R.A. Kartini adalah salah satu pahlawan nasional Indonesia yang memperjuangkan hak-hak perempuan. Ia lahir di Jepara pada 1879 dan mendapat pendidikan di sekolah Belanda. Kartini menikah pada 1903 dan mendirikan sekolah untuk anak perempuan serta usaha kerajinan, namun meninggal dunia pada usia 25 tahun.
3. R.A. Kartini adalah salah
seorang dari sekian
banyak pahlawan nasional
yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia. Kartini
merupakan tokoh pejuang
wanita dalam
memperjuangkan hak-hak
kaum perempuan di
Indonesia
Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat
4. Kartini lahir pada tanggal 21 April
1879 di Jepara, Jawa Tengah. Beliau
masih merupakan keluarga bangsawan
Jawa. Itulah sebabnya gelar Raden Ajeng
alias R.A disematkan padanya.
Sesuai dengan adat jawa yang masih
melekat, Gelar bangsawan ini kemudian
diganti menjadi Raden Ayu saat beliau
menikah. Ayah Kartini bernama Raden
Adipati Ario Sosroningrat putra dari
Pangeran Ario Tjondro IV. Ibunda Kartini
bernama M.A Ngasirah.
5. PENDIDIKAN R.A KARTINI
Pada 1886, ketika berumur tujuh tahun kartini
mulai bersekolah. Ia menjadi murid di Sekolah
Kelas Dua Belanda di Kota Jepara. Di sekolah
tersebut, hanya anak-anak pribumi dari keluarga
bangsawan, Belanda indo, dan Belanda asli yang
diterima. Bahasa pengantar yang digunakan di
sekolah tersebut adalah bahasa Belanda.
Pada tahun 1898, ketika berusia 12 tahun, Kartini tamat Sekolah Dasar. Ia
berharap akan melajutkan pelajaran ke sekolah menengah. Akan tetapi, hal
tersebut tidak terwujud. Pada waktu itu kesempatan mengenyam pendidikan
untuk kaum perempuan terbatas, berbeda dengan kaum laki-laki.
6. Pada 1895, ketika Kartini berusia 16 tahun, kakak
perempuannya yang bernama Sulastri, menikah.
Sejak saat itu Kartini menjadi perempuan tertua
dirumahnya.
Pada 1898, Kartini dengan kedua adik perempuannya dibebaskan dari
pingitan oleh orangtuanya. Mereka diperkenankan pergi ke daerah lain
untuk melihat-lihat keadaan. Pada saat itu, hal seperti ini tidak dialami
gadis-gadis lain. Tindakan keluarga Kartini ini mejadi bahan perbincangan
dikalangan para bangsawan. Walaupun Kartini telah mendapatkan banyak
kebebasan, tetapi Kartini belum diizinkan oleh orangtuanya untuk
melanjutkan pendidikannya.
7. Pada 8 November 1903, Kartini secara resmi menikah dengan Bupati
Rembang Raden Adipati Djojoadiningrat.
Raden Adipati Djojoadiningrat adalah seorang yang baik hati, penyayang,
berbudi, dan pikirannya jernih. Ia mengerti dan mendukung cita-cita Kartini.
Dukungannya itu diwujudkan dengan mendirikan sekolah di Rembang sesuai
dengan cita-cita Kartini. Mereka mengajukan permohonan kepada pemerintah
Hindia Belanda bantuan atau subsidi untuk sekolah Kartini. Akhirnya, sekolah
anak gadis mereka dirikan dirumahnya sendiri.
8. Selain itu, Kartini dan suaminya bercita-cita mendirikan sekolah
pertukangan untuk laki-laki. Lalu, ia mengumpulkan para seniman ukir
yang mengangur untuk bekerja di tempatnya.
Kartini menganjurkan mereka untuk membuat peti-peti jahitan, kotak
rokok, meja kursi, dsb.
Stelah selesai, barang-barang tersebut dijual ke kota besar, seperti
Semarang dan Jakarta. Oleh karena itu, ukiran Jepara mulai dikenal
diluar daerah
9. Usia perkawinan Kartini tidak lama.
Beberapa bulan setelah menikah, ia
hamil dan dalam masa kehamilan itulah
ia jatuh sakit. Setelah melahirkan
puteranya yang pertama, bernama
Raden Mas Susalit, kesehatannya terus
menurun. Pada 17 September 1904, ia
wafat dalam usia 25 tahun. Jenazahnya
dikebumikan di Desa Bulu, Rembang,
Jawa Tengah.