PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
Sejarah dan filsafat, filsafat pendidikan
1. Pengertian Filsafat
Istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani : ”philosophia”. Seiring perkembangan
jaman akhirnya dikenal juga dalam berbagai bahasa, seperti : ”philosophic” dalam
kebudayaan bangsa Jerman, Belanda, dan Perancis; “philosophy” dalam bahasa
Inggris; “philosophia” dalam bahasa Latin; dan “falsafah” dalam bahasa Arab.
Para filsuf memberi batasan yang berbeda-beda mengenai filsafat, namun batasan
yang berbeda itu tidak mendasar. Selanjutnya batasan filsafat dapat ditinjau dari dua
segi yaitu secara etimologi dan secara terminologi.
Secara etimologi, istilah filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu falsafah atau juga
dari bahasa Yunani yaitu philosophia – philien : cinta dan sophia : kebijaksanaan. Jadi
bisa dipahami bahwa filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Dan seorang filsuf adalah
pencari kebijaksanaan, pecinta kebijaksanaan dalam arti hakikat.
Pengertian filsafat secara terminologi sangat beragam. Para filsuf merumuskan
pengertian filsafat sesuai dengan kecenderungan pemikiran kefilsafatan yang
dimilikinya. Seorang Plato mengatakan bahwa : Filsafat adalah pengetahuan yang
berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli. Sedangkan muridnya
Aristoteles berpendapat kalau filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) yang meliputi
kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika,
ekonomi, politik, dan estetika. Lain halnya dengan Al Farabi yang berpendapat bahwa
filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) tentang alam maujud bagaimana hakikat yang
sebenarnya. Berikut ini disajikan beberapa pengertian Filsafat menurut beberapa para
ahli:
* Plato ( 428 -348 SM ) : Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada.
* Aristoteles ( (384 – 322 SM) : Bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab
dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas
penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu.
* Cicero ( (106 – 43 SM ) : filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni “( the mother
of all the arts“ ia juga mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan )
* Johann Gotlich Fickte (1762-1814 ) : filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari
ilmu-ilmu , yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan
sesuatu bidang atau jenis kenyataan. Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan
seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.
* Paul Nartorp (1854 – 1924 ) : filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar hendak
menentukan kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar akhir yang
sama, yang memikul sekaliannya .
* Imanuel Kant ( 1724 – 1804 ) : Filsafat adalah ilmu pengetahuan yange menjadi
pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat
persoalan.
2. Kata sejarah berasal dari bahasa Arab, yaitu syajaratun yang berarti pohon, artinya
sebuah pohon yang terus berkembang dari tingkat yang sederhana ke tingkat yang
lebih kompleks atau lebih maju.
Dalam bahasa Inggris, kata sejarah (history) berarti masa lampau umat manusia.
Dalam bahasa Jerman, kata sejarah (geschicht) berarti sesuatu yang telah terjadi.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang ditulis oleh W.J.S. Poerwadaraminta
menyebutkan bahwa sejarah mengandung tiga pengertian sebagai berikut:
· Sejarah berarti silsilah atau asal usul.
· Sejarah berarti kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa
lampau.
· Sejarah berarti ilmu, pengetahuan, cerita pelajaran tentang kejadian atau
peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau.
Beberapa pengertian sejarah yang dikemukakan oleh para ahli adalah sebagai berikut.
· J.V. Bryce, Sejarah adalah catatan dari apa yang telah dipikirkan, dikatakan,
dan diperbuat oleh manusia.
· W.H. Walsh, Sejarah itu menitikberatkan pada pencatatan yang berarti dan
penting saja bagi manusia. Catatan itu meliputi tindakan-tindakan dan
pengalaman-pengalaman manusia di masa lampau pada hal-hal yang penting
sehingga merupakan cerita yang berarti.
· Patrick Gardiner, Sejarah adalah ilmu yang mempelajari apa yang telah
diperbuat oleh manusia.
· Roeslan Abdulgani, Ilmu sejarah adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan
yang meneliti dan menyelidiki secara sistematis keseluruhan perkembangan
masyarakat serta kemanusiaan di masa lampau beserta kejadian-kejadian
dengan maksud untuk kemudian menilai secara kritis seluruh hasil
penelitiannya tersebut, untuk selanjutnya dijadikan perbendaharaan pedoman
bagi penilaian dan penentuan keadaan sekarang serta arah proses masa depan.
· Moh. Yamin, Sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang disusun atas hasil
penyelidikan beberapa peristiwa yang dapat dibuktikan dengan bahan
kenyataan.
· Ibnu Khaldun (1332-1406), Sejarah didefinisikan sebagai catatan tentang
masyarakat umum manusia atau peradaban manusia yang terjadi pada
watak/sifat masyarakat itu.
· Moh. Ali, dalam bukunya Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia, mempertegas
pengertian sejarah sebagai berikut:
· jumlah perubahan-perubahan, kejadian atau peristiwa dalam
kenyataan di sekitar kita.
· cerita tentang perubahan-perubahan, kejadian, atau peristiwa
dalam kenyataan di sekitar kita.
· ilmu yang bertugas menyelidiki perubahan-perubahan, kejadian,
dan atau peristiwa dalam kenyataan di sekitar kita.
Dari beberapa uraian di atas dibuat kesimpulan sederhana bahwa sejarah adalah suatu
ilmu pengetahuan yang mempelajari segala peristiwa atau kejadian yang telah terjadi
pada masa lampau dalam kehidupan umat manusia. Dalam kehidupan manusia,
peristiwa sejarah merupakan suatu peristiwa yang abadi, unik, dan penting.
3. · Peristiwa yang abadi; peristiwa sejarah tidak berubah-ubah dan tetap dikenang
sepanjang masa.
· Peristiwa yang unik; peristiwa sejarah hanya terjadi satu kali dan tidak pernah
terulang persis sama untuk kedua kalinya.
· Peristiwa yang penting; peristiwa sejarah mempunyai arti dalam menentukan
kehidupan orang banyak.
Perkataan Sejarah (History) yang kita gunakan pada masa kini berpunca
daripada perkataan Arab iaitu Syajaratun yang bermaksud Pohon. Dari sudut lain
pula, istilah history merupakan terjemahan dari perkataan Yunani yakni Histories
yang membawa makna satu penyelidikan ataupun pengkajian.
[1] Mengikut pandangan "Bapa Sejarah" Herodotus, Sejarah ialah satu kajian untuk
menceritakan satu kitaran jatuh bangunnya seseorang tokoh, masyarakat dan
peradaban.[2] Mengikut definisi yang diberikan oleh Aristotle, bahawa Sejarah
merupakan satu sistem yang mengira kejadian semulajadi dan tersusun dalam bentuk
kronologi. Pada masa yang sama, menurut beliau juga Sejarah adalah peristiwa-peristiwa
masa lalu yang mempunyai catatan, rekod-rekod atau bukti-bukti yang
kukuh.
Menurut R. G. Collingwood, Sejarah ialah sejenis bentuk penyelidikan atau
suatu penyiasatan tentang perkara-perkara yang telah dilakukan oleh manusia pada
masa lampau.[3] Manakala Shefer pula berpendapat bahawa Sejarah adalah peristiwa
yang telah lepas dan benar-benar berlaku.[4] Sementara itu, Drs. Sidi Gazalba cuba
menggambarkan sejarah sebagai masa lampau manusia dan persekitarannya yang
disusun secara ilmiah dan lengkap meliputi urutan fakta masa tersebut dengan
tafsiran dan penjelasan yang memberi pengertian dan kefahaman tentang apa yang
berlaku.[5] Sebagai usaha susulan dalam memahami sejarah, Kamus Dewan Bahasa
dan Pustaka telah memberikan Sejarah sebagai asal-usul, keturunan, salasilah,
peristiwa yang benar-benar berlaku pada waktu yang lampau, kisah, riwayat, tambo,
tawarikh dan kajian atau pengetahuan mengenai peristiwa yang telah berlaku.[6]
Sejarah dalam erti kata lain digunakan untuk mengetahui masa lampau
berdasarkan fakta-fakta dan bukti-bukti yang sahih bagi membolehkan manusia
memperkayakan pengetahuan supaya waktu sekarang dan akan datang menjadi lebih
cerah. Dengan itu akan timbul sikap waspada (awareness) dalam diri semua kelompok
masyarakat kerana melalui pembelajaran Sejarah, ia dapat membentuk sikap tersebut
terhadap permasalahan yang dihadapi agar peristiwa-peristiwa yang berlaku pada
masa lampau dapat dijadikan pengajaran yang berguna. Pengertian Sejarah boleh
dilihat dari tiga dimensi iaitu epistomologi (kata akar), metodologi (kaedah sesuatu
sejarah itu dipaparkan) dan filsafat atau pemikiran peristiwa lalu yang dianalisa
secara teliti untuk menentukan sama ada ia benar atau tidak.[7]
Sejarah Berulang
Sejarah Berulang (Repeating History) boleh diertikan sebagai satu keadaan di mana
peristiwa-peristiwa sejarah yang pernah berlak pada suatu masa dahulu boleh berlaku
pula pada masa-masa yang berlainan, iaitu pada masa sezaman mahupun pada masa
yang akan datang. Ini kerana sejarah itu dianggap sebagai suatu gejala yang berulang-ulang
yakni sesuatu peristiwa itu berlaku berulang kali di dalam satu proses kitaran
yang saling berkaitan serta silih berganti.
4. Proses kitaran yang dimaksudkan itu mempunyai kaitan yang rapat dengan
kemunculan sesebuah negara yang mempunyai suatu titik kelahiran. Kemudian
meningkat maju sehingga mencapai kejayaan dan seterusnya apabila tiba suatu
tempoh masa ia akan mengalami kemerosotan atau keruntuhan. Maka dengan itu,
dipercayai kitaran ini akan sentiasa berulang-ulang dari satu tempoh masa ke satu
tempoh masa yang lain mengikut perkembangan politik sesuatu negara.[8]
Namun demikian, persoalan yang dibangkitkan sekarang adalah, benarkah
sejarah itu memang berulang secara keseluruhannya? Bagi menyelesaikan persoalan
ini, perlulah kita meneliti beberapa contoh yang berkaitan dengan Sejarah berulang.
Salah satu contoh yang kukuh adalah kebangkitan dan seterusnya keruntuhan
kerajaan Marxist Rusia. Sebelum tahun 1870, Rusia memang berada dalam era
keruntuhan. Keruntuhan itu berpunca dari ketidakseimbangan dalam politik Rusia dan
juga ketandusan pemimpin yang cekap. Namun demikian Rusia adalah sebuah
negara yang terbesar di dunia (dengan keluasan lebih kurang 22402000 km/persegi =
8649000 batu/persegi).[9] Walau bagaimanapun Rusia mula muncul sebagai sebuah
kerajaan Marxist yang berwibawa selepas revolusi tahun 1917. Dengan usaha
pemimpin-pemimpin mereka seperti Lenin (1870-1924) dan Stalin (1879-1953),
Rusia telah berupaya menjadi kuasa besar selepas Perang Dunia Kedua (1945). Taraf
seperti ini dapat dikekalnya sehingga bahagian pertama dekad 1980-an. Mulai
pertengahan dekad tersebut, Rusia nampaknya tidak dapat bertahan lagi. Ia mula
menghadapi krisis ekonomi yang sangat meruncing. Pemimpinnya pada ketika itu,
iaitu Mikhail Gorbachov memperkenalkan satu dasar yang dikenali sebagai Glasnost,
yang bertujuan memperbaiki keadaan ekonomi melalui beberapa pembaharuan dasar
ekonomi. Namun gerakan itu tidak menghasilkan kejayaan. Sementara itu, gerakan
politik dan ekonomi yang bertujuan menghancurkan struktur dan ideologi Marxist di
negara itu, yang pada mulanya tidaklah menonjol, telah menapakkan kecergasannya
menjelang hujung dekad tersebut. Akhirnya, pada tahun 1990, bubarlah atau
hancurlah secara rasmi Kesatuan Republik Soviet Rusia. Selepas itu yang tinggal
ialah Rusia dan gabungan beberapa republik merdeka yang dahulunya merupakan
sebahagian daripada kesatuan tersebut. Kini Rusia sedang berusaha untuk hidup dan
mengamalkan sistem demokrasi Barat serta unsru-unsurnya yang berkaitan. Dalam
pada itu, kejayaan pihak demokrasi itu belumlah betul-betul kukuh kerana menjelang
pertengahan dekat 1990-an ini pihak komunis telah menampakkan pula kebangkitan
semula mereka.
Melihat kepada contoh tersebut, jelaslah kepada kita bahawa proses kitaran
yang silih berganti memang wujud dalam negara Rusia di mana terdapatnya titik
kelahiran, perkembangan dan keruntuhan di dalam pimpinan negara tersebut.
Walhalnya adakah sejarah itu berulang? Memang tidak, ini kerana daripada contoh
tersebut, kita dapati sejarah hanya berulang dari segi falsafah ataupun, fenomena
sahaja, tetapi tidak berulang secara khusus pada zaman, waktu, tempat, pemimpin
atau or ang yang sama. Malah pernyataan ini juga disokong oleh sejarahwan,
misalnya Leopold Von Ranke sendiri mengakui bahawa setiap peristiwa sejarah itu
adalah unik dalam erti kata lain sejarah hanya berlaku sekali sahaja pada suatu waktu
yang tertentu dan dengan hal yang demikian tidaklah ada satu peristiwa sejarah pun
mempunyai persamaan yang tepat dengan satu peristiwa sejarah yang lain walaupun
nampak seakan-akan sama.[10]
Satu lagi contoh yang boleh membuktikan bahawa sejarah itu tidak berulang
dapat dikaji di dalam Malaysia sendiri iaitu Sejarah Perkembangan Pasukan
5. Bolasepak Malaysia di dalam Kejohanan Pesta Bola Merdeka yang berlangsung di
Stadium Merdeka. (Analisa dilakukan dari tahun 1986 hingga 1994).
Menjelang tahun 1986, prestasi pasukan bolasepak Malaysia mula
menampakkan peningkatan seolah-olah pasukan negara berada di ambang kejayaan.
Kenyataan ini diperkukuhkan lagi apabila pasukan negara di bawah pengurusan
Dato’ Harun Idris telah berjaya menjadi juara Pesta Bola Merdeka yang diadakan di
Stadium Merdeka dari 18 hingga 25 Oktober, 1986 dengan menewaskan pasukan
Czechoslovakia (3 berbalas 0). Kejayaan tersebut membolehkan pasukan negara
mendapat “lampu hijau” untuk mengambil bahagian dalam Sukan Asia di Seoul tidak
lama kemudian.[11] Pada masa yang sama, kejayaan tersebut benar-benar
membanggakan seluruh rakyat rakyat Malaysia dan menjadi sejarah bagi negara.
Walau bagaimanapun, selepas tahun 1986, pencapaian pasukan negara mula
menampakkan kemerosotan, terutamanya di dalam kejohanan Pesta Bola Merdeka,
sehinggakan pasukan negara terkeluar di pusingan awal lagi di dalam kejohanan-kejohanan
seterusnya dan pada tahun 1988, pasukan Malaysia telah kecundang di
tangan Korea Selatan (0-1) di dalam perlawanan pembukaan. Senario ini telah
menyebabkan pasukan Malaysia di kritik dan di cemuh habis-habisan oleh pihak
media mahupun rakyat Malaysia sendiri. Boleh dikatakan selepas tahun 1989
bolasepak Malaysia mengalami detik hitam dan seolah-olah mula mengalami
keruntuhan.
Melibatkan keadaan ini, pihak Persatuan Bolasepak Malaysia (FAM) telah
berjaya merombak kembali pimpinan persatuan tersebut. Pimpinan baru tersebut
telah berjaya mengatur program-program bolasepak yang baru, kem-kem bolasepak
yang lebih baik serta kempen-kempen bolasepak yang berkualiti bagi mencungkil
bakat-bakat baru dalam arena bolasepak negara. Selain itu (FAM) juga berjaya
membawa masuk pakar-pakar bolasepak barat termasuk jurulatih, psikologi, teknikal
dan sebagainya bagi meningkatkan kembali imej bolasepak negara. Oleh itu,
menjelang tahun 1992, bolasepak negara berada di ambang kelahiran. Justeru itu,
dalam mengembalikan imej serta maruah bolasepak, pada tahun 1993, pasukan
Malaysia sekali lagi menyertai kejohanan Pesta Bola Merdeka yang berlangsung di
Stadium Merdeka dari 7 hingga 14 Jun 1993, di bawah pengurusan Tan Sri Elyas
Omar. Hasilnya, pasukan negara yang dibarisi pemain-pemain baru itu telah berjaya
menjulang kembali kejuaraan Pesta Bola Merdeka dengan menewaskan pasukan
Korea Selatan dalam perlawanan akhir dengan jaringan 3 berbalas 1. Kejayaan ini
telah membukti bahawa bolasepak negara mula berada di ambang kejayaan selepas
kebangkitan mereka sejak dari tahun 1992. Walau bagaimanapun, selepas tahun 1994,
bolasepak negara mengalami keruntuhan semula.
Kejayaan bolasepak negara pada tahun 1986 dan 1993 merupakan satu
sejarah yang tidak boleh dilupakan oleh rakyat Malaysia sehingga hari ini. Di sini kita
dapati sejarah itu seolah-olah berulang kembali, iaitu kejayaan Malaysia pada tahun
1986 telah diulang kembali pada tahun 1993. Adakah dengan itu kita boleh
mengatakan sejarah berulang sepenuhnya.
Jawapannya, memang terbukti tidak, sejarah tidak berulang sepenuhnya
walaupun kejayaan 1986 diulang kembali pada tahun 1993. Kalau dilihat secara
tajam, waktu penganjuran pertandingan, pengurusan serta pemain pasukan dan jumlah
jaringan pertandingan akhir yang membawa kejayaan kepada pasukan negara pada
tahun 1993 memang berbeza dengan waktu penganjuran pertandingan, pengurusan
serta pemain pasukan dan jumlah jaringan pada perlawanan akhir pada tahun 1986.
6. Tetapi satu perkara yang lebih jelas kepada kita ialah, dalam tempoh masa 7 tahun
tersebut, berlaku proses kitaran yang silih berganti dalam bolasepak negara iaitu
berlaku pengulangan proses umum ataupun keadaan umum seperti kelahiran ataupun
kewujudan, perkembangan serta kejayaan dan akhirnya keruntuhan. Proses kitaran ini
juga menunjukkan bahawa hidup bolasepak Malaysia sentiasa beredar di dalam satu
pusingan yang tidak putus-putus di mana ia bermula, berkembang maju dan
kemudian runtuh dan selepas itu bermula semula dengan satu sistem pimpinan yang
baru. Namun apa yang jelas adalah proses kitaran itu akan sentiasa berterusan.
Kepentingan Sejarah Berulang Mengikut
Pandangan Masyarakat Yunani
Masyarakat Yunani mempercayai bahawa sesuatu peristiwa yang berlaku pada suatu
masa dahulu boleh berlaku kembali dalam tempoh masa berlainan dan ianya sukar
diagak. Walau bagaimanapun peristiwa-peristiwa yang berlaku dianggap oleh mereka
mampu memberikan pengajaran kepada mereka untuk berwaspada pada masa-masa
yang akan datang serta untuk mencari langkah untuk mengelak sesuatu peristiwa
yang tidak diingini. Selain itu sejarah juga dianggap oleh mereka sebagai satu
petunjuk dalam mengharungi kehidupan yang penuh dengan dugaan, cabaran dan
halangan. Pada masa yang sama, sejarah itu juga merupakan satu falsafah yang
memberikan pengajaran melalui contoh-contoh. Sebenarnya peristiwa yang berulang-ulang
itu menunjukkan kepada mereka tentang tingkah laku serta pembuatan mereka
pada masa yang telah lalu dan juga perbuatan orang-orang yang terdahulu daripada
mereka.
Kesimpulan
Keseluruhannya, jelaslah bahawa sejarah itu tidak berulang walaupun sesetengah
golongan berpendapat bahawa sejarah itu berulang. Ini kerana sejarah itu memiliki
fakta yang lengkap dengan masa dan tarikh sesuatu peristiwa itu terjadi. Walaupun
proses kitaran yang silih berganti itu wujud (kelahiran, perkembangan atau kejayaan
dan keruntuhan) namun agak sukar bagi kita untuk melihat sesuatu fakta yang sama
muncul pada zaman akan datang di mana tarikh, objek dan tempatnya adalah sama.
Oleh itu, sekali lagi saya tekankan di sini bahawa sejarah hanya berulang dari segi
falsafah atau fenomena yang mampu memberikan pengajaran, tunjuk ajar serta
pengetahuan kepada masyarakat tetapi tidak berulang secara khusus pada zaman,
waktu, tempat, pemimpin ataupun orang yang sama.
Definisi Sejarah Dan Keterangannya
Sejarah, dalam bahasa Indonesia dapat berarti riwayat kejadian masa lampau yang
benar-benar terjadi atau riwayat asal usul keturunan (terutama untuk raja-raja yang
memerintah).
Umumnya sejarah atau ilmu sejarah diartikan sebagai informasi mengenai kejadian
yang sudah lampau. Sebagai cabang ilmu pengetahuan, mempelajari sejarah berarti
mempelajari dan menerjemahkan informasi dari catatan-catatan yang dibuat oleh
orang perorang, keluarga, dan komunitas. Pengetahuan akan sejarah melingkupi:
7. pengetahuan akan kejadian-kejadian yang sudah lampau serta pengetahuan akan cara
berpikir secara historis.
Dahulu, pembelajaran mengenai sejarah dikategorikan sebagai bagian dari Ilmu
budaya (Humaniora). Akan tetapi, di saat sekarang ini, Sejarah lebih sering
dikategorikan sebagai Ilmu sosial, terutama bila menyangkut perunutan sejarah secara
kronologis.
Ilmu sejarah mempelajari berbagai kejadian yang berhubungan dengan kemanusiaan
di masa lalu. Sejarah dibagi ke dalam beberapa sub dan bagian khusus lainnya seperti
kronologi, historiograf, genealogi, paleografi, dan kliometrik. Orang yang
mengkhususkan diri mempelajari sejarah disebut sejarawan.
Ilmu sejarah juga disebut sebagai Ilmu tarikh atau Ilmu babad.
Karena lingkup sejarah sangat besar, perlu klasifikasi yang baik untuk memudahkan
penelitian. Bila beberapa penulis, seperti H. G. Wells, Will dan Ariel Durant, menulis
sejarah dalam lingkup umum, kebanyakan ahli sejarah memiliki keahlian dan
spesialisasi masing-masing.
Ada banyak cara untuk memilah informasi sejarah, misalnya:
Berdasarkan kurun waktu (kronologis)
Berdasarkan wilayah (geografis)
Berdasarkan negara (nasional)
Berdasarkan kelompok suku bangsa (etnis)
Berdasarkan topik/pokok bahasan (topikal)
Banyak orang yang mengkritik Ilmu Sejarah. Menurut mereka sejarah sering kali
terlalu terpaku pada kejadian-kejadian politik, konflik bersenjata, dan orang-orang
terkenal. Sejarah, menurut mereka, kurang memperhatikan perubahan penting dalam
hal pemikiran manusia, teknologi, serta kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat —
hal-hal yang sangat penting untuk diketahui pula. Akan tetapi, perkembangan Ilmu
Sejarah sekarang ini semakin berusaha untuk memperbaikinya.
Ahli sejarah mendapatkan informasi mengenai masa lampau dari berbagai sumber,
seperti catatan yang ditulis atau dicetak, mata uang atau benda bersejarah lainnya,
bangunan dan monumen, serta dari wawancara (yang sering disebut sebagai “sejarah
penceritaan”, atau oral history dalam bahasa Inggris). Untuk sejarah moderen,
sumber-sumber utama informasi sejarah adalah: foto, gambar bergerak (misalnya:
film layar lebar), audio, dan rekaman video. Tidak semua sumber-sumber ini dapat
digunakan untuk penelitian sejarah, karena tergantung pada periodeyang hendak
diteliti atau dipelajari. Penelitian sejarah juga bergantung pada historiografi, atau cara
pandang sejarah, yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Ada banyak alasan mengapa orang menyimpan dan menjaga catatan sejarah,
termasuk: alasan administratif (misalnya: keperluan sensus, catatan pajak, dan catatan
perdagangan), alasan politis (guna memberi pujian atau kritik pada pemimpin negara,
politikus, atau orang-orang penting), alasan keagamaan, kesenian, pencapaian olah
raga (misalnya: rekor Olimpiade), catatan keturunan (genealogi), catatan pribadi
(misalnya surat-menyurat), dan hiburan.
Dulu, penelitian tentang sejarah terbatas pada penelitian atas catatan tertulis atau
sejarah yang diceritakan. Akan tetapi, seiring dengan peningkatan jumlah akademik
8. profesional serta pembentukan cabang ilmu pengetahuan yang baru sekitar abad ke-19
dan 20, terdapat pula informasi sejarah baru. Arkeologi, antropologi, dan cabang-cabang
ilmu sosial lainnya terus memberikan informasi yang baru, serta menawarkan
teori-teori baru tentang sejarah manusia. Banyak ahli sejarah yang bertanya: apakah
cabang-cabang ilmu pengetahuan ini termasuk dalam ilmu sejarah, karena penelitian
yang dilakukan tidak semata-mata atas catatan tertulis? Sebuah istilah baru, yaitu
prasejarah, dikemukakan. Istilah “pra-sejarah” digunakan untuk mengelompokkan
cabang ilmu pengetahuan yang meneliti periode sebelum ditemukannya catatan
sejarah tertulis.
Pada abad ke-20, pemisahan antara sejarah dan pra-sejarah mempersulit penelitian.
Ahli sejarah waktu itu mencoba meneliti lebih dar sekadar narasi sejarah politik yang
biasa mereka gunakan. Mereka mencoba meneliti menggunakan pendekatan baru,
seperti pendekatan sejarah ekonomi, sosial, dan budaya. Semuanya membutuhkan
bermacam-macam sumber. Di samping itu, ahli pra-sejarah seperti Vere Gordon
Childe menggunakan arkeologi untuk menjelaskan banyak kejadian-kejadian penting
di tempat-tempat yang biasanya termasuk dalam lingkup sejarah (dan bukan pra-sejarah
murni). Pemisahan seperti ini juga dikritik karena mengesampingkan beberapa
peradaban, seperti yang ditemukan di Afrika Sub-Sahara dan di Amerika sebelum
kedatangan Columbus.
Akhirnya, secara perlahan-lahan selama beberapa dekade belakangan ini, pemisahan
antara sejarah dan prasejarah sebagian besar telah dihilangkan.
Sekarang, tidak ada yang tahu pasti kapan sejarah dimulai. Secara umum sejarah
diketahui sebagai ilmu yang mempelajari apa saja yang diketahui tentang masa lalu
umat manusia (walau sudah hampir tidak ada pemisahan antara sejarah dan pra-sejarah,
ada bidang ilmu pengetahuan baru yang dikenal dengan Sejarah Besar). Kini
sumber-sumber apa saja yang dapat digunakan untuk mengetahui tentang sesuatu
yang terjadi di masa lampau (misalnya: sejarah penceritaan, linguistik, genetika, dan
lain-lain), diterima sebagai sumber yang sah oleh kebanyakan ahli sejarah.
Kata “sejarah” secara harafiah berasal dari kata Arab ( شجرة : šajaratun) yang artinya
pohon. Dalam bahasa Arab sendiri sejarah disebut تاريخ (tarikh). Kata “tarikh” dalam
bahasa Indonesia artinya kurang lebih adalah “waktu”.
Historiografi adalah adalah ilmu yang meneliti dan mengurai informasi sejarah
berdasarkan sistem kepercayaan dan filsafat. Walau tentunya terdapat beberapa bias
(pendapat subjektif) yang hakiki dalam semua penelitian yang bersifat historis (salah
satu yang paling besar di antaranya adalah subjektivitas nasional), sejarah dapat
dipelajari dari sudut pandang ideologis, misalnya: historiografi Marxisme.
Ada pula satu bentuk pengandaian sejarah (spekulasi mengenai sejarah) yang dikenal
dengan sebutan “sejarah virtual” atau “sejarah kontra-faktual” (yaitu: cerita sejarah
yang berlawanan — atau kontra — dengan fakta yang ada). Ada beberapa ahli sejarah
yang menggunakan cara ini untuk mempelajari dan menjelajahi kemungkinan-kemungkinan
yang ada apabila suatu kejadian tidak berlangsung atau malah
sebaliknya berlangsung. Hal ini mirip dengan jenis cerita fiksi sejarah alternatif.
Ahli-ahli sejarah terkemuka yang membantu mengembangkan metode kajian sejarah
antara lain: Leopold von Ranke, Lewis Bernstein Namier, Geoffrey Rudolf Elton, G.
M. Trevelyan, dan A. J. P. Taylor. Pada tahun 1960an, para ahli sejarah mulai
meninggalkan narasi sejarah yang bersifat epik nasionalistik, dan memilih
menggunakan narasi kronologis yang lebih realistik.
9. Ahli sejarah dari Perancis memperkenalkan metode sejarah kuantitatif. Metode ini
menggunakan sejumlah besar data dan informasi untuk menelusuri kehidupan orang-orang
dalam sejarah.
Ahli sejarah dari Amerika, terutama mereka yang terilhami zaman gerakan hak asasi
dan sipil, berusaha untuk lebih mengikutsertakan kelompok-kelompok etnis, suku,
ras, serta kelompok sosial dan ekonomi dalam kajian sejarahnya.
Dalam beberapa tahun kebelakangan ini, ilmuwan posmodernisme dengan keras
mempertanyakan keabsahan dan perlu tidaknya dilakukan kajian sejarah. Menurut
mereka, sejarah semata-mata hanyalah interpretasi pribadi dan subjektif atas sumber-sumber
sejarah yang ada. Dalam bukunya yang berjudul In Defense of History (terj:
Pembelaan akan Sejarah), Richard J. Evans, seorang profesor bidang sejarah moderen
dari Univeritas Cambridge di Inggris, membela pentingnya pengkajian sejarah untuk
masyarakat.
Sejarah adalah topik ilmu pengetahuan yang sangat menarik. Tak hanya itu, sejarah
juga mengajarkan hal-hal yang sangat penting, terutama mengenai: keberhasilan dan
kegagalan dari para pemimpin kita, sistem perekonomian yang pernah ada, bentuk-bentuk
pemerintahan, dan hal-hal penting lainnya dalam kehidupan manusia
sepanjang sejarah. Dari sejarah, kita dapat mempelajari apa saja yang mempengaruhi
kemajuan dan kejatuhan sebuah negara atau sebuah peradaban. Kita juga dapat
mempelajari latar belakang alasan kegiatan politik, pengaruh dari filsafat sosial, serta
sudut pandang budaya dan teknologi yang bermacam-macam, sepanjang zaman.
Salah satu kutipan yang paling terkenal mengenai sejarah dan pentingnya kita belajar
mengenai sejarah ditulis oleh seorang filsuf dari Spanyol, George Santayana.
Katanya: “Mereka yang tidak mengenal masa lalunya, dikutuk untuk
mengulanginya.”
Filsuf dari Jerman, Georg Wilhelm Friedrich Hegel mengemukakan dalam
pemikirannya tentang sejarah: “Inilah yang diajarkan oleh sejarah dan pengalaman:
bahwa manusia dan pemerintahan tidak pernah belajar apa pun dari sejarah atau
prinsip-prinsip yang didapat darinya.” Kalimat ini diulang kembali oleh negarawan
dari Inggris Raya, Winston Churchill, katanya: “Satu-satunya hal yang kita pelajari
dari sejarah adalah bahwa kita tidak benar-benar belajar darinya.”
Winston Churchill, yang juga mantan jurnalis dan seorang penulis memoar yang
berpengaruh, pernah pula berkata “Sejarah akan baik padaku, karena aku akan
menulisnya.” Tetapi sepertinya, ia bukan secara literal merujuk pada karya tulisnya,
tetapi sekadar mengulang sebuah kutipan mengenai filsafat sejarah yang terkenal:
“Sejarah ditulis oleh sang pemenang.” Maksudnya, seringkali pemenang sebuah
konflik kemanusiaan menjadi lebih berkuasa dari taklukannya. Oleh karena itu, ia
lebih mampu untuk meninggalkan jejak sejarah — dan pemelesetan fakta sejarah —
sesuai dengan apa yang mereka rasa benar.
Pandangan yang lain lagi menyatakan bahwa kekuatan sejarah sangatlah besar
sehingga tidak mungkin dapat diubah oleh usaha manusia. Atau, walaupun mungkin
ada yang dapat mengubah jalannya sejarah, orang-orang yang berkuasa biasanya
terlalu dipusingkan oleh masalahnya sendiri sehingga gagal melihat gambaran secara
keseluruhan.
Masih ada pandangan lain lagi yang menyatakan bahwa sejarah tidak pernah
berulang, karena setiap kejadian sejarah adalah unik. Dalam hal ini, ada banyak faktor
yang menyebabkan berlangsungnya suatu kejadian sejarah; tidak mungkin seluruh
faktor ini muncul dan terulang lagi. Maka, pengetahuan yang telah dimiliki mengenai
suatu kejadian di masa lampau tidak dapat secara sempurna diterapkan untuk kejadian
10. di masa sekarang. Tetapi banyak yang menganggap bahwa pandangan ini tidak
sepenuhnya benar, karena pelajaran sejarah tetap dapat dan harus diambil dari setiap
kejadian sejarah. Apabila sebuah kesimpulan umum dapat dengan seksama diambil
dari kejadian ini, maka kesimpulan ini dapat menjadi pelajaran yang penting.
Misalnya: kinerja respon darurat bencana alam dapat terus dan harus ditingkatkan;
walaupun setiap kejadian bencana alam memang, dengan sendirinya, unik.
I. FILOSOFIS PENDIDIKAN
1. PENGERTIAN FILSAFAT
Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar
mcngenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang
sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi
yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
Ciri-ciri berfikir filosfi :
· Berfikir dengan menggunakan disiplin berpikir yang tinggi.
· Berfikir secara sistematis.
· Menyusun suatu skema konsepsi, dan
· Menyeluruh.
Empat persoalan yang ingin dipecahkan oleh filsafat ialah :
· Apakah sebenarnya hakikat hidup itu? Pertanyaan ini dipelajari oleh Metafisika
· Apakah yang dapat saya ketahui? Permasalahan ini dikupas oleh Epistemologi.
· Apakah manusia itu? Masalah ini dibahas olen Atropologi Filsafat.
Beberapa ajaran filsafat yang telah mengisi dan tersimpan dalam khasanah ilmu adalah:
· Materialisme, yang berpendapat bahwa kenyatan yang sebenarnya adalah alam semesta
badaniah. Aliran ini tidak mengakui adanya kenyataan spiritual. Aliran materialisme memiliki
dua variasi yaitu materialisme dialektik dan materialisme humanistis.
· Idealisme yang berpendapat bahwa hakikat kenyataan dunia adalah ide yang sifatnya
rohani atau intelegesi. Variasi aliran ini adalah idealisme subjektif dan idealisme objektif.
· Realisme. Aliran ini berpendapat bahwa dunia batin/rohani dan dunia materi murupakan
hakitat yang asli dan abadi.
· Pragmatisme merupakan aliran paham dalam filsafat yang tidak bersikap mutlak (absolut)
tidak doktriner tetapi relatif tergantung kepada kemampuan minusia.
Manfaat filsafat dalam kehidupan adalah :
· Sebagai dasar dalam bertindak.
11. · Sebagai dasar dalam mengambil keputusan.
· Untuk mengurangi salah paham dan konflik.
· Untuk bersiap siaga menghadapi situasi dunia yang selalu berubah.
2. FILSAFAT PENDIDIKAN
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi
fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi
dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan
bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna
mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi
mengenai masalah-masalah pendidikan.
Beberapa aliran filsafat pendidikan;
· Filsafat pendidikan progresivisme. yang didukung oleh filsafat pragmatisme.
· Filsafat pendidikan esensialisme. yang didukung oleh idealisme dan realisme; dan
· Filsafat pendidikan perenialisme yang didukung oleh idealisme.
Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang umum. Pengalaman menurut progresivisme
bersifat dinamis dan temporal; menyala. tidak pernah sampai pada yang paling ekstrem, serta
pluralistis. Menurut progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman
baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam kehudayaan. Belajar berfungsi
untuk :mempertinggi taraf kehidupan sosial yang sangat kompleks. Kurikulum yang baik adalah
kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat disesuaikan dengan
kebutuhan.
3. ESENSIALISME DAN PERENIALISME
Esensialisme berpendapat bahwa dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela yang mengatur dunia
beserta isinya dengan tiada cela pula. Esensialisme didukung oleh idealisme modern yang
mempunyai pandangan yang sistematis mengenai alam semesta tempat manusia berada.
Esensialisme juga didukung oleh idealisme subjektif yang berpendapat hahwa alam semesta itu
pada hakikatnya adalah jiwa/spirit dan segala sesuatu yang ada ini nyata ada dalam arti spiritual.
Realisme berpendapat bahwa kualitas nilai tergantung pada apadan bagaimana keadaannya,
apabila dihayati oleh subjek tertentu, dan selanjutnya tergantung pula pada subjek tersebut.
Menurut idealisme, nilai akan menjadi kenyataan (ada) atau disadari oleh setiap orang apabila
orang yang bersangkutan berusaha untuk mengetahui atau menyesuaikan diri dengan sesuatu
yang menunjukkan nilai kepadanya dan orang itu mempunyai pengalaman emosional yang berupa
pemahaman dan perasaan senang tak senang mengenai nilai tersehut. Menunut realisme,
pengetahuan terbentuk berkat bersatunya stimulus dan tanggapan tententu menjadi satu kesatuan.
Sedangkan menurut idealisme, pengetahuan timbul karena adanya hubungan antara dunia kecil
dengan dunia besar. Esensialisme berpendapat bahwa pendidikan haruslah bertumpu pada nilai-nilai
yang telah teruji keteguhan-ketangguhan, dan kekuatannya sepanjang masa.
Perenialisme berpendirian bahwa untuk mengembalikan keadaan kacau balau seperti sekarang ini,
jalan yang harus ditempuh adalah kembali kepada prinsip-prinsip umum yang telah teruji. Menurut.
perenialisme, kenyataan yang kita hadapi adalah dunia dengan segala isinya. Perenialisme
12. berpandangan hahwa persoalan nilai adalah persoalan spiritual, sebab hakikat manusia adalah
pada jiwanya. Sesuatu dinilai indah haruslah dapat dipandang baik.
Beberapa pandangan tokoh perenialisme terhadap pendidikan:
· Program pendidikan yang ideal harus didasarkan atas paham adanya nafsu, kemauan, dan
akal (Plato)
· Perkemhangan budi merupakan titik pusat perhatian pendidikan dengan filsafat sebagai alat
untuk mencapainya ( Aristoteles)
· Pendidikan adalah menuntun kemampuan-kemampuan yang masih tidur agar menjadi aktif
atau nyata. (Thomas Aquinas)
Adapun norma fundamental pendidikan menurut J. Maritain adalah cinta kebenaran, cinta kebaikan
dan keadilan, kesederhanaan dan sifat terbuka terhadap eksistensi serta cinta kerjasama.
4. PENDIDIKAN NASIONAL
Pendidikan nasional adalah suatu sistem yang memuat teori praktek pelaksanaan pendidikan yang
berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat bangsa yang bersangkutan guna diabdikan kepada
bangsa itu untuk merealisasikan cita-cita nasionalnya.
Pendidikan nasional Indonesrn adalah suatu sistem yang mengatur dan menentukan teori dan
pratek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh flisafat bangsa
Indonesia yang diabdikan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia guna memperlanar
mencapai cita-cita nasional Indonesia.
Filsafat pendidikan nasional Indonesia adalah suatu sistem yang mengatur dan menentukan teori
dan praktek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat hidup
bangsa "Pancasila"yang diabdikan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia dalam usaha
merealisasikan cita-cita bangsa dan negara Indonesia.