SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
Download to read offline
Kewirausahaan I
Pertemuan ke-6
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “ Kewirausahaan I”
Dosen pengampu: Prof. Dr. Ir. H. Hapzi Ali, MM, CMA
Disusun oleh: Juliana 43217110197
S1 Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Mercu Buana
2018
Komunikasi dan mengetahui model kepemimpinan
Penerapan komunikasi dalam perusahaan
Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan
kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian
besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesama dalam kelompok dan
masyarakat. Di dalam kelompok/organisasi itu selalu terdapat bentuk kepemimpinan yang merupakan
masalah penting untuk kelangsungan hidup kelompok, yang terdiri dari pemimpin dan
bawahan/karyawan. Di antara kedua belah pihak harus ada two-way-communications atau komunikasi
dua arah atau komunikasi timbal balik, untuk itu diperlukan adanya kerja sama yang diharapkan untuk
mencapai cita-cita, baik cita-cita pribadi, maupun kelompok, untuk mencapai tujuan suatu organisasi.
Kerja sama tersebut terdiri dari berbagai maksud yang meliputi hubungan sosial/kebudayaan. Hubungan
yang terjadi merupakan suatu proses adanya suatu keinginan masing-masing individu, untuk
memperoleh suatu hasil yang nyata dan dapat memberikan manfaat untuk kehidupan yang
berkelanjutan.
Bila sasaran komunikasi dapat diterapkan dalam suatu organisasi baik organisasi pemerintah, organisasi
kemasyarakatan, maupun organisasi perusahaan, maka sasaran yang dituju pun akan beraneka ragam,
tapi tujuan utamanya tentulah untuk mempersatukan individu-individu yang tergabung dalam organisasi
tersebut. Berdasarkan sifat komunikasi dan jumlah komunikasi menurut Onong Uchyana Effendi, dalam
bukunya “Dimensi-Dimensi Komunikasi” hal. 50, komunikasi dapat digolongkan ke dalam tiga kategori:
1. Komunikasi antar pribadi
Komunikasi ini penerapannya antara pribadi/individu dalam usaha menyampaikan informasi yang
dimaksudkan untuk mencapai kesamaan pengertian, sehingga dengan demikian dapat tercapai
keinginan bersama.
2. Komunikasi kelompok
Pada prinsipnya dalam melakukan suatu komunikasi yang ditekankan adalah faktor kelompok, sehingga
komunikasi menjadi lebih luas. Dalam usaha menyampaikan informasi, komunikasi dalam kelompok tidak
seperti komunikasi antar pribadi.
3. Komunikasi massa
Komunikasi massa dilakukan dengan melalui alat, yaitu media massa yang meliputi cetak dan elektronik.
Dalam melakukan komunikasi organisasi, Steward L.Tubbs dan Sylvia Moss dalam Human
Communication menguraikan adanya 3 (tiga) model dalam komunikasi:
1. Model komunikasi linier (one-way communication), dalam model ini komunikator memberikan suatu
stimuli dan komunikan melakukan respon yang diharapkan tanpa mengadakan seleksi dan interpretasi.
Komunikasinya bersifat monolog.
2. Model komunikasi interaksional. Sebagai kelanjutan dari model yang pertama, pada tahap ini sudah
terjadi feedback atau umpan balik. Komunikasi yang berlangsung bersifat dua arah dan ada dialog, di
mana setiap partisipan memiliki peran ganda, dalam arti pada satu saat bertindak sebagai komunikator,
pada saat yang lain bertindak sebagai komunikan.
3. Model komunikasi transaksional. Dalam model ini komunikasi hanya dapat dipahami dalam konteks
hubungan (relationship) antara dua orang atau lebih. Pandangan ini menekankan bahwa semua perilaku
adalah komunikatif. Tidak ada satupun yang tidak dapat dikomunikasikan.
Mengenai organisasi, salah satu defenisi menyebutkan bahwa organisasi merupakan suatu kumpulan
atau sistem individual yang melalui suatu hirarki/jenjang dan pembagian kerja, berupaya mencapai tujuan
yang ditetapkan. Dari batasan tersebut dapat digambarkan bahwa dalam suatu organisasi mensyaratkan:
1. Adanya suatu jenjang jabatan ataupun kedudukan yang memungkinkan semua individu
dalam organisasi tersebut memiliki perbedaan posisi yang jelas, seperti pimpinan, staff pimpinan dan
karyawan.
2. Adanya pembagian kerja, dalam arti setiap orang dalam sebuah institusi baik yang
komersial maupun sosial, memiliki satu bidang pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya.
Dengan landasan konsep-konsep komunikasi dan organisasi sebagaimana yang telah diuraikan, maka
kita dapat memberi batasan tentang komunikasi dalam organisasi secara sederhana, yaitu komunikasi
antarmanusia (human communication) yang terjadi dalam kontek organisasi. Atau dengan meminjam
definisi dari Goldhaber, komunikasi organisasi diberi batasan sebagai arus pesan dalam suatu jaringan
yang sifat hubungannya saling bergabung satu sama lain (the flow of messages within a network of
interdependent relationships).
Sebagaimana telah disebut terdahulu, bahwa arus komunikasi dalam organisasi meliputi komunikasi
vertikal dan komunikasi horisontal. Masing-masing arus komunikasi tersebut mempunyai perbedaan
fungsi yang sangat tegas. Ronald Adler dan George Rodman dalam bukuUnderstanding Human
Communication, mencoba menguraikan masing-masing, fungsi dari kedua arus komunikasi dalam
organisasi tersebut sebagai berikut:
1. Downward communication, yaitu komunikasi yang berlangsung ketika orang-orang yang berada
pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada bawahannya. Fungsi arus komunikasi dari atas ke
bawah ini adalah:
a) Pemberian atau penyimpanan instruksi kerja (job instruction)
b) Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk dilaksanakan (job retionnale)
c) Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku (procedures and practices)
d) Pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.
2. Upward communication, yaitu komunikasi yang terjadi ketika bawahan (subordinate) mengirim pesan
kepada atasannya. Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini adalah:
a) Penyampaian informai tentang pekerjaan pekerjaan ataupun tugas yang sudah dilaksanakan
b) Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat
diselesaikan oleh bawahan
c) Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan
d) Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun pekerjaannya.
3. Horizontal communication, yaitu tindak komunikasi ini berlangsung di antara para karyawan ataupun
bagian yang memiliki kedudukan yang setara. Fungsi arus komunikasi horisontal ini adalah:
a) Memperbaiki koordinasi tugas
b) Upaya pemecahan masalah
c) Saling berbagi informasi
d) Upaya pemecahan konflik
e) Membina hubungan melalui kegiatan bersama.
Proses Komunikasi
Pada tataran teoritis, paling tidak kita mengenal atau memahami komunikasi dari dua perspektif, yaitu:
1. Perspektif Kognitif. Komunikasi menurut Colin Cherry, yang mewakili perspektif kognitif
adalah penggunaan lambang-lambang (symbols) untuk mencapai kesamaan makna atau berbagi
informasi tentang satu objek atau kejadian. Informasi adalah sesuatu (fakta, opini, gagasan) dari satu
partisipan kepada partisipan lain melalui penggunaan kata-kata atau lambang lainnya. Jika pesan yang
disampaikan diterima secara akurat, receiver akan memiliki informasi yang sama seperti yang dimiliki
sender, oleh karena itu tindak komunikasi telah terjadi.
2. Perspektif Perilaku. Menurut BF. Skinner dari perspektif perilaku memandang komunikasi
sebagai perilaku verbal atau simbolik di mana sender berusaha mendapatkan satu efek yang
dikehendakinya pada receiver. Masih dalam perspektif perilaku, FEX Dancemenegaskan
bahwa komunikasi adalah adanya satu respons melalui lambang-lambang verbal di mana simbol verbal
tersebut bertindak sebagai stimuli untuk memperoleh respons. Kedua pengertian komunikasi yang
disebut terakhir, mengacu pada hubungan stimulus respons antara sender dan receiver.
Setelah kita memahami pengertian komunikasi dari dua perspektif yang berbeda, kita mencoba melihat
proses komunikasi dalam suatu organisasi. Menurut Jerry W. Koehler dan kawan-kawan, bagi suatu
organisasi, perspektif perilaku dipandang lebih praktis karena komunikasi dalam organisasi bertujuan
untuk mempengaruhi penerima (receiver). Satu respons khusus diharapkan oleh pengirim pesan (sender)
dari setiap pesan yang disampaikannya. Ketika satu pesan mempunyai efek yang dikehendaki, bukan
suatu persoalan apakah informasi yang disampaikan tersebut merupakan tindak berbagi informasi atau
tidak.
Proses komunikasi diawali oleh sumber (source) baik individu ataupun kelompok yang berusaha
berkomunikasi dengan individu atau kelompok lain, sebagai berikut:
1. Langkah pertama yang dilakukan sumber adalah ideation yaitu penciptaan satu gagasan
atau pemilihan seperangkat informasi untuk dikomunikasikan. Ideation ini merupakan landasan bagi
suatu pesan yang akan disampaikan.
2. Langkah kedua dalam penciptaan suatu pesan adalah encoding, yaitu sumber
menerjemahkan informasi atau gagasan dalam wujud kata-kaya, tanda-tanda atau lambang-lambang
yang disengaja untuk menyampaikan informasi dan diharapkan mempunyai efek terhadap orang lain.
Pesan atau message adalah alat-alat di mana sumber mengekspresikan gagasannya dalam bentuk
bahasa lisan, bahasa tulisan ataupun perilaku nonverbal seperti bahasa isyarat, ekspresi wajah atau
gambar-gambar.
3. Langkah ketiga dalam proses komunikasi adalah penyampaian pesan yang telah disandi
(encode). Sumber menyampaikan pesan kepada penerima dengan cara berbicara, menulis,
menggambar ataupun melalui suatu tindakan tertentu. Pada langkah ketiga ini, kita mengenal istilah
channel atau saluran, yaitu alat-alat untuk menyampaikan suatu pesan. Saluran untuk komunikasi lisan
adalah komunikasi tatap muka, radio dan telepon. Sedangkan saluran untuk komunikasi tertulis meliputi
setiap materi yang tertulis ataupun sebuah media yang dapat mereproduksi kata-kata tertulis seperti:
televisi, kaset, video atau OHP (overheadprojector). Sumber berusaha untuk mebebaskan saluran
komunikasi dari gangguan ataupun hambatan, sehingga pesan dapat sampai kepada penerima seperti
yang dikehendaki.
4. Langkah keempat, perhatian dialihkan kepada penerima pesan. Jika pesan itu bersifat lisan,
maka penerima perlu menjadi seorang pendengar yang baik, karena jika penerima tidak mendengar,
pesan tersebut akan hilang. Dalam proses ini, penerima melakukan decoding, yaitu memberikan
penafsiran interpretasi terhadap pesan yang disampaikan kepadanya. Pemahaman (understanding)
merupakan kunci untuk melakukan decoding dan hanya terjadi dalam pikiran penerima. Akhirnya
penerimalah yang akan menentukan bagaimana memahami suatu pesan dan bagaimana pula
memberikan respons terhadap pesan tersebut.
5. Proses terakhir dalam proses komunikasi adalah feedback atau umpan balik yang
memungkinkan sumber mempertimbangkan kembali pesan yang telah disampaikannya kepada
penerima. Respons atau umpan balik dari penerima terhadap pesan yang disampaikan sumber dapat
berwujud kata-kata ataupun tindakan-tindakan tertentu. Penerima bisa mengabaikan pesan tersebut
ataupun menyimpannya. Umpan balik inilah yang dapat dijadikan landasan untuk mengevaluasi
efektivitas komunikasi.
Fungsi Komunikasi dalam Organisasi
Dalam suatu organisasi baik yang berorientasi komersial maupun sosial, komunikasi dalam organisasi
atau lembaga tersebut akan melibatkan empat fungsi, yaitu:
1. Fungsi informatif
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi (information-processing
system). Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi
yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota
organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti informasi pada dasarnya dibutuhkan
oleh semua orang yang mempunyai perbedaan kedudukan dalam suatu organisasi. Orang-orang dalam
tataran manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna
mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan
informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti dan sebagainya.
2. Fungsi Regulatif
Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Pada
semua lembaga atau organisasi, ada dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif ini, yaitu:
1. Atasan atau orang-orang yang berada dalam tataran manajemen yaitu mereka yang
memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Disamping itu mereka
juga mempunyai kewenangan untuk memberikan instruksi atau perintah, sehingga dalam struktur
organisasi kemungkinan mereka ditempatkan pada lapis atas (position of authority) supaya perintah-
perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya. Namun demikian, sikap bawahan untuk
menjalankan perintah banyak bergantung pada:
1. Keabsahan pimpinan dalam penyampaikan perintah.
2. Kekuatan pimpinan dalam memberi sanksi.
3. Kepercayaan bawahan terhadap atasan sebagai seorang pemimpin sekaligus sebagai
pribadi.
4. Tingkat kredibilitas pesan yang diterima bawahan.
2. Berkaitan dengan pesan atau message. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi
pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan-peraturan tentang pekerjaan yang
boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.
3. Fungsi Persuasif
Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai
dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk
mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela
oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering
memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.
4. Fungsi Integratif
Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat dilaksanakan
tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam
organisasi tersebut (newsletter, buletin) dan laporan kemajuan oraganisasi; juga saluran komunikasi
informal seperti perbincangan antarpribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga ataupun
kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang
lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.
Memahami Komunikasi dalam Organisasi
Gaya komunikasi atau communication style akan memberikan pengetahuan kepada kita tentang
bagaimana perilaku orang-orang dalam suatu organisasi ketika mereka melaksanakan tindak berbagi
informasi dan gagasan. Sementara pada pengaruh kekuasaan dalam organisasi, kita akan mengkaji
jenis-jenis kekuasaan yang digunakan oleh orang-orang dalam tataran manajemen sewaktu mereka
mencoba mempengaruhi kemampuan berkomunikasi dalam organsasi, kita akan diajak untuk memikirkan
bagaimana mendefinisikan tujuan kita sehubungan dengan tugas dalam organisasi, bagaimana kita
memilih orang yang tepat untuk diajak kerjasama dan bagaimana kita memilih saluran yang efektif untuk
melaksanakan tugas tersebut.
Gaya Komunikasi. Gaya komunikasi (communication style) didefinisikan sebagai seperangkat perilaku
antarpribadi yang terspesialisasi yang digunakan dalam suatu situasi tertentu (a specialized set of
intexpersonal behaviors that are used in a given situation).
Masing-masing gaya komunikasi terdiri dari sekumpulan perilaku komunikasi yang dipakai untuk
mendapatkan respon atau tanggapan tertentu dalam situasi yang tertentu pula. Kesesuaian dari satu
gaya komunikasi yang digunakan, bergantung pada maksud dari pengirim (sender) dan harapan dari
penerima (receiver).
Gaya Komunikasi yang akan kita pelajari adalah sbb:
1. The Controlling style
Gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, ditandai dengan adanya satu kehendak atau maksud
untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang
menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau one-way
communications.
Pihak-pihak yang memakai controlling style of communication ini, lebih memusatkan perhatian kepada
pengiriman pesan dibanding upaya mereka untuk berharap pesan. Mereka tidak mempunyai rasa
ketertarikan dan perhatian untuk berbagi pesan. Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan
perhatian pada umpan balik, kecuali jika umpan balik atau feedback tersebut digunakan untuk
kepentingan pribadi mereka. Para komunikator satu arah tersebut tidak khawatir dengan pandangan
negatif orang lain, tetapi justru berusaha menggunakan kewenangan dan kekuasaan untuk memaksa
orang lain mematuhi pandangan-pandangannya.
Pesan-pesan yag berasal dari komunikator satu arah ini, tidak berusaha ‘menjual’ gagasan agar
dibicarakan bersama namun lebih pada usaha menjelaskan kepada orang lain apa yang dilakukannya.
The controlling style of communication ini sering dipakai untuk mempersuasi orang lain supaya bekerja
dan bertindak secara efektif, dan pada umumnya dalam bentuk kritik. Namun demkian, gaya komunikasi
yang bersifat mengendalikan ini, tidak jarang bernada negatif sehingga menyebabkan orang lain memberi
respons atau tanggapan yang negatif pula.
2. The Equalitarian style
Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan kesamaan. The equalitarian style of
communication ini ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan
maupun tertulis yang bersifat dua arah (two-way traffic of communication).
Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap anggota
organisasi dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam suasana yang rileks, santai dan
informal. Dalam suasana yang demikian, memungkinkan setiap anggota organisasi mencapai
kesepakatan dan pengertian bersama.
Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi yang bermakna kesamaan ini, adalah orang-orang
yang memiliki sikap kepedulian yang tinggi serta kemampuan membina hubungan yang baik dengan
orang lain baik dalam konteks pribadi maupun dalam lingkup hubungan kerja. The equalitarian style ini
akan memudahkan tindak komunikasi dalam organisasi, sebab gaya ini efektif dalam memelihara empati
dan kerja sama, khususnya dalam situasi untuk mengambil keputusan terhadap suatu permasalahan
yang kompleks.Gaya komunikasi ini pula yang menjamin berlangsungnya tindakan share/berbagi
informasi di antara para anggota dalam suatu organisasi.
3. The Structuring style
Gaya komunikasi yang berstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis maupun lisan
guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur
organisasi. Pengirim pesan (sender) lebih memberi perhatian kepada keinginan untuk mempengaruhi
orang lain dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur
yang berlaku dalam organisasi tersebut.
Stogdill dan Coons dari The Bureau of Business Research of Ohio State University, menemukan dimensi
dari kepemimpinan yang efektif, yang mereka beri nama Struktur Inisiasi atau Initiating Structure. Stogdill
dan Coons menjelaskan mereka bahwa pemrakarsa (initiator) struktur yang efisien adalah orang-orang
yang mampu merencanakan pesan-pesan verbal guna lebih memantapkan tujuan organisasi, kerangka
penugasan dan memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul.
4. The Dynamic style
Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena pengirim pesan atau sender
memahami bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi pada tindakan (action-oriented). The dynamic
style of communication ini sering dipakai oleh para juru kampanye ataupun supervisor yang membawa
para wiraniaga (salesmen atau saleswomen).
Tujuan utama gaya komunikasi yang agresif ini adalah mestimulasi atau merangsang pekerja/karyawan
untuk bekerja dengan lebih cepat dan lebih baik. Gaya komunikasi ini cukup efektif digunakan dalam
mengatasi persoalan-persoalan yang bersifat kritis, namun dengan persyaratan bahwa karyawan atau
bawahan mempunyai kemampuan yang cukup untuk mengatasi masalah yang kritis tersebut.
5. The Relinguishing style
Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran, pendapat ataupun gagasan
orang lain, daripada keinginan untuk memberi perintah, meskipun pengirim pesan (sender) mempunyai
hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang lain.
Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini akan efektif ketika pengirim pesan atau sender sedang bekerja
sama dengan orang-orang yang berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti serta bersedia untuk
bertanggung jawab atas semua tugas atau pekerjaan yang dibebankannya.
6. The Withdrawal style
Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi, artinya tidak ada
keinginan dari orang-orang yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena ada
beberapa persoalan ataupun kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut.
Dalam deskripsi yang kongkrit adalah ketika seseorang mengatakan: “Saya tidak ingin dilibatkan dalam
persoalan ini”. Pernyataan ini bermakna bahwa ia mencoba melepaskan diri dari tanggung jawab, tetapi
juga mengindikasikan suatu keinginan untuk menghindari berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena
itu, gaya ini tidak layak dipakai dalam konteks komunikasi organisasi.
Gambaran umum yang diperoleh dari uraian di atas adalah bahwa the equalitarian style of
communication merupakan gaya komunikasi yang ideal. Sementara tiga gaya komunikasi
lainnya: structuring, dynamic dan relinguishing dapat digunakan secara strategis untuk menghasilkan
efek yang bermanfaat bagi organisasi. Dan dua gaya komunikasi
terakhir: controlling dan withdrawal mempunyai kecenderungan menghalangi berlangsungnya interaksi
yang bermanfaat
Penerapan gaya kepemimpinan dalam perusahaan
Pemimpin adalah pribadi yang memiliki ketrampilan teknis, khususnya dalam satu bidang, hingga ia
mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-
sama melakukan aktifitas.
Kepemimpinan merupakan kegiatan dalam mempengaruhi orang lain untuk bekerja keras dengan penuh
kemauan untuk tujuan kelompok (George Terry). Sedangkan menurut Terry & Rue (1985), kepemimpinan
ialah hubungan yang ada dalam diri seorang pemimpin, mempengaruhi orang lain untuk bekerja sama
secara sadar dalam hubungan tugas yang diinginkan.
Sanusi (1989), juga mengungkapkan kepemimpinan ialah penyatupaduan dari kemampuan, cita-cita, dan
semangat kebangsaan dalam mengatur, mengendalikan, dan mengelola rumah tangga maupun
organisasi atau rumah tangga negara. Sedangkan dalam SK BAKN No.27/KEP/1972, kepemimpinan
adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain sehingga dapat dikerahkan secara optimal.
Sementara itu, menurut Stogdill (1974) definisi pemimpin adalah fokus dari proses kelompok, penerimaan
kepribadian seseorang, seni mempengaruhi perilaku, alat untuk mempengaruhi perilaku, suatu tindakan
perilaku, bentuk dari ajakan (persuasi), bentuk dari relasi yang kuat, alat untuk mencapai tujuan, akibat
dari interaksi, peranan yang diferensial, dan pembuat struktur.
Dengan demikian, definisi kepemimpinan bahwa berbeda menurut sudut pandang masing-masing.
Namun demikian ada kesamaan dan mendefinisikan kepemimpinan yakni mengandung makna
mempengaruhi orang lain untuk berbuat seperti yang pemimpin kehendaki. Jadi yang dimaksud
kepemimpinan adalah ilmu dan seni mempengaruhi orang atau kelompok untuk bertindak seperti yang
diharapkan dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Kepemimpinan merupakan inti dari manajemen, karena kepemimpinan merupakan motor penggerak dari
semua sumber-sumber dan alat-alat yang tersedia bagi suatu organisasi. Tugas dasar pemimpin adalah
membentuk dan memelihara lingkungan di mana manusia bekerja sama dalam suatu kelompok yang
terorganisir dengan baik, menyelesaikan tugas, mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kepemimpinan
merupakan aktivitas manajerial yang penting di dalam setiap organisasi khususnya dalam pengambilan
kebijakan dan keputusan sebagai inti dari kepemimpinan.
A. Model Kepemimpinan
Plato (427-347) yang dalam bukunya berjudul Republic, membagi tiga gaya kepemimpinan, yaitu
1) filosofer (pemikir), 2) militer (otoriter), dan 3) entrepreneur. Beberapa kepemimpinan yang banyak
mempengaruhi perilaku pengikutnya. Gaya kepemimpinan adalah norma perilaku yang oleh seseorang
pada saat orang itu mempengaruhi perilaku orang lain.
Berbicara mengenai gaya, sesungguhnya berbicara mengenai ‘modalitas’ dalam
kepemimpinan. Gaya kepemimpinan seseorang akan identik dengan tipe kepemimpinan orang yang
bersangkutan.
Secara rinci Siagian (1994: 27) membagi lima gaya kepemimpinan yang secara luas dikenal dewasa ini,
yaitu :
1. Tipe Otokratik
Pemimpin yang otokratik memiliki serangkaian karakteristik yang dapat dipandang sebagai karakteristik
yang negatif.
Di lihat dari persepsinya, seorang pemimpin yang otokratik adalah seorang yang sangat egois. Sikap
egoisme tersebut akan memberi tekanan kepada bawahannya. Sehingga kedisiplinan yang tertanam
berdasarkan rasa ketakutan, bukan disiplin yang sudah semestinya dijalankan.
Kepemimpinan otokratik mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan yang mutlak harus dipatuhi.
Pemimpinnya sangat berambisi untuk merajai situasi, setiap perintah dan bijakan ditetapkan tanpa
konsultasi dengan bawahan. Meski pemimpin otokratik selalu berdiri jauh dari kelompoknya, jadi ada
sikap menyisihkan diri dan eksklusivisme. Pemimpin otokratik senantiasa ingin berkuasa absolut, tunggal,
dan merajai keadaan.
Dalam Veithzal Rivai, sikap-sikap pemimpin otokrat dapat dijabarkan sebagai berikut :
1) Kurang mempercayai anggota kelompoknya
2) Otoriter
3) Hanya dengan imbalan materi sajalah yang mampu mendorong orang untuk bertindak.
4) Kurang toleransi terhadap kesalahan yang dilakukan anggota kelompok
5) Peka terhadap perbedaan kekuasaan
6) Kurang perhatian kepada anggota kelompoknya
7) Memberikan kesan seolah-olah demokratis
8) Mendengarkan pendapat anggota kelompoknya semata-mata hanya untuk menyenangkan
9) Senantiasa membuat keputusan sendiri.
Dengan persepsi, nilai-nilai, sikap dan perilaku demikian, seorang pemimpin yang otokratik dalam praktek
akan menggunakan gaya kepemimpinan yang :
1) Menuntut ketaatan penuh dari bawahannya
2) Dalam menegakkan disiplin menunjukkan kekakuan
3) Bernada keras dalam pemberian perintah atau instruksi
4) Menggunakan pendekatan punitif dalam hal terjadinya penyimpangan oleh bawahan
Harus diakui, bahwa hanya efektifitas semata-mata yang diharapkan dari seorang pemimpin dalam
mengemudikan jalannya organisasi, tipe otokratik mungkin mampu menyelenggarakan berbagai fungsi
kepemimpinannya dengan baik.
Akan tetapi yang dipermasalahkan di sini adalah tekanan yang dirasakan oleh para bawahan, sehingga
disiplin ketat berjalan karena rasa takut dari paksaan atasan bukan karena berdasarkan keyakinan
bahwa tujuan yang telah ditentukan itu wajar dan layak untuk dicapai.
Maka dari itu, kepemimpinan yang otokratik sangat dikaitkan dengan kekuasaan mengambil tindakan
yang punitif. Biasanya, apabila kekuasaan mengambil tindakan punitif itu tidak lagi dimilikinya, ketaatan
para bawahan segera mengendor dan disiplin kerjapun segera mengendor.
2. Tipe Paternalistik
Gaya paternalistik adalah gaya kepemimpinan dari pemimpin yang bersifat tradisional, umumnya di
masyarakat yang agraris. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti:
1) Kuatnya ikatan primordial,
2) Sistem kekeluargaan,
3) Kehidupan masyarakat yang komunalistik,
4) Peranan adat istiadat yang sangat kuat dalam kehidupan bermasyarakat,
5) Masih dimungkinkannya hubungan pribadi yang intim antara seorang anggota masyarakat dengan
anggota masyarakat lainnya.
Salah satu ciri utama dari masyarakat tradisional ialah rasa hormat yang tinggi yang ditujukan oleh para
anggota kepada seseorang yang dituakan.
Orang yang dituakan, dihormati terutama karena orang yang demikian biasanya memproyeksikan sifat-
sifat dan gaya hidup yang pantas dijadikan teladan atau panutan oleh para anggota masyarakat lainnya.
Biasanya orang yang dituakan terdiri dari tokoh-tokoh adat, para ulama dan guru.
Para bawahan biasanya mengharapkan seorang pemimpin yang paternialistik, mempunyai sifat tidak
mementingkan diri sendiri melainkan memberikan perhatian terhadap kepentingan dan kesejahteraan
bawahannya. Akan tetapi, legitimasi kepemimpinannya berarti penerimaan atas perannya yang dominan
dalam kehidupan organisasional.
Selain dari itu, Kartini Kartono juga mengungkapkan bahwa tipe kepemimpinan ini merupakan tipe yang
kebapakan, dengan sifat-sifat :
1) Dia menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang
perlu dikembangkan
2) Dia bersikap terlalu melindungi (overly protective)
3) Jarang bisa memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan sendiri
4) Dia hampir-hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif
5) Dia tidak memberikan atau hampir-hampir tidak pernah memberikan kesempatan pada pengikut dan
bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan karya kreatifitas mereka sendiri
6) Selalu bersikap maha-tahu dan maha-benar.
Harus diakui bahwa dalam keadaan tertentu pemimpin seperti ini sangat diperlukan. Akan tetapi ditinjau
dari segi sifat-sifat negatifnya pemimpin paternalistis kurang menunjukkan elemen kontinuitas terhadap
organisasi yang dipimpinnya.
3. Tipe Kharismatik
Seorang pemimpin yang kharismatik adalah seorang pemimpin yang dikagumi oleh banyak pengikut,
meskipun para pengikut tersebut tidak selalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang tertentu
itu dikagumi.
Pemimpin kharismatik ini memiliki kekuatan energi, daya tarik, dan pembawaan yang luar biasa untuk
mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-
pengawal yang bisa dipercaya.
Sampai saat ini para ahli manajemen belum berhasil menemukan sebab-sebab mengapa seorang
pemimpin memiliki karisma. Yang diketahui ialah tipe pemimpin seperti ini mempunyai daya tarik yang
amat besar, dan karenanya mempunyai pengikut yang sangat besar. Kebanyakan para pengikut
menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin seperti ini, pengetahuan tentang faktor
penyebab karena kurangnya seorang pemimpin yang karismatis, maka sering hanya dikatakan bahwa
pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supernatural powers), perlu dikemukakan
bahwa kekayaan, umur, kesehatan, profil pendidikan dan sebagainya. Tidak dapat digunakan sebagai
kriteria tipe pemimpin karismatis.
4. Tipe Laissez Faire
Kepemimpinan Laissez Faire ditampilkan oleh seorang tokoh “Ketua Dewan” yang sebenarnya tidak
becus mengurus dan dia menyerahkan semua tanggungjawab serta pekerjaan kepada bawahan atau
kepada semua anggotanya.
Seorang pemimpin yang Laissez Faire melihat perannya sebagai “polisi lalu lintas” dengan anggapan
para anggota organisasi mengetahui dan cukup dewasa untuk taat kepada peraturan permainan yang
berlaku. Seorang pemimpin yang Laissez Faire cenderung memilih peranan yang pasif dan membiarkan
organisasi berjalan menurut temponya sendiri tanpa banyak mencampuri bagaimana organisasi harus
dijalankan dan digerakkan.
Ada beberapa ciri yang terdapat dalam diri pemimpin tersebut:
1) Tidak yakin pada kemampuan sendiri
2) Tidak berani menetapkan tujuan untuk kelompok
3) Tidak berani menanggung resiko
4) Membatasi komunikasi dan hubungan kelompok
Dapat juga diartikan bahwa pemimpin laissez faire bukanlah seorang pemimpin dalam pengertian yang
sebenarnya. Semua anggota yang dipimpinnya bersikap santai-santai, dan bermoto “lebih baik tidak usah
bekerja saja”. Mereka menunjukkan sikap acuh tak acuh. Sehingga kelompok tersebut praktis menjadi
tidak terbimbing dan tidak terkontrol.
5. Tipe Demokratik
Tipe kepemimpinan demokratis dapat juga disebut sebagai pemimpin yang partisipatif, selalu
berkomunikasi dengan kelompok mengenai masalah-masalah yang menarik perhatian mereka dan
mereka dapat menyumbangkan sesuatu untuk menyelesaikannya serta ikut serta dalam penetapan
sasaran.
Pemimpin tipe ini, menafsirkan kepemimpinannya bukan sebagai diktator, melainkan sebagai pemimpin
di tengah-tengah anggota kelompoknya. Hubungan dengan anggota kelompok bukan sebagai majikan
dan buruh, tetapi sebagai saudara tua di antara teman-temannya atau sebagai kakak terhadap saudara-
saudaranya, ia selalu berpangkal pada kepentingan dan kebutuhan kelompoknya, dan
mempertimbangkan kesanggupan serta kemampuan kelompoknya.
Dalam melaksanakan tugasnya, ia mau menerima dan mengharapkan saran-saran dari kelompoknya.
Juga kritik-kritik yang membangun dari para anggota diterimanya sebagai umpan balik dan bahan
pertimbangan dalam tindakan-tindakan berikutnya.
Adapun ciri pemimpin yang demokrat meliputi :
1) Membuat keputusan bersama dengan anggota kelompok
2) Selalu menjelaskan sebab-sebab keputusan yang dibuat sendiri kepada kelompok
3) Feed back dijadikan sebagai salah satu masukan yang berharga
4) Mengkritik dan memuji secara obyektif.
Jika model kepemimpinan dapat disinonimkan dengan tipe, dari sini dapat dijelaskan sendiri
mengenai gaya kepemimpinan, yakni :
a. Pencari kegembiraan
Adalah orang-orang yang mengambil resiko, ketika marah menjadi agresif atau pasif, adalah pendiri dan
pencipta, memiliki artikulasi verbal dan banyak bicara, antusias, termotivasi dan suka akan kesenangan,
suka menghibur, bersemangat menolong orang lain, terkadang sulit diorganisir dan suka melompat-
lompat dari satu aktivitas ke aktivitas lain.
b. Pencari rinci/detail
Adalah orang-orang yang menanyakan bagaimana, akan menanyakan detail secara spesifik, mengukur
banyak waktu yang anda gunakan dalam proyek, sensitif dan akurat, perfeksionis, berkonsentrasi pada
detail, mengecek keakuratan, mengikuti petunjuk dan standar, menyukai struktur dan pemikir praktis,
mematuhi otoritas, bekerja pelan tapi pasti.
c. Pencari hasil
Adalah orang-orang yang bertanya tentang apa dan kapan, membuat pernyataan, memberitahukan
orang lain tentang apa yang harus dilakukan, tidak mentolerir kesalahan, tidak memiliki perasaan pada
orang lain, menyepelekan saran dari orang lain, berani menghadapi resiko, sanggup berkompetensi,
bermain untuk menang, menerima tantangan, percaya diri, terkontrol, tidak suka kelambanan, dan
mandiri.
d. Pencari keharmonisan
Adalah orang bertanya mengapa, mempertahankan hubungan, tipe pembimbing/tipe keibuan, memiliki
masalah-masalah dunia, kalem (calm), tidak suka mengambil inisiatif, loyal, penuh perhatian, posesif,
suka orang lain, tetap tinggal pada satu tempat, penyabar, dan memiliki kehangatan, konsentrasi pada
tujuan, pendengar yang baik, pengambil keputusan yang lamban, tidak suka konflik interpersonal, takut
akan ketidakharmonisan dan takut salah.
B. Penerapan Tipe Kepemimpinan
Dalam penerapannya, kepemimpinan yang baik justru tidak dihasilkan oleh satu macam tipe
kepemimpinan tertentu melainkan oleh kemampuan untuk tahu "kapan" menggunakan tipe
kepemimpinan yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang diperlukan.
Semakin terbiasa seorang mengambil posisi play maker, semakin matang gaya kepemimpinannya. Dulu
kepemimpinan seseorang terbentuk secara pasif dan alamiah melalui proses panjang. Namun saat ini hal
tersebut dapat di konstruksi secara sengaja, apabila diinginkan.
Daniel Goleman, ahli di bidang EQ, melakukan penelitian tentang tipe-tipe kepemimpinan dan
menemukan ada 6 (enam) tipe kepemimpinan. Penelitian itu membuktikan pengaruh dari masing-masing
tipe terhadap iklim kerja perusahaan, kelompok, divisi serta prestasi keuangan perusahaan. Namun hasil
penelitian itu juga menunjukkan, hasil kepemimpinan yang terbaik tidak dihasilkan dari satu macam tipe.
Yang paling baik justru jika seorang pemimpin dapat mengkombinasikan beberapa tipe tersebut secara
fleksibel dalam suatu waktu tertentu dan yang sesuai dengan bisnis yang sedang dijalankan.
Memang, hanya sedikit jumlah pemimpin yang memiliki enam tipe tersebut dalam diri mereka. Pada
umumnya hanya memiliki 2 (dua) atau beberapa saja. Penelitian yang dilakukan terhadap para pemimpin
tersebut juga menghasilkan data, bahwa pemimpin yang paling berprestasi ternyata menilai diri mereka
memiliki kecerdasan emosional yang lebih rendah dari yang sebenarnya. Pada umumnya mereka menilai
bahwa dirinya hanya memiliki satu atau dua kemampuan kecerdasan emosional. Namun yang paling
ironi adalah pemimpin yang payah justru menilai diri mereka secara “lebih” berlebihan dengan
menganggap bahwa mereka punya 4 (empat) atau lebih kemampuan kecerdasan emosional.
Dilihat dari kacamata psikologis, bahwa orang yang gemar bermain kuasa pada umumnya dahulu di
masa kecilnya terlalu dimanja atau terlalu tertekan. Maka setelah dewasa, ketika orang tersebut menjadi
pemimpin tidak mampu membuang traumanya. Suasana manja dan tertekan dan sistem resistansinya
kemudian menyusup ke bawah sadarnya menjadi program pengontrol bagi sikapnya sehari-hari di kala
mereka dewasa. Bentuknya antara lain kompensasi semu, merasa paling bagus, paling hebat, tidak mau
disaingi, temperamennya cepat marah, dan sifat-sifat negatif lainnya. Untuk menjaga kehebatannya, jika
ada serangan terhadap dirinya, maka serangan itu harus dihancurkan. Dan jika tidak mampu, jangan
ditanggapi bahkan pura-pura tidak tahu, supaya kehebatannya tidak tertandingi.
KESIMPULAN
Kepemimpinan adalah suatu pokok dari keinginan manusia yang besar untuk menggerakkan potensi
organisasi, kepemimpinan juga salah satu penjelas yang paling populer untuk keberhasilan/kegagalan
dari suatu organisasi.
Pada prinsipnya, kepemimpinan tidak hanya berkenan dengan tipe/teori yang ditampilkan oleh pemimpin,
karena tidak satu teori/tipe yang dapat diterapkan secara konsisten pada beragam situasi organisasi.
Karena itu, penerapan tipe/teori kepemimpinan tidak lebih penting daripada persoalan kemampuan
pemimpin memperlakukan semua unsur personel secara manusiawi, sehingga pekerjaan dapat
diselesaikan tepat waktu dan berkualitas sesuai dengan standar yang dipersyaratkan.
Kepemimpinan dan motivasi merupakan sebagian dari masalah-masalah yang paling sering dibahas
dalam kebanyakan organisasi. Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh
pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Cara alamiah mempelajari
kepemimpinan adalah "melakukannya dalam kerja" dengan praktik seperti pemagangan pada seorang
seniman ahli, pengrajin, atau praktisi. Dalam hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari
peranya memberikan pengajaran/instruksi
Tujuan kepemimpinan yaitu membantu orang untuk menegakkan kembali, mempertahankan, dan
meningkatkan motivasi para anggota organisasi. Jadi pemimpin adalah orang yang membantu orang lain
untuk memperoleh hasil-hasil yang diinginkan. Contohnya yaitu di dalam suatu organisasi, manajer
memberikan tugas-tugas kepada bawahannya untuk melakukan tugas tersebut dan memberikan hasil
yang diinginkan oleh bawahan.
Kepemimpinan diwujudkan melalui gaya kerja atau cara kerja sama dengan orang lain yang konsisten.
Cara seseorang berbicara dan bersikap kepada orang lain merupakan suatu gaya kerja yang dimilikinya.
Kebanyakan orang mempunyai gaya kerja yang sistematis, teratur, sesuai aturan organisasi yang
berlaku.
Beberapa pendekatan gaya kerja yang membantu orang lain mencapai hasil yang diinginkan seperti:
- Mengendalikan atau mengarahkan orang lain. Misalnya, seorang manajer memberikan arahan
kepada pekerja baru yang akan menjalankan tugas dan peranannya dalam organisasi.
- Memberi tantangan atau rangsangan kepada orang lain. Misalnya, Seorang pekerja atau bawahan
diberikan perintah oleh manajer untuk melakukan kunjungan ke sebuah pabrik.
- Menjelaskan kepada atau memberi instruksi kepada orang lain. Misalnya, seorang manajer
memberikan perintah untuk melakukan tugas-tugasnya.
- Mendorong atau mendukung orang lain. Misalnya, seorang karyawan mempunyai ide untuk
membuat suatu program acara event di televisi, maka hal tersebut harulah didukung oleh manajernya.
- Memohon atau membujuk orang lain. Misalnya, seorang direktur meminta kepada seorang
supervisor untuk mengerjakan pekerjaan bawahannya yang sedang cuti bekerja.
- Melibatkan atau memperdayakan orang lain. Misalnya, sebuah tim produksi bekerja sama satu
dengan yang lainnya.
- Memberi ganjaran atau memperkuat orang lain. Misalnya, seorang direktur memotong gaji
karyawannya yang telat hadir ke kantor.
Beberapa asumsi mengenai manusia yang mendasari gaya kepemimpinan, yaitu teori X dan teori Y yang
menggambarkan sikap mental suatu tipe ideal sehingga kita memperoleh gambaran yang jelas mengenai
seseorang.
Teori X mengemukakan pendapat mengenai manusia sebagai suatu mesin yang amat memerlukan
pengendalian dari luar. Asumsi teori X mencakup:
Kebanyakan orang berpendapat bahwa:
– Pekerjaan adalah sesuatu yang tidak menyenangkan dan berusaha menghindarinya.
– Orang lebih suka diperintah dan sekaligus harus dipaksa untuk melakukan pekerjaan mereka.
– Orang tidak ambisius, tidak ingin maju, dan tidak menginginkan tanggung jawab.
– Orang dimotivasi oleh keinginan mereka.
– Orang harus dikendalikan dengan ketat.
Pemimpin yang berpegang pada teori X menganggap orang sebagai suatu alat produksi, dimotivasikan
oleh ketakutan akan hukuman atau oleh kebutuhannya akan uang dan rasa aman. Pemimpin ini
cenderung mengawasi mereka dengan ketat, membuat dan menjalankan aturan dengan keras, dan
menggunakan ancaman hukuman sebagai alat untuk memotivasi mereka.
Teori Y menganggap bahwa manusia sebagai organisme biologis yang tumbuh, berkembang, dan
melakukan pengendalian terhadap diri mereka sendiri.
Asumsi Teori Y secara ringkas sebagai berikut :
1. Kebanyakan orang berpendapat bahwa kerja adalah sesuatu yang alamiah seperti bermain. Bila
pekerjaan tidak menyenangkan, mungkin itu karena cara melakukan pekerjaan tersebut dalam
organisasi.
2. Kebanyakan orang merasa bahwa pengendalian diri sendiri amat diperlukan supaya pekerjaan
dilakukan dengan baik.
3. Kebanyakan orang dimotivasi terutama oleh keinginan mereka untuk diterima lingkungan, mendapat
pengakuan, dan merasa berprestasi, seperti juga oleh kebutuhan mereka akan uang untuk memenuhi
kebutuhan pokok dan rasa aman.
4. Kebanyakan orang ingin menerima dan bahkan menginginkan suatu tanggung jawab bila mereka
memperoleh bimbingan, pengelolaan dan kepemimpinan yang tepat.
5. Kebanyakan orang mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah secara kreatif dalam
organisasi.
Pemimpin yang mendasari tindakannyaatau gayanya pada Teori Y beranggapan bahwa pegawai
mempunyai kebutuhan yang beraneka ragam. Mereka percaya bahwa tugas mereka adalah mengatur
dan mengelola sehingga baik organisasi maupun pegawai dapat emmenuhi kebutuhannya.
Model Gaya Kepemimpinan
Penelitian Kepemimpinan Negara Bagian Ohio
Bass (1960) menjelaskan bahwa faktor “struktur yang mengawali” berpengaruh atas sepertiga dari variasi
total dalam penelitian kepemimpinan, dan “pertimbangan” serta “struktur yang mengawali” berpengaruh
atas 83 persen dari variansi. Seorang pemimpin yang dinilai baik menitikberatkan pada pemenuhan janji,
penghargaan dan dukungan sebagai teknik motivasi dan bertindak dengan cara yang hangat dan
membantu, menunjukkan perhatian dan penghargaan kepada bawahan. Pemimpin yang dinilai buruk
member ancaman, merendahkan, berperilaku tanpa pertimbangan, dan menetapkan serta menyusun
peranannya dan peranan bawahannya untuk pencapaian tujuan.
Enam sistem yang popular untuk mengklarifikasikan dan menjelaskan gaya kepemimpinan :
1. Teori kisi kepemimpinan (Blake dan Mouton)
Kisi ini berasal dari hal-hal yang mendasari perhatian manajer perhatiannya pada tugas atau pada hal-hal
yang telah direncanakan untuk diselesaikan organisasi, dan perhatian kepada orang-orang dan unsure-
unsur organisasi yang memengaruhi mereka. Kisi ini menggambarkan bagaimana perhatian pemimpin
pada tugas dan pada manusia berkelindan sehingga menciptakan gaya pengelolaan dan kepemimpinan.
Kelima jenis gaya ekstrim yang dikemukakan model kisi disajikan secara singgat sebagai berikut :
a) Gaya pengalah (impoverished style). Gaya ini ditandai oleh kurangnya perhatian terhadap produksi.
Bila terjadi konflik, pemimpin jenis ini tetap netral dan berdiri di luar masalah.
b) Gaya pemimpin pertengahan (middle-of-the-road style). Gaya ini ditandai oleh perhatian yang
seimbang terhadap produksi dan manusia. Pemimpin dengan gaya ini berusaha untuk jujur tetapi tegas
dan mencari pemecahan yang tidak memihak dan berusaha untuk mempertahankan keadaan tetap baik.
c) Gaya tim (team style). Gaya ini ditandai oleh perhatian yang tinggi terhadap tugas dan manusia.
Pemimpin tim amat menghargai keputusan yang logis dan kreatif sebagai hasil dari pengertian dan
kesepakatan anggota organisasi. Bila terjadi konflik, pemimpin tim mencoba memeriksa alasan-alasan
timbulnya perbedaan dan mencari penyebab utamanya. Pemimpin tim mampu menunjukkan kebutuhan
akan saling mempercayai dan saling menghargai di antara sesama anggota tim, juga menghargai
pekerjaan.
d) Gaya santai (country club style). Gaya ini ditandai oleh rendahnya perhatian terhadap tugas dan
perhatian yang tinggi terhadap manusia. Ia menghindari terjadinya konflik, tapi bila ini tidak dapat
dihindari, ia mencoba untuk melunakkan perasaan orang, dan menjaga agar mereka tetap bekerja sama.
Pemimpin ini lebih banyak bersikap menolong daripada memimpin.
e) Gaya kerja (task style). Gaya ini ditandai oleh perhatian yang tinggi terhadap pelaksanaan kerja
tetapi amat kurang memperhatikan manusianya. Bila timbul konflik, pemimpin jenis ini cenderung
menghentikannya atau memenangkan posisinya dengan cara membela diri, bekerja pada pendiriannya,
atau mengulangi konflik dengan sejumlah argumentasi baru.
Menurut Blake dan Mouton, gaya tim merupakan gaya kepemimpinan yang paling disukai.
Kepemimpinan gaya tim berasumsi bahwa orang akan menghasilkan sesuatu yang terbaik bilamana
mereka memperoleh kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang berarti. Serta melibatkan anggota
organisasi dalam pengambilan ke[putusan, dengan maksud mempergunakan kemampuan mereka untuk
memperoleh hasil terbaik yang mungkin dicapai.
2. Teori 3D (Reddin)
Kisi 3D menghasilkan delapan gaya manajer atau kepemimpinan. Reddin (1967) menerangkan bahwa
keempat gaya yang lebih efektiftersebut kurang lebih sama efektifnya. Disamping itu ada saatnya
beberapa tugas manajer memerlukan keempat gaya tersebut sekaligus, sedangkan tugas lainnya
cenderung hanya memerlukan satu atau dua gaya saja secara konsisten.
LEBIH EFEKTIF
1. Eksekutif
Tugas berat, hubungan kuat, muncul sebagai motivator yang baik, yang memperlakukan setiap orang
dengan cara tersendiri dan lebih suka melakukan manajemen tim.
2. Otokrat Lunak (Benevolent Autocrat)
Tugas berat, hubungan lemah, tampaknya mengetahui apa yang diinginkannya dan tahu cara
memperolehnya tanpa menimbulkan ketidaksenangan.
3. Pengembang (developer)
Tugas ringan, hubungan kuat; tampaknya mempercayai orang lain secara terselubung dan menaruh
perhatian utama pada pengembangan hubungan yang selaras.
4. Birokrat
Tugas ringan, hubungan lemah; tampaknya menaruh perhatian pada aturan-aturan dan prosedur demi
kepentingan emreka sendiri, dank arena ingin menjaga serta mengawasi situasi dengan menggunakan
aturan dan prosedur itu, mereka sering terlihat amat berhati-hati.
KURANG EFEKTIF
1. Pencari kompromi (Compromiser)
Tugas berat, hubungan kuat, meskipun hanya satu atau mungkin tidak ada satupun yang sesuai; muncul
sebagai pembuat keputusan yang buruk dan membiarkan tekanan amat mempengaruhinya; tampaknya
lebih suka meminimalkan tekanan dan masalah daripada memaksimalkan produksi jangka-panjang.
2. Otokrat
Tugas berat, hubungan lemah ketika perilaku seperti ini tidak sesuai; tampaknya tidak mempunyai
kepercayaan kepada orang lain, hanya tertarik pada tugas-tugas langsung.
3. Pembawa Misi (Missionary)
Tugas ringan, hubungan kuat ketika perilaku seperti ini tidak sesuai; tampaknya lebih tertarik kepada
manusia sebagai pribadi.
4. Penyendiri (Deserter)
Tugas ringan, hubungan lemah ketika perilaku seperti ini tidak sesuai; tampak seperti tidak terlibat dan
pasif.
3. Teori Kepemimpinan Situasional
Hersey dan Blancard mengembangkan konsep kepemimpinan situasional, penelitian ini menunjukkan
banyak kemiripan dengan teori yang dikemukakan Blake dan Mouton yaitu dua dimensi gaya
kepemimpinan dimana struktur pertimbangan dan pengawalan yang dihasilkan serupa.
Selanjutnya Hersey dan Blancard memperkenalkan variabel ketiga yaitu kematangan, yang berfungsi
dengan cara yang serupa dengan dimensi keefektifan yang dikemukakan Reddin. Jadi model
kepemimpinan situasional ini penampilannya mirip model Reddin.
Faktor yang menentukan efektivitas dijelaskan oleh Hersey dan Blancard sebagai “ tingkat kesiapan anak
buah “. Kesiapan ini didefinisikan sebagai kesediaan dan kemampuan seseorang untuk bertanggung
jawab. Dengan kata lain, bila anak buah mempunyai kesediaan dan kemampuan yang baik untuk
nertanggung jawab, serta berpengalaman dalam tugas yang dihadapinya, maka gaya kepemimpinan
khusus akan lebih efektif daripada bila kesiapan anak buah kurang. Dengan meningkatnya kesiapan
anak buah, pemimpin mengurangi perilaku ataupun hubungannya.
Ada empat gaya kepemimpinan situasional yang dapat dikemukakan :
Gaya 1 : Memberitahu (telling). Gaya ini ditandai oleh komunikasi satu arah. Di sini pemimpin
menentukan peranan anak buah dan memberitahu apa, di mana, kapan dan bagaimana cara
mengerjakan berbagai macam tugas.
Gaya 2 : Mempromosikan (selling). Gaya ini ditandai oleh usaha melalui dua arah, meskipun hamper
semua pengaturan dilakukan oleh pemimpin. Pemimpin juga menyediakan dukungan sosioemosional
supaya anak buah turut bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan.
Gaya 3 : Berpartisipasi (participating). Gaya ini ditandai oleh pemimpin dan anak buah yang bersama-
sama terlibat dalam pembuatan keputusan melalui komunikasi dua arah yang sebenarnya. Pemimpin
lebih banyak terlibat dalam pemberi kemudahan karena anak buahnya memiliki kemampuan dan
pengetahuan untuk menyelesaikan tugasnya.
Gaya 4 : Mewakilkan (delegating). Gaya ini ditandai oleh pemimpin yang membiarkan anak buahnya
bertanggung jawab atas keputusan-keputusan mereka. Pemimpin mewakilkan keputusan kepada anak
buahnya kerena mereka mempunyai tingkat kesiapan yang tinggi, bersedia serta mampu bertanggung
jawab untuk mengatur perilaku mereka sendiri.
4. Teori Empat Sistem
Likert menemukan empat gaya atau sistem manajerial yang berdasarkan pasa satu analisis atas delapan
variabel manajerial :
1. Kepemimpinan
2. Motivasi
3. Komunikasi
4. Interaksi
5. Pengambilan keputusan
6. Penentu tujuan
7. Pengendalian
8. Kinerja
Likert membagi gaya manajerial tersebut dan berikut adalah ciri keempat sistem tersebut :
1. Penguasa mutlak
Gaya ini berdasarkan pada asumsi terori X McGregor. Pemimpin memberi bimbingan sepenuhnya dan
pengawasan ketat pada pegawai dengan anggapan bahwa cara terbaik untuk memotivasi pegawai
adalah dengan memberi rasa takut, ancaman, dan hukuman.
2. Penguasa semi-mutlak
Gaya ini pada dasarnya bersifat otoritarian, tetapi mendorong komunikasi ke atas untuk ikut berpendapat
maupun mengatakan keluhan bawahan, namun komunikasi ini dilakukan melalui jalur resmi.
3. Penasihat
Gaya ini melibatkan interaksi yang cukup sering pada tingkat pribadi sampai tingkat moderat, antara
atasan dan bawahan dalam organisasi.
4. Pengajak-serta
Gaya ini amat sportif, dengan tujuan agar organisasi berjalan baik melalui partisipasi nyata pegawai.
Informasi berjalan ke segala arah, dan pengendalian dijalankan di setiap tingkatan.
5. Teori Kontikum
Tannenbaum dan Schmidt meneliti pengambilan keputusan sebagai konsep utama dalam kontinum
perolaku kepemimpinan mereka. Kontinum ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Manajer membuat keputusan dan mengumumkannya
2. Manajer membuat keputusan dan menawarknannya
3. Manajer mengemukakan keputusannya dan memberi kesempatan untuk mempertanyakannya
4. Manajer mengemukakan keputusan sementara, yang masih dapat diubah
5. Manajer mengemukakan beberapa batasan dan meminta bawahan untuk membuat keputusan
6. Manajer mengizinkan bawahan membuat keputusan
6. Teori kebergantungan
Fiedler mengembangkan teori gaya kepemimpinan berdasarkan pada konsep kebergantungan. Menurut
teori kebergantungan, keefektifan pemimpin bergantung pada hubungan-hubungan dalam gaya
kepemimpinannya, juga situasi tertentu yang dihadapinya. Jadi, pemimpin ditinjau sebagai bermotivasi-
tugas atau bermotivasi-hubungan.
Karakteristik suatu situasi kepemimpinan yang paling penting adalah :
1. Relasi pemimpin-anggota
2. Struktur tugas
3. Kekuasaan jabatan pemimpin
Efektifitas pemimpin ditentukan oleh kesesuaian antara gaya kepeminpinan dengan keharmonisan
situasinya. Situasi terbaik adalah bila relasi pemimpin-anggota baik, tugas tersturktur rapi, dan pemimpin
mempunyai kekuasaan yang besar.
Penelitian pada model kebergantungan menunjukkan bahwa :
1. Pemimpin bermotivasi-tugas lebih efektif dalam situasi yang amat harmonis dan dalam situasi yang
amat tidak harmonis
2. Pemimpin bermotivasi-hubungan lebih efektif dalam situasi yang cukup harmonis
Jadi, pemimpin bermotivasi-tugas cenderung lebih efektif dalam beberapa situasi yang amat memerlukan
atau yang amat tidak memerlukan pengaruhnya. Pemimpin bermotivasi-hubungan cenderung lebih efektif
dalam situasi yang memerlukan pengaruh pemimpin dalam kadar secukupnya.
Perilaku Komunikatif dan Gaya Kepemimpinan
Dalam suatu teori, fokusnya berkaitan dengan orang-orang harus mencapai hasil tertentu atau tentang
produksi atau hasil-hasil yang harus dipenuhi, dalam teori lain, fokusnya pada hubungan, tugas dan
keefektifan, atau kematangan. Meskipun setiap teori berisi informasi yang berguna untuk mereka yang
tertarik dalam penyusunan suatu pendekatan untuk membantu orang lain mencapai tujuannya, yang
paling menarik perhatian adalah gaya yang dihasilkan dari pengambilan fokus khusus. Hal ini karena
gaya adalah sesuatu yang menunjukkan perilaku untuk dipergunakan dalam membantu dengan cara
yang khusus.
Pendekatan Tipe pada Gaya Kepemimpinan
1. Hipokratus mungkin merupakan orang pertama yang berspekulasi tentang faktor-faktor yang
menciptakan dan menandai gaya perilaku perorangan. Hipokratus menyatakan bahwa struktur dan
fisiologi jasmani menentukan kepribadian atau cara berprilaku seseorang yang sudah menjadi
kebiasaannya. Ia menjabarkan empat tipe kepribadian sebagai hasil pengaruh utama salah satu dari
keempat “humor” jasmani.
2. James Deese menerangkan bahwa tidak ada bukti mengenai gagasan semacam ini dan yang
masih tersisa dari tipe-tipe Hipokratus adalah kata sifat yang masih digunakan untuk menggambarkan
sifat-sifat seperti : berdarah dingin, pemberang, periang, dll.
3. Carl Jung mengembangkan suatu sistem tipe karakter berdasarkan dua sikap dan empat fungsi.
Kedua sikap ini adalah introversi dan ekstroversi . Keempat fungsi tersebut adalah : Pikiran,
perasaan, penginderaan, dan intuisi.
- Fungsi pikiran berkenaan dengan gagasan. Melalui pikiran, manusia mencoba memahami sifat
dunia dan dirinya.
- Perasaan adalah fungsi penilaian. Perasaan memberi nilai pada sesuatu dan memegang
peranandalam hal yang berkenaan dengan pengalaman senang, sakit, marah, takut, sedih, cinta, dll.
- Perabaan adalah fungsi yang berhubungan dengan persepsi atau fungsi realitas dan
mengungkapkan fakta dan informasi konkret mengenai dunia.
- Intuisi menyatakan perolehan pengetahuan dan pemahaman sifat emosi dunia melalui
pemahaman mistis dan dari sumber-sumber yang tidak disadari.
4. Myers-Briggs menerangkan bahwa teori jung mengamsusikan bahwa tampaknya banyak perilaku
acak yang sebenarnya amat teratur dan konsisten, yang disebabkan oleh beberapa persamaan dan
perbedaan dasar tertentu dalam cara manusia mengamati dunia dan membuat penilaian terhadapnya.
Ada dua cara mempersepsi yang amat berlainan, mengamati melalui indra (sensing) dan mengamati
melalui perasaan (intuiting). Dan ada dua cara penilaian yang amat berlainan, penilaian melalui pikiran
(thingking) dan penialian melalui perasaan (feeling).
Instrumen Lain yang Berdasarkan pada Tipe
Kolb mendasarkan penelitiannya tentang gaya belajar, dikenali empat kegiatan pelajar yaitu, berpikir,
merasakan, memperhatikan dan melakukan. Kombinasi dari semua kegiatan itu menghasilkan empat
gaya :
1. Pengumpul : relatif tidak emosional dan lebih suka berurusan dengan benda mati daripada dengan
manusia
2. Penyebar : cenderung emosional dan imajinatif serta tertarik pada manusia
3. Asimilator : unggul dalam pemikiran induktif dan memadukan pengamatan-pengamatan yang
berlainan menjadi penjelasan yang terintegerasi dan mereka kurang tertarik pada manusia dan lebih
memperhatikan konsep-konsep abstrak
4. Akomodator : membuat rencana-rencana dan melibatkan diri mereka sdalam pengalaman-
pengalaman baru
Pendekatan Sifat Terhadap Gaya
Empat pendekatan untuk menjabarkan gaya pengoperasian :
1. NREL
2. MALONE
3. TRACOM
4. PERFORMAX
Analisis Transaksional
Analisis Transaksional adalah salah satu pendekatan Psychotherapy yang menekankan pada hubungan
interaksional. Analisis Transaksional dapat dipergunakan untuk terapi individual, tetapi terutama untuk
pendekatan kelompok.
Dikembangkan oleh Eric Berne tahun 1960 yang ditulisnya dalam buku Games People Play. Berne
adalah seorang ahli ilmu jiwa terkenal dari kelompok Humanisme. Pendekatan analisis transaksional ini
berlandaskan teori kepribadian yang berkenaan dengan analisis struktural dan transaksional. Teori ini
menyajikan suatu kerangka bagi analisis terhadap tiga kedudukan ego yang terpisah, yaitu : orang tua,
orang dewasa, dan anak.
Matriks Interaksi hill
Miller, nunnally dan wackman (1975) mengekstrapolasi empat variebel yabng mereka rasa
memegang peranan dalam gaya-gaya tersebut menitikberatkan perasaan, menitikberatkan pemikiran,
menitikberatkan masalah-masalah pribadi dan menitikberatkan masalah-masalah hubungan. Mereka
menciptakan empat gaya mereka sendiri sebagai berikut :
Gaya I : Hangat, ramah, ceria, menghidupkan suasana.
Gaya II : Mengatur, membujuk, memarahi, menuntut, biasanya digunakan bila anda ingin meyakinkan
atau mengendalikan apa yang terjadi.
Gaya III : Mencoba-coba, memperluas, memperinci, menyelidiki, meneliti, gaya spekulasi yang tujuannya
nyaris menghentikan dunia, bercermin padanya, dan menjelajahinya.
Gaya IV : Menyadari, aktif, menerima, menutup, memelihara, dan bekerjasama mengikuti proses yang
menyangkut masalah-masalah secara terbuka dan langsung.
Gaya pengoperasian
Adalah pola perilaku seseorang yang konsisten , yang diamati oleh orang lain bila ada orang
yang berusaha membantu orang lainnya untuk mencapai tujuan.
Bagaimana menjelaskan gaya pengoperasian
Perangkat bahasa yang digunakan secara luas untuk mengungkjapkan makna pengalaman
disebut kiasan. Kiasan memberi makna pada suatu situasi dengan membandingkannya dengan hal
lainnya, dengan berbicara tentang situasi pertama seakan-akan itu adalah situasi kedua.
Gaya kepemimpinan yang paling efektif terbagi menjadi dua :
1. Gaya kepemimpinan terbaik –tunggal
Menjadikan karyawan atau bawahannya seperti kawannya sendiri. Mereka bersedia menerima beban
orang lain, mendahulukan kepentingan orang lain. Dengan begitu dia bisa menjadi pemimpin yang
diterima dan menyenangkan, bergairah, tanpa butuh strategi atau cara yang rumit untuk dapat
mempengaruhi orang lain.
2. Gaya kepemimpinan terbaik- bersyarat
Gaya pemimpin yang menggunakan kombinasi perilaku komunikatif yang berbeda ketika menanggapi
keadaan sekelilingnya dalam keadaan tersebut pemimpin berusaha membantu yang lainnya untuk
mencapai hasil yang diinginkan.
Kesimpulan dan Saran
Dalam sebuah organisasi dibutuhkan sebuah pemimpin yang akan mengarahkan para anggota atau
bawahannya dalam melakukan berbagai tugas dan peranan untuk dapat menghasilkan suatu hasil atau
tujuan yang akan dicapai. Namun di dalam penerapannya, terdapat berbagai macam gaya kepemimpinan
yang berbeda-beda yang dimiliki oleh pemimpin-pemimpin di dunia. Tentunya setiap gaya-gaya
kepemimpinan tersebut memiliki sikap dan perilaku serta gaya bicara yang berbeda-beda. Pemimpin
yang efektif akan melihat karyawan atau bawahannya sebagai seorang kawan, mereka bersedia
mendahulukan kepentingan orang lain, dari pada kepentingannya sendiri. Pemimpin yang efektif juga
akan menggunakian kombinasi perilaku komunikatif yang berbeda ketika menanggapi keadaan
sekelilingnya, dalam keadaan tersebut, pemimpin berusaha membantu yang lainnya untuk mencapai
hasil yang diinginkan.
Saran kami bagi pemimpin-pemimpin organisasi yaitu berlakukanlah sebuah organisasi sebagai sebuah
keluarga yang memiliki kedekatan antara ketua dengan anggotanya, antara direktur dengan
bawahannya, sehingga diantaranya terdapat hubungan komunikasi yang semakin harmonis dan baik.
Pemimpin tidak seharusnya menjadikan bawahan sebagai budak yang rendah. Pemimpin harus
memberikan motivasi kepada bawahannya, serta mengembangkan kualitas sumber daya manusia bagi
karyawan atau bawahannya. Kami juga menyarankan, dalam menghadapi setiap permasalahan
sebaiknya pemimpin bersikap tegas terhadap situasi dan kondisi tertentu.
Daftar Pustaka
Andi Purwan, 2013, http://andipurwantangjaya.blogspot.co.id/ (30 Juni 2018, jam 11.40)
Fitriyah, 2010, http://dizhakatray.blogspot.com/2010/11/penerapan-komunikasi-pada-organisasi.html (30
Juni 2018, jam 11.42)
Ibn Khamdun, 2010, https://makalah-ibnu.blogspot.com/2010/01/modelgaya-kepemimpinan-dan-
penerapannya.html#axzz5CrcxcqQJ (30 Juni 2018, jam 11.43)

More Related Content

What's hot

IMPLEMENTASI KOMUNIKASI DALAM KEHIDUPAN
IMPLEMENTASI KOMUNIKASI DALAM KEHIDUPANIMPLEMENTASI KOMUNIKASI DALAM KEHIDUPAN
IMPLEMENTASI KOMUNIKASI DALAM KEHIDUPANNur Arifaizal Basri
 
Bkk 112 slide_model_komunikasi
Bkk 112 slide_model_komunikasiBkk 112 slide_model_komunikasi
Bkk 112 slide_model_komunikasiBayu Vibi
 
MKL APP_AZZUFA.pdf
MKL APP_AZZUFA.pdfMKL APP_AZZUFA.pdf
MKL APP_AZZUFA.pdfZufaNur
 
1. slide teori komunikasi
1. slide teori komunikasi1. slide teori komunikasi
1. slide teori komunikasiNa-Cha RamBe
 
Makalah komunikasi dalam organisasi (
Makalah komunikasi dalam organisasi (Makalah komunikasi dalam organisasi (
Makalah komunikasi dalam organisasi (Ikvheynha Awlya
 
komunikasi beserta penjelasnnya
komunikasi beserta penjelasnnyakomunikasi beserta penjelasnnya
komunikasi beserta penjelasnnyaAlamsyah Syah
 
6, kwh, vancelia dwi prasetyawati, hapzi ali, komunikasi dan model kepemimpin...
6, kwh, vancelia dwi prasetyawati, hapzi ali, komunikasi dan model kepemimpin...6, kwh, vancelia dwi prasetyawati, hapzi ali, komunikasi dan model kepemimpin...
6, kwh, vancelia dwi prasetyawati, hapzi ali, komunikasi dan model kepemimpin...VanceliaPrasetyawati
 
macam macam teori komunikasi
macam macam teori komunikasimacam macam teori komunikasi
macam macam teori komunikasimulia12
 
KIP X.1.1
KIP X.1.1KIP X.1.1
KIP X.1.1KETAYA
 
4 fungsi komunikasi pendidikan
4 fungsi komunikasi pendidikan4 fungsi komunikasi pendidikan
4 fungsi komunikasi pendidikanNuzli Muhammad
 

What's hot (19)

IMPLEMENTASI KOMUNIKASI DALAM KEHIDUPAN
IMPLEMENTASI KOMUNIKASI DALAM KEHIDUPANIMPLEMENTASI KOMUNIKASI DALAM KEHIDUPAN
IMPLEMENTASI KOMUNIKASI DALAM KEHIDUPAN
 
Moh. saeful bakhri
Moh. saeful bakhriMoh. saeful bakhri
Moh. saeful bakhri
 
Komunikasi dalam organisasi
Komunikasi dalam organisasiKomunikasi dalam organisasi
Komunikasi dalam organisasi
 
Bkk 112 slide_model_komunikasi
Bkk 112 slide_model_komunikasiBkk 112 slide_model_komunikasi
Bkk 112 slide_model_komunikasi
 
Komunikasi organisasi
Komunikasi organisasiKomunikasi organisasi
Komunikasi organisasi
 
Teori komunikasi
Teori komunikasiTeori komunikasi
Teori komunikasi
 
Komunikasi
KomunikasiKomunikasi
Komunikasi
 
MKL APP_AZZUFA.pdf
MKL APP_AZZUFA.pdfMKL APP_AZZUFA.pdf
MKL APP_AZZUFA.pdf
 
1. slide teori komunikasi
1. slide teori komunikasi1. slide teori komunikasi
1. slide teori komunikasi
 
Makalah komunikasi dalam organisasi (
Makalah komunikasi dalam organisasi (Makalah komunikasi dalam organisasi (
Makalah komunikasi dalam organisasi (
 
komunikasi beserta penjelasnnya
komunikasi beserta penjelasnnyakomunikasi beserta penjelasnnya
komunikasi beserta penjelasnnya
 
Teori komunikasi
Teori komunikasiTeori komunikasi
Teori komunikasi
 
6, kwh, vancelia dwi prasetyawati, hapzi ali, komunikasi dan model kepemimpin...
6, kwh, vancelia dwi prasetyawati, hapzi ali, komunikasi dan model kepemimpin...6, kwh, vancelia dwi prasetyawati, hapzi ali, komunikasi dan model kepemimpin...
6, kwh, vancelia dwi prasetyawati, hapzi ali, komunikasi dan model kepemimpin...
 
macam macam teori komunikasi
macam macam teori komunikasimacam macam teori komunikasi
macam macam teori komunikasi
 
KIP X.1.1
KIP X.1.1KIP X.1.1
KIP X.1.1
 
4 fungsi komunikasi pendidikan
4 fungsi komunikasi pendidikan4 fungsi komunikasi pendidikan
4 fungsi komunikasi pendidikan
 
Komunikasi dalam organisasi
Komunikasi dalam organisasiKomunikasi dalam organisasi
Komunikasi dalam organisasi
 
Pengantar Teori Komunikasi I
Pengantar Teori Komunikasi IPengantar Teori Komunikasi I
Pengantar Teori Komunikasi I
 
komunikasi dalam organisasi
komunikasi dalam organisasikomunikasi dalam organisasi
komunikasi dalam organisasi
 

Similar to Komunikasi Organisasi

Komunikasi dalam manajemen
Komunikasi dalam manajemenKomunikasi dalam manajemen
Komunikasi dalam manajemenrantipurnamasarI
 
Inisiasi 1_Materi.pptx
Inisiasi 1_Materi.pptxInisiasi 1_Materi.pptx
Inisiasi 1_Materi.pptxalifianaulia
 
Mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam komunikasi
Mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam komunikasiMengembangkan kemampuan mahasiswa dalam komunikasi
Mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam komunikasiShifa Awaliyah
 
Mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam komunikasi
Mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam komunikasiMengembangkan kemampuan mahasiswa dalam komunikasi
Mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam komunikasiShifa Awaliyah
 
Komunikasi (Teori Organisasi Umum 2)
Komunikasi (Teori Organisasi Umum 2)Komunikasi (Teori Organisasi Umum 2)
Komunikasi (Teori Organisasi Umum 2)dulkarin26
 
Makalah manajeman
Makalah manajemanMakalah manajeman
Makalah manajemanNqPress
 
PERTEMUAN_4_PRINSIP_KOMUNIKASI_.pptx
PERTEMUAN_4_PRINSIP_KOMUNIKASI_.pptxPERTEMUAN_4_PRINSIP_KOMUNIKASI_.pptx
PERTEMUAN_4_PRINSIP_KOMUNIKASI_.pptxagnesratna2
 
Komunikasi dalam manajemen pendidikan
Komunikasi dalam manajemen pendidikanKomunikasi dalam manajemen pendidikan
Komunikasi dalam manajemen pendidikanIkhsan Harpendi
 
6. kwh, lina putri yani, hapzi ali, komunikasi dan mengetahui model kepemimpi...
6. kwh, lina putri yani, hapzi ali, komunikasi dan mengetahui model kepemimpi...6. kwh, lina putri yani, hapzi ali, komunikasi dan mengetahui model kepemimpi...
6. kwh, lina putri yani, hapzi ali, komunikasi dan mengetahui model kepemimpi...Linaputri03
 
Komunikasi bisnis karangan euis rosidah dan noneng masitoh
Komunikasi bisnis karangan euis rosidah dan noneng masitohKomunikasi bisnis karangan euis rosidah dan noneng masitoh
Komunikasi bisnis karangan euis rosidah dan noneng masitohAsep Hilman
 
Komunikasi dan interpersonal skill
Komunikasi dan interpersonal skillKomunikasi dan interpersonal skill
Komunikasi dan interpersonal skillDani Maulana
 

Similar to Komunikasi Organisasi (20)

Komunikasi dalam manajemen
Komunikasi dalam manajemenKomunikasi dalam manajemen
Komunikasi dalam manajemen
 
Perilaku organisasi kelompok 1
Perilaku organisasi kelompok 1Perilaku organisasi kelompok 1
Perilaku organisasi kelompok 1
 
Pertemuan 1&2
Pertemuan 1&2Pertemuan 1&2
Pertemuan 1&2
 
Pertemuan 1&2
Pertemuan 1&2Pertemuan 1&2
Pertemuan 1&2
 
Komunikasi dalam organisasi
Komunikasi dalam organisasiKomunikasi dalam organisasi
Komunikasi dalam organisasi
 
Inisiasi 1_Materi.pptx
Inisiasi 1_Materi.pptxInisiasi 1_Materi.pptx
Inisiasi 1_Materi.pptx
 
Mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam komunikasi
Mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam komunikasiMengembangkan kemampuan mahasiswa dalam komunikasi
Mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam komunikasi
 
Mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam komunikasi
Mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam komunikasiMengembangkan kemampuan mahasiswa dalam komunikasi
Mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam komunikasi
 
Rez
RezRez
Rez
 
Komunikasi (Teori Organisasi Umum 2)
Komunikasi (Teori Organisasi Umum 2)Komunikasi (Teori Organisasi Umum 2)
Komunikasi (Teori Organisasi Umum 2)
 
Makalah manajeman
Makalah manajemanMakalah manajeman
Makalah manajeman
 
Komunikasi
KomunikasiKomunikasi
Komunikasi
 
PERTEMUAN_4_PRINSIP_KOMUNIKASI_.pptx
PERTEMUAN_4_PRINSIP_KOMUNIKASI_.pptxPERTEMUAN_4_PRINSIP_KOMUNIKASI_.pptx
PERTEMUAN_4_PRINSIP_KOMUNIKASI_.pptx
 
Modul05_Media & Saluran KomOr
Modul05_Media & Saluran KomOrModul05_Media & Saluran KomOr
Modul05_Media & Saluran KomOr
 
Komunikasi dalam manajemen pendidikan
Komunikasi dalam manajemen pendidikanKomunikasi dalam manajemen pendidikan
Komunikasi dalam manajemen pendidikan
 
6. kwh, lina putri yani, hapzi ali, komunikasi dan mengetahui model kepemimpi...
6. kwh, lina putri yani, hapzi ali, komunikasi dan mengetahui model kepemimpi...6. kwh, lina putri yani, hapzi ali, komunikasi dan mengetahui model kepemimpi...
6. kwh, lina putri yani, hapzi ali, komunikasi dan mengetahui model kepemimpi...
 
Komunikasi bisnis karangan euis rosidah dan noneng masitoh
Komunikasi bisnis karangan euis rosidah dan noneng masitohKomunikasi bisnis karangan euis rosidah dan noneng masitoh
Komunikasi bisnis karangan euis rosidah dan noneng masitoh
 
Komunikasi bisnis
Komunikasi bisnisKomunikasi bisnis
Komunikasi bisnis
 
Komunikasi perkantoran
Komunikasi perkantoranKomunikasi perkantoran
Komunikasi perkantoran
 
Komunikasi dan interpersonal skill
Komunikasi dan interpersonal skillKomunikasi dan interpersonal skill
Komunikasi dan interpersonal skill
 

More from Juliana Juliana

13. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, manajemen keuangan, universitas mercu ...
13. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, manajemen keuangan, universitas mercu ...13. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, manajemen keuangan, universitas mercu ...
13. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, manajemen keuangan, universitas mercu ...Juliana Juliana
 
12. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, dasar manajemen dan fungsi manajemen d...
12. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, dasar manajemen dan fungsi manajemen d...12. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, dasar manajemen dan fungsi manajemen d...
12. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, dasar manajemen dan fungsi manajemen d...Juliana Juliana
 
11. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, manajemen pemasaran, universitas mercu...
11. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, manajemen pemasaran, universitas mercu...11. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, manajemen pemasaran, universitas mercu...
11. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, manajemen pemasaran, universitas mercu...Juliana Juliana
 
10. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, msdm, manajemen operasi dan produksi, ...
10. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, msdm, manajemen operasi dan produksi, ...10. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, msdm, manajemen operasi dan produksi, ...
10. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, msdm, manajemen operasi dan produksi, ...Juliana Juliana
 
9. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, manajemen fungsional , universitas merc...
9. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, manajemen fungsional , universitas merc...9. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, manajemen fungsional , universitas merc...
9. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, manajemen fungsional , universitas merc...Juliana Juliana
 
7. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, studi kasus, universitas mercu buana, 2018
7. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, studi kasus, universitas mercu buana, 20187. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, studi kasus, universitas mercu buana, 2018
7. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, studi kasus, universitas mercu buana, 2018Juliana Juliana
 
5. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, model bisnis konvensional, waralaba dan...
5. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, model bisnis konvensional, waralaba dan...5. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, model bisnis konvensional, waralaba dan...
5. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, model bisnis konvensional, waralaba dan...Juliana Juliana
 
4. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, berpikir kreativitas dan inovasi, unive...
4. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, berpikir kreativitas dan inovasi, unive...4. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, berpikir kreativitas dan inovasi, unive...
4. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, berpikir kreativitas dan inovasi, unive...Juliana Juliana
 
1. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, pengenalan kewirausahaan, universitas m...
1. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, pengenalan kewirausahaan, universitas m...1. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, pengenalan kewirausahaan, universitas m...
1. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, pengenalan kewirausahaan, universitas m...Juliana Juliana
 
Usaha, Juliana, Hapzi Ali, MSDM, Manajemen Operasi dan Produksi, Universitas ...
Usaha, Juliana, Hapzi Ali, MSDM, Manajemen Operasi dan Produksi, Universitas ...Usaha, Juliana, Hapzi Ali, MSDM, Manajemen Operasi dan Produksi, Universitas ...
Usaha, Juliana, Hapzi Ali, MSDM, Manajemen Operasi dan Produksi, Universitas ...Juliana Juliana
 
Usaha, Juliana, Hapzi Ali, Manajemen Fungsional, Universitas Mercu Buana, 2018
Usaha, Juliana, Hapzi Ali, Manajemen Fungsional, Universitas Mercu Buana, 2018Usaha, Juliana, Hapzi Ali, Manajemen Fungsional, Universitas Mercu Buana, 2018
Usaha, Juliana, Hapzi Ali, Manajemen Fungsional, Universitas Mercu Buana, 2018Juliana Juliana
 
Usaha, Juliana, Hapzi Ali, Dasar Manajemen dan fungsi Manajemen dalam Organis...
Usaha, Juliana, Hapzi Ali, Dasar Manajemen dan fungsi Manajemen dalam Organis...Usaha, Juliana, Hapzi Ali, Dasar Manajemen dan fungsi Manajemen dalam Organis...
Usaha, Juliana, Hapzi Ali, Dasar Manajemen dan fungsi Manajemen dalam Organis...Juliana Juliana
 
Usaha, Juliana, Hapzi Ali, Komunikasi dan mengetahui model kepemimpinan, Univ...
Usaha, Juliana, Hapzi Ali, Komunikasi dan mengetahui model kepemimpinan, Univ...Usaha, Juliana, Hapzi Ali, Komunikasi dan mengetahui model kepemimpinan, Univ...
Usaha, Juliana, Hapzi Ali, Komunikasi dan mengetahui model kepemimpinan, Univ...Juliana Juliana
 
Usaha, Juliana, Hapzi Ali, Model Bisnis Konvensional, Waralaba dan E- Commerc...
Usaha, Juliana, Hapzi Ali, Model Bisnis Konvensional, Waralaba dan E- Commerc...Usaha, Juliana, Hapzi Ali, Model Bisnis Konvensional, Waralaba dan E- Commerc...
Usaha, Juliana, Hapzi Ali, Model Bisnis Konvensional, Waralaba dan E- Commerc...Juliana Juliana
 
Usaha, Juliana, Hapzi Ali, Berfikir kreativitas dan inovasi, Universitas Merc...
Usaha, Juliana, Hapzi Ali, Berfikir kreativitas dan inovasi, Universitas Merc...Usaha, Juliana, Hapzi Ali, Berfikir kreativitas dan inovasi, Universitas Merc...
Usaha, Juliana, Hapzi Ali, Berfikir kreativitas dan inovasi, Universitas Merc...Juliana Juliana
 

More from Juliana Juliana (15)

13. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, manajemen keuangan, universitas mercu ...
13. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, manajemen keuangan, universitas mercu ...13. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, manajemen keuangan, universitas mercu ...
13. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, manajemen keuangan, universitas mercu ...
 
12. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, dasar manajemen dan fungsi manajemen d...
12. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, dasar manajemen dan fungsi manajemen d...12. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, dasar manajemen dan fungsi manajemen d...
12. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, dasar manajemen dan fungsi manajemen d...
 
11. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, manajemen pemasaran, universitas mercu...
11. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, manajemen pemasaran, universitas mercu...11. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, manajemen pemasaran, universitas mercu...
11. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, manajemen pemasaran, universitas mercu...
 
10. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, msdm, manajemen operasi dan produksi, ...
10. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, msdm, manajemen operasi dan produksi, ...10. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, msdm, manajemen operasi dan produksi, ...
10. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, msdm, manajemen operasi dan produksi, ...
 
9. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, manajemen fungsional , universitas merc...
9. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, manajemen fungsional , universitas merc...9. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, manajemen fungsional , universitas merc...
9. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, manajemen fungsional , universitas merc...
 
7. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, studi kasus, universitas mercu buana, 2018
7. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, studi kasus, universitas mercu buana, 20187. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, studi kasus, universitas mercu buana, 2018
7. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, studi kasus, universitas mercu buana, 2018
 
5. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, model bisnis konvensional, waralaba dan...
5. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, model bisnis konvensional, waralaba dan...5. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, model bisnis konvensional, waralaba dan...
5. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, model bisnis konvensional, waralaba dan...
 
4. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, berpikir kreativitas dan inovasi, unive...
4. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, berpikir kreativitas dan inovasi, unive...4. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, berpikir kreativitas dan inovasi, unive...
4. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, berpikir kreativitas dan inovasi, unive...
 
1. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, pengenalan kewirausahaan, universitas m...
1. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, pengenalan kewirausahaan, universitas m...1. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, pengenalan kewirausahaan, universitas m...
1. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, pengenalan kewirausahaan, universitas m...
 
Usaha, Juliana, Hapzi Ali, MSDM, Manajemen Operasi dan Produksi, Universitas ...
Usaha, Juliana, Hapzi Ali, MSDM, Manajemen Operasi dan Produksi, Universitas ...Usaha, Juliana, Hapzi Ali, MSDM, Manajemen Operasi dan Produksi, Universitas ...
Usaha, Juliana, Hapzi Ali, MSDM, Manajemen Operasi dan Produksi, Universitas ...
 
Usaha, Juliana, Hapzi Ali, Manajemen Fungsional, Universitas Mercu Buana, 2018
Usaha, Juliana, Hapzi Ali, Manajemen Fungsional, Universitas Mercu Buana, 2018Usaha, Juliana, Hapzi Ali, Manajemen Fungsional, Universitas Mercu Buana, 2018
Usaha, Juliana, Hapzi Ali, Manajemen Fungsional, Universitas Mercu Buana, 2018
 
Usaha, Juliana, Hapzi Ali, Dasar Manajemen dan fungsi Manajemen dalam Organis...
Usaha, Juliana, Hapzi Ali, Dasar Manajemen dan fungsi Manajemen dalam Organis...Usaha, Juliana, Hapzi Ali, Dasar Manajemen dan fungsi Manajemen dalam Organis...
Usaha, Juliana, Hapzi Ali, Dasar Manajemen dan fungsi Manajemen dalam Organis...
 
Usaha, Juliana, Hapzi Ali, Komunikasi dan mengetahui model kepemimpinan, Univ...
Usaha, Juliana, Hapzi Ali, Komunikasi dan mengetahui model kepemimpinan, Univ...Usaha, Juliana, Hapzi Ali, Komunikasi dan mengetahui model kepemimpinan, Univ...
Usaha, Juliana, Hapzi Ali, Komunikasi dan mengetahui model kepemimpinan, Univ...
 
Usaha, Juliana, Hapzi Ali, Model Bisnis Konvensional, Waralaba dan E- Commerc...
Usaha, Juliana, Hapzi Ali, Model Bisnis Konvensional, Waralaba dan E- Commerc...Usaha, Juliana, Hapzi Ali, Model Bisnis Konvensional, Waralaba dan E- Commerc...
Usaha, Juliana, Hapzi Ali, Model Bisnis Konvensional, Waralaba dan E- Commerc...
 
Usaha, Juliana, Hapzi Ali, Berfikir kreativitas dan inovasi, Universitas Merc...
Usaha, Juliana, Hapzi Ali, Berfikir kreativitas dan inovasi, Universitas Merc...Usaha, Juliana, Hapzi Ali, Berfikir kreativitas dan inovasi, Universitas Merc...
Usaha, Juliana, Hapzi Ali, Berfikir kreativitas dan inovasi, Universitas Merc...
 

Recently uploaded

Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 

Recently uploaded (20)

Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 

Komunikasi Organisasi

  • 1. Kewirausahaan I Pertemuan ke-6 Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “ Kewirausahaan I” Dosen pengampu: Prof. Dr. Ir. H. Hapzi Ali, MM, CMA Disusun oleh: Juliana 43217110197 S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mercu Buana 2018
  • 2. Komunikasi dan mengetahui model kepemimpinan Penerapan komunikasi dalam perusahaan Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesama dalam kelompok dan masyarakat. Di dalam kelompok/organisasi itu selalu terdapat bentuk kepemimpinan yang merupakan masalah penting untuk kelangsungan hidup kelompok, yang terdiri dari pemimpin dan bawahan/karyawan. Di antara kedua belah pihak harus ada two-way-communications atau komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik, untuk itu diperlukan adanya kerja sama yang diharapkan untuk mencapai cita-cita, baik cita-cita pribadi, maupun kelompok, untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Kerja sama tersebut terdiri dari berbagai maksud yang meliputi hubungan sosial/kebudayaan. Hubungan yang terjadi merupakan suatu proses adanya suatu keinginan masing-masing individu, untuk memperoleh suatu hasil yang nyata dan dapat memberikan manfaat untuk kehidupan yang berkelanjutan. Bila sasaran komunikasi dapat diterapkan dalam suatu organisasi baik organisasi pemerintah, organisasi kemasyarakatan, maupun organisasi perusahaan, maka sasaran yang dituju pun akan beraneka ragam, tapi tujuan utamanya tentulah untuk mempersatukan individu-individu yang tergabung dalam organisasi tersebut. Berdasarkan sifat komunikasi dan jumlah komunikasi menurut Onong Uchyana Effendi, dalam bukunya “Dimensi-Dimensi Komunikasi” hal. 50, komunikasi dapat digolongkan ke dalam tiga kategori: 1. Komunikasi antar pribadi Komunikasi ini penerapannya antara pribadi/individu dalam usaha menyampaikan informasi yang dimaksudkan untuk mencapai kesamaan pengertian, sehingga dengan demikian dapat tercapai keinginan bersama. 2. Komunikasi kelompok Pada prinsipnya dalam melakukan suatu komunikasi yang ditekankan adalah faktor kelompok, sehingga komunikasi menjadi lebih luas. Dalam usaha menyampaikan informasi, komunikasi dalam kelompok tidak seperti komunikasi antar pribadi. 3. Komunikasi massa Komunikasi massa dilakukan dengan melalui alat, yaitu media massa yang meliputi cetak dan elektronik. Dalam melakukan komunikasi organisasi, Steward L.Tubbs dan Sylvia Moss dalam Human Communication menguraikan adanya 3 (tiga) model dalam komunikasi: 1. Model komunikasi linier (one-way communication), dalam model ini komunikator memberikan suatu stimuli dan komunikan melakukan respon yang diharapkan tanpa mengadakan seleksi dan interpretasi. Komunikasinya bersifat monolog. 2. Model komunikasi interaksional. Sebagai kelanjutan dari model yang pertama, pada tahap ini sudah terjadi feedback atau umpan balik. Komunikasi yang berlangsung bersifat dua arah dan ada dialog, di mana setiap partisipan memiliki peran ganda, dalam arti pada satu saat bertindak sebagai komunikator, pada saat yang lain bertindak sebagai komunikan. 3. Model komunikasi transaksional. Dalam model ini komunikasi hanya dapat dipahami dalam konteks hubungan (relationship) antara dua orang atau lebih. Pandangan ini menekankan bahwa semua perilaku adalah komunikatif. Tidak ada satupun yang tidak dapat dikomunikasikan.
  • 3. Mengenai organisasi, salah satu defenisi menyebutkan bahwa organisasi merupakan suatu kumpulan atau sistem individual yang melalui suatu hirarki/jenjang dan pembagian kerja, berupaya mencapai tujuan yang ditetapkan. Dari batasan tersebut dapat digambarkan bahwa dalam suatu organisasi mensyaratkan: 1. Adanya suatu jenjang jabatan ataupun kedudukan yang memungkinkan semua individu dalam organisasi tersebut memiliki perbedaan posisi yang jelas, seperti pimpinan, staff pimpinan dan karyawan. 2. Adanya pembagian kerja, dalam arti setiap orang dalam sebuah institusi baik yang komersial maupun sosial, memiliki satu bidang pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya. Dengan landasan konsep-konsep komunikasi dan organisasi sebagaimana yang telah diuraikan, maka kita dapat memberi batasan tentang komunikasi dalam organisasi secara sederhana, yaitu komunikasi antarmanusia (human communication) yang terjadi dalam kontek organisasi. Atau dengan meminjam definisi dari Goldhaber, komunikasi organisasi diberi batasan sebagai arus pesan dalam suatu jaringan yang sifat hubungannya saling bergabung satu sama lain (the flow of messages within a network of interdependent relationships). Sebagaimana telah disebut terdahulu, bahwa arus komunikasi dalam organisasi meliputi komunikasi vertikal dan komunikasi horisontal. Masing-masing arus komunikasi tersebut mempunyai perbedaan fungsi yang sangat tegas. Ronald Adler dan George Rodman dalam bukuUnderstanding Human Communication, mencoba menguraikan masing-masing, fungsi dari kedua arus komunikasi dalam organisasi tersebut sebagai berikut: 1. Downward communication, yaitu komunikasi yang berlangsung ketika orang-orang yang berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada bawahannya. Fungsi arus komunikasi dari atas ke bawah ini adalah: a) Pemberian atau penyimpanan instruksi kerja (job instruction) b) Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk dilaksanakan (job retionnale) c) Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku (procedures and practices) d) Pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik. 2. Upward communication, yaitu komunikasi yang terjadi ketika bawahan (subordinate) mengirim pesan kepada atasannya. Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini adalah: a) Penyampaian informai tentang pekerjaan pekerjaan ataupun tugas yang sudah dilaksanakan b) Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan c) Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan d) Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun pekerjaannya. 3. Horizontal communication, yaitu tindak komunikasi ini berlangsung di antara para karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara. Fungsi arus komunikasi horisontal ini adalah: a) Memperbaiki koordinasi tugas b) Upaya pemecahan masalah c) Saling berbagi informasi d) Upaya pemecahan konflik e) Membina hubungan melalui kegiatan bersama.
  • 4. Proses Komunikasi Pada tataran teoritis, paling tidak kita mengenal atau memahami komunikasi dari dua perspektif, yaitu: 1. Perspektif Kognitif. Komunikasi menurut Colin Cherry, yang mewakili perspektif kognitif adalah penggunaan lambang-lambang (symbols) untuk mencapai kesamaan makna atau berbagi informasi tentang satu objek atau kejadian. Informasi adalah sesuatu (fakta, opini, gagasan) dari satu partisipan kepada partisipan lain melalui penggunaan kata-kata atau lambang lainnya. Jika pesan yang disampaikan diterima secara akurat, receiver akan memiliki informasi yang sama seperti yang dimiliki sender, oleh karena itu tindak komunikasi telah terjadi. 2. Perspektif Perilaku. Menurut BF. Skinner dari perspektif perilaku memandang komunikasi sebagai perilaku verbal atau simbolik di mana sender berusaha mendapatkan satu efek yang dikehendakinya pada receiver. Masih dalam perspektif perilaku, FEX Dancemenegaskan bahwa komunikasi adalah adanya satu respons melalui lambang-lambang verbal di mana simbol verbal tersebut bertindak sebagai stimuli untuk memperoleh respons. Kedua pengertian komunikasi yang disebut terakhir, mengacu pada hubungan stimulus respons antara sender dan receiver. Setelah kita memahami pengertian komunikasi dari dua perspektif yang berbeda, kita mencoba melihat proses komunikasi dalam suatu organisasi. Menurut Jerry W. Koehler dan kawan-kawan, bagi suatu organisasi, perspektif perilaku dipandang lebih praktis karena komunikasi dalam organisasi bertujuan untuk mempengaruhi penerima (receiver). Satu respons khusus diharapkan oleh pengirim pesan (sender) dari setiap pesan yang disampaikannya. Ketika satu pesan mempunyai efek yang dikehendaki, bukan suatu persoalan apakah informasi yang disampaikan tersebut merupakan tindak berbagi informasi atau tidak. Proses komunikasi diawali oleh sumber (source) baik individu ataupun kelompok yang berusaha berkomunikasi dengan individu atau kelompok lain, sebagai berikut: 1. Langkah pertama yang dilakukan sumber adalah ideation yaitu penciptaan satu gagasan atau pemilihan seperangkat informasi untuk dikomunikasikan. Ideation ini merupakan landasan bagi suatu pesan yang akan disampaikan. 2. Langkah kedua dalam penciptaan suatu pesan adalah encoding, yaitu sumber menerjemahkan informasi atau gagasan dalam wujud kata-kaya, tanda-tanda atau lambang-lambang yang disengaja untuk menyampaikan informasi dan diharapkan mempunyai efek terhadap orang lain. Pesan atau message adalah alat-alat di mana sumber mengekspresikan gagasannya dalam bentuk bahasa lisan, bahasa tulisan ataupun perilaku nonverbal seperti bahasa isyarat, ekspresi wajah atau gambar-gambar. 3. Langkah ketiga dalam proses komunikasi adalah penyampaian pesan yang telah disandi (encode). Sumber menyampaikan pesan kepada penerima dengan cara berbicara, menulis, menggambar ataupun melalui suatu tindakan tertentu. Pada langkah ketiga ini, kita mengenal istilah channel atau saluran, yaitu alat-alat untuk menyampaikan suatu pesan. Saluran untuk komunikasi lisan adalah komunikasi tatap muka, radio dan telepon. Sedangkan saluran untuk komunikasi tertulis meliputi setiap materi yang tertulis ataupun sebuah media yang dapat mereproduksi kata-kata tertulis seperti: televisi, kaset, video atau OHP (overheadprojector). Sumber berusaha untuk mebebaskan saluran komunikasi dari gangguan ataupun hambatan, sehingga pesan dapat sampai kepada penerima seperti yang dikehendaki. 4. Langkah keempat, perhatian dialihkan kepada penerima pesan. Jika pesan itu bersifat lisan, maka penerima perlu menjadi seorang pendengar yang baik, karena jika penerima tidak mendengar, pesan tersebut akan hilang. Dalam proses ini, penerima melakukan decoding, yaitu memberikan penafsiran interpretasi terhadap pesan yang disampaikan kepadanya. Pemahaman (understanding) merupakan kunci untuk melakukan decoding dan hanya terjadi dalam pikiran penerima. Akhirnya penerimalah yang akan menentukan bagaimana memahami suatu pesan dan bagaimana pula memberikan respons terhadap pesan tersebut.
  • 5. 5. Proses terakhir dalam proses komunikasi adalah feedback atau umpan balik yang memungkinkan sumber mempertimbangkan kembali pesan yang telah disampaikannya kepada penerima. Respons atau umpan balik dari penerima terhadap pesan yang disampaikan sumber dapat berwujud kata-kata ataupun tindakan-tindakan tertentu. Penerima bisa mengabaikan pesan tersebut ataupun menyimpannya. Umpan balik inilah yang dapat dijadikan landasan untuk mengevaluasi efektivitas komunikasi. Fungsi Komunikasi dalam Organisasi Dalam suatu organisasi baik yang berorientasi komersial maupun sosial, komunikasi dalam organisasi atau lembaga tersebut akan melibatkan empat fungsi, yaitu: 1. Fungsi informatif Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi (information-processing system). Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti informasi pada dasarnya dibutuhkan oleh semua orang yang mempunyai perbedaan kedudukan dalam suatu organisasi. Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti dan sebagainya. 2. Fungsi Regulatif Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Pada semua lembaga atau organisasi, ada dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif ini, yaitu: 1. Atasan atau orang-orang yang berada dalam tataran manajemen yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Disamping itu mereka juga mempunyai kewenangan untuk memberikan instruksi atau perintah, sehingga dalam struktur organisasi kemungkinan mereka ditempatkan pada lapis atas (position of authority) supaya perintah- perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya. Namun demikian, sikap bawahan untuk menjalankan perintah banyak bergantung pada: 1. Keabsahan pimpinan dalam penyampaikan perintah. 2. Kekuatan pimpinan dalam memberi sanksi. 3. Kepercayaan bawahan terhadap atasan sebagai seorang pemimpin sekaligus sebagai pribadi. 4. Tingkat kredibilitas pesan yang diterima bawahan. 2. Berkaitan dengan pesan atau message. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan-peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan. 3. Fungsi Persuasif Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya. 4. Fungsi Integratif Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat dilaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam
  • 6. organisasi tersebut (newsletter, buletin) dan laporan kemajuan oraganisasi; juga saluran komunikasi informal seperti perbincangan antarpribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi. Memahami Komunikasi dalam Organisasi Gaya komunikasi atau communication style akan memberikan pengetahuan kepada kita tentang bagaimana perilaku orang-orang dalam suatu organisasi ketika mereka melaksanakan tindak berbagi informasi dan gagasan. Sementara pada pengaruh kekuasaan dalam organisasi, kita akan mengkaji jenis-jenis kekuasaan yang digunakan oleh orang-orang dalam tataran manajemen sewaktu mereka mencoba mempengaruhi kemampuan berkomunikasi dalam organsasi, kita akan diajak untuk memikirkan bagaimana mendefinisikan tujuan kita sehubungan dengan tugas dalam organisasi, bagaimana kita memilih orang yang tepat untuk diajak kerjasama dan bagaimana kita memilih saluran yang efektif untuk melaksanakan tugas tersebut. Gaya Komunikasi. Gaya komunikasi (communication style) didefinisikan sebagai seperangkat perilaku antarpribadi yang terspesialisasi yang digunakan dalam suatu situasi tertentu (a specialized set of intexpersonal behaviors that are used in a given situation). Masing-masing gaya komunikasi terdiri dari sekumpulan perilaku komunikasi yang dipakai untuk mendapatkan respon atau tanggapan tertentu dalam situasi yang tertentu pula. Kesesuaian dari satu gaya komunikasi yang digunakan, bergantung pada maksud dari pengirim (sender) dan harapan dari penerima (receiver). Gaya Komunikasi yang akan kita pelajari adalah sbb: 1. The Controlling style Gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, ditandai dengan adanya satu kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama komunikator satu arah atau one-way communications. Pihak-pihak yang memakai controlling style of communication ini, lebih memusatkan perhatian kepada pengiriman pesan dibanding upaya mereka untuk berharap pesan. Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian untuk berbagi pesan. Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian pada umpan balik, kecuali jika umpan balik atau feedback tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi mereka. Para komunikator satu arah tersebut tidak khawatir dengan pandangan negatif orang lain, tetapi justru berusaha menggunakan kewenangan dan kekuasaan untuk memaksa orang lain mematuhi pandangan-pandangannya. Pesan-pesan yag berasal dari komunikator satu arah ini, tidak berusaha ‘menjual’ gagasan agar dibicarakan bersama namun lebih pada usaha menjelaskan kepada orang lain apa yang dilakukannya. The controlling style of communication ini sering dipakai untuk mempersuasi orang lain supaya bekerja dan bertindak secara efektif, dan pada umumnya dalam bentuk kritik. Namun demkian, gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, tidak jarang bernada negatif sehingga menyebabkan orang lain memberi respons atau tanggapan yang negatif pula. 2. The Equalitarian style Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan kesamaan. The equalitarian style of communication ini ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua arah (two-way traffic of communication).
  • 7. Dalam gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap anggota organisasi dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam suasana yang rileks, santai dan informal. Dalam suasana yang demikian, memungkinkan setiap anggota organisasi mencapai kesepakatan dan pengertian bersama. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi yang bermakna kesamaan ini, adalah orang-orang yang memiliki sikap kepedulian yang tinggi serta kemampuan membina hubungan yang baik dengan orang lain baik dalam konteks pribadi maupun dalam lingkup hubungan kerja. The equalitarian style ini akan memudahkan tindak komunikasi dalam organisasi, sebab gaya ini efektif dalam memelihara empati dan kerja sama, khususnya dalam situasi untuk mengambil keputusan terhadap suatu permasalahan yang kompleks.Gaya komunikasi ini pula yang menjamin berlangsungnya tindakan share/berbagi informasi di antara para anggota dalam suatu organisasi. 3. The Structuring style Gaya komunikasi yang berstruktur ini, memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis maupun lisan guna memantapkan perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan serta struktur organisasi. Pengirim pesan (sender) lebih memberi perhatian kepada keinginan untuk mempengaruhi orang lain dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam organisasi tersebut. Stogdill dan Coons dari The Bureau of Business Research of Ohio State University, menemukan dimensi dari kepemimpinan yang efektif, yang mereka beri nama Struktur Inisiasi atau Initiating Structure. Stogdill dan Coons menjelaskan mereka bahwa pemrakarsa (initiator) struktur yang efisien adalah orang-orang yang mampu merencanakan pesan-pesan verbal guna lebih memantapkan tujuan organisasi, kerangka penugasan dan memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul. 4. The Dynamic style Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena pengirim pesan atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi pada tindakan (action-oriented). The dynamic style of communication ini sering dipakai oleh para juru kampanye ataupun supervisor yang membawa para wiraniaga (salesmen atau saleswomen). Tujuan utama gaya komunikasi yang agresif ini adalah mestimulasi atau merangsang pekerja/karyawan untuk bekerja dengan lebih cepat dan lebih baik. Gaya komunikasi ini cukup efektif digunakan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang bersifat kritis, namun dengan persyaratan bahwa karyawan atau bawahan mempunyai kemampuan yang cukup untuk mengatasi masalah yang kritis tersebut. 5. The Relinguishing style Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran, pendapat ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberi perintah, meskipun pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang lain. Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini akan efektif ketika pengirim pesan atau sender sedang bekerja sama dengan orang-orang yang berpengetahuan luas, berpengalaman, teliti serta bersedia untuk bertanggung jawab atas semua tugas atau pekerjaan yang dibebankannya. 6. The Withdrawal style
  • 8. Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan ataupun kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut. Dalam deskripsi yang kongkrit adalah ketika seseorang mengatakan: “Saya tidak ingin dilibatkan dalam persoalan ini”. Pernyataan ini bermakna bahwa ia mencoba melepaskan diri dari tanggung jawab, tetapi juga mengindikasikan suatu keinginan untuk menghindari berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu, gaya ini tidak layak dipakai dalam konteks komunikasi organisasi. Gambaran umum yang diperoleh dari uraian di atas adalah bahwa the equalitarian style of communication merupakan gaya komunikasi yang ideal. Sementara tiga gaya komunikasi lainnya: structuring, dynamic dan relinguishing dapat digunakan secara strategis untuk menghasilkan efek yang bermanfaat bagi organisasi. Dan dua gaya komunikasi terakhir: controlling dan withdrawal mempunyai kecenderungan menghalangi berlangsungnya interaksi yang bermanfaat Penerapan gaya kepemimpinan dalam perusahaan Pemimpin adalah pribadi yang memiliki ketrampilan teknis, khususnya dalam satu bidang, hingga ia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama- sama melakukan aktifitas. Kepemimpinan merupakan kegiatan dalam mempengaruhi orang lain untuk bekerja keras dengan penuh kemauan untuk tujuan kelompok (George Terry). Sedangkan menurut Terry & Rue (1985), kepemimpinan ialah hubungan yang ada dalam diri seorang pemimpin, mempengaruhi orang lain untuk bekerja sama secara sadar dalam hubungan tugas yang diinginkan. Sanusi (1989), juga mengungkapkan kepemimpinan ialah penyatupaduan dari kemampuan, cita-cita, dan semangat kebangsaan dalam mengatur, mengendalikan, dan mengelola rumah tangga maupun organisasi atau rumah tangga negara. Sedangkan dalam SK BAKN No.27/KEP/1972, kepemimpinan adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain sehingga dapat dikerahkan secara optimal. Sementara itu, menurut Stogdill (1974) definisi pemimpin adalah fokus dari proses kelompok, penerimaan kepribadian seseorang, seni mempengaruhi perilaku, alat untuk mempengaruhi perilaku, suatu tindakan perilaku, bentuk dari ajakan (persuasi), bentuk dari relasi yang kuat, alat untuk mencapai tujuan, akibat dari interaksi, peranan yang diferensial, dan pembuat struktur. Dengan demikian, definisi kepemimpinan bahwa berbeda menurut sudut pandang masing-masing. Namun demikian ada kesamaan dan mendefinisikan kepemimpinan yakni mengandung makna mempengaruhi orang lain untuk berbuat seperti yang pemimpin kehendaki. Jadi yang dimaksud kepemimpinan adalah ilmu dan seni mempengaruhi orang atau kelompok untuk bertindak seperti yang diharapkan dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Kepemimpinan merupakan inti dari manajemen, karena kepemimpinan merupakan motor penggerak dari semua sumber-sumber dan alat-alat yang tersedia bagi suatu organisasi. Tugas dasar pemimpin adalah membentuk dan memelihara lingkungan di mana manusia bekerja sama dalam suatu kelompok yang terorganisir dengan baik, menyelesaikan tugas, mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kepemimpinan merupakan aktivitas manajerial yang penting di dalam setiap organisasi khususnya dalam pengambilan kebijakan dan keputusan sebagai inti dari kepemimpinan. A. Model Kepemimpinan Plato (427-347) yang dalam bukunya berjudul Republic, membagi tiga gaya kepemimpinan, yaitu 1) filosofer (pemikir), 2) militer (otoriter), dan 3) entrepreneur. Beberapa kepemimpinan yang banyak
  • 9. mempengaruhi perilaku pengikutnya. Gaya kepemimpinan adalah norma perilaku yang oleh seseorang pada saat orang itu mempengaruhi perilaku orang lain. Berbicara mengenai gaya, sesungguhnya berbicara mengenai ‘modalitas’ dalam kepemimpinan. Gaya kepemimpinan seseorang akan identik dengan tipe kepemimpinan orang yang bersangkutan. Secara rinci Siagian (1994: 27) membagi lima gaya kepemimpinan yang secara luas dikenal dewasa ini, yaitu : 1. Tipe Otokratik Pemimpin yang otokratik memiliki serangkaian karakteristik yang dapat dipandang sebagai karakteristik yang negatif. Di lihat dari persepsinya, seorang pemimpin yang otokratik adalah seorang yang sangat egois. Sikap egoisme tersebut akan memberi tekanan kepada bawahannya. Sehingga kedisiplinan yang tertanam berdasarkan rasa ketakutan, bukan disiplin yang sudah semestinya dijalankan. Kepemimpinan otokratik mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan yang mutlak harus dipatuhi. Pemimpinnya sangat berambisi untuk merajai situasi, setiap perintah dan bijakan ditetapkan tanpa konsultasi dengan bawahan. Meski pemimpin otokratik selalu berdiri jauh dari kelompoknya, jadi ada sikap menyisihkan diri dan eksklusivisme. Pemimpin otokratik senantiasa ingin berkuasa absolut, tunggal, dan merajai keadaan. Dalam Veithzal Rivai, sikap-sikap pemimpin otokrat dapat dijabarkan sebagai berikut : 1) Kurang mempercayai anggota kelompoknya 2) Otoriter 3) Hanya dengan imbalan materi sajalah yang mampu mendorong orang untuk bertindak. 4) Kurang toleransi terhadap kesalahan yang dilakukan anggota kelompok 5) Peka terhadap perbedaan kekuasaan 6) Kurang perhatian kepada anggota kelompoknya 7) Memberikan kesan seolah-olah demokratis 8) Mendengarkan pendapat anggota kelompoknya semata-mata hanya untuk menyenangkan 9) Senantiasa membuat keputusan sendiri. Dengan persepsi, nilai-nilai, sikap dan perilaku demikian, seorang pemimpin yang otokratik dalam praktek akan menggunakan gaya kepemimpinan yang : 1) Menuntut ketaatan penuh dari bawahannya 2) Dalam menegakkan disiplin menunjukkan kekakuan 3) Bernada keras dalam pemberian perintah atau instruksi 4) Menggunakan pendekatan punitif dalam hal terjadinya penyimpangan oleh bawahan Harus diakui, bahwa hanya efektifitas semata-mata yang diharapkan dari seorang pemimpin dalam mengemudikan jalannya organisasi, tipe otokratik mungkin mampu menyelenggarakan berbagai fungsi kepemimpinannya dengan baik. Akan tetapi yang dipermasalahkan di sini adalah tekanan yang dirasakan oleh para bawahan, sehingga disiplin ketat berjalan karena rasa takut dari paksaan atasan bukan karena berdasarkan keyakinan bahwa tujuan yang telah ditentukan itu wajar dan layak untuk dicapai.
  • 10. Maka dari itu, kepemimpinan yang otokratik sangat dikaitkan dengan kekuasaan mengambil tindakan yang punitif. Biasanya, apabila kekuasaan mengambil tindakan punitif itu tidak lagi dimilikinya, ketaatan para bawahan segera mengendor dan disiplin kerjapun segera mengendor. 2. Tipe Paternalistik Gaya paternalistik adalah gaya kepemimpinan dari pemimpin yang bersifat tradisional, umumnya di masyarakat yang agraris. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti: 1) Kuatnya ikatan primordial, 2) Sistem kekeluargaan, 3) Kehidupan masyarakat yang komunalistik, 4) Peranan adat istiadat yang sangat kuat dalam kehidupan bermasyarakat, 5) Masih dimungkinkannya hubungan pribadi yang intim antara seorang anggota masyarakat dengan anggota masyarakat lainnya. Salah satu ciri utama dari masyarakat tradisional ialah rasa hormat yang tinggi yang ditujukan oleh para anggota kepada seseorang yang dituakan. Orang yang dituakan, dihormati terutama karena orang yang demikian biasanya memproyeksikan sifat- sifat dan gaya hidup yang pantas dijadikan teladan atau panutan oleh para anggota masyarakat lainnya. Biasanya orang yang dituakan terdiri dari tokoh-tokoh adat, para ulama dan guru. Para bawahan biasanya mengharapkan seorang pemimpin yang paternialistik, mempunyai sifat tidak mementingkan diri sendiri melainkan memberikan perhatian terhadap kepentingan dan kesejahteraan bawahannya. Akan tetapi, legitimasi kepemimpinannya berarti penerimaan atas perannya yang dominan dalam kehidupan organisasional. Selain dari itu, Kartini Kartono juga mengungkapkan bahwa tipe kepemimpinan ini merupakan tipe yang kebapakan, dengan sifat-sifat : 1) Dia menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan 2) Dia bersikap terlalu melindungi (overly protective) 3) Jarang bisa memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan sendiri 4) Dia hampir-hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif 5) Dia tidak memberikan atau hampir-hampir tidak pernah memberikan kesempatan pada pengikut dan bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan karya kreatifitas mereka sendiri 6) Selalu bersikap maha-tahu dan maha-benar. Harus diakui bahwa dalam keadaan tertentu pemimpin seperti ini sangat diperlukan. Akan tetapi ditinjau dari segi sifat-sifat negatifnya pemimpin paternalistis kurang menunjukkan elemen kontinuitas terhadap organisasi yang dipimpinnya. 3. Tipe Kharismatik Seorang pemimpin yang kharismatik adalah seorang pemimpin yang dikagumi oleh banyak pengikut, meskipun para pengikut tersebut tidak selalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang tertentu itu dikagumi. Pemimpin kharismatik ini memiliki kekuatan energi, daya tarik, dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal- pengawal yang bisa dipercaya.
  • 11. Sampai saat ini para ahli manajemen belum berhasil menemukan sebab-sebab mengapa seorang pemimpin memiliki karisma. Yang diketahui ialah tipe pemimpin seperti ini mempunyai daya tarik yang amat besar, dan karenanya mempunyai pengikut yang sangat besar. Kebanyakan para pengikut menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin seperti ini, pengetahuan tentang faktor penyebab karena kurangnya seorang pemimpin yang karismatis, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supernatural powers), perlu dikemukakan bahwa kekayaan, umur, kesehatan, profil pendidikan dan sebagainya. Tidak dapat digunakan sebagai kriteria tipe pemimpin karismatis. 4. Tipe Laissez Faire Kepemimpinan Laissez Faire ditampilkan oleh seorang tokoh “Ketua Dewan” yang sebenarnya tidak becus mengurus dan dia menyerahkan semua tanggungjawab serta pekerjaan kepada bawahan atau kepada semua anggotanya. Seorang pemimpin yang Laissez Faire melihat perannya sebagai “polisi lalu lintas” dengan anggapan para anggota organisasi mengetahui dan cukup dewasa untuk taat kepada peraturan permainan yang berlaku. Seorang pemimpin yang Laissez Faire cenderung memilih peranan yang pasif dan membiarkan organisasi berjalan menurut temponya sendiri tanpa banyak mencampuri bagaimana organisasi harus dijalankan dan digerakkan. Ada beberapa ciri yang terdapat dalam diri pemimpin tersebut: 1) Tidak yakin pada kemampuan sendiri 2) Tidak berani menetapkan tujuan untuk kelompok 3) Tidak berani menanggung resiko 4) Membatasi komunikasi dan hubungan kelompok Dapat juga diartikan bahwa pemimpin laissez faire bukanlah seorang pemimpin dalam pengertian yang sebenarnya. Semua anggota yang dipimpinnya bersikap santai-santai, dan bermoto “lebih baik tidak usah bekerja saja”. Mereka menunjukkan sikap acuh tak acuh. Sehingga kelompok tersebut praktis menjadi tidak terbimbing dan tidak terkontrol. 5. Tipe Demokratik Tipe kepemimpinan demokratis dapat juga disebut sebagai pemimpin yang partisipatif, selalu berkomunikasi dengan kelompok mengenai masalah-masalah yang menarik perhatian mereka dan mereka dapat menyumbangkan sesuatu untuk menyelesaikannya serta ikut serta dalam penetapan sasaran. Pemimpin tipe ini, menafsirkan kepemimpinannya bukan sebagai diktator, melainkan sebagai pemimpin di tengah-tengah anggota kelompoknya. Hubungan dengan anggota kelompok bukan sebagai majikan dan buruh, tetapi sebagai saudara tua di antara teman-temannya atau sebagai kakak terhadap saudara- saudaranya, ia selalu berpangkal pada kepentingan dan kebutuhan kelompoknya, dan mempertimbangkan kesanggupan serta kemampuan kelompoknya. Dalam melaksanakan tugasnya, ia mau menerima dan mengharapkan saran-saran dari kelompoknya. Juga kritik-kritik yang membangun dari para anggota diterimanya sebagai umpan balik dan bahan pertimbangan dalam tindakan-tindakan berikutnya. Adapun ciri pemimpin yang demokrat meliputi : 1) Membuat keputusan bersama dengan anggota kelompok 2) Selalu menjelaskan sebab-sebab keputusan yang dibuat sendiri kepada kelompok 3) Feed back dijadikan sebagai salah satu masukan yang berharga 4) Mengkritik dan memuji secara obyektif.
  • 12. Jika model kepemimpinan dapat disinonimkan dengan tipe, dari sini dapat dijelaskan sendiri mengenai gaya kepemimpinan, yakni : a. Pencari kegembiraan Adalah orang-orang yang mengambil resiko, ketika marah menjadi agresif atau pasif, adalah pendiri dan pencipta, memiliki artikulasi verbal dan banyak bicara, antusias, termotivasi dan suka akan kesenangan, suka menghibur, bersemangat menolong orang lain, terkadang sulit diorganisir dan suka melompat- lompat dari satu aktivitas ke aktivitas lain. b. Pencari rinci/detail Adalah orang-orang yang menanyakan bagaimana, akan menanyakan detail secara spesifik, mengukur banyak waktu yang anda gunakan dalam proyek, sensitif dan akurat, perfeksionis, berkonsentrasi pada detail, mengecek keakuratan, mengikuti petunjuk dan standar, menyukai struktur dan pemikir praktis, mematuhi otoritas, bekerja pelan tapi pasti. c. Pencari hasil Adalah orang-orang yang bertanya tentang apa dan kapan, membuat pernyataan, memberitahukan orang lain tentang apa yang harus dilakukan, tidak mentolerir kesalahan, tidak memiliki perasaan pada orang lain, menyepelekan saran dari orang lain, berani menghadapi resiko, sanggup berkompetensi, bermain untuk menang, menerima tantangan, percaya diri, terkontrol, tidak suka kelambanan, dan mandiri. d. Pencari keharmonisan Adalah orang bertanya mengapa, mempertahankan hubungan, tipe pembimbing/tipe keibuan, memiliki masalah-masalah dunia, kalem (calm), tidak suka mengambil inisiatif, loyal, penuh perhatian, posesif, suka orang lain, tetap tinggal pada satu tempat, penyabar, dan memiliki kehangatan, konsentrasi pada tujuan, pendengar yang baik, pengambil keputusan yang lamban, tidak suka konflik interpersonal, takut akan ketidakharmonisan dan takut salah. B. Penerapan Tipe Kepemimpinan Dalam penerapannya, kepemimpinan yang baik justru tidak dihasilkan oleh satu macam tipe kepemimpinan tertentu melainkan oleh kemampuan untuk tahu "kapan" menggunakan tipe kepemimpinan yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang diperlukan. Semakin terbiasa seorang mengambil posisi play maker, semakin matang gaya kepemimpinannya. Dulu kepemimpinan seseorang terbentuk secara pasif dan alamiah melalui proses panjang. Namun saat ini hal tersebut dapat di konstruksi secara sengaja, apabila diinginkan. Daniel Goleman, ahli di bidang EQ, melakukan penelitian tentang tipe-tipe kepemimpinan dan menemukan ada 6 (enam) tipe kepemimpinan. Penelitian itu membuktikan pengaruh dari masing-masing tipe terhadap iklim kerja perusahaan, kelompok, divisi serta prestasi keuangan perusahaan. Namun hasil penelitian itu juga menunjukkan, hasil kepemimpinan yang terbaik tidak dihasilkan dari satu macam tipe. Yang paling baik justru jika seorang pemimpin dapat mengkombinasikan beberapa tipe tersebut secara fleksibel dalam suatu waktu tertentu dan yang sesuai dengan bisnis yang sedang dijalankan. Memang, hanya sedikit jumlah pemimpin yang memiliki enam tipe tersebut dalam diri mereka. Pada umumnya hanya memiliki 2 (dua) atau beberapa saja. Penelitian yang dilakukan terhadap para pemimpin tersebut juga menghasilkan data, bahwa pemimpin yang paling berprestasi ternyata menilai diri mereka memiliki kecerdasan emosional yang lebih rendah dari yang sebenarnya. Pada umumnya mereka menilai bahwa dirinya hanya memiliki satu atau dua kemampuan kecerdasan emosional. Namun yang paling ironi adalah pemimpin yang payah justru menilai diri mereka secara “lebih” berlebihan dengan menganggap bahwa mereka punya 4 (empat) atau lebih kemampuan kecerdasan emosional. Dilihat dari kacamata psikologis, bahwa orang yang gemar bermain kuasa pada umumnya dahulu di masa kecilnya terlalu dimanja atau terlalu tertekan. Maka setelah dewasa, ketika orang tersebut menjadi pemimpin tidak mampu membuang traumanya. Suasana manja dan tertekan dan sistem resistansinya
  • 13. kemudian menyusup ke bawah sadarnya menjadi program pengontrol bagi sikapnya sehari-hari di kala mereka dewasa. Bentuknya antara lain kompensasi semu, merasa paling bagus, paling hebat, tidak mau disaingi, temperamennya cepat marah, dan sifat-sifat negatif lainnya. Untuk menjaga kehebatannya, jika ada serangan terhadap dirinya, maka serangan itu harus dihancurkan. Dan jika tidak mampu, jangan ditanggapi bahkan pura-pura tidak tahu, supaya kehebatannya tidak tertandingi. KESIMPULAN Kepemimpinan adalah suatu pokok dari keinginan manusia yang besar untuk menggerakkan potensi organisasi, kepemimpinan juga salah satu penjelas yang paling populer untuk keberhasilan/kegagalan dari suatu organisasi. Pada prinsipnya, kepemimpinan tidak hanya berkenan dengan tipe/teori yang ditampilkan oleh pemimpin, karena tidak satu teori/tipe yang dapat diterapkan secara konsisten pada beragam situasi organisasi. Karena itu, penerapan tipe/teori kepemimpinan tidak lebih penting daripada persoalan kemampuan pemimpin memperlakukan semua unsur personel secara manusiawi, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu dan berkualitas sesuai dengan standar yang dipersyaratkan. Kepemimpinan dan motivasi merupakan sebagian dari masalah-masalah yang paling sering dibahas dalam kebanyakan organisasi. Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Cara alamiah mempelajari kepemimpinan adalah "melakukannya dalam kerja" dengan praktik seperti pemagangan pada seorang seniman ahli, pengrajin, atau praktisi. Dalam hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari peranya memberikan pengajaran/instruksi Tujuan kepemimpinan yaitu membantu orang untuk menegakkan kembali, mempertahankan, dan meningkatkan motivasi para anggota organisasi. Jadi pemimpin adalah orang yang membantu orang lain untuk memperoleh hasil-hasil yang diinginkan. Contohnya yaitu di dalam suatu organisasi, manajer memberikan tugas-tugas kepada bawahannya untuk melakukan tugas tersebut dan memberikan hasil yang diinginkan oleh bawahan. Kepemimpinan diwujudkan melalui gaya kerja atau cara kerja sama dengan orang lain yang konsisten. Cara seseorang berbicara dan bersikap kepada orang lain merupakan suatu gaya kerja yang dimilikinya. Kebanyakan orang mempunyai gaya kerja yang sistematis, teratur, sesuai aturan organisasi yang berlaku. Beberapa pendekatan gaya kerja yang membantu orang lain mencapai hasil yang diinginkan seperti: - Mengendalikan atau mengarahkan orang lain. Misalnya, seorang manajer memberikan arahan kepada pekerja baru yang akan menjalankan tugas dan peranannya dalam organisasi. - Memberi tantangan atau rangsangan kepada orang lain. Misalnya, Seorang pekerja atau bawahan diberikan perintah oleh manajer untuk melakukan kunjungan ke sebuah pabrik. - Menjelaskan kepada atau memberi instruksi kepada orang lain. Misalnya, seorang manajer memberikan perintah untuk melakukan tugas-tugasnya. - Mendorong atau mendukung orang lain. Misalnya, seorang karyawan mempunyai ide untuk membuat suatu program acara event di televisi, maka hal tersebut harulah didukung oleh manajernya. - Memohon atau membujuk orang lain. Misalnya, seorang direktur meminta kepada seorang supervisor untuk mengerjakan pekerjaan bawahannya yang sedang cuti bekerja. - Melibatkan atau memperdayakan orang lain. Misalnya, sebuah tim produksi bekerja sama satu dengan yang lainnya. - Memberi ganjaran atau memperkuat orang lain. Misalnya, seorang direktur memotong gaji karyawannya yang telat hadir ke kantor.
  • 14. Beberapa asumsi mengenai manusia yang mendasari gaya kepemimpinan, yaitu teori X dan teori Y yang menggambarkan sikap mental suatu tipe ideal sehingga kita memperoleh gambaran yang jelas mengenai seseorang. Teori X mengemukakan pendapat mengenai manusia sebagai suatu mesin yang amat memerlukan pengendalian dari luar. Asumsi teori X mencakup: Kebanyakan orang berpendapat bahwa: – Pekerjaan adalah sesuatu yang tidak menyenangkan dan berusaha menghindarinya. – Orang lebih suka diperintah dan sekaligus harus dipaksa untuk melakukan pekerjaan mereka. – Orang tidak ambisius, tidak ingin maju, dan tidak menginginkan tanggung jawab. – Orang dimotivasi oleh keinginan mereka. – Orang harus dikendalikan dengan ketat. Pemimpin yang berpegang pada teori X menganggap orang sebagai suatu alat produksi, dimotivasikan oleh ketakutan akan hukuman atau oleh kebutuhannya akan uang dan rasa aman. Pemimpin ini cenderung mengawasi mereka dengan ketat, membuat dan menjalankan aturan dengan keras, dan menggunakan ancaman hukuman sebagai alat untuk memotivasi mereka. Teori Y menganggap bahwa manusia sebagai organisme biologis yang tumbuh, berkembang, dan melakukan pengendalian terhadap diri mereka sendiri. Asumsi Teori Y secara ringkas sebagai berikut : 1. Kebanyakan orang berpendapat bahwa kerja adalah sesuatu yang alamiah seperti bermain. Bila pekerjaan tidak menyenangkan, mungkin itu karena cara melakukan pekerjaan tersebut dalam organisasi. 2. Kebanyakan orang merasa bahwa pengendalian diri sendiri amat diperlukan supaya pekerjaan dilakukan dengan baik. 3. Kebanyakan orang dimotivasi terutama oleh keinginan mereka untuk diterima lingkungan, mendapat pengakuan, dan merasa berprestasi, seperti juga oleh kebutuhan mereka akan uang untuk memenuhi kebutuhan pokok dan rasa aman. 4. Kebanyakan orang ingin menerima dan bahkan menginginkan suatu tanggung jawab bila mereka memperoleh bimbingan, pengelolaan dan kepemimpinan yang tepat. 5. Kebanyakan orang mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah secara kreatif dalam organisasi. Pemimpin yang mendasari tindakannyaatau gayanya pada Teori Y beranggapan bahwa pegawai mempunyai kebutuhan yang beraneka ragam. Mereka percaya bahwa tugas mereka adalah mengatur dan mengelola sehingga baik organisasi maupun pegawai dapat emmenuhi kebutuhannya. Model Gaya Kepemimpinan Penelitian Kepemimpinan Negara Bagian Ohio Bass (1960) menjelaskan bahwa faktor “struktur yang mengawali” berpengaruh atas sepertiga dari variasi total dalam penelitian kepemimpinan, dan “pertimbangan” serta “struktur yang mengawali” berpengaruh atas 83 persen dari variansi. Seorang pemimpin yang dinilai baik menitikberatkan pada pemenuhan janji, penghargaan dan dukungan sebagai teknik motivasi dan bertindak dengan cara yang hangat dan membantu, menunjukkan perhatian dan penghargaan kepada bawahan. Pemimpin yang dinilai buruk member ancaman, merendahkan, berperilaku tanpa pertimbangan, dan menetapkan serta menyusun peranannya dan peranan bawahannya untuk pencapaian tujuan.
  • 15. Enam sistem yang popular untuk mengklarifikasikan dan menjelaskan gaya kepemimpinan : 1. Teori kisi kepemimpinan (Blake dan Mouton) Kisi ini berasal dari hal-hal yang mendasari perhatian manajer perhatiannya pada tugas atau pada hal-hal yang telah direncanakan untuk diselesaikan organisasi, dan perhatian kepada orang-orang dan unsure- unsur organisasi yang memengaruhi mereka. Kisi ini menggambarkan bagaimana perhatian pemimpin pada tugas dan pada manusia berkelindan sehingga menciptakan gaya pengelolaan dan kepemimpinan. Kelima jenis gaya ekstrim yang dikemukakan model kisi disajikan secara singgat sebagai berikut : a) Gaya pengalah (impoverished style). Gaya ini ditandai oleh kurangnya perhatian terhadap produksi. Bila terjadi konflik, pemimpin jenis ini tetap netral dan berdiri di luar masalah. b) Gaya pemimpin pertengahan (middle-of-the-road style). Gaya ini ditandai oleh perhatian yang seimbang terhadap produksi dan manusia. Pemimpin dengan gaya ini berusaha untuk jujur tetapi tegas dan mencari pemecahan yang tidak memihak dan berusaha untuk mempertahankan keadaan tetap baik. c) Gaya tim (team style). Gaya ini ditandai oleh perhatian yang tinggi terhadap tugas dan manusia. Pemimpin tim amat menghargai keputusan yang logis dan kreatif sebagai hasil dari pengertian dan kesepakatan anggota organisasi. Bila terjadi konflik, pemimpin tim mencoba memeriksa alasan-alasan timbulnya perbedaan dan mencari penyebab utamanya. Pemimpin tim mampu menunjukkan kebutuhan akan saling mempercayai dan saling menghargai di antara sesama anggota tim, juga menghargai pekerjaan. d) Gaya santai (country club style). Gaya ini ditandai oleh rendahnya perhatian terhadap tugas dan perhatian yang tinggi terhadap manusia. Ia menghindari terjadinya konflik, tapi bila ini tidak dapat dihindari, ia mencoba untuk melunakkan perasaan orang, dan menjaga agar mereka tetap bekerja sama. Pemimpin ini lebih banyak bersikap menolong daripada memimpin. e) Gaya kerja (task style). Gaya ini ditandai oleh perhatian yang tinggi terhadap pelaksanaan kerja tetapi amat kurang memperhatikan manusianya. Bila timbul konflik, pemimpin jenis ini cenderung menghentikannya atau memenangkan posisinya dengan cara membela diri, bekerja pada pendiriannya, atau mengulangi konflik dengan sejumlah argumentasi baru. Menurut Blake dan Mouton, gaya tim merupakan gaya kepemimpinan yang paling disukai. Kepemimpinan gaya tim berasumsi bahwa orang akan menghasilkan sesuatu yang terbaik bilamana mereka memperoleh kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang berarti. Serta melibatkan anggota organisasi dalam pengambilan ke[putusan, dengan maksud mempergunakan kemampuan mereka untuk memperoleh hasil terbaik yang mungkin dicapai. 2. Teori 3D (Reddin) Kisi 3D menghasilkan delapan gaya manajer atau kepemimpinan. Reddin (1967) menerangkan bahwa keempat gaya yang lebih efektiftersebut kurang lebih sama efektifnya. Disamping itu ada saatnya beberapa tugas manajer memerlukan keempat gaya tersebut sekaligus, sedangkan tugas lainnya cenderung hanya memerlukan satu atau dua gaya saja secara konsisten. LEBIH EFEKTIF 1. Eksekutif Tugas berat, hubungan kuat, muncul sebagai motivator yang baik, yang memperlakukan setiap orang dengan cara tersendiri dan lebih suka melakukan manajemen tim. 2. Otokrat Lunak (Benevolent Autocrat) Tugas berat, hubungan lemah, tampaknya mengetahui apa yang diinginkannya dan tahu cara memperolehnya tanpa menimbulkan ketidaksenangan. 3. Pengembang (developer)
  • 16. Tugas ringan, hubungan kuat; tampaknya mempercayai orang lain secara terselubung dan menaruh perhatian utama pada pengembangan hubungan yang selaras. 4. Birokrat Tugas ringan, hubungan lemah; tampaknya menaruh perhatian pada aturan-aturan dan prosedur demi kepentingan emreka sendiri, dank arena ingin menjaga serta mengawasi situasi dengan menggunakan aturan dan prosedur itu, mereka sering terlihat amat berhati-hati. KURANG EFEKTIF 1. Pencari kompromi (Compromiser) Tugas berat, hubungan kuat, meskipun hanya satu atau mungkin tidak ada satupun yang sesuai; muncul sebagai pembuat keputusan yang buruk dan membiarkan tekanan amat mempengaruhinya; tampaknya lebih suka meminimalkan tekanan dan masalah daripada memaksimalkan produksi jangka-panjang. 2. Otokrat Tugas berat, hubungan lemah ketika perilaku seperti ini tidak sesuai; tampaknya tidak mempunyai kepercayaan kepada orang lain, hanya tertarik pada tugas-tugas langsung. 3. Pembawa Misi (Missionary) Tugas ringan, hubungan kuat ketika perilaku seperti ini tidak sesuai; tampaknya lebih tertarik kepada manusia sebagai pribadi. 4. Penyendiri (Deserter) Tugas ringan, hubungan lemah ketika perilaku seperti ini tidak sesuai; tampak seperti tidak terlibat dan pasif. 3. Teori Kepemimpinan Situasional Hersey dan Blancard mengembangkan konsep kepemimpinan situasional, penelitian ini menunjukkan banyak kemiripan dengan teori yang dikemukakan Blake dan Mouton yaitu dua dimensi gaya kepemimpinan dimana struktur pertimbangan dan pengawalan yang dihasilkan serupa. Selanjutnya Hersey dan Blancard memperkenalkan variabel ketiga yaitu kematangan, yang berfungsi dengan cara yang serupa dengan dimensi keefektifan yang dikemukakan Reddin. Jadi model kepemimpinan situasional ini penampilannya mirip model Reddin. Faktor yang menentukan efektivitas dijelaskan oleh Hersey dan Blancard sebagai “ tingkat kesiapan anak buah “. Kesiapan ini didefinisikan sebagai kesediaan dan kemampuan seseorang untuk bertanggung jawab. Dengan kata lain, bila anak buah mempunyai kesediaan dan kemampuan yang baik untuk nertanggung jawab, serta berpengalaman dalam tugas yang dihadapinya, maka gaya kepemimpinan khusus akan lebih efektif daripada bila kesiapan anak buah kurang. Dengan meningkatnya kesiapan anak buah, pemimpin mengurangi perilaku ataupun hubungannya. Ada empat gaya kepemimpinan situasional yang dapat dikemukakan : Gaya 1 : Memberitahu (telling). Gaya ini ditandai oleh komunikasi satu arah. Di sini pemimpin menentukan peranan anak buah dan memberitahu apa, di mana, kapan dan bagaimana cara mengerjakan berbagai macam tugas. Gaya 2 : Mempromosikan (selling). Gaya ini ditandai oleh usaha melalui dua arah, meskipun hamper semua pengaturan dilakukan oleh pemimpin. Pemimpin juga menyediakan dukungan sosioemosional supaya anak buah turut bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan. Gaya 3 : Berpartisipasi (participating). Gaya ini ditandai oleh pemimpin dan anak buah yang bersama- sama terlibat dalam pembuatan keputusan melalui komunikasi dua arah yang sebenarnya. Pemimpin
  • 17. lebih banyak terlibat dalam pemberi kemudahan karena anak buahnya memiliki kemampuan dan pengetahuan untuk menyelesaikan tugasnya. Gaya 4 : Mewakilkan (delegating). Gaya ini ditandai oleh pemimpin yang membiarkan anak buahnya bertanggung jawab atas keputusan-keputusan mereka. Pemimpin mewakilkan keputusan kepada anak buahnya kerena mereka mempunyai tingkat kesiapan yang tinggi, bersedia serta mampu bertanggung jawab untuk mengatur perilaku mereka sendiri. 4. Teori Empat Sistem Likert menemukan empat gaya atau sistem manajerial yang berdasarkan pasa satu analisis atas delapan variabel manajerial : 1. Kepemimpinan 2. Motivasi 3. Komunikasi 4. Interaksi 5. Pengambilan keputusan 6. Penentu tujuan 7. Pengendalian 8. Kinerja Likert membagi gaya manajerial tersebut dan berikut adalah ciri keempat sistem tersebut : 1. Penguasa mutlak Gaya ini berdasarkan pada asumsi terori X McGregor. Pemimpin memberi bimbingan sepenuhnya dan pengawasan ketat pada pegawai dengan anggapan bahwa cara terbaik untuk memotivasi pegawai adalah dengan memberi rasa takut, ancaman, dan hukuman. 2. Penguasa semi-mutlak Gaya ini pada dasarnya bersifat otoritarian, tetapi mendorong komunikasi ke atas untuk ikut berpendapat maupun mengatakan keluhan bawahan, namun komunikasi ini dilakukan melalui jalur resmi. 3. Penasihat Gaya ini melibatkan interaksi yang cukup sering pada tingkat pribadi sampai tingkat moderat, antara atasan dan bawahan dalam organisasi. 4. Pengajak-serta Gaya ini amat sportif, dengan tujuan agar organisasi berjalan baik melalui partisipasi nyata pegawai. Informasi berjalan ke segala arah, dan pengendalian dijalankan di setiap tingkatan. 5. Teori Kontikum Tannenbaum dan Schmidt meneliti pengambilan keputusan sebagai konsep utama dalam kontinum perolaku kepemimpinan mereka. Kontinum ini dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Manajer membuat keputusan dan mengumumkannya 2. Manajer membuat keputusan dan menawarknannya 3. Manajer mengemukakan keputusannya dan memberi kesempatan untuk mempertanyakannya 4. Manajer mengemukakan keputusan sementara, yang masih dapat diubah 5. Manajer mengemukakan beberapa batasan dan meminta bawahan untuk membuat keputusan
  • 18. 6. Manajer mengizinkan bawahan membuat keputusan 6. Teori kebergantungan Fiedler mengembangkan teori gaya kepemimpinan berdasarkan pada konsep kebergantungan. Menurut teori kebergantungan, keefektifan pemimpin bergantung pada hubungan-hubungan dalam gaya kepemimpinannya, juga situasi tertentu yang dihadapinya. Jadi, pemimpin ditinjau sebagai bermotivasi- tugas atau bermotivasi-hubungan. Karakteristik suatu situasi kepemimpinan yang paling penting adalah : 1. Relasi pemimpin-anggota 2. Struktur tugas 3. Kekuasaan jabatan pemimpin Efektifitas pemimpin ditentukan oleh kesesuaian antara gaya kepeminpinan dengan keharmonisan situasinya. Situasi terbaik adalah bila relasi pemimpin-anggota baik, tugas tersturktur rapi, dan pemimpin mempunyai kekuasaan yang besar. Penelitian pada model kebergantungan menunjukkan bahwa : 1. Pemimpin bermotivasi-tugas lebih efektif dalam situasi yang amat harmonis dan dalam situasi yang amat tidak harmonis 2. Pemimpin bermotivasi-hubungan lebih efektif dalam situasi yang cukup harmonis Jadi, pemimpin bermotivasi-tugas cenderung lebih efektif dalam beberapa situasi yang amat memerlukan atau yang amat tidak memerlukan pengaruhnya. Pemimpin bermotivasi-hubungan cenderung lebih efektif dalam situasi yang memerlukan pengaruh pemimpin dalam kadar secukupnya. Perilaku Komunikatif dan Gaya Kepemimpinan Dalam suatu teori, fokusnya berkaitan dengan orang-orang harus mencapai hasil tertentu atau tentang produksi atau hasil-hasil yang harus dipenuhi, dalam teori lain, fokusnya pada hubungan, tugas dan keefektifan, atau kematangan. Meskipun setiap teori berisi informasi yang berguna untuk mereka yang tertarik dalam penyusunan suatu pendekatan untuk membantu orang lain mencapai tujuannya, yang paling menarik perhatian adalah gaya yang dihasilkan dari pengambilan fokus khusus. Hal ini karena gaya adalah sesuatu yang menunjukkan perilaku untuk dipergunakan dalam membantu dengan cara yang khusus. Pendekatan Tipe pada Gaya Kepemimpinan 1. Hipokratus mungkin merupakan orang pertama yang berspekulasi tentang faktor-faktor yang menciptakan dan menandai gaya perilaku perorangan. Hipokratus menyatakan bahwa struktur dan fisiologi jasmani menentukan kepribadian atau cara berprilaku seseorang yang sudah menjadi kebiasaannya. Ia menjabarkan empat tipe kepribadian sebagai hasil pengaruh utama salah satu dari keempat “humor” jasmani. 2. James Deese menerangkan bahwa tidak ada bukti mengenai gagasan semacam ini dan yang masih tersisa dari tipe-tipe Hipokratus adalah kata sifat yang masih digunakan untuk menggambarkan sifat-sifat seperti : berdarah dingin, pemberang, periang, dll. 3. Carl Jung mengembangkan suatu sistem tipe karakter berdasarkan dua sikap dan empat fungsi. Kedua sikap ini adalah introversi dan ekstroversi . Keempat fungsi tersebut adalah : Pikiran, perasaan, penginderaan, dan intuisi. - Fungsi pikiran berkenaan dengan gagasan. Melalui pikiran, manusia mencoba memahami sifat dunia dan dirinya.
  • 19. - Perasaan adalah fungsi penilaian. Perasaan memberi nilai pada sesuatu dan memegang peranandalam hal yang berkenaan dengan pengalaman senang, sakit, marah, takut, sedih, cinta, dll. - Perabaan adalah fungsi yang berhubungan dengan persepsi atau fungsi realitas dan mengungkapkan fakta dan informasi konkret mengenai dunia. - Intuisi menyatakan perolehan pengetahuan dan pemahaman sifat emosi dunia melalui pemahaman mistis dan dari sumber-sumber yang tidak disadari. 4. Myers-Briggs menerangkan bahwa teori jung mengamsusikan bahwa tampaknya banyak perilaku acak yang sebenarnya amat teratur dan konsisten, yang disebabkan oleh beberapa persamaan dan perbedaan dasar tertentu dalam cara manusia mengamati dunia dan membuat penilaian terhadapnya. Ada dua cara mempersepsi yang amat berlainan, mengamati melalui indra (sensing) dan mengamati melalui perasaan (intuiting). Dan ada dua cara penilaian yang amat berlainan, penilaian melalui pikiran (thingking) dan penialian melalui perasaan (feeling). Instrumen Lain yang Berdasarkan pada Tipe Kolb mendasarkan penelitiannya tentang gaya belajar, dikenali empat kegiatan pelajar yaitu, berpikir, merasakan, memperhatikan dan melakukan. Kombinasi dari semua kegiatan itu menghasilkan empat gaya : 1. Pengumpul : relatif tidak emosional dan lebih suka berurusan dengan benda mati daripada dengan manusia 2. Penyebar : cenderung emosional dan imajinatif serta tertarik pada manusia 3. Asimilator : unggul dalam pemikiran induktif dan memadukan pengamatan-pengamatan yang berlainan menjadi penjelasan yang terintegerasi dan mereka kurang tertarik pada manusia dan lebih memperhatikan konsep-konsep abstrak 4. Akomodator : membuat rencana-rencana dan melibatkan diri mereka sdalam pengalaman- pengalaman baru Pendekatan Sifat Terhadap Gaya Empat pendekatan untuk menjabarkan gaya pengoperasian : 1. NREL 2. MALONE 3. TRACOM 4. PERFORMAX Analisis Transaksional Analisis Transaksional adalah salah satu pendekatan Psychotherapy yang menekankan pada hubungan interaksional. Analisis Transaksional dapat dipergunakan untuk terapi individual, tetapi terutama untuk pendekatan kelompok. Dikembangkan oleh Eric Berne tahun 1960 yang ditulisnya dalam buku Games People Play. Berne adalah seorang ahli ilmu jiwa terkenal dari kelompok Humanisme. Pendekatan analisis transaksional ini berlandaskan teori kepribadian yang berkenaan dengan analisis struktural dan transaksional. Teori ini menyajikan suatu kerangka bagi analisis terhadap tiga kedudukan ego yang terpisah, yaitu : orang tua, orang dewasa, dan anak. Matriks Interaksi hill
  • 20. Miller, nunnally dan wackman (1975) mengekstrapolasi empat variebel yabng mereka rasa memegang peranan dalam gaya-gaya tersebut menitikberatkan perasaan, menitikberatkan pemikiran, menitikberatkan masalah-masalah pribadi dan menitikberatkan masalah-masalah hubungan. Mereka menciptakan empat gaya mereka sendiri sebagai berikut : Gaya I : Hangat, ramah, ceria, menghidupkan suasana. Gaya II : Mengatur, membujuk, memarahi, menuntut, biasanya digunakan bila anda ingin meyakinkan atau mengendalikan apa yang terjadi. Gaya III : Mencoba-coba, memperluas, memperinci, menyelidiki, meneliti, gaya spekulasi yang tujuannya nyaris menghentikan dunia, bercermin padanya, dan menjelajahinya. Gaya IV : Menyadari, aktif, menerima, menutup, memelihara, dan bekerjasama mengikuti proses yang menyangkut masalah-masalah secara terbuka dan langsung. Gaya pengoperasian Adalah pola perilaku seseorang yang konsisten , yang diamati oleh orang lain bila ada orang yang berusaha membantu orang lainnya untuk mencapai tujuan. Bagaimana menjelaskan gaya pengoperasian Perangkat bahasa yang digunakan secara luas untuk mengungkjapkan makna pengalaman disebut kiasan. Kiasan memberi makna pada suatu situasi dengan membandingkannya dengan hal lainnya, dengan berbicara tentang situasi pertama seakan-akan itu adalah situasi kedua. Gaya kepemimpinan yang paling efektif terbagi menjadi dua : 1. Gaya kepemimpinan terbaik –tunggal Menjadikan karyawan atau bawahannya seperti kawannya sendiri. Mereka bersedia menerima beban orang lain, mendahulukan kepentingan orang lain. Dengan begitu dia bisa menjadi pemimpin yang diterima dan menyenangkan, bergairah, tanpa butuh strategi atau cara yang rumit untuk dapat mempengaruhi orang lain. 2. Gaya kepemimpinan terbaik- bersyarat Gaya pemimpin yang menggunakan kombinasi perilaku komunikatif yang berbeda ketika menanggapi keadaan sekelilingnya dalam keadaan tersebut pemimpin berusaha membantu yang lainnya untuk mencapai hasil yang diinginkan. Kesimpulan dan Saran Dalam sebuah organisasi dibutuhkan sebuah pemimpin yang akan mengarahkan para anggota atau bawahannya dalam melakukan berbagai tugas dan peranan untuk dapat menghasilkan suatu hasil atau tujuan yang akan dicapai. Namun di dalam penerapannya, terdapat berbagai macam gaya kepemimpinan yang berbeda-beda yang dimiliki oleh pemimpin-pemimpin di dunia. Tentunya setiap gaya-gaya kepemimpinan tersebut memiliki sikap dan perilaku serta gaya bicara yang berbeda-beda. Pemimpin yang efektif akan melihat karyawan atau bawahannya sebagai seorang kawan, mereka bersedia mendahulukan kepentingan orang lain, dari pada kepentingannya sendiri. Pemimpin yang efektif juga akan menggunakian kombinasi perilaku komunikatif yang berbeda ketika menanggapi keadaan sekelilingnya, dalam keadaan tersebut, pemimpin berusaha membantu yang lainnya untuk mencapai hasil yang diinginkan. Saran kami bagi pemimpin-pemimpin organisasi yaitu berlakukanlah sebuah organisasi sebagai sebuah keluarga yang memiliki kedekatan antara ketua dengan anggotanya, antara direktur dengan bawahannya, sehingga diantaranya terdapat hubungan komunikasi yang semakin harmonis dan baik. Pemimpin tidak seharusnya menjadikan bawahan sebagai budak yang rendah. Pemimpin harus memberikan motivasi kepada bawahannya, serta mengembangkan kualitas sumber daya manusia bagi karyawan atau bawahannya. Kami juga menyarankan, dalam menghadapi setiap permasalahan sebaiknya pemimpin bersikap tegas terhadap situasi dan kondisi tertentu.
  • 21. Daftar Pustaka Andi Purwan, 2013, http://andipurwantangjaya.blogspot.co.id/ (30 Juni 2018, jam 11.40) Fitriyah, 2010, http://dizhakatray.blogspot.com/2010/11/penerapan-komunikasi-pada-organisasi.html (30 Juni 2018, jam 11.42) Ibn Khamdun, 2010, https://makalah-ibnu.blogspot.com/2010/01/modelgaya-kepemimpinan-dan- penerapannya.html#axzz5CrcxcqQJ (30 Juni 2018, jam 11.43)