Makalah ini membahas penerapan pendekatan filsafat pragmatisme dalam pembelajaran matematika di SDN Kalitengah 2 Mranggen Demak. Tujuannya adalah mengetahui pengaruh pragmatisme terhadap semangat belajar siswa melalui tugas sarapan pagi pada mata pelajaran matematika di kelas 6. Data dikumpulkan melalui wawancara, dokumentasi, dan observasi, lalu dianalisis secara kualitatif. Hasilnya, tug
1. i
MAKALAH
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENERAPAN
PENDEKATAN FILSAFAT PRAGMATISME DI SDN KALITENGAH 2
MRANGGEN DEMAK
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu:
Dr. Sukirman
Di susun oleh:
Nama : MUHAMAD AZIS
NIM : 201803098
Kelas : C
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
MAGISTER PENDIDIKAN DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
TAHUN 2018
2. ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................ i
DAFTAR ISI .....................................................................................… ii
HALAMAN RINGKASAN………………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAAN........................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................... 3
C. Tujuan dan Manfaat ...................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................... 4
A. Landasan Teori.............................................................. 4
B. Penelitian Pragmatis Sebelumnya................................ 7
BAB III METODE PENELITIAN ……………………….............. 10
A. Lokasi Penelitian........................................................... 10
B. Keadaan Alam……….................................................. 10
C. Pengumpulan Data....................................................... 10
D. Analisis Data…........................................................... 11
BAB IV PEMBAHASAN………………………………................. 14
A. Pengertian Filsafat Pragmatis....................................... 14
B. Filsafat Pendidikan Nasional........................................ 15
C. Implementasi Pragmatisme Pendidikan........................ 18
BAB V PENUTUP.......................................................................... 22
A. Simpulan ...................................................................... 22
B. Saran .......................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 23
3. iii
HALAMAN RINGKASAN
Muhamad Azis NIM.201803098. Universitas Muria Kudus. Th.2018.
Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Filsafat Pragmatisme di SDN
Kalitengah 2 Mranggen Demak.
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Kalitengah 2 Mranggen pada
tahun pelajaran 2018/2019 dengan subyek penelitian siswa kelas I-VI yang
diwakili kelas rendah adalah kelas III dan kelas tinggi adalah kelas VI. Tujuan
penelitian untuk mengetahui pengaruh pragmatisme terhadap semangat belajar
siswa melalui tugas sarapan pagi pada mata pelajaran matematika di kelas 6.
Pada penelitian ini dilakukan pengumpulan data dengan menggunakan
metode wawancara, dokumentasi, dan observasi. Data penelitian dianalisis dengan
cara mereduksi data, menyajikan data, menarik kesimpulan dan verifikasi data.
Berdasarkan analisis data diperoleh hasil penelitian yaitu dengan tugas
sarapan pagi pada mata pelajaran matematika siswa mendapatkan manfaat sebagai
beikut; peserta didik dapat mengingat kembali pelajaran yang sudah pernah di
berikan serta dapat mengerjakan soal yang berhubungan dengan matematika dan
pemecahanya, anak berlatih bertanggung jawab terhadap beban dan kewajiban
masing-masing,guru hanya bertindak sebagai fasilitator dan motivator, dan model
pembelajaran ini mampu membangkitkan hasrat anak untuk terus belajar, serta anak
dilatih berpikir secara logis. .
Kata Kunci: Filsafat Pragmatis,Dengan Soal Sarapan Pagi,Untuk Meningkatkan
Ingatan Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika.
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berdasarkan perkembangan sejarah filsafat naturalisme merupakan aliran
yang tertua sedangkan pragmatisme adalah yang paling muda, namun di samping
itu sangat penting diketahui adanya aliran-aliran lain di sela-sela antara naturalisme
dengan pragmatisme.
Pragmasis dipandang sebagai aliran filsafat modern yang lahir di Amerika
akhir abad 19 hingga awal abad 20. Namun sebenarnya berpangkal pada filsafat
empiris Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa yang
manusia alami. Filsafat ini cenderung mengabaikan hal-hal yang bersifat metafisik
tradisional dan terarah pada hal-hal yang pragmatis kehidupan. Pragmatisme lahir
di tengah-tengah situasi sosial Amerika yang dilanda berbagai problema terkait
dengan kuat dan masuknya urbanisasi dan industrialisasi. Berakhirnya perang dunia
I dengan korban sekitar 8,4 juta jiwa secara tidak langsung telah melahirkan
dampak psikologis yang begitu meluas dan memicu terjadi berbagai perubahan-
perubahan bangsa, khususnya filusuf di dalam menyadari hidup dan kehidupannya.
Eropa abad pertengahan kehilangan utopia hidupnya mulai dari moralitas serta
spritual. Atas nama nasionalisme dan demi mengejar keuntungan-keuntungan serta
kebanggaan semu, dunia yang selama ini beradab telah membuktikan diri hadir
menjadi dunia yang sepenuhnya irasional, horor dan buta terhadap gagasan-gagasan
nilai yang dibangunnya.
Dalam perkembangannya, pragmatisme akan mempengaruhi teori-teori
pendidikan yang lahir setelahnya, mulai dari progresivisme, rekonstruksionisme,
futurisme serta humanisme pendidikan, namun diantara aliran-aliran itu terdapat
dua aliran pendidikan yaitu progresivisme dan humanisme, di mana pengaruh
pragmatisme sangat kuat di dalamnya.
Berdasarkan perkembangan sejarah filsafat naturalisme merupakan aliran
yang tertua sedangkan pragmatisme adalah yang paling muda, namun di samping
itu sangat penting diketahui adanya aliran-aliran lain di sela-sela antara naturalisme
5. 2
dengan pragmatisme.
Pragmasis dipandang sebagai aliran filsafat modern yang lahir di Amerika
akhir abad 19 hingga awal abad 20. Namun sebenarnya berpangkal pada filsafat
empiris Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa yang
manusia alami. Filsafat ini cenderung mengabaikan hal-hal yang bersifat metafisik
tradisional dan terarah pada hal-hal yang pragmatis kehidupan. Pragmatisme lahir
di tengah-tengah situasi sosial Amerika yang dilanda berbagai problema terkait
dengan kuat dan masuknya urbanisasi dan industrialisasi. Berakhirnya perang dunia
I dengan korban sekitar 8,4 juta jiwa secara tidak langsung telah melahirkan
dampak psikologis yang begitu meluas dan memicu terjadi berbagai perubahan-
perubahan bangsa, khususnya filusuf di dalam menyadari hidup dan kehidupannya.
Eropa abad pertengahan kehilangan utopia hidupnya mulai dari moralitas serta
spritual. Atas nama nasionalisme dan demi mengejar keuntungan-keuntungan serta
kebanggaan semu, dunia yang selama ini beradab telah membuktikan diri hadir
menjadi dunia yang sepenuhnya irasional, horor dan buta terhadap gagasan-gagasan
nilai yang dibangunnya.
Dari sinilah Peneliti tertarik untuk menerapkan filsafat pragmatisme
dalam filsafat pendidikan di SD Negeri Kalitengah 2 Mranggen Demak,
karena dengan mngimplementasikan pikiran-pikiran filsafat pragmatisme
akan memberikan peluang lebih banyak kepada siswa untuk mengeksplorasi
potensi dan kemampuan dalam menggeluti ilmu pengetahuan yang berbasis
pada pendidikan karakter dan kesatuan bangsa Indonesia.
Peneliti mengangkat judul “Pembelajaran Matematika dengan
Penerapan Pendekatan Filsafat Pragmatisme di SDN Kalitengah 2
Mranggen Demak”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengertian pragmatisme?
2. Siapa tokoh-tokoh pragmatisme?
6. 3
3. Bagaimana pandangan pragmatisme dalam pendidikan?
C. Tujuan dan Manfaat
Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan yang ingin dicapai dari
penulisan ini adalah :
1. Mengetahui pengertian filsafat pendidikan pragmatisme.
2. Mengetahui tokoh-tokoh filsafat pendidikan pragmatisme.
3. Mengetahui pandangan pragmatisme dalam pendidikan.
Dengan hadirnya makalah ini diharapkan akan diperoleh manfaat sebagai
berikut :
1. Menambah pengetahuan tentang Filsafat Pendidikan, khususnya
Filsafat Pendidikan Pragmatisme dan Nasional (Pancasila).
2. Memperoleh informasi tentang implementasi filsafat pragmatisme
dalam dunia pendidikan.
3. Diharapkan mampu memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu
pengetahuan melalui Penelitian ilmiah.
7. 4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Aliran Pragmatisme
Istilah Pragmatisme berasal dari kata Yunani pragma yang berarti
perbuatan (action) atau tindakan (practice). Isme di sini sama artinya dengan isme-
isme lainnya, yaitu berarti aliran atau ajaran atau paham. Dengan demikian
Pragmatisme itu berarti ajaran yang menekankan bahwa pemikiran itu menuruti
tindakan. Pragmatisme memandang bahwa kriteria kebenaran ajaran adalah
“faedah” atau “manfaat”. Suatu teori atau hipotesis dianggap oleh Pragmatisme
benar apabila membawa suatu hasil. Dengan kata lain, suatu teori itu benar kalau
berfungsi (if it works). Dengan demikian Pragmatisme dapat dikategorikan ke
dalam pembahasan mengenai teori kebenaran (theory of truth), sebagaimana yang
nampak menonjol dalam pandangan William James, terutama dalam bukunya The
Meaning of The Truth (1909).
Pragmatisme adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar
adalah segala sesuatu yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan melihat
kepada akibat-akibat atau hasilnya yang bermanfaat secara praktis. Dengan
demikian, bukan kebenaran objektif dari pengetahuan yang penting melainkan
bagaimana kegunaan praktis dari pengetahuan kepada individu-individu.
Dasar dari pragmatisme adalah logika pengamatan, di mana apa yang
ditampilkan pada manusia dalam dunia nyata merupakan fakta-fakta individual,
konkret, dan terpisah satu sama lain. Dunia ditampilkan apa adanya dan perbedaan
diterima begitu saja. Representasi realitas yang muncul di pikiran manusia selalu
bersifat pribadi dan bukan merupakan fakta-fakta umum. Ide menjadi benar ketika
memiliki fungsi pelayanan dan kegunaan. Dengan demikian, filsafat pragmatisme
tidak mau direpotkan dengan pertanyaan-pertanyaan seputar kebenaran, terlebih
yang bersifat metafisik, sebagaimana yang dilakukan oleh kebanyakan filsafat
8. 5
Barat di dalam sejarah.
2. Tokoh-tokoh Pragmatisme
Pragmatisme mula-mula diperkenalkan oleh Charles Sanders Peirce (1839-
1914), filosof Amerika yang yang pertama kali menggunakan pragmatisme sebagai
metode filsafat, tetapi pengertian pragmatisme telah terdapat juga pada Socrates,
Aristoteles, Barkeley, dan Hume. Untuk mengetahui lebih jauh ajaran pragmatisme
alangka baiknya kita mempelajari tokoh-tokoh yang menpopulerkan dan
pandangannya :
1.C.S. Peirce (1839-1914).
Secara umum orang memakai istilah pragmatisme sebagai ajaran yang
mengatakan bahwa suatu teori itu benar sejauh sesuatu mampu dihasilkan oleh teori
tersebut. Misalnya sesuatu itu dikatakan berarti atau benar bila berguna bagi
masyarakat. Pragmatisme Peirce yang kemudian hari ia namakan pragmatisme
lebih merupakan suatu teori mengenai arti (Theory of Meaning) daripada teori
tentang kebenaran (Theory of Truth). Menurut Peirce kebenaran itu ada bermacam-
macam. la sendiri membedakan kemajemukan kebenaran itu sebagai berikut
a. Aranscendental truth yang diartikan sebagai letak kebenaran suatu hal itu
bermukim pada kedudukan benda itu sebagai benda itu sendiri. Singkatnya letak
kebenaran suatu hal adalah pada "things as things.
b. Complex truth yang berarti kebenaran dari pernyataan-pernyataan. Kebenaran
kompleks ini dibagi dalam dua hal yaitu kebenaran etis disatu pihak dan kebenaran
logis dilain pihak.
c. Yaitu ide tentang kaitan salah satu bentuk pasti dari obyek yang diamati oleh
penilik. Peirce menamai ide ini ide ketigaan. Secara praktis, kekhasan pragmatisme
Peirce merupakan suatu metode untuk memastikan arti ide-ide di atas.
2. William James (1842-1910 M)
William James lahir di New York pada tahun 1842 M, anak Henry James,
Sr. ayahnya adalah orang yang terkenal, berkebudayaan tinggi, pemikir yang
kreatif. Selain kaya, keluarganya memang dibekali dengan kemampuan intelektual
yang tinggi. Keluarganya juga menerapkan humanisme dalam kehidupan serta
9. 6
mengembangkannya. Ayah James rajin mempelajari manusia dan agama.
Pokoknya, kehidupan James penuh dengan masa belajar yang dibarengi dengan
usaha kreatif untyuk menjawab berbagai masalah yang berkenaan dengan
kehidupan.
Karya-karyanya antara lain, Tha Principles of Psychology (1890), Thee Will
to Believe (1897), The Varietes of Religious Experience (1902) dan Pragmatism
(1907). Di dalam bukunya The Meaning of Truth, Arti Kebenaran, James
mengemukakan bahwa tiada kebenaran yang mutlak, yang berlaku umum, yang
bersifat tetap, yang berdiri sendiri dan terlepas dari segala akal yang mengenal.
Sebab pengalaman kita berjalan terus dan segala yang kita anggap benar dalam
pengembangan itu senantiasa berubah, karena di dalam prakteknya apa yang kita
anggap benar dapat dikoreksi oleh pengalaman berikutnya. Oleh karena itu, tidak
ada kebenaran mutlak, yang ada adalah kebenaran-kebenaran (artinya, dalam
bentuk jamak) yaitu apa yang benar dalam pengalaman-pengalaman khusus yang
setiap kali dapat diubah oleh poengalaman berikutnya.
Nilai pengalaman dalam pragmatisme tergantung pada akibatnya, kepada
kerjanya artinya tergantung keberhasilan dari perbuatan yang disiapkan oleh
pertimbangan itu. Pertimbangan itu benar jikalau bermanfaat bagi pelakunya, jika
memperkaya hidup serta kemungkinan-kemungkinan hidup. Di dalam bukunya,
The Varietes of Religious Experience atau keanekaragaman pengalaman
keagamaan, James mengemukakan bahwa gejala keagamaan itu berasal dari
kebutuhan-kebutuhan perorangan yang tidak disadari, yang mengungkapkan diri di
dalam kesadaran dengan cara yang berlainan.
Barangkali di dalam bawah sadar kita, kita menjumpai suatu relitas cosmis
yang lebih tinggi tetapi hanya sebuah kemungkinan saja. Sebab tiada sesuatu yang
dapat meneguhkan hal itu secara mutlak. Bagi orang perorangan, kepercayaan
terhadap suatu realitas cosmis yang lebih tinggi merupakan nilai subjektif yang
relatif, sepanjang kepercayaan itu memberikan kepercayaan penghiburan rohani,
penguatan keberanian hidup, perasaan damain keamanan dan kasih kepada sesama
dan lain-lain.
10. 7
3.John Dewey (1859-1952)
Kekhususan filsafatnya terutama berdasarkan pada prinsip "naturalisme
empiris atau empirisme naturalis". Istilah "naturalisme" ia terangkan sebagai
pertama-tama bagi Dewey akal budi bukanlah satu-satunya pemerosesan istimewa
dari realitas obyektip secara metafisis. Pokoknya Dewey menolak untuk
merumuskan realitas berdasar pada pangkalan perbedaan antara subyek yang
memandang obyek.
James membawakan pragmatisme. Isme ini diturunkan kepada Dewey yang
mempraktekkannya dalam pendidikan. Pendidikan menghasilkan orang Amerika
sekarang. Dengan kata lain, orang yang paling bertanggung jawab terhadap
generasi Amerika sekarang adalah William James dan John Dewey. Apa yang
paling merusak dari filsafat mereka itu? Satu saja yang kita sebut: Pandangan bahwa
tidak ada hukum moral umum, tidak ada kebenaran umum, semua kebenaran belum
final. Ini berakibat subyektivisme, individualisme, dan dua ini saja sudah cukup
untuk mengguncangkan kehidupan, mengancam kemanusiaan, bahkan manusianya
itu sendiri.
3. Pandangan Pragmatisme dalam Pendidikan
Sejak dahulu hingga dewasa ini, dunia pendidikan selalu membuka diri
terhadap kemungkinan diterapkannya suatu format pendidikan yang ideal untuk
menjawab permasalahan global. Banyak teori telah diadopsi untuk mencapai tujuan
tersebut. Termasuk teori pragmatis dari aliran Filsapat pragmatisme mencoba
mengisi ruang dan waktu untuk turut mencari solusi terbaik terhadap model
pendidikan yang dianggap selangkah ketinggalan dengan perkembangan pola pikir
manusia itu sendiri.Seiring dengan perkembangan, dunia pendidikan berupaya
menyelaraskan antara eksplorasi pikiran manusia dengan solusi tindakan bersama
perangkatnya untuk mencapai puncak temuan. Seperti yang diketetahui bahwa
pragmatisme merupakan paham yang memberlakukan hal secara praktis.
Pandangan pragmanisme dalam pendidikan menurut jhon Dewey meliputi:
1. Hakikat pendidikan
Hakikat pendidikan menurut pragmatisme adalah menyiapkan anak didik
dengan membekali seperangkat keahlian dan keterampilan teknis agar mampu
11. 8
hidup di dunia yang selalu berubah. Konsep pendidikan Dewey yang berlandaskan
pragmatisme, menilai suatu pengetahuan berdasarkan guna pengetahuan dalam
masyarakat. Yang diajarkan adalah pengetahuan yang segera dapat dipakai dalam
penghidupan masyarakat sehari-hari.Artinya pragmatisme memandang bahwa
pendidikan yang diselenggarakan berpusat pada peserta didik yang sesuai dengan
minat serta kebutuhan-kebutuhannya agar mampu mengatasi persoalan hidup
secara praktis.
2. Tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan dalam pandangan ragmatisme tentunya harus searah dengan
konsep filosofis pragmatis. Seperti mengenai realitas, pengetahuan dan kebenaran,
serta nilai.Dengan berpijak pada konsep di atas, objektivitas tujuan pendidikan
harus diambil dari masyarakat dimana si anak hidup, dimana pendidikan
berlangsung, karena pendidikan berlangsung dalam kehidupan. Tujuan pendidikan
tidak berada di luar kehidupan, melainkan di dalam kehidupan sendiri. Sesuai
dengan prinsip pragmatisme bahwa tidak ada kebenaran mutlak dan esensi realitas
adalah perubahan, maka dalam hal pendidikan ini tidak ada tujuan umum yang
berlaku universal dan pasti. Artinya, tujuan pendidikan harus dihasilkan dari
situasi kehidupan di sekeliling anak dan pendidik.Hal ini berarti, tujuan
pendidikan dalam persfektif pragmatisme adalah untuk menyiapkan peserta didik
menghadapi kehidupan dalam masyarakatnya yang bersifat praktis. Setiap satuan
sosial yang menjalani pendidikan bisa saja memiliki tujuan khusus yang berbeda
berdasarkan karakteristik dan kebutuhan masyarakat local.
2. Kurikulum dan proses pendidikan
Pengembangan kurikulum dalam pragmatisme tentunya sejalan dengan
hakikat dan tujuan pendidikan itu itu.Dewey memandang bahwa tipe
pragmatisnya diasumsikan sebagai sesuatu yang mempunyai jangkauan aplikatif
dalam masyarakat. Pendidikan dipandang sebagai wahana yang strategis dan
sentral dalam upaya kelangsungan hidup di masa depan. Ia juga mengkritik model
pendidikan Amerika yang hanya mengajarkan muatan-muatan usang yang hanya
mengulang-ulang masa lampau dan sebenarnya tidak pantas lagi disampaikan
12. 9
pada peserta didik. Pendidikan harus membekali peserta didik sesuai dengan
kebutuhan yang ada pada lingkungannya.Tidak ada suatu materi pelajaran tertentu
yang bersifat universal dalam sistem dan metode pelajaran yang selalu tepat untuk
semua jenjang sekolah. Sebab, seperti pengalaman, kebutuhan serta minat
individu atau masyarakat berbeda menurut tempat dan zaman. Dalam hal ini,
kurikulum juga harus bersifat elastis dan fleksibel sesuai dengan tuntutan dan
kebutuhan masyarakat. Kemudian, muatan kurikulum harus meliputi
perkembangan minat, pikir, dan kemampuan praktis.
13. 10
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil lokasi di SD Negeri
Kalitengah 2 Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak.
B. Kondisi Alam
Kondisi geografis SDN Kalitengah 2 berada di desa Kalitengah
Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak dengan ciri-ciri geografisnya
sebagian besar wilayahnya adalah persawahan dan sebagian lagi sudah
menjadi kawasan pabrik. Sedangkan akses jalan sangat ramai dan berada
ditengah – tengah rel kereta api
C. Pengumpulan Data
Dalam suatu penelitian selalu terjadi proses pengumpulan data.
Dalam proses tersebut akan digunakan satu atau beberapa metode, untuk
mendapatkan data yang relevan dengan permasalahan yang sudah
ditetapkan di atas. Maka dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan
metode sebagai berikut:
1. Metode Wawancara (interview)
Wawancara atau interview adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara
(yang diwawancara). Dalam hal ini, pelaksanaannya adalah interview bebas
yaitu pewawancara bebas menanyakan apa saja, tetapi harus mengingat
akan data apa yang akan dikumpulkan.
2. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable
yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, leger, agenda dan sebagainya. Dalam hal ini peneliti menggunakan
teknik dokumentasi berupa dokumen resmi sekolah yang bertujuan untuk
14. 11
mendapatkan data pegawai, guru, data murid, sarana dan prasarana,
kurikulum yang berlaku, tata tertib dan buku hitam serta program
pembelajaran.
3. Metode Observasi
Observasi yaitu sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan
peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang,
tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan, dan
perasaan. Metode ini dilakukan dengan jalan mengadakan pengamatan
secara sistematis terhadap objek penelitian, baru kemudian dilakukan
pencatatan setelah mengadakan penelitian objek itu.
D. Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini sesuai dengan pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini, maka daya yang terkumpul dalam
penelitian ini dianalisis saat mempertajam dan mendalami keabsahan data,
yang tak kalah penting melalui interprestasi data, yakni menyusun paparan
(transkip) hasil wawancara, observasi dan dokumen berdasarkan fokus dan
atau ciri-ciri yang sesuai dengan penelitian.
Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang. 5
Pengembangan data yang diperoleh kemudian diadakan pemfokusan
data-data melalui pencarian data selanjutnya. Oleh karena itu, data pada
penelitian berwujud kata-kata, kalimat-kalimat atau paragraf-paragraf yang
dinyatakan dalam bentuk narasi yang bersifat deskripsi dengan
menggunakan kata-kata.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan teknik analisis data kualitatif yang dikembangkan oleh Miles
15. 12
and Huberman. Deskripsi penelitian ini dilakukan melalui tiga kegiatan
yang merupakan satu kesatuan yang saling terkait yaitu: mereduksi data,
penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi data.
1. Mereduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan, perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan
suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,
membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara
sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan
diverifikasi.
Reduksi data dilakukan mulai dari awal pengumpulan data hingga
penyusunan laporan penelitian diperoleh kesimpulan yang akurat sesuai
dengan pembentukan karakter sikap hormat siswa di SD Negeri Kalitengah
2 dan reduksi data ini bukanlah suatu kegiatan yang terpisah dari proses
analisis data, tetapi merupakan bagian dari proses analisis itu sendiri.
2. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dengan cara menyusun hasil reduksi beberapa
informan yang telah diperoleh secara naratif, sehingga akan lebih mudah
dianalisis dan disimpulkan dalam bentuk kalimat verbal. Proses ini
dilakukan dengan cara membuat mind mapping. Dengan demikian peneliti
bisa menguasai data dan tidak larut dalam beberapa tumpukan data yang
terlalu banyak.
3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi Data
Menarik kesimpulan dan verifikasi data adalah merupakan proses
kegiatan memberikan kesimpulan yang dimulai dengan mencari pola dan
tema hubungan hal-hal yang sering timbul serta pengujian data terhadap
hasil penafsiran mengacu pada realisasi saat ini. Kegiatan ini meliputi
pencarian arti atau makna data serta memberi penjelasan pada data yang
masih tentatif, kabur dan diragukan, maka dengan bertambahnya data,
penarikan kesimpulan akan lebih mendasar dan mendalam. Sedangkan
17. 14
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat Pragmatisme
Istilah Pragmatisme berasal dari kata Yunani pragma yang berarti
perbuatan (action) atau tindakan (practice). Isme di sini sama artinya dengan
isme-isme lainnya, yaitu berarti aliran atau ajaran atau paham. Dengan
demikian Pragmatisme itu berarti ajaran yang menekankan bahwa
pemikiran itu menuruti tindakan. Pragmatisme memandang bahwa kriteria
kebenaran ajaran adalah “faedah” atau “manfaat”. Suatu teori atau hipotesis
dianggap oleh Pragmatisme benar apabila membawa suatu hasil. Dengan
kata lain, suatu teori itu benar kalau berfungsi (if it works). Dengan
demikian Pragmatisme dapat dikategorikan ke dalam pembahasan
mengenai teori kebenaran (theory of truth), sebagaimana yang nampak
menonjol dalam pandangan William James, terutama dalam bukunya The
Meaning of The Truth (1909).
Pragmatisme adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa yang
benar adalah segala sesuatu yang membuktikan dirinya sebagai benar
dengan melihat kepada akibat-akibat atau hasilnya yang bermanfaat secara
praktis.
Dasar dari pragmatisme adalah logika pengamatan, di mana apa
yang ditampilkan pada manusia dalam dunia nyata merupakan fakta-fakta
individual, konkret, dan terpisah satu sama lain. Dunia ditampilkan apa
adanya dan perbedaan diterima begitu saja. Representasi realitas yang
muncul di pikiran manusia selalu bersifat pribadi dan bukan merupakan
fakta-fakta umum. Ide menjadi benar ketika memiliki fungsi pelayanan dan
kegunaan. Dengan demikian, filsafat pragmatisme tidak mau direpotkan
dengan pertanyaan-pertanyaan seputar kebenaran, terlebih yang
bersifat metafisik, sebagaimana yang dilakukan oleh kebanyakan filsafat
Barat di dalam sejarah.
Kata pragmatisme sering sekali di ucapkan orang. Orang-orang
18. 15
menyebut kata ini biasanya dalam pengertian praktis. Jika orang berkata,
rencana ini kurang pragmatis, maka maksudnya adalah rencana ini kurang
praktis. Pengertian seperti itu tidak begitu jauh dari pengertian pragmatisme
yang sebenarnya, tapi belum menggambarkan keseluruhan pengertian
pragmatisme.
Penganut pragmatisme menaruh perhatian pada praktek. Mereka
memandang hidup manusia sebagai suatu perjuangan untuk hidup yang
berlangsung terus-menerus yang di dalamnya terpenting adalah
konsekuensi-konsekuensi yang bersifat praktis. Konsekuensi-konsekuensi
yang bersifat praktis tersebut erat hubunganya dengan makna dan
kebenaran.
B. Filsafat Pendidikan Nasional
1. Pancasila sebagai Landasan Filosofis Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas)
Pasal 2 UU-RI 2 tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikan nasional
berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Rincian selanjutnya tentang hal itu
tercantum dalam penjelasan UU-RI no 2 tahun 1989, yang menegaskan
bahwa pembangunan nasional termasuk dibidang pendidikan, adalah
pengamalan pancasila, dan untuk itu pendidikan nasional mengusahakan
antara lain: “pembentukan manusia pancasila sebagai pancasila
pembangunan yang tinggi kualitasnya dan mampu mandiri” (UUD, 199:
224).
Implikasi filsafat Pancasila ini berpengaruh di kurikulum pendidikan di
Indonesia termasuk di pendidikan sekolah dasar khususnya pendidikan SD
Negeri Kangkung 3. Dengan adanya pendidikan karakter yang diusung oleh
Pemerintah, maka mendukung Pancasila sebagai dasar dari pelaksanaan
pendidikan di Indonesia.
Tujuan Pendidikan
Pandangan Pancasila tentang hakikat realitas, manusia, pengetahuan dan
hakikat nilai mengimplikasikan bahwa pendidikan seyogyanya bertujuan
19. 16
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggu jawab. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional berdasarkan UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, yang berbunyi “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bengsa yang
bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokrasi
serta bertanggung jawab”
a. Kurikulum Pendidikan
Kurikulum pendidikan, melaksanakan kurikulum yang
komprehensif, memadukan antara teori dan praktek. Wawasan
kurikulum yang dikembangkan adalah: (1) Wawasan budaya bangsa
berdasar pada kondisi sosio-budaya masyarakat dan negara
Indonesia, (2) Wawasan ideologi dan pandangan hidup Pancasila,
(3) Wawasan kemajuan Ilmu dan Teknologi, (4) Wawasan religius
dan keimanan, (5) Wawasan Pembangunan Nasional, (6) Wawasan
ketahanan bangsa, (7) Proses belajar dan mengajar, mengembangkan
proses komunikasi diagonal (interaksi aktif). Mengembangkan Cara
Belajar Siswa Aktif.
b. Metode Pendidikan
Pemilihan dan aplikasi metode pendidikan hendaknya
dilakukan dengan mempertimbangkan tujuan pendidikan yang
hendak dicapai, hakikat manusia atau peserta didik, karakteristik
isi/materi pendidikan, fasilitas alat Bantu pendidikan yang tersedia.
Penggunaan metode pendidikan diharapkan memperhatikan prinsip
cara belajar siswa aktif dan sebagainya
c. Peranan Pendidik dan Peserta Didik
20. 17
Ada berbagai peranan dan peserta didik yang harus
dilaksanakannya, namun pada dasarnya berbagai peranan tersebut
tersurat dan tersirat dalam semboyan:”ing ngarso sung tulodo”
artinya pendidik harus memberikan atau menjadi teladan bagi
peserta didiknya;’ing madya mangun karso”, artinya pendidik
harus mampu membangun karsa pda diri peserta didiknya; dan “tut
wuri handayani”artinya bahwa sepanjang tidak berbahaya pendidik
harus memberi kebebasan atau kesempatan kepada peserta didik
untuk belajar mandiri. Hakekat anak didik adalah bertanggung jawab
atas pendidikannya sendiri selaras dengan wawasan pendidikan
sepanjang haya. Hakekat guru sebagai pendidik adalah agen
perubahan, berfungsi sebagai pemimpin dan pendukung serta
pengembang nilai-nilai hidup di masyarakat, sebagai fasilitator dan
bertanggung jawab atas tujuan belajar.
d. Orientasi Pendidikan
Pendidikan memiliki dua fungsi utama, yaitu fungsi
konservasi dan fungsi kreasi. Fungsi konservasi dilandasi asumsi
bahwa terdapat nilai-nilai,penetahuan,norma,kebiasaan, dsb. Yang
dijingjung tinggi dan dipandang berharga untuk tetap dipertahankan.
Contoh:pengetahuan dan nilai-nilai yang bersifat mutlak tentunya
tetap harus dipertahannkan, demikian jugapengetahuan dan nilai-
nilai budaya yang masih dipandang benar dan baik juga perlu
dikonsrvasi. Adapun fungsi kreasi dilandasi asumsi bahwa realitas
tidaklah bersifat terberi (given) dan telah selesai sebagaimana
diajarkan oleh sains modern.Tetapi realitas “mewujud” sebagaimana
kita manusia dan semua anggota alam semesta berpartisipasi dalam
mewujukan realitas. Sebab itu, peran manusia baik sebagai individu
maupun kelompok adalah merajur realitas yang diinginkannya yang
dapat diterima oleh lingkunganya. Perubahan merupakan suatu
keharusan atau kenyataan yang tidak dapat kita tolak, sehingga para
peserta didik harus dididik untuk menguasainya dan bukan
21. 18
sebaliknya, mereka ,menjadi dikuasai oleh perubahan.
e. Fungsi pendidikan nasional Indonesia
Fungsi pendidikan nasionalIndonesiaadalah untuk
mengembangkan warga negaraIndonesia, baik sebagai pribadi
maupun anggota masyarakat, mengembangkan bangsaIndonesiadan
mengembangkan kebudayaan Indonesia
f. Unsur-unsur pokok pendidikan nasional
Unsur-unsur pokok pendidikan nasional adalah pendidikan
pancasila, pendidikan agama, pendidikan watak dan kepribadian,
pendidikan bahasa, pendidikan kesegaran jasmani, pendidikan
kesenian, pendidikan ilmu pengetahuan, pendidikan keterampilan,
pendidikan kewarganegaraan dan pendidikan kesadaran bersejarah.
g. Asas-asas pelaksanaan pendidikan nasional
Asas-asas pelaksanaan pendidikan nasional Indonesia adalah
asas semesta, asas pendidikan seumur hidup, asas tanggung jawab
bersama, asas pendidikan, asas keselarasan dan keterpaduan dengan
ketahanan nasional dan wawasan nasional, asas Bhineka Tunggal
Ika, Asas keselarasan, keseimbangan dan keserasian, asas manfaat
adil dan merata.
2. Implementasi Pragmatisme Pendidikan
Sejak dahulu hingga dewasa ini, dunia pendidikan selalu
membuka diri terhadap kemungkinan diterapkannya suatu format
pendidikan yang ideal untuk menjawab permasalahan global. Banyak
teori telah diadopsi untuk mencapai tujuan tersebut. Termasuk teori
pragmatis dari aliran Filsafat pragmatisme mencoba mengisi ruang dan
waktu untuk turut mencari solusi terbaik terhadap model pendidikan
yang dianggap selangkah ketinggalan dengan perkembangan pola pikir
manusia itu sendiri.
Seiring dengan perkembangan, dunia pendidikan berupaya
menyelaraskan antara eksplorasi pikiran manusia dengan solusi
22. 19
tindakan bersama perangkatnya untuk mencapai puncak temuan.
Tekanan utama pragmatisme dalam pendidikan selalu dilandaskan
bahwa subjek didik bukanlah objek, melainkan subjek yang memiliki
pengalaman. Setiap subjek didik tidak lain adalah individu yang
mengalami sehingga mereka berkembang, serta memiliki insiatif dalam
mengatasi problem-problem hidup yang mereka miliki.
Dalam pelaksanaannya, pendidikan pragmatisme mengarahkan
agar subjek didik saat belajar di sekolah tak berbeda ketika ia berada di
luar sekolah. Oleh karenanya, kehidupan di sekolah selalu disadari
sebagai bagian dari pengalaman hidup, bukan bagian dari persiapan
untuk menjalani hidup. Di sini pengalaman belajar di sekolah tidak
berbeda dengan pengalaman saat ia belajar di luar sekolah. Pelajar
menghadapi problem yang menyebabkan lahirnya tindakan penuh dari
pemikiran yang relative. Di sini kecerdasan disadari akan melahirkan
pertumbuhan dan pertumbuhan akan membawa mereka di dalam
beradaptasi dengan dunia yang berubah. Ide gagasan yang berkembang
menjadi sarana keberhasila.
Penerapan model pembelajaran pragmatisme dalam kaitannya
dengan semangat belajar anak di SDN Kalitengah 2 Mranggen Demak
adalah anak belajar di dalam kelas sebelum jam pelajaran dimulai.
Dengan tugas sarapan pagi anak akan mendapatkan manfaat
sebagai beikut:
1. Dapat mengingat kembali pelajaran yang telah diberikan serta
mampu menyelesaikan tugas dan pemecaha masalahnya.
2. Anak berlatih bertanggung jawab terhadap beban dan kewajiban
masing-masing.
3. Sementara, guru hanya bertindak sebagai fasilitator dan motivator.
4. Model pembelajaran ini berupaya membangkitkan hasrat anak untuk
terus belajar, serta anak dilatih berpikir secara logis.
Sebagaimana yang diungkap oleh Power (Sadulloh, 2003:133)
bahwa, implikasi dari filsafat pendidikan pragmatisme terhadap
23. 20
pelaksanaan pendidikan mencakup tiga hal pokok. Ketiga hal pokok
tersebut, yaitu:
1. Tujuan Pendidikan, tujuan pendidikan pragmatisme adalah
memberikan pengalaman untuk penemuan hal-hal baru dalam hidup
sosial dan pribadi.
2. Kedudukan Siswa, kedudukan siswa dalam pendidikan pragmatisme
merupakan suatu organisasi yang memiliki kemampuan yang luar
biasa dan kompleks untuk tumbuh.
3. Kurikulum, kurikulum pendidikan pragmatis berisi pengalaman
yang teruji yang dapat diubah. Demikian pula minat dan kebutuhan
siswa yang dibawa ke sekolah dapat menentukan kurikulum. Guru
menyesuaikan bahan ajar sesuai dengan minat dan kebutuhan anak
tersebut.
4. Metode, metode yang digunakan dalam pendidikan pragmatisme
adalah metode aktif, yaitu learning by doing (belajar sambil
bekerja), serta metode pemecahan masalah (problem solving
method), serta metode penyelidikan dan penemuan (inquiri and
discovery method). Dalam praktiknya (mengajar), metode ini
membutuhkan guru yang memiliki sifat pemberi kesempatan,
bersahabat, seorang pembimbing, berpandangan terbuka, antusias,
kreatif, sadar bermasyarakat, siap siaga, sabar, bekerjasama, dan
bersungguh-sungguh agar belajar berdasarkan pengalaman dapat
diaplikasikan oleh siswa dan apa yang dicita-citakan dapat tercapai.
5. Peran Guru. Peran guru dalam pendidikan pragmatisme adalah
mengawasi dan membimbing pengalaman belajar siswa, tanpa
mengganggu minat dan kebutuhannya.
6. Selain hal di atas, pendidikan pragmatisme kerap dianggap sebagai
pendidikan yang mencanangkan nilai-nilai demokrasi dalam ruang
pembelajaran sekolah. Karena pendidikan bukan ruang yang
terpisah dari sosial, setiap orang dalam suatu masyarakat juga
diberi kesempatan untuk terlibat dalam setiap pengambilan
24. 21
keputusan pendidikan yang ada. Keputusan-keputusan tersebut
kemudian mengalami evaluasi berdasarkan situasi-situasi sosial
yang ada.
25. 22
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil diskusi yang telah dilakukan, kami dapat mengambil
beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Pragmatisme berasal dari kata pragma (bahasa Yunani) yang berarti
tindakan, perbuatan. Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan
bahwa yang benar apa yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan
perantaraan akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis.
2. Filosuf yang terkenal sebagai tokoh filsafat pragmatisme adalah
William James dan John Dewey. Mereka berdualah yang paling
bertanggung jawab terhadap generasi Amerika sekarang, karena di
Amerika Serikat pragmatisme mendapat tempat tersendiri dengan
melekatnya nama William James sebagai tokohnya, disamping John
Dewey.
3. Pandangan pragmatism dalam pendidikan yang meliputi
a. Hakikat pendidikan
b. Tujuan pendidikan
c. Kurikulum dan proses pendidikan
B. Saran
Berdasarkan beberapa pemaparan yang telah penulis sampaikan di
atas, diharapkan pembaca dapat lebih memahami tentang filsafat, terutama
mengenai aliran pragmatisme. Sehingga, pembaca dapat mengambil hal-
hal posotif darinya
.Dalam penulisan tugas ini penulis merasa banyak kekurangan baik
dari isi tugas ini maupun cara penulisannya. Untuk itu penulis minta ada
kritikan dan saran dari para pembaca semuanya sehingga dikemudian hari
penulis dapat memperbaiki kekurangan yang ada.
26. 23
DAFTAR PUSTAKA
http://kristianawidi.blogspot.com/2012/02/makalah-pragmatisme.html
Burhanuddin Salam, Logika Materil: Filsafat Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1997)
Peter Salim , The Contemporary English-Indonesian Dictionary, (Jakarta: Modern
English, 2002)
Ali Maksum dan Luluk Yunan Ruhendi, Paradigma Pendidikan Universal di Era
Modern dan Post Modern: Mencari “Visi Baru” atas “Realitas Baru”
Pendidikan Kita, (Yogyakarta: Ircisod, 2004)
Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2007)
http://kristianawidi.blogspot.com/2012/02/makalah-pragmatisme.html
Burhanuddin Salam, Logika Materil: Filsafat Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1997), hlm. 202
Ibid , h. 203
Ibid, h. 204
Peter Salim , The Contemporary English-Indonesian Dictionary, (Jakarta: Modern
English, 2002), hlm. 1465
Ali Maksum dan Luluk Yunan Ruhendi, Paradigma Pendidikan Universal di Era
Modern dan Post Modern: Mencari “Visi Baru” atas “Realitas Baru”
Pendidikan Kita, (Yogyakarta: Ircisod, 2004), hlm.260
Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2007),
hlm.128-129
[8] Ali Maksum dan Luluk Yunan Ruhendi, op.cit.,hlm. 261
[9] Ibid.,hlm. 263.
Diposting oleh Ade Putra di 14.50