2. Pengertian Qadariyah
Qadariyah berasal dari bahasa arab, yaitu
qadara yang artinya kemampuan dan kekuatan.
Adapun menurut pengertian terminologi,
qadariyah adalah suatu aliran yang percaya bahwa
segala tindakan manusia diintervensi dari Tuhan.
Aliran berpendapat bahwa tiap-tiap orang adalah
pencipta baagi segala perbuatannyan; ia dapat
berbuat sesuatu atau meninggalkan atas
kehendaknya sendiri.
3. sebutan Qadariyah
diberikan kepada aliran yang berpendapat bahwa qadar
menentukan segala tingkah laku manusia, baik yang bagus
maupun yang jahat. Namun sebutan tersebut telah melekat
pada kaum sunni, yang percaya bahwa manusia mempunyai
kebebasan berkehendak . Menurut Ahmad Amin dalam
Rosihon Anwar, sebutan ini diberikan kepada para pengikut
faham qadar oleh lawan mereka dengan merujuk hadits yang
menimbulkan kesan negatif bagi nama Qadariyah . Hadits
tersebut berbunyi:
artinya: “Kaum Qadariyah adalah majusinya umat ini.
4. Kemunculan aliran Qadariyah
Tentang kapan munculnya faham Qadariyah dalam
Islam, tidak dapat diketahui secara pasti.
Menurut Ahmad Amin seperti dikutip Abuddin Nata,
berpendapat bahwa faham qadariyah pertama sekali
dimunculkan oleh Ma‟bad Al-Jauhani dan Ghailan
Ad-Dimasyqy . Sementara itu Ibnu Nabatah dalam
kitabnya Syarh Al-Uyun, memberi informasi lain
bahwa yang pertama sekali memunculkan faham
qadariyah adalah orang Irak yang semula beragama
Kristen kemudian masuk Islam dan balik lagi ke
agama Kristen.
5. Pemahaman Qadariyah
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa paham
qadariyah telah meletakkan manusia padá posisi
merdeka dalam menentukan tingkah laku dan
kehendaknya. Jika manusia berbuat baik maka hal
itu adalah atas keheñdak dan kemauan sendiri serta
berdasarkan kemerdekaan dan kebebasan memilih
yang ia miliki.
6. Dengan demikian paham qadariyah di samping
berbeda dengan paham tentang sifat Qudrat Allah,
juga berbeda dengan paham takdir yang umumnya
dipahami masyarakat yaitu paham yang
berpendapat bahwa nasib manusia telah
ditentukan terlebih dahulu sejak azali, dan bahwa
manusia dalam perbuatan-perbuatannya hanya
bertindak menurut nasib yang telah ditentukan
oleh Tuhan terhadap dirinya.
7. Dasar ajaran
Sesungguhnya Allah tidak mengubah
keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka mengubah keadaan yang ada
pada diri mereka sendiri. (QS. Ar Ra‟ad[13] :
11)
8.
9. Ditambahi ini (tempatnya setelah slide 3)
Dari orang inilah Ma‟bad al-Juhani dan Ghailan al-
Dimasyqiy mengambil paham Qadariyah. Dapat
dipahami bahwa pengaruh keyakinan masehi-an
mempengaruhi munculnya aliran ini karena pada
masa itu, kaum muslimin bersentuhan langsung
dengan dengan penganut Agama Yahudi dan
Nasrani. Termasuk didalamnya, pada periode ini
muncunya pengaruh penafsiran Israiliyat terhadap
ayat-ayat Al-Qur`an.
10. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, menurut
Harun Nasution, nama qadariyah adalah sebutan bagi
kaum yang mengingkari qadar, yang mendustakan
bahwa segala sesuatu sudah ditakdirkan oleh Allah.
dalam ajarannya, aliran qadariyah sangat menekankan
posisi manusia yang amat menentukan dalam gerak
laku dan perbuatannya. Manusia dinilai mempunyai
kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya sendiri
atau untuk tidak melaksanakan kehendaknya itu.
Dalam menentukan keputusan yang menyangkut
perbuatannya sendiri, manusialah yang menentukan,
tanpa ada campur tangan Tuhan.
11. Penjelasan yang menyatakan bahwa manusia
mempunyai qudrah lebih lanjut dijelaskan oleh „Ali
Musthafha al-Ghurabi antara lain menyatakan
bahwa sesungguhnya Allah telah menciptakan
manusia dan menjadikan baginya kekuatan agar
dapat melaksanakan apa yang dibebankan oleh
Tuhan kepadanya, karena jika Allah memberi beban
kepada manusia, namun Ia tidak memberikan
kekuatan, maka beban itu adalah sia-sia, sedangkan
kesia-siaan itu bagi Allah adalah suatu hal yang tidak
boleh terjadi .
12. Dengan pemahaman seperti ini, kaum Qadariyah
berpendapat bahwa tidak ada alasan yang tepat
untuk menyadarkan segala perbuatan manusia
kepada perbuatan tuhan. Doktrin-doktrin ini
mempunyai tempat pijakan dalam doktrin islam
sendiri. Banyak ayat Al-Qur‟an yang mendukung
pendapat ini diantaranya
13. Dalam surat Fushshilat ayat 40, Allah berfirman:
“Perbuatlah apa yang kamu kehendaki;
Sesungguhnya Dia Maha melihat apa yang kamu
kerjakan”.
Dalam surat al-Kahfi ayat 29, Allah berfirman:
“Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari
Tuhanmu; Maka Barangsiapa yang ingin (beriman)
hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa yang ingin
(kafir) Biarlah ia kafir”.
14. Ditaruh di slide setelah 5
Berdasarkan sejarah, aliran Qadariyah pada
hakikatnya adalah sebagian dari paham Muktazilah,
karena imam-imamnya terdiri dari orang-orang
Muktazilah. Akan tetapi paham ini dibicarakan
dalam suatu bagian tersendiri karena sepanjang
sejarahnya persoalan Qadariyah ini merupakan
suatu persoalan besar, yang pembahasannya
terdapat dalam berbagai literatur sejarah Ilmu
Kalam.
15.
16. Ditaruh slide terakhir
Dengan demikian dapat diketahui bahwa Aliran
Qadariyah merupakan paham masehi-an tetapi
setelah dipungut oleh penganut Agama Islam, tegas
Ma‟bad al-Juhani serta pengikut dan tokoh-
tokohnya . Lalu dicarikan pembenaran didalam kitab
suci al-Qur`an. Padahal Al-Qur`an berlepas diri dari
penyimpangan itu. Dengan demikian faham
qadariyah memiliki dasar yang kuat dalam Islam,
dan tidaklah beralasan jika ada sebagian orang
menilai faham ini sesat atau keluar dari Islam.