2. PENGERTIAN
2
Kerukunan umat beragama yaitu hubungan sesama umat beragama yang
dilandasi dengan toleransi, saling pengertian, saling menghormati, saling
menghargai dalam kesetaraan pengamalan ajaran agamanya dan kerja sama
dalam kehidupan masyarakat dan bernegara.
4. Konsep tanawwul al ibadah
(keragaman cara
beribadah).
Konsep ini mengakui adanya keragaman yang
dipraktekkan Nabi dalam pengamalan agama yang
mengantarkan kepada pengakuan akan kebenaran
semua praktek keagamaan selama merujuk kepada
Rasulullah. Keragaman cara beribadah merupakan
hasil dari interpretasi terhadap perilaku Rasul yang
ditemukan dalam riwayat (hadits).
4
5. Konsep al mukhtiu fi al ijtihadi
lahu ajrun(yang salah dalam
berijtihad pun mendapatkan
ganjaran)
Konsep ini mengandung arti bahwa selama seseorang
mengikuti pendapat seorang ulama, ia tidak akan
berdosa, bahkan tetap diberi ganjaran oleh Allah ,
walaupun hasil ijtihad yang diamalkannya itu keliru.
Di sini perlu dicatat bahwa wewenang untuk
menentukan yang benar dan salah bukan manusia,
melainkan Allah SWT yang baru akan kita ketahui di
hari akhir. Kendati pun demikian, perlu pula
diperhatikan orrang yang mengemukakan ijtihad
maupun orang yang pendapatnya diikuti, haruslah
orang yang memiliki otoritaskeilmuan yang
disampaikannya setelah melalui ijtihad.
5
6. Konsep la hukma lillah qabla
ijtihadi al mujtahid (Allah
belum menetapkan suatu
hukum sebelum upaya ijtihad
dilakukan seorang mujtahid)
Konsep ini dapat kita pahami bahwa pada
persoalan-persoalan yang belum ditetapkan
hukumnya secara pasti, baik dalam al-quran
maupun sunnah Rasul, maka Allah belum
menetapkan hukumnya.
6
8. • Sejarah dakwah Islam sebagai yang diungkap oleh
Arnold (1864-1930), menunjukkan bahwa keberhasilan
dakwah Islam selalu didukung oleh situasi dan kondisi
eksternal, sehingga unsur internal – misalnya sikap
intoleransi – dapat ditekan. Faktor eksternal ini dapat
dilihat, misalnya ketika penyebaran Islam di Persia,
dakwah Islam di kalangan bangsa Mongol, India, dan
lain sebagainya. Faktor eksternal ini tidak hanya
terdapat pada masa setelah Nabi wafat, karena dakwah
pada masa Nabi Muhammad Saw. juga didukung oleh
faktor luar. Keberhasilan dakwah Nabi bukan hanya
karena keagungan ajaran yang dibawanya, tetapi juga
tidak terlepas dari watak orang Arab yang menginginkan
perubahan dan pembaruan serta kondisi dunia Timur
yang lemah dan dekaden. Dakwah Nabi di kalangan
orang Yahudi Madinah ketika itupun justeru didukung
oleh faktor eksternal. Hal ini dapat menjadi indikasi
bahwa Nabi tidak melanggar rambu-rambu toleransi;
yakni tidak memaksa orang lain untuk masuk ke agama
Islam.
8