R.A. Kartini ikut dengan suaminya ke Rembang setelah
menikah. Walau begitu api cita-citanya tidak padam. Beruntung Kartini memiliki suami
yang mendukung cita-citanya. Berkat kegigihan serta dukungan sang suami, Kartini
mendirikan Sekolah Wanita di berbagai daerah. Seperti Semarang, Surabaya,
Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon, dan sebagainya. Sekolah Wanita itu dikenal
dengan nama Sekolah Kartini.
Kartini merupakan seorang wanita Jawa yang memiliki pandangan melebihi
zamannya. Meski dia sendiri terbelenggu oleh zaman yang mengikatnya dengan adat
istiadat. Pada 17 September 1904, Kartini menghembuskan napas terakhir di usia 25
tahun, setelah melahirkan anak pertama dan satu-satunya. Dia salah satu wanita yang
menjadi pelopor emansipasi wanita di tanah Jawa.
Surat-surat korespondensinya dengan teman-temannya di Belanda kemudian
dibukukan oleh Abendanon dengan judul Door Duisternis Tot Licht (Habis Gelap
Terbitlah Terang). Buku ini telah menginspirasi banyak wanita, tidak saja, wanita di
zamannya tapi juga wanita kini dan masa depan.
Sesuai Keppres No. 108 Tahun 1964 pada 2 Mei 1964, Kartini resmi digelari
pahlawan nasional oleh pemerintah Indonesia. Keppres ini juga menetapkan tanggal 21
April sebagai Hari Kartini. Namanya kini diabadikan sebagai nama jalan. Tidak hanya di
kota-kota di Indonesia saja, melainkan di kota-kota di Belanda. Seperti Kota Utrecht,
Venlo, Amsterdam, dan Harleem. WR. Supratman bahkan membuatkan lagu berjudul
Ibu Kita Kartini untuk mengenang jasa-jasanya.
B. Hal yang Pantas Diteladani
Raden Ajeng Kartini sudah banyak memberikan pelajaran bagi kaum perempuan
sebagai bekal dalam membangun jati diri, termasuk membangun daerah maupun Negara.
R. A. Kartini menyadarkan bahwa wanita dan pria, memang beda secara kodrati.
Namun perbedaan itu, digunakan untuk saling melengkapi dan saling mengisi. Sehingga
kekurangan yg ada pada diri masing masing bisa saling tertutupi oleh kelebihan yang
lain.
C. Tokoh yang Serupa dengan R. A. Kartini
Tokoh yang serupa dengan R.A. Kartini yaitu Dewi Sartika. Dewi Sartika sama-
sama memperjuangkan emansipasi wanita. Sejak 1902, Dewi Sartika sudah merintis
pendidikan bagi kaum perempuan. Pada 16 Januari 1904, Dewi Sartika membuka Sakola
Istri yang pertama se-Hindia-Belanda.Memasuki usia ke-sepuluh, tahun 1914, nama
4. sekolahnya diganti menjadi Sakola Kautamaan Istri .Bulan September 1929, Dewi
Sartika mengadakan peringatan pendirian sekolahnya yang telah berumur 25 tahun, yang
kemudian berganti nama menjadi “Sakola Raden Déwi”. Atas jasanya dalam bidang ini,
Dewi Sartika dianugerahi bintang jasa oleh pemerintah Hindia-Belanda.
R. A. Kartini dan Dewi Sartika hidup sejaman meskipun dari latar belakang
keluarga dan budaya berbeda, namun pemikiran Raden Ajeng Kartini dan perjuangan
Raden Dewi Sartika adalah sesuai dengan pandangan Islam, bahwa wanita adalah
memiliki hak dan kewajiban yang sama, Umar bin Khathab pernah berkata, “Pada masa
jahiliyah, wanita itu tak ada harganya bagi kami. Sampai akhirnya Islam datang dan
menyatakan bahwa wanita itu sederajat dengan laki-laki.”
Dalam agama Islam yang bersumber dari al-Qur’an maupun al-Hadits terdapat sejumlah
pernyataan tentang kaum wanita yang sejajar dengan kaum pria, memperoleh hak-hak
yang sama untuk terlibat dalam perjuangan sosial, budaya, politik, pendidikan, dan
bidang lainnya yang positif.