1. 1
ASUHAN KEBIDANAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA
TERHADAP NN. P USIA 18 TAHUN DENGAN DISMENORE
DI AKBID ADILA BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2016
KARYA TULIS ILMIAH
DISUSUN OLEH :
NAMA : AYU WANDIRA
NIM : 201308005
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2016
2. 2
ASUHAN KEBIDANAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA
REMAJA TERHADAP Nn. P USIA 18 TAHUN DENGAN
DISMENORE DI AKBID ADILA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2016
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Akhir Program Pendidikan
Diploma III Kebidanan
Di Susun Oleh :
AYU WANDIRA
NIM : 201308005
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2016
i
3. 3
LEMBAR PERSETUJUAN
Diterima dan disetujui untuk diajukan dan dipertahankan di depan
Tim Penguji dalam Ujian Akhir Program Pendidikan
Diploma III Kebidanan Adila
Hari :
Tanggal :
Pembimbing
NINIK MASTURIAH, S.ST., M.Kes
ii
4. 4
LEMBAR PENGESAHAN
Diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Ujian Akhir Program Pendidikan
Diploma III Kebidanan Adila pada:
Hari :
Tanggal :
Penguji I Penguji II
Mengetahui:
Direktur
dr. Wazni Adila, MPH
NIK : 2011041008
iii
5. 5
CURRICULUM VITAE
Nama : AYU WANDIRA
NIM : 201308005
Tempat/Tanggal Lahir : Srimenanti 27 desember 1995
Alamat :Kap,Srimenanti, Kec, Negara Batin, KabWaykanan
Institusi : Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
Angkatan : VIII
Riwayat Pendidikan
1. SD Negeri 01 Srimenati (2001-2007)
2. SMP Negeri 03 Negara Batin (2007-2010)
3. SMA Negeri 01 Negara Batin (2010-2013)
4. Penulis terdaftar sebagai Mahasiswa di Akademi
Kebidanan Adila Bandar Lampung sejak Tahun 2013
hingga sekarang.
iv
7. 7
PERSEMBAHAN
Bismillahirrohmanirrohim.
Yang utama dari segalanya, sembah sujud dan syukur kepada ALLAH SWT yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala nikmat, kekuatan, serta kemudahan
yang Engkau berikan akhirnya karya sederhana ini dapat terselesaikan. Sehingga
tiada alasan bagi saya untuk berhenti bersyukur. “Alhamdulillah Alhamdulillah
Alhamdulillah”.
Dengan ini saya persembahkan Karya Tulis Ilmiah ini teruntuk Walid Syahril dan
Ibuk Karyati serta nenek ku tercinta, terima kasih telah menjadi penyemangat dalam
hidupku, tanpa kalian saya tidak bisa menjadi seperti yang sekarang ini, serta selalu
mendoakan ku, membimbingku, menyekolahkanku sampai saat ini, terima kasih doa-
doa disetiap sujudmu ibuk & walid.
Teruntuk Ayah ipul, Ibuk siti dan Firman Saipulloh, terima kasih selalu memberikan
semangat yang tiada hentinyas dan telah menyelipkan nama ku disetiap doamu ayah
& ibuk.
Untuk kakakku tercinta (alm) ariwijaya, terimakasih telah mendoakan adikmu ini dari
surgamu, kau melihat dan mendukungku dari kejauhan hingga akhirnya studi ku
terselesaikan, tak lupa untuk adek ku yang aku sayangi serta aku bangga kan, Salman
Alparizi, Rika wulandari , deya syahfitri terimakasih telah menjadi semangat wanti
selama ini karena kalian adalah tanggung jawabku kelak.
Buat kelama kebanggaan saya (Badri Junjom), en , uncu , binda , biksu, Ibu aldi,
khoya khairullah dan serta keluarga besar A.somad dan kemalaraja, terimakasih telah
memberikan dukungan yang sangat luar biasa selama ini.
Kepada Ibu Margareta Rinjani S,ST. selaku pembimbing Askeb, dan Ibu Nini
Masturiah S.ST,.M.Kes selaku dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah saya,
terimakasih atas bantuan, nasihat, dan kesabaran untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
Teruntuk adek ku mila,Imroatul Fadilla, Dian yulianti dan sahabatku Mega, Nani,
Mardiana, Enita, Maya, Risa, Iga, Vitriyana yang selalu memberi semangat dan
dukungan untuk segera menyelesaikan KTI ini.
vi
8. 8
Seluruh teman-teman angkatan VIII AKBID ADILA Bandar Lampung, teruntuk
kamar Kenanga, Adelwish, Anyelir dan Evorbia serta teman seperjuangan,
terimakasih untuk hari-hari, canda tawa, solidaritas yang luar biasa, selama lebih
kurang 3 tahun bersama mampu melewati semua untuk satu tujuan yang sama.
Dan yang terakhir untuk ALMAMATER kebangganku, akan kujaga serta kujunjung
tinggi nama baik ALMAMATER Ku… TERIMAKASIH
vii
9. 9
ASUHAN KEBIDANAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA
TERHADAP Nn. P USIA 18 TAHUN DENGAN DISMENORE
DI AKBID ADILA BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2016
Ayu Wandira, Ninik Masturiah, S.ST.,M.Kes
INTISARI
Kesehatan reproduksi didefinisikan sebagai keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial
secara utuh (tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan) dalam semua hal
yang berkaitan dengan system reproduksi, serta fungsi dan prosesnya. Menstruasi
adalah proses alamiah yang terjadi pada perempuan. Mentruasi merupakan
perdarahan teratur dari uterus sebagai tanda bahwa alat kandungan telah menunaikan
faalnya. Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim dan terjadi
selama menstruasi. Tujuan penulis dalam penelitian ini agar penulis dapat
memberikan Asuhan Kesehatan Reproduksi terhadap Nn. P Umur 18 Tahun dengan
Dismenore. Metode penelitian yang digunakan penulis dalam karya tulis ilmiah ini
adalah dengan menggunakan studi kasus. Peneliti memperoleh data penelitian selama
studi kasus kebidanan yaitu menggunakan data primer dengan wawancara dan
pemeriksaan fisik. Subyek penelitian ini adalah Nn. P umur 18 tahun. Obyek
penelitian ini adalah Kesehatan Reproduksi Remaja dengan Dismenore. Tempat
penelitian dilakukan di Jln. Soekarno Hatta, By Pass, Akbid Adila Bandar Lampung.
Kesimpulan hasil penelitian ini adalah mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan
Kesehatan Reproduksi pada Remaja terhadap Nn. P usia 18 tahun dengan Dismenore
di ADILA Bandar Lampung. Saran utama penelitian ini adalah digunakan sebagai
pedoman dalam menambah pengetahuan khususnya pada remaja tentang penanganan
rasa nyeri pada saat menstruasi.
Kata Kunci : Kesehatan Reproduksi Dismenore
Kepustakaan : 27 Referensi
Jumlah Halaman : 110 halaman
viii
10. 10
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat yang
telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
yang berjudul “Asuhan kebidanan Kesehatan Reproduksi pada Remaja terhadap
Nn. P Usia 18 Tahun dengan Dismenore di Akbid Adila Bandar Lampung
Tahun 2016”.
Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan berkat bantuan berbagai pihak, maka
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Wazni Adila, MPH selaku Direktur Akademi Kebidanan Adila Bandar
Lampung
2. Ninik Masturiah, S.ST.,M.Kes selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah Akademi
Kebidanan Adila Bandar Lampung
3. Selaku penguji Karya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
4. Seluruh Dosen dan Staf Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
5. Teman-teman Angkatan VIII dan Semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini baik secara langsung maupun tidak langsung
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
Penulis menyadari penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
guna perbaikan pada masa yang akan datang. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca umum.
Bandar Lampung, Juni 2016
Penulis
ix
11. 11
DAFTAR ISI
HALAMAM JUDUL ................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... iv
CURRICULUM VITAE........................................................................... v
MOTTO ..................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN...................................................................................... vii
INTISARI .................................................................................................. viii
KATA PENGANTAR............................................................................... ix
DAFTAR ISI.............................................................................................. x
DARTAR TABEL..................................................................................... ` xii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian........................................................................ 4
D. Ruang Lingkup ........................................................................... 5
E. Manfaat Penelitian...................................................................... 5
F. Metode Penelitian....................................................................... 6
G. Tehnik Memperoleh Data........................................................... 7
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Teori Medis ................................................................. 8
B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan............................................. 37
C. Landasan Hukum Kewenangan.................................................. 57
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Data Subjektif............................................................................. 63
B. Data Objektif .............................................................................. 67
C. Matriks........................................................................................ 70
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian .................................................................................. 84
B. Interpretasi Data Dasar............................................................... 97
C. Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial................... 98
D. Mengidentifikasi Tindakan Segera............................................. 99
E. Perencanaan................................................................................ 99
F. Melaksanakan Perencanaan........................................................ 101
G. Evaluasi ...................................................................................... 105
x
12. 12
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................. 108
B. Saran........................................................................................... 110
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
13. 13
DAFTAR TABEL
1. 3.1 Matriks..................................................................................... 70
xii
15. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kesehatan reproduksi diartikan sebagai suatu kondisi yang menjamin bahwa
fungsi reproduksi, dapat berlangsung dalam keadaan sejahtera fisik, mental,
maupun sosial bukan sekedar terbebas dari penyakit atau gangguan fungsi alat
reproduksi (Emilia,2008;h.1).
Kesehatan reproduksi didefinisikan sebagai keadaan sejahtera fisik, mental, dan
sosial secara utuh (tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan) dalam
semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya
(Kumalasari dan Andhyantoro, 2012; h. 1).
Tujuan dari program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk membantu
remaja agar memahami dan menyadari ilmu tersebut, sehingga memiliki sikap dan
perilaku sehat dan tentu saja bertanggung jawab kaitannya dengan masalah
kehidupan reproduksi. Upaya yang dilakukan melalui advokasi, promosi, KIE,
konseling dan pelayanan kepada remaja yang memiliki permasalahan khusus serta
pemberian dukungan pada kegiatan remaja yang bersifat positif.
16. 2
Berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya, masa (rentang waktu) remaja ada
tiga tahap, yaitu: masa remaja awal (10-12 tahun), tampak dan memang merasa
lebih dekat dengan teman sebaya, tampak dan merasa ingin bebas, tampak dan
memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir yang
khayal (abstrak). Masa remaja tengah (13-15 tahun) tampak dan merasa ingin
mencari identitas diri, ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan
jenis, timbul perasaan cinta yang mendalam, kemampuan berpikir abstrak
(berkhayal) makin berkembang, berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan seksual. Masa remaja akhir (16-19 tahun), menampakkan pengungkapan
kebebasan diri, dalam mencari teman sebaya lebih selektif, memiliki citra
(gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya, dapat mewujudkan perasaan cinta,
memiliki kemampuan berpikir khayal atau abstrak (Widyastuti et. all, 2009; h. 5,
11-12).
Menstruasi adalah proses alamiah yang terjadi pada perempuan. Menstruasi
merupakan perdarahan teratur dari uterus sebagai tanda bahwa alat kandungan
telah menunaikan faalnya. Masa ini akan mengubah perilaku dari beberapa aspek,
misalnya psikologi dan lain-lain. Pada wanita biasanya pertama kali mengalami
menstruasi (menarche) pada umur 12-16 tahun. Siklus menstruasi normal terjadi
setiap 22-35 hari, dengan lamanya menstruasi selama 2-7 hari (Kusmiran, 2012; h.
105).
17. 3
Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim dan terjadi selama
menstruasi (Kumalasari dan Andhyantoro, 2012; h. 71).
Prevalensi dismenore di Indonesia tahun 2008 sebesar 64,25% yang terdiri dari
54,89% dismenore primer dan 9,36% dismenore sekunder (Sophia et. all, 2013).
Hasil studi terbaru menunjukan bahwa hampir 10% remaja yang dismenore
mengalami absence rate 1-3 hari per bulan atau ketidakmampuan remaja dalam
melakukan tugasnya sehari-hari akibat nyeri hebat. Hal ini diperkuat oleh Jarret,
dkk dalam tingkatan rasa sakit saat menstruasi adalah sakit ringan 47,7% dan sakit
berat sebanyak 47%. Selanjutnya untuk menghilangkan rasa sakit, remaja tersebut
menggunakan obat sendiri tanpa konsultasi dengan dokter, minum obat analgesik
32,5% melakukan kompres dengan air panas 34% dan yang tersering melakukan
istirahat sekitar 92%.
Angka kejadian dismenore pada remaja di Provinsi Lampung tahun 2007
diperkirakan 1,12% sampai 1,35% jumlah penderita yang memeriksakan diri ke
petugas kesehatan (Utami dan Prastika, 2014).
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada Nn. P umur 18 tahun pada
tanggal12 juni 2016 Nn. P mengalami Dismenore dan Nn. P kurang mengetahui
cara mengatasi Dismenore yang di alami sehingga penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang Asuhan Kebidanan Kesehatan Reproduksi Pada
18. 4
Remaja Terhadap Nn. P Dengan Dismenore Di Akbid Adila Bandar Lampung
Tahun 2016.
Dari hasil survei, penulis mendapatkan seorang remaja yang mengalami dismenore
di Jln. Soekarno Hatta, By pass Adila Bandar Akbid Lampung.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka penulis membuat rumusan
masalah sebagai berikut : “Bagaimanakah Penatalaksanaan dan penanganan
Dismenore pada Nn. P usia 18 tahun dengan dismenore di Akbid Adila Bandar
Lampung Tahun 2016?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulis dalam penelitian ini adalah dapat memberikan Asuhan
Kebidanan Kesehatan reproduksi Pada Remaja Terhadap Nn. P Dengan
Dismenore Di Akbid Adila Bandar Lampung Tahun 2016 Dengan menggunakan
pendekatan menejemen kebidanan 7 langkah Varney.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis dapat melakukan pengkajian data, interprestasi data untuk
mengidentifikasi diagnosa, menentukan masalah potensial dan
mengantisipasi penatalaksanaan, melaksanakan tindakan segera, menyusun
19. 5
rencana asuhan yang menyeluruh, melaksanakan rencana asuhan kebidanan,
dapat mengevaluasi asuhan yang diberikan Asuhan Kebidanan Kesehatan
Reproduksi Pada Remaja Terhadap Nn. P Usia 18 Tahun Dengan Dismenore
Di Akbid Adila Bandar Lampung.
D. Ruang Lingkup
1. Sasaran
Nn. P usia 18 tahun mengalami dismenore dengan kebutuhan penanganan nyeri
saat haid.
2. Tempat
Jln.Soekarno Hatta, By pass Adila Bandar Akbid Lampung.
3. Waktu
Studi kasus ini dilaksanakan pada tanggal 12 Juni2016 sampai 18 Juni 2016
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi
Dapat menambah dan meningkatkan pengetahuan mahasiswa dan sebagai
bahan bacaan di perpustakaan sebagai pembelajaran untuk penelitian
selanjutnya.
20. 6
2. Bagi pasien
Sebagai informasi dan menambah wawasan tentang pengertian, gejala yang
dirasakan dan penanganan bagi remaja putri tentang dismenore dan penanganan
dismenore pada Nn. P.
3. Bagi penulis
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian di bidang kesehatan
reproduksi khususnya tentang dismenore.
F. Metodelogi Penelitian
Metode yang digunakan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah dengan
menggunakan studi kasus. Model ini memfokuskan pada kasus tertentu. Creswell
(1998) menyatakan bahwa studi kasus (case study) adalah suatu model yang
menekankan pada eksplorasi dari suatu “sistem yang berbatas” (bounded system)
pada satu kasus atau beberapa kasus secara mendetail, disertai dengan panggilan
data secara mendalam yang melibatkan beragam sumber informasi yang kaya akan
konteks. Studi kasus adalah suatu model penelitian kualitatif yang terperinci
tentang individu atau suatu unit sosial tertentu selama kurun waktu tertentu. Secara
lebih dalam, studi kasus merupakan suatu model yang bersifat komprehensif,
intens, terperinci dan mendalam serta lebih diarahkan sebagai upaya untuk
menelaah masalah-masalah atau fenomena yang bersifat kontemporer (berbatas
waktu) (Herdiansyah, 2012; h. 76).
21. 7
G. Tehnik Memperoleh Data
Untuk memperoleh data, tehnik yang digunakan sebagai berikut:
1. Data Primer
Data primer merupakan materi atau kumpulan fakta yang dikumpulkan sendiri
oleh penelitian pada saat penelitian berlangsung (Chandra, 2008; h. 20).
a. Wawancara
Suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, di mana
penelitian mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari
seseorang sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap berhadapan
muka dengan orang tersebut (face to face). Jadi data tersebut diperoleh
langsung dari responden melalui suatu pertemuan atau percakapan.
Wawancara sebagai pembantu utama dari metode observasi. Gejala-gejala
sosial yang tidak dapat terlihat atau diperoleh melalui observasi dapat digali
dari wawancara (Notoatmodjo, 2012; h. 139).
b. Pengkajian fisik
Dalam memperoleh data pengkajian fisik sesuai dengan kebutuhan dan
pemeriksaan tanda-tanda vital, meliputi: Pemeriksaan fisik (inspeksi,
palpasi, auskultasi, dan perkusi) (Soepardan, 2007; h. 98).
22. 8
2. Data Sekunder
a. Studi kepustakaan
Studi kepustakaan merupakan kegiatan penelitian yang dilakukan oleh
penelitian. Selain itu, studi kepustakaan juga merupakan dokumentasi
dari tinjauan menyeluruh terhadap publikasi dan non publikasi,
sehingga peneliti bisa memastikan bahwa tidak ada variable penting di
masa lalu yang ditemukan berulang kali mempunyai pengaruhi atas
masalah yang terlewatkan. Studi kepustakaan yang baik akan
menyediakan dasar untuk menyusun kerangka teoritis yang
komprehensif yakni hipotesis yang dapat dibuat untuk di uji
(Hidayat,2014;h.40).
b. Studi dokumentasi
Salah satu pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau
menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau
oleh orang lain yang telah subjek. Studi dokumentasi merupakan salah
satu cara yang dapat dilakukan peniliti kualitatif untuk mendapat
gambaran dari sudut pandang subjek dari suatu media tertulis dan
dokumen lain yang ditulis atau dibuat langsung oleh subjek yang
bersangkutan (Herdiansyah,2012;h.143).
23. 9
BAB II
TINJAUAN PUSAKA
A. Tinjauan Teori Medis
1. Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi diartikan sebagai suatu kondisi yang menjamin bahwa
fungsi reproduksi, khusus nya proses reproduksi, dapar berlangsung dalam
keadaan sejahtera secara fisik, mental, maupun sosial bukan sekedar terbebas
dari penyakit atau gangguan fungsi alat reproduksi (Emilia,2008;h.1).
Kesehatan reproduksi didefinisikan sebagai sejahtera fisik, mental, dan sosial
secara utuh (tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan) dalam
semua hal berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya.
a. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi
Dalam pendekatan siklus hidup dikenal lima tahap, beberapa pelayanan
kesehatan reproduksi dapat diberikan pada tiap tahapan berikut ini.
1) Konsepsi
a) Perlakuan sama terhadap janin laki-laki/ perempuan.
b) Pelayanan antenatal, persiapan aman dan nifas serta pelayanan bayi
baru lahir.
9
24. 10
2) Bayi dan Anak
a) ASI Akslusif dan penyapihan yang layak.
b) Tumbuh kembang anak, pemberian makanan dengan gizi seimbang.
c) Imunisasi dan manajemen terpadu belita balita sakit.
d) Pencegahan dan penaggulangan kekerasan.
e) Pendidikan dan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan
perempuan.
3) Remaja
a) Gizi seimbang.
b) Informasi tentang kesehatan reproduksi.
c) Pencegahan kekerasan, termasuk seksual.
d) Pencegahan terhadap ketergantungan napza.
e) Perkawinan pada usia yang wajar.
f) Pendidikan,peningkatan ketrampilan.
g) Peningkatan penghargaan diri.
h) Peningkatan pertahanan terhadap godaan dan ancaman.
4) Usia Subur
a) Kehamilan dan persalinan yang aman.
b) Pencegahan kecacatan dan kematian akibat kehamilan pada ibu dan
bayi.
c) Menjaga jarak kelahiran dan jumlah kehamilan dengan penggunaan
alat kontrasepsi (KB).
25. 11
d) Pencegahan terhadap PMS/HIV/AIDS.
e) Pelayanan kesehatan reproduksi berkualitas.
f) Pencegahan dan penanggulangan masalah aborsi.
g) Deteksi dini kanker payudara dan leher rahim.
h) Pencegahan dan manajemen infertilitas.
5) Usia Lanjut
a) Perhatian pada problem/andro-pause.
b) Perhatian pada penyakit utama degenerative, termasuk rabun,
gangguan mobilitas dan esteoporosis.
c) Deteksi dini kanker rahim dan kanker rahim (Kumalasari dan
Andhyantoro, 2013, h. 1, 1-2).
2. Remaja
Pendapat tentang usia remaja bervariasi antara beberapa ahli, organisasi,
atau lembaga kesehatan. Usia remaja merupakan periode transisi
perkembangan dari masa kemasa anak ke masa dewasa, usia antara 10-24
tahun. (Kusmiran,2011;h.4).
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa yang meliputi perubahan biologis, psikologis, dan sosial. World
Health Organization (WHO) menentukan usia remaja antara antara 12-24
tahun (Sophia, dkk 2015;h.1).
a. Batasan Usia Remaja
26. 12
Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai budaya setempat. Ditinjau
dari bidang kesehatan WHO, masalah yang disarankan paling
mendesak berkaitan dengan kesehatan remaja adalah kehamilan dini
(Kumalasari dan Andhyantoro, 2013;h. 13).
b. Karaktreristik Remaja Berdasarkan Umur
1) Masa Remaja Awal (10-12 tahun).
2) Masa Remaja Tengah (13-15 tahun).
3) Masa Remaja Akhir (16-19 tahun).
c. Perubahan Kejiwaan Pada Masa Remaja
1) Perubahan Emosi
2) Perkembangan Intelegensi (Widyastuti et. All 2009; h. 16-17).
d. Perubahan Fisik pada Masa Remaja Wanita
1) Tanda Seks Primer
Pada remaja wanita sebagai tanda kematangan organ reproduksi
adalah ditandai dengan datangnya menstruasi (menarche).
2) Tanda Seks Sekunder
a) Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang, tangan dan kaki
bertambah besar.
b) Pinggul lebar, bulat dan membesar.
c) Tumbuh bulu-bulu halus disekitar ketiak dan vagina.
d) Tulang-tulang wajah mulai memanjang dan membesar.
27. 13
e) Pertumbuhan payudara, putting susu membesar dan membesar
dan menonjol, serta kelenjar susu berkembang, payudara
menjadi lebih besar dan bulat.
f) Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat, lubang pori-
pori bertambah besar, kelenjar lemak, dan kelenjar keringat
menjadi lebih aktif.
g) Otot semakin besar dan semakin kuat, terutama pada
pertengahan dan menjelang akhir masa puber, sehingga
memberikan bentuk pada bahu, lengan dan tungkai.
h) Suara menjadi lebih penuh dan semakin merdu (Kumalasari
dan Andyantoro, 2013; h. 17).
e. Prinsip Gizi Bagi Anak Remaja dan Dewasa
Pada masa remaja kudapan berkontribusi 30% atau lebih dari total
asupan kalori setiap hari. Remaja harus didorong untuk bertanggung
jawab atas pemilihan kudapan yang sehat. Menurut WHO batasan usia
remaja yaitu antara umur 10-19 tahun. Makanan mengandung unsur
zat gizi yang sangat diperlukan untuk tumbuh dan berkembang
(Proverawati, 2009;h.141).
Kebutuhan gizi remaja dan eksekutif muda relative besar, karena
masih masih mengalami pertumbuhan. Selain itu umumnya melakukan
28. 14
aktivitas fisik lebih tinggi disbanding usia lainnya, sehingga
diperlukan zat gizi lebih banyak.
1) Energy
2) Protein
3) Kalsium
4) Besi
5) Seng (Zinc)
6) Vitamin (Proverawati, 2009; h.142-145).
Menstruasi adalah proses alamiah yang terjadi pada perempuan.
Menstruasi merupakan perdarahan yang teratur dari uterus sebagai tanda
bahwa organ kandungan telah berfungsi matang. Umumnya, remaja yang
mengalami menarche adalah pada usia 12 sampai dengan 16 tahun. Periode
ini akan mengubah perilaku dari beberapa aspek, misalnya psikologi dan
lainnya. Pada wanita biasanya pertama kali mengalami menstruasi (menarche)
pada umur 12-16 tahun. Siklus menstruasi normal terjadi setiap 22-35 hari,
dengan lamanya menstruasi selama 2-7 hari (kusmiran, 2013;h. 19).
Usia mulai haid normalnya 12 atau 13 tahun. Sebagian perempuan
mengalami haid lebih awal (usia 8 tahun) dan lebih lambat (18 tahun). Sekitar
usia 40-50 tahun, haid berhenti atau dinamakan menopause. Siklus haid yang
normal terjadi setiap 21-35 hari sekali dengan lama haid berkisar 3-7 hari.
Jumlah darah haid normal berkisar 30-40 mililiter (ml). Menurut hitungan
29. 15
para ahli, perempuan akan mengalami 500 kali haid selama hidupnya
(Sibagariang et all, 2010; h. 4).
Menstruasi atau yang sering dikenal dengan istilah haid merupakan
peluruhan dinding rahim yang terdiri atas darah dan jaringan tubuh. Proses ini
berlangsung secara rutin setiap bulan pada setiap perempuan normal. Umunya
taka da keluhan berarti berkaitan dengan kedatangan kecuali sedikit mulas atau
ketidaksetabilan emosi. Tetapi ada pula perempuan yang mendalam karena
proses menstruasinya sudah dirasakan bermasalah baik siklus, jumlah darah,
atau nyerinya (Kumalasari dan Andhyantoro, 2012; h. 65).
3. Siklus Menstruasi
Pada proses menstruasi dengan ovulasi (terjadi pelepasan telur), hormone
estrogen yang dikeluarkan makin meningkat yang menyebabkan lapisan dalam
rahim mengalami pertumnuhan dan perkembangan (fase proliferasi).
Peningkatan estrogen ini menekan pengeluaran hormone perangsang Folikel
Graaf yang telah dewasa, untuk melepaskan telur yang disebut sebagai proses
ovulasi. Telur ini akan ditangkap oleh Rumbai pada tuba fallopi, dan dibungkus
oleh korona radiata yang akan memberi nutrisi selama 48 jam. Folikel Graaf
yang mengalami ovulasi menjadi Korpus Luteum dan mengeluarkan dua
macam hormon indung telur yaitu estrogen dan progesterone.
Hormon estrogen yang menyebabkan lapisan dalam rahim (endometrium)
berkembang dan tumbuh dalam bentuk proliferasi, setelah dirangsang oleh
korpus luteum mengeluarkan estrogen dan progesterone lapisan dalam rahim
30. 16
berubah menjadi fase sekresi, sehingga pembuluh darah makin dominal dan
mengeluarkan cairan (fase sekresi). Bila tidak terjadi pertemuan antara
spermatozoa daan ovum (telur), korpus luteum berumur8 hari, sehingga setelah
kematiannya tidak mampu lagi mempertahankan lapisan dalam rahim oleh
karena itu hormone estrogen dan progesteron berkurang sampai menghilang.
Berkurang dan menghilangnya estrogen dan progesteron, menyebabkan terjadi
fase vasokonstriksi (pengerutan) pembuluh darah sehingga lapisan daalam
rahim mengalami kekurangan aliran darah (kematian). Selajutnya diikuti
dengan vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) dan pelepasan darah dalam
bentuk perdarahan yang disebut “menstrruasi” pengeluaran darah menstruasi
berlangsung antara 3-7 hari, dengan jumlah darah yang hilang sekitar 50-60 cc
tanpa bekuan darah. Bila perdarahan disertai gumpalan darah menunjukkan
terjadi perdarahan banyak, yang merupakan perdarahan abnormal pada
menstruasi (Manuaba et. all, 2009; h. 55-56).
Panjang siklus haid ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan
mulainya haid berikutnya. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama
siklus. Karena jam mulainya haid tidak diperhitungkan dan tepatnya waktu
keluar haid dari ostium uteri eksternum tidak dapat diketahui, maka panajng
siklus mengandung kesalahan ± 1 hari. Panjang siklus haid yang normal atau
dianggap sebagai siklus haid yang normal atau dianggap sebagai siklus haid
yang klasik ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas, bukan saja antara
31. 17
beberapa wanita tertapi juga pada wanita yang sama (Prawirohardjo, 2009; h.
103).
4. Faktor Yang Mempengaruhi Menstruasi
Beberapa faktor yang mempengaruhi menstruasi, yaitu:
a. Faktor Hormon
Hormon-hormon yang mempengaruhi terjadinya haid pada seorang wanita
yaitu:
1. Follicle Stimulating Hormone (FSH) yang dikeluarkan oleh hipofisis.
2. Ekstrogen yang dihasilkan oleh ovarium.
3. Luteinizing Hormone (LH) yang dihasilkan oleh hipofisis.
4. Progesteron yang dihasilkan oleh ovarium
b. Faktor Enzim
Enzim hidrolitik yang terdapat dalam endometrium merusak sel yang
berperan dalam sintesis protein, yang mengganggu metabolisme sehingga
mengakibatkan regresi endometrium dan perdarahan.
c. Faktor Vaskular
Saat fase proliferasi, terjadi pembentukan sistem vaskularasi dalam lapisan
fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula
arteri-arteri, vena-vena, dan hubungan diantara keduanya. Dengan regresi
endometrium, timbul statis dalam vena-vena serta saluran-saluran yang
menghubungkannya dengan arteri dan akhirnya terjadi nekrosis dan
perdarahan dengan pembentukan hematoma, baik dari arteri maupun vena.
32. 18
d. Faktor Prostaglandin
Endometrium mengandung prostaglandin E2 dan F2. Dengan adanya
desintegrasi endometrium, Prostaglandin terlepas dan menyebabkan
kontraksi miometrium sebagai suatu faktor untuk membatasi perdarahan
pada haid (Kusmiran, 2013; h. 106-107).
5. Gangguan Menstruasi
Gangguan menstruasi dan siklusnya dalam masa reproduksi dapat
digolongkan berdasarkan kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya
perdarahan pada menstruasi (hipermenorea atau menoragia dan hipomenore),
kelainan siklus ( polimenore, oligomenore, amenore), perdarahan diluar
menstruasi (metrogia), gangguan lain yang ada hubungan ddengan menstruasi
(ketegangan pramenstruasi-premenstrual tension, mestadinia, rasa nyeri pada
ovulasi- mittelschmerz, dan dismenore).
a. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan menstruasi.
1. Hipermenorea (menoragia)
Hipermenore adalah perdarahan menstruasi lebih banyak dari normal
(lebih dari 80 ml), atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari), kadang
disertai dengan bekuan darah sewaktu menstruasi.
a) Beberapa penyebab
1) Infeksi saluran reproduksi (seperti : endometritis dan salpingitis).
33. 19
2) Kelainan koagulasi (pembekuan darah), missal: akibat von
willebrand disease, kekurangan protrombin, idiopatik
trombositopenia purpura (ITP), dan lain-lain.
3) Disfungsi organ yang yang menyebabkan terjadinya menoragia
seperti gagal hepar atau gagal ginjal. Penyakit hati kronik dapat
menyebabkan gangguan dalam menghasilkan faktor pembekuan
darah dan menurunkan hormon estrogen.
4) Kelainan hormone endokrin missal akibat kelainan kelenjar tiroid
atau kelenjar adrenal, tumor pituitary, siklus anovulasi, Sindrom
Polikistik Ovarium (PCOS), kegemukan dan lain-lain.
5) Kelainan anatomi rahim seperti adanya mioma uteri, polip
endometrium, hyperplasia endometrium, kanker dinding rahim dan
lain sebagainya.
6) Tindakan bidan
(a) Pengobatan dapat dilakukan dengan suplementasi zat besi dan
ntiprostaglandin selama mesntruasi dan pemberi asam folat.
(b) Kondisi yang paling ditakutkan akibat keluarnya darah
menstruasi dalam jumlah yang banyak adalah anemia.
Perdarahan yang berlebihan dapat menyebabkan tubuh
kekurangan darah. Oleh karena itu, biasanya diberika pula
antikoagulan untuk mengumpulkan darah seperti ergometri
34. 20
tablet/injeksi untuk pemeriksaan selanjutnya, yaitu dengan
merujuk ke fasilitas yang lebih tinggi dan lengkap.
2. Hipomenorea
Hipomenorea adalah perdarahan menstruasi yang lebih pendek dan atau
kurang dari baisa.
a) Beberapa penyebab
Hipomenorea disebabkan oleh karena endometrium yang kurang subur
akibat kurang gizi, penyakit menahun, maupun gangguan hormonal.
b) Tindakan bidan
Merujuk ke fasilitas yang lebih tinggi dan lengkap.
b. Kelainan siklus menstruasi
1. Polimenorea atau epimenoragia
Siklus menstruasi yang lebih memendek dari biasa yaitu kurang dari 21
hari, sedangkan jumlah perdarahan relative sama atau lebih banyak dari
biasa.
a) Beberapa penyebab
Polimenorea merupakan gangguan hormonal dengan umur korpus
luteum memendek sehingga siklus menstruasi juga lebih pendek atau
bisa di sebabkan akibat stadium proliferasi pendek atau stadium
pendek atau karena keduanya.
35. 21
b) Terapi
Stadium proliferasi dapat diperpanjang dengan hormon estrogen dan
stadium sekresi menggunakan hormone kmbinasi estrogen dan
progesteron.
2. Oligomenorea
Oligomenorea adalah siklus menstruasi memanjang lebih dari 35 hari,
sedangkan jumlah perdarahan tetap sama.
a) Beberapa penyebab
Perpanjangan stadium folikuler dan stadium luteal, kedua stadium
menjadi panjang karena pengaruh psikis, pengaruh penyakit dan TBC.
b) Terapi
Oligomenorea yang disebabkan ovulatory tidak memerlukan terapi,
sedangkan bila mendekati amenorea diusahakan dengan ovulasi.
3. Amenorea
Amenorea adalah keadaan tidak datang menstruasi selama tiga bulan
berturut-turut
a) Klasifikasi
1) Amenore fisiologis: terjadi sebelum menarche dan pada saat
kehamilan, menyusui, serta menopause.
2) Amenorea patologis, terdiri atas dua macam yaitu amenorea primer
dan amenorea sekunder. Amenore primer, yaitu apabila belum
pernah dating menstruasi sampai umur 18 tahun. Sementara itu,
36. 22
amenorea sekunder yaitu apabila berhenti menstruasi setelah
menarche atau pernah mengalami menstruasi tetapi berhenti
berturut-turut selama tiga bulan.
b) Penyebab tersering amenore primer
1) Pubertas terlambat.
2) Kegagalan dari fungsi indung telur.
3) Agnesis uterovaginal (tidak tumbuhnya organ rahim dan vagina).
4) Gangguan pada susunan saraf pusat.
5) Himen imperforate yang menyebabkan sumbatan keluarnya darah
haid, dapat dipikirkan apabila perempuan memiliki rahim dan
vagina normal terapi.
c) Penyebab amenore sekunder
1) Obat-obatan.
2) Stress dan depresi.
3) Nutrisi yang kurang, penurunan berat badan berlebihan, olahraga
berlebihan, dan obesitas.
4) Gangguan hipotalamus dan hipofisis.
5) Gangguan indung telur.
6) Kelainan endokrin (misalnya sindroma Cushing yang menghasilkan
sejumlah besar hormone koristol oleh kelenjar adrenal).
7) Penyakit kronik dan sindron Asherman.
37. 23
d) Gejala amenore
Gejalanya bervariasi, bergantung pada penyebabnya
1) Jika penyebabnya adalah kegagalan mengalami pubertas, maka
tidak akan menemukan tanda-tanda pubertas seperti pembesaran
payudara, pertumbuhan rambut kemaluan dan rambut ketiak, serta
perubahan bentuk tubuh.
2) Jika penyebabnya adalah kehamilan, akan ditemukan morning
sickness dan pembesaran perut.
3) Jika penyebabnya adalah kadar hormone tiroid yang tinggi maka
gejalanya adalah denyut jantung yang cepat, kecemasan, serta kulit
yang hangat dan lembab. Sindroma Cushing menyebabkan wajah
bulat (moon face), perut buncit, serta lengan dan tungkai yang
kurus.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada amenore:
(a) Sakit kepala.
(b) Galaktore (pembentukan air susu pada perempuan yang tidak
hamil dan tidak sedang menyusui).
(c) Gangguan penglihatan (pada tumor hipofisis).
(d) Penurunan atau penambahan berat badan yang berarti.
(e) Vagina yang kering.
38. 24
(f) Hirsutisme (pertumbuhan rambut yang berlebihan, yang
mengikuti pola pria), perubahan suara dan perubahan ukuran
payudara.
e) Terapi
Terapi pada amenore, bergantung dengan etiologinya. Secara umum
berupa pemberian hormone-hormon yang merangsang ovulasi; iridasi
(penyinaran) dari ovarium; pengembalian keadaan umum;
menyeimbangkan antara kerja, sekreasi, dan istirahat; serta
pembedahan untuk mengangkat tumor jika penyebabnya adalah tumor.
4. Perdarahan diluar menstruasi
a) Metroragia
Metrogia adalah perdarahan yang tidak teratur dan tidak ada
hubungannya dengan haid. Mentroragia merupakan suatu perdarahan
irregular yang terjadi diantara dua waktu haid. Pada metroragia, haid
terjadi dalam waktu yang lebih singkat dengan darah yang dikeluarkan
lebih sedikit.
1) Klasifikasi
(a) Metroragia oleh karena adanya kehamilan; seperti abortus,
kehamilan ektopik.
(b) Metroragia diluar kehamilan.
39. 25
2) Beberapa penyebab
(a) Kelainan organic pada alat genital, yaitu dapat terjadi pada
serviks uteri (polypus servisis uteri, ulkus pada porsio uteri, dan
karsinoma servisis uteri); korpus uteri (seperti polip
endometrium, abortus imminens, mola, karsinoma korposis
uteri, mioma uteri, dan lain-lain); tuba fallopi (kehamilan
ektopik terganggu, radang tuba, dan tumor tuba); serta ovarium
(radang ovarium, tumor ovarium, dan lain-lain). Selain itu,
metroragia diluar kehamilan juga dapat disebabkan oleh
kelainan fungsional Perdarahan Anovulatoar tidak terjadi
ovulasi); disebabkan oleh psikis neurogen, penyakit metabolic,
penyakit endokrin, kelainan gizi, penyakit umum yang
menahun dan tumor-tumor ovarium.
(b) Kelainan fungsional, yaitu akibat perdarahan anovulatoar dan
perdarahan ovulatoar. Perdarahan Anovulatoar (tidak terjadi
ovulasi) disebabkan oleh psikis, neurogin, penyakit yang
menahun, dan tumor-tumor ovarium. Sementara itu, perdarahan
ovulatory (terjadi ovulasi) terjadi akibaat korpus luteum
persisten; insufisiensi korpus luteum (kurangnya produksi
progesterone disebabkan gangguan LH releasing faktor);
apopleksia uteri (pada perempuan hipertensi dapat
menyebabkan pecahnya pembuluh darah uterus0; serta kelainan
40. 26
darah (seperti anemia dan gangguan mekanisme pembekuan
darah).
3) Terapi
Terapi yang dilakukan adalah tirah baring, transfuse darah, dan
pemberian hormonal (esterogen dalam dosis tinggi dan
progesterone).
5. Gangguan lain yang ada hubungan dengan menstruasi
a) Premenstrual Tension (ketegangan pra- menstruasi)
Adalah ketegangan sebelum menstruasi yang terjadi beberapa hari
sebelum menstruasi bahkan sampai menstruasi berlangsung. Terjadi
karena ketidakseimbang hormone estrogen dan progesterone
menjelang menstruasi. Premenstrual tension terjadi pada umur 30-40
tahun. Gejala klinik dari premenstrual tension adalah gangguan
emosional, gelisah, susah tidur, perut kembung, mual, muntah, serta
payudara terasa tegang, sakit, dan terkadang seperti tertekan.
1) Terapi
Olahraga teratur seperti jalan pagi selama 30 menit atau latihan
aerobik sedang: pembatasan diet garam, kopi, alcohol dan lemak;
teknik relaksasi untuk menetralisasi dan menghilangkan stress;
mengkonsumsi suplemen makanan berupa kalsium, magnesium,
vitamin E, dan vitamin B6 dimulai dari ovulasi hingga hari ketiga
41. 27
menstruasi; serta mengkonsumsi antidepressant bila perlu diuretic
ringan.
b) Mastodinia atau mastalgia
Adalah rasa tegang pada payudara menjelang menstruasi.
1) Penyebab
Dominasi hormone estrogen sehingga terjadi retensi air dan garam
yang disertai hyperemia didaerah payudara.
c) Mitteldchmerz (rasa nyeri pada ovulasi)
Mittelschmerz adalah rasa sakit yang timbul pada perempuan saat
ovulasi, berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari dipertengahan
siklus menstruasi. Hal ini karena terjadi pecahnya Folikel Graff.
Lamanya bisa beberapa jam bahkan sampai 2-3 hari terkadang
Mittelschmerz diikuti oleh perdarahan yang berasal dari proses ovulasi
dengan gejala klinis seperti kehamilan ektopik yang pecah.
6. Dismenore
Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim dan terjadi
selama menstruasi (Kumalasari dan Andhyantoro, 2012; h. 65-71).
Dismenore atau nyeri haid mungkin merupakan suatu gejala yang paling
sering menyebabkan wanita-wanita muda pergi kedokter untuk konsultasi dan
pengobatan. Penanganan dismenore ini dapat dilakukan dengan cara
penerangan dan nasehat, pemberian obat analgesic, therapy hormonal, therapy
42. 28
dengan obat nonsteroid antiprostaglandin, dilatasi kanalis servikalis, dan lain
sebagainya (Setiyaningrum dan Aziz, 2014; h. 106).
Dismenore merupakan rasa nyeri saat menstruasi yang mengganggu
kehidupan sehari-hari wanita dan mendoronng wanita untuk melakukan
pemeriksaan atau konsultasi dokter, puskesmas, atau datang kebidan. Dikenal
dua bentuk dismenore yaitu dismenore primer (tidak terdapat kelainan organ
karena rahim dalam batas normal) dan dismenore sekunder (bila terdapat
kelainan organ seperti mioma, polip endometrium dan endometriosis)
(Manuaba et. all, 2010; h. 547).
Dismenore adalah nyeri saat haid, biasanya dengan rasa kram dan terpusat di
abdomen bawah. Keluhan nyeri haid dapat terjadi bervariasi mulai dari yang
ringan sampai berat. Keparahan dismenore berhubungan langsung dengan lama
dan jumlah darah haid. Seperti diketahui haid hamper selalu diikuti dengan rasa
mulas/nyeri. Namun, yang dimaksud dengan dismenore pada topic ini adalah
nyeri haid berat sampai menyebabkan perempuan tersebut dating berobat
kedokter atau mengobati dirinya sendiri dengan obat anti nyeri (Prawirohardjo,
2011; h. 182).
Dismenore berat adalah nyeri haid yang disertai mual muntah, diare, nyeri
kepala, dan kadang-kadang pengsan. Jika sudah demikian, penderita tidak boleh
menganggap remeh dan harus segera memeriksakan diri ke dokter.
Penanganannya pun akan dilakukan secara menyeluruh dengan memeriksa
kondisi kesehatan dan latar belakang, serta riwayat penyakit dalam keluarga.
43. 29
Bisa jadi, kondisi nyeri tersebut dipicu oleh penyakit lain (Anurogo dan
Wulandari, 2011; h.35-36).
a. Gejala Klinis
Gejala klinis dismenore yang sering ditemukan adalah:
1. Nyeri tidak lama timbul sebelum atau bersam-sama dengan permulaan
haid dan berlangsung beberapa jam atau lebih.
2. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit
kepala, diare, dan sebagainya.
b. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada klien dengan dismenore
dalah:
1. Tes laboratorium
a) Pemeriksaan darah lengkap : normal.
b) Urinalisis : normal.
2. Tes diagnostic tambahan
Laparoskopi : penyikapan atas adanya endometriosis atau kelainan pelvis
yang lain (Mitayani, 2011; h. 212-213)
c. Klasifikasi dan patofisiologi
Secara klinis, dismenore dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Dismenore Primer
Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan alat-
alat genital yang nyata. Dismenore primer biasanya terjadi dalam 6-12
44. 30
bulan pertama setelah haid pertama, segera setelah siklus ovulasi teratur
ditentukan. Selama menstruasi, Sel-sel endometrium yang terkelupas
melepaskan prostaglandin (kelompok persenyawaan mirip hormone kuat
yang terdiri darai asam lemak esensial. Prostaglandin merangsang otot
uterus (rahim) dan mempengaruhi pembuluh darah;( biasa digunakan
untuk menginduksi aborsi atau kelahiran) yang menyebabkan iskemia
uterus (penurunan suplai darah rahim) melalui kontaraksi myometrium
(otot dinding rahim) dan vasoconsticition (penyempitan pembuluh darah).
Peningkatan kadar progastaglandin telah terbukti ditemukan cairan haid
pada perempuan dengan dismenore berat. Kadar ini memang meningkat
terutama selama dua hari pertama haid. Vasopressin (disebut juga:
antidiuretic hormone, suatu hormone yang disekresi oleh lobus posterior
kelenjar pituitary yang menyempitkan pembuluh darah, meningkatkan
tekanan darah, dan mengurangi pengeluaran excretion =air seni) juga
memiliki peran yang sama.
Riset terbaru menunjukkan bahwa pathogenesis dismenore primer
adalah karena prostaglandin F2alpha (PGF2 alpha), suatu stimulasi
myometrium yang kuat dan vasoconstrictor (penyempitan pembuluh
darah) yang ada di endometrium sekretori. Respons terhadap inhibitor
(penghambat) prostaglandin pada pasien dengan dismenore mendukung
pernyataan bahwa dismenore diperantai oleh prostaglandin. Banyak bukti
45. 31
kuat menghubungkan dismenore dengan kontraksi uterus yang
memanjang dan penurunan aliran darah miometrium.
Kadar prostaglandin yang meningkat ditemukan cairan endometrium
perempuan dengan dismenore dan berhubungan baik dengan derajat
nyeri. Peningkatan endometrial prostaglandin sebanyak tiga kali lipat
terjadi fase folikuler menuju fase luteal, dengan peningkatan lebih lanjut
yang terjadi selama haid. Peningkatan prostaglandin di endometrium yang
mengikuti penurunan progesterone pada akhir fase luteal menimbulkan
peningkatan tonus myometrium dan kontarksi uterus yang berlebihan.
Leukotriene (suatu produk pengubahan metabolism asam arakidonat,
bertanggung jawab atas terjadinya congraction (penyusutan atau
penciutan) otot polos (smooth muscle) (proses peradangan) juga telah
diterima ahli untuk mempertinggi sensitivitas nyeri serabut di uterus.
Jumlah leukotriene yang signifikan telah ditunjukkan di endometrium
perempuan penderita dismenore primer yang tidak merespons terapi
antagonis prostaglandin.
Hormon pituitari posterior, vasopressin terlibat pada hipersensitivitas
myometrium, mengurangi aliran darah uterus, dan nyeri pada penderita
dismenore primer. Peranan vasopressin di endometrium dapat
berhubungan dengan sintesis dan pelepasan prostaglandin. Hipotesis
neuronal juga telah di rekomendasikan untuk pathogenesis dismenore
primer. Neuron nyeri tipe C distimulasi oleh metabolit anaerob yang
46. 32
diproduksi oleh ischemic endometrium (berkurangnya suplai oksigen ke
membrane mukosa kelenjar yang melapisi rahim).
2. Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder dapat terjadi kapan saja setelah haid pertama,
tetapi yang paling sering muncul di usia 20-30 tahunan, setelah tahun-
tahun normal dengan siklus tanpa nyeri. Peningkatan prostaglandin dapat
berperan pada dismenore sekunder. Namun penyakit pelvis yang
menyertai harus lah ada. Penyebaab yang umum diantaranya termasuk
endometriosis (kejadian dimana jaringan endometrium berada diluar
rahim, dapat ditandai dengan nyeri haid), adenomyosis bentuk
endometriosis yang invasive, polip endometrium (tumor jinak di
endometrium), chronic pelvic inflammatory sisease (penyakit radang
panggul menahun), dan penggunaan peralaataan kontrasepsi atau IU (C)
D[intrauterine (contraceptive) device].
Hampir semua proses apapun yang mempengaruhi pelvic viscare
(bagian organ panggul yang lunak) dapat mengakibatkan nyeri pelvis
siklik.
d. Penyebab Nyeri Haid
Secara umum, nyeri haid muncul akibat kontraksi distritmik myometrium
yang menampilkan satu gejala atau lebih, mulai dari nyeri ringan sampai
berat diperut bagian bawah, bokong, dan nyeri spasmodic disisi medial paha.
47. 33
Riset biologi molekuler terbaru berhasil menemukan kerentanan gen
(susceptibility genes), yaitu genotype CYP1A1 Msp1 dan HincII
memodifikasi hubungan antara merokok pasif (passive smoking) daan nyeri
haid. Berikut adalah penyebab nyeri haid berdasarkan klasifikasinya.
1. Penyebab dismenore primer
a) Faktor endokrin
Rendahnya kadar progesterone pada akhir fase corpus luteum.
Hormone progesterone menghambat atau mencegah kontraktilitas
uterus. Disisi lain, endometrium dalam fase sekresi memproduksi
prostaglandin yang berlebihan memasuki peredaran darah maka selain
dismenore dapat juga dijumpai efek lainnya seperti nausea (mual),
muntah, diare, flushing (respons involunter (tak terkontrol) dari sistem
saraf yang memicu pelebaran pembuluh kapiler kulit, dapat berupa
warna kemerahan atau sensasi panas). Jelaslah bahwa peningkatan
kadar prostaglandin memegang peranan penting timbulnya dismenore
primer.
b) Kelainan organik
Sepereti retrofleksia uterus (kelaianan letak-arah anatomis rahim),
hypoplasia uterus (perkembangan rahim yang tak lengkap), obstruksi
kanalis servikalis (sumbatan saluran jalan lahir), mioma submukosa
bertangkai (tumor jinak yang terdiri dari jaringan otot), dan polip
endometrium.
48. 34
c) Faktor kejiwaan atau gangguan psikis
Seperti rasa bersalah, ketakutan seksual, takut hamil, hilangnya gempat
berteduh, konflik dengan masalah jenis kelaminnya, dan imaturitas
(belum mencapai kematangan).
d) Faktor konstitusi
Seperti anemia dan penyakit menahun juga dapat mempengaruhi
timbulnya dismenore.
e) Faktor alergi
Penyebab alergi adalah toksin haid. Menurut riset, ada hubungan
antara dismenore dengan urtikaria (biduran), migraine, dan asma.
2. Penyebab Dismenore Sekunder
Beberapa penyebab dismenore sekunder antara lain:
a) Intrauterine contraceptive devices (alat kontrasepsi dalam rahim).
b) Adenomyosis (adanya endometrium selain di rahim).
c) Uterine myoma (tumor ninak rahim terdiri dari jaringan otot), terutama
mioma submukosum (bentuk mioma uteri).
d) Uterine polyps (tumor jinak rahim).
e) Adhesions (pelekatan).
f) Stenosis atau striktur serviks, striktur kanalis servikalis, varikosis
pelvik, adanya AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim).
g) Ovarian cysts (kista ovarium).
h) Ovarian torsion (sel telur terpuntir atau terpelintir).
49. 35
i) Pelvic congestion syndrome ( gangguan atau sumbatan di panggul).
j) Uterine leiomyoma (tumor jinak otot rahim).
k) Mittelschmerz (nyeri saat pertengahan siklus ovulasi).
l) Psychogenic pain(nyeri psikogenik).
m)Endometriosis pelvis (jaringan endometrium yang berada di panggul.
n) Penyakit radang panggul kronis.
o) Tumor pvarium, polip endometrium.
p) Kelainan letak uterus seperti retrofleksi, hiperantefleksi, dan
retrofleksi terfikasi.
q) Faktor psikis seperti takut tidak punya anak, konflik dengan pasangan,
gangguan libido.
r) Allen-Master Syndrome (kerusakan lapisan otot dipanggul sehingga
pergerakan serviks (leher rahim) meningkat abnormal).
Sindrom Master Allen ditandai dengan: nyeri perut bagian bawah yang
akut, nyeri saat bersenggama (dyspareunial), kelelahan yang sangat
(excessive fatigue), nyeri panggul secara umum (general pelvic pain), dan
nyeri punggung (backache). Selain itu, dokter juga menjumpai adanya
tanda-tanda peradangan dilapisan perut (peritoneal inflammation). Semua
penderita memiliki riwayat perbah hamil. Dalam literature, sindrom ini
disebut juga dengan istilah traumatic laceration of uterine support.
50. 36
e. Perbedaan Dismenore Primer dan Sekunder
1. Dismenore Primer
a) Onset ( serangan pertama)secara mendadak terjadi setelah menarche
(menstruasi pertama ).
b) Nyeri perut atau pinggul bawah biasanya berhubungan dengan onset
aliran menstruasi dan berlangsung selama 8-72 jam.
c) Dapat terjadi nyeri pada pahaa dan punggung, sakit/nyeri kepala, diare
(mencret ), nausea ( mual ), dan vomiting ( muntah ).
d) Tidak dijumpai kelainan pada pemeriksaan fisik.
2. Dismeore sekunder
a) Onset dapat terjadi diwaktu apapun setelah menarche ( umumnya
setelah usia 25 tahun ).
b) Wanitaa dapaat mengeluh mengalami perubahan waktu serangan
pertama nyeri selama siklus haid atau dalam intensitas nyeri.
c) Gejala ginekologis (kelainan kandungan ) lainnya dapat terjadi,
misalnya nyeri saat bersenggama (dyspareunia) dan siklus haid
memanjang ( menorrhagia).
d) Ada kelainan panggul (pelvic) pada pemeriksaan fisik (Anurogo dan
Qulandari, 2011; h. 43-54,65).
f. Pentalaksanaan
Berdasarkan MIMS Indonesia (2008) penatalaksanaan untuk dismenore
adalah sebagai berikut:
51. 37
1. Keperawatan
a) Kompres bagian bawah abdomen dengan botol berisi air panas atau
bantal pemanas khusus untuk meredakan nyeri.
b) Minum air banyak, hindari konsumsi garam dan minuman yang
berkafein untuk mencegah pembengkakan dan retensi air.
c) Olahraga secara teratur bermanfaat untuk membantu mengurangi
dismenore karena akan memicu keluarnya hormone endorphin yang
dinilai sebagai pembuluh alamiah untuk rasa nyeri.
d) Makan-makanan yang bergizi, kaya akan zat besi, kalsium, dan
vitamin B kompleks. Jangan mengurangi jadwal makan.
e) Istirahat daan relaksasi dapaat membantu meredakaan nyeri.
f) Lakukaan aktivitas yang dapat meredakan stress, misalnya pijat, yoga,
atau meditasi, untuk membantu meminimalkan rasa nyeri.
g) Pada saat berbaring terlentang. Tinggikan posisi pinggul melebihi
posisi bahu untuk membantu meredakan gejala dismenore.
2. Medis
a) Pemberian anlaagesik (nonopiat) ringan dan sederhana atau kombinasi
analgesic dan anaalgesik antiinflamasi nonsteroid (AINS).
b) Pemberian analgesic antiinflamasi nonsteroid (AINS).
c) Pemberian antispasmodic.
d) Pembberian estrogen dan progesterone.
e) Pemberian suplemen (Kumalasari dan Andhyantoro, 2012; h. 72).
52. 38
g. Langkah-Langkah Pencegahan Nyeri Haid
1. Hindari stress
Sebisa mungkin hidup dengan tenang dan bahagia. Tidak usah terlalu
banyak pikiran, terutama pikiran negative yang menimbulkan kecemasan-
kecemasan.
2. Miliki pola makan yang teratur dengan asupan gizi yang memadai,
memenuhi standar 4 sehat 5 sempurna.
3. Saat menjelang haid, sebisa mungkin menghindari makanan yang
cenderung asaam dan pedas.
4. Istirahat yang cukup, menjaga kondisi agar tidak terlalu lelah, dan tidak
menguras energy secara perlahan.
5. Tidur yang cukup, sesuai standsar keperluan masing-masing 6-8 jam
sehari sesuai dengan kebiasaan.
6. Rajin minum susu dengan kalsium. Jika tidak gemar minum susu, bisa
diganti dengan makanan atau suplemen tinggi kalsium.
7. Lakukan olahraga secara teratur setidaknya 30 menit setiap hari. Olahraga
yang dipilih tidak harus olahraga berat. Anda dapat sekedar berjalan-jalan
santai selama 30 menit, jogging ringan, senam ringan, maupun bersepeda.
Olahraga secara teratur dapat memperlancar aliran darah pada otot
disekitar rahim sehingga akan meredakan rasa nyeri pada saat haid.
8. Menjelang haid, cobalah berendam dengan air hangat yang diberi garam
mandi dan beberapa tetes minyak essensial bunga lavender atau sesuai
53. 39
dengan selera masing-masing. Berendamlah selama 10-15 menit dan
rasakan kesegaran serta rileks diseluruh tubuh. Cara ini membantu
memperlancar peredaran darah dsalam tubuh sehingga mencegah
terjadinya nyeri haid.
9. Usahakan tidak mengkonsumsi obat-obatan anti nyeri jika semua cara
pencegahan tersebut tidak mengatasi nyeri. Lebih baik segera kunjungi
dokter untuk mengetahui penyebab nyeri haid yang berkepanjangan.
10. Selama masa haid jangan melakukan olahraga berat atau bekerja
berlebihan sehingga menyebabkan kelelahan.
11. Hindari mengkonsumsi alcohol, rook, kopi, maupun cokelat karena akan
memicu bertambahnya kadar estrogen.
12. Jangan makan segala sesuaru yang diingin secara berlebihan, misalnya es
kri.
13. Perbanyak makan buah, sayur, makanan berkadar lemak rendah,
konsumsi vitamin E, vitamin B6, dan minyak ikan untuk mengurangi
peradangan.
14. Guanakan heating pad ( bantal pemanas ), kompres handuk atau botol
berisi air panas diperut dan punggung bawah, serta minum-minuman yang
hangat. Pengaruhnya akan langsung meredakan nyeri.
15. Pijitan dengan aroma terapi juga dapat mengurangi rasa tidak nyaman.
Pijatan yang ringan dan melingkar dengan menggunakan telunjuk pada
perut bagian bawah akan membantu mengurangi nyeri haid.
54. 40
16. Mendengarkan music, membaca buku arau menonton film juga dapat
membantu mengurangi rasa sakit
h. Perawatan Kesehatan Sistem Reproduksi Perempuan
Sistem reproduksi perempuan sangatlah penting dan berkaitan erat dalam
masalaah nyeri haid. Oleh karena itu, mengetahui secara rinci sitem
reproduksi perempuan serta memahami permasalahan kesehatan yang
melingkupinya dan solusi yang tepat untuk penangananya, aakaan sangat
membantu setiap perempuan untuk mengatasi masalaah nyeri haid.
Berikut adalah perawatan pribadi terhadap vaagina yang harus dilakukan
setiap perempuan agar vagina tetap bersih, normal, sehat, dan terhindar dari
kemungkinan adanyaa penyakit:
1. Bersihkan vaagina dengan cara membasuh bagiaan antaaraa bagian bibir
vaaginaa (vulva) secara hati-haati daan perlahan. Gesekan yang terlalu
kuat akaan menyebabkan lecet dan iritasi. Gunakan sabun yang paling
lembut setelah buaang aair kecil. Aapabila aalergi daan iritasi terhadap
sabun yang paling lembut, gunaakan air hangat.
2. Cara membasuh vaginaa yang benar adalah dari arah depan ( vagina)
menuju belakang (anus). Bukan sebaliknya kaarena baakteri yang ada
disekitar anus akan ikut terbawa masuk ke vagina. Gunakan air bersih dan
sabun yang paaling lembut. Jika alergi atau iritasi, gunakan air hangat
kondisi sedang. Air yang terlalu panas dapaat menyebabkan seluruh
bakteri didalam vagina jugaa bisa lecet atau melepuh. Keringkan dengan
55. 41
handuk lembut atau tissue tanpa parfum. Baru kenakan celana dalam
kembali.
3. Penggunaan pengharum, sabun antiseptic yang keras, maaupun
penyemprotan cairan pembersih vagina secara terus menerus bukan
langkah bijaksana. Zat-zat yang ada didalam bahan-bahan tersebut dapat
merusak keseimbangan normal didalam vagina.
4. Gantilah celana dalam 2-3 kali sehari, terutama bagi mereka yang aktif
dan sangat mudah berkeringat. Sebagai langkah pencegahan agar tidak
lembap, gunakan party liners atau pembalut supertipis untuk melapisi
vagina dari kelembapan yang berlebihan.
5. Gunakan celana dalam yang bersih dan berbahan katun 100 persen bila
ingin menggunakan dalam waktu yang lama. Celana dalam berbahan
nylon dan polyester ( yang karena berbagai pertimbangan estetika dan
eksplorasi keseksian lebih banyak digunakan ) akan menambah panas dan
lembab vagina sehingga bakteri mudah berkembang biak. Jika ingin
menggunakan celana dalam berbahan nylon atau polyester, gunakan di
waktu-waktu tertentu saat ingin tampil seksi, misalnya waktu akan
bercinta dengan pasangan.
6. Cuci tangansebelum menyentuh vagina. Tangan yang berada diluar secara
bebas menjadi tempat yang baik untuk menempelnya berbagai kotoran
dan bakteri. Jangan sampai kotoran dan bakteri itu ikut menempel
divagina, kemudian berkembang biak yang memicu penyakit.
56. 42
7. Jangan pernah menggunakan handuk milikorang lain untuk mengeringkan
vagina. Bawalah tissue tersendiri saat bepergian.
8. Cukurlah rambut vagina setidaknya 7 hari sekali dan maksimal 40 hari
sekali untuk mengurangi kelembapan didalam vagina. Apabila tidak
senang dengan kondisi vagina tanpa rambut, kurangilah kelebatannyaa
agar bakteri tidak mudah berkembang biak disana.
9. Pada saat haid, gunakan pembaalut yang nyaman, berbahan lembut,
menyerap darah yang keluar, melekat kuat pada celana dalam, tidak bocor
(anti tembus), dan tidak menimbulkan iritasi atau alergi. Pada saat
pendarahan banyak, gantilah pembalut setidaknya 4-5 kali dalama sehari
untuk menghindari perkembanagbiakan bakteri pada pembalut tersebut.
10. Apabila terpaksa menggunakan closet umum dikeramaian misalnya mall
atau bandara, jika tersedia pilihlah closet jongkok. Namun karena
sekarang ini sebagian besar menggunakan closet duduk, siramlah terlebih
dahulu tempat dudukan closet dengan air dan pembersih yang ada disitu,
kemudian keringkan dengan tissue tersebut. Sebisa mungkin gunakan
tissue pribadi untuk mengeringkan vagina ( Anugroho dan Wulandari,
2011; h. 78-84, 117-137).
57. 43
B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan
1. Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah bentuk pendekatan yang dilakukan oleh bidan
dalam memberikan asuahn kebidanan dengan menggunakan metode
pemecahan. Proses manajemen adalah proses pemecahan masalah dengan
menggunakan mettode yang terorganisasi, meliputi pikiran dan tindakan dalam
urutan yang logis untuk keuntungan pasien dan pemberian asuhan. Proses
manajemen menunjukkan pernyataan yang jelas tentang proses berpikir dan
tindakan.
Varney kemudian menyempurnakan proses manajemen ebidanan menjadi
tjuh langkah menambahkan langkah ketika agar bidan lebih kritis
mengantisipasi masalah yang kemudian dapat terjadi pada kliennya. Dengan
demikian pengertian manajemen kebidaan adalah pendekatan yang diguanakan
oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis,
mulai dari pengkajian, analisis data diagnosis kebidanan, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi (Nurhayati et. all, 2013;h. 139).
2. Prinsip Manajemen Kebidanan
Varney (1997) menjelaskan bahwa prinsip manajemen adalah pemecahan
masalah. Dalam text book masalah kebidanan yang dituiskan pada tahun 1981
proses manajemen kebidanan diselesaikan melalui 5 langkah. Setelah
menggunakan, Varney (1997) melihat ada beberapa hal yang penting
58. 44
disempurnakan. Misalnya seorang bidan dalam manajemen yang dilakukannya
perlu lebih kritis untuk mengantisipasi masalah atau diagnose potensial.
Dengan kemampuan yang lebih dalam melakukan analisa kebidanan akan
menemukan diagnose atau masalah potensial ini. Kadangkala bidan juga harus
segera bertindak untuk menyelesaikan masalah tertentu dan mungkin juga harus
merujuk kliennya. Varney kemudian menyempurnakan proses manajemen
kebidanan menjadi 7 langkah. Ia menambahkan langkah 111 agar bidan lebih
kritikal mengantisipasi masalah yang kemungkinan dapat terjadi pada kliennya.
Varney juga menambahkan langkah 1V dimana bidan diharapkan dapat
menggunakan proses manajemen sehingga bila klien membutuhkan tindakan
segera atau kolaborasi, konsultasi bahkan dirujuk segera dapat dilaksanakan
(Estiwidani et. all, 2008; h. 127-128).
3. 7 Langkah Manajemen Kebidanan Menurut Helen varney
a. Pengkajian (Pengumpulan Data Dasar)
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua data
yang dibutuhkan untuk mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk
mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah pertama untuk
mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang
berkaitan dengan kondisi pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 131).
59. 45
Untuk memperoleh data, dilakukan melalui anamnesa. Anamnesa adalah
pengkajian dalam rangka mendapatkan data tentang pasien melalui
pengajuan pertanyaan-pertanyaan (Sulistyawati, 2009: h. 110-111).
Anamnesis dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat kesehatan,
riwayat kehamilan, persalinan, bio-psiko-sosio-spritual, serta pengetahuan
klien (Soepardan, 2007; h. 97).
Anamnesa dapat dilakukan melalui dua cara, antara lain:
1. Auto anamnesa
Auto anamnesa merupakan anamnesa yang dilakukan kepada pasien
secara langsung. Jadi, data yang diperoleh adalah data primer karena
langsung dari sumbernya..
2. Allo anamnesa
Allo anamnesa merupakan anamnesa yang dilakukan kepada keluarga
pasien untuk memperoleh data tentang pasien. Ini dilakukan pada keadaan
darurat ketika pasien tidak memungkinkan lagi untuk memberikan data
yang akurat. Bagian-bagian penting dari anamnesa, antara lain
(Sulistiyawati, 2009; h. 111).
a) Data Subyektif
1) Biodata yang mencakup identitas pasien
(a) Nama
Nama jelas lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar
tidak keliru dalam memberikan penaganan.
60. 46
(b) Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko.
(c) Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk
membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa.
(d) Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui
sejauh mana intelektual, sehingga bidan dapat memberikan
konseling sesuai dengan pendidikannya.
(e) Suku/bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari.
(f) Pekerjaan
Guanakan untuk mengetahui dan mengukur tingkat social
ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien
tersebut.
(g) Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 131-132).
2) Keluahan Utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alsan pasien dating ke
fasilitas pelayanan kesehatan (Sulistyawati, 2009;h. 111).
3) Riwayat Kesehatan
61. 47
(a) Riwayat kesehatan yang lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui keungkinan adanya
riwyat atau penyakit akut, kronis seperti: Janttung, DM,
Hipertensi, Asma yang dapat mempengaruhi pada menstruasi.
(b) Riwayat kesehatan sekarang
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya pengaruh penyakit yang diderita pada saat ini yang
berhubungan dengan menstruasi.
(c) Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
pengaruh penyakit keluargaa terhadap gaangguaan kesehatan
paasien, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang
menyertainya. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 133).
4) Riwayat kebidanan
Data ini penting untuk diketahui oleh tenaga kesehatan sebagai data
acuan jika pasien mengalami kesulitan.
(a) Menstruasi
(1) Menarche
Menarche adalah usia pertama kali mengalami menstruasi.
Pada wanita Indonesia, umumnya sekitar 12-16 tahun.
(2) Siklus
62. 48
Siklus menstruasi adalah jarak antara menstruasi yamg
dialami dengan menstruasi berikutnya dalam hitungan hari.
Biasanya sekitar 23-32 hari.
(3) Volume
Data ini, menjelaskan seberapa banyak darah menstruasi
yang dikeluarkan. Kadang bidan akan kesulitan untuk
mendapatkan data yang valid. Seabagai acuan, baiasanya
bidan menggunakan criteria banyak, sedang, dan sedikit.
Jawaban yang diberikan oleh pasien biasanya bersifat
subjektif, namun bidan dapat menggali informasi lebih
dalam lagi dengan beberapa pertanyaan pendukung,
misalnya sampai berapa kali ganti pembalut dalam sehari.
(4) Keluhan
Beberapa wanita menyampaikan keluhan yang dirasakan
ketika mengalami menstruasi, misalnya sakit yang sehat,
pening sampai pingsan, atau jumlah darah yang banyak.
Ada beberapa keluhan yang disampaikan oleh pasien dapat
menunjukkan kepada diagnose tertentu.
(b) Gangguan kesehatan alat reproduksi
Data ini sangat penting untuk bidan gali karena dapat
memberikan petunjuk kepada bidan tentang organ
reproduksinya, Ada beberapa penyakit organ reproduksi yang
63. 49
berkaitan erat dengan personal hygiene pasien atau kebiasaan
lain yang tidak mendukung karena produksinya. Jika
didapatkan adanya salah satu atau beberapa riwayat gangguan
kesehatan alat reproduksi maka bidan harus waspaa akan
adanya kemungkianan gangguan kesehatan alat reproduksi
pada saat menstruasi. Data yang perlu bidan gali dari pasien,
yaitu apakah pasien pernah mengalami gangguan, seperti
keputihan, infeksi, gatal karena jamur, atau tumor (Sulityawati,
2009; h. 112-113).
5) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
(a) Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi,
banyaknya, je is makanan, makanan pantangan (Ambarwati dan
Wulandari, 2010; h. 136).
Hal ini juga penting untuk bidan ketahui, supaya bidan
mendapatkan gambaran bagaimana pasien mencukupi asupan
gizinya. Bidan dapat menggali informasi dari oasien tentang
makanan yang disukai dan yang tidak disukai, serta seberapa
banyak ia mengkonsumsinya sehingga jika bidan peroleh data
yang senjang (yang tidak sesuai dengan standar pemenuhan)
maka bidan dapat memberikan klarifikasi dalam pemberian
pendidikan kesehatan mengenai gizi saat menstruasi.
64. 50
Beberapa hal yang perlu bidan tanyakan pada pasien, dalam
kaitannya dengan pola makan, antara lain:
(1) Menu
Hal ini dikaitkan dengan pola diet berimbang. Jika
pengaturan menu makan yang dilakukan oleh pasien
kurang seimbang sehingga ada kemungkinan beberapa
komponen gizi tidak akan terpenuhi maka bidan dapat
memberikan pendidikan kesehatan mengenai penyusunan
menu seimbang. Bidan dapat menanyakan pada pasien
tentang apa saja yang ia makan dalam sehari (nasi, sayur,
lauk, buah, makanan selingan, dan lain-lain).
(2) Frekuensi
Data ini akan memberi penunjuk pada bidan tentang
seberapa banyak asupan makanaan yang dimakan.
(3) Banyaknya
Data ini memberikan informasi tentang seberapa banyak
asupan makanan yang dimakan.
(4) Pantangan
Hal ini juga penting untuk bidan gali karenaa ada
kemungkinan pasien berpantang makanan ynag justru
sangat mendukung pemulihan fissiknya, misalnya daging,
ikaan, atau telur.
65. 51
Hal ini juga penting untuk bidan gali karena ada
kemungkinan pasien berpantangan makanan yang justru
sangat mendukung pemulihan fisik nya, misalnya daging,
ikan atau telur.
(b) Pola minum
Bidan juga harus dapat memperoleh data mengenai kebiasaan
pasien dalam pemenuhan cairannya. Yang perlu bidan tanyakan
kepada pasien tentang pola minum, antara lain:
(1) Frekuensi
Bidan dapat tanyakan pada pasien berapa kali ia minum
dalam sehari dan dalam sekali minum dapat habis gelas.
(2) Jumlah per hari
Frekuensi minum dikalikan seberapa banyak ia dalam
sekali minum akan diperoleh data jumlah in take cairan
dalam sehari.
(3) Jenis minuman
Kadang pasien mengonsumsi minuman yang sebenarnya
kurang baik untuk kesehatannya. (sulistyawati, 2009 h.
114-116).
(c) Pola istirahat
66. 52
Kebutuhan tidur pada masa remaja berdasarkan umur 12-18
tahun yaitu 8,5 jam/hari (Uliyah dan hidayat, 2009; h. 111).
Istirahat sangat diperlukan oleh pasien. Oleh karena itu, bidan
perlu menggali informasi mengenai kebiasaan istirahat supaya
bidan mengetahui hambatan yang mungkin muncul jika bidan
mendapatkan data yang senjang tentang pemmenuhan
kebutuhan istirahat. Bidan dapat menanyakan tentang berapa
lama pasien tidur.
(d) Aktivitas sehari-hari
Bidan perlu mengkaji aktivitas sehari-hari pasien karena data
ini memberikan gambaran kepada bidan tentang seberapa berat
aktivitas yang biasa dilakukan pasien dirumah.
(e) Personal hygiene
Jika pasien mempunyai kebiasaan yang kurang baik dalam
perawatan kebersihan dirinya maka bidan harus dapat
memerikan bimbingan cara perawatan kebersihan diri sedini
mungkin.
Beberapa kebiasaaan yang dilakukan dalam perawatan
kebersihan diri, antara lain:
(1) Mandi
67. 53
Kita bisa ditanyakan kepada pasien berapa kali ia mandi
dalam sehari dan kapan waktunya (jam berapa mandi pagi
dan sore).
(2) Keramas
Pada beberapa wanita ada yang kurang peduli dengan
kebiasaan keramas tidak begitu berpengaruh terhadap
kesehatannya. Jika bidan menemukan pasien yang seperti
ini maka bidan harus memberikan pengertian kepadanya
bahwa keramas harus selalu dilakukan sewaktu rambut
kotor Karena bagian kepala yang kotor merupakan tempat
yang mudah terkena infeksi.
(3) Ganti baju dan celana dalam
Ganti baju minimal sekali sehari, sedangkan celana Dallam
minimal 2kali. Jika sewaktu-waktu baju dan celana dalam
sudah kotor, sebaiknya diganti tanpa harus menunggu
waktu untuk ganti berikutnya.
b) Data Objektif
Untuk melengkapi data dalam menegakkan diagnose, bidan harus
melakukan pengkajian data objektif melalui pemeriksaan infeksi,
palpasi, auskultasi, dan perkusi yang bidan lakukan secara berurutan.
Langkah-langkah pemeriksaan sebagai berikut:
68. 54
1) Keadaan umum
Untuk mengetahui data ini, bidan perlu mengamati keadaan pasien
secara keseluruhan. Hasil pengamatan akan bidan laporkan dengan
kriteria:
(a) Baik
Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika pasien
memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkngan dan
orang lain, serta secara fisik pasien tidak mengalami
ketergantungan dalam berjalan.
(b) Lemah
Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang atau tidak
memberikan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang
lain, serta pasien sudah tidak mampu lagi untuk berjalan-jalan
sendiri.
2) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, bidan
dapat melakukan pengkajian derajat kesadaran pasien dari keadaan
composmetis (kesadaran maksimal) sampai dengan coma (pasien
tidak dalam keadaan sadar) (Sulistyawati, 2009; h. 114-122).
3) Tanda-tanda vital
69. 55
(a) Tekanan Darah
Sangat penting untuk mengetahui tekanan darah normal
seseorang karena adanya perbedaan tekanan darah pada setiap
individu. Peningkatan atau penurunan 20-30 mmHg pada
tekanan darah seseorang adalah bermakna, bahkan walaupun
itu masih dalam rentang normal. Rata-rata tekanan darah dalam
normal usia 14-17 tahun 120-80 mmhg.
(b) Suhu
Variasi dari sushu normal terjadi pada setiap orang dengan
rentang 0, 3-0, 60
C. Rata-rata suhu tubuh normal pada dewasa
dalam kondisi sehat adalah 36,50
C.
(c) Nadi
Nadi merupakan tanda vital yang melibatkan sistem
kardiovaskuler. Frekuensi nadi adalah jumlah denyutan yang
melalui arteri perifer dan terdengar diatas apeks dari jantung
dalam satu menit. Secara normal frekuensi pada nadi sesuai
dengan irama pada jantung. Frekuensi nadi berbeda
berdasarkan tingkat usia. Remaja sampai dewasa 60-
100x/menit.
(d) Respirasi
70. 56
Dalam kondisi normal, pernafasan pada orang dewasa yang
sehat adalah 16-20x/menit
4) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik sebaiknya secara sistematis dengan pendekatan
kepala-kaki (head to toe). Pemeriksaan harus sedemikian lengkap
sehingga memperoleh data yang diperlukan untuk mendiagnosis
respons klien terhadap masalah-masalah fisik, serta cukup bagi
keperluan individual klien. Pengetahuan tentang struktur dan fungsi
tubuh diguanakan sebagai petunjuk dalam melakukan pengkajian
fisik.
(a) Kepala
Inspeksi dilakukan dengan memperhatikan bentuk kepala yang
abnormal atau ukuran kepala (besar pada hydrocephalus).
Keadaan rambut juga dinilai, distribusi rambut bervariasi pada
setiap orang. Kulit kepala dikaji dari adanya peradangan, luka,
maupun tumor. Pada daerah muka/wajah dilihat kesimetrisan
muka, apakah kulitnya normal, puvat, sianosis, atau icterus.
Bagian muka keadaan normalnya adalah simetris antara kanan
dan kiri.
Palpasi dilakukan untuk mengetahui keadaan rambut, massa
pembengkakan, nyeri tekan, dan kulit kepala.
(b) Mata
71. 57
Tujuan pengakjian mata adalah untuk mengetahui bentuk dan
fungsi mata. Dalam setiap pengkajian selelu dibandingkan
antara mata kanan dan mata kiri. Teknik yang diguanakan
adalah sndpeksi dan palpasi.
Secara umum untuk pemeriksaan fisik mata dilihat dari kelopak
mata, konjungtiva (pucat atau tidak), sclera kuning atau tidak.
Dapat diamati pula ada tidaknya infeksi pada mata
(konjungtivitis atau keratitis dan lain-lain).
(c) Telinga
Telinga mempunyai fungsi sebagai alat pendengaran dan
menjaga keseimbangan pengkajian telinga secara umum
bertujuan untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran
telinga, gendang telina/membrane timpani, dan pendengaran.
Teknik pengkajian yang digunakan umumnya adalah inspeksi
dan palpasi. Pemeriksaan pendengaran dilakukan untuk
mengettahhui fungsi telinga. Secara sederhana pendengaran
dapat dikaji dengan menggunakan suara bisikan.
(d) Hidung
Hidung dikaji untuk mengetahui keadaan bentuk dan fungsi
hidung. Dimulai dari bagian luar hidung, bagian dalam, lalu
sinus-sinus.
(e) Mulut dan Faring
72. 58
Pengkajian diawali dengan mengkaji keadaan bibir, gigi, gusi,
lidah, selaput lender, pipi bagian dalam, palatum/langit-langit
mulut, tonsil, kemudian faring.
(f) Leher
Tujuan pengkajian leher adalah untuk mengetahui bentuk leher,
serta organ-organ penting yang berkaitan. Pengkajian dimulai
dengan inspeksi kemudian palpasi. Inspeksi dilakukan untuk
melihat apakah ada kelainan kulit termasuk keadaan pucat,
icterus, sianosis, da nada tidaknya pembengkakan. Pemeriksaan
palpasi ditunjukan untuk melihat apakah ada massa yang teraba
pada kelenjar limfe, kelenjar tirpid, dan trakea (Tambunan dan
Kasim, 2012; h. 50-51. 20, 35-36, 45, 66-83).
(g) Dada
Pemeriksaan dada meliputi penilaian dada eksternal dan juga
paru-paru, jantung, dan jaringan payudara.
(1) Paru-paru
Suara paru-paru harus diauskultasi melalui rongga dada
anterior dan posterior dengan stetoskop.
(2) Jantung
Perawat harus mengauskultasikan masing-masing di lima
area jantung (aortic, pulmonic, titik Erb, area tricuspid, dan
73. 59
are mitral). Laju , kualitas, dan irama detak jantung harus
diobservasi.
(3) Payudara
Pemeriksaan jaringan payudara biasanya dilakukan sebagai
bagian dari pemeriksaan fisik pasien wanita. Payudara
diperiksa dengan posisi pasien berdiri, miring, dan supine
(misalnya berbaring terlentang). Perawat harus
mengobservasi vaskylaritas dan tekstur kulit dan
malpalpasi jaringan payudara dan area ketiak untuk
mencari tahu adanya masses atau benjolan.
(h) Abdomen
Urutan pemeriksaan abdomenial dapat di modifikasi sehingga
auskultasi dilakukan sebelum palpasi dan perkusi karena suara
lambung dapat disebabkan oleh kedua teknik tersebut. Untuk
melakukan pemeriksaan bagiaan ini dengan berhasil, pasien
harus rileks. Abdomen dibagi menjadi empat wilayah dengan
umbilicus (pusar) sebagai titik tengah. Perawat harus
mendengarkan suara lambung di keempat area abdomen,
memvisualisasi isi organ penting dari rongga perut selama
pemeriksaan, dan mengobservassi pasien selama pemeriksaan
untuk tanda-tanda sakit.
74. 60
(i) Sistem Reproduksi dan pemeriksaan anal
Sistem reproduksi wanita meliputi inspeksi genetalia luar,
termasuk rambut kemaluan, saluran kencing dan lubang vagina,
labia, dan perineum. perawat harus mengobservasi
penyumbatan vaagina, bau daan juga lesi seperti kulit,
chancres, dan lepuh. Area dubur dinilai jika ada wasir luar
(Vaughans, 2013; h. 95-97).
b. Interpretasi Data
Identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi yang
benar atas data-data yang telah dikumpulkan Data dasar tersebut kemudian
siinterprestasikan sehingga dapat dirumuskan diagnosis dan masalah yang
spesifik. Baik rumusan diagnosis maupun masalah, keduanya harus
ditangani. Meskipun masalah tidak dapat diartikan sebagai diagnosis, tetapi
tetap membutuhkan penaganan.
1. Diagnosa kebidanan
Diagnose kebidanan merupakan diagnose yang ditegakkan bidan dalam
lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnose
kebidanan (Soepardan, 2001; h. 99).
2. Masalah
Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien. Data dasar
meliputi:
75. 61
a) Data subyektif
Data yang dapat dari hasil anamnesa pasien.
b) Data obyektif
Data yang didapatkan dari hasil pemeriksaan.
c. Diagnose Potensial
Mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial yang mungkin akan
terjadi. Pada langakah ini diidentifikasikan masalah atau diagnose potensial
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnos, hal ini membutuhkan antisipasi,
pencegahan, bila memungkinkan menunggu mengamati dan bersiap-siap
apabila hal tersebut benar-benar terjadi.
d. Antisipasi Masalah
Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien.
e. Perencanaan
Langkah yang ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya yang
merupakan lanjutan dari masalah atau diagnose yang telah diidentifikasi atau
di antisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa
ynag sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang
berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi
wanita tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya.
76. 62
f. Pelaksanaan
Langkah ini merupakan pelaksanan rencana asuhan penyuluhan pada klien
dan keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan asuhan secara efisien dan
aman.
g. Evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa yang telah
dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan,
ulangi kembali proses manejemen dengan benar terhadap setiap aspek
asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau merencanakan
kembali yang belum terlaksanakan (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h.
142-147).
C. Landasan Hukum Kewenangan Bidan
1. Kompetensi Bidan
Berdasarkan permenkes No 1464/Menkes/PER/X/2010 tentang izin dan
penyelengaraan Praktik Bidanserta memperhatikan kompetensi inti bidan
Indonesia yang mengacu kepada kompetensi inti yang telah disusun oleh ICM,
juni 2011, maka kompetensi bidan di Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut:
Melaksanakan asuhan pada wanita/ibu dengan gangguan sistem reproduksi.
2. Wewenang Bidan
Dalam menjalankan praktiknya bidan berwenang dalam memberikan pelayanan
yang meliputi pelayanan kebidanan, pelayanan kelluarga berencana, dan
77. 63
pelayanan kesehatan masyarakat sesuai dengan peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 1464/MENKES/PER/2010.
a. Pelayanan kebidanan
Beberapa pelayanan kebidanan yang diberikan adalah sebagai berikut.
1. Pelayanan kebidanan kepada ibu.
Pelayanan yang diberikan kepada ibu umumnya pada masa pranikah,
prahamil, kehamilan, persalinan, nifas, menyusui, serta masa interval.
Jenis pelayanan yang diberikan antara lain sebagai berikut:
a) Penyuluhan dan konseling.
b) Pemeriksaan fisik.
c) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal.
d) Pertolongan kehamilan abnormal yang mencakup ibu hamil dengan
abortus iminens, hyperemesis gravidarum tingkat 1,
preeklamsiaringan, dan anemia ringan.
e) Pertolongan persalinan normal.
f) Pertolongan persalinan abnormal yang mencakup letak sungsang,
partus macet, kepala didasra panggul, ketuban pecah dini (KPD) tanpa
infeksi, perdarahan postpartum, laserasi jalan lahir, distosia karena
inersia uteri primer, serta posterm dan preterm.
g) Pelayanan ibu nifasnormal.
h) Pelayanan ibu nifas abnormal yang mencakup retensio plasenta,
reniatan, dan infeksi ringan.
78. 64
i) Pelayanan dan pengobatan pada kelainan ginekologi yang meliputi
keputihan, perdarahan tidak teratur, dan penundaan haid.
pada saat memberikan pelayanan diatas,bidan berwenang dalam hal
berikut.
a) Memberikan imunisasi.
b) Memberikan suntikan pada penyulit kehamilan, persalinan, dan nifas.
c) Mengeluarkan plsaenta secara manual.
d) Bimbingan senam hamil.
e) Pengeluaran sisa jaringan konsepsi.
f) Episiotomi.
g) Penjahitan luka episiotomy dan luka jalan lahir sampai tingkat dua.
h) Amniotomi pada pembukaan serviks lebih dari 4cm.
i) Pemberian infuse.
j) Pemberian suntikan IM iterotonika, dan sedatif.
2. Pelayanan kepada anak.
Pelayanan yang diberikan kepada anak terutama pada masa bayi baru
lahir, bayi, anak balita, dan prasekolah. Pelayanan yang diberikan antara
lain sebagai berikut:
a) Pemeriksaan bayi baru lahir.
b) Perawatan tali pusat.
c) Perawatan bayi.
79. 65
d) Resusitasi pada bayi baru lahir.
e) Pemantauan tumbuh kembang anak.
f) Pemberian imunisasi.
g) Pemberian penyuluhan.
Dalam keadaan tidak terdapat dokter yang berwenang pada wilayah
tersebut, bidan dapat memberikan pelayanan pengobatan pada penyakit
ringan bagi ibu dan anak sesuai dengan kemampuannya.
b. Pelayanan Keluarga Berencana
Pada saat memberikan pelayanan keluarga berencana, bidan memilki
wewenang sebagai berikut.
1. Memberikan penyuluhan/konseling pemakaian kontrasepsi.
2. Memberikan pelayanan alat kontrasepsi oral dan kondom.
Bidan yang melaksanakan program berwenang untuk memberikan alat
kontrasepsi suntikan. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) dan Alat
Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK).
c. Pelaayanan Kesehatan Masyarakat
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat berwenang untuk
hal berikut.
1. Pembinaan peran serta masyarakat dibidang kesehatan ibu dan anak.
2. Memantau tumbuh kembang anak.
3. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas.
80. 66
4. Melaksanakan deteksi dini, melakukan pertolongan pertama, merujuk dan
memberikan penyuluhan infeksi menular seksual (IMS),
penyalahguanaan narkotika psikotropika dan zat adiktif lainnya (napza),
serta penyakit lainnya (Aticeh et. all, 2014; h. 70-73).
3. Undang-undang tentang praktik bidan
Undang-undang tentang praktik bidan UU 23 Tahun 1992 sebagai beriku:
a. Pasal 50
1. Tenaga kesehatan bertugas menyelenggarakan atau melaksanakan
kegiatan kesehatan yang sesuai dengan bidang keahlian dan sesuai
dengan kewenangan tenagan kesehatan yang bersangkutan.
2. Ketentuan mengenai kategori, jenis dan klasifikasi tenaga kesehatan
ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
b. Pasal 53
1. Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hokum dalam
melaksanakan tugas sesuai profesinya.
2. Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugas berkewajiban mematuhi
standar profesi dan menghormati hak pasien.
3. Tenaga kesehatana untuk kepentingan pembuktian dapat memperoleh
kesehatan dan keselamatan yang bersangkutan.
4. Ketentuan mengenai standar profesi dan hak-hak pasien sebagaimana
dimaksud ayat 2 ditentukan dengan peraturan pemerintah
81. 67
c. Pasal 54
1. Terhadap tenaga kesehatan yang melaksanakan kesalahan atau kelalaian
dalam melaksanakan profesi dapat dikenakan tundakan disiplin.
2. Penentuan ada dan tidaknya kesalahan atau kelalaian sebagaimana dalam
ayat (1) ditentukan oleh majelis disiplin tenaga kesehatan.
3. Ketentuan mengenai pembentukan fungsi, tugas tata kerja majelis disiplin
tenaga kesehatan ditetapkan oleh keputusan presiden.
d. Pasal 55
1. Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat keselahan atau kelalaian yang
dilakukan tenaga kesehatan.
2. Ganti rugi yang sebagaimana dimaksudnya ayat (1) dilaksanakan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Karwati et. all,
2011; h. 71-72).
82. 68
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA
TERHADAP Nn. P USIA 18 TAHUN DENGAN
DISMENORE DI AKBID ADILA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2016
A. Pengkajian
Tanggal : 12 Juni 2016
Jam : 13.00 WIB
Tempat : Jln. Soekarno Hatta, By Pass. Akbid Adila Bandar
Lampung.
1. Data Subjektif
a. Identitas pasien
Nama : Nn. P
Agama : Islam
Usia : 18 Tahun
Suku Bangsa : Lampung
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Mahasiswi
Alamat : Jln.Soekarno Hatta, By Pass. AKBID ADILA.
Bandar Lampung.
68
83. 69
b. Keluhan Utama
Nn. P mengatakan nyeri pada perut bagian bawah pada saat haid.
c. Riwayat Kesehatan
1. Sekarang
Nn. P mengatakan saat ini sedang mengalami nyeri pada perut bagian
bawah saat menstruasi.
Yang lalu
Nn. P mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit (DM, Asma, TBC,
HIV, Jantung, Ginjal).
2. Keluarga
Nn. P mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit
( Jantung).
d. Riwayat Obstetri
1. Riwayat Haid
Menarche : 15 Tahun.
Siklus : 28 Hari.
Teratur/tidak : Ya, Teratur.
Lama : 6-7 Hari.
Volume : 3-4x ganti pembalut/hari saat menstruasi hari
pertama sampai hari ke dua disertai dengan
Gumpalan darah
84. 70
Warna : Merah.
Dismenore :dirasakan saat menstruasi hari perrtama
dan hari kedua dan terkadang mengganggu
aktifitas.
Bau : khas.
2. Riwayat Perkawinan : belum menikah.
3. Riwayat Ginekologi
Perdarahan di waktu haid : Tidak Ada.
Riwayat keputihan : Tidak Ada.
Riwayat adanya tumor/massa pada payudara dan alat kelamin : tidak
ada.
e. Pola kebutuhan sehari-hari
1. Nutrisi
Frekuensi : 3x/Hari.
Jenis : Nasi, lauk-pauk,
Porsinya : 1 Piring.
Pantangan : Tidak Ada.
2. Pola Eliminasi
BAB : 1 x dalam sehari.
Konsistensi : Lunak
Bau : Khas
Warna : Kuning kecoklatan.
85. 71
Keluhan : Tidak Ada.
BAK
Frekuensi : 4-5 x dalam sehari.
Bau : Khas.
Warna : Kuning jernih.
Keluhan : Tidak Ada.
3. Pola istirahat
Siang hari : Tidak tidur siang karena aktifitas.
Malam hari : 7-8 jam setiap malam.
4. Personal Hygiene : Mandi 2x/hari, gosok gigi 3x/hari,
ganti baju 2x/hari.
f. Pola Psikososial
Tanggapan pasien terhadap dirinya : pada saat menstruasi Nn. P mudah
tersinggung dan mudah marah.
Ketaatan pasien beribadah : Nn. P mengatakan beribadah
sesuai dengan keyakinan.
Pengetahuan pasien tentang penyakit yang diderita : Nn. P belum begitu
mengetahui cara mengatasi nyeri haid.
Hubungan social dengan pasien dan keluarga : Baik.
Penentuan pengambilan keputusan dalam keluarga : Orang tua.
86. 72
2. Data Objektif
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik.
Kesadaran : Composmentis.
Tekanan Darah : 110/80 mmHg.
Nadi : 80x/menit.
Suhu : 36,80
C.
Pernapasan : 20x/menit.
Tinggi badan : 150 cm.
BB : 46 kg.
b. Pemeriksaan fisik
Kepala : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri
tekan, kulit kepala bersih.
Rambut : Bersih, tidak berketombe, warna
hitam.
Muka : Tidak ada oedema.
Mata : Simetris, konjungtiva merah muda,
sklera putih, tidak ada infeksi,
penglihatan baik.
Hidung : Simetris, tidak ada polip, tidak sekret.
87. 73
Telinga : Simetris, lubang telinga bersih, tidak
ada gangguan pendengaran.
Mulut : tidak ada stomatitis, bibir
tidak pecah-pecah, gigi bersih dan
tidak ada caries, gusi tidak bengkak.
Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar
parotis, tiroid, getah bening dan vena
jugularis.
Dada : Simetris, terdapat payudara, tidak
terdapat mengi saat bernapas, denyut
jantung teratur, tidak terdapat retraksi
dinding dada.
Payudara : Simetris, putting susu mulai tampak
(menonjol), tidak ada cekungan, masa,
benjolan pada payudara, tidak terjadi
hiperpigmentasi.
Axilla : Tidak Ada pembesaran kelejar limfe.
Abdomen : Tidak Ada bekas operasi.
Punggung : Tidak Ada nyeri tekan.
Genetalia :Tidak dilakukan
Ekstremitas
Atas : Simetris, kuku tidak pucat, jari
88. 74
lengkap, tidak ada kelainan.
Bawah : Simetris, kuku tidak pucat, jari
lengkap, tidak ada kelainan, reflek
patella kanan/kiri, positif.
89. 76
MATRIK BAB III
Tabel 3.1
TGL/JA
M
PENGKAJIAN INTERPENSI DX
POTEN
SIAL
ANTISIPASI INTERVENSI IMPLEMENTASI EVALUASI
Minggu
12 juni
2016
13:00
wib
a.Nn.P
mengatakan
usianya 18 tahun.
b.Nn.P
mengatakan haid
hari pertama.
c.Nn. p
mengatakan
sedang merasakan
nyeri pada
perutnya.
d.Nn. p
mengatakan
selalu merasa
nyeri perut 1-3
hari sebelum
menstruasi
hingga hari ke 1-3
menstruasi.
Nn. P usia 18 tahun
dengan dismenore
primer.
Data Dasar:
Ds:
a.Nn. p mengatakan
usianya 18 tahun.
b.Nn.P mengatakan
belum mendapatkan
haid.
c.Nn.p mengatakan
selalu merasakan
nyeri pada perutnya.
d.Nn.P mengatakan
sedang merasakan
nyeri perut hari
pertama hingga hari
ketiga menstruasi.
Tidak
ada
Tidak ada 1.beritahu Nn.p
hasil pemeriksaan
2.Beritahu Nn.p
tentang keluhan
dismenore yang
dialami.
1.Memberitahu
nn.P hasil
pemeriksaan dalam
batas normal dan
baik yaitu .
a.TD:110/80mmhg
b.N :80x/menit
c.S :36,80
C
d.P :20x/menit
e.pemeriksaan
dalam batas normal
2.Memberitahu
nn.P tentang
keluhan dismenore
yang dialami
adalah hal yang
dipengaruhi oleh
ketidak
seimbangan
hormone estrogen
dan progesterone
1Nn.P
mengertah
ui hasil
pemeriksa
an Dalam
batas
normal.
2.Nn.P
mengetah
ui bahwa
keluhan
yang
dialami
adalah hal
yang
normal.
90. 77
e.Nn.p
mengatakan
pinggangnya
terasa pegal.
f.Nn.P
mengatakan
belakangan ini
merasa sensitive
dan mudah
tersinggung.
g.Nn.P
mengatakan
jarang
mengkonsumsi
sayuran.
DO:
a.keadaan umum:
baik
b.kesadaran
:composmetis.
c.TTV
TD:110/80mmhg
N :80x/menit
S :36,80
C
e.Nn.p mengatakan
dirinya merasa lemas.
f. Nn.P mengatakan
pinggangnya terasa
nyeri.
g. Nn.P mengatakan
belakangan ini
merasa lebih sensitive
dan mudah
tersinggung.
h. Nn. P mengatakana
jarang mengkonsumsi
sayuran.
DO:
TD:110/80mmhg
N :80x/menit
S :36,80
C
P :20x/menit
Pemeriksaan fisik
dalam batas normal.
Masalah :
keterbatasan
Aktivitas.
3. beritahu Nn. P
cara mengatasi
keluhan yang
dialami.
4. ajarkan Nn.P
cara
pengompresan
dengan air hangat
untuk mengurangi
rasa nyeri.
dalam darah, stress,
dan kekurangan
vitamin, terutama
vitamin B.
3.Memberitahu
Nn.P cara
mengatasi keluhan
yang dialami yaitu
dengan
mengompres
menggunakan air
hangat pada perut
bagian bawah,
mandi air hangat.
Mengonsumsi
minumuan tinggi
kalsium seperti
susu, atau yoghurt,
menggosok-gosok
perut yang sakit.
4.Mengajarkan
Nn.P cara
pengompresan
dengan air hangat
pada perut bagian
bawah untuk
mengurangi rasa
3.Nn.P
mengetah
ui cara
mengatasi
keluhan
yang di
alami.
4.Nn.p
mengerti
cara
mengompre
s
menggunak
an air
91. 78
P :20x/menit
d.pemeriksaan
fisik dalam batas
normal.
Kebutuhan : lakukan
konseling dan
penanganan
dismenore
5. beritahu Nn.P
kebutuhan
nutrisinya yang
harus dipenuhi.
nyeri.
5.memberitahu
Nn.p kebutuhan
nutrisi yang harus
dipenuhi yaitu
konsumsi makanan
berprotein seperti
daging ayam,
kacang-kacangan,
sayuran hijau
seperti bayam,daun
singkong, brokoli,
dan lain-lain, buah-
buahan sebagai
sumber vitamin dan
mineral terutama
vit B komplek
seperti alpukat,
apel, pisang, dan
blueberry,
minuman tinggi
kalsium seperti
susu atau yoghurt.
hangat pada
perut bagian
bawah
untuuk
mengurangi
rasa nyeri.
5.Nn.P
mengetahui
kebutuhan
nutrisi yang
harus
penuhi dan
Nn.p akan
berusaha
memenuhin
ya
92. 79
6. Beritahu Nn.p
makanan yang
dibatasi untuk
dikonsumsi saat
menstruasi.
7.Anjurkan Nn.P
untuk lebih
bersabar dan
jangan stress.
6.Memberitahu
nn.P makanan yang
harus dibatasi
untuk dikonsumsi
saat menstruasi
yaitu daging merah
seperti daging
sapid an daging
kambing, makanan
yang berlemak
seperti gorengan,
makan manis, es
krim dan cokelat,
minuman
berkafein, bersoda
dan beralkohol.
7.Menganjurkan
Nn. P untuk lebih
bersabar dan
jangan stress
seperti membaca
novel, menonton
pilm atau kegiatan
lain yang Nn.P
sukai karena stress
dapat memperberat
dismenore
6.Nn.P
mengetahui
makanan
yang harus
dibatasi
untuk
dikonsumsi
saat
menstruasi
dan Nn.P
akan
melakukann
ya.
7.Nn.P
mengatakan
akan
berusaha
lebuh
bersabar
dan
menghindar
i stress
dengan
melakukan
kegiatan
93. 80
8. Beritahu Nn.p
tentang kebutuhan
kebersihan
dirinya.
9.Berikan Nn.p
minuman tinggi
kalsium seperti
susu atau yoghurt
untuk mengurangi
rasa nyeri.
10. Anjurkan
Nn.P untuk
berolahraga
8. Memberitahu
Nn. P tentang
kebutuhan
kebersihan dirinya
yaitu mandi
2x/hari, keramas 2-
3 hari sekali, ganti
celana dalam 2-
3x/hari, ketika
menstruasi ganti
pembalut 3-4x/hari
atau ketika merasa
tidak nyaman.
9. Memberikan
Nn.P minuman
tinggi kalsium
yaitu susu pada
Nn.P untuk
dikonsumsi untuk
mengurangi rasa
nyeri.
10. Menganjurkan
Nn.P untuk
berolahraga secara
yang Nn.P
sukai.
8.Nn.P
mengetahui
kebutuhan
kebersihan
dirinya dan
Nn.p akan
memenuhin
ya.
9.Nn.P
meminum
susu untuk
mengurangi
rasa nyeri.
10. Nn.P
mengatakan
akan
94. 81
secara teratur. teratur.s berolahraga
secara
teratur.
Selasa
14 juni
2016
16:20
wib.
Nn.P mengatakan
nyeri sudah
hilang.
Keadaan umum:
baik
Keadaan
emosional:stabil
Kesadaran:Comp
osmetis.
TTV
TD:110/80mmhg
N :80x/menit
S :36,80
C
P :20x/menit
Pemeriksaan fisik
dalam batas
normal.
Nn.P usia 18 tahun
haid hari ke-7.
Masalah: Tidak ada
Kebutuhan :tidak ada
Tidak
ada
Tidak ada. Lakukan evaluasi
hasil asuhan.
.
Mengevaluasi hasil
asuhan yang telah
diberikan dan
hailnya Nn.P dalam
keadaan baik, nyeri
sudah tidak
dirasakan sejak hari
ketiga menstruasi,
karena asuhan dan
terapi yang telah
diberikan dan Nn.P
bersedia
melakukan asuhan
atau terapi yang
telah diajarkan
untuk bulan
selanjutnya.
Dari
asuhaan
yang telah
dilakukan
nyeri sudah
hilang sejak
hari ketiga
menstruasi
atau
keempat
implementa
si dan
keadaan
Nn.P
bersedia
melakukan
asuhan atau
terapi yang
telah
diajarkan
untuuk
bulan
selanjutnya,
intervensi
dihentikan
95. 82
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan kesehatan reproduksi pada remaja
dengan dismenore terhadap Nn. P usia 18 tahun di Jln. Soekarno Hatta, By Pass,
Akbid Adila, Bandar Lampung. Selama 6 hari untuk mengkaji apakah ada
kesenjangan antara teori dengan situasi atau perubahan pada Nn. P terutama pada
nyeri dismenore yang dirasakan didapatkan hasil sebagai berikut.
A. Pengumpulan Data Dasar
Pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan
tentang keadaan pasien. Pada kasus ini penulis melakukan pengkajian pada Nn. P
haid pertama dengan dismenore.
1. Menurut Tinjauan Teori
Data ini dikumpulkan guna melengkapi data untuk menegakkan diagnosis
Bidan melakukan pengkajian data subjektif melalui wawancara.
96. 83
a. Data Subjektif
1. Nama
a) Tinjauan teori
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar
tidak keliru dalam memberikan penanganan
b) Tinjauan kasus
Dalam kasus ini pasien bernama Nn. P di Jln. Soekarno Hatta, By Pass,
Akbid Adila, Bandar Lampung.
c) Pembahasan
Dalam kasus ini tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus karena
Nn. P memiliki nama jelas yang dapat membedakkan dengan klien
yang lain sehingga terhindar dari kekeliruan dalam memberikan
penanganan.
2. Umur
a) Tinjauan teori
Dicatat dalam tahun mengalami dismenore pertama kali atau menarche
pada usia 13 tahun.
b) Tinjauan kasus
Dalam kasus ini umur Nn. P 13 tahun di Jln. Soekarno Hatta, By Pass,
Akbid Adila, Bandar Lampung.
97. 84
c) Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus ini tidak ada
kesenjangan pada usia Nn. P karena usia 13 tahun.
3. Suku/bangsa
a) Tinjauan teori
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari
b) Tinjauan kasus
Nn. P bersuku lampung dan selama ini Nn. P tidak memiliki
kebiasaan-kebiasaan yang berpengaruh terhadap menstrruasinya.
c) Pembahasan
Dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan karena Nn. P tidak memiliki
kebiasaan adat yang berpengaruh terhadap menstruasinya.
4. Pendidikan
a) Tinjauan teori
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh
mana tingkat intelektualnya sehingga bidan dapat memberikan
konseling sesuai dengan pendidikan nya
b) Tinjauan kasus
Dalam kasus ini Nn. P berpendidikan sebagai mahasiswi di kebidanan
adila.
98. 85
c) Pembahasan
Dalam hal ini terdapat kesenjangan karena Nn. P adalah seorang
mahasiswi yang sedang menempuh pendidikan di Akademi Kebidanan
Adila dimana ia seharusnya mengetahui cara penanganan dismenore
dengan baik.
5. Alamat
a) Tinjauan teori
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan
b) Tinjauan kasus
Alamat pasien berada di Jln. Soekarno Hatta, By Pass, Akbid Adila,
Bandar Lampung.
c) Pembahasan
Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena Nn. P
memiliki alamat lengkap untuk mempermudah dalam melakukan
kunjungan bila diperlukan.
6. Keluhan
a) Tinjauan teori
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan
dismenore (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h. 131, 132).
Dismenore adalah nyeri saat haid, biasanya dengan rasa kram dan
terpusat di abdomen bawah (Prawirohardjo, 2011; h. 182).
99. 86
b) Tinjauan kasus
Dalam kasus ini Nn. P mengatakan keluahannya yaitu nyeri pada
perut, bagian bawah.
c) Pembahasan
Dalam hal ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus
karena Nn. P merasakan nyeri perut bagian bawah.
7. Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan yang lalu
1) Tinjauan teori
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat
atau penyakit akut, kronis seperti : jantung, DM, Hipertensi, Asma
yang dapat mempengaruhi pada menstruasinya
2) Tinjauan kasus
Nn. P mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit seperti
jantung,DM, Hipertensi, dan Asma.
3) Pembahasan
Dalam hal ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus
karena Nn. P tidak memiliki riwayat penyakit seperti jantung, DM,
Hipertensi, dan Asma.
100. 87
b) Riwayat kesehatan sekarang
1) Tinjauan teori
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
pengaruh penyakit yang diderita pada saat ini yang berhubungan
dengan menstruasi
2) Tinjauan kasus
Nn. P mengatakan saat ini hanya mengalami nyeri pada saat haid
dan tidak sedang menderita penyakit apapun.
3) Pembahasan
Dalam hal ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus
karena Nn. P sedang tidak menderita penyakit apapun.
c) Riwayat kesehatan keluarga
1) Tinjauan teori
Data ini diperlukan untk mengetahui kemungkinan adanya
pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien,
yaitu apabila ada prnyakit keluarga yang menyertainya(Ambarwati
dan Wulandari, 2010;h. 133).
2) Tinjauan kasus
Nn. P mengatakan keluarganya tidak ada yang sedang/pernah
menderita penyakit.
101. 88
3) Pembahasan
Dalam hal ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus
karena didalam keluarga Nn. P tidak ada yang sedang/pernah
menderita penyakit sehingga tidak terpengaruh terhadap Nn. P
8. Riwayat kebidanan
a) Tinjauan teori
Menarche adalah usia pertama kali mengalami menstruasi pada wanita
Indonesia, umumnya sekitar 12-16 tahun (Sulistyawati, 2009;h. 112).
b) Tinjauan kasus
Dalam riwayat kebidanan Nn. P menarche pada usia 13 tahun, siklus
28 hari teratur setiap bulannya dengan lama menstruasi yaitu 7 hari.
c) Pembahasan
Dalam hal ini tidak ditemukan kesenjangan antar teori dan kasus
karena Nn. P usia menarche sesuai dengan teori.
9. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a) Tinjauan teori
Nutrisi menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi
banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan (Ambarwati dan
Wulandari, 2010; h. 136).
Makanan yang baik dikonsumsi saat menstruasi yaitu, miliki pola
makan yang teratur dengan gizi yang memadai, memenuhi standar 4
sehat 5 sempurna, menghindari makanan yang cenderungasam dan