Memoar ini menceritakan pengalaman penulis di penjara di Yordania dan persahabatannya dengan Amir Hizbut Tahrir, Sheikh Ata bin Khalil Abu al-Rashtah. Penulis awalnya tidak mengenal Hizbut Tahrir dan memiliki pemikiran berbeda, namun mulai belajar dan menghormati ajaran dan sikap Sheikh Ata serta anggota Hizbut Tahrir lainnya di penjara akibat kesabaran dan kebaikan mereka.
'Pembunuh bayaran' berseragam itu bernama densus 88
MEMOAR PERSATUAN
1. 29/1/2014
Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Memoar dari Penjara dan Indahnya Persahabatan bersama Amir Hizbut Tahrir, Al-Alim –Al-Jalil Sheikh Ata bin …
Memoar dari Penjara dan Indahnya Persahabatan
bersama Amir Hizbut Tahrir, Al-Alim –Al-Jalil Sheikh Ata
bin Khalil Abu al- Rashtah
January 20th, 2014 by kafi
Oleh: Salim al- Amr
Bagian Pertama
Majalah Al – Waie edisi Arab menerima beberapa memoar dari yang terhormat, Salim al- Amr.
Kami telah mempublikasikan sebagian dari memoar itu, karena Insya Allah di dalamnya
terdapat pelajaran dan manfaat bagi orang-orang yang mau mengambil pelajaran. Kami
menyampaikan terima-kasih dan penghargaan kepada Saudara Salim untuk memoar yang
ekspresif dan menggugah ini. Kami memohon kepada Allah SWT untuk memberikan
kepadanya apa yang yang akhirnya akan datang, dan semoga Allah menjaganya dari segala
keburukan dan kejahatan.
Memoar Penjara dan Penghargaan Persahabatan (1)
Awalnya dimulai dari Penjara Gurun Sawaqa di Yordania. Hari itu saya tidak tahu tentang
Hizbut Tahrir kecuali beberapa perkara yang membuat saya meremehkan dan membenci.
Semoga Allah mengampuni orang yang menjadi penyebab atas masalah ini!
Pada pagi hari itu, berita datang ke penjara bahwa seorang tahanan bernama Ata Abu alRashtah [Abu Yasin] akan dipindahkan dari Penjara Juwaideh ke Penjara Gurun Sawaqa. Hal
ini tidak begitu menjadi masalah bagi saya sebagaimana pentingnya hal itu bagi para syabab
(anggota) Hizbut Tahrir yang berada di ruang sebelah depan ruangan kami. Saya menyaksikan
wajah-wajah ceria mereka, hanya karena mereka mendengar tentang kedatangannya. Saya
mengetahui dari mereka bahwa ia adalah juru bicara resmi Hizbut Tahrir. Namun siapa dari
kami yang mengenalnya?
“Bagaimana anda tidak kenal siapa orang ini, dia adalah salah seorang dari sangat sedikit
orang yang menulis tentang ekonomi Islam!” seru teman saya (Ahmad al – Sa’oub, yang
merupakan saudara saya seiman – dalam melawan orang-orang Yahudi). Tentu saja, Ahmad
termasuk yang rajin membaca koran sampai-sampai kami mengatakan bahwa kami membeli
koran seharga dua puluh sen dan dia membacanya seharga satu dinar! Bahkan iklan kecil
tidak akan luput dari perhatiannya.
Ketika itu saya berada di sebuah ruangan dengan orang-orang yang disebut sebagai orang
‘Afghan Yordania’. Kasus ini adalah satu kasus yang rumit di mana banyak orang yang tidak
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/01/20/memoar-dari-penjara-dan-indahnya-persahabatan-bersama-amir-hizbut-tahrir-al-alim-al-jalil-sheikh-ata-bin-khalil-abu-al-r…
1/7
2. 29/1/2014
Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Memoar dari Penjara dan Indahnya Persahabatan bersama Amir Hizbut Tahrir, Al-Alim –Al-Jalil Sheikh Ata bin …
bersalah dizhalimi. Pada saat itu, kasus kami diberi nama sebagai ‘Kasus Wadi Mujib’.
Singkatnya, kasus kami adalah suatu operasi syahid melawan para turis Yahudi yang datang
ke Yordania, yang dilakukan pada ulang tahun pertama pembantaian yang dilakukan di Masjid
Ibrahimi tanggal 24 Februari 1995, namun operasi gagal, dan saya dijatuhi hukuman mati,
kemudian dikurangi menjadi hukuman penjara seumur hidup dengan kerja paksa.
Pemikiran saya pada saat itu lebih dekat kepada Salafi jihadi, karena itu terdapat perbedaan
yang sangat jauh dalam pemikiran antara saya dan Hizbut Tahrir. Saya mengakui bahwa saya
belum matang secara intelektual pada saat itu. Saya tidak peduli tentang pemikiran (fikr) atau
mengetahui apa artinya. Kami tidak tahu terminologi yang kami dengar dari Syabab Hizbut
Tahrir dan tidak mau memperhatikannya karena kami sangat meremehkan /mengolok-olok arti
kata pemikiran (fikr). Ketika kami melihat Abu Yasin dan para pengikutnya pindah dari satu
ruangan ke ruangan untuk menunaikan kewajiban kepada salah seorang dari mereka. Salah
seorang teman kami berkata sinis : “Ini adalah pemimpin mereka yang megajarkan tentang
pemikiran kepada mereka”. Kami pun menertawakan mereka dan dengan naif.
Di saat kami sibuk dengan masalah-masalah internal kami dan mencari berita tentang amnesti
umum yang kami dengar dari waktu ke waktu, sambil berharap untuk keluar dari penjara, para
Syabab Hizbut Tahrir sibuk menyerap ilmu dari Abu Yasin. Mereka, seperti yang dijelaskan oleh
penulis Abdullah Abu Rumman ketika dia dipenjara karena isu roti, “mereka menulis sebuah
buku setiap minggu.” Realitas mereka juga digambarkan oleh Profesor Hamza al – Aneed,
pada saat dikunjungi keluarganya. Dia berkata kepada keluarganya: bahwa bersama kami
ada Abu Yasin, yang selalu memberi kajian secara berkelanjutan. Karena itu berita tentang
amnesti umum tidak menyibukan mereka (para syabab). Mereka meyakini bahwa penjara
adalah qadaa’ dari Allah. Jarang sekali ada permasalahan internal di antara mereka. Sheikh
Atha telah membuat mereka sibuk dengan kajian dan menulis. Beliau mengajar mereka
bahasa arab dan ushul fiqih. Ketika kami pergi berolah raga banyak dari mereka yang pergi ke
perpustakaan penjara untuk membenamkan waktu mereka mempelajari kitab-kitab tafsir dan
meminjam buku karena mereka igin menjalankan tugas kewajiban yang ditugaskan kepada
mereka (oleh Abu Yasin).
Memoar Penjara dan Penghormatan Persahabatan (2)
Kadang-kadang kami terkena konflik, sebagai akibat dari perkelahian dengan pihak
administrasi penjara yang sebenarnya tidak perlu. Hal ini biasanya terjadi karena saudarasaudara Salafi Jihadi (negara menyebut kasus mereka sebagai kasus baiat kepada imam).
Mereka menganggap para polisi adalah kumpulan thaghut, sehingga wajar terjadi permusuhan,
yang membuat hidup kami selalu dalam keadaan konflik di dalam penjara, dikarenakan
bentrokan diantara orang-orang seperti ini dan para penjaga tahanan dan polisi.
Kemudian, administrasi penjara berusaha menekan kami dengan melemparkan gas air mata
untuk memecah belah kami. Mereka memutuskan untuk membagi kami ke dalam kamar-kamar
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/01/20/memoar-dari-penjara-dan-indahnya-persahabatan-bersama-amir-hizbut-tahrir-al-alim-al-jalil-sheikh-ata-bin-khalil-abu-al-r…
2/7
3. 29/1/2014
Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Memoar dari Penjara dan Indahnya Persahabatan bersama Amir Hizbut Tahrir, Al-Alim –Al-Jalil Sheikh Ata bin …
kecil, yang tersebar di dua lantai, sehingga dapat mengurangi banyak masalah. Situasi saat itu
adalah sebagaimana yang dijelaskan oleh penulis dan wartawan Abdullah Abu Rumman dalam
sebuah artikel yang ditulisnya ketika dia dibebaskan dari penjara dengan judul, “Pemimpin di
Penjara ” (Wa fi al- sujuun ‘umara’) .
Karena saya bertanggung jawab sebagai pimpinan para tahanan, saya melayani sekelompok
tahanan dari gerakan-gerakan yang berbeda : orang-orang Yordania Afghanistan, orang-orang
dari gerakan yang berbeda, dan dari Hizbut Tahrir, karena sebagian dari mereka berada di sel
saya, di antaranya adalah Tariq al – Ahmar, serta insinyur Laith Shubeilat. Abu Musab alZarqawi juga seorang pemimpin dari sebuah kelompok. Walid Hijazi adalah pemimpin Syabab
Hizbut Tahrir di dalam sel termasuk Abu Yasin, karena Abu Yasin menolak untuk menjadi
pemimpin. Malah dia sering berusaha untuk menjadikan Syabab sebagai pemimpin, dan
membimbing mereka pada beberapa perkara.
Pada saat Sholat Jumat, kami biasa shalat di kamar. Berkali-kali kami mendengar khutbah
Jumat dari Sheikh Ata dan kadang-kadang dari Abu Muhammad al- Maqdisi. Ini terjadi
sebelum kami dibagi ke dalam kamar-kamar kecil. Khotbah Abu Yasin sangat memukau
sehingga mempengaruhi sebagian kelompok salafi. Kemudian para pemimpin kelompok
salafi menyadari hal ini, sehingga mereka membuat masalah untuk memisahkan kelompoknya
dari syaikh Atha. Inilah yang sebenarnya terjadi.
Abu Yasin kerap memberikan pelajaran secara rutin di kamar kami mengenai ushul fiqh yang
biasa dihadiri sebagian Syabab di dalam ruangan. Pelajaran rutin lainnya diberikan oleh
Saudara Shabeita, juga dari Hizbut Tahrir, mengenai bahasa Arab. Namun sayangnya kami
tidak menaruh perhatian besar terhadap pelajaran ini.
Abu Yasin selalu memanfaatkan setiap kesempatan untuk berdiskusi dengan orang-orang lain
di kamar yang berbeda, baik pada saat ada yag sakit atau pada situasi berkabung. Beliau
tidak pernah putus asa. Dia biasa menasehati teman-temannya dengan Wasiat Rasulullah
SAW sahabat-sahabatnya,
ْ
«»ﺻل ﻣن ﻗطﻌك، واﻋف ﻋﻣن ظﻠﻣك
ُّ
“Sambungkanlah hubungan dengan orang yang memutuskanhubungan
denganmu dan maafkanlah orang yang menzalimimu”.
Dia biasa mengabaikan pelecehan yang dilakukan terhadap dirinya oleh orang-orang lain dari
gerakan-gerakan lain dan tidak meresponnya kecuali dengan kebaikan.
َﻊ ِﻲ ھ ََن َﱠذيَكَُ َاوَُِﻲ ﺣﻣﯾم
ﺑﯾ وﺑﯾ ﻋ ﻛ ﺄ
ﻓ
د ﺑ
ِ ْﻓِﺎﻟ َْ ﺳَﺈ اﻟ ََ ْﻧﮫ َ ةَﻧَﱞ
ٌَ اْﱠﺗ ِ ﻲ أﺣُِذاِ ْﻧ ََ َدٌ ﱠﮫ وﻟ
Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang
antaramu dan antara Dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/01/20/memoar-dari-penjara-dan-indahnya-persahabatan-bersama-amir-hizbut-tahrir-al-alim-al-jalil-sheikh-ata-bin-khalil-abu-al-r…
3/7
4. 29/1/2014
Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Memoar dari Penjara dan Indahnya Persahabatan bersama Amir Hizbut Tahrir, Al-Alim –Al-Jalil Sheikh Ata bin …
sangat setia. (QS Fussilat : 34 )
Saat itu kami biasa mengejek para Syabab Hizbut Tahrir itu namun pada saat yang sama kami
juga biasa mencintai mereka. Sebagian dari kami biasa menggoda mereka dengan
mengatakan, “Kamu Syabab Hizbut Tahrir, ketika kamu pergi untuk minum kopi kamu meminta
kepada pelayan untuk membawakan anda satu cangkir teh dan membawakan juga dua orang
untuk berdiskusi.” Saya melihat Abu Yasin menertawakan gurauan ini, yang disampaikan oleh
teman saya Idul Jahaleen (dari kasus orang ‘Afghan Yordania’), yang telah kehilangan kedua
kakinya dalam usaha meledakkan bioskop – semoga Allah memberinya kesehatan. Dr. Ali al –
Faqir, yang biasa duduk dalam lingkaran pengajian Abu Yasin dan belajar Usul, akan
mengatakan kepada kami untuk bersikap adil, ketika kami hanya berdua: saudaraku, jika ada
orang yang layak dihormati, maka itu adalah Abu Yasin. (Hal ini termasuk ke dalam pengakuan
jujur tentang seseorang).
Setelah dua tahun di penjara, gambaran mulai jelas bagi saya sedikit demi sedikit. Saya bisa
melihat hal-hal secara obyektif. Saya terutama melihat bertambahnya masalah-masalah internal
hanya karena alasan-alasan sepele, suatu hal yang membuat saya membuang-buang waktu
saja. Saya kemudian menulis permintaan kepada administrasi penjara untuk mengirimkan saya
ke lantai dua, ruangan tempat para Syabab Hizbut Tahrir itu. Permohonan saya disetujui,
namun dibatalkan beberapa jam kemudian! Jadi saya tinggal di sana hanya semalam,
kemudian kembali ke ruangan asal saya. Duh, sungguh kebahagiaan yang belum terlaksana.
Dari waktu ke waktu, kami mengucapkan selamat tinggal kepada Syabab yang dibebaskan,
dan menjadi kebiasaan untuk merayakan saat pembebasan mereka. Bersama dengan sipir
penjara, saya mengorganisir malam pelepasan sebagian dari mereka, saya ikut tidur di kamarkamar mereka, untuk mempersembahakan bebrapa nyanyian/nasyid untuk merayakan
pembebasan mereka.
Kemudian datanglah hari ketika Allah SWT memberikan kehormatan kepada saya untuk
berjumpa dengan Amir Hizbut Tahrir dan Syababnya dalam satu sel, ketika kami dipindahkan
ke Penjara Salt (di utara – barat Jordan) yang dibagi-bagi ke dalam sel-sel yang tidak tersinari
matahari. Di dalam sel itu terdapat tempat tidur yang terbuat dari dua lantai beton dan setiap
sel memiliki empat tingkat, yakni delapan tahanan dalam sebuah ruangan.
Jika dibandingkan dengan Penjara Sawaqa, Penjara Salt merupakan ujian yang lebih berat.
Suasanaya pun berubah, tempatnya sangat sempit, kelembabannya berlipat dan
permasalahan-pun meningkat. Tidak berlebihan jika saya katakan bahwa saya adalah orang
yang paling banyak mendapatkan manfaat karena perpindahan ini, meskipun semua orang
tahu bahwa mereka membawa saya dengan jarak dua kali lipat jauhnya dari keluarga saya,
karena saya berasal kota Karak. Dengan karunia Allah, berubahlah kesulitan di penjara ini
menjadi kenikmatan tersendiri.
Memoar Penjara dan Indahnya Persahabatan (3)
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/01/20/memoar-dari-penjara-dan-indahnya-persahabatan-bersama-amir-hizbut-tahrir-al-alim-al-jalil-sheikh-ata-bin-khalil-abu-al-r…
4/7
5. 29/1/2014
Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Memoar dari Penjara dan Indahnya Persahabatan bersama Amir Hizbut Tahrir, Al-Alim –Al-Jalil Sheikh Ata bin …
Setiap penjara memiliki suasana yang berbeda. Meskipun kurangnya pelayanan dan sel-sel
kecil di Penjara Salt, kami mulai terbiasa dengan tempat itu. Penjara bukanlah hanya tembok.
Terkadang seseorang bisa mengubah kesulitan di penjara menjadi nikmat, karena
kehendaknya sendiri, meskipun terdapat banyak rintangan.
Pada saat itu Abu Yasin hendak mengucapkan selamat tinggal pada sebagian besar Syabab
Hizbut Tahrir di penjara itu. Tidak ada yang tersisa dari mereka kecuali hanya sedikit, yang
semuanya akan segera bebas karena hukuman mereka berakhir. Saya ingat mereka adalah
Walid Hijazi, Suhaib Ja’ara, dan Abdul al- Rahim Abu ‘ Alba. Ini adalah apa yang terjadi; dalam
beberapa minggu mereka akan berada di luar tembok penjara, menghirup udara kebebasan.
Tak seorang pun dari Syabab yang tersisa di ruangan kecuali Abu Yasin. Betapa menyakitkan
dan menyedihkan ketika seseorang ditinggal seorang diri terisolasi, tanpa seorang teman di
dalam ruangan. Terhadapnya saya mengulang-ulang syair yang berbunyi:
Orang-orang yang aku cintai telah pergi & Aku tersisa menyendiri seperti sebilah pedang
Di sini saya memutuskan untuk pindah ke kamarnya, terutama karena sekarang hal ini sudah
menjadi lebih mudah.
Saya juga teringat akan perkataan seorang penyair :
Jika angin-anginmu telah berhembus, maka manfaatkanlah & karena bagi setiap kegaduhan
pasti ada ketenangan
Ada banyak alasan atas keputusan saya ini, di antarannya: suasana kedamaian di dalam
ruangan Abu Yasin; melayani seorang pria yang sudah beruban. Maka Dia memang layak untuk
dilayani -Karena di antara wujud menganggungkan Allah adalah menghormati seorang Muslim
yang telah tua dan mengormati Ahli Al-Qur’an -, keluasan hati yang menjadi ciri khas Abu Yasin.
Suatu hari saya melihat ada seorang pemuda yang banyak berbuat buruk kepadanya, namun
dia tidak memperdulikannya.
Setelah pindah ke selnya, saya mulai memperhatikan pria itu dari dekat, bagaimana cara dia
makan, bagaimana cara dia minum, bagaimana cara dia melakukan wudhu, bagaimana cara
dia beribadah, dan bagaimana cara dia berurusan dengan orang-orang. Saya melihat Islam
terwujud dalam kenyataan di dalam sel itu. Itulah karunia Allah yang diberikan kepada hamba
yang dikehendaki-Nya.
Abu Yasin adalah orang yang dihormati semua orang. Dia selalu menyambut anda dengan
senyum. Ketika dia berwudhu dia tidak menyia-nyiakan air, dia akan menutup keran beberapa
kali selama wudhu’ saat dia bergerak dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh yang lain. Saya
akan bertanya kepadanya, “Abu Yasin, apakah anda khawatir air di penjara akan habis?” “Air
ini adalah milik umum”, dia akan menjawab, “air harus dilestarikan dan jangan di sia-siakan.”
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/01/20/memoar-dari-penjara-dan-indahnya-persahabatan-bersama-amir-hizbut-tahrir-al-alim-al-jalil-sheikh-ata-bin-khalil-abu-al-r…
5/7
6. 29/1/2014
Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Memoar dari Penjara dan Indahnya Persahabatan bersama Amir Hizbut Tahrir, Al-Alim –Al-Jalil Sheikh Ata bin …
Dia biasa menyambut semua orang dengan salam, namun beberapa tahanan dari gerakangerakan lain tidak akan membalas salamnya, suatu hal yang membuatnya sedih. Dia akan
berkata kepada saya, “Bagaimana mentalitas seperti itu ditangani ketika negara Islam berdiri?
“Dia diam sebentar dan kemudian berkata, “Tidak ada solusi untuk hal ini, setelah
pembentukan Khilafah, kecuali bahwa mereka ditempatkan di perbatasan untuk berperang
melawan musuh.”
Hanya ada satu televisi di penjara, untuk semua orang. Televisi itu selalu berada di ruang
makan. Abu Yasin pergi ke sana hanya untuk menonton berita pukul delapan dan kemudian
akan kembali ke selnya.
Suatu hari salah seorang tahanan lain, dari keluarga Tahhan, yang bukan dari Syabab Hizbut
Tahrir (dia dipenjara karena membawa senjata) berkata kepada saya, “Saudaraku, anda tidak
tahu betapa saya menghormati orang ini (Ata). Saya telah melihatnya lebih dari sekali
menangis setelah mendengarkan buletin berita, terutama ketika dia mendengar berita yang
menyakitkan dari Aljazair dan pembunuhan yang terjadi di sana.”
Karena saya berasal dari klan Amr yang terkenal dari kota Karak, sebagian panglima militer
yang berasal dari selatan berupaya mendekati saya; kami biasa pergi ke halaman untuk
beristirahat di belakang penjara. Kadang-kadang sipir penjara pun keluar bersama kami.
Suatu hari, seorang panglima militer dari klan al- Shabtat al – Tufayla mengatakan kepada saya
bahwa dia telah menghabiskan masa pengabdiannya pada Dinas Keamanan Preventif,
sebelum dipindahkan ke penjara itu. Setelah mulai keakraban dan persahabatan tumbuh
diantara kami, dia berkata kepada saya, “Salim, menurut pendapat anda, siapa yang paling
berbahaya bagi rezim Yordania dari orang-orang yang ada di sini? “Jawaban saya singkat:
kelompok ‘kesetiaan kepada Imam’ (yaitu ‘Salafi Jihadi’) lalu ‘Peledak Ajloun’. Dia sedikit
tertawa dan kemudian berkata, “Semua orang itu tidak bisa melemahkan kami. “Kemudian dia
berkata, ” Apakah anda melihat bahwa orang itu (Abu Yasin) berjalan di sana sendirian, tidak
ada seorangpun di antara kamu yang memperhatikannya.” “Ya,” jawab saya . “Dia adalah yang
paling berbahaya dari anda bagi rezim Yordania.”
Saya kemudian menyadari bahwa kenyataan ini tidak seperti yang terlihat. Sebagian Petinggi
militer sering datang dengan diam-diam ke sel itu untuk duduk bersama Abu Yasin, ketika
mereka yakin tidak ada penjaga keamanan penjara. Saya kemudian menyadari
bahwa nushroh (adanya perlindungan/pertolongan dari para pemegang kekuasaan) itu adalah
sesuatu yang mungkin terjadi. Saya juga yakin bahwa banyak dari keluarga Fir’aun yang
menyembunyikan keimanan mereka (maksudnya banyak orang yang berada di lingkungan
rejim pemerintah yang tidak mendukung rejim itu, dan siap memberikan dukungannya kepada
para pengemban dakwah)
Dahulu saya dulu tidak mampu membedakan antara Mubtada (subjek) dengan Khabar
(predikat) dalam ilmu nahwu. Suatu hari, Abu Yasin berkata kepada saya, “Mengapa anda tidak
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/01/20/memoar-dari-penjara-dan-indahnya-persahabatan-bersama-amir-hizbut-tahrir-al-alim-al-jalil-sheikh-ata-bin-khalil-abu-al-r…
6/7
7. 29/1/2014
Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Memoar dari Penjara dan Indahnya Persahabatan bersama Amir Hizbut Tahrir, Al-Alim –Al-Jalil Sheikh Ata bin …
memanfaatkan waktu anda dan belajar bahasa Arab? ” Saya menjawab, “Ini adalah pelajaran
yang sulit yang saya tidak mengerti, lupakan saja”. Maka Abu Yasin berkata : “Yang harus anda
lakukan adalah membawa mushaf al- Quran, buku catatan, dan pena, kemudian serahkan
sisanya kepada saya. Anda akan belajar itu, Insya Allah”. Saya-pun menentangnya, bahwa dia
akan membuang-buang waktu di tempat yang salah. Namun, dia bersikeras untuk mengajariku
bahasa Arab. Mengapa tidak, ini adalah bahasa Al-Qur’an dan kunci untuk memahaminya dan
menggali hukum-hukumnya.
Pada akhirnya, saya meyakinkan sebagian narapidana lain untuk belajar bahasa Arab, dan
kami mulai pada metode lama sekolah Qur’an (katatib). Kami mulai membedakan antara
Kalimah Isim, Kalimah Fi’il, dan Harf, dan bahwa Jumlah itu adalah suatu ungkapan yang
berfaidah dan bermakna (Kalaamun Mufiidun Dzuu Ma’nan) . Sebagian besar contoh yang dia
gunakan adalah dari Al-Qur’an, demikian juga tugas-tugas yang dia berikan kepada kami.
Pada akhirnya, setelah beberapa minggu kami menjalani tes yang saya tidak pernah bermimpi
pernah mampu menyelesaikannya di masa lalu – Yakni menyelesaikan i’rab Surat al – Anfal
(mengurai kata dan kalimat) secara sempurna, dan saya bisa melakukannya. Semoga Allah
membalasnya dengan pahala yang terbaik atas pelajaran yang diajarkannya! (diterjemahkan
riza/yasin, sumber: alwaie bahasa arab edisi 324)
Baca juga :
1. Contoh Kezaliman Karimov kepada Syabab Hizbut Tahrir di Penjara-Penjara
Uzbekistan
2. Alhamdulillah, Facebook dan Twitter Resmi Amir Hizbut Tahrir al ‘Alim ‘Atha bin Kholil
Abu Al Rasytah Diluncurkan
3. [VIDEO] Takziyah Hizbut Tahrir atas Wafatnya Saudara Perempuan dari Amir Hizbut
Tahrir
4. Hizbut Tahrir Bangladesh Menyatakan Rasa Syukur kepada Allah SWT Atas
Bebasnya Sepuluh Anggota Hizb dari Penjara
5. MEMOAR SYAIKH ABU ARQAM (Generasi Awal Hizbut Tahrir)
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/01/20/memoar-dari-penjara-dan-indahnya-persahabatan-bersama-amir-hizbut-tahrir-al-alim-al-jalil-sheikh-ata-bin-khalil-abu-al-r…
7/7