1. Negara-negara Islam masih menjadi obyek permainan politik negara-negara Barat, seperti yang terlihat dari peristiwa di Turki, Mesir, Suriah, dan lainnya.
2. Di Turki terjadi pertarungan antara kelompok Erdogan dan Golan yang sama-sama menjadi agen Amerika untuk mempengaruhi politik di Turki.
3. Di Mesir, rezim militer berusaha menekan kelompok Islam seperti Ikhwanul Muslimin dan meredam pen
'Pembunuh bayaran' berseragam itu bernama densus 88
‘Political games’ penjajah
1. 1/2/2014
Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » ‘Political Games’ Penjajah
‘Political Games’ Penjajah
February 1st, 2014 by farid
Pada awal tahun 2014 Dunia Islam masih terus
bergolak. Dari berbagai peristiwa terkini yang terjadi di
Turki, Mesir, Tunia, Irak, Suriah, Palestina dan negerinegeri Islam lain, semuanya menunjukkan hal yang sama:
kita masih menjadi obyek permainan politik (political
games) negara-negara imperialis Barat.
Di Turki, skandal korupsi yang melanda rezim Erdogan
menyebabkan krisis di negara itu. Beberapa keluarga
menteri ditangkap karena didakwa terlibat korupsi. Tidak
lama kemudian sejumlah menteri kabinet Erdogan mengundurkan diri.
Dalam analisisnya tertanggal 24 Shafar 1435 H/27 Desember 2013, Amir Hizbut Tahrir, Al-Alim alJalil asy-Syaikh ‘Atha Abu Rasytah, menyimpulkan yang terjadi di Turki saat ini pada dasarnya
adalah pertarungan sesama agen Amerika: kubu Erdogan dan Fathullah Golan. Kedua kubu ini
saling berebut pengaruh di Turki dan saling berharap mendapatkan dukungan yang kuat dari
Amerika.
Erdogan dengan partainya, Partai Keadilan dan Pembangunan, selama ini menjadi kepanjangan
kepentingan Amerika di Turki untuk menggeser pengaruh Inggris, terutama di kalangan militer.
Pada awalnya, Erdogan mendapat dukungan penuh dari kubu Fathullah Golan. Namun belakangan,
kedua kubu berselisih dan saling mengancam satu sama lain.
Erdogan melihat kubu Fathullah berusaha mendominasi pengaruhnya di Turki. Krisis mulai tampak
sejak awal tahun 2011. Erdogan melihat, kelompok Fahullah Golan diam-diam melakukan penetrasi
terutama di dinas keamanan dan peradilan. Terjadilah aksi dan reaksi antar dua kubu ini.
Erdogan berusaha menetralisir pengaruh kelompok ini. Pada awal tahun 2011, Erdogan mencoret
beberapa calon anggota parlemen untuk Pemilu 2011 yang diduga berafiliasi ke kubu Golan.
Beberapa pejabat di dinas keamanan dan pengadilan juga dicopot.
Kubu Golan tidak diam. Diam-diam mereka menyebarkan rekaman rahasia pembicaraan kepala
dinas intelijen Turki serta pemimpin Partai Buruh Kurdistan dan Partai Ochalan di Oslo yang
berlangsung antara tahun 2009 hingga 2010. Tujuannya untuk memojokkan Erdogan.
Saling aksi-reaksi terjadi di antara kubu, termasuk pengungkapan kasus korupsi yang terjadi pada
orang-orang dekat Erdogan untuk menggoyang pemerintahannya. Menyusul setelah itu terjadi
pencopotan beberapa pejabat kepolisian yang disinyalir di bawah pengaruh Golan. Lebih dari 700
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/02/01/political-games-penjajah/
1/3
2. 1/2/2014
Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » ‘Political Games’ Penjajah
pejabat kepolisian dipecat.
Satu hal yang sangat memukul kubu Golan pun dilakukan Erdogan, yaitu rencana menutup pusatpusat bimbingan belajar yang akan diubah menjadi sekolah swasta yang wajib tunduk pada
kurikulum negara. Selama ini pusat-pusat bimbingan belajar digunakan kubu Golan untuk menjadi
sumber keuangan kelompok ini dan merekrut kader-kader mereka yang akan melanjutkan
pendidikannya di perguruan tinggi.
Amerika, setelah melemahnya pengaruh Inggris di Turki, cenderung membiarkan konflik kedua kubu
yang sama-sama menjadi pelayan Amerika ini. Namun, Amerika cenderung lebih mendukung
Erdogan karena kekuatan mesin partai politik yang dia miliki daripada Golan yang mengandalkan
hubungan dengan syaikh dan murid-muridnya.
Kondisi yang mirip terjadi di Mesir. Amerika Serikat, melalui rezim kudeta Jenderal as-Sisi,
berusaha menekan kelompok Al-Ikhwan. Paling tidak, Amerika berharap mampu menjinakkan visi
ideologis Islam Al-Ikhwan menjadi moderat dan pragmatis.
Melalui referendum rancangan UUD yang berlangsung dalam atmosfir politik yang tegang dengan
kontrol militer yang kuat termasuk media masa, rezim kudeta as-Sisi berusaha meredam kekuatan
politik Islam. Ini tampak dari poin yang melarang pendirian partai politik yang berdasarkan agama.
Meskipun rezim militer mengklaim UUD ini akan menjadikan Mesir menjadi negara demokratis
dengan pemerintahan sipil yang kuat, beberapa pasal justru tampak jelas ingin mengokohkan
dominasi militer. Ini tidak jauh berbeda dengan rezim Mubarak yang ditumbangkan rakyat Mesir
setelah terinsipirasi Arab Spring Tunisia.
Draft kontitusi ini justru dianggap melanggengkan kekuasaan militer yang powerfull dalam sejarah
Mesir. Ini tampak dari poin yang memberikan kontrol penuh militer dalam penunjukkan menteri
pertahanan, meskipun dibatasi dalam delapan tahun ke depan.
Anggaran militer pun berada di luar pengawasan sipil. Hal ini akan memberikan peluang korupsi
atau penyalahgunaan anggaran untuk kepentingan elit militer, termasuk akan menyulitkan
pemberantasan korupsi yang selama rezim Mubarak sangat marak di tubuh militer. Padahal
maraknya korupsi inilah yang menjadi salah satu pemicu pecahnya gerakan untuk melengserkan
Mubarak.
Sulit pula dikontrol bantuan-bantuan negara-negara asing terhadap militer yang sarat dengan
kepentingan politik negara-negara asing tersebut. Selama ini Mesir mendapat bantuan rutin dari
Amerika, yang merupakan bantuan Amereika terbesar kedua untuk negara lain, setelah untuk Israel.
Sebagian besar bantuan Amerika jatuh ketangan elit militer Mesir.
Bantuan ini kerap dianggap sebagai ‘suap politik’ Amerika untuk mempertahankan dukungan
militer terhadap kepentingan negara Paman Sam ini, terutama kepentingan menjaga eksistensi
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/02/01/political-games-penjajah/
2/3
3. 1/2/2014
Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » ‘Political Games’ Penjajah
Israel dan potensi munculnya gerakan Islam ideologis. Di sisi lain, bantuan ini digunakan oleh elit
militer untuk bisa mempertahankan dukungan secara internal dari kalangan militer dengan
memberikan ‘jatah besar’ dan berbagai hak istimewa terhadap anggota militer.
Upaya mempertahankan cengkeraman militer jelas terlihat dari poin yang memungkinkan warga
sipil untuk diadili di pengadilan militer. Dicurigai, poin ini akan digunakan militer untuk
memberangus lawan-lawan politiknya dari kalangan sipil, terutama Al-Ikhwan. Pengalaman selama
rezim Mubarak, pengadilan militer merupakan bagian dari institusi represif yang kerap digunakan
Mubarak untuk mempertahankan kedudukannya.
Setelah melihat kasus-kasus di atas, pertanyaan pentingnya adalah bagaimana agar kita bisa
membebaskan diri sebagai obyek political gamesini? Caranya adalah menghilangkan dua hal
yang menjadi faktor penyebab mengapa kita menjadi obyek yaitu: keberadaan para penguasa
boneka yang mengabdi kepada negara imperialis Barat dan sistem kapitalis yang bukan
berdasarkan syariah Islam.
Di sinilah mengapa perjuangan penegakkan kembali Khilafah yang menerapkan syariah Islam
menjadi sangat penting. Khilafahlah yang akan menumbangkan para penguasa boneka dan
mengganti sistem kufur menjadi sistem Islam. Dengan khalifah yang amanah berikut sistem Islam
yang berpihak kepada umat Islam, kita bisa benar-benar merdeka dari penjajahan Barat. Tanpa itu,
jangan harap! [Farid Wadjdi]
Baca juga :
1. Penguasa Hina Hanya Membuat Ketergantungan Negeri-Negeri Islam Pada Penjajah
Asing
2. Penguasa Arab Telanjangi Diri Mereka Sebagai Pelayan Setia Penjajah Barat, Puji Rezim
Militer Pembantai Umat Islam
3. Pimpinan Negara Muslim Sepakat Desak Cabut Blokade Gaza
4. 40 Persen Rakyat Turki Menganggap Israel Musuh Utama
5. Sekuleris Turki Tuntut Erdogan Mundur
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/02/01/political-games-penjajah/
3/3