SlideShare a Scribd company logo
1 of 3
Mencari Titik-temu Antarperbedaan, Mungkinkah? 
Oleh: Muhsin Hariyanto 
Ketika bertadarus petang hari, tiba-tiba saya terdiam di saat membaca dua 
ayat al-Quran. Yang pertama, QS al-Ahzâb/33: 21; kedua, QS al-Kâfirûn/109: 6. 
Bacaan itu mengingatkan saya pada seorang laki-laki keturunan Tionghoa yang 
bernama Koh Liem. 
Koh Liem, salah seorang saudara sepupu kawan-muslim saya yang 
beragama Kristen Protestan, adalah seorang yang sangat memahami arti perbedaan. 
Tetapi, dia bisa menikmatinya sembari menegaskan bahwa berbeda tidak selalu harus 
diikuti dengan ‘kebencian’. Dia masih tetap bisa mencintai dan menghargai diri dan 
kawan saya yang tengah bersilaturahim, dan bahkan mampu berempati dalam urusan 
sekecil apa pun, termasuk (dalam urusan) makan. 
Beberapa tahun silam, saya bersama kawan saya pernah berkunjung di 
rumahnya. Sebuah Ruko (Rumah-Toko) di pusat kota Wonosari, Gunung Kidul, 
Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada saat kami mengetuk pintu rumahnya, dia bersama 
keluarganya sedang makan bersama di sebuah meja makan yang tersedia di ruang 
makan di samping tokonya. Dengan santun dia bersama anak-isterinya menyambut 
kedatangan kami seraya mengucapkan ‘selamat datang’ dan memesilan kami untuk 
duduk di ruang tamu yang bersebelahan dengan ruang makannya. 
Tidak banyak yang bisa kami dialogkan di ruang tamu itu, karena setelah 
dia bersama isterinya menerima kehadiran kami, segera mengajak diri kami (berdua) 
keluar menuju seberang rumah, ke sebuah rumah makan ‘Padang’, yang menyajikan 
masakan ala Sumatera Barat. 
Semula kami diam, ketika mereka mengajak diri kami ke rumah makan itu. 
Tetapi, karena keduanya membuka dengan sebuah pernyataan: “maaf, kami harus 
mengajak anda berdua ke rumah makan ini untuk melanjutkan bincang-bincang kita, 
supaya semuanya menjadi ‘enak’, kami pun bertanya: “Kenapa anda mengajak kami 
ke rumah makan ini?” Apakah kita tidak bisa berbincang-bincang sambil makan-minum 
di rumah anda? 
Mendengar pertanyaan kawan saya itu, Koh Liem pun menjawab: “Sekali 
lagi saya mohon maaf. Tadi saya sedang makan bersama keluarga kami dengan menu 
makanan yang tidak mungkin anda nikmati, karena sebagian lauk makan kami 
terbuat dari daging babi, dan sebagai muslim anda berdua diharamkan untuk 
1
mengonsumsinya. Oleh karena itu, demi kebersamaan kita, kita harus pindah-tempat 
menuju rumah makan ini, yang menurut pertimbangan kami layak untuk kita datangi 
dalam rangka menukmati makanan yang ‘halal’ bagi diri kita. 
Tetegun mendengar jawaban Koh Liem itu, kawan saya pun diam sejenak, 
kemudian mengucapkan ‘terima kasih’ seraya menyalami tangan kanan Koh Liem. 
Dan Koh Liem pun tersenyum seraya berkata: “maaf kalau keputusan saya ini tidak 
berkenan. Saya sekadar ingin tetap bisa bersama, tanpa harus saling mengusik.” 
Pengalaman bersama Koh Liem itu itu merupakan pengalaman yang sangat 
berharga untuk memahami konsep pluralitas, tanpa jebakan (ide) pluralisme yang – 
ketika disalahpahami -- sering melahirkan gesekan antarumat beragama dalam 
mengekspresikan keberagamaan mereka, bukan saja pada wilayah ibadah, tetapi – 
bahkan – dalam wilayah mu’amalah. Koh Liem yang beragama Kristen Protestan 
‘ternyata’ bisa berempati kepada diri kami (yang beragama Islam) dengan melahirkan 
sebuah solusi yang sangat tepat ketika harus membangun kebersamaan. Sebuah 
kebersamaan yang indah, karena kita bisa saling mengakui, menghargai dan 
menghormati tanpa sekidit pun mencederai. 
Berkaca pada ‘sikap bijak’ Koh Liem, kita pun bisa melacak sejarah 
‘kearifan’ Rasulullah s.a.w. yang telah memberikan contoh kongkret, bagaimana 
seharusnya ‘kita’ (umat Islam) bersikap toleran. 
Pertama, ketika (suatu saat) terjadi keributan antara kaum muslimin dan 
Yahudi di Madinah, Rasulullah s.a.w. menawarkan sebuah solusi yang sangat bijak, 
dengan menyusun sebuah piagam bersama, yang dikenal dengan sebutan “Piagam 
Madinah”, yang dimaksudkan untuk mencari titik-temu, kedamaian dan ketenteraman 
kehidupan di masyarakat. Seperti yang terdapat --- misalnya -- pada sebuah pasal 
yang tertulis, “Sesungguhnya orang Yahudi yang mengikuti kita berhak atas 
pertolongan dan santunan, sepanjang (kaum mukminin) tidak terzalimi dan 
ditentang.” Teks piagam itu menyiratkan sebuah sikap toleran yang dimaksudkan 
untuk memberikan ‘keuntungan bagi kedua belah pihak’. Kaum muslimin dan Yahudi 
merasa lega, karena dengan pijakan piagam itu mereka bisa melanjutkan 
kebersamaan merana tanpa saling mengusik, dan bahkan saling menguntungkan. 
Kedua, pada peristiwa penaklukkan Kota Makkah (Fathu Makkah), 
Rasulullah s.a.w. juga menunjukkan sikap toleran yang sangat indah. Penduduk 
Makkah yang selama ini memusuhinya ‘khawatir’ ketika umat Islam berhasil 
menaklukkan Kota Makkah itu. Sebab, sebelum penaklukan itu, umat Islam sering 
dizalimi oleh kaum kafir Quraisy Makkah. Dan bahkan mereka sering menghalang- 
2
halangi dakwah Rasululllah s.a.w., bahkan pada suatu waktu mreka pernah memiliki 
rencana untuk ‘membunuhnya’. Tetapi, setelah terjadi penaklukkan Kota Makkah itu, 
Rasulullah s,a.w, menunjukkan sikap ‘hilm’-nya, memaafkan mereka tanpa 
menyisakan kebencian sedikit pun, apalagi ‘dendam’. Sama sekali ‘tdak ada balas 
dendam’. Kekuasaan dan kewenangan yang dimilikinya, sama sekaki tidak 
menjadikannya bersikap ‘arogan’ atau ‘sewenang-wenang’. Beliau bisa menunjukkan 
‘betapa indahnya’ akhlak muslim terhadap non-muslim. Bahkan, ketika kaum Quraisy 
menanti keputusan beliau, Rasul bersabda, “Saya hanya ingin mengatakan sebuah 
perkataan kepada kalian, sebagaimana ucapan Nabi Yusuf a.s. kepada saudaranya-sauadaranya: 
'Tiada celaan atas kalian pada hari ini'. Pergilah! kalian semua dengan 
sebebas-bebasnya.” Sungguh jawaban Rasulullah s.a.w. itu seperti telah ‘memorak-porandakan’ 
semua benteng kesombongan mereka, dan sama sekali jauh dari asumsi 
mereka. Kekhawatiran akan adanya ‘hari pembalasan’ terhadap semua kejahatan yang 
telah mereka lakukan terhadap Rasulullah s.a.w. dan para pengikutnya ‘hilang-sirna’. 
Mereka hanya melihat ‘al-Halîm’, kelembutan dan ketegasan yang terpadu dalam 
sebuah pribadi yang tulus, dari seorang sosok manusia mulia yang pantas menjadi 
teladan bagi siapa pun. Inilah bukti dari keagungan akhlak seorang Muhammad 
(Rasulullah) s.a.w., yang setiap ucapan dan tindakannya selalu bisa bergetar, 
menyeruak masuk ke relung hati mereka yang masih memiliki hati-nurani, menyinari 
setiap sudutnya yang semula kelam, menjadi serba terang benderang. Itulah di antara 
contoh kearifan Rasulullah s.a.w. yang mampu memahami pluralitas, tanpa jebakan 
‘pluralisme tanpa batas’, yang seringkali menjadikan ‘para penganutnya’ lebur dalam 
identitas yang semakin kabur, menjadi (sosok) pribadi mudzabdzab (ambigu), yang 
oleh Imam as-Suyuthi disebut sebagai pribadi ‘munafik’ (Lihat: Ad-Durr al-Mantsûr, 
V/83). 
Saya tidak berkeinginan untuk membandingkan antara Koh Liem dan 
Rasulullah s.a.w.. Tetapi saya semakin yakin terhadap ‘kebenaran’ firman Allah 
dalam QS al-Ahzâb/33: 2, dan QS al-Kâfirûn/109: 6, yang ruh (spirit/semangat)-nya 
telah dipraktikkan oleh Rasulullah s.a.w. dengan sangat sempurna. “Sangat pantaslah 
bila beliau (Rasulullah s.a.w.) menjadi suri teladan bagi siapa pun mengharap 
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat, serta banyak mengingat Allah.” Dan 
saya pun perlu mengucapkan terima kasih pada Koh Liem yang telah menggugah 
kesadaran kami untuk berittiba’ pada Rasululllah s.a.w. dalam mengekspresikan sikap 
tolerannya tanpa harus ‘melepas’ identitas keislamannya. 
Penulis adalah Dosen Tetap FAI UM Yogyakarta dan Dosen Tidak Tetap STIKES 
’Aisyiyah Yogyakarta 
3

More Related Content

What's hot

Seruan al barzakh-rumi
Seruan al barzakh-rumiSeruan al barzakh-rumi
Seruan al barzakh-rumiustzhafiz
 
Id forty hadith_of_nawawi
Id forty hadith_of_nawawiId forty hadith_of_nawawi
Id forty hadith_of_nawawiMohd Nur Addin
 
Menumbuhkembangkan sikap 'hilm'
Menumbuhkembangkan sikap 'hilm'Menumbuhkembangkan sikap 'hilm'
Menumbuhkembangkan sikap 'hilm'Muhsin Hariyanto
 
Ibn taimiyah-mukhtarat-iqtidha-ash-shirathal-mustaqim
Ibn taimiyah-mukhtarat-iqtidha-ash-shirathal-mustaqimIbn taimiyah-mukhtarat-iqtidha-ash-shirathal-mustaqim
Ibn taimiyah-mukhtarat-iqtidha-ash-shirathal-mustaqimTaufik Hidayat
 
Kenapa Aku Meninggalkan Syiah Dr Sayid Musa Al Musawi
Kenapa Aku Meninggalkan Syiah  Dr Sayid Musa Al MusawiKenapa Aku Meninggalkan Syiah  Dr Sayid Musa Al Musawi
Kenapa Aku Meninggalkan Syiah Dr Sayid Musa Al MusawiNilai University
 
Al qur`an di hati seorang muslim
Al qur`an di hati seorang muslimAl qur`an di hati seorang muslim
Al qur`an di hati seorang muslimFeri Chandra
 
Mendudukkan Polemik Al Maidah 51 - Anto Apriyanto
Mendudukkan Polemik Al Maidah 51 - Anto ApriyantoMendudukkan Polemik Al Maidah 51 - Anto Apriyanto
Mendudukkan Polemik Al Maidah 51 - Anto ApriyantoAnto Apriyanto, M.E.I.
 
Menyikapi orang orang yang melecehkan islam dan ancaman terhadap pelakunya
Menyikapi orang orang yang melecehkan islam dan ancaman terhadap pelakunyaMenyikapi orang orang yang melecehkan islam dan ancaman terhadap pelakunya
Menyikapi orang orang yang melecehkan islam dan ancaman terhadap pelakunyaRizky Faisal
 
Kesejahteraan sosial dalam islam
Kesejahteraan sosial dalam islamKesejahteraan sosial dalam islam
Kesejahteraan sosial dalam islamAshiraahmad
 
Memoar dari penjara dan indahnya persahabatan
Memoar dari penjara dan indahnya persahabatanMemoar dari penjara dan indahnya persahabatan
Memoar dari penjara dan indahnya persahabatanRizky Faisal
 

What's hot (17)

Ghibah
GhibahGhibah
Ghibah
 
Seruan al barzakh-rumi
Seruan al barzakh-rumiSeruan al barzakh-rumi
Seruan al barzakh-rumi
 
Id forty hadith_of_nawawi
Id forty hadith_of_nawawiId forty hadith_of_nawawi
Id forty hadith_of_nawawi
 
Menumbuhkembangkan sikap 'hilm'
Menumbuhkembangkan sikap 'hilm'Menumbuhkembangkan sikap 'hilm'
Menumbuhkembangkan sikap 'hilm'
 
Ibn taimiyah-mukhtarat-iqtidha-ash-shirathal-mustaqim
Ibn taimiyah-mukhtarat-iqtidha-ash-shirathal-mustaqimIbn taimiyah-mukhtarat-iqtidha-ash-shirathal-mustaqim
Ibn taimiyah-mukhtarat-iqtidha-ash-shirathal-mustaqim
 
Harga sebuah kejujuran
Harga sebuah kejujuranHarga sebuah kejujuran
Harga sebuah kejujuran
 
Kenapa Aku Meninggalkan Syiah Dr Sayid Musa Al Musawi
Kenapa Aku Meninggalkan Syiah  Dr Sayid Musa Al MusawiKenapa Aku Meninggalkan Syiah  Dr Sayid Musa Al Musawi
Kenapa Aku Meninggalkan Syiah Dr Sayid Musa Al Musawi
 
Makalah merelasasikan agama
Makalah merelasasikan agama Makalah merelasasikan agama
Makalah merelasasikan agama
 
Ayat Ayat Fitna (Quraish Shihab)
Ayat Ayat Fitna (Quraish Shihab)Ayat Ayat Fitna (Quraish Shihab)
Ayat Ayat Fitna (Quraish Shihab)
 
Menyembuhkan luka
Menyembuhkan lukaMenyembuhkan luka
Menyembuhkan luka
 
Al qur`an di hati seorang muslim
Al qur`an di hati seorang muslimAl qur`an di hati seorang muslim
Al qur`an di hati seorang muslim
 
TRAGEDI KARBALA -- SWARAMUSLIM.COM
TRAGEDI KARBALA -- SWARAMUSLIM.COMTRAGEDI KARBALA -- SWARAMUSLIM.COM
TRAGEDI KARBALA -- SWARAMUSLIM.COM
 
Tafsir al hujurot
Tafsir al hujurotTafsir al hujurot
Tafsir al hujurot
 
Mendudukkan Polemik Al Maidah 51 - Anto Apriyanto
Mendudukkan Polemik Al Maidah 51 - Anto ApriyantoMendudukkan Polemik Al Maidah 51 - Anto Apriyanto
Mendudukkan Polemik Al Maidah 51 - Anto Apriyanto
 
Menyikapi orang orang yang melecehkan islam dan ancaman terhadap pelakunya
Menyikapi orang orang yang melecehkan islam dan ancaman terhadap pelakunyaMenyikapi orang orang yang melecehkan islam dan ancaman terhadap pelakunya
Menyikapi orang orang yang melecehkan islam dan ancaman terhadap pelakunya
 
Kesejahteraan sosial dalam islam
Kesejahteraan sosial dalam islamKesejahteraan sosial dalam islam
Kesejahteraan sosial dalam islam
 
Memoar dari penjara dan indahnya persahabatan
Memoar dari penjara dan indahnya persahabatanMemoar dari penjara dan indahnya persahabatan
Memoar dari penjara dan indahnya persahabatan
 

Viewers also liked

Silabo historia del derecho
Silabo historia del derecho Silabo historia del derecho
Silabo historia del derecho Marcxelo
 
Comunicacion humana por medios masivos
Comunicacion humana por medios masivosComunicacion humana por medios masivos
Comunicacion humana por medios masivosYazmin Rodriguez
 
Menyikapi kezaliman, apa sikap kita
Menyikapi kezaliman, apa sikap kitaMenyikapi kezaliman, apa sikap kita
Menyikapi kezaliman, apa sikap kitaMuhsin Hariyanto
 
Вручение Знамя победы от ветеранов ВОВ и совета ветеранов
Вручение Знамя победы от ветеранов ВОВ и совета ветерановВручение Знамя победы от ветеранов ВОВ и совета ветеранов
Вручение Знамя победы от ветеранов ВОВ и совета ветеранов86058888f
 
Configuración de esclavo y maestro
Configuración de esclavo y maestroConfiguración de esclavo y maestro
Configuración de esclavo y maestroLidiafloresraya
 
Nota de bienvenida latam news
Nota de bienvenida latam newsNota de bienvenida latam news
Nota de bienvenida latam newsLatamNewsZO
 
турнір юних фізиків
турнір юних фізиківтурнір юних фізиків
турнір юних фізиківjekah
 
Historia del Derecho
Historia del DerechoHistoria del Derecho
Historia del DerechoLauyny
 
La magia de nuestro planeta
La magia de nuestro planetaLa magia de nuestro planeta
La magia de nuestro planetasilgallo
 

Viewers also liked (15)

Silabo historia del derecho
Silabo historia del derecho Silabo historia del derecho
Silabo historia del derecho
 
Joseph Nicholas Antonelli
Joseph Nicholas AntonelliJoseph Nicholas Antonelli
Joseph Nicholas Antonelli
 
Gogleeglass
GogleeglassGogleeglass
Gogleeglass
 
Comunicacion humana por medios masivos
Comunicacion humana por medios masivosComunicacion humana por medios masivos
Comunicacion humana por medios masivos
 
Menyikapi kezaliman, apa sikap kita
Menyikapi kezaliman, apa sikap kitaMenyikapi kezaliman, apa sikap kita
Menyikapi kezaliman, apa sikap kita
 
Documento sin título
Documento sin títuloDocumento sin título
Documento sin título
 
Вручение Знамя победы от ветеранов ВОВ и совета ветеранов
Вручение Знамя победы от ветеранов ВОВ и совета ветерановВручение Знамя победы от ветеранов ВОВ и совета ветеранов
Вручение Знамя победы от ветеранов ВОВ и совета ветеранов
 
Healthy and unhealthy foods
Healthy and unhealthy foodsHealthy and unhealthy foods
Healthy and unhealthy foods
 
ANIL_KARMACHARYA_RHCE
ANIL_KARMACHARYA_RHCEANIL_KARMACHARYA_RHCE
ANIL_KARMACHARYA_RHCE
 
Configuración de esclavo y maestro
Configuración de esclavo y maestroConfiguración de esclavo y maestro
Configuración de esclavo y maestro
 
Nota de bienvenida latam news
Nota de bienvenida latam newsNota de bienvenida latam news
Nota de bienvenida latam news
 
турнір юних фізиків
турнір юних фізиківтурнір юних фізиків
турнір юних фізиків
 
Historia del Derecho
Historia del DerechoHistoria del Derecho
Historia del Derecho
 
Vocacion profesional
Vocacion profesionalVocacion profesional
Vocacion profesional
 
La magia de nuestro planeta
La magia de nuestro planetaLa magia de nuestro planeta
La magia de nuestro planeta
 

Similar to Mencari titik temu antarperbedaan, mungkinkah

MENUJU PERSATUAN UMAT : PANDANGAN INTELEKTUAL MUSLIM INDONESIA
MENUJU PERSATUAN UMAT : PANDANGAN INTELEKTUAL MUSLIM INDONESIAMENUJU PERSATUAN UMAT : PANDANGAN INTELEKTUAL MUSLIM INDONESIA
MENUJU PERSATUAN UMAT : PANDANGAN INTELEKTUAL MUSLIM INDONESIAprimagraphology consulting
 
Teks Pidato: Santri Indonesia sebagai Perdamaian Dunia
Teks Pidato: Santri Indonesia sebagai Perdamaian DuniaTeks Pidato: Santri Indonesia sebagai Perdamaian Dunia
Teks Pidato: Santri Indonesia sebagai Perdamaian DuniaFakhriyah Elita
 
Bab viii (sejarah nabi muhammad saw)
Bab viii (sejarah nabi muhammad saw)Bab viii (sejarah nabi muhammad saw)
Bab viii (sejarah nabi muhammad saw)Maghfiroh Firoh
 
Bab viii (sejarah nabi muhammad saw)
Bab viii (sejarah nabi muhammad saw)Bab viii (sejarah nabi muhammad saw)
Bab viii (sejarah nabi muhammad saw)Maghfiroh Firoh
 
Bab viii (sejarah nabi muhammad saw)
Bab viii (sejarah nabi muhammad saw)Bab viii (sejarah nabi muhammad saw)
Bab viii (sejarah nabi muhammad saw)Maghfiroh Firoh
 
Bab viii (sejarah nabi muhammad saw)
Bab viii (sejarah nabi muhammad saw)Bab viii (sejarah nabi muhammad saw)
Bab viii (sejarah nabi muhammad saw)Maghfiroh Firoh
 
Bab viii (sejarah nabi muhammad saw)
Bab viii (sejarah nabi muhammad saw)Bab viii (sejarah nabi muhammad saw)
Bab viii (sejarah nabi muhammad saw)Maghfiroh Firoh
 
BUKU IC I _ BADAN KOORDINASI LEMBAGA DAKWAH KAMPUS ( BKLDK )
BUKU IC I _ BADAN KOORDINASI LEMBAGA DAKWAH KAMPUS ( BKLDK )BUKU IC I _ BADAN KOORDINASI LEMBAGA DAKWAH KAMPUS ( BKLDK )
BUKU IC I _ BADAN KOORDINASI LEMBAGA DAKWAH KAMPUS ( BKLDK )downloadbukuicibkldk
 
Buku ic i badan koordinasi lembaga dakwah kampus ( bkldk )
Buku ic i   badan koordinasi lembaga dakwah kampus ( bkldk )Buku ic i   badan koordinasi lembaga dakwah kampus ( bkldk )
Buku ic i badan koordinasi lembaga dakwah kampus ( bkldk )FlamencoRizky
 
Bab 7 kontribusi pemikiran muhammad baqir bin ali za (56 114 h) edited
Bab 7 kontribusi pemikiran muhammad baqir bin ali za (56 114 h) editedBab 7 kontribusi pemikiran muhammad baqir bin ali za (56 114 h) edited
Bab 7 kontribusi pemikiran muhammad baqir bin ali za (56 114 h) editedMuhammad Fathan Ali Husaini
 
Membumikan alquran
Membumikan alquranMembumikan alquran
Membumikan alquranagustiachmad
 
Menyikapi kezaliman, apa sikap kita
Menyikapi kezaliman, apa sikap kitaMenyikapi kezaliman, apa sikap kita
Menyikapi kezaliman, apa sikap kitaMuhsin Hariyanto
 
Islamic book : Tazkiyatun nafs imam ghazali
Islamic book : Tazkiyatun nafs imam ghazaliIslamic book : Tazkiyatun nafs imam ghazali
Islamic book : Tazkiyatun nafs imam ghazaliRaden Mas Gatutkoco
 
Amalan terbaik dalam pembangunan sosial
Amalan terbaik dalam pembangunan sosialAmalan terbaik dalam pembangunan sosial
Amalan terbaik dalam pembangunan sosialain mardhati
 
Mewujudkan kesiapan-menghadapi-tantangan
Mewujudkan kesiapan-menghadapi-tantanganMewujudkan kesiapan-menghadapi-tantangan
Mewujudkan kesiapan-menghadapi-tantanganMuhammad Idris
 

Similar to Mencari titik temu antarperbedaan, mungkinkah (20)

MENUJU PERSATUAN UMAT : PANDANGAN INTELEKTUAL MUSLIM INDONESIA
MENUJU PERSATUAN UMAT : PANDANGAN INTELEKTUAL MUSLIM INDONESIAMENUJU PERSATUAN UMAT : PANDANGAN INTELEKTUAL MUSLIM INDONESIA
MENUJU PERSATUAN UMAT : PANDANGAN INTELEKTUAL MUSLIM INDONESIA
 
Bersangka baik
Bersangka baikBersangka baik
Bersangka baik
 
Teks Pidato: Santri Indonesia sebagai Perdamaian Dunia
Teks Pidato: Santri Indonesia sebagai Perdamaian DuniaTeks Pidato: Santri Indonesia sebagai Perdamaian Dunia
Teks Pidato: Santri Indonesia sebagai Perdamaian Dunia
 
Bab viii (sejarah nabi muhammad saw)
Bab viii (sejarah nabi muhammad saw)Bab viii (sejarah nabi muhammad saw)
Bab viii (sejarah nabi muhammad saw)
 
Bab viii (sejarah nabi muhammad saw)
Bab viii (sejarah nabi muhammad saw)Bab viii (sejarah nabi muhammad saw)
Bab viii (sejarah nabi muhammad saw)
 
Bab viii (sejarah nabi muhammad saw)
Bab viii (sejarah nabi muhammad saw)Bab viii (sejarah nabi muhammad saw)
Bab viii (sejarah nabi muhammad saw)
 
Bab viii (sejarah nabi muhammad saw)
Bab viii (sejarah nabi muhammad saw)Bab viii (sejarah nabi muhammad saw)
Bab viii (sejarah nabi muhammad saw)
 
Bab viii (sejarah nabi muhammad saw)
Bab viii (sejarah nabi muhammad saw)Bab viii (sejarah nabi muhammad saw)
Bab viii (sejarah nabi muhammad saw)
 
BUKU IC I _ BADAN KOORDINASI LEMBAGA DAKWAH KAMPUS ( BKLDK )
BUKU IC I _ BADAN KOORDINASI LEMBAGA DAKWAH KAMPUS ( BKLDK )BUKU IC I _ BADAN KOORDINASI LEMBAGA DAKWAH KAMPUS ( BKLDK )
BUKU IC I _ BADAN KOORDINASI LEMBAGA DAKWAH KAMPUS ( BKLDK )
 
Buku ic i badan koordinasi lembaga dakwah kampus ( bkldk )
Buku ic i   badan koordinasi lembaga dakwah kampus ( bkldk )Buku ic i   badan koordinasi lembaga dakwah kampus ( bkldk )
Buku ic i badan koordinasi lembaga dakwah kampus ( bkldk )
 
Bab 7 kontribusi pemikiran muhammad baqir bin ali za (56 114 h) edited
Bab 7 kontribusi pemikiran muhammad baqir bin ali za (56 114 h) editedBab 7 kontribusi pemikiran muhammad baqir bin ali za (56 114 h) edited
Bab 7 kontribusi pemikiran muhammad baqir bin ali za (56 114 h) edited
 
Membumikan alquran
Membumikan alquranMembumikan alquran
Membumikan alquran
 
Isu Isu Penting Ikhtilaf
Isu Isu Penting IkhtilafIsu Isu Penting Ikhtilaf
Isu Isu Penting Ikhtilaf
 
Menyikapi kezaliman, apa sikap kita
Menyikapi kezaliman, apa sikap kitaMenyikapi kezaliman, apa sikap kita
Menyikapi kezaliman, apa sikap kita
 
Islamic book : Tazkiyatun nafs imam ghazali
Islamic book : Tazkiyatun nafs imam ghazaliIslamic book : Tazkiyatun nafs imam ghazali
Islamic book : Tazkiyatun nafs imam ghazali
 
Khutbah Jum'at
Khutbah Jum'atKhutbah Jum'at
Khutbah Jum'at
 
Saatnya kita berhijrah
Saatnya kita berhijrahSaatnya kita berhijrah
Saatnya kita berhijrah
 
Amalan terbaik dalam pembangunan sosial
Amalan terbaik dalam pembangunan sosialAmalan terbaik dalam pembangunan sosial
Amalan terbaik dalam pembangunan sosial
 
Kultum..
Kultum..Kultum..
Kultum..
 
Mewujudkan kesiapan-menghadapi-tantangan
Mewujudkan kesiapan-menghadapi-tantanganMewujudkan kesiapan-menghadapi-tantangan
Mewujudkan kesiapan-menghadapi-tantangan
 

More from Muhsin Hariyanto

Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahMuhsin Hariyanto
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Muhsin Hariyanto
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanMuhsin Hariyanto
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMuhsin Hariyanto
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Muhsin Hariyanto
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabulMuhsin Hariyanto
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamMuhsin Hariyanto
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifMuhsin Hariyanto
 

More from Muhsin Hariyanto (20)

Khutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 hKhutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 h
 
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
 
Etika dalam berdoa
Etika dalam berdoaEtika dalam berdoa
Etika dalam berdoa
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul
 
Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)
 
Strategi dakwah
Strategi dakwahStrategi dakwah
Strategi dakwah
 
Sukses karena kerja keras
Sukses karena kerja kerasSukses karena kerja keras
Sukses karena kerja keras
 
Opini dul
Opini   dulOpini   dul
Opini dul
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayam
 
Tentang diri saya
Tentang diri sayaTentang diri saya
Tentang diri saya
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
 
Ketika kita gagal
Ketika kita gagalKetika kita gagal
Ketika kita gagal
 
Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!
 
Gatotkaca winisuda
Gatotkaca winisudaGatotkaca winisuda
Gatotkaca winisuda
 

Mencari titik temu antarperbedaan, mungkinkah

  • 1. Mencari Titik-temu Antarperbedaan, Mungkinkah? Oleh: Muhsin Hariyanto Ketika bertadarus petang hari, tiba-tiba saya terdiam di saat membaca dua ayat al-Quran. Yang pertama, QS al-Ahzâb/33: 21; kedua, QS al-Kâfirûn/109: 6. Bacaan itu mengingatkan saya pada seorang laki-laki keturunan Tionghoa yang bernama Koh Liem. Koh Liem, salah seorang saudara sepupu kawan-muslim saya yang beragama Kristen Protestan, adalah seorang yang sangat memahami arti perbedaan. Tetapi, dia bisa menikmatinya sembari menegaskan bahwa berbeda tidak selalu harus diikuti dengan ‘kebencian’. Dia masih tetap bisa mencintai dan menghargai diri dan kawan saya yang tengah bersilaturahim, dan bahkan mampu berempati dalam urusan sekecil apa pun, termasuk (dalam urusan) makan. Beberapa tahun silam, saya bersama kawan saya pernah berkunjung di rumahnya. Sebuah Ruko (Rumah-Toko) di pusat kota Wonosari, Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada saat kami mengetuk pintu rumahnya, dia bersama keluarganya sedang makan bersama di sebuah meja makan yang tersedia di ruang makan di samping tokonya. Dengan santun dia bersama anak-isterinya menyambut kedatangan kami seraya mengucapkan ‘selamat datang’ dan memesilan kami untuk duduk di ruang tamu yang bersebelahan dengan ruang makannya. Tidak banyak yang bisa kami dialogkan di ruang tamu itu, karena setelah dia bersama isterinya menerima kehadiran kami, segera mengajak diri kami (berdua) keluar menuju seberang rumah, ke sebuah rumah makan ‘Padang’, yang menyajikan masakan ala Sumatera Barat. Semula kami diam, ketika mereka mengajak diri kami ke rumah makan itu. Tetapi, karena keduanya membuka dengan sebuah pernyataan: “maaf, kami harus mengajak anda berdua ke rumah makan ini untuk melanjutkan bincang-bincang kita, supaya semuanya menjadi ‘enak’, kami pun bertanya: “Kenapa anda mengajak kami ke rumah makan ini?” Apakah kita tidak bisa berbincang-bincang sambil makan-minum di rumah anda? Mendengar pertanyaan kawan saya itu, Koh Liem pun menjawab: “Sekali lagi saya mohon maaf. Tadi saya sedang makan bersama keluarga kami dengan menu makanan yang tidak mungkin anda nikmati, karena sebagian lauk makan kami terbuat dari daging babi, dan sebagai muslim anda berdua diharamkan untuk 1
  • 2. mengonsumsinya. Oleh karena itu, demi kebersamaan kita, kita harus pindah-tempat menuju rumah makan ini, yang menurut pertimbangan kami layak untuk kita datangi dalam rangka menukmati makanan yang ‘halal’ bagi diri kita. Tetegun mendengar jawaban Koh Liem itu, kawan saya pun diam sejenak, kemudian mengucapkan ‘terima kasih’ seraya menyalami tangan kanan Koh Liem. Dan Koh Liem pun tersenyum seraya berkata: “maaf kalau keputusan saya ini tidak berkenan. Saya sekadar ingin tetap bisa bersama, tanpa harus saling mengusik.” Pengalaman bersama Koh Liem itu itu merupakan pengalaman yang sangat berharga untuk memahami konsep pluralitas, tanpa jebakan (ide) pluralisme yang – ketika disalahpahami -- sering melahirkan gesekan antarumat beragama dalam mengekspresikan keberagamaan mereka, bukan saja pada wilayah ibadah, tetapi – bahkan – dalam wilayah mu’amalah. Koh Liem yang beragama Kristen Protestan ‘ternyata’ bisa berempati kepada diri kami (yang beragama Islam) dengan melahirkan sebuah solusi yang sangat tepat ketika harus membangun kebersamaan. Sebuah kebersamaan yang indah, karena kita bisa saling mengakui, menghargai dan menghormati tanpa sekidit pun mencederai. Berkaca pada ‘sikap bijak’ Koh Liem, kita pun bisa melacak sejarah ‘kearifan’ Rasulullah s.a.w. yang telah memberikan contoh kongkret, bagaimana seharusnya ‘kita’ (umat Islam) bersikap toleran. Pertama, ketika (suatu saat) terjadi keributan antara kaum muslimin dan Yahudi di Madinah, Rasulullah s.a.w. menawarkan sebuah solusi yang sangat bijak, dengan menyusun sebuah piagam bersama, yang dikenal dengan sebutan “Piagam Madinah”, yang dimaksudkan untuk mencari titik-temu, kedamaian dan ketenteraman kehidupan di masyarakat. Seperti yang terdapat --- misalnya -- pada sebuah pasal yang tertulis, “Sesungguhnya orang Yahudi yang mengikuti kita berhak atas pertolongan dan santunan, sepanjang (kaum mukminin) tidak terzalimi dan ditentang.” Teks piagam itu menyiratkan sebuah sikap toleran yang dimaksudkan untuk memberikan ‘keuntungan bagi kedua belah pihak’. Kaum muslimin dan Yahudi merasa lega, karena dengan pijakan piagam itu mereka bisa melanjutkan kebersamaan merana tanpa saling mengusik, dan bahkan saling menguntungkan. Kedua, pada peristiwa penaklukkan Kota Makkah (Fathu Makkah), Rasulullah s.a.w. juga menunjukkan sikap toleran yang sangat indah. Penduduk Makkah yang selama ini memusuhinya ‘khawatir’ ketika umat Islam berhasil menaklukkan Kota Makkah itu. Sebab, sebelum penaklukan itu, umat Islam sering dizalimi oleh kaum kafir Quraisy Makkah. Dan bahkan mereka sering menghalang- 2
  • 3. halangi dakwah Rasululllah s.a.w., bahkan pada suatu waktu mreka pernah memiliki rencana untuk ‘membunuhnya’. Tetapi, setelah terjadi penaklukkan Kota Makkah itu, Rasulullah s,a.w, menunjukkan sikap ‘hilm’-nya, memaafkan mereka tanpa menyisakan kebencian sedikit pun, apalagi ‘dendam’. Sama sekali ‘tdak ada balas dendam’. Kekuasaan dan kewenangan yang dimilikinya, sama sekaki tidak menjadikannya bersikap ‘arogan’ atau ‘sewenang-wenang’. Beliau bisa menunjukkan ‘betapa indahnya’ akhlak muslim terhadap non-muslim. Bahkan, ketika kaum Quraisy menanti keputusan beliau, Rasul bersabda, “Saya hanya ingin mengatakan sebuah perkataan kepada kalian, sebagaimana ucapan Nabi Yusuf a.s. kepada saudaranya-sauadaranya: 'Tiada celaan atas kalian pada hari ini'. Pergilah! kalian semua dengan sebebas-bebasnya.” Sungguh jawaban Rasulullah s.a.w. itu seperti telah ‘memorak-porandakan’ semua benteng kesombongan mereka, dan sama sekali jauh dari asumsi mereka. Kekhawatiran akan adanya ‘hari pembalasan’ terhadap semua kejahatan yang telah mereka lakukan terhadap Rasulullah s.a.w. dan para pengikutnya ‘hilang-sirna’. Mereka hanya melihat ‘al-Halîm’, kelembutan dan ketegasan yang terpadu dalam sebuah pribadi yang tulus, dari seorang sosok manusia mulia yang pantas menjadi teladan bagi siapa pun. Inilah bukti dari keagungan akhlak seorang Muhammad (Rasulullah) s.a.w., yang setiap ucapan dan tindakannya selalu bisa bergetar, menyeruak masuk ke relung hati mereka yang masih memiliki hati-nurani, menyinari setiap sudutnya yang semula kelam, menjadi serba terang benderang. Itulah di antara contoh kearifan Rasulullah s.a.w. yang mampu memahami pluralitas, tanpa jebakan ‘pluralisme tanpa batas’, yang seringkali menjadikan ‘para penganutnya’ lebur dalam identitas yang semakin kabur, menjadi (sosok) pribadi mudzabdzab (ambigu), yang oleh Imam as-Suyuthi disebut sebagai pribadi ‘munafik’ (Lihat: Ad-Durr al-Mantsûr, V/83). Saya tidak berkeinginan untuk membandingkan antara Koh Liem dan Rasulullah s.a.w.. Tetapi saya semakin yakin terhadap ‘kebenaran’ firman Allah dalam QS al-Ahzâb/33: 2, dan QS al-Kâfirûn/109: 6, yang ruh (spirit/semangat)-nya telah dipraktikkan oleh Rasulullah s.a.w. dengan sangat sempurna. “Sangat pantaslah bila beliau (Rasulullah s.a.w.) menjadi suri teladan bagi siapa pun mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat, serta banyak mengingat Allah.” Dan saya pun perlu mengucapkan terima kasih pada Koh Liem yang telah menggugah kesadaran kami untuk berittiba’ pada Rasululllah s.a.w. dalam mengekspresikan sikap tolerannya tanpa harus ‘melepas’ identitas keislamannya. Penulis adalah Dosen Tetap FAI UM Yogyakarta dan Dosen Tidak Tetap STIKES ’Aisyiyah Yogyakarta 3