The history of Islam is extensive and spans over 1,400 years, beginning in the 7th century in the Arabian Peninsula. It was founded by the Prophet Muhammad, who is considered the last messenger of God in Islam. The history of Islam is characterized by the spread of the faith through trade, conquests, and missionary activities. The religion has had a profound impact on the world, influencing various fields such as art, architecture, science, and philosophy. Islam has also played a significant role in shaping the cultures and societies of the Middle East, North Africa, and other parts of the world where it has spread.
For a comprehensive understanding of the history of Islam, it is recommended to study the life of the Prophet Muhammad, the early caliphs, the expansion of the Islamic empire, the development of Islamic theology and law, as well as the various sects and schools of thought within Islam. Additionally, exploring the contributions of Islamic civilization to human civilization in areas such as science, medicine, and philosophy would provide a broader perspective on the history of Islam.
1. STIA
MADANI
SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI
FRANCISCUS EXZAR YUAN REVALDO
NIM E231500029
RANGKUMAN
MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DOSEN PENGAMPU :
2.
3. PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
َرَبَو ِهللا ُةَمْحَرَو ْمُكْيَلَع ُم َ
َلَّسلَا
ُهُت َاك
KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM
4. Sejarah Pemikiran Manusia Tentang Ketuhanan
● Tuhan adalah tokoh sentral dalam agama. Kepercayan kepada Tuhan merupakan sesuatu yang pokok dalam agama.
● Manusia, dalam sepanjang sejarah, telah mengajukan rasa ketersandaran terhadap sesuatu di luar jangkauannya
dalam kehidupan sehari-hari. Rasa tersandar itu nampak dalam berbagai ekspresi, setaraf dengan perkembangan
tingkat intelektualitas dan tuntutan kultural. Akibatnya, muncul berbagai faham. ketuhanan.
● Animisme berkembang menjadi politeisme, yakni ketika dari sekian banyak roh ada beberapa yang dianggap
unggul, mempunyai karakter tertentu dan mempunyai pengaruh besar terhadap hidup manusia, sehingga secara rutin
dilakukan kebaktian terhadap roh-roh itu.
● Politeisme selanjutnya berkembang menjadi oligateisme, yakni ketika dari sekian dewa yang ada, beberapa dewa
dianggap memiliki kelebihan dan diunggulkan.
● Oligateisme kemudian berkembang menjadi henoteisme, yakni ketika tiap-tiap kelompok masyarakat hanya
mengakui satu dewa saja. Klimaks perkembangannya adalah faham monoteisme, yakni ketika diakui hanya ada satu
Tuhan untuk semesta kenyataan.
● Monoteisme kemudian berkembang lebih variatif. Monoteisme dapat berbentuk deisme atau teisme. Deisme adalah
faham yang pada prinsipnya meyakini Tuhan yang tunggal itu transenden, setelah penciptaan alam Tuhan tidak
terlibat lagi dengan ciptaannya. Deisme berseberangan dengan panteisme.
● Panteisme adalah faham yang meyakini bahwa Tuhan yang tunggal itu imanen, Tuhan menampakkan diri dalam
berbagai fenomena alam. Jalan tengah antara deisme dan panteisme adalah teisme.
5. Sejarah Pemikiran Manusia Tentang Ketuhanan
- Teisme adalah faham ketuhanan yang prinsipnya meyakini Tuhan yang tunggal itu transenden,
mengatasi semesta kenyataan, tetapi dalam transendensinya itu Tuhan selalu terlibat dengan alam
semesta ciptaannya.
- Transenden:cara berpikirttg hal2yg melampaui apa yg dilihat,yg dpt ditemukan dialam semesta,cth
pelajarisifat tuhan yg dianggap begitu jauh,berjarak dan mustahil difahami manusia.
- Deisme berkembang menjadi naturalisme. Faham naturalisme pada prinsipnya meyakini, bila Tuhan
itu transenden, tidak terlibat dengan alam semesta setelah penciptaan, dan alam pun tidak berhajad
pada Tuhan, maka alam ini berdiri sendiri, sempurna dan berproses menurut hukum-hukum alam itu
sendiri.
- Naturalisme muncul ketika manusia semakin menguasai ilmu pengetahuan. Faham naturalisme
kemudian meningkat menjadi ateisme. Faham ateisme pada prinsipnya yakin bahwa Tuhan tidak ada.
6. PEMIKIRAN TOKOH
Iqbal secara spesifik membahas tentang Tuhan dalam salah satu bab buku The Reconstruction of Religious Thought in
Islam. Berikut ini beberapa pemikiran Iqbal tentang Tuhan.
Pertama, Tuhan adalah Diri (Khuda). Hal ini dijelaskan oleh lqbal dengan mengutip surat Al-Ikhlas. Tuhan itu suatu
kebulatan sebagai diri, tanpa ada yang menyamainya dan bersifatt tunggal, tidak mempunyai sekutu, mengatasi
kecenderungan antagonistik dari reproduksi (Iqbal, 1951: 63).
Tuhan itu suatu kebulatan sebagai diri, sebab Tuhan mengorganisasi segala sesuatu untuk tujuan yang konstruktif.
Tuhan merespon do'a dan sembahyang manusia, ujian paling nyata dari diri adalah kemampuan merespon diri
yang lain. Tuhan bukan semata-mata diri tetapi Dia adalah Din Mutlak. Watak mutlak Tuhan sebagai Diri
didasarkan pada kenyataan bahwa Tuhan meliputi segalanya, tidak-ada sesuatupun di luar kuasanya (Syarif,
1994: 37).
Kedua, Tuhan sebagai Diri Mutlak itu tidak berkesudahan. Tidak berkesudahan-Nya bukan hanya dalam artian ruang
dan waktu. Ruang dan waktu adalah penafsiran akal manusia terhadap aktivitas kreatif Tuhan. Tidak
berkesudahannya Tuhan hendaknya ditafsirkan sebagai tiada berakhirnya kegiatan kreatif Tuhan. Tuhan itu Maha-
pencipta. Tuhan adalah Ego Mutlak yang hidup, dinamis, tiada yang dapat membatasi selain diri-Nya sendiri, Dia
adalah Ego yang bebas dan kreatif (Iqbal, 1951: 64).
Ketiga Tuhan adalah hakikat keseluruhan yang bersifat spiritual. Dia meliputi segalanya. Dia yang Mutlak merangkum
diri-diri terbatas dalam wujudnya, tanpa menghapus eksistensi mereka (Maitre, 1985: 55).
7. Tauhid
konsep ketuhanan islam
1.Makna tauhid
• Secara etimologis tauhid adalah kata dalam bahasa Arab. Dalam tata bahasa Arab kata
tauhid itu termasuk dalam bab taf’il yang susunannya: (wakhada) `menyatukan',
(yuwakhidu) 'akan tetap menyatukan', (taukhidan)' `sungguh disatukan' (Mansur, 1985: 1).
• Sedangkan secara terminologis, tauhid oleh para ulama ahli didefinisikan sebagai
keyakinan akan keesaan Tuhan. Semua pemeluk agama monoteis mengakui dan sependapat
tentang keesaan Tuhan. Pengakuan akan keesaan Tuhan dalam Islam dikenal dengan istilah
tauhid. Dengan demikian tauhid adalah pengakuan akan keesaan Tuhan khas Islami yang
tidak dimiliki agama lain. Pengakuan akan keesaan Tuhan dalam Islam atau tauhid itu
terungkap. dalam kalimat "laa ilaaha illallaah " yang artinya "tidak ada Tuhan melainkan
Allah".
8. • "Laa Ilaaha illalah" sebagai kalimat tauhid adalah termasuk kalimat negatif (manfi),
lawan dari kalimat positif (mutsbat). "La" pada kalimat "laa Ilaaha illallaah" adalah
laa an-naafiyah; li jinsi, yaitu huruf nafyi yang meniadakan segala macam jenis;
dalam hal ini yang ditiadakan adalah segala macams jenis ilah. "Illa" pada kalimat
"laa ilaaha illallaah" adalah huruf istisna atau pengecualian yang mengecualikan
Allah dari segala jenis ilah yang ditiadakan. "Illa" berfungsi mempositifkan (itsbat)
kalimat negatif/ manfi. Dalam tatabahasa Arab itsbat sesudah manfi mempunyai
maksud membatasi dan menguatkan. Dengan demikian kalimat tauhid "laa ilaaha
illallaah " memuat pengertian tiada Tuhan yang benar-benar berhak disebut Tuhan
selain Allah SWT (Ilyas, 1989-34).
9. 2. Tauhid dan Sifat-sifat Allah
• Allah itu bersifat dengan sifat-sifat yang sempurna, dan mustahil bersifat sebaliknya. Para
ulama kemudian menetapkan apa yang disebut (dalam istilah Jawa, red) Aqaid Seket adalah
akidah tentang sifat wajib, mustahil, dan jaiz bagi Allah; dan bagi para Nabi).
• Konsep sifat wajib, mustahil, dan jaiz berangkat dari kenyataan, bahwa untuk membuktikan
eksistensi mayoritas sifat tersebut meskipun terdapat dalil naqli berupa Al-Qur’an dan hadits
yang merupakan sumber akidah, tetap membutuhkan penalaran akal sehat, yang dalam
konteks ini dikenal hukum 'aqli yang ada tiga, yaitu wajib, mustahil, dan jaiz 'aqli. Terlebih
bagi orang yang sama sekali belum percaya terhadap eksistensi Allah sebagai Tuhan maupun
eksistensi para Rasul. Bagaimana mungkin orang bisa menyakini kebenaran Al-Qur’an dan
hadits sebagai dalil eksistensi Allah, sementara ia bahkan belum meyakini eksistensi Allah
sebagai Tuhan dan para Rasul-Nya? Tentu ia tidak menerima Al-Qur’an dan hadits sebagai
dalil pembuktiannya.
10. • Adapun maksud istilah wajib 'aqli adalah segala hal yang menurut akal pasti adanya atau
tidak dapat diterima ketiadaannya; maksud mustahil 'aqli adalah segala hal yang menurut
akal pasti tidak ada atau tidak diterima adanya; sedangkan jaiz 'aqli adalah segala hal yang
menurut akal bisa saja ada maupun tidak, atau diterima ada maupun ketiadaannya. Sifat
gerak dan diam bagi makhluk dapat dijadikan permisalan dalam hal ini.
Ilustrasi wajib, mustahil, dan jaiz 'aqli secara berurutan adalah: (1) akal pasti mengharuskan
salah satu dari diam dan bergerak terjadi pada makhluk, (2) akal tidak akan membenarkan
keduanya secara bersamaan tidak terjadi padanya; dan (3) akal menerima ada dan ketiadaaan
salah satunya dari makhluk. Demikian antara lain dijelaskan Syekh Muhammad as-Sanusi,
dalam Syarh Umm al-Barahain.
11. 3. Tauhid Esensi Islam
Tauhid adalah pesan yang sama yang diterima Nabi Adam AS ketika turun ke bumi. Pesan itu juga diterima Nabi Nuh AS,
Isa AS, Ibrahim AS hingga nabi terakhir Muhammad SAW.
Tauhid (Keesan Tuhan) adalah dasar terbesar dari keyakinan Islam. Bahkan, seseorang akan dianggap Muslim apabila
meyakini tidak ada Tuhan selain Allah dan mengakui Nabi Muhammad SAW adalah rasul utusan Allah SWT.
Ketika Nabi Muhammad SAW ditanyai umatnya tentang Allah SWT, maka Allah SWT menjawabnya dengan
menurunkan surat Al-Ikhlas ayat 1-4: ''Katakanlah, “Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung
kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak melahirkan dan tidak pula dilahirkan; tidak pula ada seorang pun yang setara
dengan-Nya.”
Surat Al-Ikhlas ayat 1-4 menegaskan ketauhidan Allah SWT. Sebagai Pencipta, Allah SWT memiliki sifat yang berbeda
dengan sesuatu yang diciptakannya.
Jika tidak, Pencipta hanya bersifat sementara dan tidak bisa berkuasa atas seluruh ciptaan-nya. Untuk itu, Allah SWT
bersifat abadi dan tidak bergantung pada apa pun. Eksistensi Allah SWT tidak ada habisnya.
12. 4.Tauhid Fitrah Manusia
Menyembah Allah adalah fitrah bawaan seluruh manusia. Allah berfirman, "Maka hadapkanlah
wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut
fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui." [QS [30]: 30]. Seluruh Nabi dan Rasul dan Kitab-Kitab yang diturunkan, semuanya
menyeru pada fitrah manusia, dahulu manusia bersatu di atasnya. "Sesungguhnya ini adalah agama
kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku." (QS al-Anbiya: 92).
Termaktub di dalam Alquran informasi tentang sejarah agama umat manusia, sekaligus meluruskan
anggapan bahwa agama purba yang dianut manusia dahulu kala adalah politeisme, animisme, atau
dinamisme. Allah mengabarkan, seluruh umat manusia pada awalnya berada di atas akidah yang lurus
ini. "Manusia dahulunya hanyalah satu umat." (QS Yunus: 19). Ibnu Katsir terkait ayat ini berkata
bahwa kemusyrikan adalah hal yang baru muncul belakangan (Tafsir Ibnu Katsir). Sahabat Ibnu
Abbas mengatakan, "Antara Adam dan Nuh terdapat jarak 10 abad, semuanya Islam [tauhid]." (Ibnu
Jarir Ath-Thabari dalam Tafsir, 29/99].
13. Seorang peneliti sejarah agama dan misionaris, Don Richardson, menulis dalam bukunya
The Eternity in Their Hearts bahwa 90 persen agama tradisional dunia adalah
monoteisme, tetapi Allah telah menegaskan bahwa 100 persen seluruh agama adalah
tauhid. Setelah banjir besar, ketiga putra Nabi Nuh yang beriman sebagaimana bapaknya,
yaitu Yafith, Sam, dan Ham berpencar dan melahirkan bangsa-bangsa.
Yafith adalah nenek moyang bangsa Eropa hingga Turki, Sedangkan Sam melahirkan
bangsa Ibrani, Persia, Yaman, dan India. Adapun Ham adalah bapak dari bangsa Mesir,
Hijaz, dan Afrika. (Sami bin Abdullah Al Maghluts, Atlas Siratul Anbiya' war Rusul).
Tauhid inilah dakwah utama dan pertama seluruh Nabi dan Rasul sejak Nabi Adam
hingga Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam. Allah berfirman, "Dan sungguhnya
Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat: 'Sembahlah Allah saja, dan jauhilah
Thaghut'." (QS an-Nahl: 36).
69. Pengertian
Nikah berasal dari bahasa Arab “nakaha” yang berarti mengumpulkan, saling memasukkan dan
digunakan untuk arti bersetubuh (wath’i). Nikah merupakan suatu akad yang menghalalkan pergaulan
antara seorang laki-laki dan perempuan yang bukan mukhrim dan menimbulkan hak dan kewajiban
antara keduanya (Suratno, 2016).
Kata nakaha banyak terdapat pada Al-Qur’an dengan arti nikah atau kawin, serperti dalam surat An-
Nisa ayat 22:“Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu terkecuali
pada masa yang lampau. Sesungguhnya perbuatan itu amat keji dan dibenci Allah dan seburuk-
buruknya jalan”.