Analisis Restorasi dan Preservasi dari Museum Benteng Heritage
1. Analisa Restorasi dan
Preservasi dari Museum
Benteng Heritage
Jasmine Alya P. Kadiva Dwi R. M. Reza S. P.
Lengga Dera G.
KM 40 – MC 3
Pelestarian Data Digital
3. Sejarah Museum Benteng
Heritage
Pada pertengahan abad ke 17, wilayah Museum Benteng Heritage merupakan salah satu
bangunan berasitektur tradisional Tionghoa tertua di Kota Tangerang, dimana kita tahu bahwa
Kota Tangerang merupakan wilayah yang mayoritas Pecinan, yang dulu disebut kota Benteng di
wilayah Pasar Lama,Tangerang.
Museum ini didirikan dengan visi untuk melestarikan budaya Cina Benteng. Budaya ini
disebut Cina Benteng karena dulu benteng ini dibangun oleh penguasa Belanda guna untuk
mencegah serangan dari Kerajaan Banten.
Koleksi dari Museum Benteng Heritage banyak terdapat dari koleksi pribadi milik
pengelola, sumbangan warga sekitar, kolektor benda kuno, dan pemerhati Budaya Tionghoa di
Indonesia. Diantaranya ada artefak mengenai sejarah Tionghoa di Indonesia, galeri yang terdapat
berbagai macam kamera tua yang masih bisa difungsikan dan berkualitas tinggi, koleksi alat
pemutar lagu dari zaman kuno hingga kini, koleksi timbangan, koleksi botol kecap, koleksi sastra
cina dari salah satu penyadur cerita silat dari Tangerang, yaitu Oey Kim Tjang, ranjang pengantin
Cina Benteng, dan lain-lain.
4. Analisa Restorasi
Pada tahun 2009, bangunan tua yang diperkirakan adalah bekas bangunan ruko yang diduga merupakan kantor
sebuah organisasi. Bangunan ini awalnya akan direstorasi dari tiga blok rumah. Namun, rumah blok ketiga
menolak untuk diperjualbelikan kepada pengelola Museum Benteng Heritage, sehingga hanya terdapat dua blok
rumah saja.
Menurut website resmi, tertera bahwa tindakan restorasi museum ini dikarenakan untuk kesadaran mengenai
pentingnya menjaga peninggalan sejarah dari setiap budaya dan tradisi yang ada di Indonesia. Maka itulah pihak
pengelola melakukan penyelamatan situs-situs budaya. Proses restorasi memakan waktu sekitar 2 tahun.
Prosesnya dimulai dari penjual belian dua blok rumah. Proses restorasi ini tidak mengubah bentuk yang ada,
namun tetap mempertahankan bentuk dan bahan asli bangunan. Karena sebelumnya bangunan ini sudah tidak
terawat dan dalam kondisi menyedihkan.
Kurangnya pengetahuan mengenai kondisi asli dari bangunan tersebut, Udaya Halim dan tim melakukan riset
mengenai literatur dan dokumen hingga ke negeri orang, agar originalitas dari bangunan itu sendiri tidak luntur
dan seperti sedia kala. Setelah restorasi bangunan selesai dilaksanakan. Dilakukan kegiatan dekorasi untuk
menguatkan hawa Tionghoa dengan ditambahkan ornamen dari Tionghoa. Tidak lupa pengaturan sirkulasi udara
juga dilakukan. Penambahan partisi, maupun dekorasi berpacu dari riset yang ada. Setelah proses restorasi dan
penambahan ornamen selesai, pada tanggal 11 November 2011 pukul 20.11 WIB pun, Museum Benteng Heritage
resmi dibuka untuk publik.
5. Analisa Preservasi
1. Membatasi kunjungan maksimal 10 orang per kloter
2. Pendataan fisik mengenai Museum Benteng Heritage (Dokumentasi dll.)
3. Membuat database yang sesuai mengenai data-data di Museum Benteng Heritage
4. Untuk data-data yang berisi audio visual, dibuat dalam banyak format (back up)
untuk mencegah kehilangan maupun kerusakan
Ketika proses restorasi, maka proses preservasi pun ikut memegang kendali.
Pada proses restorasi tidak meliputi ahli arkeolog, namun data berdasar orang-orang
sekitar yang mengetahui keadaan asli dari bangunan tersebut secara turun menurun.
Hal ini merupakan preservasi karena upaya untuk melestarikan hal yang dulu sudah ada
agar tidak melenceng jauh.
6. Dari pembahasan di atas kami menyimpulkan, seiring dengan perkembangan zaman
dan berjalannya waktu. Data digital maupun analog yang berada pada museum atau
perpustakaan perlu di rawat serta dilestarikan. Karena masing – masing data tersebut bisa
saja penting bagi generasi mendatang. Tidak menutup kemungkinan bahwa data digital
maupun analog yang ada di museum atau perpustakaan bisa hilang atau rusak baik itu
karena bencana atau human error. Oleh karena itu, melewati proses preservasi sangatlah
penting untuk dilakukan baik kepada data digital maupun analog agar data dapat tetap dijaga
sampai generasi mendatang.
“PADAakhirnyakitahanyaakanmelestarikanapayangkitacintai,
mencintaiapayangkitamengerti,danmengertihanyaapayangdiajarkan.”
SIMPULAN