SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
NAMA :
NIM :
KELOMPOK :
1. Periksalah relasi berikut:
𝛼: β„‚ β†’ β„‚
π‘₯ ↦ 𝛼( π‘₯) =
1
5
+
6
11
π‘₯
Apakah 𝛼 termasuk pemetaan onto?
Jika iya, berikan alasan dan buktinya!
Jika tidak, beri alasan dan bukti bahwa 𝛼 pemetaan into!
Jawab:
(i)
1
5
,
6
11
, π‘₯,
6
11
π‘₯,
1
5
+
6
11
π‘₯ ∈ β„‚
(ii) Ambil π‘₯1 dan π‘₯2 ∈ β„‚ dengan π‘₯1 = π‘₯2
Perhatikan bahwa:
𝛼( π‘₯1)
=
1
5
+
6
11
π‘₯1
=
1
5
+
6
11
π‘₯2
= 𝛼( π‘₯2)
Diperoleh implikasi sebagai berikut:
π‘₯1 = π‘₯2 β†’ 𝛼π‘₯1 = 𝛼π‘₯2
∴ 𝛼 pemetaan
(iii) Ambil sembarang 𝑦 ∈ β„‚
Perhatikan bahwa:
𝑦,
1
5
,
11
6
, (𝑦 βˆ’
1
5
)
11
6
∈ β„‚ β†’ π‘₯ ∈ β„‚
βˆ€ π‘¦βˆˆ β„‚, βˆƒπ‘₯, (𝑦 βˆ’
1
5
)
11
6
∈ β„‚
Sedemikian sehingga
𝛼(π‘₯)
= 𝛼 ((𝑦 βˆ’
1
5
)
11
6
)
=
1
5
+
6
11
(𝑦 βˆ’
1
5
)
11
6
=
1
5
+ 𝑦 βˆ’
1
5
= 𝑦
∴ 𝛼 pemetaan onto∎
2. Dari dua relasi berikut, tentukan manakah yang merupakan pemetaan satu-
satu dan manakah yang bukan merupakan pemetaan satu-satu!
𝛽: (βˆ’
πœ‹
2
,
πœ‹
2
) β†’ ℝ
π‘₯ ↦ 𝛽( π‘₯) = 3 sin(π‘₯)
Jawab:
(i) 3, sin( π‘₯), 3sin( π‘₯), π‘₯ ∈ ℝ
∴ 𝛽 tertutup.
(ii) Ambil π‘₯1, π‘₯2 ∈ (βˆ’
πœ‹
2
,
πœ‹
2
) dengan π‘₯1 = π‘₯2 perhatikan bahwa:
𝛽( π‘₯1) = 3sin( π‘₯1)
= 3 sin(π‘₯2)
= 𝛽(π‘₯2)
Diperoleh implikasi sebagai berikut:
π‘₯1 = π‘₯2 β†’ 𝛽( π‘₯1) = 𝛽(π‘₯2)
∴ 𝛽 adalah pemetaan.
(iii) Ambil π‘₯1, π‘₯2 ∈ (βˆ’
πœ‹
2
,
πœ‹
2
) dengan 𝛽( π‘₯1) = 𝛽(π‘₯2) perhatikan bahwa:
𝛽( π‘₯1) = 𝛽( π‘₯2)
3 sin( π‘₯1) = 3 sin( π‘₯2)
1
3
Γ— 3 sin( π‘₯1)
=
1
3
Γ— 3 sin( π‘₯2)
sin( π‘₯1) = sin(π‘₯2)
Karena 𝛽 berada pada rentang (βˆ’
πœ‹
2
,
πœ‹
2
) maka tidak terdapat nilai sin
yang sama sehingga jikan ada sin(π‘₯1) = sin(π‘₯2) maka π‘₯1 = π‘₯2,
sehingga diperoleh implikasi sebagai berikut:
𝛽( π‘₯1) = 𝛽( π‘₯2) β†’ π‘₯1 = π‘₯2
∴ 𝛽 adalah pemetaan satu-satu (injektif)∎
𝛾 ∢ [βˆ’2πœ‹, 2πœ‹] β†’ ℝ
π‘₯ ↦ 𝛾( π‘₯) = 3 sin( π‘₯)
(i) 3, sin( π‘₯), 3sin( π‘₯), π‘₯ ∈ ℝ
∴ 𝛾 tertutup.
(ii) Ambil π‘₯1, π‘₯2 ∈ [βˆ’2πœ‹, 2πœ‹] dengan π‘₯1 = π‘₯2 perhatikan bahwa:
𝛽( π‘₯1) = 3 sin( π‘₯1)
= 3 sin(π‘₯2)
= 𝛾(π‘₯2)
Diperoleh implikasi sebagai berikut:
π‘₯1 = π‘₯2 β†’ 𝛾( π‘₯1) = 𝛾(π‘₯2)
∴ 𝛾 adalah pemetaan.
(iii) Dengan menggunakan counter example akan dibuktikan bahwa
𝛾 bukan pemetaan satu-satu (injektif)
Ambil π‘₯1 = 30 dan π‘₯2 = 150, perhatikan bahwa:
π‘₯1 β‰  π‘₯2 tetapi,
𝛾( π‘₯1) = 3 sin(30Β°)
= 3 sin(150 Β°)
= 𝛾(π‘₯2)
Diperoleh 𝛾( π‘₯1) = 𝛾(π‘₯2) tetapi π‘₯1 β‰  π‘₯2
∴ 𝛾 bukan pemetaan satu-satu (injektif) ∎.
3. Perhatikan dua relasi berikut:
𝜏: β„• β†’ β„• πœ€: ℝ β†’ ℝ
π‘₯ ↦ 𝜏( π‘₯) = 7π‘₯ + 6
π‘₯ ↦ πœ€( π‘₯) =
3π‘₯ βˆ’ 1
15
Manakah dari relasi di atas yang merupakan pemetaan bijektif dan mana
yang bukan merupakan pemetaan bijektif?
Petunjuk: Suatu pemetaan disebut pemetaan bijektif jika dan hanya jika
pemetaan tersebut adalah pemetaan injektif dan surjektif.
Jawaban:
ο‚· Relasi pertama:
𝜏: β„• β†’ β„•
π‘₯ ↦ 𝜏( π‘₯) = 7π‘₯ + 6
1) Untuk membuktikan 𝜏 adalah pemetaan injektif.
(i) 7, π‘₯, 6,7π‘₯, 7π‘₯ + 6 ∈ β„• 𝐾
∴ 𝜏 tertutup.
(ii) Ambil π‘₯1, π‘₯2 ∈ β„• 𝐷, dengan ( π‘₯1) = (π‘₯2).
Perhatikan bahwa:
𝜏( π‘₯1) = 7π‘₯1 + 6
= 7π‘₯2 + 6
= 𝜏( π‘₯2)
Diperoleh implikasi sebagai berikut:
π‘₯1 = π‘₯2 β†’ 𝜏( π‘₯1) = 𝜏(π‘₯2).
∴ 𝜏 pemetaan.
(iii) Ambil π‘₯1, π‘₯2 ∈ β„• 𝐷, dengan 𝜏( π‘₯1) = 𝜏(π‘₯2).
Pembuktian bahwa:
𝜏( π‘₯1) = 𝜏(π‘₯2)
7π‘₯1 + 6 = 7π‘₯2 + 6
7π‘₯1 = 7π‘₯2 + 6 βˆ’ 6
7π‘₯1 = 7π‘₯2
1
7
Γ— 7π‘₯1 =
1
7
Γ— 7π‘₯2
π‘₯1 = π‘₯2
Diperoleh implikasi sebagai berikut:
𝜏( π‘₯1) = 𝜏(π‘₯2) β†’ ( π‘₯1) = (π‘₯2).
∴ 𝜏 pementaan injektif.∎
2) Untuk membuktikan 𝜏 adalah pemetaan subjektif.
(i) 7, π‘₯, 6,7π‘₯, 7π‘₯ + 6 ∈ β„• 𝐾
∴ 𝜏 tertutup.
(ii) Ambil π‘₯1, π‘₯2 ∈ β„• 𝐷, dengan ( π‘₯1) = (π‘₯2).
Perhatikan bahwa:
𝜏( π‘₯1) = 7π‘₯1 + 6
= 7π‘₯2 + 6
= 𝜏( π‘₯2)
Diperoleh implikasi sebagai berikut:
π‘₯1 = π‘₯2 β†’ 𝜏( π‘₯1) = 𝜏(π‘₯2).
∴ 𝜏 pemetaan.
(iii) Ambil sembarang 𝑦 ∈ β„• 𝐾.
Perhatikan bahwa:
1
7
, 𝑦, βˆ’6, 𝑦 βˆ’ 6,
1
7
( 𝑦 βˆ’ 6) βˆ‰ β„• 𝐷 β†’ π‘₯ βˆ‰ β„• 𝐷
βˆ€π‘¦ βˆ‰ β„• 𝐾, βˆ„π‘₯ =
1
7
( 𝑦 βˆ’ 6) βˆ‰ β„• 𝐷.
∴ 𝜏 bukan pembuktian surjektif. ∎
∴ 𝜏 bukan pemetaan bijektif. ∎
ο‚· Relasi kedua:
πœ€: ℝ β†’ ℝ
π‘₯ ↦ πœ€( π‘₯) =
3π‘₯ βˆ’ 1
15
1) Untuk membuktikan πœ€ adalah pemetaan injektif.
(i)
3
15
,
βˆ’1
15
, π‘₯,
3π‘₯
15
,
3π‘₯βˆ’1
15
∈ ℝ 𝐾
∴ πœ€ tertutup.
(ii) Ambil π‘₯1, π‘₯2 ∈ ℝ 𝐷, dengan ( π‘₯1) = (π‘₯2).
Perhatikan bahwa:
πœ€( π‘₯1)
=
3π‘₯1 βˆ’ 1
15
=
3π‘₯2 βˆ’ 1
15
= πœ€(π‘₯2)
Diperoleh implikasi sebagai berikut:
π‘₯1 = π‘₯2 β†’ πœ€( π‘₯1) = πœ€(π‘₯2).
∴ πœ€ pemetaan.
(iii) Ambil π‘₯1, π‘₯2 ∈ ℝ 𝐷, dengan πœ€( π‘₯1) = πœ€(π‘₯2).
Pembuktian bahwa:
πœ€( π‘₯1) = πœ€(π‘₯2).
3π‘₯1 βˆ’ 1
15
=
3π‘₯2 βˆ’ 1
15
(3π‘₯1 βˆ’ 1) Γ— 15 = (3π‘₯2 βˆ’ 1) Γ— 15
(3π‘₯1 βˆ’ 1) = (3π‘₯2 βˆ’ 1) Γ— 15 βˆ’ 15
3π‘₯1 βˆ’ 1 = 3π‘₯2 βˆ’ 1
3π‘₯1 = 3π‘₯2 βˆ’ 1 + 1
3π‘₯1 = 3π‘₯2
1
3
3π‘₯1 =
1
3
3π‘₯2
π‘₯1 = π‘₯2
Diperoleh implikasi sebagai berikut:
πœ€( π‘₯1) = πœ€(π‘₯2) β†’ ( π‘₯1) = (π‘₯2).
∴ πœ€ pementaan injektif.∎
2) Untuk membuktikan πœ€ adalah subjektif.
(i)
3
15
,
βˆ’1
15
, π‘₯,
3π‘₯
15
,
3π‘₯βˆ’1
15
∈ ℝ 𝐾
∴ πœ€ tertutup.
(ii) Ambil π‘₯1, π‘₯2 ∈ ℝ 𝐷, dengan ( π‘₯1) = (π‘₯2).
Perhatikan bahwa:
πœ€( π‘₯1)
=
3π‘₯1 βˆ’ 1
15
=
3π‘₯2 βˆ’ 1
15
= πœ€(π‘₯2)
Diperoleh implikasi sebagai berikut:
π‘₯1 = π‘₯2 β†’ πœ€( π‘₯1) = πœ€(π‘₯2).
∴ πœ€ pemetaan.
(iii) Ambil sembarang 𝑦 ∈ ℝ 𝐾.
Perhatikan bahwa:
1
3
, 15,1,15𝑦, 15𝑦 + 1,
1
3
(15𝑦 + 1) ∈ ℝ 𝐷 β†’ π‘₯ ∈ ℝ 𝐷
βˆ€π‘¦ ∈ ℝ 𝐾, βˆƒπ‘₯ =
1
3
(15 + 1𝑦) ∈ ℝ 𝐷.
Sedemikian sehingga:
πœ€(π‘₯)
= πœ€ (
1
3
(15𝑦 + 1))
=
3 (
1
3
(15𝑦 + 1)) βˆ’ 1
15
=
15𝑦 + 1 βˆ’ 1
15
=
15𝑦
15
= 𝑦
∴ πœ€ pembuktian surjektif. ∎
∴ πœ€ merupakan pemetaan bijektif. ∎
4. Misalkan πœƒ ∢ 𝐷 β†’ 𝐾1dan 𝜌 ∢ 𝐾1 β†’ 𝐾2 adalah sebuah pemetaan. Buktikan
bahwa jika πœƒ dan 𝜌 adalah pemetaan satu-satu, maka 𝜌 ∘ πœƒ juga berupa
pemetaan satu-satu! Berikan contohnya!
Penyelesaian :
Periksa apakah relasi πœƒ dan 𝜌 adalah pemetaan satu-satu !
Jawab :
πœƒ Injektif
βˆ€π‘₯1, π‘₯2 ∈ 𝐷, πœƒ( π‘₯1) = πœƒ ( π‘₯2) β†’ π‘₯1 = π‘₯2
𝜌 Injektif
βˆ€π‘Ž1, π‘Ž2 ∈ 𝐾1, 𝜌( π‘Ž1) = 𝜌( π‘Ž2) β†’ π‘Ž1 = π‘Ž2
Periksa apakah komposisi 𝜌 ∘ πœƒ adalah pemetaan satu-satu !
Jawab :
Ambil π‘₯1, π‘₯2 ∈ 𝐷 dengan 𝜌 ∘ πœƒ ( π‘₯1) = 𝜌 ∘ πœƒ ( π‘₯2) akan dibuktikan π‘₯1 = π‘₯2
perhatikan bahwa : 𝑦1 = 𝑦2
𝜌 ∘ πœƒ ( π‘₯1) = 𝜌 ∘ πœƒ ( π‘₯2)
𝜌(πœƒ ( π‘₯1)) = 𝜌(πœƒ ( π‘₯2))
𝜌( 𝑦1) = 𝜌( 𝑦2)
𝑦1 = 𝑦2
πœƒ ( π‘₯1) = πœƒ ( π‘₯2)
π‘₯1 = π‘₯2
Diperoleh implikasi sebagai berikut :
𝜌 ∘ πœƒ ( π‘₯1) = 𝜌 ∘ πœƒ ( π‘₯2) β†’ π‘₯1 = π‘₯2
∴ 𝜌 ∘ πœƒ Pemetaan satu-satu∎
Contoh :
Langkah pertama
πœƒ ∢ 𝐷 β†’ 𝐾1 didefinisikan
πœƒ ∢ β„• β†’ β„•
π‘₯ ⟼ 4π‘₯ + 1
Periksa apakah relasi πœƒ adalah pemetaan satu-satu !
Jawab :
(i) Akan dibuktikan bahwa πœƒ tertutup di β„•
Perhatikan bahwa :
4, π‘₯, 1, 4π‘₯, 4π‘₯ + 1 ∈ β„•
∴ πœƒ tertutup
(ii)Ambil π‘₯1, π‘₯2 ∈ β„• dengan π‘₯1 = π‘₯2 Perhatikan bahwa
πœƒ( π‘₯1) = 4π‘₯1 + 1 = 4π‘₯2 + 1 = πœƒ( π‘₯2)
Berlaku implikasi sebagai berikut :
π‘₯1 = π‘₯2 β†’ πœƒ( π‘₯1) = πœƒ( π‘₯2)
∴ πœƒ pemetaan
(iii) Ambil π‘₯1, π‘₯2 ∈ β„• dengan πœƒ ( π‘₯1) = πœƒ ( π‘₯2) Perhatikan bahwa
πœƒ( π‘₯1) = πœƒ( π‘₯2)
4π‘₯1 + 1 = 4π‘₯2 + 1
1
4
Γ— 4π‘₯1 + 1 βˆ’ 1 =
1
4
Γ— 4π‘₯2 + 1 βˆ’ 1
π‘₯1 = π‘₯2
Diperoleh implikasi sebagai berikut :
πœƒ ( π‘₯1) = πœƒ ( π‘₯2) β†’ π‘₯1 = π‘₯2
∴ πœƒ pemetaan satu-satu∎
Langkah kedua
𝜌 ∢ 𝐾1 β†’ 𝐾2 didefinisikan
𝜌 ∢ β„• β†’ ℝ
𝑦 ⟼ 8𝑦 + 2
Periksa apakah relasi 𝜌 adalah pemetaan satu-satu !
Jawab :
(i) Akan dibuktikan bahwa 𝜌 tertutup di ℝ
Perhatikan bahwa :
8, 𝑦, 2,8𝑦, 8𝑦 + 2 ∈ β„•
∴ 𝜌 tertutup
(ii) Ambil 𝑦1, 𝑦2 ∈ β„• dengan 𝑦1 = 𝑦2 Perhatikan bahwa
𝜌( 𝑦1) = 8𝑦1 + 2 = 8𝑦2 + 2 = 𝜌( 𝑦2)
Berlaku implikasi sebagai berikut :
𝑦1 = 𝑦2 β†’ 𝜌( 𝑦1) = 𝜌( 𝑦2)
∴ 𝜌 pemetaan
(iii) Ambil 𝑦1, 𝑦2 ∈ β„• dengan 𝜌( 𝑦1) = 𝜌( 𝑦2) Perhatikan bahwa
𝜌( 𝑦1) = 𝜌( 𝑦2)
8𝑦1 + 2 = 8𝑦2 + 2
1
8
Γ— 8𝑦1 + 2 βˆ’ 2 =
1
8
Γ— 8𝑦2 + 2 βˆ’ 2
𝑦1 = 𝑦2
Diperoleh implikasi sebagai berikut :
𝜌( 𝑦1) = 𝜌( 𝑦2) β†’ 𝑦1 = 𝑦2
∴ 𝜌 pemetaan satu-satu∎
Langkah ketiga
𝜌 ∘ πœƒ ( π‘₯) = 𝜌(πœƒ( π‘₯))
= 𝜌(4π‘₯ + 1)
= 𝜌(𝑦)
= 8𝑦 + 2
= 8(4π‘₯ + 1) + 2
= 32π‘₯ + 8 + 2
= 32π‘₯ + 10
Langkah keempat
𝜌 ∘ πœƒ ∢ β„• β†’ ℝ
π‘₯ ⟼ 32π‘₯ + 10
Periksa apakah relasi 𝜌 ∘ πœƒ adalah pemetaan satu-satu !
Jawab :
(i) Akan dibuktikan bahwa 𝜌 ∘ πœƒ tertutup di ℝ
Perhatikan bahwa :
32, π‘₯, 10, 32π‘₯,32π‘₯ + 10 ∈ β„•
∴ 𝜌 ∘ πœƒ tertutup
(ii) Ambil π‘₯1, π‘₯2 ∈ β„• dengan π‘₯1 = π‘₯2 Perhatikan bahwa
𝜌 ∘ πœƒ( π‘₯1) = 32π‘₯1 + 10 = 32π‘₯2 + 10 = 𝜌 ∘ πœƒ( π‘₯2)
Berlaku implikasi sebagai berikut :
π‘₯1 = π‘₯2 β†’ 𝜌 ∘ πœƒ( π‘₯1) = 𝜌 ∘ πœƒ( π‘₯2)
∴ 𝜌 ∘ πœƒ pemetaan
(iii) Ambil π‘₯1, π‘₯2 ∈ β„• dengan 𝜌 ∘ πœƒ ( π‘₯1) = 𝜌 ∘ πœƒ ( π‘₯2) Perhatikan
bahwa
𝜌 ∘ πœƒ( π‘₯1) = 𝜌 ∘ πœƒ( π‘₯2)
32π‘₯1 + 10 = 32π‘₯2 + 10
1
32
Γ— 32π‘₯1 + 10 βˆ’ 10 =
1
32
Γ— 32π‘₯2 + 10 βˆ’ 10
π‘₯1 = π‘₯2
Diperoleh implikasi sebagai berikut :
𝜌 ∘ πœƒ( π‘₯1) = 𝜌 ∘ πœƒ( π‘₯2) β†’ π‘₯1 = π‘₯2
∴ 𝜌 ∘ πœƒ pemetaan satu-satu∎
5. Misalkan πœƒ: 𝐷 β†’ 𝐾1 dan 𝜌 ∢ 𝐾1 β†’ 𝐾2 adalah sebuah pemetaan. Buktikan
bahwa jika πœƒ dan 𝜌 adalah pemetaan onto, maka 𝜌 ∘ πœƒ juga berupa pemetaan
onto ! Berikan contohnya !
Jawab :
πœƒ ∢ 𝐷 β†’ 𝐾1 merupakan pemetaan onto
𝜌 ∢ 𝐾1 β†’ 𝐾2 merupakan pemetaan onto
ο‚· πœƒ Surjektif
βˆ€π‘¦ ∈ 𝐾1, βˆƒπ‘₯ ∈ 𝐷, sedemikian sehingga πœƒ( π‘₯) = 𝑦
ο‚· 𝜌 Surjektif
βˆ€π‘§ ∈ 𝐾2, βˆƒπ‘¦ ∈ 𝐾1, sedemikian sehingga 𝜌( 𝑦) = 𝑧
ο‚· 𝜌 ∘ πœƒ Surjektif
βˆ€π‘§ ∈ 𝐾2, βˆƒπ‘₯ ∈ 𝐷, sedemikian sehingga 𝜌 ∘ πœƒ( π‘₯) = 𝑧
Ambil 𝑧 ∈ 𝐾2, karena 𝜌 surjektif maka terdapat 𝑦 ∈ 𝐾1, sedemikian
sehingga berlaku :
𝜌( 𝑦) = 𝑧 …… . . (𝑖)
Karena πœƒ surjektif, maka βˆ€π‘¦ ∈ 𝐾1 dapat ditemukan π‘₯ ∈ 𝐷, sedemikian
sehingga berlaku :
πœƒ( π‘₯) = 𝑦… … . . (𝑖𝑖)
Dari persamaan (𝑖) dan (𝑖𝑖) diperoleh :
𝜌( 𝑦) = 𝑧
𝜌( πœƒ(π‘₯)) = 𝑧
𝜌 ∘ πœƒ( π‘₯) = 𝑧
Artinya βˆ€π‘§ ∈ 𝐾2 terdapat π‘₯ ∈ 𝐷 sedemikian sehingga berupa :
𝜌 ∘ πœƒ( π‘₯) = 𝑧
∴ 𝜌 ∘ πœƒ pemetaan surjektif∎
Contoh soal :
πœƒ ∢ β„š β†’ ℝ1
π‘₯ ⟼ πœƒ( π‘₯) =
7
3
π‘₯ + 2
𝜌 ∢ ℝ1 β†’ ℝ2
𝑦 ⟼ 𝜌( 𝑦) =
3
5
𝑦 βˆ’ 5
ο‚· πœƒ Surjektif
i.
7
3
, π‘₯, 2,
7
3
π‘₯ + 2 ∈ ℝ1
∴ πœƒ tertutup
ii. Ambil π‘₯1, π‘₯2 ∈ β„š dengan π‘₯1 = π‘₯2 perhatikan bahwa :
πœƒ( π‘₯1) =
7
3
π‘₯1 + 2 =
7
3
π‘₯2 + 2 = πœƒ( π‘₯2)
Diperoleh implikasi sebagai berikut :
π‘₯1 = π‘₯2 β†’ πœƒ( π‘₯1) = πœƒ(π‘₯2)
∴ πœƒ pemetaan
iii. Ambil sembarang 𝑦 ∈ ℝ1, perhatikan bahwa :
3
7
, 𝑦, βˆ’2, 𝑦 βˆ’ 2,
3
7
(𝑦 βˆ’ 2) ∈ β„š β†’ π‘₯ ∈ β„š
βˆ€π‘¦ ∈ ℝ1, βˆƒπ‘₯ =
3
7
(𝑦 βˆ’ 2) ∈ β„š sedemikian sehingga
πœƒ( π‘₯) = πœƒ (
3
7
( 𝑦 βˆ’ 2))
=
7
3
(
3
7
( 𝑦 βˆ’ 2)) + 2
= 𝑦 βˆ’ 2 + 2 = 𝑦
∴ πœƒ pemetaan surjektif∎
ο‚· 𝜌 Surjektif
I.
3
5
, 𝑦, βˆ’5,
3
5
𝑦,
3
5
𝑦 βˆ’ 5 ∈ ℝ2
∴ πœƒ tertutup
II. Ambil 𝑦1, 𝑦2 ∈ ℝ1 dengan 𝑦1 = 𝑦2 perhatikan bahwa :
𝜌( 𝑦1) =
3
5
𝑦1 βˆ’ 5 =
3
5
𝑦2 βˆ’ 5 = 𝜌( 𝑦2)
Diperoleh implikasi sebagai berikut :
𝑦1 = 𝑦2 β†’ 𝜌( 𝑦1) = 𝜌(𝑦2)
∴ 𝜌 pemetaan
III. Ambil sembarang 𝑧 ∈ ℝ2, perhatikan bahwa :
5
3
, 𝑧, 5, 𝑧 + 5,
5
3
(𝑧 + 5) ∈ ℝ1 β†’ 𝑦 ∈ ℝ1
βˆ€π‘§ ∈ ℝ2, βˆƒπ‘¦ =
5
3
(𝑧 + 5) ∈ ℝ1 sedemikian sehingga
𝜌( 𝑦) = 𝜌 (
5
3
( 𝑧 + 5))
=
3
5
(
5
3
( 𝑧 + 5)) βˆ’ 5
= 𝑧 + 5 βˆ’ 5 = 𝑧
∴ 𝜌 pemetaan surjektif∎
ο‚· 𝜌 ∘ πœƒ Surjektif
βˆ€π‘§ ∈ ℝ2, βˆƒπ‘₯ ∈ β„š, sedemikian sehingga 𝜌 ∘ πœƒ( π‘₯) = 𝑧
Ambil 𝑧 ∈ ℝ2, karena 𝜌 surjektif maka terdapat 𝑦 ∈ ℝ1, sedemikian
sehingga berlaku :
𝜌( 𝑦) = 𝑧… … . . (𝑖)
Karena πœƒ surjektif, maka βˆ€π‘¦ ∈ ℝ1 dapat ditemukan π‘₯ ∈ β„š, sedemikian
sehingga berlaku :
πœƒ( π‘₯) = 𝑦… … . . (𝑖𝑖)
Dari persamaan (𝑖) dan (𝑖𝑖) diperoleh :
𝜌( 𝑦) = 𝑧
𝜌( πœƒ(π‘₯)) = 𝑧
𝜌 ∘ πœƒ( π‘₯) = 𝑧
Artinya βˆ€π‘§ ∈ ℝ2 terdapat π‘₯ ∈ β„š sedemikian sehingga berupa :
𝜌 ∘ πœƒ( π‘₯) = 𝑧
∴ 𝜌 ∘ πœƒ pemetaan surjektif∎
6. perhatikan dua pemetaan sebagai berikut:
ο‚· 𝛼 = ℝ ⟢ ℝ
π‘₯ ⟼ 𝛼( π‘₯) = π‘₯2
βˆ’ 9
ο‚· 𝛽 = ℝ ⟢ ℝ
π‘₯ ⟼ 𝛽( π‘₯) = 4 βˆ’
7
5
π‘₯
Manakah diantara dua pemetaan tersebut yang memiliki invers pemetaan?
Berikan alasan beserta buktinya!
Tentukan bentuk invers pemetaannya!
ο‚· 𝛼 = ℝ ⟢ ℝ
π‘₯ ⟼ 𝛼( π‘₯) = π‘₯2
βˆ’ 9
Pembuktian!
(i) Akan dibuktikan bahwa 𝛼 tertutup di ℝ π‘˜
Perhatikan bahwa π‘₯, π‘₯2
, βˆ’9, π‘₯2
βˆ’ 9 ∈ ℝ.
∴ 𝛼 tertutup di ℝ π‘˜
(ii) Akan dibuktikan bahwa berlaku implikasi
π‘₯1 = π‘₯2 ⟢ 𝛼( π‘₯1) = 𝛼(π‘₯2)
Ambil π‘₯1, π‘₯2 ∈ ℝ 𝐷 dengan π‘₯1 = π‘₯2
Perhatikan bahwa:
𝛼( π‘₯1) = (π‘₯1)2
βˆ’ 9 = ( π‘₯2)2
βˆ’ 9 = 𝛼(π‘₯2)
Sehingga dipenuhi implikasi sebagai berikut:
π‘₯1 = π‘₯2 ⟢ 𝛼( π‘₯1) = 𝛼(π‘₯2)
∴ 𝛼 pemetaan.
(iii) Ambil π‘₯1, π‘₯2 ∈ ℝ dengan 𝛼( π‘₯1) = 𝛼(π‘₯2)
Perhatikan bahwa:
𝛼( π‘₯1) = 𝛼(π‘₯2)
(π‘₯1)2
βˆ’ 9 = ( π‘₯2)2
βˆ’ 9
(π‘₯1)2
βˆ’ 9 + 9 = ( π‘₯2)2
βˆ’ 9 + 9
(π‘₯1)2
= (π‘₯2)2
Untuk kasus (π‘₯1)2
= (π‘₯2)2
tidak bisa dipastikan π‘₯1 β‰  π‘₯2
∴ karena 𝛼 bukan pemetaan injektif, maka 𝛼 bukan pemetaan bijektif,
akibatnya 𝛼 tidak memiliki invers pemetaan ∎
ο‚· 𝛽 = ℝ ⟢ ℝ
π‘₯ ⟼ 𝛽( π‘₯) = 4 βˆ’
7
5
π‘₯
Pembuktian!
(i) Akan dibuktikan bahwa 𝛽 tertutup di ℝ π‘˜
Perhatikan bahwa 4, βˆ’
7
5
, π‘₯, βˆ’
7
5
π‘₯, 4 βˆ’
7
5
π‘₯ ∈ ℝ.
∴ 𝛽 tertutup di ℝ π‘˜
(ii) Akan dibuktikan bahwa berlaku implikasi
π‘₯1 = π‘₯2 ⟢ 𝛽( π‘₯1) = 𝛽(π‘₯2)
Ambil π‘₯1, π‘₯2 ∈ ℝ 𝐷 dengan π‘₯1 = π‘₯2
Perhatikan bahwa
𝛽( π‘₯1) = 4 βˆ’
7
5
( π‘₯1) = 4 βˆ’
7
5
(π‘₯2) = 𝛽(π‘₯2)
Sehingga dipenuhi implikasi sebagai berikut:
π‘₯1 = π‘₯2 ⟢ 𝛽( π‘₯1) = 𝛽(π‘₯2)
∴ 𝛽 pemetaan ∎
(iii) Ambil π‘₯1, π‘₯2 ∈ ℝ dengan 𝛽( π‘₯1) = 𝛽(π‘₯2)
Perhatikan bahwa:
𝛽( π‘₯1) = 𝛽(π‘₯2)
4 βˆ’
7
5
(π‘₯1) = 4 βˆ’
7
5
(π‘₯2)
4 + 4 βˆ’
7
5
( π‘₯1) = 4 + 4 βˆ’
7
5
(π‘₯2)
(βˆ’
5
7
)βˆ’
7
5
(π‘₯1) = (βˆ’
5
7
) βˆ’
7
5
(π‘₯2)
( π‘₯1) = (π‘₯2)
diperoleh implikasi sebagai berikut:
𝛽( π‘₯1) = 𝛽(π‘₯2) ⟢ π‘₯1 = π‘₯2
∴ 𝛽 pemetaan injektif.
(iv) Ambil sebarang 𝑦 ∈ ℝ π‘˜, perhatikan bahwa:
𝑦, βˆ’
5
7
, βˆ’
5
7
𝑦,
20
7
, βˆ’
5
7
𝑦 +
20
7
∈ ℝ ⟢ π‘₯ ∈ ℝ
βˆ€ 𝑦 ∈ ℝ π‘˜,βˆƒπ‘₯ ,βˆ’
5
7
𝑦 +
20
7
∈ ℝ 𝐷, sedemikian sehingga
𝛽( π‘₯) = 𝛽 (βˆ’
5
7
𝑦 +
20
7
)
= βˆ’
7
5
(βˆ’
5
7
𝑦 +
20
7
) βˆ’ 4
= 𝑦 βˆ’ 4 + 4
= 𝑦
π›½βˆ’1( π‘₯): ℝ ⟢ ℝ
π‘₯ ⟼ π›½βˆ’1( π‘₯) = βˆ’
5
7
π‘₯ +
20
7
∴ 𝛽 pemetaan surjektif.
∴ 𝛽 memenuhi syarat pemetaan bijektif yaitu tertutup, memenuhi
implikasi, pemetaan bijektif, dan pemetaan surjektif maka 𝛽
memiliki invers pemetaan ∎
β€œ bentuk invers π‘₯ ⟼ 𝛽( π‘₯) = 4 βˆ’
7
5
π‘₯
𝑦
= 4 βˆ’
7
5
π‘₯
π‘¦βˆ’ 4
= βˆ’
7
5
π‘₯
(𝑦 βˆ’ 4) Γ— (βˆ’
5
7
) = βˆ’
7
5
π‘₯ Γ— (βˆ’
5
7
)
(𝑦 Γ— βˆ’
5
7
) βˆ’ (4 Γ— βˆ’
5
7
) =
35
35
π‘₯
βˆ’
5
7
𝑦 +
20
7
= π‘₯

More Related Content

What's hot

Mathematical modelling for malaria
Mathematical modelling for malariaMathematical modelling for malaria
Mathematical modelling for malaria
Mhawan Setiyawan
Β 
Tugas mtk blog
Tugas mtk blogTugas mtk blog
Tugas mtk blog
sandiperlang
Β 

What's hot (17)

Teorema green dalam bidang
Teorema green dalam bidangTeorema green dalam bidang
Teorema green dalam bidang
Β 
Smart solution un matematika sma 2013 (skl 2.2 rumus jumlah dan hasil kali ak...
Smart solution un matematika sma 2013 (skl 2.2 rumus jumlah dan hasil kali ak...Smart solution un matematika sma 2013 (skl 2.2 rumus jumlah dan hasil kali ak...
Smart solution un matematika sma 2013 (skl 2.2 rumus jumlah dan hasil kali ak...
Β 
Eksponen (rev. 2017)
Eksponen (rev. 2017)Eksponen (rev. 2017)
Eksponen (rev. 2017)
Β 
Smart solution un matematika sma 2013 (skl 2.1 pangkat, akar, dan logaritma)
Smart solution un matematika sma 2013 (skl 2.1 pangkat, akar, dan logaritma)Smart solution un matematika sma 2013 (skl 2.1 pangkat, akar, dan logaritma)
Smart solution un matematika sma 2013 (skl 2.1 pangkat, akar, dan logaritma)
Β 
Smart solution un matematika sma 2013 (skl 2.3 diskriminan persamaan kuadrat ...
Smart solution un matematika sma 2013 (skl 2.3 diskriminan persamaan kuadrat ...Smart solution un matematika sma 2013 (skl 2.3 diskriminan persamaan kuadrat ...
Smart solution un matematika sma 2013 (skl 2.3 diskriminan persamaan kuadrat ...
Β 
Smart solution un matematika sma 2013 (skl 2.5 persamaan lingkaran dan garis ...
Smart solution un matematika sma 2013 (skl 2.5 persamaan lingkaran dan garis ...Smart solution un matematika sma 2013 (skl 2.5 persamaan lingkaran dan garis ...
Smart solution un matematika sma 2013 (skl 2.5 persamaan lingkaran dan garis ...
Β 
Mathematical modelling for malaria
Mathematical modelling for malariaMathematical modelling for malaria
Mathematical modelling for malaria
Β 
Tugas mtk blog
Tugas mtk blogTugas mtk blog
Tugas mtk blog
Β 
Modul Matriks
Modul MatriksModul Matriks
Modul Matriks
Β 
Pertidaksaman kuadrat (autosaved)
Pertidaksaman kuadrat (autosaved)Pertidaksaman kuadrat (autosaved)
Pertidaksaman kuadrat (autosaved)
Β 
Sisi Lain Distribusi Binomial dan Normal
Sisi Lain Distribusi Binomial dan NormalSisi Lain Distribusi Binomial dan Normal
Sisi Lain Distribusi Binomial dan Normal
Β 
Smart solution un matematika sma 2013 (skl 2.11 sudut antara dua vektor)
Smart solution un matematika sma 2013 (skl 2.11 sudut antara dua vektor)Smart solution un matematika sma 2013 (skl 2.11 sudut antara dua vektor)
Smart solution un matematika sma 2013 (skl 2.11 sudut antara dua vektor)
Β 
Smart solution un matematika sma 2013 (skl 5.3 integral tak tentu dan integra...
Smart solution un matematika sma 2013 (skl 5.3 integral tak tentu dan integra...Smart solution un matematika sma 2013 (skl 5.3 integral tak tentu dan integra...
Smart solution un matematika sma 2013 (skl 5.3 integral tak tentu dan integra...
Β 
Integral Substitusi
Integral SubstitusiIntegral Substitusi
Integral Substitusi
Β 
Persamaan Eksponen
Persamaan EksponenPersamaan Eksponen
Persamaan Eksponen
Β 
Lampiran 6 regresi korelasi
Lampiran 6  regresi korelasiLampiran 6  regresi korelasi
Lampiran 6 regresi korelasi
Β 
Smart solution un matematika sma 2013 (skl 5 pengayaan integral trigonometri)
Smart solution un matematika sma 2013 (skl 5 pengayaan integral trigonometri)Smart solution un matematika sma 2013 (skl 5 pengayaan integral trigonometri)
Smart solution un matematika sma 2013 (skl 5 pengayaan integral trigonometri)
Β 

Similar to Aljabar kelompok 1

STD BAB 5 PERSAMAAN DAN FUNGSI KUADRAT.pptx
STD BAB 5 PERSAMAAN DAN FUNGSI KUADRAT.pptxSTD BAB 5 PERSAMAAN DAN FUNGSI KUADRAT.pptx
STD BAB 5 PERSAMAAN DAN FUNGSI KUADRAT.pptx
rimanurmalasarispd
Β 
Bedah materi masalah syarat batas sekaligus pembuktian teorema 1 dan 2 sturm
Bedah materi masalah syarat batas sekaligus pembuktian teorema 1 dan 2 sturmBedah materi masalah syarat batas sekaligus pembuktian teorema 1 dan 2 sturm
Bedah materi masalah syarat batas sekaligus pembuktian teorema 1 dan 2 sturm
rukmono budi utomo
Β 
Tugas mtk blog
Tugas mtk blogTugas mtk blog
Tugas mtk blog
sandiperlang
Β 

Similar to Aljabar kelompok 1 (20)

Materi integral tak tentu
Materi integral tak tentuMateri integral tak tentu
Materi integral tak tentu
Β 
Pd linier tak homogen dengan Koef Konstan
Pd linier tak homogen dengan Koef KonstanPd linier tak homogen dengan Koef Konstan
Pd linier tak homogen dengan Koef Konstan
Β 
PEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
PEMETAAN STRUKTUR ALJABARPEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
PEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
Β 
Turunan Fungsi Kompleks
Turunan Fungsi KompleksTurunan Fungsi Kompleks
Turunan Fungsi Kompleks
Β 
Persamaan dan Pertidaksamaan Eksponen
Persamaan dan Pertidaksamaan EksponenPersamaan dan Pertidaksamaan Eksponen
Persamaan dan Pertidaksamaan Eksponen
Β 
Analisis Gerak Fluida
Analisis Gerak FluidaAnalisis Gerak Fluida
Analisis Gerak Fluida
Β 
Persamaan Diferensial Biasa (PDB) Orde 2
Persamaan Diferensial Biasa (PDB) Orde 2Persamaan Diferensial Biasa (PDB) Orde 2
Persamaan Diferensial Biasa (PDB) Orde 2
Β 
analisa kompleks kelompok 1.pptx
analisa kompleks kelompok 1.pptxanalisa kompleks kelompok 1.pptx
analisa kompleks kelompok 1.pptx
Β 
Soal dan pembahasan integral permukaan
Soal dan pembahasan integral permukaanSoal dan pembahasan integral permukaan
Soal dan pembahasan integral permukaan
Β 
3. newton raphson method
3. newton raphson method3. newton raphson method
3. newton raphson method
Β 
STD BAB 5 PERSAMAAN DAN FUNGSI KUADRAT.pptx
STD BAB 5 PERSAMAAN DAN FUNGSI KUADRAT.pptxSTD BAB 5 PERSAMAAN DAN FUNGSI KUADRAT.pptx
STD BAB 5 PERSAMAAN DAN FUNGSI KUADRAT.pptx
Β 
Limit dan turunan fungsi
Limit dan turunan fungsiLimit dan turunan fungsi
Limit dan turunan fungsi
Β 
2. F. Komposisi & Invers.pptx
2. F. Komposisi & Invers.pptx2. F. Komposisi & Invers.pptx
2. F. Komposisi & Invers.pptx
Β 
Solusi Kuis 1
Solusi Kuis 1Solusi Kuis 1
Solusi Kuis 1
Β 
Kalkulus modul 3b turunan fungsi transendent
Kalkulus modul 3b turunan fungsi transendentKalkulus modul 3b turunan fungsi transendent
Kalkulus modul 3b turunan fungsi transendent
Β 
Bedah materi masalah syarat batas sekaligus pembuktian teorema 1 dan 2 sturm
Bedah materi masalah syarat batas sekaligus pembuktian teorema 1 dan 2 sturmBedah materi masalah syarat batas sekaligus pembuktian teorema 1 dan 2 sturm
Bedah materi masalah syarat batas sekaligus pembuktian teorema 1 dan 2 sturm
Β 
2010 fungsi kuadrat han-han anshori_1404909
2010 fungsi kuadrat han-han anshori_14049092010 fungsi kuadrat han-han anshori_1404909
2010 fungsi kuadrat han-han anshori_1404909
Β 
Distribusi Seragam, Bernoulli, dan Binomial
Distribusi Seragam, Bernoulli, dan BinomialDistribusi Seragam, Bernoulli, dan Binomial
Distribusi Seragam, Bernoulli, dan Binomial
Β 
Sttm tm 10 modul 3 b turunan fungsi transendent
Sttm tm 10 modul 3 b turunan fungsi transendentSttm tm 10 modul 3 b turunan fungsi transendent
Sttm tm 10 modul 3 b turunan fungsi transendent
Β 
Tugas mtk blog
Tugas mtk blogTugas mtk blog
Tugas mtk blog
Β 

Aljabar kelompok 1

  • 1. NAMA : NIM : KELOMPOK : 1. Periksalah relasi berikut: 𝛼: β„‚ β†’ β„‚ π‘₯ ↦ 𝛼( π‘₯) = 1 5 + 6 11 π‘₯ Apakah 𝛼 termasuk pemetaan onto? Jika iya, berikan alasan dan buktinya! Jika tidak, beri alasan dan bukti bahwa 𝛼 pemetaan into! Jawab: (i) 1 5 , 6 11 , π‘₯, 6 11 π‘₯, 1 5 + 6 11 π‘₯ ∈ β„‚ (ii) Ambil π‘₯1 dan π‘₯2 ∈ β„‚ dengan π‘₯1 = π‘₯2 Perhatikan bahwa: 𝛼( π‘₯1) = 1 5 + 6 11 π‘₯1 = 1 5 + 6 11 π‘₯2 = 𝛼( π‘₯2) Diperoleh implikasi sebagai berikut: π‘₯1 = π‘₯2 β†’ 𝛼π‘₯1 = 𝛼π‘₯2 ∴ 𝛼 pemetaan (iii) Ambil sembarang 𝑦 ∈ β„‚ Perhatikan bahwa: 𝑦, 1 5 , 11 6 , (𝑦 βˆ’ 1 5 ) 11 6 ∈ β„‚ β†’ π‘₯ ∈ β„‚ βˆ€ π‘¦βˆˆ β„‚, βˆƒπ‘₯, (𝑦 βˆ’ 1 5 ) 11 6 ∈ β„‚ Sedemikian sehingga 𝛼(π‘₯) = 𝛼 ((𝑦 βˆ’ 1 5 ) 11 6 ) = 1 5 + 6 11 (𝑦 βˆ’ 1 5 ) 11 6 = 1 5 + 𝑦 βˆ’ 1 5 = 𝑦 ∴ 𝛼 pemetaan onto∎ 2. Dari dua relasi berikut, tentukan manakah yang merupakan pemetaan satu- satu dan manakah yang bukan merupakan pemetaan satu-satu! 𝛽: (βˆ’ πœ‹ 2 , πœ‹ 2 ) β†’ ℝ π‘₯ ↦ 𝛽( π‘₯) = 3 sin(π‘₯) Jawab:
  • 2. (i) 3, sin( π‘₯), 3sin( π‘₯), π‘₯ ∈ ℝ ∴ 𝛽 tertutup. (ii) Ambil π‘₯1, π‘₯2 ∈ (βˆ’ πœ‹ 2 , πœ‹ 2 ) dengan π‘₯1 = π‘₯2 perhatikan bahwa: 𝛽( π‘₯1) = 3sin( π‘₯1) = 3 sin(π‘₯2) = 𝛽(π‘₯2) Diperoleh implikasi sebagai berikut: π‘₯1 = π‘₯2 β†’ 𝛽( π‘₯1) = 𝛽(π‘₯2) ∴ 𝛽 adalah pemetaan. (iii) Ambil π‘₯1, π‘₯2 ∈ (βˆ’ πœ‹ 2 , πœ‹ 2 ) dengan 𝛽( π‘₯1) = 𝛽(π‘₯2) perhatikan bahwa: 𝛽( π‘₯1) = 𝛽( π‘₯2) 3 sin( π‘₯1) = 3 sin( π‘₯2) 1 3 Γ— 3 sin( π‘₯1) = 1 3 Γ— 3 sin( π‘₯2) sin( π‘₯1) = sin(π‘₯2) Karena 𝛽 berada pada rentang (βˆ’ πœ‹ 2 , πœ‹ 2 ) maka tidak terdapat nilai sin yang sama sehingga jikan ada sin(π‘₯1) = sin(π‘₯2) maka π‘₯1 = π‘₯2, sehingga diperoleh implikasi sebagai berikut: 𝛽( π‘₯1) = 𝛽( π‘₯2) β†’ π‘₯1 = π‘₯2 ∴ 𝛽 adalah pemetaan satu-satu (injektif)∎ 𝛾 ∢ [βˆ’2πœ‹, 2πœ‹] β†’ ℝ π‘₯ ↦ 𝛾( π‘₯) = 3 sin( π‘₯) (i) 3, sin( π‘₯), 3sin( π‘₯), π‘₯ ∈ ℝ ∴ 𝛾 tertutup. (ii) Ambil π‘₯1, π‘₯2 ∈ [βˆ’2πœ‹, 2πœ‹] dengan π‘₯1 = π‘₯2 perhatikan bahwa: 𝛽( π‘₯1) = 3 sin( π‘₯1) = 3 sin(π‘₯2) = 𝛾(π‘₯2) Diperoleh implikasi sebagai berikut: π‘₯1 = π‘₯2 β†’ 𝛾( π‘₯1) = 𝛾(π‘₯2) ∴ 𝛾 adalah pemetaan. (iii) Dengan menggunakan counter example akan dibuktikan bahwa 𝛾 bukan pemetaan satu-satu (injektif) Ambil π‘₯1 = 30 dan π‘₯2 = 150, perhatikan bahwa: π‘₯1 β‰  π‘₯2 tetapi, 𝛾( π‘₯1) = 3 sin(30Β°) = 3 sin(150 Β°) = 𝛾(π‘₯2) Diperoleh 𝛾( π‘₯1) = 𝛾(π‘₯2) tetapi π‘₯1 β‰  π‘₯2 ∴ 𝛾 bukan pemetaan satu-satu (injektif) ∎.
  • 3. 3. Perhatikan dua relasi berikut: 𝜏: β„• β†’ β„• πœ€: ℝ β†’ ℝ π‘₯ ↦ 𝜏( π‘₯) = 7π‘₯ + 6 π‘₯ ↦ πœ€( π‘₯) = 3π‘₯ βˆ’ 1 15 Manakah dari relasi di atas yang merupakan pemetaan bijektif dan mana yang bukan merupakan pemetaan bijektif? Petunjuk: Suatu pemetaan disebut pemetaan bijektif jika dan hanya jika pemetaan tersebut adalah pemetaan injektif dan surjektif. Jawaban: ο‚· Relasi pertama: 𝜏: β„• β†’ β„• π‘₯ ↦ 𝜏( π‘₯) = 7π‘₯ + 6 1) Untuk membuktikan 𝜏 adalah pemetaan injektif. (i) 7, π‘₯, 6,7π‘₯, 7π‘₯ + 6 ∈ β„• 𝐾 ∴ 𝜏 tertutup. (ii) Ambil π‘₯1, π‘₯2 ∈ β„• 𝐷, dengan ( π‘₯1) = (π‘₯2). Perhatikan bahwa: 𝜏( π‘₯1) = 7π‘₯1 + 6 = 7π‘₯2 + 6 = 𝜏( π‘₯2) Diperoleh implikasi sebagai berikut: π‘₯1 = π‘₯2 β†’ 𝜏( π‘₯1) = 𝜏(π‘₯2). ∴ 𝜏 pemetaan. (iii) Ambil π‘₯1, π‘₯2 ∈ β„• 𝐷, dengan 𝜏( π‘₯1) = 𝜏(π‘₯2). Pembuktian bahwa: 𝜏( π‘₯1) = 𝜏(π‘₯2) 7π‘₯1 + 6 = 7π‘₯2 + 6 7π‘₯1 = 7π‘₯2 + 6 βˆ’ 6 7π‘₯1 = 7π‘₯2 1 7 Γ— 7π‘₯1 = 1 7 Γ— 7π‘₯2 π‘₯1 = π‘₯2 Diperoleh implikasi sebagai berikut: 𝜏( π‘₯1) = 𝜏(π‘₯2) β†’ ( π‘₯1) = (π‘₯2). ∴ 𝜏 pementaan injektif.∎ 2) Untuk membuktikan 𝜏 adalah pemetaan subjektif. (i) 7, π‘₯, 6,7π‘₯, 7π‘₯ + 6 ∈ β„• 𝐾 ∴ 𝜏 tertutup. (ii) Ambil π‘₯1, π‘₯2 ∈ β„• 𝐷, dengan ( π‘₯1) = (π‘₯2). Perhatikan bahwa: 𝜏( π‘₯1) = 7π‘₯1 + 6 = 7π‘₯2 + 6 = 𝜏( π‘₯2) Diperoleh implikasi sebagai berikut: π‘₯1 = π‘₯2 β†’ 𝜏( π‘₯1) = 𝜏(π‘₯2).
  • 4. ∴ 𝜏 pemetaan. (iii) Ambil sembarang 𝑦 ∈ β„• 𝐾. Perhatikan bahwa: 1 7 , 𝑦, βˆ’6, 𝑦 βˆ’ 6, 1 7 ( 𝑦 βˆ’ 6) βˆ‰ β„• 𝐷 β†’ π‘₯ βˆ‰ β„• 𝐷 βˆ€π‘¦ βˆ‰ β„• 𝐾, βˆ„π‘₯ = 1 7 ( 𝑦 βˆ’ 6) βˆ‰ β„• 𝐷. ∴ 𝜏 bukan pembuktian surjektif. ∎ ∴ 𝜏 bukan pemetaan bijektif. ∎ ο‚· Relasi kedua: πœ€: ℝ β†’ ℝ π‘₯ ↦ πœ€( π‘₯) = 3π‘₯ βˆ’ 1 15 1) Untuk membuktikan πœ€ adalah pemetaan injektif. (i) 3 15 , βˆ’1 15 , π‘₯, 3π‘₯ 15 , 3π‘₯βˆ’1 15 ∈ ℝ 𝐾 ∴ πœ€ tertutup. (ii) Ambil π‘₯1, π‘₯2 ∈ ℝ 𝐷, dengan ( π‘₯1) = (π‘₯2). Perhatikan bahwa: πœ€( π‘₯1) = 3π‘₯1 βˆ’ 1 15 = 3π‘₯2 βˆ’ 1 15 = πœ€(π‘₯2) Diperoleh implikasi sebagai berikut: π‘₯1 = π‘₯2 β†’ πœ€( π‘₯1) = πœ€(π‘₯2). ∴ πœ€ pemetaan. (iii) Ambil π‘₯1, π‘₯2 ∈ ℝ 𝐷, dengan πœ€( π‘₯1) = πœ€(π‘₯2). Pembuktian bahwa: πœ€( π‘₯1) = πœ€(π‘₯2). 3π‘₯1 βˆ’ 1 15 = 3π‘₯2 βˆ’ 1 15 (3π‘₯1 βˆ’ 1) Γ— 15 = (3π‘₯2 βˆ’ 1) Γ— 15 (3π‘₯1 βˆ’ 1) = (3π‘₯2 βˆ’ 1) Γ— 15 βˆ’ 15 3π‘₯1 βˆ’ 1 = 3π‘₯2 βˆ’ 1 3π‘₯1 = 3π‘₯2 βˆ’ 1 + 1 3π‘₯1 = 3π‘₯2 1 3 3π‘₯1 = 1 3 3π‘₯2 π‘₯1 = π‘₯2 Diperoleh implikasi sebagai berikut: πœ€( π‘₯1) = πœ€(π‘₯2) β†’ ( π‘₯1) = (π‘₯2). ∴ πœ€ pementaan injektif.∎ 2) Untuk membuktikan πœ€ adalah subjektif. (i) 3 15 , βˆ’1 15 , π‘₯, 3π‘₯ 15 , 3π‘₯βˆ’1 15 ∈ ℝ 𝐾 ∴ πœ€ tertutup.
  • 5. (ii) Ambil π‘₯1, π‘₯2 ∈ ℝ 𝐷, dengan ( π‘₯1) = (π‘₯2). Perhatikan bahwa: πœ€( π‘₯1) = 3π‘₯1 βˆ’ 1 15 = 3π‘₯2 βˆ’ 1 15 = πœ€(π‘₯2) Diperoleh implikasi sebagai berikut: π‘₯1 = π‘₯2 β†’ πœ€( π‘₯1) = πœ€(π‘₯2). ∴ πœ€ pemetaan. (iii) Ambil sembarang 𝑦 ∈ ℝ 𝐾. Perhatikan bahwa: 1 3 , 15,1,15𝑦, 15𝑦 + 1, 1 3 (15𝑦 + 1) ∈ ℝ 𝐷 β†’ π‘₯ ∈ ℝ 𝐷 βˆ€π‘¦ ∈ ℝ 𝐾, βˆƒπ‘₯ = 1 3 (15 + 1𝑦) ∈ ℝ 𝐷. Sedemikian sehingga: πœ€(π‘₯) = πœ€ ( 1 3 (15𝑦 + 1)) = 3 ( 1 3 (15𝑦 + 1)) βˆ’ 1 15 = 15𝑦 + 1 βˆ’ 1 15 = 15𝑦 15 = 𝑦 ∴ πœ€ pembuktian surjektif. ∎ ∴ πœ€ merupakan pemetaan bijektif. ∎ 4. Misalkan πœƒ ∢ 𝐷 β†’ 𝐾1dan 𝜌 ∢ 𝐾1 β†’ 𝐾2 adalah sebuah pemetaan. Buktikan bahwa jika πœƒ dan 𝜌 adalah pemetaan satu-satu, maka 𝜌 ∘ πœƒ juga berupa pemetaan satu-satu! Berikan contohnya! Penyelesaian : Periksa apakah relasi πœƒ dan 𝜌 adalah pemetaan satu-satu ! Jawab : πœƒ Injektif βˆ€π‘₯1, π‘₯2 ∈ 𝐷, πœƒ( π‘₯1) = πœƒ ( π‘₯2) β†’ π‘₯1 = π‘₯2 𝜌 Injektif βˆ€π‘Ž1, π‘Ž2 ∈ 𝐾1, 𝜌( π‘Ž1) = 𝜌( π‘Ž2) β†’ π‘Ž1 = π‘Ž2 Periksa apakah komposisi 𝜌 ∘ πœƒ adalah pemetaan satu-satu !
  • 6. Jawab : Ambil π‘₯1, π‘₯2 ∈ 𝐷 dengan 𝜌 ∘ πœƒ ( π‘₯1) = 𝜌 ∘ πœƒ ( π‘₯2) akan dibuktikan π‘₯1 = π‘₯2 perhatikan bahwa : 𝑦1 = 𝑦2 𝜌 ∘ πœƒ ( π‘₯1) = 𝜌 ∘ πœƒ ( π‘₯2) 𝜌(πœƒ ( π‘₯1)) = 𝜌(πœƒ ( π‘₯2)) 𝜌( 𝑦1) = 𝜌( 𝑦2) 𝑦1 = 𝑦2 πœƒ ( π‘₯1) = πœƒ ( π‘₯2) π‘₯1 = π‘₯2 Diperoleh implikasi sebagai berikut : 𝜌 ∘ πœƒ ( π‘₯1) = 𝜌 ∘ πœƒ ( π‘₯2) β†’ π‘₯1 = π‘₯2 ∴ 𝜌 ∘ πœƒ Pemetaan satu-satu∎ Contoh : Langkah pertama πœƒ ∢ 𝐷 β†’ 𝐾1 didefinisikan πœƒ ∢ β„• β†’ β„• π‘₯ ⟼ 4π‘₯ + 1 Periksa apakah relasi πœƒ adalah pemetaan satu-satu ! Jawab : (i) Akan dibuktikan bahwa πœƒ tertutup di β„• Perhatikan bahwa : 4, π‘₯, 1, 4π‘₯, 4π‘₯ + 1 ∈ β„• ∴ πœƒ tertutup (ii)Ambil π‘₯1, π‘₯2 ∈ β„• dengan π‘₯1 = π‘₯2 Perhatikan bahwa πœƒ( π‘₯1) = 4π‘₯1 + 1 = 4π‘₯2 + 1 = πœƒ( π‘₯2) Berlaku implikasi sebagai berikut : π‘₯1 = π‘₯2 β†’ πœƒ( π‘₯1) = πœƒ( π‘₯2) ∴ πœƒ pemetaan (iii) Ambil π‘₯1, π‘₯2 ∈ β„• dengan πœƒ ( π‘₯1) = πœƒ ( π‘₯2) Perhatikan bahwa πœƒ( π‘₯1) = πœƒ( π‘₯2) 4π‘₯1 + 1 = 4π‘₯2 + 1 1 4 Γ— 4π‘₯1 + 1 βˆ’ 1 = 1 4 Γ— 4π‘₯2 + 1 βˆ’ 1 π‘₯1 = π‘₯2
  • 7. Diperoleh implikasi sebagai berikut : πœƒ ( π‘₯1) = πœƒ ( π‘₯2) β†’ π‘₯1 = π‘₯2 ∴ πœƒ pemetaan satu-satu∎ Langkah kedua 𝜌 ∢ 𝐾1 β†’ 𝐾2 didefinisikan 𝜌 ∢ β„• β†’ ℝ 𝑦 ⟼ 8𝑦 + 2 Periksa apakah relasi 𝜌 adalah pemetaan satu-satu ! Jawab : (i) Akan dibuktikan bahwa 𝜌 tertutup di ℝ Perhatikan bahwa : 8, 𝑦, 2,8𝑦, 8𝑦 + 2 ∈ β„• ∴ 𝜌 tertutup (ii) Ambil 𝑦1, 𝑦2 ∈ β„• dengan 𝑦1 = 𝑦2 Perhatikan bahwa 𝜌( 𝑦1) = 8𝑦1 + 2 = 8𝑦2 + 2 = 𝜌( 𝑦2) Berlaku implikasi sebagai berikut : 𝑦1 = 𝑦2 β†’ 𝜌( 𝑦1) = 𝜌( 𝑦2) ∴ 𝜌 pemetaan (iii) Ambil 𝑦1, 𝑦2 ∈ β„• dengan 𝜌( 𝑦1) = 𝜌( 𝑦2) Perhatikan bahwa 𝜌( 𝑦1) = 𝜌( 𝑦2) 8𝑦1 + 2 = 8𝑦2 + 2 1 8 Γ— 8𝑦1 + 2 βˆ’ 2 = 1 8 Γ— 8𝑦2 + 2 βˆ’ 2 𝑦1 = 𝑦2 Diperoleh implikasi sebagai berikut : 𝜌( 𝑦1) = 𝜌( 𝑦2) β†’ 𝑦1 = 𝑦2 ∴ 𝜌 pemetaan satu-satu∎ Langkah ketiga 𝜌 ∘ πœƒ ( π‘₯) = 𝜌(πœƒ( π‘₯)) = 𝜌(4π‘₯ + 1) = 𝜌(𝑦) = 8𝑦 + 2 = 8(4π‘₯ + 1) + 2 = 32π‘₯ + 8 + 2 = 32π‘₯ + 10 Langkah keempat
  • 8. 𝜌 ∘ πœƒ ∢ β„• β†’ ℝ π‘₯ ⟼ 32π‘₯ + 10 Periksa apakah relasi 𝜌 ∘ πœƒ adalah pemetaan satu-satu ! Jawab : (i) Akan dibuktikan bahwa 𝜌 ∘ πœƒ tertutup di ℝ Perhatikan bahwa : 32, π‘₯, 10, 32π‘₯,32π‘₯ + 10 ∈ β„• ∴ 𝜌 ∘ πœƒ tertutup (ii) Ambil π‘₯1, π‘₯2 ∈ β„• dengan π‘₯1 = π‘₯2 Perhatikan bahwa 𝜌 ∘ πœƒ( π‘₯1) = 32π‘₯1 + 10 = 32π‘₯2 + 10 = 𝜌 ∘ πœƒ( π‘₯2) Berlaku implikasi sebagai berikut : π‘₯1 = π‘₯2 β†’ 𝜌 ∘ πœƒ( π‘₯1) = 𝜌 ∘ πœƒ( π‘₯2) ∴ 𝜌 ∘ πœƒ pemetaan (iii) Ambil π‘₯1, π‘₯2 ∈ β„• dengan 𝜌 ∘ πœƒ ( π‘₯1) = 𝜌 ∘ πœƒ ( π‘₯2) Perhatikan bahwa 𝜌 ∘ πœƒ( π‘₯1) = 𝜌 ∘ πœƒ( π‘₯2) 32π‘₯1 + 10 = 32π‘₯2 + 10 1 32 Γ— 32π‘₯1 + 10 βˆ’ 10 = 1 32 Γ— 32π‘₯2 + 10 βˆ’ 10 π‘₯1 = π‘₯2 Diperoleh implikasi sebagai berikut : 𝜌 ∘ πœƒ( π‘₯1) = 𝜌 ∘ πœƒ( π‘₯2) β†’ π‘₯1 = π‘₯2 ∴ 𝜌 ∘ πœƒ pemetaan satu-satu∎ 5. Misalkan πœƒ: 𝐷 β†’ 𝐾1 dan 𝜌 ∢ 𝐾1 β†’ 𝐾2 adalah sebuah pemetaan. Buktikan bahwa jika πœƒ dan 𝜌 adalah pemetaan onto, maka 𝜌 ∘ πœƒ juga berupa pemetaan onto ! Berikan contohnya ! Jawab : πœƒ ∢ 𝐷 β†’ 𝐾1 merupakan pemetaan onto 𝜌 ∢ 𝐾1 β†’ 𝐾2 merupakan pemetaan onto ο‚· πœƒ Surjektif βˆ€π‘¦ ∈ 𝐾1, βˆƒπ‘₯ ∈ 𝐷, sedemikian sehingga πœƒ( π‘₯) = 𝑦 ο‚· 𝜌 Surjektif βˆ€π‘§ ∈ 𝐾2, βˆƒπ‘¦ ∈ 𝐾1, sedemikian sehingga 𝜌( 𝑦) = 𝑧 ο‚· 𝜌 ∘ πœƒ Surjektif βˆ€π‘§ ∈ 𝐾2, βˆƒπ‘₯ ∈ 𝐷, sedemikian sehingga 𝜌 ∘ πœƒ( π‘₯) = 𝑧 Ambil 𝑧 ∈ 𝐾2, karena 𝜌 surjektif maka terdapat 𝑦 ∈ 𝐾1, sedemikian sehingga berlaku : 𝜌( 𝑦) = 𝑧 …… . . (𝑖) Karena πœƒ surjektif, maka βˆ€π‘¦ ∈ 𝐾1 dapat ditemukan π‘₯ ∈ 𝐷, sedemikian sehingga berlaku :
  • 9. πœƒ( π‘₯) = 𝑦… … . . (𝑖𝑖) Dari persamaan (𝑖) dan (𝑖𝑖) diperoleh : 𝜌( 𝑦) = 𝑧 𝜌( πœƒ(π‘₯)) = 𝑧 𝜌 ∘ πœƒ( π‘₯) = 𝑧 Artinya βˆ€π‘§ ∈ 𝐾2 terdapat π‘₯ ∈ 𝐷 sedemikian sehingga berupa : 𝜌 ∘ πœƒ( π‘₯) = 𝑧 ∴ 𝜌 ∘ πœƒ pemetaan surjektif∎ Contoh soal : πœƒ ∢ β„š β†’ ℝ1 π‘₯ ⟼ πœƒ( π‘₯) = 7 3 π‘₯ + 2 𝜌 ∢ ℝ1 β†’ ℝ2 𝑦 ⟼ 𝜌( 𝑦) = 3 5 𝑦 βˆ’ 5 ο‚· πœƒ Surjektif i. 7 3 , π‘₯, 2, 7 3 π‘₯ + 2 ∈ ℝ1 ∴ πœƒ tertutup ii. Ambil π‘₯1, π‘₯2 ∈ β„š dengan π‘₯1 = π‘₯2 perhatikan bahwa : πœƒ( π‘₯1) = 7 3 π‘₯1 + 2 = 7 3 π‘₯2 + 2 = πœƒ( π‘₯2) Diperoleh implikasi sebagai berikut : π‘₯1 = π‘₯2 β†’ πœƒ( π‘₯1) = πœƒ(π‘₯2) ∴ πœƒ pemetaan iii. Ambil sembarang 𝑦 ∈ ℝ1, perhatikan bahwa : 3 7 , 𝑦, βˆ’2, 𝑦 βˆ’ 2, 3 7 (𝑦 βˆ’ 2) ∈ β„š β†’ π‘₯ ∈ β„š βˆ€π‘¦ ∈ ℝ1, βˆƒπ‘₯ = 3 7 (𝑦 βˆ’ 2) ∈ β„š sedemikian sehingga πœƒ( π‘₯) = πœƒ ( 3 7 ( 𝑦 βˆ’ 2)) = 7 3 ( 3 7 ( 𝑦 βˆ’ 2)) + 2 = 𝑦 βˆ’ 2 + 2 = 𝑦 ∴ πœƒ pemetaan surjektif∎ ο‚· 𝜌 Surjektif I. 3 5 , 𝑦, βˆ’5, 3 5 𝑦, 3 5 𝑦 βˆ’ 5 ∈ ℝ2 ∴ πœƒ tertutup II. Ambil 𝑦1, 𝑦2 ∈ ℝ1 dengan 𝑦1 = 𝑦2 perhatikan bahwa : 𝜌( 𝑦1) = 3 5 𝑦1 βˆ’ 5 = 3 5 𝑦2 βˆ’ 5 = 𝜌( 𝑦2) Diperoleh implikasi sebagai berikut : 𝑦1 = 𝑦2 β†’ 𝜌( 𝑦1) = 𝜌(𝑦2) ∴ 𝜌 pemetaan III. Ambil sembarang 𝑧 ∈ ℝ2, perhatikan bahwa :
  • 10. 5 3 , 𝑧, 5, 𝑧 + 5, 5 3 (𝑧 + 5) ∈ ℝ1 β†’ 𝑦 ∈ ℝ1 βˆ€π‘§ ∈ ℝ2, βˆƒπ‘¦ = 5 3 (𝑧 + 5) ∈ ℝ1 sedemikian sehingga 𝜌( 𝑦) = 𝜌 ( 5 3 ( 𝑧 + 5)) = 3 5 ( 5 3 ( 𝑧 + 5)) βˆ’ 5 = 𝑧 + 5 βˆ’ 5 = 𝑧 ∴ 𝜌 pemetaan surjektif∎ ο‚· 𝜌 ∘ πœƒ Surjektif βˆ€π‘§ ∈ ℝ2, βˆƒπ‘₯ ∈ β„š, sedemikian sehingga 𝜌 ∘ πœƒ( π‘₯) = 𝑧 Ambil 𝑧 ∈ ℝ2, karena 𝜌 surjektif maka terdapat 𝑦 ∈ ℝ1, sedemikian sehingga berlaku : 𝜌( 𝑦) = 𝑧… … . . (𝑖) Karena πœƒ surjektif, maka βˆ€π‘¦ ∈ ℝ1 dapat ditemukan π‘₯ ∈ β„š, sedemikian sehingga berlaku : πœƒ( π‘₯) = 𝑦… … . . (𝑖𝑖) Dari persamaan (𝑖) dan (𝑖𝑖) diperoleh : 𝜌( 𝑦) = 𝑧 𝜌( πœƒ(π‘₯)) = 𝑧 𝜌 ∘ πœƒ( π‘₯) = 𝑧 Artinya βˆ€π‘§ ∈ ℝ2 terdapat π‘₯ ∈ β„š sedemikian sehingga berupa : 𝜌 ∘ πœƒ( π‘₯) = 𝑧 ∴ 𝜌 ∘ πœƒ pemetaan surjektif∎ 6. perhatikan dua pemetaan sebagai berikut: ο‚· 𝛼 = ℝ ⟢ ℝ π‘₯ ⟼ 𝛼( π‘₯) = π‘₯2 βˆ’ 9 ο‚· 𝛽 = ℝ ⟢ ℝ π‘₯ ⟼ 𝛽( π‘₯) = 4 βˆ’ 7 5 π‘₯ Manakah diantara dua pemetaan tersebut yang memiliki invers pemetaan? Berikan alasan beserta buktinya! Tentukan bentuk invers pemetaannya! ο‚· 𝛼 = ℝ ⟢ ℝ π‘₯ ⟼ 𝛼( π‘₯) = π‘₯2 βˆ’ 9 Pembuktian! (i) Akan dibuktikan bahwa 𝛼 tertutup di ℝ π‘˜ Perhatikan bahwa π‘₯, π‘₯2 , βˆ’9, π‘₯2 βˆ’ 9 ∈ ℝ. ∴ 𝛼 tertutup di ℝ π‘˜ (ii) Akan dibuktikan bahwa berlaku implikasi π‘₯1 = π‘₯2 ⟢ 𝛼( π‘₯1) = 𝛼(π‘₯2) Ambil π‘₯1, π‘₯2 ∈ ℝ 𝐷 dengan π‘₯1 = π‘₯2
  • 11. Perhatikan bahwa: 𝛼( π‘₯1) = (π‘₯1)2 βˆ’ 9 = ( π‘₯2)2 βˆ’ 9 = 𝛼(π‘₯2) Sehingga dipenuhi implikasi sebagai berikut: π‘₯1 = π‘₯2 ⟢ 𝛼( π‘₯1) = 𝛼(π‘₯2) ∴ 𝛼 pemetaan. (iii) Ambil π‘₯1, π‘₯2 ∈ ℝ dengan 𝛼( π‘₯1) = 𝛼(π‘₯2) Perhatikan bahwa: 𝛼( π‘₯1) = 𝛼(π‘₯2) (π‘₯1)2 βˆ’ 9 = ( π‘₯2)2 βˆ’ 9 (π‘₯1)2 βˆ’ 9 + 9 = ( π‘₯2)2 βˆ’ 9 + 9 (π‘₯1)2 = (π‘₯2)2 Untuk kasus (π‘₯1)2 = (π‘₯2)2 tidak bisa dipastikan π‘₯1 β‰  π‘₯2 ∴ karena 𝛼 bukan pemetaan injektif, maka 𝛼 bukan pemetaan bijektif, akibatnya 𝛼 tidak memiliki invers pemetaan ∎ ο‚· 𝛽 = ℝ ⟢ ℝ π‘₯ ⟼ 𝛽( π‘₯) = 4 βˆ’ 7 5 π‘₯ Pembuktian! (i) Akan dibuktikan bahwa 𝛽 tertutup di ℝ π‘˜ Perhatikan bahwa 4, βˆ’ 7 5 , π‘₯, βˆ’ 7 5 π‘₯, 4 βˆ’ 7 5 π‘₯ ∈ ℝ. ∴ 𝛽 tertutup di ℝ π‘˜ (ii) Akan dibuktikan bahwa berlaku implikasi π‘₯1 = π‘₯2 ⟢ 𝛽( π‘₯1) = 𝛽(π‘₯2) Ambil π‘₯1, π‘₯2 ∈ ℝ 𝐷 dengan π‘₯1 = π‘₯2 Perhatikan bahwa 𝛽( π‘₯1) = 4 βˆ’ 7 5 ( π‘₯1) = 4 βˆ’ 7 5 (π‘₯2) = 𝛽(π‘₯2) Sehingga dipenuhi implikasi sebagai berikut: π‘₯1 = π‘₯2 ⟢ 𝛽( π‘₯1) = 𝛽(π‘₯2) ∴ 𝛽 pemetaan ∎ (iii) Ambil π‘₯1, π‘₯2 ∈ ℝ dengan 𝛽( π‘₯1) = 𝛽(π‘₯2) Perhatikan bahwa: 𝛽( π‘₯1) = 𝛽(π‘₯2) 4 βˆ’ 7 5 (π‘₯1) = 4 βˆ’ 7 5 (π‘₯2) 4 + 4 βˆ’ 7 5 ( π‘₯1) = 4 + 4 βˆ’ 7 5 (π‘₯2) (βˆ’ 5 7 )βˆ’ 7 5 (π‘₯1) = (βˆ’ 5 7 ) βˆ’ 7 5 (π‘₯2) ( π‘₯1) = (π‘₯2) diperoleh implikasi sebagai berikut: 𝛽( π‘₯1) = 𝛽(π‘₯2) ⟢ π‘₯1 = π‘₯2 ∴ 𝛽 pemetaan injektif. (iv) Ambil sebarang 𝑦 ∈ ℝ π‘˜, perhatikan bahwa:
  • 12. 𝑦, βˆ’ 5 7 , βˆ’ 5 7 𝑦, 20 7 , βˆ’ 5 7 𝑦 + 20 7 ∈ ℝ ⟢ π‘₯ ∈ ℝ βˆ€ 𝑦 ∈ ℝ π‘˜,βˆƒπ‘₯ ,βˆ’ 5 7 𝑦 + 20 7 ∈ ℝ 𝐷, sedemikian sehingga 𝛽( π‘₯) = 𝛽 (βˆ’ 5 7 𝑦 + 20 7 ) = βˆ’ 7 5 (βˆ’ 5 7 𝑦 + 20 7 ) βˆ’ 4 = 𝑦 βˆ’ 4 + 4 = 𝑦 π›½βˆ’1( π‘₯): ℝ ⟢ ℝ π‘₯ ⟼ π›½βˆ’1( π‘₯) = βˆ’ 5 7 π‘₯ + 20 7 ∴ 𝛽 pemetaan surjektif. ∴ 𝛽 memenuhi syarat pemetaan bijektif yaitu tertutup, memenuhi implikasi, pemetaan bijektif, dan pemetaan surjektif maka 𝛽 memiliki invers pemetaan ∎ β€œ bentuk invers π‘₯ ⟼ 𝛽( π‘₯) = 4 βˆ’ 7 5 π‘₯ 𝑦 = 4 βˆ’ 7 5 π‘₯ π‘¦βˆ’ 4 = βˆ’ 7 5 π‘₯ (𝑦 βˆ’ 4) Γ— (βˆ’ 5 7 ) = βˆ’ 7 5 π‘₯ Γ— (βˆ’ 5 7 ) (𝑦 Γ— βˆ’ 5 7 ) βˆ’ (4 Γ— βˆ’ 5 7 ) = 35 35 π‘₯ βˆ’ 5 7 𝑦 + 20 7 = π‘₯